BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing permasalahan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata prestasi dan belajar. Hal ini juga untuk memudahkan dalam memahami lebih mendalam tentang pengertian prestasi belajar itu sendiri. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian prestasi dan belajar menurut para ahli. Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya (Jihad & Harris, 2012: 1). Menurut Aunurrahman (2009: 34) bahwa belajar adalah “Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa terdidik, siswa yang belum memiliki pegetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan”. Selanjutnya menurut Hamalik (2008: 28) bahwa belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Belajar menurut Slameto (2013: 2) didefinisikan sebagai berikut “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut Bigge (Kusmana, 2010: 11) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu 6
7 perubahan–perubahan tentang kekuatan variabel–variabel hipotesis yang disebut S-R (Stimulus Respon) asosiasi–asosiasi, kekuatan–kekuatan kebiasaan atau kecenderungan perilaku. Prestasi belajar menurut Syah (2008: 91) adalah “Taraf keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”. Selanjutnya Hamalik (2008: 68) menyatakan bahwa: “Prestasi belajar merupakan suatu yang dibutuhkan seseorang untuk mengetahui kemampuan setelah melakukan kegiatan yang bersifat belajar, karena prestasi adalah hasil belajar yang mengandung unsur penilaian, hasil usaha kerja dan ukuran kecapan yang dicapai suatu saat”. Menurut pendapat Tirtonegoro (2006: 43) menyatakan bahwa, “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Menurut Djamarah (2008: 23) bahwa “Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan–kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar”. Setiap prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Jadi, prestasi belajar dapat diartikan hasil yang diperoleh dari proses perubahan tingkah laku, keterampilan, atau pengetahuan dari interaksi dengan lingkungan. Prestasi belajar tidak akan diperoleh sebelum siswa melakukan kegiatan. Bagi siswa berprestasi merupakan sesuatu yang penting dalam hal prestasi belajar, karena nilai yang dicapai dalam proses belajar adalah prestasi yang dapat dilihat secara nyata. Prestasi tersebut meliputi tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Prestasi tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk angka, simbol, atau berupa kalimat. Penelitian ini prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai, yaitu diperoleh dari hasil lembar observasi dan tes siswa.
8 Menurut jurnal internasional Misu (2014: 145-146) dapat ditarik simpulan hasil uji empiris dalam pembelajaran melalui model NHT meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan penelitian Ernawati (2010: 65) untuk meningkatkan prestasi belajar dapat diterapkan pembelajaran kooperatif NHT. Hal ini dapat simpulkan bahwa adanya peninkatan keaktifan siswa dalam: (1) apresiasi, (2) bertanya pada guru, (3) diskusi kelompok, (4) menjawab pertanyaan guru, (5) mengerjakan evaluasi sendiri, dan (6) hasil belajar siswa. Penelitian ini terdapat sisi perbedaan menunjukan bahwa dengan adanya penerapan model pembelajaran NHT menunjukan prestasi belajar dapat meningkat. Adapun sisi perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada tempat penelitian maupun penerapan teori dengan materi mata pelajaran. Prestasi belajar dalam penelitian ini mencakup tiga ranah yaitu: (1) ranah afektif, (2) ranah kognitif, (3) ranah psikomotor. b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah perilaku, banyak faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa. Faktor – faktor tersebut ada yang berasala dari dalam diri siswa dan ada yang dari luar dri siswa. Menurut Syah (2005: 132) adalah faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: 1) Faktor internal siswa (faktor yang berasal dari dalam diri siswa) yang meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis. 2) Faktor eksternal siswa (faktor yang berasal dari luar diri siswa) yang meliputi faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. 3) Faktor pendekatan belajar yakni segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
9 Faktor keberhasilan dalam belajar berpengaruh pada prestasi belajar. Seperti halnya menurut Aunurrahman (2009: 178) faktor keberhasilan belajar yaitu: 1) Faktor internal belajar (a) Ciri khas/karakteristik siswa (b) Sikap terhadap belajar (c) Motivasi belajar (d) Konsentrasi belajar (e) Mengolah bahan belajar (f) Menggali hasil belajar (g) Rasa percaya diri (h) Kebiasaan belajar 2) Faktor eksternal belajar (a) Faktor guru (b) Lingkungan sekolah (termasuk teman sebaya) (c) Kurikulum sekolah (d) Sarana dan prasarana Berdasarkan uraian tersebut salah satu faktor – faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah motivasi dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Motivasi dapat mempengaruhi proses dan kualitas belajar siswa. Siswa yang mempunyai motivasi positif terhadap mata pelajaran maka akan terdorong untuk belajar sungguh – sungguh. Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru merupakan faktor yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang diterima oleh siswa. Model pembelajaran yang tepat dan baik dapat menarik perhatian siswa untuk tertuju pada pelajaran, maka siswa akan dapat memperoleh prestasi yang memuaskan. c. Indikator Prestasi Belajar Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa prestasi belajar dapat dinyatakan berhasil apabila memenuhi ketentuan kurikulum. Untuk mengukur prestasi belajar dapat dilakukan dengan cara memberikan penilaian dengan tujuan supaya siswa mengalami perubahan. Pada prinsipnya pengungkapan prestasi belajar meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Berikut ini tabel jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi menurut Syah (2006: 214), antara lain:
10 Tabel 2.1 Ranah Cipta (Kognitif) No. Jenis Prestasi
Indikator
Cara Evaluasi
1.
Pengamatan
Dapat mennjukan Dapat membandingkan Dapat menghubungkan
Tes lisan Tes tertulis Observasi
2.
Ingatan
Dapat menyebutkan Dapat menunjukkan
3.
Pemahaman
4.
Penerapan
5.
Pemilahan secara teliti Sintesis (membuat paduan baru dan utuh)
Dapat menjelaskan Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri Dapat memberikan contoh Dapat menggunakan secara tepat Dapat mengklasifikasikan/memilah Dapat menghubungkan Dapat menyimpulkan Dapat menjeneralisasikan (membuat prinsip umum)
Tes lisan Tes tertulis Observasi Tes lisan Tes tertulis
6.
Tes tertulis Pemberian tugas Observasi Tes tertulis Pemberian tugas Tes tertulis Pemberian tugas
(Sumber: Syah, 2006: 214) Tabel 2.2 Ranah Karsa (Psikomotor) Jenis Prestasi No.
Indikator
Cara Evaluasi
1.
Ketrampilan bergerak dan bertindak
Kecakapan mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya.
Obervasi Tes tindakan
2.
Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal
Kefasihan melafalkan/mengucakpan Kecakapan membuat mimik dan gerak jasmani
Tes lisan Observasi Tes tindakan
(Sumber: Syah, 2006: 214)
11 Tabel 2.2 Ranah Rasa (Afektif) No. Jenis Prestasi Indikator 1. Penerimaan Menunjukkan sikap menerima Menunjukkan sikap menolak 2.
Sambutan
3.
Apresiasi (sikap menghargai
4.
Internalisasi (pendalaman)
5.
Karakterisasi (penghayatan)
Kesediaan berpartisipasi/terlibat Kesediaan memanfaatkan Mengagumi penting dan bermanfaat Menganggap indah dan harmonis Mengakui dan meyakini Mengingkari Melembagakan atau meniadakan Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari hari
Cara Evaluasi Tes tertulis Tes skal sikap Observasi Tes skala sikap Pemberian tugas Observasi Tes skala sikap Pemberian tugas Observasi Tes skala sikap Pemberian tugas Observasi Pemberian tugas ekspresif dan proyektif Observasi
(Sumber: Syah, 2006: 214) Berdasarkan teori di atas, terdapat pula jenis perilaku dalam ranah kognitif yang dijelaskan pada teori lainnya. Teori tersebut terdapat pada Bloom, dkk dalam Aunurrahman, (2009: 49) ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku: 1) Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal – hal yang telah dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan. Pengetahuan tersebut dapat berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode. 2) Pemahaman, mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Perilaku ini misalnya tampak dalam kemampuan menggunakan prinsip. 3) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian – bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. 4) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya tampak di dalam kemampuan menyusun suatu program kerja. 5) Evaluasi, mencakup kemampuanmembentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
12 Prestasi belajar juga merupakan ukuran keberhasilan peserta didik didalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat diperoleh dengan melalui hasil tes yang akan memberikan informasi tentang apa yang telah dikuasai oleh siswa. Siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajarnya apabila prestasi yang ditunjukkan dengan nilai yang tinggi, atau sesuai dengan target yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Setelah mengetahui indikator prestasi belajar, guru perlu pula mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Berdasarkan fenomena di atas, bahwa yang dimaksud indikator dalam prestasi belajar dalam penelitian ini adalah (1) ranah kognitif (2) ranah afektif (3) ranah psikomotor. Dalam penelitian ini prestasi menggunakan hasil lembar observasi untuk ranah afektif dan psikomotor, sedangkan untuk ranah kognitif menggunakan hasil tes. Setelah melakukan proses pembelajaran guru mengadakan penilaian untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. 2.
Motivasi Belajar a.
Pengertian Motivasi Belajar Motivasi menurut Gray dkk dalam Gintings (2008: 88), adalah “Hasil sejumlah proses, yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusisme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan – kegitan tertentu”. Sedangkan pengertian motivasi menurut Samosir (2011: 99) mendifinisikan, “Motivasi sebagai proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu”. Senada diungkapkan oleh Suryabrata dalam Djaali (2011: 101) mengemukakan motivasi merupakan, “Proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku kearah suatu tujuan”. Definisi motivasi belajar menurut Mudjiman (2011: 39) adalah “Motivasi belajar adalah kekuatan pendorong dan pengarah perbuatan belajar”. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 10) bahwa “Motivasi belajar sebagai kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar atau
13 dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia (perilaku belajar)”. “Motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan serta pengalaman” (Iskandar, 2009: 181). Sedangkan menurut Aunurrahman (2009: 180) menerangkan bahwa “Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensipotensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar”. Definisi motivasi belajar menurut Gintings (2008: 86) adalah “Sesuatu yang menggerakan atau mendorong siswa untuk belajar atau menguasai materi pelajaran yang sedang diikutinya”. Menurut jurnal internasional Woo (2013: 291-307) menyatakan “Motivation, volition, and performance (MPV) theory indicates that cognitive load and learning motivation simultaneously influence performance”. Maksud dari Woo adalah motivasi, kemauan, dan kinerja menunjukan bahwa pengetahuan dan motivasi belajar secara simultan dapat mempengaruhi kenierja. Apabila orang termotivasi, maka pengetahuan orang tersebut akan bertambah sehingga mendorong seseorang untuk mencapai kinerja secara optimal. Menurut Arden N. Frendsen dalam Baharuddin dan Wahyuni, (2012: 23), yang termasuk dalam masuk instrinsik untuk belajar anatara lain: 1) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas 2) Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju 3) Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang – orang penting. 4) Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain – lain.
14 “According to the tenets of SDT three main levels of motivation can be distinguished: a motivation (the absence of motivation, extrinsic motivation (when a course of action in undertaken as a means to an end), and intrinsic motivation (when a course of action is undertaken for its own sake, out of interest or for enjoyment)” . Menurut jurnal internasional Koh (2010: 2) maksud tersebut adalah bahwa tingkat motivasi dapat dibedakan menjadi: motivasi (tidak adanya motivasi), motivasi exsternal (suatu tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan), internal (suatu tindakan yang dilakukan untuk kepentingan diri sendiri). “Motivasi ekstrinsik adalah motif – motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar”, (Sardiman, 2007: 90-91). Motivasi terdiri dari motivasi internal dan eksternal yang dapat ditumbuhkan dengan pemberian penghargaan, hukuman, serta deskripsi mengenai keuntungan dan kerugian dari pembelajaran yang akan dilakukan. Gagne dalam Mudjiman, (2011: 92) merinci upaya menumbuhkan motivasi belajar menjadi strategi umum, kebijakan instruksional, penyajian bahan jara, kebijakan tentang penilaian, dan pemberian umpan balik. Oleh karena itu, tugas guru adalah membantu dan membangkitkan motivasi belajar siswa melalui kegiatan belajar yang bervasiasi. Sehingga perlu cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegitan belajar mengajar. Berikut ini ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegitan belajar di sekolah menurut Sardiman (2014: 92-95) antara lain: (1) Memberi angka (2) Hadiah (3) Saingan/kompetisi (4) Ego-involvement (5) Memberi ulangan (6) Mengetahui hasil (7) Pujian (8) Hukuman (9) Hasrat untuk belajar (10) Minat (11) Tujuan yang diakui.
15 Berdasarkan uraian di atas motivasi mempengaruhi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu motivasi salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah motivasi. Faktor - faktor yang diperkirakan erat kaitannya dengan motivasi belajar menurut Mudjiman (2011: 40) faktor tersebut antara lain: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Faktor pengetahuan tentang kegunaan belajar; Faktor kebutuhan untuk belajar; Faktor kemampuan melakukan kegiatan belajar; Faktor kesenangan terhadap ide melakukan kegiatan belajar; Faktor pelaksanaan kegiatan belajar; Faktor hasil belajar; Faktor kepuasan terhadap hasil belajar; Faktor karakterisktik pribadi dan lingkungan.
b. Peran Motivasi dalam Pembelajaran Uno (2009: 23) mengemukakan bahwa “Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi”. Tuckman dalam Mudjiman (2011: 46) pengembangan Motivasi Belajar dikemukakan ada 3 faktor penting pembentuk motivasi belajar, yaitu: (1) Sikap, atau kepercayaan diri untuk mendapatkan berhasil mencapai hasil (2) Drive, atau semangat untuk mencapai hasil (3) Strategi untuk mencapai hasil. “Guru memiliki peranan stategis dalam menumbuhkan motivasi belajar peserta didknya melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengalaman dan kemampuan guru kepada siswa secara individual” (Iskandar, 2009: 181-184). Motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan atau hasil dari pembelajaran. Adapun peranan motivasi dalam pembelajaran menurut Iskandar (2009: 192-193) adalah sebagai berikut: 1) Peran motivasi sebagi motor penggerak atau pendorong kegiatan pembelajaran. 2) Peran motivasi memperjelas tujuan pembelajaran. 3) Peran motivasi menyeleksi arah perbuatan. 4) Peran motivasi internal dan eksternal dalam pembelajaran. 5) Peran motivasi menentukan ketekunan dalam pembelajaran. 6) Peran motivasi melahirkan prestasi.
16
Peranan motivasi penting untuk meningkatkan prestasi belajar. Menurut Uno (2009: 27) peranan motivasi tersebut di bagi menjadi tiga yaitu: (1) Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar (2) Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar (3) Motivasi menentukan ketekunan belajar. Dari uraian di atas peran motivasi sangat erat dengan prestasi belajar. Maka dari itu perlu diketahui apabila siswa sedang mengalami motivasi atau tidak. Berikut ciri – ciri motivasi menurut Sardiman (2014: 83) adalah sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai) 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) 3) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi setinggi mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapainya). 4) Menunjukan minat terhadap bermacam – macam masalah 5) Lebih senang bekerja mandiri 6) Cepat bosan pada tugas – tugas yang rutin (hal – hal yang bersifat mekanis, berulang – ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif) 7) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu) 8) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu 9) Senang mencari dan memecahkan masalah soal – soal Berdasarkan uraian tersebut motivasi dalam belajar merupakan dorongan yang ada dalam diri siswa yang muncul karena untuk memenuhi kebutuhan suatu tujuan belajar. Sehingga motivasi akan berpengaruh pada prestasi belajar. Bahkan kalau tanpa motivasi, siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Motivasi itu terbagi menjadi dua yaitu motivasi internal dan motivasi exsternal. Motivasi ektrinsik yang dimaksud adalah seperti: (1) pujian (2) peraturan (3) tata tertib (4) teladan guru (5) orang tua. Motivasi internal adalah motivasi dimana siswa termotivasi untuk mengerjakaan tugas karena dorongan dari dalam dirinya sendiri, memberikan kesan tertentu saat menyelesaikan tugas. sedangkan motivasi eksternal adalam motivasi dimana siswa yang terpacu karena berharap ada imbalan atau untuk menghindari hukuman.
17 c. Indikator Motivasi Hakikat motivasi belajar menurut Uno (2009: 23), “Motivasi adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung”. Indikator motivasi belajar yang dijelaskan oleh Uno (2009: 23) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Adanya hasrat dan keinginan berhasil. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. Adanya penghargaan dalam belajar. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, memungkinkan seseorang belajar dengan baik.
sehingga
1. Pembelajaraan Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Macpherson (2015: 1) mengatakan “Cooperative Learning is part of a group of teaching/learning techniques where students interact with each other to acquire and practise the elements of a subject matter and to meet common learning goals“. Maksud tersebut adalah pembelajaran kooperatif merupakan bagian dari kelompok teknik pembelajaran di mana siswa interaksi dengan satu sama lain untuk memperoleh materi pelajaran dan memenuhi tujuan belajar. Model pembelajaran adalah gaya yang dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan suatu kerangka konseptual yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan – bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau di luar kelas untuk mencapai tujuan. Pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2014: 202) “Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat samapai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen”.
18 Menurut Slavin (2015: 188) mengemukakan bahwa “Pembagian kelompok yang memperhatikan keragaman siswa dimaksudkan supaya siswa dapat menciptakan kerja sama yang baik, sebagai proses menciptakan saling percaya dan saling mendukung”. Model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan seperti prinsip – prinsip pendidikan, teori – teori psikologis, sosiologis, atau teori yang lain. Dewey (Majid, 2014: 13) mendefinisikan model pembelajaran sebagai “A plan or pattern that we can use to design face to face teaching in the classroom or tutorial setting and to shape instructional material“ (suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka di kelas, atau pembelajaran tambahan di luar kelas dan untuk menajamkan materi pengajaran). Menurut Arends (Majid ,2014: 13) menyatakan bahwa “The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system” (istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya). Berdasarkan pengertian tersebut dapat di pahami bahwa: 1) Model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh beragam mata pelajaran, yang sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya 2) Model pembelajaran dapat bervariasi sesuai dengan landasan filosofis dan pedagogis yang melatar belakanginya 3) Model pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode, atau prosedur. Dikenal beberapa istilah dalam pembelajaran yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa sulit untuk membedakannnya, oleh karena itu model pembelajaran mempunyai ciri khusus yang membedakan dengan pendekatan, staregi , metode, teknik, atau taktik pembelajaran. Kardi dan Nur dalam Majid, (2014: 14) ciri – ciri model pembelajaran ialah:
19 1) Rasional
teoretis
logis
yang disusun
oleh
para
penciptaatau
pengembangnya 2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran yang akan tercapai) 3) Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil 4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Pembelajaran kooperatif guru disini berperan sebagai fasilitator yang berfungsi untuk mengarahkan pemahaman yang lebih tinggi dan dengan catatan sisa sendiri, selain itu guru memberikan pengetahuan pada siswa serta membangun dalam pola pikirnya. Sedangkan siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan langsung dalam menerapkan ide–ide mereka sendiri. Ungkapan dari Slavin (2015: 5) bahwa “Pembelajaran kooperatif memiliki kemampuan untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa–siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademi dengan teman sekelas mereka”. Menurut Sugiyanto (2009: 37) menyatakan bahwa “Pembelajaran koperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Tom V.Savage dalam Majid, (2014: 175) mengemukakan bahwa “Cooperative learning merupakan satu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok”. Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil simpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan pendekatan yang berorientasi pada kegiatan kerjasama siswa dalam bentuk kelompok sehingga siswa dapat belajar bersama dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tidak heran lagi apabila dasar –dasar pembelajaran kooperatif banyak terpaku dalam teori – teori belajar saat ini. Teori –teori tersebut umumnya menampilkan satu perspektif tertentu yang dalam
20 pembelajaran kooperatif telah menjadi suatu paradigma tersendiri. Menurut Huda (2015:33) setidaknya ada lima perspektif teoritis yang mendasari pembelajaran kooperatif ini, antara lain: 1) 2) 3) 4) 5)
Perspektif motivasional (motivational perspective) Perspektif kohesi sosial ( social cohesion perspective) Perspektif kognitif (cognitive perspective) Perspektif perkembangan (developmental perspective) Perspektif elaborasi kognitif (cognitive elaboration perspective)
Anita Lie dalam Majid, (2014: 180) menyebutkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima prinsip, yaitu sebagai berikut: 1) Prinsip ketergantungan positif (positive interpedence), yaitu keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing – masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan 2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing – masing anggota kelompokny. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut 3) Interaksi tatap muka (face to face promation interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka dalam melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari kelompok lain 4) Partisipasi dan komunikasi (participation and communiacation), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran 5) Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu secara khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya dapat bekerjasama lebih efektif. Supriyono (2010: 65) menyebutkan (enam) langkah dalam pembelajaran kooperatif, yaitu meliputi:
21 Tabel 2.4 Langkah Dalam Pembelajaran Kooperatif Fase ke1
Indikator Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2
Menyampaikan informasi
3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompokkelompok belajar
4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
5
Evaluasi
6
Memberikan penghargaan
Tingkah Laku Guru Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok
(Sumber: Supriyono: 2010:65) b. Tujuan dan Hasil Pembelajaraan Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran yang lainnya. Tujuan dibentukanya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan belajar. Berikut pendapat ahli yang berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Menurut Slavin (2015: 33) tujuan pembelajaran kooperatif adalah,
22 Tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia tujuan kontribusi dan memberikan pembelajaran kooperatif adalah salah satunya untuk mengajarkan dan meningkatkan keterampilan kerja sama pada siswa, dan keterampilan ini akan bermanfaat pada saat siswa bersosialisasi dengan masyarakat. Menurut Majid (2014: 175) pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya: 1) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Model kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk memahami konsep – konsep yang sulit 2) Agar siswa dapat menerima teman – temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang Mengembangkan keterampilan sosial siswa: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.Keterampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan Lundgren dalam Majid (2014: 178) terdiri dari 3 bentuk: 1) Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi: a) menggunakan kesempatan; b) menghargai kontribusi; c) mengambil giliran dan berbagi tugas; d) berada dalam kelompok; e) berada dalam tugas; f) mendorong partisipasi; g) mengundang orang lain untuk berbicara; h) menyelesaikan tugas pada waktunya; i) menghormati perbedaan individu. 2) Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi: a) menunjukan penghargaandan simpati; b) mengungkapkan ketidaksetujuanan dengan cara yang dapat diterima; c) mendengarkan dengan aktif; d) bertanya; e) membuat ringkasan; f) menafsirkan; g) mengatur dan mengorganisir; h) menerima tanggung jawab; i) mengurangi ketegangan 3) Keterampilan kooperatif tingkat mahir meliputi: a) mengelaborasi; b) memeriksa dengan cermat; c) menyatakan kebenaran; d) menetapkan tujuan; e) berkompromi.
23 c. Pembelajaraan Kooperatif Tipe NHT Menurut
Febriyanto
(2014:
201)
menyimpulkan
bahwa
pembelajaran NHT mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Peningkatan motivasi terlihat dari menurunnya jumlah siswa yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah pada setiap indikator motivasinya. Berdasarkan penelitian Istanti (2011: 54) menyimpulkan bahwa aplikasi pembelajaran kooperatif tipe NHT disertai penggunaan Still Picture dapat meningkatkan
aktivitas
belajar
siswa
pada
pembelajaran
Biologi.
Berdasarkan penelitian Ardila (2014: 58) hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahawa NHT dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan kognitif. Berdasarkan penelitian Septianingrum (2013: 64) Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) disertai teka- teki silang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar pada materi sistem koloid. Kurniawati (2009: 55) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan metode NHT terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, keaktifan siswa dalam pembelajaran dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar. Penelitian
sebelumnya
menunjukan
bahwa
dengan
adanya
penerapan model pembelajaran NHT menunjukan baik motivasi maupun prestasi belajar dapat meningkat. Adapun sisi perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada tempat penelitian maupun penerapan teori dengan materi mata pelajaran. Menurut Jurnal Internasional Maheady dkk (2006: 151), “One teaching strategy that incorporates many of these elements of effective questioning is Numbered Heads Together (NHT)”. Maksud pendapat tersebut adalah salah satu strategi dalam pembelajaran yang menggabungkan banyak unsur – unsur dari pertanyaan yang efektif adalah Numbered Heads Together. Menurut Trianto (2010:82), “Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memenuhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap kelas tradisional”. Seperti yang diungkapkan Arends (2008: 16)
24 bahwa “ Numbered Heads Together dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam reviw berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu”. Menurut pendapat diatas dapat dikatakan numbered heads together merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur – struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola – pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk menguatkan penguasaan akademik serta menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dan mengembangkan motivasi dan prestasi belajar yang baik. Tipe ini mengedepankan pada suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagen pada tahun 1993, pendekatan ini untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam memahami materi yang terdapat dalam pelajaran. Metode ini menunjang keterlibatan semua anggota kelompok mempunyai tanggung jawab dan kesempatan yang sama untuk menyampaikan ide dan pendapat dalam diskusi kelompok. Lie dalam Ernawati, (2010: 40) menyatakan, “NHT ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”. “Tipe NHT memiliki ciri utama yaitu pemberian nomor yang berbeda pada setiap siswa dalam satu kelompok dan memanggilnya secara acak untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya”, Lie dalam Fikri (2012: 6). Hal ini, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide–ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, model pembelajaran ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Model pembelajaran tipe ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Salah satu metode pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together atau disingkat NHT, tidak hanya itu saja, NHT juga digunakan sebagai bahan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Huda (2014: 203) berpendapat, “Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa
25 untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”. Menurut Suprijono (2014: 111) menyatakan, “Pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads Together diawali dengan Numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 15 kelompok berdasarakan jumlah konsep yang dipelajari, maka setiap kelompok terdiri dari 8 orang. Tiap – tiap orang dalam tiap – tiap kelompok diberi nomor 1-8”. Langkah - langkah pelaksanaan model pembelajaran tipe NHT pada dasaranya hampir sama dengan diskusi kelompok, berikut langkah langkah menggunakan struktur 4 langkah. Berikut menurut Trianto (2010: 82) antara lain: 1) Langkah 1 yaitu penomoran (Numbering) Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggota 3-5 orang, dan memberi mereka nomor 1-5 sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda. Pemberian nomor pada siswa dalam satu kelompok disesuaikan dengan banyaknya siswa dalam kelompok itu yaitu 5 siswa. 2) Langkah 2 yaitu mengajukan pertanyaan (Questioning) Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan tersebut dapat bervariasi. Pertanyaan bisa sangat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. 3) Langkah 3 yaitu berpikir bersama (Think Together) Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan bahwa tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. 4) Langkah 4 pemberian jawaban (Answering) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa dari tiap kelompok yang nomornya sesuai harus mengacungkan tangan dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. 5) Langkah 5 yaitu memberi kesimpulan Guru berssama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang di sajikan. Noor dalam Ernawati, (2010: 41) menyatakan, “Numbered Heads Together (NHT) pada dasarnya merupakan varians diskusi kelompok, ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya itu”. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan
26 upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggungjawab individual dalam diskusi kelompok. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat suatu simpulan bahwa mempunyai kelebihan antara lain: dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memeperdalam pemahaman siswa, siswa senang dalam pembelajaran, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, mengembangkna rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan. NHT mempunyai kelebihan sebagaimana dikemukakan oleh Suwarno (2010) bahwa pembelajaran model NHT memiliki kelebihan sebagai berikut: 1) Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi 2) Siswa pandai maupun siswa lemah sama–sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif 3) Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan 4) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan. Berdasarkan uraian diatas, diperkuat lagi oleh Shoimin (2014:108109) bahwa model NHT mempunyai kelebihan sabagai berikut: 1) Setiap murid menjadi siap 2) Dengan melakukan diskusi dengan sungguh – sungguh 3) Murid yang pandai dapat mengajari murid yang kurang pandai 4) Terjadi interaksi secara intens antar siswa dalam soal 5) Tidak ada murid yang mendominasi dalam kelompok karena ada nomor yang membatasi. Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keunggulan pada model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together yaitu dapat mengembangkan sikap disiplin, minat, kerja sama, keaktifan, dan tanggung jawab siswa karena metode diskusi kelompok model pembelajaran kooperatf tipe Numbered Heads Together menekankan kemampuan siswa secra individual meskipun dilaksanakan secara
27 berkelompok dan kegiatan pembelajaran benar – benar berpusat pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator. 2. Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan a. Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan Sistem pendidikan di Indonesia dibagi menjadi dua jalur, yaitu jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan non formal atau luar sekolah. Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan sekolah yang dilaksanakan di lingkungan sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Jalur pendidikan luar sekolah adalah pendidikan di masyarakat dan melalui kursus-kursus. Pengertian mengenai sekolah menengah kejuruan terdapat pada Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 pasal 1 ayat 21 yang menyatakan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disingkat SMK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. Sedangkan menurut Chamid dan Rochmanudin (2011:39), “SMK adalah
salah
satu
bentuk
satuan
pendidikan
formal
yang
menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTS”. Menurut Jurnal Hamid (2013: 302), “Pendidikan kejuruan bertujuan untuk menghasilkan manusia yang produktif, yakni manusia kerja, bukan manusia beban bagi keluarga, masyarakat dan bangsa ”. Senada yang diungkapkan oleh Akhyar (2009:1) bahwa: Pendidikan kejuruan memiliki peran strategis dalam menyiapkan tenaga kerja, fokus kegiatannya adalah memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada peserta didik agar dapat diaplikasikan dalam dunia kerja, baik dalam dunia usaha maupun dunia indutri. Sekolah menengah kejuruan melakukan proses belajar mengajar baik teori maupun praktik yang berlangsung di sekolah maupun di industri diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sekolah
28 menengah kejuruan mengutamakan pada kesiapan siswa untuk berlomba memasuki lapangan kerja. Pendidikan kejuruan berfungsi menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki keahlian dan kebranian membuka peluang meningkatkan penghasilan. Sebagai suatu pendidikan khusus, pendidikan kejuruan direncanakan untuk mempersiapkan peserta didik untuk memasuki duania kerja, sebagai tenaga kerja produktif yang mampu menciptakan produk unggul yang dapat bersaing dipasar global dan professional yang memiliki kualitas moral di bidang kejuruannya (keahliannya). Di samping itu pendidikan kejuruan juga berfungsi mempersiapkan siswa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Berdasarkan pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa Sekolah Menengah kejuruan (SMK) adalah sekolah yang mempersiapkan siswa untuk dapat bekerja, baik bekerja sendiri atau bekerja sebagai bagian dari suatu kelompok sesuai bidangnya masing-masing. Keberhasilan pendidikan kejuruan dapat dilihat melalui penampilan lulusan pada dunia kerja. Disamping itu pendidikan kejuruan diharapkan mampu membekali siswanya dengan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai. Dengan demikian keberadaan SMK diharapkan mampu menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah yang siap pakai, dengan kata lain SMK dituntut menghasilkan lulusan yang siap kerja. Menurut Chamid dan Rochmanudin (2011:40), “Masa studi di SMK ada yang menyelenggarakan program pendidikan selama 3 sampai 4 tahun. Lama studi di SMK yang 4 (empat) tahun, ditambah setahun magang diindustri atau program 3 + 1. Hal ini dilakukan untuk memperdalam keterampilan siswa SMK langsung di industry. Selain itu, agar siswa SMK mampu menghasilkan produktivitas yang bisa memenuhi kebutuhan siswa sendiri”.
29 Peraturan
Pemerintah
Nomor
17
Tahun
2010
tentang
penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan Pasal 80 menyatakan bahwa: 1) Penjurusan pada SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajat berbentuk bidang keahlian 2) Setiap bidang keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri 1 (satu) atau lebih program studi keahlian 3) Setiap program studi keahlian sebagimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri atas 1 (satu) atau lebih kompetensi keahlian. Sesuai dengan lampiran keputusan Direktur Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 251/C/KPP/MN/2008 tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan, bahwa program studi keahlian teknik otomotif termasuk dalam bidang studi kehlian teknologi dan rekayasa. Teknik otomotif ini dibagi menjadi 5 kompetensi keahlian yaitu: (1) Kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan (2) Kompetensi keahlian teknik sepeda motor (3) Kompetensi keahlian teknik bodi otomotif (3) Kompetensi keahlian alat berat (4) Kompetensi keahlian ototronik. b. Pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan Pembelajaran di sekolah menengah kejuruan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga dibidang industri, tetapi tidak menutup kemungkinan siswa sekolah menengah kejuruan meneruskan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Pembelajaran di sekolah menengah kejuruan untuk mempersiapkan siswa agar dapat bekerja secara mandiri dan dapat berkarir dengan profesional. Dipertegas dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses bahwa “Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran”. Siswa SMK memiliki sebagian besar materi yang dipelajari bersifat praktik atau ketrampilan sesuai dengan minat. Ketika teori yang
30 diberikan oleh guru, siswa dapat langsung mempraktikan teori yang didapat. Lulusan SMK akan memiliki kreativitas dan inovasi dalam melakukan kinerja lebih terlatih dan trampil. SMK cenderung memberikan materi ketrampilan sesuai dengan minat. Pelajaran dasar seperti agama, matematika, pendidikan kewarganegaraan, juga tetap diberikan namun dengan porsi minimal. Maknun (2011: 8) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran di sekolah menengah kejuruan dirumuskan menjadi : 1.
Program normatif Program normatif merupakan kelompok mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk siswa sebagai pribadi yang utuh, pribadi yang memiliki norma-norma sebagai makhluk sosial. Program normatif dijabarkan menjadi mata pelajaran yang memuat kompetensi-kompetensi tentang norma, sikap, dan perilaku yang harus diajarkan dan dilatih pada siswa. 2. Program adaptif Program adaptif merupakan kelompok mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk siswa sebagai individu agar memiliki dasar yang kuat untuk berkembang dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan. Program adaptif memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami dan mengusai konsep dan prinsip dasar keilmuan yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan melandasi suatu kompetensi untuk bekerja. 3. Program produktif Program produktif merupakan kelompok mata pelajaran yang berfungsi untuk membekali siswa agar memiliki kemampuan produktif pada suatu keahlian tertentu yang relevan dengan tuntutan dan permintaan industri. Program produktif dilaksanakan pada masing-masing bidang keahlian yang menitik beratkan pada konsentrasi keahlian agar siswa mendapatkan kompetensi yang diharapkan.
c. Konsep Belajar di Kejuruan Konsep pedagogik kejuruan para guru mampu mendesain stategi dalam pembelajaran berdasarkan kurikulum yang telah disempurnakan. Kemampuan pedagogik bukan hanya suatu konsep yang diterapkan secara teoritis
tetapi
juga
menggunakan
dan
mengembangkan
melalui
pembelajaran yang dilakukan di laboratorium. Akibatnya siswa tetap dapat terkendali dengan konsep pedagogik yang benar dan proses belajar mengajar siswa merasa berada dalam lingkungan industri yang nyata. Untuk
31 lebih memahami dan mengerti arah dan tujuan menuju SMK sesuai dengan garis – garis besar program pembinaan SMK 2011, berikut visi dan misi menurut Ramdani (2012: 21-22) pembinaan SMK menuju 2014 yaitu: 1) Visi Terselenggaranya layanan prima pendidikan menengah kejuruan untuk membentuk lulusan SMK yang berjiwa wirausaha, cerdas, siap kerja.kompetitif, dan memiliki jati diri bangsa, serta mampu mengembangkan keunggulan lokal dan dapat bersaing di pasar global. 2) Misi (a) Meningkatkan perluasan dan pemerataan akses SMK yang bermutu untuk semua lapisan masyarakat (b) Meningkatkan kualitas SMK melalui penerapan sikap disiplin, budi pekerti luhur, berwawasan lingkungan, dan pembelajaran berpusat pada peserta didik yang konstektual berbasis TIK (c) Memberdayakan SMK dalam menciptakan lulusan yang berjiwa wirausaha dan memiliki kompetensi keahlian melalui pengembangan kerjasama dengan industri dan berbagai entitas bisnis yang relevan dalam bentuk teaching industri (d) Menciptakan lulusan SMK yang lentur terhadap berbagai perubahan teknolohi dan lingkungan bisnis pada tingkat nasional maupun internasional melalui penguatan aspek matematika terapan, sains terapan, ICT, dan bahasa internasional (e) Memperkuat tata kelola SMK melalu penerapan sistem manajemen mutu berbasis ISO 9001: 2008 (f) Menciptakan citra baik SMK melalui berbagai media komunikasi. Menurut kuswana (2013: 29) kerangka kompetensi dapat dielaborasikan, mencakup tiga unsur – unsur: (1) Input, sistim dari pengetahuan, ketrampilan, dan motivasi, yang ditentukan sebagian oleh ciri kepribadian (2) Keluaran, perilaku, tindakan – tindakan (3) Dampak, kinerja dan hasil – hasil lainnya. Kompetensi kejuruan yang diungkapkan oleh Akhyar (2009: 31) mengungkapkan bahwa: “kompetensi kejuruan sebagai hasil pembelajaran dalam perspektif pendidikan mencakup tiga aspek yakni pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja”. B. Kerangka Berpikir Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Dalam penelitian ini pembahasan dikhususkan pada faktor eksternal yaitu cara belajar di dalam kelas. Penggunaan cara belajar yang tepat
32 mempunyai keterkaitan dengan prestasi belajar. Sedangkan motivasi berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan belajar siswa yang akan mengacu pada prestasi belajar. Cara belajar yang tepat dan sussana termotivasi yang baik siswa akan memperoleh prestasi yang memuaskan. Dimana salah satu langkah – langkah (syntaks) model tipe NHT dalam penelitian ini adalah pemberian tugas praktik yang dikerjakan secara kelompok maupun menjawab pertanyaan dari guru dengan cara berdiskusi kelompok. Hal ini akan terjadi interaksi yang berupa komunikasi timbal balik. Komunikasi ini akan membuahkan suasana belajar yang hidup dimana siswa menjadi aktif. Aplikasi pembelajaran kooperatif model Numbered Heads Together diharapkan mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI TKR 4 SMK Ganesha Tama Boyolali. Adapun langkah dalam kerangka pemikiran dalam penelitian ini, secara sederhana digambarkan skema sebagai berikut: Masalah
Model Konvensional
Guru aktif sedangkan siswa pasif
Tindakan
Motivasi belajar rendah dan Prestasi belajar di bawah KKM
Menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe Numbered Heads Together
Kondisi Akhir
Peran siswa keseluruhan
Prestasi belajar meningkat Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpiki
33 C. Hipotesis Tindakan Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dapat meningkatkan motivasi belajar kompetensi kejuruan pada siswa kelas XI TKR 4 SMK Ganesha Tama Boyolali tahun pelajaran 2015/2016
2.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dapat meningkatkan prestasi belajar kompetensi kejuruan pada siswa kelas XI TKR 4 SMK Ganesha Tama Boyolali tahun pelajaran 2015/2016.