BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa yang baik adalah bangsa yang terus melestarikan tradisi leluhurnya secara turun temurun. Tradisi-tradisi ini kemudian disebut dengan folklore. Secara etimologi, folk berarti rakyat, sedangkan lore artinya adalah tradisi yang dimiliki oleh folk, yang diwariskan secara turun temurun.1 Dalam bahasa Indonesia disebut dengan folklor. Folklor yang berkembang terbagi atas beberapa kategori. Jan Harold Brunvard, seorang ahli folklor dari Amerika Serikat mengkategorikan folklor menjadi folklor lisan, folklor sebagian lisan, dan folklor bukan lisan.2 Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya murni lisan, contohnya bahasa rakyat,cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat, sedangkan folklor sebagian lisan bentuknya merupakan pencampuran unsur lisan dan bukan lisan. Kepercayaan rakyat merupakan contoh dari folklor sebagian lisan ini. Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan, contohnya adalah pakaian dan makanan tradisional.3 Banyak komponis yang menggunakan folklor sebagai sumber karya
musiknya.
Sebagai
contoh,
“Sa’unine”
String
Orchestra
memasukkan lagu “Padang Bulan” dalam album “Masa Lalu Selalu Aktual”. “Padang Bulan” adalah sebuah lagu dari Jawa. Selain lagu “Padang Bulan”, lagu “Cublak-Cublak Suweng”, “Jaranan”, dan “O ina ni keke”, yang merupakan lagu tradisi dari Jawa dan Sulawesi pun ada di dalam album ini. Lagu-lagu tersebut diaransemen untuk Orkes Gesek.4 1
James Dananjaja, Folklor Indonesia : Ilmu, Gosip, Dongeng, dan lain-lain, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1994), 1. 2 James Dananjaja, 21. 3 James Dananjaja, 22. 4 Sa’ Unine String Orchestra. “Padang Bulan” oleh NN (musik tradisi Jawa) arr. Dimawan Krisnowo Adji. Masa Lalu Selalu Aktual. Yogyakarta: Tembi Rumah Budaya, 2010.
1
Paul Seelig, seorang komponis asal Belanda, membuat sebuah lagu untuk solo vokal dan iringan piano dengan judul “Tembang Sunda”. Lagu ini disusun berdasarkan sajak-sajak yang hidup dalam komunitas suku Sunda, seperti sajak “Sinom”, “Dandang Gula”, dan “Kinanti”. Tentunya sajak-sajak ini menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar. Lagu “Tembang Sunda” ini digunakan oleh seorang penyanyi Bernadeta Astari dengan pianis Kanako Inoe dalam album mereka yang berjudul “Perjalanan”.5 Seorang seniman, Sujiwo Tejo, juga mengangkat folklor sebagai sumber karya musiknya. Ia pernah membuat pertunjukan wayang a cappella6 berjudul “Pembakaran Shinta”. Wayang adalah salah satu bentuk dari folklor yang juga berkembang di Indonesia.7 Beberapa contoh di atas memberi inspirasi kepada penulis untuk menyusun sebuah komposisi yang bersumber dari folklor yaitu cerita rakyat “Ande-ande Lumut”. Ande -ande Lumut adalah sebuah cerita rakyat dari Provinsi Jawa Timur yang masuk ke dalam kategori dongeng. Dongeng “Ande-ande Lumut” ini memiliki beberapa nilai moral yang penulis anggap cukup penting, sehingga layak dijadikan fokus utama dalam penyusunan komposisi. Nilai moral yang ada dalam dongeng ini di antaranya adalah ajaran untuk tetap berusaha menjaga sikap, sabar dalam menghadapi sesuatu, dan tidak menghalalkan segala cara demi meraih tujuan. Beberapa komponis seperti Bach, Mozart, dan Wagner telah menggubah musik untuk vokal karena musik ini dianggap memiliki kelebihan tersendiri dengan adanya lirik di dalamnya. Dengan lirik, isi dan pesan yang terkandung dalam musik vokal lebih mudah dipahami oleh penikmat musik.
5
Bernadeta Astari dan Kanako Inoue. “Tembang Sunda” oleh Paul Seelig. Perjalanan. Belanda : MC0 Studio 5 Hilversum, 2012. 6 Cara bernyanyi baik solo maupun kelompok vokal tanpa diiringi instrumen musik. 7 Sujiwo Tejo. “Pembakaran Shinta” dalam Website Sujiwo Tejo, 2010. http://sujiwotejo.com/profil/, diakses pada tanggal 19 Maret 2015.
2
Musik vokal dapat dimainkan baik secara individu (solo), duet, trio, ataupun dalam kelompok, biasanya kelompok vokal disebut dengan ansambel vokal. Ansambel vokal adalah grup penyanyi yang tampil bersama-sama dalam bentuk unison ataupun terbagi ke dalam berbagai bagian suara (sopran, alto, tenor, dan bass). Kemampuan musikal yang dimiliki oleh tiap penyanyi setara satu sama lainnya sehingga dapat menampilkan kepaduan dan keseimbangan dalam bernyanyi kelompok.8 Komposisi yang penulis gubah, ansambel vokal menjadi peran utama dengan penekanan pada harmonisasi suara. Berdasarkan paparan di atas, maka penulis menyusun komposisi musik untuk ansambel vokal yang berdasar pada dongeng rakyat Andeande Lumut. Dengan mengangkat dongeng rakyat ini, penulis bermaksud untuk mencari inovasi agar dongeng rakyat tidak hanya didengarkan sebagai sebuah cerita tetapi juga disuguhkan dengan musik agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya lebih mudah dipahami oleh para pendengar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dalam proposal ini, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana cara menyusun komposisi musik “Ande-ande Lumut untuk Ansambel Vokal”? 2. Bagaimana analisis bentuk dan struktur komposisi musik “Ande-ande Lumut untuk Ansambel Vokal”? C. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan cara menyusun komposisi musik “Ande-ande Lumut untuk Ansambel Vokal”. 2. Menganalisa bentuk dan struktur komposisi musik “Ande-ande Lumut untuk Ansambel Vokal”.
8
Christine Ammer, “Ensemble”, The Fact On File Dictionary of Music.Fourth Ed. (New York: Facts On File, Inc., 2004), 129-130
3
D. Manfaat Penelitian Melalui
penelitian
ini
diharapkan
penulis
mendapatkan
pengalaman dalam mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan folklor lisan khususnya dongeng rakyat yang berkembang di Indonesia, serta mendapatkan pengalaman dalam penyusunan komposisi musik “Ande-ande Lumut” ini. Selain itu, diharapkan hasil karya penelitian ini dapat turut serta melestarikan folklor lisan dongeng Jawa Timur dengan cara yang berbeda. E. Batasan Masalah Menghindari perluasan masalah, maka penelitian ini perlu dibatasi permasalahannya. Penelitian dilakukan untuk menciptakan sebuah rangkaian komposisi musik berdasarkan dongeng rakyat “Ande-ande Lumut” yang berasal dari Jawa Timur. Rangkaian komposisi disusun untuk ansambel vokal dengan iringan piano. Ansambel vokal meliputi format suara sopran, alto, tenor, dan bas yang disusun baik secara kordal maupun kontrapungtal dan terdapat bagian solo maupun duet di dalamnya, serta menggunakan sedikit unsur dialog. Rangkaian komposisi ini terbagi atas delapan buah komposisi, sesuai dengan alur dongeng “Ande-ande Lumut” yang telah disusun oleh penulis. Harmonisasi yang digunakan adalah harmonisasi tonal Barat dan harmonisasi modern yang didominasi oleh tangga nada pentatonis pelog.
F. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka. Studi pustaka dilakukan karena rangkaian komposisi ini bersumber dari pustaka dan referensi yang ada. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan musikologis karena dalam menyusun komposisi, elemen-elemen musik menjadi sorotan utama. Proses penelitian dilakukan dalam empat tahap, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penulisan laporan. Pada tahap
4
pengumpulan data, penulis mengumpulkan data-data mengenai dongeng rakyat “Ande-ande Lumut”, komposisi musik, ansambel vokal, dan faktafakta yang ada mengenai ketiganya. Tahap selanjutnya adalah tahap pengolahan data. Data-data yang sudah ada, dijelaskan agar dapat menjadi dasar penyusunan karya komposisi musik. Pada tahap ini, data diolah menjadi rancangan karya komposisi. Tahap selanjutnya data-data yang ada dianalisis, disinilah proses penyusunan karya komposisi terjadi. Pada tahap ini proses penyusunan lirik dan penggubahan karya dilakukan dengan menggunakan program Sibelius yang ada di komputer. Setelah karya komposisi tersusun, penulis memberikannya pada ansambel vokal untuk diuji coba. Saran dari pelatih ansambel vokal digunakan sebagai evaluasi agar komposisi dapat menjadi sebuah karya komposisi yang final. Tahap terakhir yaitu penulisan laporan dalam bentuk skripsi.
5