45
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tentang kebijakan (Policy Research),
menurut Majchrzak yang dikutip dari Riduwan (2007) penelitian kebijakan adalah suatu proses penelitian yang dilakukan pada masalah-masalah sosial yang mendasar, sehingga hasil dari penelitian dapat dijadikan sebagai rekomendasi dalam pembuatan keputusan untuk bertindak secara praktis dalam menyelesaikan kasus-kasus. Berdasarkan pada definisi penelitian kebijakan, maka adalah tepat jika dikatakan penelitian tentang efektivitas pengelolaan jaringan irigasi, operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan strategi pemberdayaan subak sudah termasuk kedalamnya. Efektivitas pengelolaan jaringan irigasi ditunjukkan oleh nisbah antara luas areal terairi terhadap luas rancangan. Dalam hal ini semakin tinggi nisbah tersebut semakin efektif pengelolaan jaringan irigasi. Selanjutnya hasil dari penelitian ini menjadi rekomendasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam pengambilan kebijakan. Penelitian dilakukan untuk memperoleh efektivitas pengelolaan jaringan irigasi, operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan strategi pemberdayaan subak pada aliran Tukad Yeh Ho dengan metode penelitian Deskriptif Kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematik. Agar penelitian yang dilakukan dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan maka hendaknya melalui suatu alur pemikiran yang logis dan sistematis. Kerangka penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1
46
Ide Latar Belakang dan Permasalahan
Kajian Pustaka
Penyusunan Quisioner
Penyebaran Quisioner Uji Valididitas Instrumen Uji Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data
Data Sekunder - Luas Areal dan Pola Tanam - Alokasi Sumber Daya Air - Produktivitas Usahatani
Data Primer - Hasil Quisioner
Tabulasi Data
Analisis Deskriptif kualitatif
Interprestasi Hasil Analisa
Pembahasan
Simpulan dan Saran
Gambar : 3.1 Kerangka/ Alur Berpikir
47
3.2.
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan pada Daerah Irigasi Caguh (1.048 Ha) dan
Daerah Irigasi Gadungan Lambuk (1.508 Ha)
pada aliran Tukad Yeh Ho di
Kabupaten Tabanan.
3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Menurut Handari (1995), Populasi adalah totalitas dari seluruh nilai yang mungkin, baik dari menghitung ataupun pengukuran kuantitatif dari karakteristik tertentu pada sekumpulan obyek yang lengkap. Sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi Populasi sasaran dalam penelitian ini terdiri atas unsur organisasi subak. Unsur Organisasi Subak terdiri dari Subak Agung, Subak Gede, Subak yang ada di DI Caguh dan subak yang ada di DI Gadungan Lambuk.
Tabel 3.1 Populasi Unsur-Unsur Organisasi Subak di Tukad Yeh Ho No
Unsur
Jumlah
1
Subak Agung
1
2
Subak Gede
6
48
3
Subak di DI Caguh
12
4
Subak di DI Gadungan Lambuk
21
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
3.3.2. Teknik Penarikan Sampel Terkait dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas pengelolaan jaringan irigasi dalam memenuhi kebutuhan air irigasi pada DI Caguh dan DI Gadungan Lambuk, maka sampel diambil dari unsur organisasi subak. Selain data primer tersebut data-data pendukung berupa data sekunder seperti data peraturan-peraturan dan kebijakan tentang subak dan pengelolaan sumber daya air yang diperlukan, akan dikumpulkan dari instansi teknis terkait dengan kepustakaan. Teknik pengambilan sampel dari unsur organisasi subak yaitu Subak Agung, Subak Gede dan Subak yang memanfaatkan air permukaan Tukad Yeh Ho dilakukan dengan teknik kuota (quota sampling) yaitu teknik penelitian sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang dikehendaki atau pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu (Riduwan, 2007). Penetapan jumlah sampel pada teknik kuota ini adalah dengan menetapkan jumlah sampel yang diperlukan, kemudian menetapkan jumlah (jatah yang diperlukan), maka jatah itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan. Besar jumlah sampel dihitung menurut rumus Taro Yomane yang dikutip oleh Rakhmat (1998) sebagai berikut : n = N/(N.d² + 1) Dimana : n
= jumlah sampel
49
N
= jumlah populasi (40)
N.d²
= presisi yang ditetapkan (5%)
Sehingga didapat jumlah sampel dari unsur organisasi subak n = 40/(40x0,05² +1) = 36 sampel. Kemudian untuk menentukan jumlah sampel untuk masing-masing unsur organisasi subak dihitung secara bertingkat (berstrata) dengan rumusan alokasi proporsional dari Sugiyono (2002) sebagai berikut : ni = (Ni/N).n
Dimana : ni
= jumlah sampel menurut stratum
n
= jumlah sampel seluruhnya
Ni
= jumlah populasi menurut stratum
N
= jumlah populasi seluruhnya
Sehingga didapat : 1. Subak Agung
= (1/40) x 36 = 1 sampel
2. Subak Gede
= (6/40) x 36 = 5 sampel
3. Subak di DI Caguh
= (12/40) x 36 = 11 sampel
4. Subak di DI Gadungan Lambuk
= (21/40) x 36 = 19 sampel
3.3.3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Data kualitatif
yaitu data yang berupa pernyataan responden dan
pertanyaan yang diberikan dalam bentuk kuisioner
50
b. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan teknik brain storming, wawancara dan diskusi dengan pihak responden yang terlibat dalam pengelolaan jaringan irigasi. Selanjutnya diadakan penyebaran kuesioner dengan dipandu pada saat pengisiannya, sehingga diperoleh penilaian dari responden terhadap efektivitas pengelolaan jaringan irigasi, pola tanam dan pengelolaan sumber air untuk kebutuhan irigasi. 2) Data Sekunder Data Sekunder diperoleh dari pihak lain atau dari laporan-laporan dan penelitian yang telah ada, dan yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas, diantaranya jumlah dan jenis jaringan irigasi yang diteliti, jumlah subak yang ada pada Daerah Irigasi Caguh dan Daerah Irigasi Gadungan Lambuk, serta data dari beberapa instansi pemerintah terkait antara lain Kantor
Dinas Pekerjaan Umum, Kantor Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten.
3.4.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kuisioner/ angket Dalam pengumpulan data dipergunakan daftar kuisioner yang disebar kepada seluruh responden dengan tujuan memperoleh data tentang
51
Sumber Daya Manusia, Organisasi Subak, Pendanaan, Sarana dan Prasarana dan
Sumber Air (air permukaan) dalam operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi pada DI Caguh dan DI Gadungan Lambuk 2. Observasi Observasi langsung yaitu dengan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui secara langsung mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan Efektivitas Pengelolaan Jaringan Irigasi pada Daerah Aliran Tukad Yeh Ho. Pengamatan ini dilengkapi dengan panduan pengamatan serta daftar cocok (checklist) dan rekaman gambar (foto).
3.5.
Identifikasi Variabel Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka
variabel dapat dibedakan menjadi: a. Variabel
bebas
(variabel
Independen)
merupakan
variabel
yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (variabel devenden). b. Variabel terikat (variabel devenden) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32/PRT/M/2007 tentang pedoman operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, dicantumkan tugas pokok dan fungsi perkumpulan petani pemakai air (subak) dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka dapat dilakukan identifikasi baik dalam variabel terikat (dependen variabel) yaitu efektivitas pengelolaan jaringan irigasi maupun variabel
52
bebas (independent variabel) yaitu : 1) Sumber Daya Manusia, 2) Organisasi, 3) Pendanaan, 4) Sarana Prasarana, 5) Sumber Air (air permukaan) Identifikasi terhadap variable tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Sumber Daya Manusia a) Tingkat pendidikan, b) Tingkat
pengetahuan
dan
keterampilan
bidang
operasi
dan
pemeliharaan jaringan irigasi, c) Kemampuan personal dalam memanfaatkan potensi, d) Kemampuan dalam pelestarian sistem jaringan irigasi, e) Kemampuan terhadap intensitas tanam sehingga dapat meningkatkan hasil produksi pertanian. 2. Organisasi Subak meliputi : a) Kelengkapan unsur organisasi subak, b) Kelengkapan tupoksi masing-masing unsur organisasi subak, c) Efektifitas koordinasi antar unsur subak, d) Efektifitas koordianasi subak dengan unsur pemerintah, e) Ikut aktif dalam pelaksanaan operasi dan Pemeliharaan Jaringan irigasi, f) Efektivitas dalam menjalankan tugas dan fungsi, g) Dapat mengajukan usulan tentang rencana tanam, h) Mampu melakukan kegiatan penelusuran jaringan irigasi, i) Terlibat dalam pengawasan dan evaluasi terhadap kegiatan operasi dan pemeliharaan, j) Mampu melakukan perencanaan program kerja subak,
53
k) Efektif dalam menjalankan awig awig yang telah disepakati. 3. Pendanaan : a) Ketersediaan sumber-sumer pendanaan, b) Kecukupan anggaran dalam operasional organisasi, c) Kemampuan organisasi untuk penggalangan dana, d) Dalam meningkatkan kesejahteraan petani, pemerintah memfasilitasi adanya wadah ekonomi bagi kepentingan anggota, e) Adanya komitmen pemerintah daerah dalam menyediakan anggaran rutin tahunan bagi operasional subak. 4. Sarana dan Prasarana : a) Kelengkapan sarana dan prasaran pendukung organisasi, b) Keandalan fungsi jaringan irigasi, c) Pemerintah Daerah memiliki komitmen yang baik dalam membantu subak untuk menyediakan sarana irigasi yang memadai, d) pemeliharaan sarana dan prasarana jaringan irigasi, e) peningkatan kelengkapan sarana dan sarana. 5. Sumber Air (air permukaan) : a) Informasi ketersediaan air, b) Pengaturan distribusi air terkoordinasi, c) Kecukupan air dalam pengelolaan irigasi, d) Pemantauan kualitas air.
54
3.6.
Definisi Operasional Variabel Secara lebih jelas, variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dirinci sesuai
dengan masalah yang dikaji adalah sebagai berikut : 1. Efektifitas
diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian
tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif. 2. Pengelolaan atau manajemen adalah suatu metode atau teknik atau proses untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara sistematik dan efektif melalui perencanaan
(planning),
pengorganisasian
(organizing),
pelaksanaan
(actuating) dan pengawasan (controlling) dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efisien. 3. Pengelolaan Jaringan Irigasi adalah kegiatan Operasi dan Pemeliharaan serta rehabilitasi jaringan irigasi. ( Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M/2007)
Mengacu pada definisi operasional variabel, berikut dirumuskan kisi-kisi instrument penelitian dengan deskripsi yang menekankan pada efektivitas pengelolaan jaringan irigasi, dengan operasional variabel penelitian dan indikatornya sebagai berikut: 1. Sumber daya manusia Untuk meningkatkan kinerja subak, perlu adanya kemampuan personil dalam memanfaatkan potensi, anggota subak mampu memanfaatkan secara optimal fasilitas jaringan irigasi primer, sekunder, dan tersier, memiliki pemahaman yang memadai
55
terhadap proses tata kelola penggunaan air dan meningkatkan kemampuan anggota subak terhadap intensitas tanam, guna meningkatkan hasil produksi pertanian. Indikator yang dinilai adalah kemampuan personal dalam memanfaatkan potensi. 2. Organisasi Organisasi subak merupakan petani pemakai air yang bersifat religius dan berkembang terus sebagai organisasi penguasa tanah dalam bidang pengaturan air untuk persawahan dari suatu sumber air didalam suatu daerah yang telah disepakati dan terlibat langsung dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, dan susunan organisasi subak sudah mempunyai tugas sesuai dengan tupoksi masing-masing. Organisasi subak pada dasarnya adalah satu organisasi kemasyarakatan yang bersifat tradisional yang dibuat untuk mengatur air dari sumbernya untuk mengairi satu daerah pertanian (Norken, 2004). Indikator yang dinilai adalah kemampuan organisasi subak dalam rencana pengelolaan sumber daya air. 3. Pendanaan Untuk keberlangsungan operasional organisasi, subak harus memiliki sumber-sumber pendanaan yang cukup, anggota subak harus memiliki kemampuan yang baik dalam menggalang dana bagi kebutuhan kegiatan subak, dalam meningkatkan kesejahteraan petani, pemerintah memfasilitasi adanya wadah ekonomi bagi kepentingan anggota. Indikator yang dinilai adalah kemampuan organisasi dalam penggalangan dana. 4. Sarana dan Prasarana Untuk meningkatkan sarana dan prasarana pendukung operasi organisasi yang cukup memadai subak harus memiliki jaringan irigasi secara teknis cukup handal, pemerintah daerah memiliki komitmen yang baik dalam membantu subak
56
untuk prasarana dan sarana pendukung irigasi. Indikator yang dinilai adalah keandalan fungsi jaringan irigasi. 5. Sumber Air (air permukaan) Faktor yang dinilai pada variabel ini adalah informasi ketersediaan air setiap saat, apakah sudah dilakukan pengelolaan melalui pencatatan debit pada seluruh bangunan pengambilan (intake) beserta kualitas air secara rutin. Indikator yang dinilai adalah informasi ketersediaan air setiap saat dan kualitas airnya.
3.7.
Skala Pengukuran Parameter yang diteliti dalam penulisan ini adalah efektivitas pengelolaan
jaringan irigasi, dalam hal ini efektivitas pelayanannya diukur dari pencapaian layanan jaringan terhadap tingkat intensitas tanam yang diinginkan. Skala pengukuran yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah Skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan Skala Likert, maka dimensi dijabarkan menjadi variabel kemudian variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Bentuk kuesioner ini adalah semi tertutup yaitu sebagian berupa pertanyaan tertutup yang jawabannya harus dipilih responden berdasarkan pilihan yang disediakan. Skala yang digunakan untuk mengukur tingkat penilaian responden petani dalam pengelolaan jaringan irigasi dengan sistem subak berupa metode scoring data menurut Likert yang berupa skala ordinal, menyangkut skala 1 sampai dengan 5 yaitu:
57
a. Sangat efektif
=5
b. Efektif
=4
c. Cukup efektif
=3
d. Tidak efektif
=2
e. Sangat tidak efektif
=1
3.8.
Uji Instrumen Penelitian
3.8.1
Uji Validitas Menurut Lerbin R (2005) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukan tingkat keandalan suatu alat ukur, sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir, dengan rumus Pearson Moment adalah :
r
hitung
=
n(∑ XiYi) − (∑ Xi )(∑ Yi)
{n. ∑ Xi
2
2
}{
2
− (∑ Xi ) . n. ∑ Yi 2 − (∑ Yi)
}
Dimana : rhitung = Koefisien korelasi
∑ Xi = Jumlah skor item ∑ Yi = Jumlah skor total (seluruh item)
n
= Jumlah responden
Selanjutnya, dihitung dengan Uji-t dengan rumus : t hitung =
r n−2 1− r 2
58
Dimana :
t
= Nilai t hitung
r
= Koefisien korelasi hasil rhiutng
n
= Jumlah responden
Distribusi (Tabel t) untuk tingkat kesalahan 5% dan derajad kebebasan (dk = n-2) Kaedah Keputusan : jika t hitung > t tabel berarti valid, sebaliknya jika t hitung < t table berarti tidak valid. Untuk menghitung tingkat validitasnya dilakukan dengan menggunakan alat bantu program Statistical Package for Social Science (SPSS) for window, sehingga dapat diketahui nilai dari kuesioner pada setiap variabel bebas. Suatu instrument dikatakan valid apabila memiliki korelasi antara butir dengan skor total dalam instrumen tersebut lebih besar dari 0,300 dengan tingkat kesalahan 5 persen.
3.8.2. Uji Reliabilitas Selanjutnya terhadap skor jawaban tiap item dilakukan uji reliabilitas dengan tujuan menunjukkan sejauh mana pengukuran itu memberikan hasil yang relative tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama mengenai kemantapan, keandalan/ stabilitas dan keadaan tidak berubah dalam waktu pengamatan pertama dan selanjutnya. Menurut Sugiyono (2006), Instrumen reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabel dilakukan secara eksternal dengan test-retest yaitu dengan cara mencobakan instrument yang sama dua kali pada responden yang sama dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama
59
dengan yang berikutnya. Bila koefisien positif dan signifikan maka instrument tersebut dinyatakan reliabel. Pengukuran reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan SPSS for windows dilihat dari koefisien Alfa Cronbach. Nilai batas yang digunakan untuk menilai sebuah tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,60. hal ini dapat dikatakan reliabel.
3.9.
Teknik Analisa Data
3.9.1
Analisis deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik responden
dan mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian yaitu 1) Sumber Daya Manusia, 2) Organisasi, 3) Pendanaan, 4) Sarana Prasarana, 5) Sumber Air (air permukaan)
serta menganalisis efektivitas pengelolaan
Jaringan Irigasi yang
dikelola oleh Pemerintah Provinsi pada ruas primer dan sekunder pada di Caguh dan di Gadungan Lambuk.
3.9.2
Analisis Kuantitatif
3.9.2.1 Teknik Analisis Efektivitas Pengukuran efektivitas merupakan salah satu indikator kinerja bagi pelaksanaan suatu kegiatan yang telah ditetapkan untuk menyajikan informasi tentang seberapa besar pencapaian sasaran atas target. Dalam perhitungan efektivitas, dikategorikan efektif apabila mencapai minimal satu atau seratus persen. Untuk pengelolaan jaringan irigasi di DI Caguh dan di DI Gadungan Lambuk apabila hasilnya menunjukkan persentase yang semakin besar dapat dikatakan bahwa semakin efektif. Demikian sebaliknya, semakin kecil persentase hasilnya maka menunjukkan pengelolaan jaringan irigasi semakin tidak efektif.
60
Untuk mengetahui klasifikasi kecendrungan dan tingkat efektivitas dari skor kuesioner dengan pedoman sebagai berikut (modifikasi Dantes, 2001) Mi + 2 Sdi s.d Mi + 3 Sdi → Sangat Efektif Mi + 1 Sdi s.d Mi + 2 Sdi → Efektif Mi – 1 Sdi s.d Mi + 1 Sdi → Cukup Efektif Mi – 2 Sdi s.d Mi -1 Sdi → Kurang Efektif Mi – 3 Sdi s.d Mi - 2 Sdi → Sangat kurang Efektif Dimana: Mi = Mean Ideal = ½ x ( skor maksimal Ideal + skor minimal idiel) SDi = Standar Deviasi Ideal = 1/6( skor maksimal ideal - skor minimal ideal ) Menurut Sugiyono (2010) dalam perhitungan efektivitas digunakan skor (skala Likert), apabila skor semakin besar dapat dikatakan bahwa pengelolaan semakin efektif, demikian pula sebaliknya semakin kecil skor hasilnya menunjukkan pengelolaan semakin tidak efektif. Selain itu penelitian ini juga mengacu pada kinerja instansi pemerintah yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Skala dan Klasifikasi Pengukuran Efektivitas Kinerja Instansi Pemerintah Kinerja
Kriteria
91% - 100%
Sangat efektif
81% - 90%
Efektif
61% - 80%
Cukup efektif
41% - 60%
Tidak efektif
Kurang dari 40%
Sangat tidak efektif
Sumber: Depdagri, Kepmendagri, Tahun 1996
61
Dari tabel diatas menunjukkan bakwa apabila persentase yang dicapai 91 persen sampai 100 persen berarti sangat efektif, pencapaian diatas 81 persen sampai 90 persen berarti efektif, persentase diatas 61 persen sampai 80 persen berarti cukup efektif, persentase diatas 41 persen sampai 60 persen berarti tidak efektif dan persentase kurang dari 40 persen berarti sangat tidak efektif.