47
BAB III PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN PENGKAJIAN KITAB AL-AKHLAQU LIL BANIN DI MADRASAH DINIYAH WUSTHA SALAFIYAH DESA KEBONDALEM KECAMATAN PEMALANG KABUPATEN PEMALANG
A. GAMBARAN UMUM MADRASAH DINIYAH WUSTHA 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Sebelum madrasah diniyah wustha didirikan, mula-mula telah berdiri pondok pesantren salafiyah yang diketuai oleh KH. Asy’ari bersama putraputra dan keponakannya sejak tahun 1933 M. Tanah pondok tersebut sebagian didapat dari waqaf KH. Arghubi (Penghulu Landrat Pemalang) dan tanah sebagiannya lagi didapat dari waqaf KH. Asy’ari sendiri. Pada tahun 1960 barulah dibangun gedung madrasah salafiyah dalam tempo 10 bulan atas ikhtiyar para pengelola pondok dan bantuan masyarakat, selanjutnya sebagai usaha memperkuat eksistensi lembaga pendidikan di salafiyah, maka pada tahun 1986 dibentuklah suatu yayasan yang menaungi seluruh bentuk pendidikan di salafiyah, dengan nama “YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM SALAFIYAH”, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah operasional pendidikan dalam berbagai hal, seperti dalam penggalian dana dari pihak ketiga, disamping memang ada keharusan dalam rangka kelangsungan keberadaan suatu lembaga pendidikan swasta/ non pemerintah menurut aturan undang-undang yang berlaku di negara Indonesia.
47
48
Madrasah diniyah wustha salafiyah yang terletak di jalan kauman desa Kebondalem kecamatan Pemalang kabupaten Pemalang merupakan salah satu madrasah diniyah yang memiliki letak strategis yang keberadaannya berada di jantung kota Pemalang dan masjid agung kota Pemalang serta pusat keramaian kota, juga lokasinya dekat dengan pusat pemerintahanpun dipandang cukup menguntungkan, sehingga menjadikan madrasah ini berupaya menjadi madrasah yang mandiri/ potensial. Adanya letak yang strategis ini membawa dampak positif sekaligus negatif, dari dampak positif itu antara lain; mudah dikenal, mudah dijangkau dari jurusan manapun di Pemalang. Sedang dampak negatif yang ditimbulkan antara lain; pengawasan yang harus lebih ketat dan selektif, mudah masuknya pengaruh negatif dari luar yang masuk ke madrasah diniyah, terutama pengaruh pergaulan yang sudah tidak mengenal norma agama dan norma adat ketimuran. Hal-hal tersebut sangat rentan berpengaruh bagi santri, bila tidak ada bimbingan dan pengawasan yang insentif. Madrasah diniyah wustha salafiyah berdiri pada tahun 1960, berada dibawah naungan “Yayasan Pendidikan Islam Salafiyah”, madrasah ini terus berupaya
meningkatkan
mutu
antara
lain
melalui
peningkatan
profesionalisme tenaga kependidikan edukatif maupun administratif, penyediaan kelengkapan kitab atau buku-buku pelajaran yang madrasah diniyah butuhkan, peningkatan layanan dan manajemen madrasah serta
49
penambahan
dan
perbaikan
sarana
prasarana
madrasah
penunjang
pendidikan sesuai standar pelayanan mutu. Dalam upaya peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan dan layanan pendidikan kepada masyarakat, madrasah diniyah wustha dalam tahun 2014-2015 telah berusaha semaksimal mungkin dan berupaya keras untuk memberikan yang terbaik dan berusaha menjadi salah satu madrasah yang prospektif, bermutu dengan tetap berwawasan religius dan kami juga terus mengoptimalkan seluruh komponen madrasah, meningkatkan peran seluruh stakeholder serta menjalin kerjasama dan komunikasi dengan terkait agar tercapai standar prestasi dan layanan pendidikan yang bermutu.1 Identitas kepala madrasah diniyah wustha: 1. Nama
: H. Moh. Romadhon SZ
2. NIP
:-
3. TTL
: Pemalang, 9 Januari 1965
4. Pendidikan terakhir
: Sarjana
5. Jurusan
: Peradilan Agama
6. Pangkat/ golongan
:-
7. Nomor/ Tanggal SK : -
1
8. Alamat rumah
: JL. Kauman No. 13 Kebondalem Pemalang
9. Telepon/ HP
: 081542001152
Dokumentasi Proposal Bantuan Peningkatan Mutu Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Kauman Pemalang
50
Secara lengkap berikut adalah profil madrasah diniyah wustha salafiyah desa Kebondalem kecamatan Pemalang kabupaten Pemalang: a. Nama lembaga
: Madrasah diniyah wustha salafiyah.
b. Alamat lembaga
: Jl. Kauman No. 17 desa Kebondalem kecamatan
Pemalang kabupaten Pemalang. c. Tahun berdiri
: 1960
d. Nama yayasan
: “Yayasan Pendidikan Islam Salafiyah”.
e. Nama pengelola/ Kepala madrasah
: H. Moh. Romadlon SZ
f. Jumlah pendidik
: 23 Orang
g. Pendidikan guru
:
Keseluruhan berlatar belakang pendidikan
pondok pesantren, perguruan tinggi, dan SMA. h. Status guru
: PNS, Swasta meliputi: Pedagang, Tani, dll.
i. Kode pos
: 52312
j. Telepon
: (0284) 321555
k. E-Mail
:-
l. Letak
: Perkotaan Pemalang
m. Status sekolah
: Diakui
n. Akreditasi
:-
o. Nomor Statistik
: 311233270202
p. Tahun perubahan
:-
q. Waktu KBM
: 14.00-17.00 WIB
51
r. Bangunan sekolah
: Milik sendiri
s. Lokasi sekolah
: Sebelah barat daya alun- alun kota Pemalang dan
sebelah selatan masjid agung kota Pemalang. t. Jarak kota/ kabupaten : + 300 Meter dari letak kantor kabupaten u. Terletak pada lintasan : Kota v. Organisasi Penyelenggara
: Yayasan Pendidikan Islam
w. Hubungan dengan Masyarakat
:
baik,
interaktif
dan
sinergis,
saling
menguntungkan & saling mendukung. x. Hubungan antar guru : Baik y. Hubungan antar anak : Baik z. Hubungan antar guru dan masyarakat
: Baik
2. Letak Madrasah Madrasah diniyah wustha adalah salah satu madrasah diniyah yang berada di kota Pemalang, tepatnya di desa Kebondalem kecamatan Pemalang kabupaten Pemalang. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut: 1) Luas tanah
: 1200
2) Status tanah
: Milik Sendiri
3) Bats- batas kompleks MDW:
52
-
Sebelah Utara berbatasan dengan Ponpes Putra Salafiyah.
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan sungai Srengseng
-
Sebelah Timur berbatasan dengan kantor pertanian Pemalang
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai srengseng2
3. Kurikulum Madrasah Kurikulum yang dikembangkan di madrasah diniyah wustha salafiyah adalah kurikulum intern, yaitu kurikulum yang dikembangkan sendiri disesuaikan dengan tingkat kemampuan santri, atas dasar hasil rapat para ustadz dan ustadzah. Sehingga materi yang diajarkan kepada para santri dapat dipahami dengan baik dan dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari. Isi materi yang terkandung pun lebih mengena lagi bukan sekedar hanya cerita saja melainkan materi yang perlu membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam lagi seperti mempraktikan materi yang sedang dipelajari, tujuannya supaya para santri dengan mudah memahami dan mengerti materi yang sedang dipelajarinya juga tidak lepas dari bimbingan ustadz dan ustadzah. Dalil- dalil yang ada dalam tiap materi yang diajarkan juga sesuai dengan materi yang dibahas baik berupa potongan ayat AlQur’an maupun hadist nabi. Dengan bantuan ustadz dan ustadzah dalil tersebut akan mudah dipahami oleh santri. Jadi titik tekan pembelajarannya 2
H. Moh. Romadlon SZ, Kepala Madrasah Diniyah Wustha, Wawancara Pribadi, Pemalang, 25 Maret 2015.
53
tidak hanya kepada pengenalan saja, tetapi sudah pada pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari serta dapat mengambil hikmah dari apa yang telah dipelajari.
4. Visi dan Misi Madrasah diniyah wustha merupakan sebuah lembaga pendidikan yang didirikan dengan visi dan misi sebagai berikut: 1) Visi: Menjadikan
madrasah
diniyah
wustha
salafiyah
sebagai
pendidikan yang mempunyai manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh lapisan masyarakat. 2) Misi: Menjadikan santri sebagai manusia yang mempunyai 4 H (Heart, Head, Hand and Health) yakni santri yang bertaqwa, cerdas, trampil dan sehat.3
5. Keadaan Guru, karyawan dan santri a. Data guru dan karyawan madrasah diniyah wustha Ustadz yang mengajar di madrasah diniyah wustha mayoritas berasal dari desa setempat dan sebagian dari tetangga desa Kebondalem, dimana desa Kebondalem adalah desa madrasah tersebut berdiri. 3
Dokumentasi Proposal Bantuan Peningkatan Mutu Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Kauman Pemalang.
54
Data keseluruhan ustadz dan ustadzah sekitar 23 orang, dengan rincian 20 orang ustadz dan 3 orang ustadzah. Latar belakang pendidikan pengajar sangat beragam, akan tetapi pengajar mayoritas merupakan lulusan ataupun pernah belajar di pesantren, SMU dan lulus kuliah. Mata pelajaran yang diampu oleh masing- masing pengajar disesuaikan dengan kompetensi masing-masing pengajar. Adapun data ustadz dan ustadzah beserta latar belakang pendidikan dan jabatannya adalah sebagai berikut: TABEL 1 DATA NAMA-NAMA USTADZ DAN USTADZAH MADRASAH DINIYAH WUSTHA NO 1
Nama H. Moh. Romadhon SZ
Jabatan Kepala madrasah
Pendidikan SI, Ponpes
Pengajar kitab tauhid 2
M. Miftahudin, S.Ag
Waka madrasah 1
S1, Ponpes
Pengajar kitab bahasa arab 3
Ahmad Syaichu, S.Ag
Waka madrasah 11
S1, Ponpes
Pengajar kitab tafsir dan tajwid 4
H. Thohir Thoyib
Pengajar kitab fiqih
Ponpes
5
Abdul Karim
Pengajar kitab tarikh
Ponpes
55
6
Fathurahman M
Pengajar kitab nahwu
Ponpes
7
Makhroji MS
Pengajar kitab tarikh
Ponpes
8
Drs. H. Anshori
Pengajar kitab bahasa
S1, Ponpes
arab 9
H. Akhmad Hamdan,
Pengajar kitab fiqih
S1, Ponpes
S.IP 10
Salman al-farisi, SAB
Pengajar, kitab tafsir
S1, Ponpes
11
Hj. Masruroh
Pengajar kitab Al-Qur’an
Ponpes
12
M. Rofiq, S.Ag
Pengajar kitab akhlak
S1, Ponpes
13
Munawar
Pengajar kitab tafsir dan
Ponpes
kitab fiqih 14
Husaeni al-khoty
Pengajar khot
MAN
15
Ghufron Azhari
Pengajar kitab akhlak
SMA, Ponpes
dan kitab hadits 16
Qomarudin
Pengajar kitab Al-Qur’an
SMA, Ponpes
17
Ahmad Faozi Irama
Tata usaha
SMA
18
Iswatin Faizati, S.Pd
Tata usaha
S1, Ponpes
19
Luqman Hakim
Pengajar kitab hadits
S1, Ponpes
20
Hj. Istiqomah
Pengajar kitab tajwid
Ponpes
21
Rodli. M
Pengajar kitab nahwu
ponpes
dan kitab hadits
56
22
Lutfi Mubaroq
Pengajar kitab Al-Qur’an
S1, Ponpes
23
Thohir Ihsan
Pengajar kitab shorof dan Ponpes kitab nahwu
b. Keadaan santri Santri di madrasah diniyah wustha salafiyah mayoritas berasal dari kecamatan Pemalang dan daerah sekitarnya, misalnya: Tegal, Pekalongan, Brebes dan lain sebagainya. Mayoritas para santri adalah siswa sekolah menengah pertama dan ada juga sebagian sekolah menengah atas dan adapula yang tidak sekolah. Jumlah keseluruhan santri madrasah diniyah wustha tahun 2014-2015 mencapai 277 santri. Adapun rincian jumlah santri untuk masing-masing kelas adalah sebagai berikut: TABEL 2 DATA SANTRI DI MADRASAH DINIYAH WUSTHA SALAFIYAH TAHUN 2014-2015: Kelas
Rombel
Jumlah
Jumlah
santri I
II
I.1
59
I.2
33
I.3
35
II.1
39
127
57
III
II.2
58
III.1
19
III.2
34
97
53
Jumlah
277
c. Sarana prasarana Madrasah diniyah wustha memiliki satu (1) gedung di atas tanah waqaf yang ditempati bersama madrasah diniyah ulya salafiyah desa Kebondalem kecamatan Pemalang kabupaten Pemalang. TABEL 3 DATA SARANA DI MADRASAH DINIYAH WUSTHA: KEADAAN NO 1
NAMA BARANG Ruang
guru
dan
kepala
JUMLAH
BAIK
1
V
SEDANG
madrasah 2
Ruang kelas
7
V
3
Kamar mandi/ WC guru
2
V
4
Kamar mandi/ WC murid
2
5
Tempat sepeda
2
V
6
Meja/ kursi kepala madrasah
1
V
7
Meja/ kursi guru
25
V
V
58
8
Bangku murid
240
V
9
Kursi murid
480
V
10
Papan tulis
7
11
Papan data
7
V
12
Papan pengumuman
2
V
13
Meja/ kursi tamu
2
V
14
Jam
9
V
15
Komputer TU
2
V
16
Printer TU
2
V
17
Lemari
4
V
18
Speaker
2
V
19
Musholah
1
V
V
TABEL 4 DATA PRASARANA:4 Keberadaan No
Jenis
Ada
Fungsi
Tidak Ada
Tidak Ada
1
Instalasi Listrik
V
V
2
Jaringan Listrik
V
V
3
Jaringan Telepon
V
V
4
Hasil Observasi di Madrasah Diniyah Wustha, 25 Maret 2015.
Ada
59
4
Jaringan Internet
V
V
5
Jaringan Televisi
V
V
6
Jaringan Radio
V
V
7
Air Bersih
V
V
8
Akses Jalan
V
V
B. PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN PENGKAJIAN KITAB ALAKHLAQU LIL BANIN Pembelajaran akhlak dengan pengkajian Kitab Al-Akhlaqu Lil Banin sangatlah penting bagi santri yang baru belajar tentang akhlak, karena kitab ini adalah salah satu kitab akhlak yang paling dasar dan menjelaskan beberapa akhlak yang pantas untuk ditiru dan dihindari oleh santri. Kitab Al-Akhlaqu Lil Banin adalah kitab akhlaq, bukan kitab hukum, ialah akhlaq dalam menuntut ilmu. Yaitu akhlaq yang membawa kesuksesan seorang menuntut ilmu, kepentingannya adalah untuk menjabarkan tata cara bagaimana agar sukses dalam menutut ilmu. Berdasarkan data-data yang peneliti peroleh melalui wawancara dengan guru pengampu mapel akhlak maupun dengan melakukan observasi di madrasah diniyah wustha salafiyah desa Kebondalem kecamatan Pemalang kabupaten Pemalang diperoleh keterangan dan data sebagai berikut:
60
1. Alokasi Waktu Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran akhlak di madrasah diniyah wustha adalah sekitar 90 menit, yaitu mulai dari pukul 14.00-15.30 WIB. adapun waktu pembelajarannya dilaksanakan selama dua kali tatap muka dalam satu minggu yaitu hari senin dan kamis untuk kelas 1 dan kelas 2 yang diampu oleh Ustadz Ghufron Azhari, sedangkan untuk kelas 2 dan kelas 3 dilaksanakan hanya satu kali tatap muka dalam satu minggu yaitu hari minggu dan di ampu oleh Ustadz Rofiq.5 2. Proses Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran akhlak dilaksanakan 2 kali tatap muka dalam satu minggu untuk kelas 1 dan 2, dan satu kali tatap muka dalam satu minggu untuk kelas 2 dan 3. Setiap kali pertemuan membutuhkan waktu selama 90 menit. dalam proses pembelajaran guru pengampu mapel akhlak menggunakan kitab Al-Akhlaqu Lil Banin untuk mengajar namun tidak menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman untuk mengajar. rencana pelakanaan pembelajaran disesuaikan dengan urutan materi yang ada didalam kitab. Setiap santri wajib memiliki kitab AlAkhlaqu Lil Banin sebagai media primer saat proses pembelajaran berlangsung sehingga memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran akhlak.
5
Ghufron Azhari, Guru Mapel Akhlak, Wawancara Pribadi, Pemalang, 8 Oktober 2015.
61
Sebelum pembelajaran dimulai, sebelum memasuki kelas semua santri berkumpul didepan kelas untuk berdoa bersama dengan santri-santri dari kelas lain, setelah itu sebelum guru masuk kekelas santri wajib membaca-baca sendiri atau menelaah pelajaran yang kemarin sudah dipelajari dan membaca materi yang hari ini akan diajarkan sampai menunggu guru pengampu mapel akhlak masuk kelas dan memulai pelajaran. Pada saat pembelajaran berlangsung semua santri wajib fokus terhadap materi agar apa yang dipelajari hari ini mereka faham, namun dalam kenyataannya guru belum bisa menguasai kelas dengan sempurna, saat peneliti melakukan observasi ke kelas 1, 2 dan 3 suasana kelas saat berlangsungnya pembelajaran kurang kondusif masih ada santri yang tidak mengindahkan perintah guru, masih ada santri yang ngobrol sendiri, mengantuk, dan ada juga yang sibuk sendiri dengan berbagai macam alasan. Itu semua bisa mempengaruhi terhadap kelancaran pembelajaran yang sedang berlangsung. 3. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran merupakan bagian yang penting untuk diperhatikan oleh setiap pengajar agar materi yang diajarkan sesuai dengan program yang sudah disusun untuk menjadi acuan dan pedoman sehingga pembelajaran berjalan dengan baik. Materi pelajaran berada di dalam ruang lingkup isi kurikulum, di madrasah ini menggunakan kurikulum yang dibuat sendiri yang disebut
62
kurikulum intern, dalam kurikulum tersebut sudah ada program pengajaran dan materi pengajaran yang menjadi acuan guru dalam memberikan materi sesuai dengan kemampuan santri. Untuk materi pembelajaran akhlak adalah dengan mengikuti kurikulum yang sudah ada yaitu kurikulum yang dibuat sendiri oleh pihak madrasah. Pembelajaran akhlak menggunakan kitab Al-Akhlaqu Lil Banin terdapat 4 juz yang dibagi dalam 3 jenjang kelas, adapun pembagiannya dapat dilihat dibawah ini: a. Juz 1 diajarkan dikelas 1 Adapun materi yang diajarkan sesuai dengan urutan bab pada kitab Al-Akhlaqu Lil Banin. Ada 33 bab diantaranya adalah: Seorang anak yang beradab, Seorang anak wajib beradab mulai sejak kecil, Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, Adab didalam rumah, Adab seorang anak beserta ibunya, Adab seorang anak beserta ayahnya, Adab seorang anak beserta saudaranya, Adab berjalan di jalan, Adab murid didalam sekolah. Dan lain-lain. b. Juz 2 diajarkan dikelas 2 Terdiri dari 20 bab, diantaranya adalah: Akhlak, Kewajiban anak terhadap Allah SWT, Sekelumit dari akhlak Nabi SAW (I), Mencintai kedua orang tua, Apa kewajibanmu terhadap ibu bapakmu, Apa kewajibanmu
terhadap
pelayanmu,
Apa
kewajibanmu
terhadap
63
tetanggamu, Kisah-kisah nyata, Apa kewajibanmu terhadap gurumu, Apa kewajibanmu terhadap teman-temanmu. Dan lain-lain. c. Juz 3 dan 4 diajarkan dikelas 3 Terdiri dari 16 bab, diantaranya adalah: Adab pada waktu belajar, Adab makan bersama sekelompok orang, Adab berkunjung dan minta ijin, Adab menjenguk orang sakit, Adab orang mengalami musibah, Adab berkunjung untuk memberi selamat, Adab dalam berpergian, Adab berpakaian, Adab bangun tidur, Adab istikharah dan bermusyawarah. Dan lain-lain. 4. Metode Pembelajaran Sebagai suatu komponen dalam sistem pembelajaran metode menempati posisi yang tak kalah penting dari komponen-komponen yang lain. Pembelajaran akan berhasil jika guru dapat menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Pada saat peneliti malakukan observasi dikelas 1, 2, dan 3 pada hari yang berbeda-beda sesuai dengan jadwal pelajarannya metode yang digunakan guru saat pembelajaran berlangsung bervariasi yaitu: 1. Metode ceramah Cara penyampaian dimana seorang guru atau ustadz membacakan kitab, sementara santri mendengar, memaknai dan menerima pemahaman melalui keterangan guru. 2. metode tanya jawab
64
Setelah guru menyampaikan materi dan sebelum pembelajaran dibubarkan guru memberikan pertanyaan kepada para santri mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan, dan memberikan kesempatan kepada para santri bagi yang ingin mengajukan pertanyaan seputar materi yang belum difahami. Metode ini digunakan pada saat guru selesai memberikan materi kepada santri atau saat guru sedang menyampaikan materi. 3. metode praktik Cara penyajian dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada santri suatu proses, situasi atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Adapun contoh metode praktik yang terdapat dalam kitab Al-Akhlaqu Lil Banin terdapat dalam juz 1 hal 10-14 dituliskan beberapa contoh-contoh akhlak Rasulullah SAW dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan keluarga maupun kehidupan masyarakat, diantaranya disebutkan bahwa Rasulullah SAW menjahit pakaiannya sendiri, menambal sandalnya, menyapu rumahnya, membeli kebutuhan-kebutuhan keluarga dan membawanya sendiri. 4. metode latihan (drill) Dalam hal ini santri disuruh maju satu persatu untuk mendapatkan pelajaran membaca dan mengartikan dari guru dan santri yang lain menyimaknya, selain itu materi yang biasa diajarkan dengan metode ini diantaranya adalah materi yang bersifat pembiasaan, seperti
65
yang diterangkan pada juz 1 hal 7 bahwa Hasan melakukan sholat lima waktu setiap hari dengan tepat waktu, rajin membaca Al-Qur’an, dan menelaah pelajaran.6 5. Media/Alat Peraga Media merupakan alat bantu atau pendukung yang berfungsi untuk memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Secara umum media yang digunakan guru mapel akhlak dalam pembelajaran sudah mencukupi. Dalam hal tersebut ketika peneliti melakukan observasi ke madrasah, peneliti melihat bahwa media yang digunakan saat pembelajaran berlangsung ialah alat tulis dan dan papan tulis serta kitab Al-Akhlaqu Lil Banin. 6. Evaluasi Evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan yang terpenting dalam pembelajaran. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui berhasil tidaknya santri dalam menerima pelajaran yang telah diberikan guru. Evaluasi dilakukan jika materi sudah selesai dan telah masuk waktu semester, baik itu semester ganjil yang diadakan tiap tengah tahun atau semester genap yang diadakan setiap akhir tahun menjelang bulan romadlon. Adapun ujiannya berupa ujian tertulis, dan pertanyaannya meliputi semua materi yang telah diajarkan.
6
Umar Baradja, Al-Akhlak Lil Banin, Juz 1 (Surabaya: Muhammad Nabhan, 1973), hlm. 7
66
C. Faktor yang terkait dalam Pembelajaran akhlak dengan pengkajian kitab Al-Akhlaqu Lil Banin Dalam segala hal termasuk juga dalam kegiatan belajar pastilah tidak selalu berjalan dengan mulus. Banyak faktor yang selalu mewarnai dalam perjalanan proses belajar mengajar. Namun semuanya pasti ada solusi untuk mengatasinya. Terkait dengan faktor yang terkait dalam pembelajaran akhlak di madrasah diniyah wustha peneliti sudah melakukan wawancara dengan dua guru mapel akhlak yang hasilnya sebagai berikut: 1. Faktor Guru Guru dalam menyampaikan materi pelajaran tidak menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi diurutkan sesuai dengan urutan bab yang ada didalam kitab Al-Akhlaqu Lil Banin. Dalam penyampaiannya guru menggunakan beberapa metode seperti metode ceramah, metode tanya jawab, metode praktik dan metode latihan (Drill). Adakalanya pembelajaran tidak selalu berjalan mulus, kondisi guru yang kadang tidak kondusif membuat proses pembelajaran menjadi terganggu seperti suara guru kurang keras, kadang kelelahan karena guru mapel akhlak keduanya adalah guru sekolah umum juga sehingga tidak jarang saat mengajar di madrasah sudah terasa lelah. 2. Faktor Santri Faktor santri juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar. Banyak santri yang tidak terlalu memperhatikan penjelasan dari guru seperti
67
mengantuk, tidak membawa kitab saat pelajaran berlangsung, ribut sendiri, ngobrol bersama teman sebangkunya dan lain-lain ini bisa mempengaruhi terhadap proses berlangsungnya pelajaran. 3. Faktor Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang madrasah berikan sudah mencukupi, seperti alat-alat yang dibutuhkan pada saat pembelajaran berlangsung yang disediakan dari madrasah sangat membantu dalam pelaksanaan pembelajaran akhlak. Sehingga ini memudahkan dalam proses kegiatan belajar mengajar. 4. Faktor lingkungan 1. Faktor organisasi kelas Jumlah santri yang cukup besar sebanyak 59 anak dikelas 1.1 sehingga bisa mempengaruhi proses pembelajaran, seperti kurangnya partisipasi saat guru memberikan pertanyaan, kelas yang ribut dan lain sebagainya. 2. Faktor iklim sosial-psikologis Ada saja hubungan antar santri yang kurang harmonis, antara santri dengan guru, karena tidak semua guru disenangi oleh santri sehingga
dalam
proses
pembelajaranpun
santri
tidak
terlalu
memperdulikannya. Selain itu kondisi madrasah yang berada disamping jalan kota maka tidak jarang proses pembelajaran terkendala dengan suara lalu lalangnya kendaraan, terkadang juga ada semacam suara ribut-
68
ribut diluar sana, sehingga sangat mempengaruhi proses berlangsungnya pembelajaran.7
7
Hasil Wawancara Dengan Ustadz Ghufron Azhari, Selaku Pengampu MAPEL Akhlak di Madrasah Diniyah Wustha Salafiyah, Pemalang, 25 Mei 2015.