BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggungjawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, tangguh, kreatif, demokratis, dan profesional pada bidang masing-masing. Persaingan dalam era kesemrawutan global, dan pasar bebas saat ini, manusia dihadapkan pada perubahan-perubahan yang tidak menentu. Ibarat “nelayan di laut lepas” yang dapat menyesatkan jika tidak memiliki “kompas” sebagai pedoman untuk bertindak dan mengarunginya. Kondisi tersebut telah mengakibatkan hubungan yang tidak linear antara pendidikan dengan dunia kerja atau one to one relationship, karena apa yang terjadi di dalam lapangan kerja sulit diikuti oleh pendidikan, sehingga terjadi kesenjangan ( E. Mulyasa, 2007: 31). Pendidikan
adalah
proses
“memanusiakan”
manusia.
Dengan
pendidikan kita akan menjadi makhluk mulia yang sebenarnya, karena manusia akan menjadikan kita lebih beradab. Dengan pendidikan, manusia baru dapat menjalankan fungsi yang sejati yakni menjadi hamba Allah SWT (Q.S. azZariyat:56) dan menjalankan misi penciptaannya sebagai khalifah di muka bumi (Q.S. al-Baqrah:31). Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT dengan deklarasi awal yang sangat fenomenal : Iqra’ bismirabbika ! Bacalah denga nama Tuhanmu.! Pesan
1
2
yang sangat
jelas,
tegas,
lugas,
cerdas dan terpadu
dalam upaya
membangunkan masyarakat yang bodoh menjadi umat yang mulia. Sejak saat itulah dimulai revolusi pemberdayaan manusia melalui pendidikan yang bersumber dari wahyu ilahi. (Sukro Muhab, 2010: 9).
ﻋ َﻠ ْﻴ ِﻬ ْﻢ ﺁﻳَﺎ ِﺗ ِﻪ َو ُﻳ َﺰآﱢﻴ ِﻬ ْﻢ َ ﻦ َرﺳُﻮ ًﻻ ﱢﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ َﻳ ْﺘﻠُﻮ َ ﺚ ﻓِﻲ ا ْﻟ ُﺄ ﱢﻣﻴﱢﻴ َ ُه َﻮ ا ﱠﻟﺬِي َﺑ َﻌ ﺿﻠَﺎ ٍل ﱡﻣﺒِﻴﻦ َ ﺤ ْﻜ َﻤ َﺔ َوإِن آَﺎﻧُﻮا ﻣِﻦ َﻗ ْﺒ ُﻞ َﻟﻔِﻲ ِ ب وَا ْﻟ َ َو ُﻳ َﻌﻠﱢ ُﻤ ُﻬ ُﻢ ا ْﻟ ِﻜﺘَﺎ Artinya : “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Q.S. Al-Jumu’ah : 2). (Depag RI, 2007:808) Pendidikan yang benar dan efektif akan melahirkan anak-anak manusia yang kreatif dan mampu berperan aktif dalam memproduksi kemaslahatan yang menumbuhkan kemanfaatan bagi hidup dan kehidupan. Pendidikan yang benar dan efektif akan mengantarkan kita menjadi bangsa yang beradab, sejahtera lahir bathin. Sebaliknya, pendidikan yang salah dan carut marut akan menjadikan kita bangsa yang bodoh, miskin dan a-moral (Sukro Muhab, 2010:9). Pendidikan memikul amanah luhur bangsa, yang sangat jelas tertuang dalam dalam Perundangan Negara, seperti : Muqaddimah UUD 45 : “…melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut malaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi , dan keadilan sosial”. (MPR RI, 2005:3) Pasal 28C ayat 1 UUD 45 menyebutkan, “setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”.(MPR RI, 2005:34)
3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasonal, pada pasal 3 menyebutkan, “Pendidkan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. (UU Sisdiknas, 2006:76) Islam menempatkan pendidikan pada posisi yang sangat luhur, karena pendidikan adalah upaya (proses) menumbuhkan, mengembangkan (tarbiyah) potensi (fitrah) manusia menuju manusia yang “mulia”. Proses peluhuran manusia melalui penumbuhan potensi adalah suatu proses yang menyiapkan manusia untuk mengembangkan amanah mulia yaitu menjadi khalifatullah fil ard, yaitu menjalankan dua fungsi utama : ‘Imarah dan Ri’ayah ; yang sangat memerlukan bekalan kekuatan iman, ilmu dan kemampuan (keahlian), kekuatan fisik, moral dan kapital. Oleh karena itulah pendidikan menjadi agenda pertama “pemberdayaan” manusia pertama (Adam), dan deklarasi pertama dari ajaran Islam. Hakikat pendidikan dalam Islam menjadikan manusia sebagai sebagai makhluk yang menjalankan fungsi dan misi (‘abid dan khalifah). ‘Abid adalah manusia yang beriman dan taqwa, tawadu’, tawakkal, sadiq, istiqamah, sabar. Khalifah adalah upaya untuk memberi manfaat dan maslahat melalui amar ma’ruf dan nahi munkar, ‘amal saleh, af’alul khair, sadaqah, ta’lim, menegakkan keadilan, mensejahterakan, mengamankan, dan mendamaikan di bawah naungan Allah SWT. (Tim JSIT, 2006: 4).
4
Kondisi sekarang, pendidikan Islam telah kehilangan substansinya sebagai sebuah lembaga yang mengajarkan bagaimana memberdayakan akal pikiran. Memimjam istilah Syed Husein Al-Attas, pendidikan Islam telah kehilangan “Spirit Of inquiry” yaitu hilangnya semangat membaca dan meneliti yang dulu menjadi supremasi utama dunia pendidikan Islam pada zaman klasik pertengahan. Dengan hilangnya semanat inquiry, kegiatan mengajar dan belajar di sekolah-sekolah Islam/Madrasah/Pesantren menjadi monoton, satu arah dan kurang mampu mengembangkan metode yang melatih dan memberdayakan kemampuan belajar murid. Mereka hanya terpaku pada metode “menghafal” (rote learning), menyimak dengan seksama (talaqqi), dan sangat kurang mengembangkan budaya diskusi, seminar, bedah kasus, problem solving, eksperimen, observasi, dan sebagainya. Murid menjadi kurang terampil dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan. Krisis Pendidikan Islam merambah ke semua jalur dan jenjang, baik yang berada dalam jalur madrasah, sekolah umum ataupun bahkan yang diselenggarakan oleh masyarakat; baik jenjang pendidikan dasar, menengah bahkan pendidikan tinggi sekalipun. Bukti adanya krisis adalah, citra pendidikan Islam itu sendiri yang memudar, dan seolah tertatih-tatih dalam menyongsong dan menghadapi kehidupan global yang semakin menantang dan kompetitif. (Tim JSIT, 2006: 4). Kehidupan globalisasi telah dengan nyata melanda kehidupan kita. Suka atau tidak suka, umat Islam harus menghadapinya dengan segala implikasinya. Ciri-ciri kehidupan global antara lain : Pertama, terjadinya
5
pergeseran dari konflik ideologi dan politik ke arah persaingan perdagangan, investasi dan informasi, dari keseimbangan kekuatan (balance of power) kearah kesimbangan kepentingan (balance of interest). Kedua, hubungan antar negara secara struktural berubah dari sifat ketergantungan (dependency) kearah saling ketergantungan (interdependency), hubungan yang bersifat primordial berubah menjadi sifat tergantung kepada posisi tawar menawar (bargaining position). Ketiga, batas-batas geografis hampir kehilangan arti operasionalnya. Kekuatan suatu negara ditentukan oleh kemampuannya memanfaatkan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keempat, persaingan antar negara sangat diwarnai oleh perang penguasaan teknologi tinggi. (Tim JSIT, 2006: 7). Pergaulan global dengan cirinya seperti diuraikan di atas, disamping mendatangkan sejumlah kemudahan bagi manusia, juga mendatangkan sejumlah efek negatif yang dapat merugikan dan mengancam kehidupan. Dampak negatif tersebut antara lain : 1. Pemiskinan nilai spiritual. Tindakan sosial yang tidak mempunyai implikasi materi (tidak produktif) maka akan dianggap sebagai tindakan tidak rasional. 2. Kejatuhan manusia dari makhluk spiritual menjadi makhluk material, yang menyebabkan nafsu hayawaniyyah menjadi pemandu kehidupan manusia. 3. Peran agama digeser menjadi urusan akhirat, sedang urusan dunia menjadi urusan sains (sekularistik).
6
4. Tuhan hanya hadir dalam pikiran, lisan, dan tulisan, tetapi tidak hadir dalam perilaku dan tindakan. 5. Gabungan ikatan primordial dengan sistem politik modern melahirkan nepotisme, birokratisme, dan otoriterisme. 6. Individualistik. Keluarga pada umumnya kehilangan fungsinya sebagai unit terkecil pengambil keputusan. Seseorang bertanggungjawab kepada dirinya sendiri, tidak lagi bertanggung jawab pada keluarga. Ikatan moral pada keluarga semakin lemah, dan keluarga dianggap sebagai lembaga teranat tradisional. 7. Terjadinya frustasi eksistensial, dengan cirri-cirinya ; a). Hasrat berlebihan untuk berkuasa, bersenang-senang untuk berkuasa, bersenang-senang untuk mencari kenikmatan, yang biasanya tercermin dalam perilaku yang berlebihan untuk mengumpulkan uang, untuk bekerja, dan mengejar kenikmatan seksual. b). Kehampaan eksistensial berupa perasaan serba hampa, hidupnya tidak bermakna dan lain-lain. c). Neuroses nogenik, perasaan hidup tanpa arti, bosan, apatis, tak mempunyai tujuan, dan lain sebagainya. Keadaan semacam ini semakin banyak melanda manusia hari demi hari. (Tim JSIT, 2006: 8). Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta didirikan tahun 1992 sebagai salah satu lembaga/yayasan yang mengembangkan pendidikan Islam yang ada di Kota Surakarta hadir sebagai sebuah upaya “menghidupkan” kembali kejayaan lembaga pendidikan zaman keemasan. Menjadikan nilai dan pesan rabbani ke dalam kurikulum (dalam arti luas) adalah sebuah langkah cerdas
7
dan benar. Banyak sekali ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang memerintahkan kita untuk mendaya-gunakan akal fikiran untuk memperhatikan dan mempelajari fenomena alam yang pada gilirannya kelak akan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan. Keterpaduan nilai imtaq dan iptek, kelak akhirnya diharapkan Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta melalui amal usaha pendidikannya akan melahirkan anak-anak didik (generasi) yang memiliki kekuatan iman, ilmu dan amal yang akan membawa bangsa ini kepada peradaban yang gilang gemilang. Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta, melalui amal usaha pendidikannya diharapkan akan mampu membina siswa menjadi “manusia” sejati, yaitu manusia yang ‘abid, sebagaimana fungsi penciptaan manusia dalam al-Qur’an Surat az-Zariyat ayat 56, yang berakidah sahihah (berakidah yang benar), ahli ibadah dan berakhlaq mulia juga menggembleng siswa agar siap menjalankan fungsi kekhalifahannya, yang menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan, berketeladanan sehingga mampu memimpin, mengelola dan menghadirkan keunggulan budaya Islam untuk kemaslahatan bagi kehidupan manusia. Organisasi/Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta yang di dalamnya terdiri dari bidang pendidikan, bidang sosial, dan bidang dakwah. Khususnya unit pendidikan, mencoba
menawarkan satu model sekolah alternatif, sekolah yang
menerapkan
pendekatan
penyelenggaraan
yang
memadukan
pendidikan umum dengan pendidikan nilai-nilai agama Islam dalam suatu bangunan kurikulum. Dengan pendekatan ini, semua mata pelajaran dan semua
8
kegiatan sekolah tidak lepas dari bingkai ajaran dan
pesan nilai Islam.
Organisasi/Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta , dalam program bidang pendidikan dengan brand sekolah Islam terpadu, berupaya mengoptimalkan peran serta orangtua dan masyarakat dalam proses pengelolaan sekolah dan pembelajaran. Orang tua dilibatkan secara aktif untuk memperkaya dan memberi perhatian yang memadai dalam proses pendidikan putra/putri mereka. Sementara itu, kegiatan kunjungan ataupun interaksi ke luar sekolah merupakan upaya untuk mendekatkan peserta didik terhadap dunia nyata yang ada di tengah masyarakat. Program bidang pendidikan, Organisasi/Lembaga/Yayasan
Nur
Hidayah Surakarta juga menekankan keterpaduan dalam metode pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan ranah kognitif, afektif dan konatif. Implikasi dari keterpaduan ini menuntut pengembangan pendekatan proses pembelajaran yang kaya, variatif, dan menggunkan media serta sumber belajar yang luas dan luwes. (Tim JSIT, 2006:27). Kehadiran
Organisasi/Lembaga/Yayasan
Nur
Hidayah
Surakarta
sebagai salah satu lembaga Islam yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah yang ada di Kota Surakarta, sedikit memberikan pencerahan dan harapan baru bagi masyarakat di Kota Surakarta dan sekitarnya dalam hal pendidikan putra dan putri mereka. Demikian pula bagi pengasuhan para anakanak yatim yang diasuh di Yayasan ini. Perkembangannya, dari tahun ke tahun, Organisasi/Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta memiliki perkembangan yang cukup signifikan, hal ini
9
terlihat dari semakin meningkatnya amal usaha yang ada Lembaga
Nur
Hidayah Kota Surakarta. Melalui
bidang
Hidayah Surakarta berusaha
pendidikan, Organisasi/Lembaga/Yayasan Nur membawa pendidikan Islam pada kesuksesan
untuk meningkatkan mutu pendidikan serta mencapai tujuan pendidikan Islam yang telah ditetapkan. Apalagi pendidikan Islam merupakan suatu pendidikan yang melatih perasan peserta didik dengan cara begitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan, mereka dipengaruhi sekali oleh nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etis Islam. Bahkan, pendidikan Islam diharapkan mampu mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Allah SWT. Demikian pula pada bidang sosial, Organisasi/Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta melalui bidang sosial dengan program Panti Asuhannya, berusaha menjadikan anak-anak yatim yang diasuhnya kelak menjadi anakanak yang mandiri, tanggungjawab, saleh, dan memiliki akhlaq yang mulia. Demikian halnya dalam bidang dakwah, Organisasi atau Yayasan ini berusaha ikut berpartisipasi sebagai bagian dari wajihah dakwah (lembaga dakwah) yang turut mengusahakan upaya-upaya amar ma’ruf nahi munkar guna terwujudnya manusia-manusia yang sholeh dan berbakti kepada Tuhannya. Upaya pengelolaan dan pemberdayaan lembaga yang diuraikan di atas mulai diterapkan oleh Organisasi/Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa indikasi, yaitu
10
perkembangan unit sosial, dakwah dan pendidikan. Perkembangan bidang sosial diindikasikan dengan bertambahnya unit Panti Asuhan yatim yang dibangun di beberapa tempat. Perkembangan Bidang Dakwah diindikasikan dengan semakin eksisnya penerbitan majalah, demikian juga perkembangan Bidang Pendidikan salah satunya diindikasikan dengan semakin meningkatnya minat masyarakat kepada Yayasan ini. Berdasarkan uraian tersebut, mendorong untuk melakukan penelitian di Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta, dengan judul: Sejarah dan Perkembangan Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta Tahun 1992-2013. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah ini, dimaksudkan agar penelitian tidak melebar permasalahannya. Sehingga, mudah untuk memahami hasilnya. Berdasarkan latar belakang masalah yang diselaraskan dengan informasi awal dari lokasi penelitian yaitu tentang sejarah dan perkembangan Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta
sehingga dapat dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut: 1. Bagaimanakah Sejarah dan Perkembangan Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta Tahun 1992-2013? 2. Apakah
Faktor-faktor
pendukung
dan
penghambat
Perkembangan
Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta Tahun 1992-2013?
11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dalam setiap kegiatan, lazim mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai. Kegiatan yang tidak mempunyai tujuan yang jelas akan menjadi tidak terarah dan sia-sia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti bertujuan : a. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta Tahun 1992-2013. b. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat perkembangan Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: a. Secara Teoritis Menambah khazanah (kekayaan) pengetahuan
dalam
dunia
pendidikan khususnya sejarah dan perkembangan sebuah lembaga pendidikan dalam
mencapai
tujuan
pendidikan yang
baik
dan
berkualitas. b. Secara Praktis 1. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan yang dianggap lebih konkrit apabila nantinya penulis berkecimpung lebih jauh dalam sebuah lembaga, atau mendirikan sebuah lembaga dalam upaya meningkatkan kualitas umat Islam secara umum.
12
2. Bagi Lemabaga dapat menjadi bahan masukan, khususnya dalam upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas lembaga
Islam. Bagi
stakeholder pendidikan, khususnya kepala sekolah dan
pimpinan
sekolah lainnya, maka hasil penelitian ini dapat menjadi
sebuah
acuan dalam penyelesaian masalah, serta dapat pula dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dengan tujuan terciptanya lembaga Islam yang berkualitas. D. Telaah Pustaka Ada beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat masalah-masalah yang sejenis, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Winarti Rahayu (UMS, 2008) dalam Tesisnya yang berjudul ; Pengelolaan Pembelajaran IPA dengan PAIKEM di SMP Islam Terpadu Nur Hidayah Surakarta,
mengungkapkan
kesimpulan
hasil
penelitiannya
bahwa
pengelolaan pembelajaran di SMPIT Nur Hidayah Surakarta menggunakan pendekatan PAIKEM. Pelaksanaan PAIKEM meliputi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan menerapkan PAIKEM maka siswa terlibat aktif dalam berbagai kegiatan pembelajaran. Guru mengembangkan berbagai metode dan berbagao media pembelajaran, membuat ‘pojok belajar’, serta memanfaatkan lingkungan untuk belajar. Dengan PAIKEM membantu siswa mempermudah mempelajari IPA, siswa belajar tanpa tekanan, siswa merasa di hargai, diperhatikan, dan dipenuhi hak-haknya sebagai peserta didik. Siswa dilatih untuk menemukan konsep
13
sendiri,
memecahkan
masalah,
mengungkapkan
gagasannya,
dan
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Pada umumnya pelajaran IPA dianggap sebagai pelajaran yang sulit, membosankan, tidak menarik, dan tidak disukai siswa. pembelajaran IPA dengan PAIKEM menjadikan pembelajaran IPA menyenangkan, hasil yang diperoleh baik proses maupun produk di atas KKM yang ditetapkan, dan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan tepat. Penerapan pembelajaran IPA dengan PAIKEM tersebut mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. a. Perencanaan pembelajaran IPA di SMPIT Nur Hidayah Surakarta. Perencanaan pembelajaran meliputi silabus, program tahunan, program semester, dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Setiap guru wajib membuat perencanaan untuk mengontrol arah pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Pada penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tampak adanya penerapan PAIKEM dalam proses pembelajarannya. Hal itu dapat dilihat dari penerapan metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk kreatif dan aktif belajar dengan melakukan praktikum, diskusi, observasi, dan wawancara. b. Pengoraganisasian pembelajaran IPA di SMPIT Nur Hidayah Surakarta. Pengorganisasian meliputi penugasan guru, koordinasi dan konsultasi serta sarana prasarana. Koordinasi dilaksanakan dalam bentuk MGMP, baik tingkat sekolah maupun tingkat kota. Konsultasi dilakukan dengan kepala sekolah tentang sarana prasarana yang mendukung pembelajaran
14
IPA. Sarana prasarana pembelajaran IPA masih sangat terbatas, para guru bersama siswa membuat alat praktikum sederhana. Manfaatnya adalah guru melatih siswa kreatif dan inovatif, selalu memunculkan ide-ide yang bermanfaat. Alam dan lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. c. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMPIT Nur Hidayah Surakarta. Pada pembelajaran IPA guru menerapkan pendekatan PAIKEM. Guru membuat skenario yang mengarah bagaimana siswa mau belajar. Para guru
membuat perubahan-perubahan pada metode pembelajaran.
Metoode yang digunakan antara lain : praktikum, diskusi, demonstrasi, presentasi hasil kerja siswa, serta mengemas pembelajaran dalam bentuk game (permainan). Guru sering mengambil posisi sebagai fasilitator. d. Pengendalian pembelajaran IPA di SMPIT Nur Hidayah Surakarta. Pengendalian pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah melalui supervisi. Supervisi dilakukan oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah dengan memeriksa perangkat pembelajaran dan melakukan kunjungan kelas mengamati guru mengajar. Supervisi dilakukan agar guru mampu meningkatkan efektifitas pembelajaran. Letak perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Saudari Winarti Rahayu dalam tesisnya dengan penelitian ini, Saudari Winarti Rahayu dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran di SMPIT Nur Hidayah Surakarta menggunakan pendekatan PAIKEM. Pelaksanaan PAIKEM meliputi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
15
menyenangkan. Dengan menerapkan PAIKEM maka siswa terlibat aktif dalam berbagai kegiatan pembelajaran. Guru mengembangkan berbagai metode dan berbagai media pembelajaran, membuat ‘pojok belajar’, serta memanfaatkan lingkungan untuk belajar. Dengan PAIKEM membantu siswa mempermudah mempelajari IPA, siswa belajar tanpa tekanan, siswa merasa di hargai, diperhatikan, dan dipenuhi hak-haknya sebagai peserta didik. Siswa dilatih untuk menemukan konsep sendiri, memecahkan masalah, mengungkapkan gagasannya, dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan penelitian ini terkait dengan sejarah dan perkembangan Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta Tahun 19922013. 2. Edi Suyanto (UMS, 2010) dalam Skripsinya yang berjudul ; Metode Pembelajaran Tahfizul Qur’an Kelas VIII di SMPIT Nur Hidayah Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010, mengungkapkan kesimpulan hasil penelitiannya bahwa pembelajaran tahfizul qur’an di SMPIT Nur Hidayah Surakarta dapat berjalan dengan cukup baik dan efektif, karena dalam proses pembelajaran menggunakan beberapa metode yaitu : a. Metode Talaqqi yang disampaikan secara kolektif dan dalam pelaksanaan secara intensif. b. Metode setoran yang terdiri dari dua teknik yaitu setoran per ayat kepada guru tahfiz dan setoran persurat kepada koordinator guru tahfizh dengan membawa buku prestasi tahfiz.
16
c. Metode Muraja’ah, yang dilakukan secara individual dan juga berkelompok. Ayat yang diulang adalah ayat yang dihafal di kelas klasikal atau ayat dan surat yang akan disetorkan, dan juga jam pelajarannya di kelas regular. Terkait dengan hasil pembelajaran, Edi Suyanto dalam skripsinya mengungkapkan ; hasil pembelajaran tahfizul qur’an merupakan barometer bagi baik atau buruknya pembelajaran yang telah dilakukan. Apakah pembelajaran tersebut sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan atau belum sesuai. Jika dilihat dari tujuan pembelajaran tahfizul qur’an di SMPIT Nur Hidayah Surakarta yaitu siswa mampu membaca dan menghafal al-Qur’an dengan baik, benar dan lancar, maka hasil pembelajarannya sudah baik. Hal ini berdasarkan dari hasil pembelajaran yang ditunjukkan oleh siswa adalah sebagai berikut : a. Siswa dapat membaca dan menghafal ayat dan surat dengan baik, benar dan lancar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. b. Siswa dapat menggabungkan ayat yang sudah dihafal dengan ayat sebelumnya. c. Siswa dapat menghafal surat baru tanpa melupakan hafalan surat yang sudah dihafal. d. Siswa dapat melanjutkan bunyi ayat pada surat yang telah dihafal secara acak.
17
e. Siswa dapat membedakan bunyi ayat-ayat musytabihat (hampir sama) terhadap ayat-ayat pada surat yang sudah dihafal. Keberhasilan pembelajaran tahfizul qur’an di SMPIT Nur Hidayah Surakarta, tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendukungnya. Ada beberapa factor pendukung yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam pembelajaran tahfizul qur’an yaitu : a) Metode pembelajaranyang tepat dan sesuai untuk siswa, karena SMPIT Nur Hidayah Surakarta sudah menggunakan kurikulum full day school dalam kegiatan belajar mengajarnya. b) Kemampuan guru dalam penguasaan kelas dan keahliannya untuk menyampaikan materi. Hal ini terbukti sebelum guru tahfiz memulai pelajaran, sebagian siswa sudah bisa terkondisi dengan sendirinya duduk rapi, tertib dan mempersiapkan semua peralatan tahfizul qur’an seperti al-Qur’an dan kartu evaluasi tahfiz. c) Kualitas dan profesionalisme guru yang berkompeten di bidangnya, dalam hal ini adalah tahfizul qur’an. Sebagian besar pelajaran tahfizul qur’an di SMPIT Nur Hidayah Surakarta diampu oleh hafiz/hafizah. d) Niat yang kuat untuk menghafal dan juga adanya target yang harus dicapai oleh setiap siswa. e) Sistem evaluasi yang terencana dan terprogram . f) Alat dan media yang memadai.
18
Namun demikian, Edi Suyanto menemukan dalam penelitiannya, bahwa pembelajaran tahfizul qur’an di SMPIT Nur Hidayah Surakarta terdapat juga faktor-faktor penghambat, yaitu : a.
Waktu pembelajaran yang relatif singkat pada jam pembelajaran talaqqi.
b.
Jumlah sisiwa yang relatif besar, terutama pada kelas talaqqi, yang menyebabkan guru sulit untuk mrnguasai kelas yang akhirnya pembelajaran menjadi kurang efektif.
c.
Guru tahfizul qur’an masih diberi amanat lain selain mengajar tahfiz, sehingga sering kurang fokus pada pelajaran tahfiz.
d.
Kurangnya semangat siswa dalam menghafal dan muraja’ah terutama pada jam pelajaran di kelas regular.
e.
Adanya waktu pembelajaran tahfiz yang sudah siang, sehingga membuat siswa kurang semangat dalam menghafal dan muraja’ah karena sudah kelelahan.
f.
Masih adanya kurang kedisiplinan pada siswa dan juga guru tahfiz dalam proses pembelajaran tahfizul qur’an.
g.
Siswa kurang bisa memanfaatkan waktu luang untuk menambah hafalan atau untuk muraja’ah.
h.
Kurangnya perhatian dari para orangtua untuk senantiasa membimbing dan mengulang hafalan anaknya di rumah. Hal ini disebabkan karena sebagian orangtua mempunyai kesibukan di luar rumah yang cukup banyak, sehingga cenderung pembelajaran diserahkan seratus persen ke
19
sekolah. Letak perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Saudara Edi Suyanto dengan tesis ini, Saudara Edi Suyanto dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pembelajaran tahfizul qur’an di SMPIT Nur Hidayah Surakarta dapat berjalan dengan cukup baik dan efektif, karena dalam proses pembelajaran menggunakan beberapa metode yaitu : a. Metode Talaqqi yang disampaikan secara kolektif dan dalam pelaksanaan secara intensif. b. Metode setoran yang terdiri dari dua teknik yaitu setoran per ayat kepada guru tahfizh dan setoran persurat kepada koordinator guru tahfizh dengan membawa buku prestasi tahfizh. c. Metode Muraja’ah, yang dilakukan secara individual dan juga berkelompok. Ayat yang diulang adalah ayat yang dihafal di kelas klasikal atau ayat dan surat yang akan disetorkan, dan juga jam pelajarannya di kelas regular. Sedangkan penelitian ini terkait dengan sejarah dan perkembangan Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta Tahun 1999-2013. 3. Muhammad Hailan (UMS, 2012) dalam Skripsinya yang berjudul ; Internalisasi Nilai-Nilai Aqidah Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas XI di SMAIT
Nur
Hidayah
Kartasura
Tahun
Pelajaran
2011/2012,
mengungkapkan kesimpulan hasil penelitiannya bahwa nilai-nilai aqidah yang diinternalisasikan pada mata pelajaran biologi kelas XI di SMAIT Nur Hidayah Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012 adalah : a). Iman kepada Allah SWT. b).
Iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT. c). Iman
20
kepada kitab-kitab Allah SWT. d). Iman kepada Rasul-rasul Allah SWT. e). Iman kepada Hari Akhir atau Kiamat. f). Iman kepada Qadha dan qadar atau Takdir. Cara menginternalisasikan niai-nilai aqidah pada mata pelajaran biologi kelas XI SMAIT Nur Hidayah Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012 melalui metode-metode berikut : metode hiwar atau percakapan, metode qissah atau cerita, metode amtsal atau perumpamaan, metode uswah atau keteladanan, metode pembiasaan, metode ‘ibrah dan mau’izah, dan metode targib dan tarhib (reward dan punishment). Letak perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Saudara Muhammad Hailan dengan tesis ini, Saudara Muhammad Hailan, menyimpulkan bahwa nilai-nilai aqidah yang diinternalisasikan pada mata pelajaran biologi kelas XI di SMAIT Nur Hidayah Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012 adalah : a). Iman kepada Allah SWT. b).
Iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT. c). Iman
kepada kitab-kitab Allah SWT. d). Iman kepada Rasul-rasul Allah SWT. e). Iman kepada Hari Akhir atau Kiamat. f). Iman kepada Qadha dan qadar atau Takdir. Cara menginternalisasikan niai-nilai aqidah pada mata pelajaran biologi kelas XI SMAIT Nur Hidayah Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012 melalui metode-metode berikut : metode hiwar atau percakapan, metode qissah atau cerita, metode amsal atau perumpamaan, metode uswah atau keteladanan, metode pembiasaan, metode ‘ibrah dan mau’izah, dan metode targib dan tarhib (reward dan punishment). Adapun penelitian ini terkait
21
dengan sejarah dan perkembangan Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta Tahun 1992-2013. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, menunjukkan bahwa tampak belum ada
penelitian
yang
meneliti secara
khusus tentang “Sejarah
dan
Perkembangan Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta Tahun 1992-2013”. Dengan demikian, penelitian ini memenuhi kriteria non-duplikasi, sehingga bisa ditindaklanjuti melakukan peneletian. E. Kerangka Teoritik Era globalisai yang terjadi saat ini selalu mengantarkan umat manusia kepada kemajuan. Kemajuan di bidang informasi, pengetahuan dan teknologi adalah adalah yang menjadi kemajuan paling pesat abad ini. Kemajuan inilah yang menyebabkan timbulnya kecenderungan manusia untuk tergabung dalam sebuah organisasi. Keinginan untuk mencapai tujuan bersama dengan menggunakan daya semaksimal mungkin adalah hal yang ditawarkan dalam sebuah organisasi. Namun bukan hanya itu, kerjasama dan rasionalitas adalah ciri khas yang dimiliki sebuah organisasi. Dalam berorganisasi, sikap (attitude) ataupun perilaku (behavior) para pelaku organisasi juga menjadi bahan pembicaraan yang harus disimak dengan baik. Bagaimana seorang atasan bersikap kepada bawahannya ataupun sebaliknya. Bagaimana sebuah organisasi dapat tetap bertahan di tengah krisis kekuasaan yang semakin marak terjadi saat ini. Selain itu, perkembangan serta pengertian secara mendalam mengenai organisasi juga harus dipahami dengan baik.
22
1. Penegertian Organisasi Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Pengertian organisasi telah banyak disampaikan para ahli, dan pada dasarnya tidak ada yang prinsip. Chester I. Barnard (1938) dalam bukunya “The Executive Functions”, mengemukakan bahwa “Organisasi adalah sistem kerjasama antara dua orang atau lebih” (organization as a system of cooperatives of two more persons). Menurut Dimock, “Organization is the systematic bringing together of interdependent pert of form a unified whole through which authority, coordination and control may be exercised to achive agiven purprse”. (organisasi adalah perpaduan secara sistematis bagian-bagian yang saling bergantung/berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi, dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan). Menurut Robbins, S.P., (1986), “Organization is a consciously coordinated social units, composed of two or more people, that function on a relatively continuous basis to achieve a common goal or set of goals”. “Organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan” (Khaerul Umam, 2012:22). Menurut Ernest Dale, organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan, dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubungan kerja dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok. Sedangkan menurut Cyril Soffer, organisasi adalah perserikatan orangorang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian dimana pekerjaan itu diperinci menjadi tugas-tugas, dibagikan kemudian digabung lagi dalam beberapa bentuk hasil. Secara umum dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah sekelompok orang yang
23
saling bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. (Akhmad Subkhi, 2013:3). Organisasi adalah sebagai kelompok dua orang atau lebih yang tergabung untuk mencapai tujuan tertentu. Dan untuk merancang organisasi ada prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu koordinasi, scalar, fungsional, dan staf. Sesuatu atau perkumpulan dapat disebut organisasi apabila ada aspek-aspek penting di dalamnya yang dipenuhi, yaitu : (Samino, 2011:55). a.
Tujuan tertentu yang ingin dicapai.
b.
Sistem kerjasama yang terstruktur dari sekelompok orang.
c.
Pembagian kerja dan hubungan kerja anatara sesama karyawan.
d.
Penetapan dan pengelompokan pekerjaan yang terintegrasi.
e.
Keterikatan formal dan tata tertib yang harus ditaati.
f.
Pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas.
g.
Unsur-unsur dan alat-alat organisasi.
h.
Penempatan orang-orang dan alat-alat organisasi. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sekumpulan
orang dapat dikatakan sebagai organisasi jika memenuhi empat unsur pokok, yaitu : organisasi itu merupakan sistem, adanya sesuatu pola aktivitas, adanya sekelompok orang, dan adanya tujuan yang telah ditetapkan. (Khaerul Umam, 2012:23). Dalam persepektif administrasi dan manajemen, dalam setiap organisasi selalu ada seseorang atau beberapa orang yang bertanggung jawab untuk mengoordinasikan sejumlah orang yang bekerja sama dengan
24
segala aktivitas dan fasilitasnya. Dalam banyak hal, orang yang bertanggung jawab tersebut harus mengoordinasikan beragam kegiatan sekumpulan orang yang lazimnya mempunyai kepentingan berbeda. Ketentuanketentuan yang seharusnya disetujuai bersama, sering tidak diketahui oleh semuanya dan bahkan mungkin terpaksa disetujui. Hal ini jelas terlihat dalam organisasi yang besar, seperti departemen di lingkungan pemerintahan, perusahaan negara, pemerintah daerah, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, pengertian organisasi menjadi semakin kompleks, strukturnya menjadi rumit, dan tingkat formalitas menjadi makin besar. Semua itu pada akhirnya akan sangat mempengaruhi setiap orang yang bekerja sama dalam organisasi demikian. (Khaerul Umam, 2012:23). Adapun ciri-ciri organisasi adalah sebagai berikut : (Akhmad Subkhi, 2013:3). 1. Lembaga sosial yang terdiri atas kumpulan orang dengan berbagai pola interaksi yang ditetapkan. 2. Dikembangkan untuk mencapai tujuan. 3. Secara sadar dikoordinasikan dan dengan sengaja disusun. 4. Instrumen sosial yang mempunyai batasan yang secara relatif dapat diidentifikasi.
25
Menurut Khaerul Umam (2012), organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling mengenal. b. Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling berkaitan (interdependent part) yang merupakan kesatuan kegiatan. c. Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa pemikiran, tenaga, dan lain-lain. d. Adanya kewenangan, koordinasi, dan pengawasan. e. Adanya tujuan yang ingin dicapai. 2. Bentuk-Bentuk Organisasi Akhmad Subekhi (2013), menerangkan tentang bentuk-bentuk organisasi antara lain : a. Organisasi Politik. Oraganisai politik adalah organiasasi atau kelompok yang bergerak atau berkepentingan atau terlibat dalam proses politik dan dalam ilmu kenegaraan, secara aktif berperan dalam menentukan nasib bangsa tersebut. Organisasi politik dapat mencakup berbagai jenis organisasi seperti kelompok advokasi Organisasi
politik
yang melobi perubahan kepada politisi.
merupakan
bagian
dari
satu
kesatuan
yang
berkepentingan dalam pembentukan tatanan sosial pada suatu wilayah tertentu oleh pemerintahan yang sah.
26
b. Oragnaisasi Sosial. Organisasi Sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum, maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, membentuk organisasi sosisl untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri. c. Organisasi Mahasiswa. Organisasi Mahasiswa adalah organisasi yang beranggotakan mahasiswa. Organisasi ini dapat berupa organisasi kemahasiswaan intra kampus, organisasi mahasiswa ekstra kampus, maupun semacam ikatan mahasiswa kedaerahan yang pada umumnya beranggotakan lintas kampus. Sebagian organisasi mahasiswa di kampus Indonesia juga membentuk organisasi mahasiswa
tingkat
nasional
sebagai
wadah
kerjasama
dan
mengembangkan potensi serta partisipasi aktif terhadap kemajuan Indonesia. d. Orgaisasi Olahraga. Organisasi olahraga adalah organisai yang berisikan berbagai macam cabang olahraga. e. Organisasi Sekolah. Organisasi Sekolah adalah organisasi yang dibentuk atas inisiatif siswa maupun guru di suatu sekolah, seperti OSIS, koperasi sekolah, dan lain-lain.
27
f. Organisasi Negara. Organisasi Negara adalah struktur pemerintah di suatu negara yang menentukan jalannya pemerintahan dengan lancar. 3.
Pengertian Teori Organisasi Teori organisasi secara umum bisa diartikan sebagai suatu pikiran yang merupakan sekelompok orang yang membagi secara terstruktur untuk mendapatkan pedoman yang ingin dicapai bersama-sama. Teori organisasi adalah teori yang berusaha menerangkan atau meramalkan bagaimana organisasi dan orang di dalamnya berperilaku dalam berbagai struktur organisasi, budaya, dan lingkungan untuk mencapai tujuan. (Akhmad Subekhi, 2013:4). Sebelum organisasi menentukan tujuannya, misi atau maksud organisasi lebih dahulu ditetapkan. Misi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang maksud organisasi. Sedangkan misi organiasai adalah maksud khas (unik) dan mendasar yang membedakan organisasi dari organisasi lainnya dan mengidentifikasikan ruang lingkungan operasi dalam hal produk dan pasar. Etzioni mendefinisikan tujuan organisasi sebagai berikut : a.
Suatu pernyataan tentang keadaan yang diinginkan di mana organisasi bermaksud untuk merealisasikan.
b.
Pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang di mana organisasi sebagai kolektivitas mencoba untuk menimbulkannya.
28
Di dalam kita berorganisasi, terdapat dua unsur penting tujuan dalam organisasi yaitu : a.
Hasil-hasil akhir yang diinginkan di waktu mendatang di mana usahausaha atau kegiatan-kegiatan sekarang diarahkan.
b.
Tujuan dapat berupa tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan akhir. Tujuan umum (tujuan strategis) secara operasional tidak dapat berfungsi sebelum dijabarkan terlebih dahulu ke dalam tujuan-tujuan khusus yang lebih terperinci sesuai dengan jenjang manajemen, sehingga membentuk hierarki tujuan. (Akhmad Subkhi, 2013:4).
4.
Fungsi Tujuan Organsasi Kaitannya dengan organisai, terdapat beberapa fungsi tujuan organisasi, antara lain : 1. Pedoman bagi kegiatan. Ini dilakukan melalui penggambaran hasil-hasil di waktu yang akan datang. Fungsi tujuan memberikan arah dan pemusatan kegiatan organisasi mengenai apa yang harus dan tidak harus dilakukan. 2. Standar legitimasi. Ini akan meningkatkan kemampuan organisasi untuk mendapatkan sumber daya dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya. 3. Standar pelaksanaan. Bila tujuan dilaksanakan secara jelas dan dipahami, ini dapat memberikan standar langsung bagi penilaian pelaksanaan kegiatan organisasi. 4. Standar motivasi. Ini berfungsi sebagai motivasi dan identifikasi karyawan yang penting. Pada kenyataannya, tujuan organisasi sering memberikan insentif bagi para anggota.
29
5. Dasar rasional pengorganisasian. Tujuan organisasi merupakan suatu dasar perancangan organisasi. (Akhmad Subkhi, 2013:4). 5. Pengertian Perilaku Organisasi Secara sederhana, Khaerul Umam (2013) menjelaskan dalam
mempelajari
perilaku organisasi tercakup empat unsur, yaitu sebagai berikut : a. Aspek psikologis tindakan manusia itu sendiri sebagai hasil studi psikologi. b. Adanya bagian lain yang diakui cukup relevan bagi usaha mempelajari tindakan manusia dalam organisasi. Uang misalnya merupakan salah satu faktor atau pertimbangan mengapa seaeorang memasuki suatu organisasi. Ilmu ekonomipun perlu mendapatkan perhatian. Psikologi, sebagai contoh lain, penting karena sikap (attitude) akan mempengaruhi prestasi orang yang bersangkutan. c. Perilaku organisasi sebagai suatu disiplin, mengakui bahwa individu dipengaruhi oleh bagaimana organisasi diatur dan siapa yang mengawasi mereka. Oleh sebab itu, struktur organisasi memegang peran penting dalam membahas perilaku organisasi. d. Walaupun disadari adanya keunikan tiap-tiap individu, perilaku organisasi lebih banyak menekankan pada tuntutan manajer bagi tercapainya tujuan organisasi secara keseluruhan. Dengan demikian, selalu diusahakan agar usaha tiap-tiap individu selaras dengan tujuan organisasi. Perilaku
organisasi
adalah
hal
yang
mempelajari
dampak
perseorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan
30
maksud menerapkan pengetahuan tentang hal-hal tersebut demi perbaikan efektivitas organisasi. (Khaerul Umam, 2013:30). Perilaku organisasi mempelajari tiga determinan perilaku dalam organisasi, yaitu individu, kelompok, dan struktur. Di samping itu perilaku organisasi menerapkan pengetahuan yang didapatkan tentang dampak individu, kelompok, dan struktur pada perilaku agar organisasi berjalan lebih efektif. (Robbins 1986 dalam Khaerul Umam, 2013:31). Gitosudarmo (1997) dalam Khaerul Umam (2013) menyebutkan perilaku keorganisasian sebagai suatu bidang ilmu yang mempelajari interaksi manusia dalam organisasi yang meliputi studi yang sistematis tentang perilaku, struktur, dan proses di dalam organisasi. Serentetan definisi tentang perilaku organisasi selalu dimulai dari perilaku manusia dan atau lebih banyak menekankan pada aspek-aspek psikologi dari tingkah laku individu. Kalau psikologi dan sosiologi berusaha menjelaskan penegrtian tindakan-tindakan individu dan kelompok, perilaku organisasi, sebagai suatu bidang terapan dari suatu ilmu, berusaha mencari penggunaan ilmu tingkah laku dalam rangka mencapai hasil-hasil yang diinginkan. Larry L. Cummings dalam Khaerul Umam (2013) juga menekankan bahwa perilaku organisasi adalah suatu cara berpikir, suatu cara untuk memahami persoalan-persoalan dan menjelaskan secara nyata penemuan berikut tindakan pemecahan.
31
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Pertama, perilaku organisasi adalah suatu bidang yang interdisipliner dan memanfaatkan hasil dari cabang ilmu lain. Kedua, walaupun mendapat sumbangan dari ilmu lain, bidang tetap dapat nerdiri sendiri karena pusat perhatiannya pada perilaku manusia dalam berorganisasi. Ketiga, perilaku organisai memberikan arah dan petunjuk bagi pencapaian tujuan organisasi dengan lebih baik. hal ini berbeda dengan psikologi dan sosiologi yang hanya member bantuan untuk mengerti dan menguraikan tindakan seseorang atau kelompok, sedangkan perilaku organisasi bersifat penerapan. Dengan perkataan lain, perilaku organisasi berhubungan dengan pemanfaatan pengetahuan bagi pencapaian tujuan organisasi sebagaimana yang diharapkan F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Jenis Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian lapangan (field research), yang dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. ( Lexy J Moleong, 2007 : 74). Sedangkan, pendekatan penelitian menggunakan pendekatan historis atau sejarah. Menurut penjelasan Nazir (1988:55) dalam Andi Prastowo (2011:107) , sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah
32
terjadi.
Sementara menurut Navins (1933) dalam Andi Prastowo
(2011:107), sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi kritis untuk mencari kebenaran. Menurut Kuntowijoyo (2003:157), sejarah memiliki tiga kaidah, kaidah pertama, sejarah adalah fakta, perbedaan pokok antara sejarah dengan fiksi adalah sejarah menyuguhkan fakta, sedangkan fiksi menyuguhkan khayalan, imajinasi, atau fantasi. Kaidah kedua, sejarah itu diakronis, ideografis, dan unik. Sejarah itu diakronis, sedangkan ilmu sosial itu sinkronis. Artinya, sejarah itu memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu sosial meluas dalam ruang. (Kuntowijoyo, 2003:158). Kaidah ketiga, sejarah itu empiris. Inilah yang membedakan sejarah dengan ilmu agama. Sejarah itu empiris, ilmu agama itu normatif. Empiris berasal dari kata Yunani empiria, artinya pengalaman. Maka, sejarah itu empiris, sebab sejarah bersandar pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh. (Kuntowijoyo, 2003:160). Dari fefinisi tersebut, dapat kita pahami bahwa sejarah merupakan pengetahuan tentang fakta masa lampau yang tersistematisasi dan terbukti kebenarannya secara ilmiah. Winarno Surakhmad (1994) dalam Andi Prastowo (2011:108) mengungkapkan metode penelitian sejarah merupakan penelitian yang mengaplikasikan metode pemecahan yang ilmiah dari perspektif historis suatu masalah. Secara lebih spesifik, ia mengungkapkan bahwa metode sejarah adalah sebuah proses yang meliputi pengumpulan dan penafsiran
33
gejala, peristiwa ataupun gagasan yang timbul di masa lampau, untuk menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha untuk memahami kenyataan-kenyataan sejarah, malahan yang juga dapat berguna untuk memahami sekarang dan meramalkan perkembangan yang akan datang. Sementara, M.Nazir (1988) dalam Andi Prastowo (2011:108) menjelaskan
metode
sejarah
merupakan
usaha
untuk
memberikan
interpretasi dari bagian tren yang naik turun dari suatu status di masa lampau untuk memperoleh generalisasi yang berguna untuk memahami kenyataan sejarah, membandingkan dengan keadaan sekarang, dan dapat meramalkan keadaan yang akan datang. 2. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta, yang berkantor pusat di Jalan Semangka No. 58 KertenLaweyan-Surakarta 57143, Telp. (0271) 732524, 736350. Untuk mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan ini, data yang di ambil meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. (Marzuki, 2002: 55). Menurut Sugiyono (2012:137), sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu Tokoh Pendiri Yayasan Nur Hidayah Surakarta, Ketua Dewan Pembina Yayasan Nur Hidayah Surakarta, Ketua Umum Yayasan Nur Hidayah Surakarta, Sekretaris Yayasan/Lembaga Nur Hidayah
34
Surakarta, Ketua Bidang Sosial Yayasan Nur Hidayah Surakarta, Ketua Bidang Dakwah Yayasan Nur Hidayah Surakarta, Kepala KB-TKIT Nur Hidayah Surakarta, Kepala SDIT Nur Hidayah Surakarta, Kepala SMPIT Nur Hidayah Surakarta, dan Kepala SMAIT Nur Hidayah Surakarta. Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, keterangan-keterangan atau publikasi. (Marzuki, 2002: 56). Sugiyono (2012:137) menjelaskan yang dimaksud dengan sumber data skunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu berupa data-data tertulis seperti data sekolah, guru, karyawan dan siswa, struktur organisasi, daftar inventaris dan buku-buku penunjang. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. (Riduwan, 2013 : 97) Untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode, yaitu: a. Observasi Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang diteliti. Jadi, kegiatan mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. (Arikunto, 2010:199). Menurut
35
Riduwan (2013:104) observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Metode ini digunakan untuk mengamati, mendengarkan, dan mencatat langsung terhadap letak geografis, perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Terpadu Nur Hidayah Surakarta, peran Dewan Pembina, Dewan Pengawas, Dewan Pengurus, Kepala Sekolah, perkembangannya serta faktor pendukung dan penghambat. b. Interview (Wawancara) Interview pewawancara
adalah
“sebuah
(interviewer)
dialog
untuk
yang
dilakukan
oleh
memperoleh
informasi
dari
terwawancara (interviewee)”(Arikunto, 2010:198). Menurut LJ. Moleong (2013:186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak , yaitu pewawancara (interviewer)
dan
yang
mengajukan
pertanyaan
(interviewee).
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Riduwan, 2013:102). Maksud penggunaan metode ini adalah tentang
sejarah
berdiri,
latar
ingin memperoleh data data
belakang,
dan
perkembangan
Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta, dari tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya, yaitu Bapak H. Siswo Oetomo (Pendiri dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Nur Hidayah Surakarta), Bapak Drs. H. Wiranto, M.Com. (Ketua Umum Yayasan Nur Hidayah Surakarta), Ibu
36
Dewi Marsiyah, S.Pd. (Kepala KB-TKIT Nur Hidayah Surakarta), Ibu Ari Puspitowati, S.Pd. (Kepala SDIT Nur Hidayah Surakarta), Bapak Zuhdi Yusroni, S.Pd. (Kepala SMPIT Nur Hidayah Surakarta), Bapak H. Heri Sucitro, S.Pd. (Kepala SMAIT Nur Hidayah Kartasura). Bapak Muji Tripriono (Ketua Bidang Sosial Yayasan Nur Hidayah Surakarta). Dengan metode interview (wawancara) ini dimaksudkan juga ingin memperoleh data tentang perkembangannya serta faktor pendukung dan penghambatnya. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, legger, dan agenda. Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya
barang-barang tertulis.
Di dalam melaksanakan
metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti bukubuku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebaginya. (Arikunto, 2010:201). Menurut Guba dan Lincoln (1981) dalam LJ Moloeng (2013:216), dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film. Selanjutnya, dijelaskan oleh Riduwan (2013:105) dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian.
37
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta, keadaan pegawai atau karyawan serta struktur organisasi. 4. Metode Analisis Data Setelah data penelitian terkumpul, maka perlu ada proses pemilahan data dan kemudian dianalisis dan diinterprestasikan dengan teliti, dan cakap sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang objektif dari suatu penelitian. Analisis data merupakan proses penyusunan data agar dapat diinterpretasi. Penyusunan data berarti klasifikasi data dengan pola, tema, atau kategori tertentu. (BA Saebani, 2008:95). Menurut LJ Moleong (2013:248), bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Mengingat penelitian ini hanya menampilkan data-data kualitatif, maka penulis menggunakan analisis data induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis (Sugiyono, 2012:245). Dengan demikian, data yang terkumpul tersebut dibahas, ditafsirkan, dan dikumpulkan secara induktif, sehingga dapat diberikan gambaran yang tepat mengenai hal-hal yang sebenarnya terjadi. Metode induktif adalah jalan berfikir dengan mengambil kesimpulan
38
dari data-data yang bersifat khusus. Pendapat lain menyatakan bahwa berpikir induktif adalah berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang konkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum. (Sutrisno Hadi, 1987:42) Bertolak dari pengertian di atas, peneliti menggunakan metode ini adalah untuk menyimpulkan hasil observasi, wawancara dan data yang terkumpul lainnya. Metode induktif adalah untuk menilai fakta-fakta empiris yang ditemukan dan kemudian dicocokkan dengan landasan yang ada. Dengan demikian, maka dapat ditegaskan bahwa teknik yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah teknik induktif yang terdiri dari tiga kegiatan, yaitu reduksi data atau pengumpulan data, penyajian data dan verifikasi atau kesimpulan, yaitu : a. Setelah pengumpulan data selesai kemudian melakukan reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan, dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatancatatan tertulis dilapangan. Dalam langkah reduksi, penulis memilih dan menyederhanakan data dari catatan lapangan. Catatan lapangan yang banyak disederhanakan, disingkat,dirangkum,dan dipilih sesuai dengan permasalahan yang telah ditetapkan. Proses reduksi data ini, penulis melakukan pengulangan untuk menghindari terjadinya kekeliruan, hanya data yang berkaitan
39
dengan pokok permasalahan saja yang dipiih, sedangkan yang lain di keluarkan dari proses analisis. b. Penyajian data, yaitu sekumpulan data informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam proses penyajian data, data yang telah penulis pilih melalui reduksi, penulis sajikan dalam bentuk tulisan atau kata-kata narasi yang sistematis, sehingga mudah untuk disimpulkan. c. Verifikasi (kesimpulan), yaitu merupakan temuan baru yang sebelumnya, belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambar suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, atau teori (Sugiyono, 2012:253). G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembaca dalam mempelajari dan memahami tesis ini ini, maka sistematika penyusunan tesis ini dibagi menjadi lima bab, dan masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab yaitu : Bab I : Pendahuluan : berisi tentang latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Sejarah Berdirinya Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta : berisi tentang : Latar Belakang berdirinya Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta, Tokoh Pendiri dan Sejarah Berdirinya Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta, Perkembangan Lembaga/Yayasan Nur Hidayah
40
Surakarta terdiri dari Periode Perintisan (Tahun 1992-2006) dan Periode Pengembangan (Tahun 2007-2013). Bab
III
:
Faktor-Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
Perkembangan Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta yang terdiri : Faktor-Faktor Pendukung terdiri dari faktor pendukung internal yaitu : Manajemen Kepengurusan yang Baik, Niat Semata-mata Karena Allah, Kerja Keras, Jujur,
dan Amanah, Tidak Mengenal Putus Asa dalam Bekerja,
Pembinaan SDM yang Baik dan Terus Menerus, dan Kualitas SDM yang Baik. Faktor pendukung eksternal terdiri dari : Kepercayaan Masyarakat, Kerjasama yang Baik Antar Instansi, Mengembangkan Sikap Transparan baik Internal Maupun Eksternal, Doa dan Dukungan Anak-anak Yatim Nur Hidayah, Kepercayaan Para Donator, dan Kontribusi Pemerintah. Faktor penghambat meliputi : Relatif Sulitnya Mencari Sumber Daya Manusia (SDM) Ideal Sesuai Kebutuhan, Terbatasnya Kemampuan Yayasan Menyiapkan Sarana dan Prasarana, Terpencarnya Unit-Unit Sekolah maupun Unit Panti Asuhan, dan Terbatasnya dana. Bab IV : Analisis data : berisi tentang kritik terhadap eksistensi lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta, terdiri dari : Perkembangan Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta serta faktor pendukung dan penghambatnya, Kritik terhadap Perkembangan Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta, yang meliputi : Bidang Pendidikan, terdiri dari : Kualitas Pendidikan, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Lokasi unit sekolah yang tidak satu tempat, Kurikulum Internal Yang Belum Mapan, Peningkatan
41
Kedisiplinan Pegawai, Biaya Pendidikan Yang Relatif Masih Tinggi, Keterbatasan Sumber Dana, Keterbatasan Sarana dan Prasarana, Peningkatan Kesejahteraan Pegawai. Bidang Sosial dan Dakwah terdiri dari : Lokasi Panti Asuhan Yang Tidak Satu Lokasi, Peningkatan Kesejahteraan Pegawai, Keterbatasan Sarana dan Prasarana, Model Pembinaan Keagamaan Anak Asuh Panti Asuhan Yatim Nur Hidayah, Model Pembinaan Pegawai yang belum Standar, dan Peningkatan Kedisiplinan Pegawai. Bab V : Penutup : berisi tentang kesimpulan, saran-saran, dan kata penutup.