BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Pustaka
Balai Penyuluh Pertanian (BPP) adalah “home base” bagi kelompok penyuluh pertanian dan desa binaan yang melakukan kontak langsung dengan petani.Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) merupakan unit penunjang penyelenggaraan penyuluhan
pertanian
yang
administrasi,
pengaturan,
pengelolaan
dan
pemanfaatannya adalah tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota. Berbagai kegiatan pokok dalam operasional, pengaturan, pengelolaan dan pemanfaatan BPP untuk menunjang penyelenggaraan penyuluhan pertanian harus berdasarkan ketetapan atau keputusan Bupati/Walikota (Lesmana, 2007). Penyuluhan pertanian adalah suatu usaha/upaya untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu memecahkan
masalahnya
sendiri
dalam
usaha
atau
kegiatan-kegiatan
meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya. Penyuluh pertanian adalah orang yang memberikan dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berfikir, cara kerja, dan cara hidupnya yang lama dengan cara-cara yang baru yang lebih sesuai dengan perkembangan jaman, perkembangan teknologi pertanian yang lebih maju (Kartasapoetra, 1994). Kartasapoetra (1994) menyatakan ada tiga (3) peranan penyuluh dalam mewujudkan
pembangunan
pertanian
berbasis
rakyat,
yaitu:
6 Universitas Sumatera Utara
7
1. Sebagai peneliti; mencari masukan terkait dengan ilmu dan teknologi, penyuluh menyampaikan, mendorong, mengarahkan dan membimbing petani mengubah kegiatan usahataninya dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi. 2. Sebagai pendidik; meningkatkan pengetahuan untuk memberikan informasi kepada petani, penyuluh harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerja para petani agar dapat mengelola usahataninya secara lebih efektif, efisien, dan ekonomis. 3. Sebagai penyuluh; menimbulkan sikap keterbukaan bukan paksaan, penyuluh berperan serta dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup para petani beserta keluarganya. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Kinerja Penyuluhan Pertanian Penyuluh adalah salah satu unsur penting yang diakui peranannya dalam memajukan pertanian.Penyuluh yang siap dan memiliki kemampuan dengan sendirinya berpengaruh pada kinerjanya (Marius et al., 2006).Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya selama periode waktu tertentu. Kinerja BPP tercermin dari rumusan dan penjabaran serta pelaksanaan program aksi hubungannya dengan pengembangan BPP, pengelolaan BPP, sumberdaya manusia BPP, petani binaan, sumberdaya BPP, Adaptasi BPP, dan program aksi yang berhubungan dengan perilaku petani. Kinerja BPP yang berkembang dan meningkat, tentunya kemampuan dan keterampilan diri anggota dapat membentuk kinerja yang baik yang pada akhirnya mendorong kinerja BPP yang semakin
Universitas Sumatera Utara
8
meningkat. Selain itu, juga dapat mendorong ke arah kompetensi dan partisipasi klien yang semakin tinggi dan pada akhirnya akan membantu klien meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan keluarganya (Jamil et al, 2012). Departemen Pertanian (2008), merinci standar kinerja seorang penyuluh dapat diukur berdasarkan 9 (sembilan) indikator keberhasilan yaitu sebagai berikut: 1.
Tersusunnya program penyuluh pertanian
2.
Tersusunnya Rencana Kerja Tahunan (RKT) penyuluh pertanian
3.
Tersusunnya data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi
4.
Terdiseminasinya informasi teknologi pertanian secara merata
5.
Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama dan pelaku usaha
6.
Terwujudnya kemitraan usaha antara pelaku utama dengan pelaku usaha yang saling menguntungkan
7.
Terwujudnya akses pelaku utama dan pelaku usaha ke lembaga keuangan, informasi sarana produksi dan pemasaran
8.
Meningkatkan produktivitas agribisnis komoditas unggulan di masingmasing wilayah kerja
9.
Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama
2.2.2 Monitoring Menurut Kementerian Dalam Negeri (2012), monitoring merupakan kegiatan untuk mengetahuai apakah program kerjasama yang dibuat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya sesuai dengan perencanaan dan indikator keluaran, adakah hambatan yang terjadi dan bagaimana para pelaksana program kerjasa mampu
Universitas Sumatera Utara
9
mengatasi hambatan tersebut. Monitoring terhadap kegiatan yang sedang berlangsung merupakan langkah pengendalian yang terbaik dalam penentuan keberhasilan pelaksanaan satu kerjasama.Secara lebih
terperinci monitoring
bertujuan untuk: a.
Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan tentang kegiatan yang dilaksanakan;
b.
Mendapatkan gambaran tentang pencapaian program;
c.
Mendapatkan informasi tentang adanya kesulitan-kesulitan dan hambatanhambatan selama kegiatan;
d.
Menyajikan fakta dan nilai yang perlu diperhatikan.
2.2.3 Evaluasi Menurut Sutjipta (2009), evaluasi adalah penilaian secara sistemik untuk menentukan atau menilai kegunaan, keefektifan sesuatu yang didasarkan pada kriteria tertentu dari program. Evaluasi harus memiliki tujuan yang jelas, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan alam program. Ada tiga elemen penting dalam evaluasi yaitu : (1) kriteria/pembanding yaitu merupakan ciri ideal dari situasi yang diinginkan yang dapat dirumuskan melalui tujuan operasional, (2) bukti /kejadian adalah 3 kenyataan yang ada yang diperoleh dari hasil penelitian, dan (3) penilaian (judgement) yang dibentuk dengan membandingkan kriteria dengan kejadian. Jika dilihat dari pentahapannya, Suharto (2006) membagi evaluasi menjadi tiga jenis, yaitu: 1.
Evaluasi tahap perencanaan, yaitu evaluasi yang digunakan dalam tahap perencanaan untuk mencoba memilih dan menentukan skala prioritas
Universitas Sumatera Utara
10
terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan terhadap cara pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya. 2.
Evaluasi pada tahap pelaksanaan, pada tahap ini evaluasi adalah suatu kegiatan yang melakukan analisa untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana. Terdapat perbedaan antara konsep menurut penelitian ini dengan monitoring. Evaluasi bertujuan terutama untuk mengetahui apakah yang ingin dicapai sudah tepat dan bahwa program tersebut direncanakan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Sedangkan monitoring bertujuan melihat pelaksanaan proyek sudah sesuai dengan rencana dan bahwa rencana tersebut sudah tepat untuk mencapai tujuan, sedangkan evaluasi melihat sejauh mana proyek masih tetap dapat mencapai tujuan, apakah tujuan tersebut sudah berubah dan apakah pencapaian program tersebut akan memecahkan masalah yang akan dipecahkan.
3.
Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan Dalam hal ini konsep pada tahap pelaksanaan, yang membedakannya terletak pada objek yang dinilai dengan yang dianalisa, dimana tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding rencana tetapi hasil pelaksanaan dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang akan atau ingin dicapai.
Menurut Wahab (2008), evaluasi memiliki tiga fungsi utama dalam analisis kebijakan, yaitu: 1.
Evaluasi memberi informasi yang salah dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan yang
Universitas Sumatera Utara
11
telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu dan target tertentu telah dicapai. 2.
Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan mendefenisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.
3.
Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi tentang tidak memadai kinerja kebijakan yang dapat memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan.
2.2.4Teori Respon Respon dikatakan Darly Beum sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi tingkah laku. Sementara itu Scheerer menyebutkan respons merupakan proses pengorganisasian langsung dimana rangsang-rangsang prosikmal diorganisasikan. Sedemikian rupa sehingga sering terjadi representasi fenomenal dari rangsang prosikmal (Sarwono, 1998). 2.3
Penelitian Terdahulu
Hasugian (2014), menganalisis tentang monitoring dan evaluasi eksistensi dan kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Kabupaten Pakpak Bharat.Penelitian ini membahas tentang pelaksanaan penyuluhan, eksistensi dan kinerja, masalahmasalah, dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh Balai Penyuluhan Pertanian Kabupaten Pakpak Bharat. Hasil analisis menunjukkan bahwa pelaksanaan penyuluhan di Kabupaten Pakpak Bharat berjalan dengan baik, kinerja BPP di Kabupaten Pakpak Bharat adalah
Universitas Sumatera Utara
12
tinggi dengan skor 26,76 dan persentase sebesar 891,6 %, masalah-masalah yang dihadapi adalah (1) belum semuanya SDM dan disiplin petgas penyuluhan sesuai standar, (2) pelaksanaan koordinasi antar lembaga masih relatif lemah, (3) sarana dan prasarana pendukung kegiatan penyuluhan di masing-masing BPP masih belum memadai, (4) PPL masih kurang percaya diri dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat, (5) pola pemikiran sebagian petani yang masih kaku membuat program penyuluhan tidak maksimal, dan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi adalah (1) memanfaatkan anggaran yang tepat sasaran untuk meningkatkan frekuensi pelatihan, studi banding/magang bagi PPL dan pelaku agribisnis, (2) memperbanyak pertemuan antar lembaga pertanian, (3) melakukan kerjasama dengan BPP lain demi kelancaran kegiatan penyuluhan, (4) membuat demplot atau lahan percobaan dan optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan potensial. 2.4 Kerangka Pemikiran Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) adalah kelembagaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di tingkat Kecamatan yang merupakan lembaga penyuluhan struktural yang berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha. Visi Balai Penyuluh Pertanian (BPP) adalah mewujudkan sumber daya manusia petani – nelayan yang mandiri, tangguh, berbudi luhur dan mempunyai daya saing tinggi berorientasi agribisnis dan berwawasan lingkungan.BPP mempunyai tugas pokok dan fungsi yang harus dilaksanakan dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian.Tugas pokok tersebut dilaksanakan untuk mengembangkan kemampuan petani dalam menguasai, memanfaatkan dan menerapkan teknologi
Universitas Sumatera Utara
13
baru sehingga mampu bertani lebih baik, berusaha lebih menguntungkan serta membina kehidupan berkeluarga yang lebih sejahtera. Monitoring dan evaluasi sangat penting dilakukan dalam penyuluhan pertanian jika melihat kondisi penyuluhan pertanian akhir-akhir ini yang semakin mengalami kemunduran dan stagnasi. Evaluasi dimaksudkan untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan dampak dari suau kegiatan penyuluhan pertanian sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sedangkan monitoring yang dimaksudkan untuk memastikan ketepatan sumberdaya penyuluhan pertanian serta pelaksanaan kegiatan-kegiatan penyuluhan sesuai dengan jadwal kerja dan hasil yang ditargetkan dan mengambil tindakan koreksi yang diperlukan bila terjadi penyimpangan dalam proses yang sedang berjalan. Dengan demikian, kinerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Rantau Selatan akan diketahui apakah tinggi, sedang, atau rendah.
Universitas Sumatera Utara
14
Tugas Balai Penyuluhan Pertanian Fungsi
Evaluasi Monitoring
Kinerja BPP
Tinggi
Sedang
Eksistensi BPP
Rendah
Positif
Negatif
Keterangan : : Menyatakan hubungan : Menyatakan hasil Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran 2.5
Hipotesis Penelitian
1.
Pelaksanaan tugas dan fungsi pokok Balai Penyuluhan Pertanian(BPP) sebagian tidak berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
2.
Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu sedang.
3.
Eksistensi Balai Penyuluhan Pertanian(BPP) Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batumendapatkan respons positif oleh petani.
Universitas Sumatera Utara