BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen merupakan rangkaian berbagai aktivitas yang saling berkaitan dan saling mengorganisir kemampuan individu dalam suatu organisasi untuk mendayagunakan dan mengolah sumber daya yang ada sehingga berguna bagi individu itu sendiri dan juga organisasi. Berikut ini pengertian manajemen berdasarkan buku yang berjudul Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah yang disusun oleh Drs. H. Malayu S.P Hasibuan edisi revisi (2007:1) adalah sebagai berikut : Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu .
Sedangkan pengertian lain menurut Andrew F. Sikula yang dikutip oleh Drs. H. Malayu S. P. Hasibuan (2007;2) adalah : Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian,
penempatan,
pengarahan,
Pemotivasian,
komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien. Dari kedua pengertian manajemen diatas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu proses mengatur sumber daya manusia dan sumber daya lainnya guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
2.1.2 Fungsi Manajemen Fungsi manajemen yang dikemukakan oleh beberapa ahli tidak sama. Ini dikarenakan latar belakang yang mereka lakukan tidak sama.
Fungsi-fungsi manajemen seperti dikemukakan oleh Sri Wilujeng SP dan Irma Nilasari (2006;63) terdiri dari aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. 1. Perencanaan Perencanaan merupakan aktivitas penentuan tujuan atau sasaran yang akan dicapai dan menentukan bagaimana cara pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. 2. Pengorganisasian Pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen dapat diartikan sebagai proses yang melibatkan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai tujuan. 3. Pengarahan Pengarahan meliputi tindakan untuk membimbing dan mengusahakan agar semua anggota organisasi melakukan kegiatan yang sudah ditentukan ke arah tercapainya tujuan. Fungsi pengarahan harus dilakukan oleh setiap manajer meliputi tiga unsur, yaitu pemberian motivasi kepada bawahan, kepemimpinan, dan pengembanngan komunikasi. 4. Pengendalian Fungsi pengendalian bertujuan untuk memastikan apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dalam pengendalian, seorang manajer perlu membandingkan hasil pelaksanaan pekerjaan dengan tujuan atau rencana semula. Sehubungan dengan hal tersebut, manajer sedapat mungkin menemukan dan sesegera mungkin mengoreksi adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan yang dikutip dari buku Manajemen Keuangan menurut Susan Irawati (2006:1) yaitu sebagai berikut : Manajemen keuangan adalah suatu proses dalam pengaturan aktivitas atau kegiatan keuangan dalam suatu organisasi, dimana di dalamnya termasuk kegiatan planning, analisis dan pengendalian terhadap kegiatan keuangan yang biasanya dilakukan oleh seorang manajer keuangan . Sedangkan menurut Martono dan Agus Sarjito (2002;4) menjelaskan bahwa :
Manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara meneluruh. Berdasarkan pengertian di atas, manajemen keuangan adalah aktivitas perusahaan yang dilakukan oleh manajer keuangan untuk mendapatkan keuntungan dan mendapatkan dana untuk membiayai jalannya perusahaan, kemudian menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut baik dana dalam perusahaan maupun dana dari luar perusahaan ke dalam berbagai aktivitas perusahaan.
2.2.2 Fungsi Manajemen Keuangan Secara umum kegiatan utama atau fungsi manajemen keuangan adalah terbagi menjadi dua kelompok, yaitu : 1. Kegiatan mencari dana 2. Kegiatan menggunakan dana Fungsi manajemen keuangan dikutip dari buku yang berjudul Manajemen Keuangan yang ditulis oleh Susan Irawati (2006:3) adalah terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu, yaitu : 1. Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah keputusan yang diambil oleh manajer keuangan dalam pengalokasian dana ke dalam bentuk investasi yang dapat menghasilkan laba di masa yang akan datang. Keputusan investasi ini akan tergambar dari aktiva perusahaan, dan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan yaitu perbandingan antara current assets dengan fixed assets. 2. Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumber-sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi investasi serta kegiatan operasional perusahaannya. Keputusan pendanaan akan tercermin dalam sisi pasiva perusahaan, dengan melihat baik jangka pendek maupun jangla panjang. Sedangkan perbandingan yang terjadi disebut dengan struktur finansial. Dan jika
yang
diperhatikan
hanya
dana
investasi
dalam
jangka
saja,
maka
perbandingannya disebut struktur modal. Keputusan pendanaan mempengaruhi baik struktur modal maupun struktur finansial. 3. Keputusan Deviden Deviden merupakan bagian dari keuntungan suatu perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Keputusan deviden adalah keputusan manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan proporsi dana yang akan disimpan di perusahaan sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan. Keputusan deviden akan mempengaruhi struktur modal maupun struktur finansial.
2.2.3 Tujuan Manajemen keuangan Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian keefisienan keputusan keuangan. Untuk bisa mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Tujuan manajemen keuangan adalah untuk memaksimalkan profit atau keuntungan dan meminimalkan biaya guna mendapatkan suatu pengambilan keputusan yang maksimum, dalam menjalankan perusahaan ke arah perkembangan . Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan yang dilakukan oleh manajer keuangan adalah merencanakan untuk, memperoleh, dan menggunakan dana guna memaksimalkan nilai perusahaan.
2.3 Piutang 2.3.1 Pengertian Piutang Setiap perusahaan menginginkan penjualannya dapat terus meningkat. Dalam usaha peningkatan penjualan tersebut, perusahaan melakukan beberapa upaya yang antara lain dengan memberikan piutang dagang kepada pelanggannya. Tujuan pemberian piutang adalah untuk meningkatkan penjualan dan mempertahankan kekuatan pasar serta memperluas market share. Pengertian piutang menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, JR yang dikutip dari buku berjudul Prinsip-prinsip Manajemen keuangan (2005;372) diterjemahkan Dewi Fitriasari,S.S., Msi., Ak. Dan Deny Arnos Kwary, Mhum. adalah sebagai berikut :
Piutang usaha adalah jumlah uang yang masih belum dibayar ke perusahaan oleh para pelanggan yang telah membeli barang atau jasa secara kredit. Sebagai aktiva lancar, akun piutang usaha juga disebut sebagai piutang (receivables).
Sedangkan menurut Indriyo dan Basri (2002;81) adalah sebagai berikut : Meliputi
semua
klaim
dalam
bentuk
uang
terhadap
perorangan,organisasi,badan atau debitur lainnya. Menurut S. Munawir (2004;15) mendefinisikan piutang sebagai berikut : Piutang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang penjualan barang dagangan secara kredit . Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain sebagai akibat penjualan secara kredit dimasa lalu yang akan menjadi kas pada masa yang akan datang.
2.3.2 Pentingnya Piutang Dalam suatu perusahaan, piutang mempunyai nilai yang cukup berpengaruh dalam laporan keuangan. Biasanya nilai piutang tersebut dapat mempengaruhi keseluruhan nilai perusahaan. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang pelanggan, dan barulah pada hari jatuh tempo terjadi aliran kas masuk (cash inflow) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Dengan demikian maka piutang (receivables) merupakan elemen modal kerja yang juga harus dalam keadaan berputar secara terus-menerus dalam rantai perputaran modal kerja. Menurut Lukman Syamsuddin (2004;255), bahwa : Untuk dapat mempertahankan langganan-langganan yang sudah ada sekarang dan untuk yang nilainya bisa mencapai setengah dari aktiva lancar langgananlangganan baru, perusahaan pada umumnya melakukan penjualan secara kredit. Dalam penjelasan tersebut terlihat bahwa piutang merupakan aset yang paling penting bagi perusahaan karena merupakan bagian dari aktiva lancar. Oleh sebab itu, manajemen diharapkan mau menaruh perhatian yang cukup terhadap masalah-masalah piutang agar perusahaan tidak mendapat kerugian.
2.3.3 Penilaian Piutang Piutang biasanya dicatat dalam neraca berdasarkan taksiran jumlah yang akan direalisir dengan mengurangkan taksiran yang tidak bisa ditagih terhadap saldo piutang tersebut. Perusahaan pada umumnya menentukan jumlah tertentu dari piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Pencadangkan penyisihan dimuka untuk tagihan yang tidak dapat ditagih kemudian, hari ini dicatat dengan ayat jurnal penyesuaian pada akhir periode fiskal. Adapun tujuan dari pembentukan jurnal penyesuaian tersebut adalah : 1. Mengurangi nilai piutang dagang yang diharapkan tidak dapat dicairkan menjadi uang kas dimasa yang akan datang. 2. Mengalokasikan taksiran beban karena pengurangan nilai tersebut ke periode berjalan. Piutang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulan dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut. Penurunan rasio penjualan kredit dengan rata-rata piutang menurut S. Munawir (2004;75) dapat disebabkan oleh faktor berikut : 1. Turunnya penjualan dan naiknya piutang 2. Turunnya piutang dan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang lebih besar 3. Naiknya penjualan diikiuti naiknya piutang dalam jumlah besar 4. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap 5. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah.
2.3.4 Fungsi Kredit Fungsi pokok
pada dasarnya adalah untuk pemenuhan jasa pelayanan terhadap
kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi dan jasa-jasa bahkan konsumsi, yang kesemuanya itu ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Fungsi kredit dijalankan untuk berbagai kegunaan :
1. Kredit dapat memajukan arus alat tukar barang jasa. Jika suatu saat uang sebagai alat pembayar belum tersedia, maka dengan adanya kredit lalu lintas barng dan jasa tetap dapat berlangsung 2. Kredit dapat mengaktifkan alat pembayaran. Kredit terjadi karena ada pihak yang mempunyai pendapatan yang lebih besar dari kebutuhannya. Pendapatan atau dana berlebih tersebut dapat dipindahkan ke golongan yang berpendapatan yang lebih kecil sehingga dapat terjadi pemindahan daya beli dari golongan yang satu kepada golongan lainnya. 3. Kredit dapat dijadikan alat pengendali harga. 4. Kredit dapat menciptakan alat pembayaran baru. 5. Kredit dapat mengaktifan dan meningkatkan faedah-faedah atau kegunaan potensipotensi ekonomi yang ada. Bantuan kredit dapat mendorong pengusaha untuk meningkatkan produksinya dan memafaatkan peluang bisnis yang ada.
2.3.5 Kebijakan Kredit Kebijakan penjualan kredit adalah merupakan pedoman yang ditempuh oleh perusahaan dalam menentukan apakah kepada seorang langganan akan diberikan kredit dan apabila diberikan berapa banyak atau berapa jumlah kredit yang akan diberikan tersebut. Perusahaan-perusahaan tidak hanya mementingkan penentuan standar kredit yang akan diberikan tetapi juga penerapan standar tersebut secara tepat dalam membuat keputusankeputusan kredit. Sumber-sumber informasi dan analisa-analisa kredit merupakan suatu hal yang penting bagi keberhasilan manajemen piutang perusahaan. Penerapan yang tepat dari kebijaksanaan yang tidak tepat ataupun penerapan yang tidak tepat dari kebijaksanaan yang tepat tidak akan dapat memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan.
2.3.6 Standar Kredit Standar kredit dari suatu prusahaan didefinisikan sebagai kriteria minimum yang harus dipenuhi oleh seorang langganan sebelum dapat diberikan kredit, hal-hal seperti nama baik pelanggan sehubungan dengan kredit atau pembayaran utang-utang dagangnya baik kepada perusahaan sendiri maupun kepada perusahaan-perusahaan lain, referensi-referensi
kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran utang dagang dan beberapa rasio finansial tertentu dari perusahaan langganan akan dapat memberikan suatu dasar penilaian bagi perusahaan langganan akan dapat memberikan suatu dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau melakukan penjualan kredit. Dengan mengetahui faktor-faktor utama yang harus dipertimbangkan bilamana perusahaan bermaksud untuk memperlunak ataupun memperketat standar kredit yang diterapkan, akan dapat memberikan suatu gambaran tentang keputusan-keputusan apa yang harus diambil oleh perusahaan sehubungan dengan kepada siapa dan dalam jumlah berapa yang akan diberikan. Adapun faktor-faktor utama yang harus dipertimbangkan apabila perusahaan bermaksud untuk mengubah standar kredit yang diterapkan adalah : 1. Biaya-biaya administrasi 2. Investasi dalam piutang 3. Kerugian piutang (bad debt expense) dan volume penjualan.
2.3.7 Biaya Adminstrasi Bilamana perusahaan memperlunak standar kredit yang diterapkan maka berarti lebih banyak kredit yang diberikan dan tugas-tugas yang tidak dapat dipisahkan dengan adanya pertambahan penjualan kredit tersebut juga akan semakin besar. Sebaliknya, apabila standar kredit diperketat maka jumlah penjualan kredit yang diberikan akan semakin kecil dan tugastugas untuk itupun akan semakin sedikit. Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa perlunakan standar kredit yang lebih ketat akan mengurangi biaya-biaya adminstrasi. Biaya administrasi terdiri dari 2 komponen biaya yaitu biaya modal akibat agak naiknya piutang dan piutang yang yang tidak dapat ditagih.
2.3.8 Investasi dalam Piutang Penanaman modal dalam piutang mempunyai biaya-biaya tertentu. Semakin besar piutang semakin besar pula biaya-biayanya (carrying costs), demikian sebaliknya. Bilamana perusahaan memperlunak standar kredit yang digunakan maka rata-rata jumlah piutang akan memperkecil rata-rata piutang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perlunakan standar kredit akan memperbesar carrying costs, dan sebaliknya, biaya-biaya tersebut akan semakin
kecil. Perubahan rata-rata piutang yang dikaitkan dengan
perubahan standar kredit
disebabkan oleh dua faktor, yaitu : -
Perubahan volume penjualan, dan
-
Perubahan dalam kebijaksanaan pengumpulan piutang. Menurut Bambang Riyanto (2005;38), faktor yang dapat mempengaruhi piutang adalah :
a. Volume Penjualan Kredit Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka jumlah investasi dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih besar dalam piutang, dan meski berisiko semakin besar, profitabilitasnya juga akan meningkat. b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat, artinya keselamatan kredit lebih diutamakan daripada profitabilitasnya. Syarat pembayaran yang ketat antara lain tampak dari batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran piutang yang terlambat. c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafon bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Makin tinggi plafon yang diberikan kepada para pelanggan, makin besar pula dana yang diinvestasikan ke dalam piutang. d. Kebijakan dalam Penagihan Piutang Kebijakan penagihan dalam piutang, secara aktif maupun pasif, dapat dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktifitas ini, namun dapat memperkecil rasio tidak tertagihnya piutang. e. Kebiasaan Pembayaran Pelanggan Sebagian pelanggan mempunyai kebiasaan membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, sedangkan sebagian lagi tidak demikian.
Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada penilaian mereka terhadap kedua alternatif tersebut untuk mencari yang terbaik dan paling menguntungkan.
2.3.9 Kerugian Piutang (Bad Debt Expense) Variabel lain yang diperkirakan akan dipengaruhi oleh adanya perubahan standar kredit adalah bad debt expense. Probabilitas (kemungkinan) terjadinya resiko kerugian piutang atau bad debt expense akan semakin meningkat dengan diperlunaknya standar kredit, dan akan menurun bilamana standar kredit diperketat.
2.3.10 Piutang Tidak tertagih Piutang yang diberikan kepada pelanggan diharapkan dapat tertagih pada waktu jatuh tempo. Tetapi, ada kalanya piutang tidak dapat ditagih kembali. Artinya, rencana investasi tidak dapat terealisasi. Sebagai pedoman untuk menentukan bahwa piutang benar-benar tidak tertagih, dapat digunakan hal-hal sebagai berikut : 1. Bila usaha pelanggan terhenti, pelanggan menghilang tanpa diketahui alamatnya atau meninggal dunia tanpa meninggalkan harta. 2. Bila penagihan dibatasi karena adanya peraturan khusus. 3. Bila saldo piutang sudah lama terbuka dan surat tagihan tidak pernah dibalas. 4. Bila agen/badan perantara inkaso tidak mampu lagi menagihnya. Piutang yang kurang meyakinkan untuk dapat ditagih harus dicadangkan penghapusannya, sedangkan piutang yang sudah dianggap tidak tertagih sama sekali akan dihapuskan seluruhnya sebagai beban biaya penghapusan piutang ragu-ragu atau membebani penghapusan piutang.
2.3.11 Keputusan Atas Standar Kredit Dalam rangka memutuskan apakah perusahaan harus memperlunak standar kredit yang diberikan maka haruslah dibandingkan
tambahan keuntungan dengan biaya-biaya
investasi marginal dalam piutang. Bilamana keuntungan tambahan lebih besar maka perlunakan standar kredit tersebut dapat dilaksanakan, dan apabila sebaliknya yang terjadi maka tentu saja perusahaan tidak boleh mengubah standar kredit yang diharapkan atau
dengan perkataan lain perubahan tetap saja menjalankan standar standar kredit yang selama ini sudah diterapkan.
2.3.12 Penilaian dan Pencegahan Resiko Kredit Untuk menilai risiko kredit, pimpinan harus mempertimbangkan faktor-faktor tertentu. Umumnya, perusahaan menilai resiko kredit atas dasar kriteria sebagai berikut : 1. Karakter Karakter adalah penilaian yang menyangkut kejujuran. Informasi mengenai integritas pelanggan sangat penting dalam proses penilaian karena transaksi kredit mengandung faktor kesanggupan untuk membayar. 2. Kemampuan Hal ini berkaitan dengan kemampuan pelanggan yang ditunjukkan dari kesuksesan dalam mengelola perusahaannya. Pemberi kredit bisa mengetahuinya dengan melihat profit record perusahaan pelanggan. 3. Modal Modal berhubungan dengan penilaian sumber-sumber keuangan perusahaan pelanggan yang terutama dapat ditunjukkan dari neracanya. 4. Jaminan Jaminan atau agunan berhubungan dengan aktiva perusahaan pelanggan sebagai jaminan keamanan kredit yang diberikan kepadanya. 5. Kondisi Kondisi berhubungan dengan penilaian kemungkinan untuk mengadakan pembatasan atau ketentuan perpanjangan kredit dalam perkiraan yang dirasa meragukan. Selain itu, dapat pula dilakukan penilaian dengan tiga faktor lainnya, yaitu : 1. Rate of return Adalah kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan. Ini dapaat dianalisis menggunakan data historis kemudian diproyeksikan untuk beberapa periode mendatang. Dalam analisis ini perlu juga diperhatikan kondisi persaingan karena meskipun kemampuan memperoleh keuntungan di masa lampau cukup tinggi, belum tentu perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang sama jika persaingannya cukup ketat.
2. Risk Bearing Ability Adalah kemampuan untuk menanggung resiko, baik resiko usaha atau business risk maupun resiko finansial atau financial risk. Kedua resiko ini dapat dianalisis dengan melihat struktur aktiva dan struktur keuangannya. Perusahaan yang mempergunakan lebih banyak aktiva tetap relatif memiliki businness risk yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang lebih sedikit aktiva tetapnya. Sementara itu risiko finansial dapat dianalisis dari struktur keuangan perusahaan. Apabila perusahaan menggunakan leverage yang lebih besar maka risiko keuangan cenderung akan lebih besar pula. Sebaliknya semakin kecil leverage perusahaan maka semakin kecil risiko keuangannya. 3. Repayment Capacity Adalah kemampuan untuk membayar kembali utang dan pokok pinjaman. Kemampuan untuk membayar kewajibannya ini dapat dililhat dari tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. Pencegahan resiko kredit dapat pula dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Mencari informasi tentang mental/kepribadian 2. Mencari informasi tentang kemampuan keuangan 3. Mencari informasi tentang jalannya perusahaan 4. Menetapkan kebijakan setahap demi setahap 5. Membatasi jumlah piutang 6. Meminta barang jaminan 7. Seleksi terhadap Verkooper atau agen