BAB II
KAJIAN TEORI A. Tinjauan buku
1. Pengertian Buku Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 67) mendefinisikan bahwa,buku merupakan lembar kertas berjilid, berisi karya tulis yang dikomposisikan memiliki fungsi untuk memberikan informasi bagi orang yang membacanya. Buku bacaan memiliki tujuan untuk menyajikan keseluruhan cerita secaraberurutan dengan kualitas yang maksimal, yang ditunjukkan dari aspek verbaldan visualnya. Pengertian buku dalam buku Layout Dasar dan Penerapannya karangan Lia Anggraini S. 2014 : 74. Layout merupakan tata letak ruang atau bidang. Layout dapat kita lihat pada majalah, website, iklan televisi, bahkan susunan furnitur di salah satu ruangan di rumah kita. Dalam Desain Komunikasi Visual, layout merupakan salah satu hal utama. Sejarah dunia perbukuan menurut Joko D. Muktiono (2003 : 20), dalam bukunya Aku Cinta Buku menyebutkan bahwa adanya buku telah dimulai sejak lama sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada pertengahan abad 15. Kedudukan buku menjadi tak tergoyahkan karena hubungannya erat dengan agama yang mencapai pemeluknya tentunya dengan adanya sebuah kitab dalam bentuk
11
buku. Maka tidak heran apabila buku mendapatkan kehormatan yang luar biasa sebagai dokumen yang berisi ajaran agaman dan buku selanjutnya sering dianggap sebagai sumber kebenaran. Buku mempunyai peran yang tidak penting dalam mendorong perkembangan sosial, budaya, teknologi, politik, dan ekonomi. Buku bacaan tersebut bermanfaat untuk menumbuhkembangkan masyarakat yang semakin cerdas, mengembangkan intelektualitasnya, juga kreatifitas serta membentuk pola pikir dan budaya masyarakat. Namun, buku juga dapat menjadi tidak berguna apabila berorientasi pada kepentingan pribadi dan tidak berorientasi kepada kepentingan dan manfaatnya bagi masyarakat
umum
sehingga
buku
bacaan
harus
memperhatikan
segmennya, tujuan apa yang dikehendaki dan metode apa yang dipergunakan serta apakah dengan metode tersebut segmen konsumennya dapat menyerap dengan baik isi buku.
1.1
Buku sebagai sarana untuk melestarikan karya Peradaban manusia memang selalu seiring dengan perjalanan sejarah manusia. Ia tidak akan terbina tanpa tradisi “budaya ilmu” yang meliputi tradisi kehidupan perpustakaan, tulis menulis, dan buku. Dengan kata lain, peradaban sebuah bangsa akan ditulis dengan tinta emas bila budaya ilmu tersebut mendapat prioritas utama di dalamnya. Dari situlah muara peradaban terbentuk. Sebagai entitas ilmu kebudayaan, eksistensi buku sangatlah penting. Buku bukan sekedar karya kreasi manusia dalam
12
menginterpretasikan peradaban dan kebudayaan yang ada, tetapi juga mengusung peradaban baru. Bila kita hidup tanpa buku, tentu sejarah diam, sastra bungkam, saint lumpuh dan seni kebudayaan tenggelam. Buku adalah mesin perubahan, jendela dunia, “ mercusuar yang dipancangkan di samudra waktu. Pada era perkembangan teknologi yang amat canggih dewasa ini pun , dimana kemajuan peradaban pikir juga semakin tinggi terdapat berbagai sarana untuk mendokumentasikan informasi , namun tidak dapat kita pungkiri bahwa buku merupakan dokumen paling sederhana dan paling familiar bagi masyarakat dan mungkin salah satu sarana yang tidak dapat sepenuhnya tergantikan oleh sarana penyimpan informasi yang lain. (Tuchman 1989 : 56 ) Pada hakekatnya buku bukan hanya sekedar suatu benda berupa kumpulan kertas tempat menitipkan hasil pemikiran, ide atau gagasan orang dalam karya tulis/cetak lain, karya rekam atau sumber informasi elektronik yang tertata rapi di atas rak-rak mati yang pasif, namun buku merupakan ruang yang dinamis, aktif, hidup dan berdaya guna mengkonstruksi sikap budaya manusia dari masa ke masa. Buku dari masa ke masa memang tidak lepas dari perkembangan budaya umat manusia, karena itu buku sangat erat kaitannya dengan kebudayaan dan masyarakat, bahkan dapat dikatakan bahwa buku merupakan produk dari kebudayaan itu sendiri dan keberadaannya untuk melayani masyarakat (Tuchman
13
1989 : 58). Buku sebagai wahana pelestarian budaya sejalan dengan penjelasan dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, bahwa keberadaan buku tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya umat manusia. Buku sebagai sistem pengelolaan
rekaman
gagasan,
pemikiran
,pengalaman
dan
pengetahuan manusia, mempunyai fungsi utama melestarikan hasil budaya umat manusia tersebut, khususnya yang berbentuk dokumen karya cetak dan karya rekam. Kemudian melalui bukulah penyampaian gagasan, pemikiran, pengalaman dan pengetahuan tersebut kepada generasi selanjutnya. Oleh karena itu sudah sewajarnya buku ditempatkan sebagai institusi budaya yaitu suatu media dimana seseorang berkunjung untuk mengembangkan dan memelihara budayanya melalui kegiatan membaca, mengumpulkan informasi dan mampu menulis atau menciptakan lagi sesuatu yang berguna untuk dirinya maupun untuk meningkatkan pengetahuan orang lain. Kegiatan membaca salah satunya tentu saja berhubungan dengan buku yang merupakan rekaman hasil pemikiran manusia yang sampai saat ini masih merupakan komponen yang paling dominan dalam koleksi perpustakaan. Menurut Purwono, sejak dulu buku telah membuktikan fungsinya yang sangat efektif sebagai wadah memori manusia dan pranata ilmu pengetahuan. Buku merupakan wadah untuk menampilkan dan memelihara warisan
14
budaya bangsa dan juga alat ampuh untuk menyebarkan budidaya tersebut kepada masyarakat. Ditemukannya
buku
menjadi
langkah
penting
dalam
perkembangan cara berfikir. Munculnya tradisi tulis dengan media buku membuat sistem pewarisan ilmu pengetahuan berlangsung di lingkungan masyarakat. Buku yang memungkinkan tulisan dalam komunitas besar disatukan dan disimpan serta pengetahuan abstrak universal struktural dapat berkembang. Buku adalah prasyarat untuk muncul dan berkembangnya ilmu pengetahuan dalam semua dimensi.
1.2
Buku sebagai Coffee Table Book Ada berbagai teori mengenai coffee table book. Menurut Abdul Chaer dan Leonie dalam bukunya Sosiolinguistik (2010 : 98), Coffee Table Book adalah lembar kertas berjilid, berisi karya tulis yang dikomposisikan memiliki fungsi untuk memberikan informasi (dalam hal ini kebanyakan adalah sejarah atau dokumentasi sebuah perjalanan budaya) bagi orang yang membacanya. Coffee Table book memiliki tujuan untuk menyajikan keseluruhan cerita/ kronologi/ sejarah suatu budaya secara berurutan dengan kualitas yang maksimal, yang ditunjukkan dari aspek verbal dan visualnya. Kedudukan coffee Table Book menjadi tak tergoyahkan karena hubungannya erat dengan pelestarian suatu budaya. Suatu sejarah budaya dapat mencapai masyarakat tentunya dengan adanya
15
sebuah sajian rekam dalam bentuk buku. Maka tidak heran apabila coffee table book mendapatkan kehormatan yang luar biasa sebagai dokumen yang berisi sejarah budaya dan buku selanjutnya sering dianggap sebagai saksi dan dokumenter budaya yang paling sederhana.
2. Tinjauan Internasional 2.1. Pengertian Internasional Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 209 ) pengertian kata internasional bisa diartikan sebagai sesuatu hal yang menyangkut bangsa atau seluruh dunia. Suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau seseorang) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah yang dengan tekunnya bekerja atau menghasilkan sebuah karya sehingga hasil yang didapat tersebut dapat
diminati
oleh
masyarakat
yang
ada
diseluruh
dunia.
Mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada juga yang menyebutnya sebagai Globalisasi ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan
16
ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985 (Globalization of markets 1983 : 35). Jan Aart Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi (Globalization of critical introduction 2002 : 112). a) Internasionalisasi : Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain. b)
Liberalisasi : Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
c) Universalisasi : Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia. d) Westernisasi : Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal. e) Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas : Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi
17
pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.
2.2 Internasionalisasi Kebudayaan Internasionalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspekaspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan. Internasionalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai- nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini. Manfaat
: Pelayanan,citra diri dan nilai kepuasan.
Status pemakai
: Potensial dan tetap.
Status kesetiaan
: Loyalitas tinggi terhadap brand name produk
18
Sikap terhadap produk
: Positif
Namun, perkembangan internasionalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan internasionalisasi kebudayaan.
3.
Kajian Desain 3.1 Pengertian Desain Secara harafiah kata desain adalah rancangan; motif; kerangka bentuk (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sedangkan dalam lingkup ilmu,desain berarti suatu elemen visual yang dikembangkan dengan dalih tertentu dan diolah sesuai dengan keperluan pengiklanan atau pengemasan, Merupakan suatu usaha deskripsi gagasan mengenai bentuk, rupa, ukuran, warna, dan tata letak beserta unsur-unsurnya yang membentuk wajah suatu benda. Tahapan lima desain menurut para ahli diantaranya adalah: a. Layout Layout adalah penyusunan dari elemen – elemen desain yang berhubungan ke dalam sebuah bidang sehingga membentuk suatu susunan artistik. Hal ini juga bisa disebut manajemen bentuk dan bidang. ( Amborse & Harris, 2005 : 74 ).
19
Secara umum, layout merupakan tata letak ruang atau bidang. Layout dapat kita lihat pada majalah, website, iklan televisi, bahkan sususnan furniture di salah satu ruangan di rumah kita. Dalam Desain Komunikasi Visual, layout merupakan salah satu hal yang utama. Dalam sebuah layout, terdapat beberapa elemen seperti elemen teks, elemen visual dan elemen lainnya. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dan dapat memudahkan pembaca. Prinsip – prinsip layout tersebut adalah :
Gambar 1 Sumber : www.flickr.com
i). Sequence, yakni urutan perhatian dalam layout. Layout yang baik dapat mengarahkan ke dalam informasi yang disajikan pada Layout. Agar lebih jelas, berikut ini susunan layout yang dapat digunakan pada sebuah karya desain :
20
Gambar 2 Sumber : www.layout.com
ii).
Emphasis, yaitu penekanan di bagian – bagian tertentu pad layout. Penekanan ini berfungsi agar pembaca dapat lebih terarah atau fokus pada bagian yang penting. Emphasis/penekanan dapat diciptakan dengan cara berikut : - Memberi ukuran huruf yang lebih besar dibandingkan elemen – elemen layout lainnyapad halaman tersebut. - menggunakan warna yang kontras/berbeda dengan latar belakang dan elemen lainnya. - Meletakan hal yang penting tersebut pada posisi yang menarik perhatian. - Menggunakan bentuk atau style yang berbeda dengna sekitarnya.
21
Gambar 3 Sumber : www.idnworld.com
iii).
Keseimbangan (balance), teknik mengatur keseimbangan
terhadap elemen layout. Prinsip keseimbangan terbagi menjadi dua jenis, keseimbangan simetris dan keseimbangan asimetris. Pada keseimbangan simetris, sisi yang berlawanan harus sama persis agar tercipta sebuah keseimbangan. Sementara itu pad keseimbangan asimetris objek – objek yang berlawanan tidak sama persis agar tercipta keseimbangan
22
Gambar 4 Sumber : www.gridness.net
b. Logo Logo adalah penyingkatan dari Logotype. Istilah logo baru muncul tahun 1937 dan kini istilah logo lebih populer daripada logotype. Logo bisa menggunakan elemen apa saja : tulisan, logogram, gambar, ilustrasi dan lain-lainnya. (Rustan, 13, 2009 ). Logo atau tanda gambar (picture mark) merupakan identitas yang digunakan untuk menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau perusahaan maupun organisasi. Dari definisi yang diberikan oleh para ahli dan raktisi dapat dipahami bahwa logo ibarat sebuah pakaian, identitas seseorang dapt dilihat dari unsur pakaian yang dikenakannya. Apakah ia seorang manajer, eksekutif, salesman, kasir bank, seniman atau seorang office boy. Selain membangun citra perusahaan, logo juga sering kalli dipergunakan untuk membangun spirit secara internal di
23
antara komponen yang ad dalam perusahaa tersebut. Sebuah logo yang baik dan berhasil akan dapat menimbulkan sugesti yang kuat, membangun kepercayaanm rasa memiliki dan menjaga image perusahaan pemilik logo itu. (Kusrianto, 2007 : 237).
Gambar 5 Sumber : www.wikipedia.org
c. Warna Umumnya ada dua macam warna pada identitas visual, yaitu warna pada logo dan warna untuk corporate color/warna perusahaan. Ada kalanya corporate color yang digunakan dalam aplikasi-aplikasi desain menggunakan warna yang sama dengan warna pada logo, namun ada juga yang memperluas jangkauan area warnanya. (Rustan, 2009 :72 ). Warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili suasana kejiwaan pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga merupakan unsur sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu meransang munculya rasa haru,
24
sedih, gembira, mood atau semangat, dan lain-lainnya. ( Kusrianto, 2007 : 46 ).
Gambar 6 Sumber : Riskifb.wordprees.com
d. Tipografi Huruf atau biasa yang disebut dengan tipografi merupakan bagian dari kehidupan manusia modern saat ini. Adanya kebutuhan untuk memandang yang lebih indah dari huruf, membuat tulisan instan kreatif selalu berusaha menampilkan seni “penataan huruf” semaksimal mungkin. Hal itu bisa kita lihat pada tulisan-tulisan pendek iklan dipinggir jalan. Selama ini pengertia tipografi sering dijelaskan secara sangat sederhana sebagai ilmu yang berurusan dengan “penataan huruf cetak”. Hal ini tidaklah salah karena sejarah menceritakan demikian. Arti harafiah dari tipografi adalah “bentuk tulisan”, kemudian dalam kata kerjanya disebut “pembentukan” atau “kreasi” huruf. Karya
25
David Crystal ( 1987 ), barangkali lebih tepat untuk menjelaskan secara singkat. Di dalam buku tersebut dijelaskan bahwa tipografi merupakan “kajian tentang fitur-fitur grafis dari lembar halaman”. (Anggraini S, 2014 : 50). Tipografi adalah seni memilih jenis huruf, dari ratusan jumlah
rancangan/
menggabungkan
desain
dengan
jenis jenis
huruf huruf
yang yang
tersedia, berbeda;
menggabungkan sejumlah kata yang sesuai dengan ruang yang tersedia; dan menandai naskah untuk proses typesetting, menggunakan ketebalan dan ukuran huruf yang berbeda (Jefkins, 1994 :248).
Gambar 7 Sumber : www. Adsoftheword.com
4. Batik 4.1 Sejarah batik Di indonesia, Batik sudah ada sejak jaman Majapahit dan sangat populer pada abad XIX. Sampai abad XX, semua batik yang dihasilkan adalah Batik Tulis. Kemudian seteleh perang dunia ke 1 Batik cap baru dikenal.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk
26
pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja – raja Indonesia. Memang pada awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam keraton. Hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga, serta para pengikutnya. Batik yang masuk dikalangan istana diklaim sebagai milik dalam benteng, orang lain tidak boleh mempergunakannya. Sebagai contoh pada tahun 1769 berbunyi sebagai berikut : “Ana dene kang arupa jajarit kang kalebu ing larangangsun : batik sawak lan batik parang rusak, batik cumangkiri kang modang, bangun – tulak, lenga – lerng, daragem lam tumpal. Anadene batik cumangkirang ingkang acalacap
lung
–
lungan
utawa
kekembangan,
ingkang
ingsun
kawenangaken anganggoha pepatih ingsun lan sentanaingsun, kawulaning wedana”. Hal inilah yang menyebabkan kekuasaan raja serta pola tata laku masyarakat dipakai sebagai landasan penciptaan batik. Akhirnya didapat konsepsi pengertian adanya batik klasik dan bati tradisional, penentuan ukuran klasik adalah hak prerogatif raja. (Musman & Arini, 2011 : 4) Walaupun ada larangan pemakaian batik motif tertentu, kerajaan juga memberikan sugesti tinggi terhadap pemakaian sinjangan batik. Misalnya Raden Wijaya menganugrahkan kain batik bermotif lancingan gringsing kepada punggawa terkemuka sebagai tanda derajat kepadanya, yaitu derajat Senopati Agung. (Musman & Arini, 2011 : 5). Istilah ini dihubungkan dengan perang mati-matian. Kharisma raja dengan anugrah tersebut dapat memberikan semangat keperwiraan yang tinggi. Dan di lain pihak, semangat tersebut merupakan dorongan yang kuat untuk mengorbankan jiwa dan raga.
27
Sementara itu, Bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri, antara lain pohon mengkudu, tinggi, soga dan nila. Sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur. Bahan kainnya umumnya berupa mori, sutra, katun, atau pun media lainnya. Bahan lain yang biasa digunakan adalah malam atau lilin lebah. Dalam ensiklopedia Indonesia disebut bahwa malam adalah hasil sekresi dari lebah madu dan jenis lebah lainnya untuk keperluan tertentu tidak dapat digantikan dengan lilin buatan. (Musman & Arini, 2011 : 5) Pada awal keberadaannya, motif terentuk dari simbol-simbol yang bermakna, yang bernuansa tradisional Jawa, Islami, Hinduisme dan Budhisme. Dalam perkembangannya, batik diperkaya oleh nuansa budaya lain seperti China dan Eropa modern. Dasar dari jiwa batik adalah kelembutan, kedamaian dan toleransi. Jiwa batik bersedia membuka pintu bagi masuknya kebudayaankebudayaan
lain
yang
justru
memperkaya
pernak-pernik
dalam
kehidupannya. Itulah yan gmerupakan kedigdayaan budaya batik sehingga mampu bertahan hidup dan berkembang hingga rambahnya secara signifikan menembus batas-batas kedaerahan, menjadi identitas nasional dan menjadi bagian dari budaya dunia. Kecintaan budaya batik terhadap kebinekaan merupakan refleksi dari sikap budaya masyarakat Mataram-Surakarta-Yogyakarta. Di dalam budaya batik, hal tersebut tampak pada pola-pola yang disusun dengan
28
“seni mozaik” yang indah dari berbagai pola yang menampilkan kebinekaan budaya, seperti pola-pola ceplokan, tambal dan sekar jagad. Simbol adalah kreasi manusia untuk mengejawantahkan ekspresi dan gejala-gejala alam dalam bentuk-berntuk bermakna, yang artinya dapat dipahami dan disetujui oleh masyarakat tertentu. (Musman & Arini, 2011:7) Manusia tidak dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya tanpa simbol-simbol karena manusia sebgai makluk budaya tidak dapat mengekpresikan jalan pikiran atau penalarannya. Sementara itu, konsep yang diterapkan adalah filsafat sebgaia seni bertanya diri, yaitu usaha manusia untuk memperoleh pengertian dan pengetahuan
tentang
hidup
menyeluruh
dengan
mempergunakan
kemampuan rasa dan karsanya. (Musman & Arini, 2011 : 3-7). 4.2 Proses pembuatan batik Menurut prosesnya, batik dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu batik tulis, batik cap dan kombinasi antar batik tulis dan cap. Selanjutnya sesuai dengan perkembangan teknologi dan menghindari lamanya prose produksi batik, digunakan screen printing agar dapat diproduksi dengan cepat. Walaupun begitu, produk ini tidak bisa digolongkan sebagai suatu batik tetapi dinamakan tekstil maotif batik atau batik printing. i). Batik tulis Batik tulis dikerjakan dengan menggunakan canting. Canting merupakan alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik). Ujungnya berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam yang digunakan untuk membentuk gambar
29
apada permukaan bahan yang akan dibatik. Pengerjaan batik tulis dibagi menjadi dua, yaitu batik tulis halus dan batik tulis kasar. (Musman & Arini, 2011 : 17) Bentuk
gambar/desain
pada
batik
tulis
tidak
ada
pengulangannya yang jelas, sehingga gambar lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan batik cap. Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/tembokan). Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentukdan ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya bisa sama persis antara satu gamabar dengan gambar lainnya. Mencorak batik berkualitas adalah pekerjaan yan gmemakan waktu. Batik tulis memiliki ratusan corak yang mesti digambar dengan tangan padasecarik kain dengan menggunakan lilin cair dan alat gambar berupa canting. Batik tulis bukan sekedar pekerjaan tukang, akan tetapi merupakan energi kreatif yang menyatukan tangan, hati dan pikiran untuk memahami malam, canting bagaimana cara menyapikan malam panas di atas kain dan melihatnya meresap dan menciptakan efek yang berbeda. Semua memerlukan tangan yang sangat terampil dengan banyak praktik supaya bisa melakukannya dengan baik. Hal itu merupakan bagian yang bersifat meditatif dari keseluruhan proses. Mengalir dengan garis malam, mendapatkan ritme yang tepat, tidak
30
terlalu cepat, tidak terlalu pelan dan dengan temperatur malam yang tepat. Batik tulis, sebagai baatik dengan kualitas tinggi, memiliki segmen pasar tersendiri. Harga jual batik tulis relatif mahal karena kualitasnya lebih bagus, mewah dan unik. Nilai estetika indonesia yang mengandung arti batik tulis versi Jawa tidak dapat diproduksi dimanapun
selain
di
Indonesia.
Tidak
mengehrankan
untuk
memproduksi sepotong kain tulis halus dibutuhkan empat bulan. Tetapi untuk menyelesaikan batik tulis kasar dengan motif sederhana, diperlukan waktu hanya satu minggu.
Gambar 9 Sumber : www.wikipedia.com
31
ii). Batik Cap Batik cap adaalah kain yang dihias dengan motif atu corak baatik dengan menggunakan media canting cap. Canting cap adalah suatu alat dari twembaga di mana terdapat desain suatu motif. (Musman dan Arini, 2011 :19) Permintaan akan batik cap didorong oleh banyaknya permintaan akan batik. Permintaan ini direpons oleh pengusaha batik dengan membuat cap mengingat pembuatan batik tulis memerlukan waktu yang relatif lama. Sekitar pertwngahan abad ke 19, cantik cap ( biasanya disebut hanya cap saja ) mulai dikembangkan. Cap merupakan sebuah alat berbentuk semacam stempel besar yang telah digambar pola batik. Pad umumnya, pola pada canting cap ini dibentuk dari bahan dasar tembaga, tetapi ada pula yang dikombinasikan dengan besi. Dari jenis produsksi batik cap ini, pembatik bisa menghemat tenaga dan tidak perlu menggambar pola atau desain di atas kain. Batik
cap
juga
mengalami
perkembangan
dengan
dikenalkannya cap kayu. Cap yang terbuat dari kayu lebih ekonomis dan lebih mudah pembuatannya. Pola pada kayu diukir dan dibentuk seperti stempel sama halnya dengan cap tembaga. Batik menggunakan cap kayu ini dapat dibedakan dari cap tembaga karena kayu tidak menghantrkan panas sebaik tembaga sehingga malam (lilin) yang menempel pada kayu lebih tipis dan hasil pengecapannya yang terbentuk pin memiliki kekhasan tersendiri, biasanya terdapat sedikit
32
warna yang meresap pada batik karena lilin yang menempel terlalu tipis, sehingga terlhat gradasi warna pada pola antara pinggir motif san tengahnya. Untuk pembuatan satu gagang cap batik dengan dimensi panjang dan lebar 20x20 cm, dibutuhkan rata-rata dua minggu. Adapun batik cap merupaka jenis batik yang lebih murah, dimana corak tidak dilukis tetapi disablin secara manual. Untuk membuat batik cap dengan beragam motif, maka diperlukan banyak cap, sementra harga cap batik relatif lebih mahal daripada canting. Jangak waktu pemakaian batik cap dalam kondisis baik bisa mencapai 5-10 tahun. Harga jual batik cap relatif murah dibandingkan dengan batik tulis, karwn biasanya jumlahnya banyak dan memiliki kesamaan satu dan lainnya. Sehingga kurang unik, tidak istimewa dan kurang eksklusif.
Gambar 10 Sumber : www.wikipedia.com
33
iii). Batik cap dan tulis Proses
prembuatan
batik
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan perpaduan antar screen printing ( sablon ) atau memakai cap dengan malam ( lilin ).Caranya memberi warna pertama dengan menggunakan screen printing atau cap, kemudian tutup sebagian motifnya degan cantik tulis. Setelah itu, lilin pertama dilekatkan dengan screen printing dan dilanjutkan dengan proses pencelupan atau pewarnaan. iiii). Batik Printing Teknik pembuatan batik printing relatif sama dengan produksi sablon yaitu menggunakan klise (kasa) untuk mencetak motif batik diatas kain. Proses pewarnaannya sama dengan proses pembuatan tekstil biasa yaitu dengan menggunakan pasta yang telah dicampur pewarna sesuai keinginan, kemudian dicetak sesuai motif yang dibuat. Batik ini dapat dikerjakan secara manual ataupun menggunakan mesin. Oleh karean itu, batik printing merupakan salah satu jenis batik yang fenomenal, kemunculannya dipertanyakan oleh beberapa seniman dan pengrajin batik karena dianggap merusak tatanan dalam seni batik, sehingga mereka lebih suka menyebutkan kain bermotif batik. Secara kasat mata, kita dapat membedakan batik printing dan batik tulis atau cap dengan melihat permukaan di balik kain. Biasanya warna kain batik printing tidak meresap keseluruh serat kain dan
34
hanya menempel pada permukaan kain, sehingga kain di baliknya masih terlihat jelas berwarna putih. (Musman & Arini, 2011 : 17-22 ).
5. Kajian Fotografi 5.1 Pengertian fotografi Kata “Photography” (fotografi) berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata : “Photo” yang berarti sinar dan “Graphos” yang berarti menggambar. Jadi Photography dapat diartikan “menggambar dengan cahaya”. Jika kita ibaratkan fotografi dengan melukis, dalam fotografi kita menggunakan kamera dan lensa sebagai alat lukisnnya (brush/kuas), film dan sensor digital sebagai kanvas/kertas dan cahaya sebagai catnya. (Burhanuddin, 2014 : 1). Kekuatan terbesar dari fotografi pada media periklanan khususnya adalah kredibilitasnya atau kemampuannya untuk membeli kesan sebagai „dapat dipercaya‟. Menurut penelitian Poynter Institute sebuah sekolah jurnalisme di Amerika: orang lebih tertarik pada foto berwarna dibandingkan hitam putih. Foto berwarna mendapat perhatian 20% lebih besar dibandingkan foto hitam putih (Rustan, 2008:54-55).
35
Gambar 10 Sumber : Dok.pribadi
i) Artworks Untuk menyajikan informasi yang lebih akurat, kadang pada situasi tertentu ilustrasi menjadi pilihan yang lebih tepat dan dapat diandalkan dibandingkan bila memakai teknik fotografi. Sedang artwork sendiri adalah segala jenis karya seni bukan fotografi baik itu berupa ilustrasi, kartun, sketsa, dan lain-lain yang dibuat secara manual maupun dengan komputer (Rustan, 2008 : 56) ii) Garis Merupakan elemen desain yang dapat menciptakan kesan estetis pada suatu karya desain. Di dalam suatu layout, garis mempunyai sifat yang fungsional antara lain membagi suatu
36
area, penyeimbang berat dan sebai elemen pengikat sistem desain supaya terjaga kesatuannya (Rustan, 2008:60). iii) Kotak Berisi artikel yang bersifat tambahan/suplemen dari artikel utama. Bila letaknya di pinggir halaman disebut sebagai sidebar. Elemen visual juga sering diberi kotak supaya terlihat lebih rapi. Dengan adanya kotak, tiap informasi tambahan baik itu teks maupun visual dapat dibedakan dengan jelas oleh pembaca (Rustan, 2008 : 60). iv) Inzet (inline graphics) Elemen visual berukuran kecil yang diletakkan di dalam elemen visual yang lebih besar. Fungsinya memberi informasi pendukung. Banyak terdapat pada informational graphic. Inzet kadang juga disertai dengan caption maupun callouts. Inzet juga berfungsi seakan-akan memperbesar gambar (zoom) untuk menunjukkan detail struktur (Rustan, 2008 : 61). 5.2 Invisible Element i) Margin Margin menentukan jarak antara pinggir kertas dengan ruang yang akan ditempati oleh elemen-elemen layout. Berfungsi mencegah agar elemen-elemen layout tidak terlalu jauh kepinggir halaman (Rustan,2008 : 64)
37
ii) Grid Grid adalah alat bantu yang sangat bermanfaat dalam melayout. Grid mempermudah kita menentukan di mana harus meletakkan elemen layout dan mempertahankan konsistensi dan kesatuan layout terlebih untuk karya desain yang mempunyai beberapa halaman. Dalam membuat grid, kita membagi halaman menjadi beberapa kolom dengan garis-garis vertikal, dan ada juga yang horisontal. Sedangkan untuk merancangnya harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut: berapa ukuran dan bentuk bidangnya, apa konsep dan style desainnya, berapa ukuran huruf yang akan dipakai, berapa banyak isinya/informasi yang ingin dicantumkan (Rustan,2008: 68). 5.3 Kamera dan Lensa Zaman berubah, namun manusia masih terus gemar merekam dengan melukis dan menulis. Saat ini dengan alat rekam semakin berkembang
kegemaran
orang
terhadap
merekam
semakin
menggila. Kita menggunakan tipe recorder maupun ipod untuk merekam suara. Sementara merekam visual kita juga sekarang sudah memiliki alat rekam yang bernama kamera. i). Kamera Kamera merupakan alat paling populer dalam aktivitas fotografi. Nama ini didapat dari kamera obscura, bahasa latin untuk “ruang gelap. Sebagaimana dijelaskan bahwa fotografi dapt diartikan “menggambar dengan cahaya”. Kita dapat memotret
38
kalau ada cahaya, tanpa cahaya kegiatan fotografi tidak pernah akan terjadi, meskipun memiliki kanvas bagaimana dapat menggambar bila kita tidak memiliki cat.(Burhanuddin, 2014 : 25) ii). Lensa Lensa merupakan alat vital dari kamera yang berfungsi memfokuskan cahaya hingga mampu membakar medium penangkap (atau lebih umum dikenal dengan nama film/sensor digital). Lensa sederhana terbuat dari sebuah kaca atau plastik lengkung. Sebaliknya jenis lensa rumit terdiri dari sejumlah keping kaca optik yang disebut lensa elements. Di bagian luar lensa fotografi biasanya ditempatkan tiga ring pengatur, yaitu ring, fokus, lenght (untuk lensa jenis variable atau lensa zoom), ring diafragma dan ring fokus. .(Burhanuddin, 2014 : 36) 6. Rory Wardana Seorang Desainer yang tekun dan ulet dalam mengerjakan busana pria dan wanita, serta memiliki karakter prefeksionis yang menjadikan setiap karya dari Rory Wardana ini nyaris sempurna dan memiliki kualitas dan kuantitas yang sangat tinggi. Tidak pernah mengerjakan sesuatu dengan setengah hati dan selalu memberikan yang terbaik pagi masyarakat dan pecinta seni yang ada di Indonesia juga Internasional. Keluarga yang berdarah seni mempermudah Rory Wardana dalam memahami dan mendapatkan Chemistry dalam hal seni itu sendiri dengan kepekaan Rory Wardana terhadap sejarah dan tradisional batik inilahpun
39
menghantarkannya pada desain-desain yang luar biasa dan begitu penuh arti bagi dirinya sendiri maupun bagi oran gyang mengenakan busananya ini. 7. Heritage Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (2008 : 102) “Heritage” dapat diartikan sebagai “warisan”. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Rory Wardana mencoba memperkenalkan warisan yang dimiliki oleh budaya Solo agar tidak punah, dikembangkan agar bisa dinikmati dari semua umur dan kalangan. Dan terus mempertahankan jati diri pulau Jawa khususnya batik. 8. Cloth’s Cloth’s dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008 : 82) adalah “pakaian”. Dengan demikian pakaian yang dimaksud tersebut dapat membuat kaum pria menjadi lebih nyaman dan praktis karena rancangan dari desainer Rory Wardana ini dapat digunakan diberbagai acara seperti, pernikahan, kumpul keluarga, bertemu teman-teman, bekerja bahkan bersantai dengan pasangan.
40