19
BAB II URAIAN TEORITIS
2.1
Bagi Hasil Menjalankan prinsip syariah tidak hanya mendatangkan berkah. Lebih dari
itu, mengoperasikan prinsip syariah juga membuka peluang menangguk untung pada kondisi-kondisi yang tidak normal. Itulah yang diperlihatkan bank-bank yang beroperasi secara syariah. Ketika di Indonesia terjadi krisis moneter, disaat perbankan nasional tengah dijangkiti “virus” negative spread (kerugian akibat bunga simpanan lebih tinggi dari bunga kredit) bank-bank yang menerapkan prinsip bagi hasil melenggang tanpa beban. Ini bukan kebetulan, melainkan bukti. Di awa krisis pertengahan tahun 1997, bank-bank konvensional bertumbangan. Waktu itu, Bank Indonesia menerapkan tight money policy (kebijakan uang ketat) dengan menetapkan bunga simpanan mencapai 70 persen. Satu sisi, otoritas moneter berharap dengan meningkatkan bunga hingga setinggi itu, dana masyarakat akan tersedot ke sistem perbankan. Dengan cara ini pula, mereka berharap masyarakat tidak membeli dolar AS yang tengah menekan rupiah. Namun, di sisi lain, kebijakan ini menjadi beban berat yang harus dipikul dunia perbankan (konvensional). Banyak di antara bank-bank itu yang kelimpungan tercekik oleh tingginya bunga. Mereka harus membayar bunga simpanan masyarakat dengan bunga yang selangit, sementara bank tidak bisa menarik kredit sebesar itu dari para nasabah. Seperti yang telah diketahui, fragmen itu
Universitas Sumatera Utara
20
berlanjut dengan tumbangnya satu persatu bank-bank konvensional karena kesulitan likuiditas. Azas utama bank Syariah adalah prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil adalah suatu sistem pembagian keuntungan dari kerugian bersama, atau disebut juga prinsip koperasi Mudharabah. Bagi hasil adalah sistem pembagian keuntungan dan kerugian diantara
pemilik
modal
(shahibul
al-maal)
dengan
pengelola
(mudharib)
(Saparuddin, 2004 : 21). Pada operasional bank secara umum, kedudukan sebagai pemilik modal ataupun sebagai pengelola dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu : 1. Dari sudut bank sebagai suatu perusahaan (entity), maka pemilik modal bank (pemegang saham) berkedudukan sebagai mudharib. 2. Dari sudut bank sebagai lembaga keuangan perantara (intermediary) yang menerima dana dari deposan/penaung berkedudukan sebagai shahibul almaal, sedangkan bank sebagai mudharib.
2.1.1
Metode Pendistribusian Bagi Hasil Terdapat dua metode pendistribusian bagi hasil yang dapat diterapkan pada
bank syariah, yaitu (Ibid) : 1. Metode Revenue Sharing 2. Metode Profit Sharing Ad.1
Metode Revenue Sharing
Universitas Sumatera Utara
21
Metode Revenue Sahring adalah metode pendistribusian bagi hasil yang mendasarkan perhitungan bagi hasil dari jumlah pendapatan kotor (gross profit). Pada revenue sharing pembagian hanya dilakukan terhadap jumlah pendapatan, sedangkan biaya-biaya sepenuhnya ditanggung oleh pengelola (mudharib). Metode revenue sharing dapat disebut juga metode gross profit sharing, karena antara shahibul maal dengan mudharib hanya berbagu dari jumlah pendapatan katar atau revenue yang di peroleh bank. Segala biaya-biaya yang timbul dalam pengelolaan uasaha untuk menghasilkan laba kotor dimaksud akan menjadi beban bank selaku mudharib. Bank sebagai shahibul al-maal Proses perhitungannya adalah sebagai berikut : 1. Bank melakukan perhitungan besarnya kontribusi dana bank dalam menghasilkan peningkatan penjualan bersih perusahaan. 2. Penjualan bersih yang merupakan kontribusi dari pembiayaan bank dikurangkan dengan harga pokok penjualan, untuk mendapatkan laba kotor. 3. Laba kotor didistribusikan sesuai nisbah bagi hasil antara bank dengan debitur. 4. Debitur menerima porsi keuntungan sesuai nisbah dari laba kotor. 5. Debitur memperhitngkan seluruh biaya yang menjadi beban usahanya kedalam Porsi keuntungan yang diterima. 6. Debitur memperoleh laba bersih setelah dikurangi biaya-biayanya.
Universitas Sumatera Utara
22
Bank sebagai mudharib Pada kedudukan bank sebagai mudharib, maka bank akan menghitung seluruh pendapatan pembiayaan maupun yang bersumber dari simpanan di bank lain (investasi). Revenue yang diperoleh oleh bank ini akan dibagikan kepada Shahibul almaal, yaitu para penabung dan deposan. Proses perhitungannya adalah sebagai berikut : 1. Bank menerima dana mudharabah dalam bentuk tabungan maupun deposito. 2. Bank memproduktifkan dana yang diterima dengan menyalurkan pinjaman maupun menyimpan sebagian pada bank lain dalam bentuk tabungan atau rekening giro yang menghasilkan profit pula. 3. Terhadap seluruh pendapatan bagi hasil yang diterima, diterapkan nisbah nasabah, sehingga sebagian dari keuntungan kotor itu menjadi hak nasabah dan sebagian lagi menjadi hak bank. 4. Dari sisa pendapatan kemudian diperhiyumgkan seluruh biaya operasi dan administrasi, sehingga menghasilkan pendapata bersih sebelum zakat dan pajak.
Ad.2
Metode Profit Sharing Metode profit sharing adalah metode pendistribusian bagi hasi yang
mendasarkan perhitungan bagi hasil dari jumlah pendapatan bersih. Pembagian
Universitas Sumatera Utara
23
(sharing) dilakukan baik terhadap jumlah pandaatan maupun biaya-biaya yang timbul dalam pengelolaan usaha untuk menghasilkan laba dimaksud akan menjadi beban bersama shahibul al-maal dan mudharib. Bank sebagai shahibul al-maal Metode perhitungan pendistribusian bagi hasilnya adalah sebagai berikut ; 1. Bank melakukan perhitungan besarnya laba bersih yang merupakan kontribusi dana dalam menghasilkan peningkatan penjualan bersih usaha debitur. 2. Terhadap laba bersih diterapkan nisbag bagi hasil antara bank dengan debitur. 3. Bank dan debitur menerima porsi keuntungan sesuai nisbah dari laba bersih. 4. Debitur menerima porsi keuntungan sesuai nisbah dari laba bersih. 5. Debitur memperoleh laba bersih setelah pembayaran nisbah kepada bank. Bank sebagai mudharib Pada kedudukan bank sebagai mudharib maka bank akan melakukan bagi hasil dengan pemegang dana pihak ketiga setelah terlebih dahulu memperhitungkan biaya-biaya pengelolaan bank.
2.1.2
Perbandingan Metode Revenue Sharing dan Metode Profit Sharing
1. Sharing Pendapatan Pada metode revenue sharing yang menjadi objek bagi hasil adalah pendapatan kotor, yakni pendapatan dari sumber pembiayaan, pendapatan dana pada bank lain dan komisi dari pembiayaan. Dengan menggunakan metode revenue sharing, maka dana investasi nasabah tidak akan berkurang atau minimal tidak akan
Universitas Sumatera Utara
24
mendapatkan bagi hasil. Pada metode profit shaing pendapatan yang menjadi objek bagi hasil adalah profit yang diterima oleh bank. Dengan menggunakan metode profit sharing dapat menyebabkan berkurangnya nilai dana investasi akibat kemungkinan kerugian yang diderita bank syariah. 2. Sharing Biaya Pada revenue sharing dilakukan pembagian beban biaya kepada shahibul al-maal, tetapi seluruh biaya menjadi beban mudhrib. Berbeda dengan metode profit sharing seluruh biaya sehubungan untuk menghasilkan pendapatan pembiayaan dan pendapatan dari bank lain dilakukan pembagian diantara shahibul al-maal dengan mudharib. 3. Pembagian Kerugian Pada metode revenue sharing objek bagi hasil adalah pendapatan kotor. Dengan demikian apabila pendapatan kotor menurun maka profit yang diterima nasabah juga menurun. Apabila pendapatan bank menurun sampai titik terendah, misalnya nol, maka penerimaan nasabah adalah nol, maka yang menanggung kerugian adalah bank modal sendiri. Kecuali modal bank telah habis, maka barulah timbul kemungkinan mengurangi jumlah pokok dana yang disimpan pada bank. Berbeda dengan metode revenue sharing, karena deposan turut menerima pembagian biaya-biaya, maka apabila terjadi biaya lebih besar dari pendapatan, maka segera nasabah turut menanggung kerugian.
Universitas Sumatera Utara
25
2.1.3
Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi bagi hasil. Faktor-faktor
tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung (Antonio, 2001 : 139). 1. Faktor Langsung Diantara faktor-faktor langsung (direct factors) yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah sebagai berikut : a. Invesment Rate merupakan persentase actual dana yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode yaitu antara rata-rata saldo minimum bulanan atau rata-rata saldo minimum harian. Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana actual yang digunakan. c. Nisbah (profit sharing ratio) Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berbeda. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Nisbah juga dapat berbeda dengan besarnya dana jatuh temponya.
Universitas Sumatera Utara
26
2. Faktor Tidak Langsung a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit and sharing). Pendapatan yang “dibagihasilkan” merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya. Jika semua ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing. b. Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting) Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
2.2
Suku Bunga
2.2.1
Pengertian suku Bunga Bunga merupakan hal penting bagi bank dalam penarikan tabungan dan
penyaluran kreditnya. Penarikan tabungan dan penyaluran kredit selalu dihubungkan dengan tingkat suku bunganya. Bunga bagi bank bisa menjadi biaya (cost of fund) yang harus dibayarkan kepada penabung, tetapi dilain pihak, bunga dapat juga merupakan pendapatan bank yang diterima dari debitur karena kredit yang diberikan bank. Beberapa definisi mengenai pengertian bunga : -
Menurut Malayu S.P Hasibuan (1997 : 125) bunga adalah balas jasa atas pinjaman uang atau barang yang dibayar oleg debitur kepada kreditur.
Universitas Sumatera Utara
27
-
Menurut Boediono (1992 : 2) rate of interest adalah harga dari penggunaan uang atau bisa juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu.
-
Menurut Kasmir (2000 : 106) suku bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Suku bunga juga dapat dikatakan sebagai biaya yang dikeluarkan sebagai balas jasa karena telah menggunakan uang orang lain. Bagi dunia perbankan suku bunga dapat dinyatakan sebagai harga yang harus
dikeluarkan bank kepada nasabah yang menyimpan dananya atau uangnya di bank (yang memiliki simpanan), dan di sisi lain dapat dikatakan sebagai harga yang dibayar nasabah kepada bank atas dana yang telah dipinjamkan (nasabah yang memperoleh pinjaman).
2.2.2
Jenis Suku Bunga Bank Dalam realitas sehari-hari terdapat beragam jenis suku bunga. Jenis-jenis suku
bunga ini dapat dikelompokkan menjadi empat jenis suku bunga, yaitu : a.
Suku Bunga Dasar (Bank Rate) Suku Bunga Dasar (bank rate) adalah tingkat suku bunga yang ditentukan
oleh bank sentral atas kredit yang diberikan oleh perbankan, dan tingkat suku bunga yang ditetapkan bank sentral untuk mendiskonto surat-surat berharga yang ditarik atau diambil oleh bank sentral. Dasar perhitungan tingkat suku bunga ini juga dipakai
Universitas Sumatera Utara
28
oleh bank komersial untuk menghitung suku bunga kredit yang dikenakan kepada nasabahnya. b.
Suku Bunga Efektif (Effective Rate) Suku Bunga Efektif (effective rate) adalah tingkat suku bunga yang dibayar
atas harga beli suatu obligasi (BOND). Semakin rendah harga pembelian harga obligasi dengan harga tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin rendah harga pembelian obligasi dengan tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin tinggi tingkat bunga efektifnya, dan semakin tingi harga pembelian obligasi dengan tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin rendah tingkat bunga efektifnya. Jadi ada hubungan terbalik antara harga yang dibayarkan unuk obligasi dengan tingkat bunga efektifnya. c.
Suku Bunga Nominal (Nominal Rate) Suku Bunga Efektif (effective rate) adalah tingkat suku bunga yang
dibayarkan tanpa dilakukan penyesuaian terhadap akibat-akibat inflasi. d.
Suku Bunga Padanan (Equivalent Rate) Suku Bunga Padanan (equivalent rate) adalah suku bunga besarnya dihitung
setiap hari (bunga harian), setiap minggu (bunga mingguan), setiap bulan (bunga bulanan) dan setiap tahun (bunga tahunan, untuk sejumlah pinjaman atau investasi selama jangka waktu tertentu, yang apabila dihitung secara anuitas (bunga berbunga) akan memberikan penghasilan bunga dalam jumlah yang sama.
Universitas Sumatera Utara
29
Berdasarkan kegiatan bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat (dan hubungannya dengan nasabah), maka suku bunga yang dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis yaitu : a.
Bunga Simpanan Bunga Simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atas balas
jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank yang merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contohnya : bunga tabungan dan bunga deposito b.
Bunga Pinjaman Jika menurut sejarah falsafanya, perkreditan berasal dari ungkapan jiwa
tolong menolong tanpa pamrih, akhirnya perkembangan ekonomi modern menjuruskan orang untuk berfikir pada penghargaan uang, waktu dan jasa. Timbullah perhitungan sewa modal berupa bunga yang tinggi rendahnya mengikuti dalil ekonomi, yaitu penawaran dan permintaan. Perkreditan dijadikan objek pencarian keuntungan dengan jalan memutarkan uang atau dana sebagai potensi yang dimiliki oleh pihak yang dibutuhkan oleh pihak lain karena bersedia memberi jasa modal berupa bunga menurut ukuran jangka waktu pemakaian. Batas tinggi rendahnya suku bunga bergantung pada sumber pemberi kredit, kredit swasta atau liar menghitung suku bunga menurut dasar penawaran dan kesanggupan masing-masing pihak. Suku Bunga untuk perkreditan dari sumber tersebut dipengaruhi oleh iklim peredaran uang dalam masyrakat.
Universitas Sumatera Utara
30
Jadi dapat diartikan bunga pinjaman adalah bunga atau harga yang diberikan oleh nasabah (peminjam) kepada bank atas dana atau pinjaman yang diperolehnya. Contohnya : bunga kredit
2.2.3
Teori Suku Bunga
A.
Teori Klasik Bunga adalah “harga” dari penggunaan loanable funds. Terjemahan langsung
dari istilah tersebut adalah “dana yang tersedia untuk dipinjamkan”, atau dapat disebut “dana investasi”, sebab menurut teori klasik bunga adalah harga yang terjadi di “pasar” dana investasi. Dalam suatu periode ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi apa yang mereka perlukan untuk konsumsinya selama periode tersebut. Mereka ini adalah kelompok “penabung”. Bersama-sama jumlah “tabungan” mereka membentuk supply atau penawaran akan loanable funds. Di lain pihak dalam periode yang sama ada anggota masyarakat yang membutuhkan dana, mungkin mereka ingin berkonsumsi lebih dari pendapatan yang diterima selama periode tersebut atau pengusaha yang membutuhkan dana untuk operasi atau perluasan usahanya. Mereka ini adalah investor. Jumlah dari seluruh kebutuhan mereka akan dapat membentuk permintaan akan loanable funds. Selanjutnya para penabung dan para investor ini akan bertemu di pasar loanable funds, dan dari proses tawar-menawar antara mereka akhirnya akan dihasilkan tingkat bunga kesepakatan atau keseimbangan. Menurut kaum klasik tingkat bunga ditentukan oleh :
Universitas Sumatera Utara
31
1.
Penawaran tabungan oleh rumah tangga
2.
Permintaan dana tabungan oleh investor
Semakin besar bagian pendapatan yang akan ditabung akan mengakibatkan turunnya tingkat bunga dan sebaliknya tingkat bunga akan naik bila penawaran tabungan semakin berkurang. Bila dilihat dari sudut permintaan dana tabungan, kenaikan permintaan dana oleh investor akan mengakibatkan naiknya tingkat bunga dan bila permintaan dana menurun, maka suku bunga juga bergerak turun. Jadi dapat dikatakan ada kepentingan yang berbeda antara pemilik dana dan investor terhadap tingkat bunga yang berlaku, dimana pemilik dana menginginkan tingkat bunga yang tinggi sedangkan investor sebaliknya mengharapkan bunga yang rendah. B.
Teori Keynes Menurut Keynes tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter, yang
artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP) sepanjang uang itu akan mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempenagruhi keinginan untuk mengadakan investasi, dan demikian akan mempengaruhi sumber timbulnya “permintaan akan uang”. Motif transaksi Keynes tetap menerima pendapatan golongan Cambridge, bahwa orang yang memgang uang guna memenuhi dan melancarkan transaksi-transaksi yang dilakukan dan permintaan masyarakat untuk tujuan ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan
Universitas Sumatera Utara
32
tingkat bunga. Semakin tinggi pendapatan nasional semakin besar volume transaksi dan semakin besar pula kebutuhan uang untuk memenuhi transaksi. Motif berjaga-jaga Keynes membedakan permintaan akan uang untuk tujuan pembayaran-pembayaran tidak regular, atau yang di luar rencana transaksi normal, misalnya untuk pembayaran keadaan-keadaan darurat seperti kecelakaan, sakit serta pembayaran tidak terduga lainnya. Orang memanfaatkan uang untuk keadaan yang tidak terduga tersebut, karena sifat uang yang liquid, atau nidah ditukarkan dengan barang atau jasa lain. Motif spekulasi Sesuai dengan namanya motif dari memegang uang adalah untuk tujuan memperoleh keuntungan yang dapat diperoleh jika pemegang uang dapat memprediksi keadaan yang akan terjadi dengan benar. Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsure permintaan uang untuk tujuan spekulasi. Permintaan akan uang yang menururt Keynes disebut dengan “liquidity freference” (preferensi likuiditas) tergantung dari tingkat bunga. Preferensi likuiditas berdasarkan motif ini sangat peka terhadap perubahan tingkat bunga. Semakin rendah tingkat bunga (i) maka preferensi likuiditas akan semakin besar. Permintaan uang dengan motif spekulasi adalah disebabkan ketidakpastian suku bunga di masa yang akan datang. Motif spekulasi ini dikaitkan dengan jual beli obligasi dimana perubahan harganya ditentukan oleh perubahan tingkat bunga yang akan terjadi di masa yang akan datang. Bila masyarakat menganggap tingkat bunga saat ini lebih tinggi dari tingkat bunga
Universitas Sumatera Utara
33
normal maka dalam masyarakat akan timbul ekspektasi tingkat bunga cenderung turun di masa yang akan datang. Turunnya tingkat bunga mengakibatkan harga obligasi naik dan pemegang obligasi memperoleh keuntungan. Dengan demikian pemegang obligasi lebih suka tetap memegang obligasinya disbanding dengan memegang uang. Jadi bila tingkat bunga naik, permintaan terhadap uang akan rendah dan sebaliknya bila tingkat bunga saat ini lebih rendah dari tingkat bunga normal, maka dalam masyarakat timbul ekspektasi bahwa tingkat bunga akan naik dimasa yang akan datang. Harga obligasi turun dan terjadi kerugian pada pemegang saham sehingga orang lebih suka memegang uang dari pada obligasi. Jadi menurut Keynes kenaikan permintaan uang baik untuk transaksi, berjagajaga maupun spekulasi akan menyebabkan naiknya tingkat bunga dan sebaliknya bila permintaan uang turun maka tingkat bunga akan bergerak turun. Permintaan uang akan mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun dibawah tingkat normal, maka masyarakat yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat normal (yakin bunga akan naik di waktu yang akan datang). Jika mereka memegang surat berharga di waktu suku bunga naik (harganya turun). Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun dibawah tingkat bunga normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat yang normal (yakin bahwa bunga akan naik di waktu yang akan datang). Jika mereka memegang surat berharga di waktu suku bunga naik
Universitas Sumatera Utara
34
(harganya turun). Mereka akan menderita kerugian (capital loss). Mereka akan menghindari kerugian ini dengan mengurangi surat berharga yang dipegangnya, dengan sendirinya akan menamah uang kas yang dipegang, pada waktu tingkat bunga naik. Hubungan permintaan negatif dengan tingkat bunga juga berkaitan dengan ongkos memegang uang kas (opportunity costof holding money). Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memegang uang kas (dalam bentuk tingkat bunga yang tidak diperoleh karena kekayaan diwujudkan dalam bentuk uang kas), sehingga, keinginan memegang uang kas juga turun. Sebaliknya, jika tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas juga makin rendah sehingga permintaan akan uang kas akan naik. C.
Teori Paritas Tingkat Bunga Sampai saat ini tidak ada negara yang benar-benar tertutup, artinya hubungan
dengan luar negeri dianggap tidak ada. Selalu ada perbedaan-perbedaan dalam derajat “keterbukaan” suatu negara. Namun kiranya jelas bahwa adanya hubungan dengan luar negeri mempunyai pengaruh terhadap perkembangan tingkat bunga di dalam negeri. Teori paritas tingkat bunga adalah teori mengenai penentuan tingkat bunga dalam sisten devisa bebas, yaitu apabila penduduk masing-masing negara bebas memperjualbelikan devisa. Teori ini pada pokoknya menyatakan bahwa “dalam sistem devisa bebas tingkat bunga di negara satu akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara
Universitas Sumatera Utara
35
lain. Setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu dengan negara yang lain. Secara aljabar Rn = Rf + E* Di mana :
Rn = tingkat bunga (nominal) di dalam negeri Rf = tingkat bunga (nominal) di luar negeri E* = laju depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing Yang diperkirakan akan terjadi.
Karena beberapa alasan tingkat bunga berbeda di seluruh dunia. Ketika diasumsikan tingkat bunga dalam perekonomian terbuka kecil ditentukan oleh tingkat bunga dunia, masyarakat luar negeri akan memberi pinjaman kepada negara itu, yang membuat tingkat bunga domestik turun. Dan jika bunga tingkat domestik berada di bawah tingkat bunga dunia, penduduk domestik akan memberi pinjaman ke luar negeri untuk mendapatkan pengembalian yang lebih tinggi, yang mendorong tingkat buga domestik naik. Akhirnya tingkat bunga domestik akan sama dengan tingkat bunga dunia. Perlu dicatat bahwa dalam praktek ada ‘biaya transaksi’ untuk memindahkan dana dari dalam negeri. Oleh sebab itu teori paritas bunga ini lebih tepat jika berbunyi bahwa tingkat bunga antara dua negara cenderung sama, setelah dikoreksi dengan laju depresiasi yang diperkirakan dari mata uang yang satu terhadap mata uang negara lain dan biaya transaksi (biaya memindahkan dana). Dalam sistem devisa bebas biaya transaksi tersebut rendah, tetapi dalam sistem devisa yang kurang bebas,
Universitas Sumatera Utara
36
biaya tersebut bisa tinggi. Oleh karena itu dalam sistem devisa yang tidak bebas, ada kemungkinan tingkat bunga di dalam negeri sangat berbeda dengan tingkat bunga di luar negeri, meskipun telah dikoreksi dengan laju depresiasi yang diperkirakan. D.
Teori Nilai Teori ini didasarkan pada anggapan bahwa nilai sekarang (present value)
lebih besar dari pada nilai yang akan datang (future value). Perbedaan nilai ini harus mendapat penggantian dari peminjam atau debitur. Penggantian nilai inilah yang dimaksudkan dengan bunga. Jadi menurut teori, bunga merupakan pengganti atas perbedaan nilai tersebut. Jadi bunga adalah besarnya penggantian perbedaan antara nilai yang sekarang dengan nilai yang akan datang. E.
Teori Pengorbanan Teori ini didasarkan pada pemikiran bahwa pengorbanan yang diberikan
seharusnya mendapat balas jasa berupa pembayaran. Teori ini mengemukakan bahwa jika pemilik uang meminjamkan uangnya kepada debitur selama uangnya belum dikembalikan debitur atau bank, kreditur tidak dapat menggunakan uang tersebut. Pengorbanan kreditur inilah yang harus dibayar oleh debitur. Pembayaran inilah yang disebut dengan bunga. F.
Teori laba Teori ini mengemukakan bahwa bunga ada karena adanya motif laba (spread
profit) yang ingin dicapai. Bank dan para pelaku ekonomi mau dan bersedia membayar bunga didasarkan atas laba yang akan diperolehnya. Misalnya bank akan menerima deposito dan tabungan jenis lainnya dan akan membayar bunga atas
Universitas Sumatera Utara
37
deposito dan tabungan jenis lainnya dan akan membayar bunga atas deposito dan tabungan lainnya tersebut karena bank itu akan memperoleh laba dari pemberian kredit. Spread profit
bank sama dengan price credit dikurangi dengan cost of
moneynya. Masyarakat Surplus Spending Unit (SSU) yang cara menabungnya bersifat non produktif atau hoarding (idle money) menjadi efektif produktif apabila salah satu motifnya untuk memperoleh laba dari tabungan yang dilakukannya. Jadi laba merupakan pendorong bagi terciptanya bunga, baik bagi pengusaha maupun bagi masyarakat SSU untuk menabungkan uangnya secara efektif dan produktif (Drs. H. Malayu S.P Hasibuan-1998) G.
Teori Kelompok Pasar Teori kelompok pasar (The Perfect Habitat Theory) mengemukakan bahwa
jika permintaan pasar kelompok dana besar untuk jangka waktu satu bulan, tingkat bunga satu bulan akan lebih besar dari pada tingkat bunga tiga bulan. Alasannya adalah peranan harapan masuk sulit dan hubungan kelompok sangat menentukan.
2.3
Deposito Syariah Yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan
berdasrkan prinsip syariah. Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatua yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana) sedangkan deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bak syariah dapat melakukan berbagai macam usaha
Universitas Sumatera Utara
38
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengemangkannya, ternasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga. Dengan demikian bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat sebagai wali amanah (trustee), yakni harus berhati-hati atau bijaksana atau beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya. Disamping itu, bank syariah sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin. Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagi hasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituankan dalam akad pembukuan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab atas kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaianya. Namur apabila terjadi adalah mis management(salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut. 2.3.1
Deposito Mudharabah Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya (Antonio, 2001 : 94). Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul al-maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keutungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugu akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat
Universitas Sumatera Utara
39
kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola itu harus bertanggung jawab atas kerugia tersebut. Mudharabah dalam sistem perbankan islam Kontrak mudharabah umumnya telah dioperasionalkan dalam sistem perbankan islam di Timur Tengah dewasa ini (Antonio, 2001 :102). Kontrak ini dalam bank Islam kebanyakan digunakan untuk tujuan perdagangan jangka pendek (short-term commercial) danjenis usaha tertentu (specific venture). Kontrak tersebut memberikan wewenang terhadap segala macam yang menyangkut pembelian (buying) dan penjualan (selling) barang, yang indikasinya untuk merealisasikan tujuan utama dari perdagangan yang didasarkan pada kontrak. Dalam hal ini, posisi mudharib ertindak sebagai nasabah bank Islam untuk meminta pembiayaan usaha berdasarkan kontrak mudharabah. Mudharib menerima dukungan dana dari bank, yang dengan dana tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan membelanjakan dalam bentuk barang dagangan untuk dijual kepada pembeli, dengan tujuan agar memperoleh keuntungan (profit). Sebelum pembiayaan usaha tersebut disetujui, mudharib memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada pihak bank mengenai seluk beluk usaha yang berkaitan dengan barang, sumber pembelanjaan, maupun seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut. Mudharib mengajukan sejumlah persyaratan financial yang memuat beberapa hal yang menyangkut ketentuan harga penjualan, arus pembayaran, dan tingkat keuntungan yang diperoleh. Persyaratan tersebut akan dipelajari oleh bank sebelum memutuskan menyetujui pembiayaan usaha tersebut. Bank umumnya akan
Universitas Sumatera Utara
40
menyetujui membiayai usaha tersebut jika tingkat keuntungan yang diharapkan cukup menjanjikan . Prinsip Bagi Hasil Bank Islam dalam melaksanakan kontrak mudharabah membuat kesepakatan dengan nasabah (mudharib) mengenai tingkat perbandingan keuntungan (profit-ratio) yang ditentukan dalam kontrak. Perbandingan keuntungan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : kesepakatan dari nasabah (mudharib), prediksi keuntungan yang akan diperoleh, respon pasar,kemampuan memasarkan barang, dan juga masa berlakunya kontrak. Jika kontrak mudharabah ternyata tidak menghasilkan keuntungan, maka mudharib selaku pengelola usaha tersebut tidak menyelewengkan atau terjadi kesalahan manajemen dari dana mudharabah berdasarkan atas persyaratan kontrak yang telah disepakati dengan investor. Namun juka terbukti akibat kecerobohan dari pihak mudharib, maka dia yang berhak menanggung kerugian tersebut. Dalam kasus tersebut, barang jaminan (garansi) yang dijadikan sarana pertanggungjawaban harus diberikan kepada bank. Di sini jelas kelihatan bahwa bank dapat tururt menanggung setiap terjadinya keruguan, meskipun demikian tidak harus diterima begitu saja. Melalui berbagai macam pertimbangan, bank Islam hampir menghilangkan karakter ketidaktentuan hasil usaha yang diperoleh melalui kontrak mudharabah. Pertimbangan resiko dalam bidang usaha ini sebagaimana yang diambil oleh bank dapat diperkirakan dan diperhitungkan sebelumnya. Berdasarkan alas an bahwa kontrak mudharabah yang
Universitas Sumatera Utara
41
dipraktekan dalam bank Islam memiliki sedikit perbedaan dengan operasional bisnis beresiko rendah atau bisnis yang tidak beresiko. Membicarakan kontrak mudharabah sebagaimana yang diprektekkan dalam bank Islam mengindikasikan bahwa kontrak tersebut digunakan untuk tujuan jenis perdagangan jangka waktu pendek (short term commercial) dimana hasil yang akan diperoleh dapat diprediksi kepastiannya. Di sini sebenarnya tidak terdapat keseimbangan perpindahan modak kepada mudharib untuk menjalankan bisnis secara bebas. Pihak bank meminta keterangan secara mendetail mengenai seluk beluk yang berkaitan dengan penjualan barang. Setiap terjadi kekeliruan dari persyaratan kontrak akan membuat mudharib bertanggungjawab untuk menanggung kerugian yang dialaminya. Pihak bank menentukan masa berlakunay kontrak, juga meminta jaminan untuk memastikan pengembalian modal sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, walaupun
pihak
bank
tidak
mengungkapkannya
secara
eksplisit.
Dalam
melaksanakan sistem bagi hasil, secara teoritis pihak bank bertanggung jawab menanggung seluruh kerugian, tetapi tidak demikian dalam prakteknya, karena sering kali pihak bank tidak mudah percaya atas kerugian yang dialami pihak mudharib. Dari penjelasan di atas dapat digambarkan bagaimana kontrak mudharabah sebagaiman umumnya yang terdapat dalam hokum Islam, atau yang digambarkan oleh para teoritikus perbankan Islam yang didambakan sebagai bentuk pembiayaan modal usaha atau sebagai pengembangan pembiayaan industri. Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, mudharabah diterapkan pada :
Universitas Sumatera Utara
42
a. Tabunga berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya. b. Deposito spesial (special investment), di mana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu. Adapun pada sisi pembiayaan,mudharabah diterapkan pada : a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa. b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang teah ditetapkan oleh shahibul maal.
2.3.2
Jenis-jenis Mudharabah
a. Mudharabah Mutlaqah Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke nudharib yang memberi kekuasaan sangat besar (Antonio 2001 : 97). Pada produk dana jenis ini, bank syariah akan melakukan investasi atas dana yang dipercayakan oleh investor ke dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh bank tanpa harus terikat oleh ketentuan dan persyaratan yang ditentukan investor. Pada prakteknya, bank syariah akan menetapkan nisbah bagi hasil tertentu yang akan disepakati dimuka.
Universitas Sumatera Utara
43
Produk dana investasi ini sangat cocok untuk para investor yang memiliki dana berlebih, namun tidak mengetahui bagaimana melakukan investasi yang benar. Namun demikian, investor harus meyakini terlebih dahulu lembaga bank syariah yang akan dituju, terkait pada masalah resiko investasi. b. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari Mudharabah Muthlaqah. Mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecendrungan umum shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha. Pada produk jenis ini, bank syariah akan melakukan investasi atas dana yang dipercayakan oleh investor ke dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh bank, tetapi terikat oleh ketentuan dan persyaratan yang telah ditentukan okeh investor. Batasan yang ditentukan oleh investor antara lain : jenis usaha, waktu dan/atau tempat usaha. Pada prakteknya, bank syariah akan menetapkan nisbah bagi hasil tertentu yang akan disepakati dimuka. Produk ini sangat cocok untuk para investor yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas tentang sektor usaha yang prospektif, tetapi membutuhkan perantara bank sebagai lembaga profesional dan terpercaya. Dengan demikian, investor jenis ini telah meyakini terlebih dahulu resiko usaha yang dituju dan lembaga bank syariah yang akan dituju, terkait pada masalah resiko investasi. Pada produk ini. Posisi bank
Universitas Sumatera Utara
44
lebih mirip dengan Agen Investasi, dimana bank bertindak mempertemukan antara dunia usaha dengan investor.
Universitas Sumatera Utara