BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penggunaan Partograf 1. Definisi Penggunaan Penggunaan adalah proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu, pemakaian (KBBI, 2005). Penggunaan (penerapan) adalah suatu tindakan atau praktik dengan menggunakan prosedur yang sudah ada, artinya apa yang dilakukan seseorang tidak sekedar saja, tetapi sudah dilakukan tepat sesuai dengan prosedur. Jadi penggunaan partograf adalah menggunakan partograf sesuai dengan prosedur yang sudah ada. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut (Green, 1991 dalam Notoatmodjo, 2007) perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: a. Faktor predisposisi (predisposing factor) Faktor ini mencakup pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, tingkat pendidikan, lama bekerja, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. b. Faktor pendukung (enabling factor) Faktor yang mendukung adanya perubahan perilaku yaitu tersedia dan tidak tersedianya sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan misalnya puskesmas, rumah sakit, posyandu, polindes, dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya serta kemampuan sumber daya termasuk mengikuti pelatihan.
Universitas Sumatera Utara
c. Faktor penguat (reinforcing factor) Faktor penguat yaitu lingkungan sosial yang meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, dan petugas kesehatan serta undang-undang/ peraturan pemerintah. Penggunaan partograf oleh bidan praktik mandiri dipengaruhi oleh perilaku lingkungan sosial di sekitar bidan praktik mandiri yaitu perilaku teman seprofesi yang merupakan contoh. Selain itu, adanya peraturan dan sanksi yang tegas tentang penggunaan partograf dapat mempengaruhi perilaku bidan praktik mandiri dalam penggunaan partograf. Berdasarkan teori Green di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi, pendukung, dan penguat. Apabila dihubungkan dengan penggunaan partograf, maka perilaku bidan praktik mandiri dalam penggunaan partograf dapat dipengaruhi oleh pendidikan, lama bekerja, motivasi, dan pelatihan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan partograf oleh bidan praktik mandiri berdasarkan teori Green yaitu: a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami hal tersebut (Mubarak, dkk, 2007). Tingkat pendidikan seseorang akan menentukan pola pikir dan wawasan. Orang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih banyak mendapat informasi dibandingkan orang yang memiliki pendidikan yang rendah (Notoadmodjo, 2003). Pendidikan merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Latar belakang
Universitas Sumatera Utara
pendidikan merupakan masalah mendasar yang dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan suatu program (Depkes RI, 2004 dalam Notoadmodjo, 2007). Menurut (Gammon dan Gould, 2005 dalam Notoadmodjo, 2007) untuk memenuhi kebutuhan dalam pelaksanaan praktik, peningkatan pengetahuan dan pendidikan saja tidaklah cukup tetapi harus disertai adanya perubahan kepercayaan, sikap, dan konsep berpikir dari personal. b. Lama bekerja Menurut Mubarak (2007) mengatakan bahwa lama bekerja atau masa kerja merupakan indikator yang dapat mempengaruhi peningkatan kemampuan dan keterampilan seseorang. Semakin lama masa kerja seseorang, biasanya memiliki lebih banyak pengalaman dan lebih bijaksana dalam rnengambil keputusan sehingga tingkat keterampilan dan produktivitas seseorang mengenai bidang pekerjaannya akan semakin meningkat. c. Motivasi Motivasi adalah semua kondisi yang memberi dorongan dari dalam diri seseorang yang digambarkan sebagai keinginan, kemauan, dorongan, atau keadaan dalam diri seseorang yang mengaktifkan atau menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu (Notoadmodjo, 2007). Menurut (Azwar, 1996 dalam Ratifah, 2006) mengatakan bahwa motivasi hanya akan berhasil sempurna jika tujuan yang dimiliki oleh organisasi dapat diselaraskan dengan tujuan yang dimiliki oleh setiap individu dan atau sekelompok masyarakat yang tergabung dalam organisasi tersebut. Motivasi merupakan hasil interaksi antara individu dan situasi sehingga setiap manusia mempunyai motivasi yang berbeda antara yang satu dengan
Universitas Sumatera Utara
yang lainnya. Motivasi sulit diukur dan diamati secara langsung, tetapi dapat diduga dari perilaku manusia (Notoadmodjo, 2007). d. Pelatihan Pelatihan adalah suatu perubahan pengertian dan pengetahuan atau keterampilan yang dapat diukur. Pelatihan dilakukan terutama untuk memperbaiki efektivitas pegawai dalam mencapai hasil kerja yang telah ditetapkan dengan maksud memperbaiki penguasaan keterampilan dan teknikteknik pelaksanaan pekerjaan tertentu secara teliti dan rutin. Pelatihan merupakan salah satu aspek penting untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan jaminan mutu. Pelatihan dilaksanakan untuk memberikan keterampilan, pengetahuan baru, dan penyegaran (Handoko, 2000 dalam Ratifah, 2006). Menurut (Simamora, 1987 dan Azwar, 1996 dalam Ratifah, 2006) mengemukakan bahwa pelatihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pekerjaan tertentu, meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri yang akan berpengaruh positif tehadap kinerja dari orang yang bersangkutan.
B. Partograf 1. Definisi Partograf Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (Depkes RI:57, 2008). Partograf digunakan sebagai sistem peringatan awal untuk menentukan kapan ibu harus dirujuk. Partograf telah terbukti efektif dalam mencegah
Universitas Sumatera Utara
persalinan lama, menurunkan tindakan operasi seccio caesaria yang
pada
gilirannya meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin (Hanretty, 2003). 2. Sejarah Perkembangan Partograf Sejak Friedman memperkenalkan kurva servikogram pada tahun 1954, banyak peneliti yang menggunakannya sebagai dasar dalam pemantauan persalinan (Hidayat dan Sujiyatini, 2010). Pada tahun 1959 Rosa dan Ghilaini menggunakan grafik kemajuan persalinan sederhana dengan memodifikasi cara pengukuran pembukaan serviks. Pada tahun 1967 Friedman mulai mengembangkan grafik analisa statistik dari berbagai tipe persalinan (WHO, 1993). Pada tahun 1972 Phillpot membuat perubahan dalam merancang grafik catatan persalinan yang lebih detail yaitu dengan memasukkan keadaan ibu dan janin pada selembar kertas. Dengan membuat dua garis skrining yaitu garis waspada (alert line) dan garis tindakan (action line) yang sejajar dan terpisah empat jam setelah garis waspada (Varney, dkk, 2006). Partograf WHO merupakan sintesa dan implikasi dari berbagai model partograf dengan menelaah semua jenis partograf yang ada di dunia. Dalam perkembangan selanjutnya yaitu pada tahun 2000, partograf WHO dimodifikasi untuk lebih sederhana dan lebih mudah digunakan. Dimana pada partograf yang telah dimodifikasi ini, fase laten dihilangkan dan penggambaran partograf dimulai dari fase aktif yaitu pada saat pembukaan serviks 4 cm (Hidayat dan Sujiyatini, 2010).
Universitas Sumatera Utara
3. Tujuan Penggunaan Partograf Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk: a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam. b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama. c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboraturium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatat secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2008). 4. Fungsi Partograf Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk: a. Mencatat kemajuan persalinan. b. Mencatat kondisi ibu dan janin. c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran. d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan. e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu (Hidayat dan Sujiyatini, 2010).
Universitas Sumatera Utara
5. Prinsip Penggunaan Partograf Partograf harus digunakan: a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan baik yang normal maupun patologis. b. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dan lain sebagainya). c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayi (spesialis obstetri, bidan, dokter umum dan mahasiswa kedokteran) (Depkes RI, 2008). 6. Komponen-komponen pada Partograf Komponen-komponen yang terdapat pada partograf yaitu: a. Pencatatan pada Lembar Depan Partograf Halaman depan partograf mengintruksikan observasi dimulai pada fase aktif persalinan yang menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu: 1) Informasi tentang Ibu Informasi tentang ibu yaitu nama, umur, gravida, para, abortus (keguguran), nomor catatan medik, tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu), waktu pecahnya selaput ketuban (Depkes RI, 2008).
Universitas Sumatera Utara
2) Kondisi Janin Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan: a) Denyut Jantung Janin (DJJ) Menilai denyut jantung janin dilakukan setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberikan tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik yang lainnya dengan garis tegas dan bersambung. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga di bawah 120 atau di atas 160 untuk melakukan tindakan segera jika DJJ melewati kisaran normal (Depkes RI, 2008). b) Warna dan Adanya Air Ketuban Nilai kondisi air ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ dan gunakan lambang-lambang berikut ini: 1. U
: selaput ketuban utuh (belum pecah).
2. J
: selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
3. M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium. 4. D
: selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.
5. K
: selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban tidak mengalir lagi (kering) (WHO, 1993).
Universitas Sumatera Utara
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika terdapat tanda-tanda gawat janin (DJJ <100 atau >180 kali per menit), maka ibu harus segera dirujuk. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki kemampuan pelaksanaan kegawatdaruratan obstetrik dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2008). c) Penyusupan (molase) Tulang Kepala Janin Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala janin dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang tindih antar tulang kepala menunjukkan semakin besar risiko disproporsi kepala dan panggul (CPD) (WHO, 2002). Ketidakmampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau tumpang tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi kepala panggul, maka penting untuk tetap memantau kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan proporsi kepala panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan (Depkes RI, 2008). Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang kepala janin. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini: 1. 0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat diraba. 2. 1 : tulang-tulang kepala janin saling bersentuhan.
Universitas Sumatera Utara
3. 2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan. 4. 3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan (WHO, 2002). 3) Kemajuan Persalinan Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka nol sampai sepuluh yang tertera di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri. Perubahan nilai atau perubahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 centimeter. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka satu sampai lima yang sesuai dengan metode perlimaan. Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus, dan frekuensi nadi ibu. a) Pembukaan Serviks Penilaian pembukaan serviks dilakukan melalui pemeriksaan dalam yang dilakukan setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika terdapat tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada pada fase aktif persalinan, catat setiap temuan dan hasil pemeriksaan pada partograf. Cantumkan tanda “X” harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks dengan memperhatikan hal-hal dibawah ini: 1. Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, pembukaan serviks dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan pembukaan serviks dan cantumkan tanda “X” pada titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada. 3. Hubungkan tanda “X” dari setiap hasil pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus) (Depkes RI, 2008).
Gambar 2.1: Gambar Cara Mengisi Pembukaan Serviks pada Partograf Sumber: WHO, 2002 b) Penurunan Bagian Terbawah Janin Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul (WHO, 2002). Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan penurunan bagian terbawah janin. Tetapi ada kalanya penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 centimeter. Tulisan turunnya kepala janin dan garis tidak putus dari nol sampai lima tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda “O” yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan palpasi kepala di simfisis pubis adalah 3/5, maka tuliskan tanda “O” di garis angka tiga. Hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak putus (Depkes RI, 2008).
Gambar 2.2: Cara Mengisi Penurunan Bagian Terbawah Janin pada Partograf Sumber: Depkes, RI, 2008 c) Garis Waspada dan Garis Bertindak Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada pembukaan lengkap. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai pada garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, serviks kaku, inersia uteri hipertonik, dan lain sebagainya). Pertimbangkan untuk melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki kemampuan melaksanakan penyulit dan kegawatdaruratan obstetrik. Garis bertindak tertera sejajar di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melewati dan berada di sebelah kanan garis bertindak, maka hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan
Universitas Sumatera Utara
untuk menyelesaikan persalinan dan sebaiknya ibu harus sudah berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlewati (Depkes RI, 2008). 4) Jam dan Waktu a) Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan bagian terbawah janin) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1 sampai 16. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan (Depkes RI, 2008). b) Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilaian Di bagian lajur kotak untuk waktu mulai fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan waktu 1 jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit yang berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks pada garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm pada pukul 15.00, cantumkan tanda “X” di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka enam yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catatan waktu aktual di kotak pada lajur waktu di bawah lajur pembukaan (kotak ketiga dari kiri) (Depkes RI, 2008). 5) Kontraksi Uterus Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10
Universitas Sumatera Utara
menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi. Sebagai contoh, jika ibu mengalami tiga kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada tiga kotak kontraksi. Nyatakan lamanya kontraksi dengan: a.
: beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.
b.
: beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20 sampai 40 detik.
c.
: isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik (WHO, 1993).
6) Obat-obatan dan Cairan yang Diberikan a) Oksitosin Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan intravena dan dalam satuan tetesan per menit. b) Obat-obatan Lain dan Cairan IV Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/ atau cairan intravena dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya (Depkes RI, 2008). 7) Kondisi Ibu Pada bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf terdapat kotak atau ruang untuk mencatat hasil kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a) Nadi, Tekanan Darah dan Suhu Tubuh Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu. 1. Nilai dan catat nadi setiap tiga puluh menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda ●) pada ( kolom waktu yang sesuai. 2. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah ↕) pada ( partograf pada kolom waktu yang sesuai. 3. Nilai dan catat temperatur tubuh ibu setiap dua jam (lebih sering jika terjadi peningkatan suhu mendadak atau diduga adanya infeksi) pada kolom waktu yang sesuai. b) Volume Urin, Protein atau Aseton Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap dua jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali berkemih lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urin (Depkes RI, 2008). b. Pencatatan pada Lembar Belakang Partograf Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala satu hingga kala empat dan bayi baru lahir. Berbeda dengan pengisian halaman depan (harus segera didisi setiap akhir pemeriksaan), pengisian data di lembar belakang partograf baru dilengkapi setelah seluruh proses persalinan selesai. Informasi yang dicatat di halaman belakang partograf akan meliputi unsur-unsur berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
1) Data Dasar atau Informasi Umum Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan dan alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. 2) Kala Satu Kala satu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah lain yang timbul, penatalaksanaan dan hasil penatalaksanaan tersebut. 3) Kala Dua Kala dua terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, distosia bahu, masalah lain, penatalaksanaan masalah dan hasilnya. 4) Kala Tiga Data untuk kala tiga terdiri dari lamanya kala tiga, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, retensio plasenta yang >30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya. 5) Kala Empat Kala empat berisi data tentang tekanan darah ibu, nadi, temperatur, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala empat ini sangat penting terutama untuk mendeteksi dini risiko atau komplikasi perdarahan pascapersalinan. Bila timbul masalah selama kala empat, tuliskan jenis dan cara menangani masalah tersebut secara singkat dan lengkap pada kolom yang tersedia. Pemantauan kala empat dilakukan setiap lima belas menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam berikutnya. Isikan hasil pemeriksaan pada kolom atau ruang yang sesuai pada tabel pemantauan. Bagian yang
Universitas Sumatera Utara
digelapkan (dihitamkan) tidak perlu diisi. Catatkan semua temuan selama kala empat persalinan pada tabel bagian bawah halaman dua partograf seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1: Pemantauan Kala Empat Persalinan Sumber: Depkes RI, 2008 6) Bayi Baru Lahir Informasi yang perlu diperoleh dari bagian bayi baru lahir adalah berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya (Depkes RI, 2008).
C. Asuhan Persalinan Normal 1. Definisi Asuhan Persalinan Normal Asuhan adalah hasil mengasuh, bimbingan, didikan (KBBI, 2005). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, dkk, 2007). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Saifuddin, dkk, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Asuhan persalinan normal adalah asuhan kebidanan pada persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi. Fokus utama asuhan persalinan normal yaitu mencegah terjadinya komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir sehingga akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir (Depkes RI, 2008). 2. Tujuan Asuhan Persalinan Normal Tujuan asuhan persalinan normal yaitu: a. Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal. b. Meningkatkan sikap positif terhadap keramahan dan keamanan dalam memberikan pelayanan persalinan normal dan penanganan awal penyulit serta rujukan yang berkualitas dan sesuai dengan prosedur standar (Depkes RI, 2008). 3. Sebab-sebab Persalinan Menurut Prawirohardjo (2008) sebab-sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori-teori yang kompleks. Faktor-faktor hormoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor–faktor yang mengakibatkan dimulainya persalinan. 4. Tanda-tanda Persalinan Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan (Prawirohardjo, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Tanda dan gejala inpartu adalah keluarnya lendir bercampur darah (show) melalui vagina, adanya penipisan dan pembukaan serviks, adanya kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal dua kali dalam sepuluh menit) (Depkes RI, 2008). 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan Terdapat lima faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu: a. Kekuatan Ibu (Power) Kekuatan ibu (power) meliputi kekuatan his atau kontraksi uterus dan otototot abdomen serta tenaga mengejan ibu. Bila terdapat kelainan pada salah satu dari kekuatan tersebut, maka persalinan akan mengalami kemacetan (partus lama) (Cunningham, dkk, 2006). b. Jalan Lahir (Passage) Jalan lahir meliputi jalan lahir keras (kerangka panggul) serta jalan lahir lunak (otot-otot dasar panggul). Bila terjadi kesempitan ukuran panggul maupun kelainan bentuk panggul, maka bayi tidak bisa lahir secara normal melalui jalan lahir dan harus dilakukan operasi seksio sesarea (Walsh, 2007). c. Janin (Passenger) Kondisi janin meliputi sikap janin dalam rahim, letak, posisi, presentasi (bagian terbawah) serta besar kecilnya janin. Bila terdapat kelainan pada salah satu kondisi janin tersebut, maka dapat mengakibatkan terjadinya penyulit dalam persalinan sehingga persalinan tidak dapat berlangsung secara normal dan harus dilakukan suatu tindakan seperti vacum maupun caesar (Cunningham, dkk, 2006).
Universitas Sumatera Utara
d. Psikis Psikis Ibu sangat penting dalam kelancaran sebuah proses persalinan. Ibu yang dalam kondisi stress, otot–otot tubuhnya termasuk otot rahimnya mengalami spasme yang dapat meningkatkan rasa nyeri persalinan sehingga menghambat proses persalinan (menjadi lama atau macet) (Fraser dan Margaret, 2009). Tenaga kesehatan umumnya tidak terlalu memperhatikan kondisi psikis wanita pada saat persalinan. Mereka terlalu sibuk, lelah, dan tegang memperhatikan faktor fisik sehingga menganggap saat bayi sudah dilahirkan dalam keadaan sehat dan kondisi ibu tidak ada kelainan, maka selesailah tugas mereka (Suryani dan Hesti, 2009). e. Penolong Penolong persalinan terlatih yaitu orang yang secara khusus dibekali keterampilan kebidanan (bidan , perawat, dan dokter) yang telah dilatih untuk menguasai keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani persalinan normal, menegakkan diagnosis, menangani, dan merujuk jika terjadi penyulit obstetrik (Fraser dan Margaret, 2009). Penolong persalinan memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, keberhasilan persalinan ditentukan oleh penolong yang terampil dan kompeten (Hidayati, 2009). 6. Tahap-tahap Persalinan Normal Persalinan normal terdiri dari empat tahap yaitu: a) Kala Satu
Universitas Sumatera Utara
Kala satu persalinan dimulai dari adanya tanda-tanda persalinan sesungguhnya (pembukaan 1 cm) sampai pembukaan lengkap (10 cm) (Oxorn dan William, 2010). Menurut Prawirohardjo (2008), kala satu persalinan terdiri dari dua fase yaitu: 1) Fase Laten Fase laten pada kala satu persalinan dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm, pada umumnya fase laten berlangsung selama 8 jam. 2) Fase Aktif Fase aktif pada kala satu persalinan dimulai dari pembukaan 4 cm menuju pembukaan lengkap (10 cm) yang akan terjadi dengan kecepatan ratarata 1 cm per jam (nullipara atau primigravida) dan 1 sampai 2 cm (multipara) yang disertai adanya penurunan bagian terbawah janin, peningkatan frekuensi dan lama kontraksi uterus secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) (Depkes RI, 2008). b) Kala Dua Kala dua persalinan adalah kala pengeluaran janin. Dimulai pada saat pembukaan lengkap (10 cm) dan ibu merasakan adanya dorongan untuk mengejan dan berakhir ketika bayi lahir (Fraser dan Margaret, 2009). Tanda dan gejala kala dua persalinan yaitu ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan
Universitas Sumatera Utara
tekanan pada rektum dan vagina, perineum menonjol, dan vulva membuka (Depkes RI, 2008). c) Kala Tiga Kala tiga persalinan adalah kala pengeluaran plasenta. Kala ini berlangsung dari lahirnya bayi sampai plasenta dan membran dikeluarkan (Fraser dan Margaret, 2009). d) Kala Empat Kala empat persalinan disebut juga kala pemantauan yang dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu (Cunnningham, dkk, 2006).
D. Bidan 1. Definisi Bidan Praktik Mandiri Menurut WHO bidan adalah seorang yang telah diakui secara regular dalam program pendidikan kebidanan, sebagaimana yang telah diakui secara yuridis, dimana dia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan serta telah memperoleh izin melaksanakan praktik kebidanan. Menurut International Confederation of Midwives (ICM), bidan adalah seseorang yang telah secara teratur mengikuti suatu program pendidikan yang diakui
di
Negara
program
tersebut
diselenggarakan,
telah
berhasil
menyelesaikan serangkaian pendidikan kebidanan yang telah ditetapkan dan telah memperoleh kualifikasi yang diperlukan untuk bisa didaftarkan dan/ atau secara hukum memperoleh izin untuk melakukan praktik kebidanan (Varney, Jan dan Carolyn, 2006). Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI), bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui
Universitas Sumatera Utara
pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (register), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktik (Sofyan, Wastidar, Sri 2001). Bidan praktik swasta adalah suatu institusi pelayanan kesehatan secara mandiri yang memberi asuhan dalam lingkup praktik kebidanan (Syafrudin dan Hamidah, 2009). Bidan praktik mandiri adalah praktik bidan swasta perseorangan (Sedyaningsih, 2011). 2. Wewenang Bidan Tugas, tanggung jawab dan kewenangan profesi bidan telah diatur dalam beberapa peraturan maupun keputusan Menteri Kesehatan yang ditujukan dalam rangka membantu program pemerintah bidang kesehatan khususnya ikut dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Perinatal (AKP), pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas yang aman, pelayanan Keluarga Berencana (KB), pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya (Sofyan, Wastidar, Sri 2001). Peraturan menteri kesehatan (Permenkes) No. 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan. Kewenangan bidan dibahas pada bab 3 pasal 9 sampai 16 tentang penyelenggaraan praktik.
Universitas Sumatera Utara
Yang termasuk kewenangan bidan adalah: a. Kewenangan normal Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan yang meliputi: 1) Pelayanan kesehatan ibu 2) Pelayanan kesehatan anak 3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana b. Kewenangan bidan dalam menjalankan program pemerintah c. Kewenangan bidan dalam menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter (Sedyaningsih, 2011).
Universitas Sumatera Utara