BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitan ini dilakukan di Jakarta, provinsi DKI Jakarta, pada bulan November 2016 sampai dengan Januari 2017. Sumber penelitian dari Bursa Efek Indonesia. B. Desain Penelitian Desain Penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat. Menurut Jonathan Sarwono (2006:79), pengertian desain penelitian adalah sebagai berikut: “Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah diharapkan”. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kausal. Penelitian ini akan menguji hipotesis. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini bahwa ”Return on Assets berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio”, “Earning per Share berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio” dan “Return on Assets dan Earning per Share berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio” pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.
41 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
42
Menurut Sugiyono (2007) “desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab-akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi)”. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujan untuk hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya, dan bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2003). C. Definisi dan operasionalisasi variabel 1.
Definisi Variabel
a.
Return on Assets Return on Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis. Menurut Bambang R (2011), ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan. b.
Earning per Share EPS adalah salah satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk
mengevaluasi saham biasa disamping PER (Price Earning Ratio) (Fabozzi, 2003). Abdultah (1994) menjelaskan laba bersih per saham adalah pendapatan bersih perusahaan selama setahun dibagi dengan jumlah rata-rata lembar saham yang beredar, dengan pendapatan bersih tersebut dikurangi dengan saham preferen
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
43
yang diperhitungkan untuk tahun tersebut. Menurut Baridwan (2010), laba bersih per saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar, dan akan dipakai oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. c.
Dividend Payout Ratio Pengertian rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menurut
Agus Sartono (2010) adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham.
2.
Operasionalisasi Variabel Operasional dalam penelitian ini dijabarkan masing-masing sebagai
berikut: a.
Return on Assets (X1) Return on Asset merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Perhitungan rasio dapat menunjukkan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan dana untuk kepentingan perusahaan. Semakin tinggi rasio, maka semakin besar peluang perusahaan dalam memperoleh keuntungan.Tinggi rendahnya pertumbuhan laba periode berikutnya sangat tergantung pada tinggi rendahnya ROA setelah dividen diperhitungkan (Amalia Nur Chasanah, 2008). Return On Assets (ROA) dapat dihitung menggunakan rumus (Brigham dan Houston, 2011): ROA = NET INCOME / TOTAL ASSETS 100% http://digilib.mercubuana.ac.id/z
44
b.
Earning per Share (X2) Menurut Brigham dan Houston (2012:392) dividen mengalami kenaikan
apabila terjadi kenaikan pula pada laba per sahamnya (earning per share / EPS). Pengukuran EPS dapat diketahui dengan rumus berikut (Werner, 2013:64):
EPS = NET INCOME / JUMLAH SAHAM BIASA
c.
Dividen Payout Ratio (Y) Variabel dependen sebagai variabel Y dalam penelitian ini yaitu dividend
payout ratio. Dividend payout ratio didefinisikan sebagai rasio antara dividend per share (DPS) terhadap earning per share (EPS) (Yuningsih, 2002): DPR = DIVIDEN PER SHARE / EARNING PER SHARE
D. Pengukuran Variabel Tabel 3.1 Tabel Pengukuran Operasional Variabel-Variabel Penelitian No 1 2
3
Variabel Definisi Skala Pengukuran ROA Rasio perbandingan antara Earning After Tax Rasio EAT dengan Total Asset. Total Assets EPS Laba per lembar saham Rasio Net Income Total Saham biasa DPR Rasio perbandingan antara dividen yang Rasio Dividend dibagikan kepada pemegang saham dalam per Share bentuk dividen kas dengan laba per lembar Earning per saham. Share
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
45
E. Populasi dan Sampel Penelitian 1.
Populasi Penelitian Definisi populasi menurut Sugiyono (2012:80), yaitu sebagai berikut:
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi merupakan keseluruhan dari obyek yang diteliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 20 14 sampai dengan 2015 yang mempublikasikan laporan keuangannya dalam Indonesia Stock Exchange (IDX) serta annual report perusahaan tahun 2014-2015. 2.
Sampel Penelitian Sugiyono (2012:81) menyatakan bahwa pengertian sampel adalah sebagai
berikut: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode Purposive Sampling, yaitu pemilihan sampel perusahaan terbuka yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Adapun tujuan dari metode ini untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria perusahaan yang akan menjadi sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
46
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) secara berturut-turut dari tahun 2014-2015. 2. Perusahaan yang memiliki laba selama periode penelitian dua tahun berturutturut selama periode 2014 – 2015. 3. Perusahaan yang melaporkan Laporan Keuangannya selama periode penelitian dari tahun 2014-2015. 4. Mempublikasikan sampel yang mempunyai data pembayaran dividen selama dua tahun berturut-turut selama periode penelitian yaitu 2014 sampai 2015. Sehingga perusahaan yang tidak membayarkan dividen pada tahun tertentu selama periode penelitian akan dikeluarkan dari sampel.
Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 52 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah sebanyak 143 perusahaan. Selama periode penelitian, perusahaan yang selalu menyajikan laporan keuangan dan secara kontinyu membagikan dividen pada periode 20142015 berjumlah 52 perusahaan. Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 52 perusahaan Manufaktur. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tersebut, maka diperoleh sampel sebagai berikut: F. Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan dokumentasi. Dokumentasi yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan semua data sekunder yang dipublikasikan oleh Indonesian Capital Market Directory
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
47
(ICMD) tahun 2015 tentang perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2015.
G. Metode Analisis Data 1.
Statistik Deskriptif Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi empiris
atas data yang dikumpulkan dalam penelitian. Gambaran yang diberikan dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum range, kurtosis, dan skewnes (kemencengan distribusi). Metode yang digunakan dalam penelitian deskriptif ini untuk mengenali pola sejumlah data, merangkum informasi yang terdapat dalam data, dan menyajikan informasi tersebut kedalam bentuk yang diinginkan (Ghozali, 2013). 2.
Pengujian Asumsi Klasik Tahap analisis regresi dengan metode estimasi Ordinary Least Square
(OLS) akan memberikan hasil yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) jika memenuhi semua uji asumsi klasik. A.
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variable terikat dan variable bebas mempunyai distribusi normal atau mendekati normal.Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2013).
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
48
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik atau dengan melihat histogram dan residualnya (Ghozali, 2013). Data tersebut normal atau tidak, dapat diuraikan sebagai berikut: a.
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garisdiagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal,maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b.
Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
B.
Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variable bebas.Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi di antara variable bebas. Jika variable bebas saling berkolerasi maka variable-variabel ini tidak orthogonal (nilai korelasi antar sesame variable bebas tidak sama dengan nol). Uji multikolinearitas ini dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).Tolerance mengukur variable bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabelbebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan VIF tinggi (karena VIF=1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau nilai VIF 10. Jadi multikolinearitas terjadi jika tolerance < 0,10 atau VIF > 10 (Ghozali, 2013).
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
49
C.
Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamtan ke pengamatan lain
tetap,
maka
disebut
homokedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar) (Ghozali, 2013). Salah satu cara memdeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah melihat grafik plot nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual ( Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized (Ghozali, 2013). Dasar analisis tersebut adalah (Ghozali, 2013) : a.
Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
b.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
50
D.
Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi merupakan suatu alat analisis dalam uji penyimpangan
asumsi klasik yang memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya munculpada observasi yang menggunakan data time series. Konsekuensi adanya autokorelasi dari suatu model regresi adalah varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasinya, dan model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel tidak bebas tertentu. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat menggunakan Run Test. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). H0 : residual (res_1) random HA : residual (res_1) tidak random Apabila hasil menunjukan probabilitas lebih dari 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi. 3.
Analisis Regresi Linear Berganda Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi
berganda untuk pengujian hipotesis.Analisis regresi berganda ini selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukan arah
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
51
hubungan antara variabel dependen dengan variabel-variabel independen (Ghozali, 2013). Model analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui hubungan variable independen (Return On Assetsdan Earning per Share) dengan variabel dependen (Kebijakan Dividen). Model analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + e Keterangan : Y : Dividend Payout Ratio (DPR) a : konstanta X1 : Profitabilitas (ROA) X2 :Earning per Share (EPS) e : error 4.
Uji Hipotesis Metode pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan pengujian
secara parsial dan pengujian secara simultan serta analisis koefisien determinasi (R2) (Ghozali, 2013). Pengujian hipotesis tersebut sebagai berikut: A.
Uji Statistik F Pengujian secara simultan menggunakan uji F (pengujian signifikansi
secara simultan). Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah: Menyusun hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
52
H0 : ρ = 0, diduga variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. H1 : ρ ≠ 0, diduga variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Menetapkan kriteria pengujian yaitu: Tolak H0 jika angka signifikansi lebih besar dari α = 5% Terima H0 jika angka signifikansi lebih kecil dari α = 5% B.
Uji Statistik t Pengujian secara parsial menggunakan uji t (pengujian signifikansi secara
parsial). Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah: Menyusun hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) H0 : β1= β2= β3= 0, diduga variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. H1 : β1 ≠ 0, diduga variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Menetapkan kriteria pengujian yaitu: Tolak H0 jika angka signifikansi lebih besar dari α = 5% Terima H0 jika angka signifikansi lebih kecil dari α = 5% C.
Analisis Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui sampai seberapa
besar presentasi variasi variabel bebas pada model dapat diterangkan oleh variabel terikat (Gujarati,1995). Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam persentase yang nilainya berkisar antara 0
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
53
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen.Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (cross section) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi tinggi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z