BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tes hasil belajar hasil adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang setelah menjalani proses pembelajaran. Tes ini sangat penting dilakukan oleh guru, sekolah maupun lembaga kependidikan untuk mengetahui seberapa jauh siswa sudah mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hasil tes dapat digunakan oleh guru, sekolah, atau lembaga keoendidikan lainnya untuk mengambil keputusan atau umpan balik bagi prbaikan proses belajar mengajar. Jadi secara tidak langsung tes dapat digunakan untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan pendidikan dari waktu ke waktu. Untuk dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas peoses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian terhadap hasil belajar siswa. Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian. Dari dua kalimat di atas kita sudah menemukan tiga buah istilah yaitu: evaluasi, pengukuran dan penilaian. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam memakainya hanya tergantung dari kata mana yang
1
2
cocok digunakannya. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk, sedangkan mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.1 Jadi pengukuran adalah measurement, sedangkan penilaian adalah evaluation, dari kata evaluation inilah diperoleh kata evaluasi yang berarti menilai. Penilaian adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan guru ataupun pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud melihat apakah usaha yang dilakukan melalui pengajaran sudah mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia sekolah, penilaian mempunyai makna bagi siswa, dengan diadakannya penilaian maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelejaran yang diberikan oleh guru. Kemudian makna bagi guru, dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui siswa-siswi mana sudah berhak melanjutkan pelajarannya. Sedangkan makna bagi sekolah, apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan sudah sesuai harapan atau belum.2 Dari segi alatnya penilaian hasil belajar dapat dibedaka menjadi dua yakni, tes dan bukan tes. Alat penilaian tes mencakup berupa : tes uraian (essai) dan tes obyektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas 3.
1
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : bumi Aksara, 1997),
2
Ibid; 5-7.
3
dan uraian berstruktur. Sedangkan tes obyektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk benar salah, pilihan berganda, menjodohkan, dan isian pendek. Setiap jenis tes dijelaskan konsep-konsepnya, jenis dan bentuknya, cara penyusunannya, kelebihan dan kekurangannya, termasuk contoh-contohnya.3 Salah satunya diantaranya bentuk tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda adalah tes yang dimana masing-masing item disediakan lebih dari kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihanpilihan tersebut yang benar atau yang paling benar.4 Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis, mengadakan penilaian pilihan ganda untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa-siswinya. Salah satunya dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, dan bagi siswa diadakan penilaian ini untuk mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Jika sebagian siswa memperoleh nilai jelek pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metodologi yang kurang tepat oleh seorang guru dan juga dari murid sendiri. Dalam penelitian ini peneliti memilih pilihan ganda karena ingin melihat bagaimana penerapan bentuk penilaian pilihan ganda kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis Ponorogo, apakah dari semua materi Aqidah Akhlak yang ada menggunakan penilaian pilihan ganda atau hanya sebagian materi saja. Berdasarkan penjajagan awal penilaian pilihan ganda
3 Nana Sudjana, Penilian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995), 35. 4 M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Raja grafindo Persada, 2003), 71.
4
tidak digunakan untuk tes semua materi Aqidah Akhlak kelas VII, tetapi hanya sebagian materi saja yang sesuai dengan penilaian pilihan ganda. Dapat kita lihat dalam materi Aqidah Akhlak bab I, terdapat materi diantaranya: sifat-sifat wajib Alloh, sifat-sifat mustahil bagi Alloh dan sifatsifat jaiz bagi Alloh. Dalam materi ini sangat salah satu indikator pencapaiannya adalah hafal sifat-sifat wajib, mustahi, dan jaiz Alloh. Penilaian materi-materi tersebut lebih cocok menggunakan penilaian bentuk pilihan ganda karena sifatnya menghafal tidak menganlisis. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin mengetahui apakah Guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Jetis sudah menerapkan penilaian pilihan ganda dengan baik dan benar., dan mengapa sistem penilaian penilaian seperti ini masih diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Untuk itu penulis meneliti tentang : Studi Analisis Kritis Sistem Penilaian Pilihan Ganda Dalam Kegiatan Pembelajaran Aqidah Akhlak Di Kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Jetis Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009.
B. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah sistem penilaian pilihan ganda, penerapan penilaian pilihan ganda, dan kekurangan dan kelebihan penilaian pilihan ganda dalam kegiatan Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Jetis Ponorogo.
5
C. Rumusan Masalah 1. Mengapa sistem penilaian pilihan ganda dalam kegiatan Pembelajaran Aqidah Akhlak kelas VII masih digunakan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Jetis Ponorogo ? 2. Bagaimana Guru Pendidikan Agama Islam menerapkan penilaian pilihan ganda dalam kegiatan Pembelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Jetis Ponorogo ?
D. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan dan menjelaskan sistem penilaian pilihan ganda dalam kegiatan Pembelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Jetis Ponorogo. 2. Mendeskripsikan dan menjelaskan penerapan penilaian pilihan ganda dalam kegiatan Pembelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Jetis Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis Dari hasil penelitian ini secara teoritis akan ditemukan pola implementasi penilaian pilihan ganda dalam kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Jetis Ponorogo dan diharapkan dapat menerapkan penilaian bentuk pilihan ganda dengan baik dan benar.
6
2. Manfaat secara praktis a) Bagi guru Guru dapat melakukan penilaian dengan baik dan benar sehingga pembelajaran berjalan dengan baik sesuai yang dinginkan. b) Bagi sekolah Hasil penilaian dapat mencerminkan kualitas suatu sekolah. Karena penilaian merupakan bahan pertimbangan perencanaan sekolah untuk masa-masa akan datang.
F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan Metodologi dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial.5 Peneliti menggunakan pendekatan ini karena peneliti ingin mendeskripsikan dan menjelaskan permasalahan dan langkah-langkah yang diambil oleh guru pendidikan agama Islam MTs Negeri Jetis Ponorogo dalam menerapkan penilaian pilihan ganda dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.
5
Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dialami. Lihat dalam Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), 3.
7
Dalam hal ini penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus (case study), yaitu: suatu penelitian yang dilakukan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.6 Penelitian ini kualitatif bersifat deskriptif yaitu penelitian yang berusaha mengungkapkan gambaran, fenomena-fenomena yang ada di lapangan dan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau orang yang dapat diamati.7 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.8 Untuk itu, dalam hal ini peneliti adalah sebagai instrumen kunci, partisipasi penuh sekaligus pengumpul data. Sedangkan instrumen yang lain, seperti catatan dokumen dan foto adalah sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri yang berada di Jl. Jendral Sudirman No. 24 A Jetis Ponorogo. Begitu banyak alat penilaian dalam pembelajaran, salah satunya berupa alat
6
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), 22. Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif……,3. 8 Pengamatan berperan serta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi-sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek. Dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa gangguan. Lihat Lexy Moleong. Metodologi Pernelitian Kualitatif, 117. 7
8
penilaian tes pilihan ganda. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penilaian pilihan ganda di sekolah ini masih digunakan dengan baik dan benar setiap pertemuan di kelas. 4. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan, seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah katakata dan tidakan sebagai sumber utama, sedangkan sumber data tertulis, foto dan catatan tertulis adalah sumber data tambahan. Untuk
memperoleh
data
dalam
penelitian
ini,
peneliti
memanfaatkan dua sumber data: a. Manusia, meliputi: wawancara dengan Kepala Sekolah, kepala tata usaha, guru agama, dan siswa. b. Non manusia, meliputi: dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian, misalnya catatan tertulis, dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan penelitian. 5. Prosedur Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data secara serempak. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan di samping itu untuk
9
melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek). a. Teknik Observasi. Dalam penelitian kualitatif observasi diklarifikasikan menurut tiga cara. Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai partisipan atau non partisipan. Kedua, observasi dapat dilakukan secara terus terang atau penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut latar penelitian. Dalam penelitian ini digunakan tehnik observasi yang pertama di mana pengamat bertindak sebagai partisipan. Kemudian hasil observasi dicatat dalam bentuk transkrip observasi. Melalui teknik ini peneliti dapat melihat langsung situasi dan kondisi di lapangan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan pada saat proses ulangan tengah semester, disitu peneliti ikut mengawasi jalannya ujian sambil mengamati soal pilihan ganda, dengan tujuan untuk mengetahui alat penilaian bentuk pilihan ganda ini sudah disusun sesuai penyusunannya atau belum. b. Teknik Wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9
9
Lexy Moleong. Metodologi Penelitian..., 135
10
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat terkumpul secara maksimal. Dan kemudian hasil wawancara di catat dalam bentuk transkrip wawancara. Adapun jumlah informan sebagai subjek penelitian yang diambil terdiri dari: Kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis Ponorogo; Guru Aqidah Akhlak kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis Ponorogo dan para siswa. c. Teknik Dokumentasi. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani.10 Dokumentasi ini digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti: surat-surat, buku harian, catatan khusus, fotofoto dan sebagainya. Dalam penelitian ini digunakan dokumen berupa catatan khusus dan kemudian hasil dokumen dicatat dalam bentuk transkrip dokumentasi. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data berupa : sejarah sekolah, visi misi skolah, setruktur organisasi, saran prasarana sekolah.
10
Lincoln Guba ,Naturalistic Inquiry, 35.
11
6. Analisa Data Setelah semua data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah pengelolahan dan analisa data. Yang dimaksud dengan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unitunit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh dirinya sendiri atau orang lain. 11 Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, maka dalam analisis data dilakukan secara terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian yang dilakukan dengan menggunakan salah satu model milik Spradley, yaitu melalui teknik analisa domain.12 Kemudian di proses dengan menggunakan model milik Miles dan Huberman, yaitu: reduction, display, conclusion.13 a. Proses reduction Pada tahap penjelajahan dengan tehnik pengumpulan data grand tour question, yakni pertama dengan memilih situasi sosial (place, actor, activity). Kemudian setelah memasuki lapangan, dimulai
11
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2006), 337. 12 Analisis domain berguna untuk mencari dan memperoleh gambaran umum dan pengertian yang bersifat menyeluruh, hasil yang diharapkan ialah pengertian di tingkat oermukaan mengenai domain tertentu atau kategori-kategori konseptual. Lihat: Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), 240. 13 Mathew B. Milles & A Michel Hiberman, terj. Tjetjep Rohini, Anilisis Data Kualitatif:buku sumber tentang metode-metode baru (Jakarta: UI-Press, 1992),16.
12
dengan menetapkan seseorang informan “key informan” yaitu Kepala Sekolah dan beberapa guru Pendidikan Agama Islam yang merupakan informan yang berwibawa dan dipercaya mampu “membukakan pintu” kepada peneliti untuk memasuki obyek penelitian. Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan tersebut, dan mencatat hasil wawancara. Karena data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti di kemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data semakin banyak, komplek dan rumit. Sehingga dilakukan analisis data dengan mereduksi data yakni merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Setelah itu perhatian peneliti pada obyek penelitian dan memulai mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil wawancara. Berdasarkan hasil dari analisis wawancara selanjutnya peneliti melakukan analisis domain. b. Proses display Proses display adalah proses penyajian data. Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan teks yang bersifat naratif yang merupakan hasil dari pencarian domain pada proses awal yang datanya akan selalu dan terus menerus diuji melalui wawancara, observasi dan dokumentasi terfokus sehingga akan menjadi teori yang grounded.
13
Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif, berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus-menerus. Setelah seluruh data tentang permasalahan dan langkahlangkah yang diambil guru Aqidah Akhlak dalam menerapkan penilaian pilihan ganda maka disusun secara sistematis agar lebih mudah dipahami. c. Proses conclusion Proses conclusion adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Setelah data yang terkumpul sudah dapat di display dan telah didukung oleh data-data yang mantap, melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang terseleksi maka dapat disajikan kesimpulan yang kredibel. 7. Pengecekan Keabsahan Temuan Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Derajat kepercayaan keabsahan data (kredebilitas) dapat diadakan pengecekkan dengan tehnik pengamatan yang tekun, dan
triangulasi, yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.14
14
Lexy Moleong. Metodologi Penelitian..., 178.
14
Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan
terhadap
hal-hal
yang
berhubungan
dengan
permasalahan yang dihadapi GPAI dalam menerapkan penilaian pilihan ganda dan bagaimana langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi permasalahan tersebut. 8. Tahapan-tahapan Penelitian Tahapan-tahapan penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah (1) tahap pra lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih
dan
memanfaatkan
informan,
menyiapkan
perlengkapan
penelitian dan menyangkut persoalan etika penelitian; (2) tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data, (3) tahap analisis data, yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data; (4) tahap penulisan hasil laporan penelitian. 9. Sistematika Pembahasan. Di dalam penulisan skripsi ini diawali dengan halaman formalitas, yang terdiri dari: halaman judul, halaman persetujuan, halaman
15
pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar dan daftar isi. Dalam pembahasan skripsi penulis membagi dalam bagian-bagian, tiap bagian terdiri bab-bab, dan setiap bab terdiri dari sub-sub bab yang saling berhubungan dalam kerangka satu kesatuan yang logis dan sistematis. Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB I. Pendahuluan. Membahas tentang: latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan metode penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II. Landasan Teori Membahas tentang: 1. Penilaian pilihan ganda, meliputi pengertian penilaian, jenisjenis penilaian, tujuan penilaian, pengertian pilihan ganda, kelebihan dan kekurangannya, serta penyusunanya. 2. Pembelajaran Aqidah Akhlak meliputi : pengertian, tujuan, dan metode pembelajaran Aqidah Akhlak. BAB III. Temuan Penelitian Implementasi Penilaian Pilihan Ganda dalam kegiatan Pembelajaran Aqidah Akhlak. Membahas tentang:
16
1. Gambaran umum Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis Ponorogo yang berisi tentang sejarah singkat, letak geografis, moto, visimisi dan tujuan serta sarana dan prasarana. 2. Deskripsi data meliputi Implementasi Penilaian Pilihan Ganda Dalam kegiatan Pembelajaran Aqidah Akhlak. BAB IV. Laporan hasil penelitian Implementasi Penilaian Pilihan Ganda dalam kegiatan Pembelajaran Aqidah Akhlak yang berisi tentang : Menganalisa Implementasi Penilaian Pilihan Ganda Dalam kegiatan Pembelajaran Aqidah Akhlak. BAB V. Penutup. Berisi tentang: Kesimpulan dan saran. Setelah lima bab, kemudian diikuti dengan daftar pustaka, lampiran-lampiran, daftar riwayat hidup
17
BAB II PENILAIAN PILIHAN GANDA DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
A. Penilaian 1. Definisi Penilaian Sebelum membicarakan tentang penilaian hasil belajar, terlebih dahulu perlu dipahami bahwa dalam praktek selalu terjadi kerancuan atau tumpang tindih (overlap) dalam istilah penggunaan evaluasi, penilaian, dan pengukuran. Kenyataan seperti itu memang dapat dipahami, mengingat bahwa diantara ketiga istilah tersebut saling berkaitan sehingga sulit untuk dibedakan. Pengukuran dalam bahasa Inggris dikenal sebagai measurement dan dalam bahasa Arabnya adalah muqayasah ( HIJKLM ), dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengukur seuatu. Mengukur pada hakekatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Misalnya : “Dari seratus butir soal yang diajukan dalam tes. Ahmad menjawab dengan betul delapan puluh butir soal”. Dari contoh tersebut dapat kita pahami bahwa pengukuran itu sifatnya kuantitatif. Pengukuran yang sifatnya kuantitatif itu dapat dibedakan menjadi tiga macam. Yaitu : a. Pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu, misalnya pengukuran yang dilakukan oleh penjahit mengenai panjang lengan.
18
b. Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu, misalnya: pengukuran yang digunakan untuk mengukur daya tahan nyala lampu pijar. c. Pengukuran untuk menilai, misalnya untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik dalam rangka mengisi rapor yang dilakukan dengan menguji mereka dalam bentuk tes hasil belajar. Penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti : mengambil keputusan terhadapsesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat, pandai tau bodoh, dan sebagainya. Jadi penilaian itu adalah sifatnya kualitatif. Dalam contoh di atas tadi, “Dari seratus soal, delapan puluh butir soal dijawab dengan betul oleh Ahmad”, dengan demikian dapat ditemukan bahwa Ahmad termasuk anak yang pandai. Sedangkan evaluasi adalah mencakup dua kegiatan yang telah dikemukakan diatas, yaitu mencakup pengukuran dan penilaian. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Untuk menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu, dilakukan pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian, dan pengujian inilah yang dalam dunia kependidikan dinamakan tes.15 Akhirnya dalam rangka untuk mempertegas perbedaan antara pengukuran (measurement) dengan penilaian (evaluation), dalam bukunya Nana Sudjana, Edwind Wandt dan Gerald W. Brown
15
Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Raja Grafindo Persada, cet. ke- 3, 2001),3-5.
19
mengatakan, bahwa measurement means the act or proses of axestaining the extent or quantity of something. Pengukuran adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas dari sesuatu, itu akan memberikan jawaban atas pertanyaan : how much?. Adapun penilaian atau evaluasi. Wandt dan Brown mengatakan, bahwa: evaluation refer to the act or precess to determaining the value of something. Penilaian atau evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.16
2.
Hakekat Penilaian Perkembangan konsesp penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan arah yang lebih luas. Konsep-konsep tersebut pada umumnya berkisar pada pandangan sebagai berikut : 17 a.
Penilaian tidak hanya diarahkan kepada tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi juga terhadap tujuan-tujuan yang tersmbunyi, termasuk efek samping yang mungkin timbul.
b. Penilaian tidak hanya melalui pengukuran perilaku siswa, tetapi juga melakukan pengkajian terhadap komponen-komponen pendidikan, baik masukan porses maupun keluaran. c. Penilaian tidak hanya dimaksudkan utnuk mengetahui tercapai tidaknyatujuan-tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga untuk
16
Ibid, 7. Nana Sudjana, Penilian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995), 1. 17
20
mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi siswa dan bagaimana siswa mencapainya. d. Mengingat luasnya tujuan dan objek penilaian, maka alat yang digunakan dalam penilaian sangat beraneka ragam, tidak hanya terbatas pada tes, tetapi juga alat penilaian bukan tes. Atas dasar itu maka lingkup sasaran penilaian mencakup tiga sasaran pokok, yakni program pendidikan, proses belajar mengajar, dan hasil belajar. Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan sebagai objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya
ukuran atau kriteria. Dari pengertian
tersebut dapat dikatakan bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai atau adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan atau adanya dengan kriteria atau apa harusnya. Perbandingan bisa bersifat mutlak, bisa juga bersifat relatif. Perbandingan yang bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang berlaku. Sedangkan perbandingan bersifat relatif artinya hasil relatif artinya hasil perbandingan lebih menggambarkan posisi suatu objek yang dinilai terhadap objek lainnya dengan bersumber dari kriteria yang sama. Inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatau kriteria tertentu. Jadi, penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar
21
yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan, dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Sedangkan, penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan efesiennya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat hasil dari proses.18 Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan, khususnya dunia psekolah. Penilaian ditinjau dari berbagai segi :19 1) Makna bagi siswa a)
Memuaskan Dengan memberikan penilaian, maka siswa akan merasakan kepuasan terhadap nilai yang didapatkan ketika hasil penilaian ketika hasil penilaian sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan ini
18 19
6-8.
Ibid; 3. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : bumi Aksara, 1997),
22
akan memotivasi siwa untuk selalu mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. b) Tidak memuaskan Dengan memberikan penilaian kepada hasil belajar siswa, maka siswa akan merasa kurang puas terhadap nilai yang didapatkan ketika penilaian tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan ini akan membuat siswa termotivasi untuk selalu meningkatkan belajarnya. 2) Makna bagi guru a) Dengan hasil penilaian diperoleh guru akan dapat mengetahui siswasiswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai bahan maupun mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil menguasai bahan. b) Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran diwaktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan. c) Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum. 3) Makna bagi sekolah a) Dapat diketahu apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. b) Sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masamasa yang akan datang.
23
c) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dan dapat digunakan sebagai pedoman sekolah. 3. Tujuan penilaian Dalam merumuskan alat penilaian perlu ditempuh beberapa tahapan antara lain: merumuskan tujuan, mengkaji materi, membuat soal berdasarkan kisis-kisi termasuk jawabannya. Menurut Nana Sudjana tujuan penilaian ada 4 macam yakni:20 a. Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kekurangan dan kelebihannya dalam berbagai bidang studi. b.
Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifan dalam mengubah tingkah laku pra siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapakan.
c.
Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaandalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaanya.
d.
Memberikan pertanggungjawaban (accountabability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat dan para orang tua siswa.
20
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,,4.
24
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto tujuan penilaian ada beberapa hal, yakni :21 1) Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu. 2) Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya. 3) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa. 4) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah.
4. Fungsi penilaian Dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, maka fungsi penilalain sebagai : 22 1) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional. Maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan instruksional. 2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. 3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. Dalam laporan ini dikemukakan kemampuan dan
21
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan(Jakarta : bumi Aksara,
1997),,10.
22
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, 3.
25
kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilaia-nilai prestasi yang dicapainya. 5. Jenis-jenis penilaian dalam pembelajaran Dilihat dari fungsinya jenis penilaian ada beberapa macam yaitu : a. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan penilaian formatif ini diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi
pelaksanaannya.23
Aspek-aspek
yang dinilai dalam
penilaian ini adalah hasil kemajuan belajar siswa yang meliputi : pengetahuan, keterampilan, sikap terhadap materi ajar agama yang disajikan.24 Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi pada proses belajar mengajar. b.
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan pada akhir unit program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Untuk melihat hasil yang dicapai oleh siswa, yakni seberapa jauh tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa.25
23
Ibid; 5. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Ilmu Kalam, 2006), 227. 25 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, 5. 24
26
Hasil penilaian sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat atau sebagai ukuran mutu sekolah.26 Aspek-aspek yang dinilai dalam penilaian ini adalah kemajuan hasil belajar meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan murid tentang materi pembelajaran yang diberikan. Penilaian ini dilaksanakan sebelum peserta didik mengikuti proses pembelajaran permulaan atau peserta didik tersebut baru akan mengikuti pendidikan di suatu tingkat tertentu. 27 c. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, menemukan kasuskasus dan sebagainya.28 Tujuan penilaian ini adalah untuk membantu kesulitan atau mengetahui hambatan yang dialami siswa waktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada suatu bidang study atau keseluruhan program pembelajaran. 29 d. Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk kelembagaan pendidikan tertentu.
26
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zaini, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Rineka Cipta, cet ke-2, 2002), 121. 27 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 227. 28 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, 5. 29 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 229.
27
e.
Penilaian penempatan adalah penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa. Penilaian ini digunakan untuk menempatkan siswa pada tempatnya yang sebenar-benarnya berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan, serta keadaan diri siswa Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes dan bukan tes (nontes) , tes diberikan secara lisan, tulisan dan tindakan. Sedangkan non tes mencakup observasi, wawancara, skala, sosiometri,studi kasus.30 Tes adalah salah satu alat penilaian yang terdiri dari tes uraian atau tes essai dan tes obyektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur. Sedangkan tes obyektif terdiri dari beberapa bentuk yakni bentuk pilihan benar salah, pilihan ganda, menjodohkan,dan isian atau melengkapi.31
6. Objek penilaian Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam bukunya Nana Sudjana, Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni 1) ketrampilan dan kebiasaan, 2)
30 31
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, 5. Ibid; 35.
28
pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni a) informasi verbal, b) keterampilan intelektual, c) strategi kognitif, d) sikap, e) keterampilam motoris. Sistem pendidikan nasional dalam rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya tiga ranah, yakni
ranah kognitif,
ranah afektif,
dan ranah
pskomotorik.32 Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan
internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
32
Ibid; 22-23.
29
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling dinilai para guru di sekolah karena berkaitan dengankemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. B. Panduan Penulisan Pilihan Ganda Soal tes tertulis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu soal dengan memilih jawaban yang sudah disediakan (bentuk soal pilihan ganda, benar salah) dan soal dengan memberikan jawaban secara tertulis (bentuk soal isian, jawaban singkat dan uraian). Dilihat dari bentuk soalnya, tes tertulis dapat dikelompokkan menjadi tes tertulis objektif seperti pilihan ganda dan isian, dan tes tertulis non-objektif seperti bentuk soal uraian non-objektif. 1. Pengertian pilihan ganda Tes pilihan ganda merupakan tes obyektif dimana masing-masing item disediakan lebih dari dua jawaban dan hanya satu dari pilihanpilihan tersebut yang benar atau yang paling benar.33 Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar.34 Penilaian pilihan ganda terdiri dari pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan dan dapat pula dalam bentuk pernyataan yang belum lengkap yang sering kali disebut stem. Pilihan jawaban itu bisa
berbentuk perkataan,
bilangan atau kalimat disebut option.35 33
Cabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2003), 71. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, 48. 35 Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung : Remaja Rosdakarya,1994), 222. 34
30
2. Teknik Penyusunan Soal Pilihan Ganda Pilihan ganda adalah suatu item yang terdiri dari suatu statemen yang belum lengkap. Untuk melengkapi statemen tersebut disediakan beberapa stateman sambungan. Satu diantaranya adalah merupakan sambungan yang benar, sedang yang lain adalah sambungan yang salah. Soal pilihan ganda dapat diskor dengan mudah, cepat, dan memiliki objektivitas yang tinggi, mengukur berbagai tingkatan kognitif, serta dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas dalam suatu tes. Bentuk ini sangat tepat digunakan untuk ujian berskala besar yang hasilnya harus segera dumumkan, seperti ujian nasional, ujian akhir sekolah, dan ujian seleksi pegawai negeri. Hanya saja, untuk menyusun soal pilihan ganda yang perlu waktu lama dan biaya besar, disamping itu, penulis soal akan kesulitan membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi. Secara umum, setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal dan pilihan jawaban. Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh. Menurut Nana Sudjana, dilihat dari strukturnya bentuk pilihan ganda juga terdiri atas : 36
36
Nana Sudjana,…………… 48-50.
31
a. Stem (statemen) yaitu pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan ditanyakan (pernyataan atau pertanyaan yang belum lengkap). b. Option yaitu sejumlah pilihan atau alternatif jawaban yang disediakan. c. Kunci yaitu jawaban yang benar atau yang paling tepat d. Pengecoh (distractor) yaitu jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban Contoh : Rukun Islam yang ketiga adalah .........
Stem
a) Haji b) Shalat
Distractor (pengecoh)
Option
c) Syahadat d) puasa
Kunci
Adapun beberapa petunjuk umum penyusunan tes pilihan ganda ini diantaranya: a. Hendaknya antara pernyataan dalam soal dengan alternative jawaban terdapat kesesuaian. b. Kalimat padatiap-tiap butir soal hendaknya disusun dengan singkat dan jelas. c. Sebaiknya tidak menggunakan kalimat negative dan jika terpaksa harap diberi tanda khusus.
32
d. Jangan sekali-kali membuang kata depan dari suatu pernyataan sehingga menyulitkan pemahaman terhadap isi soal. e. Soal hendaknya disusun menggunakan bahasa yang mudah dipahami.37 f. Pernyataan harus mempunyai satu jawaban yang tepat. g. Jumlah pilihan yang dipilih biasanya emat atau lima buah. h. Hindarkan petunjuk apapun yang memberitahukan jawaban yang tepat. i. Pernyataan yang dirumuskan dengan tegas agar jangan timbul tafsiran yang berlainan.38 Pedoman pembuatan tes bentuk pilihan ganda menurut Abdul Majid ada beberapa hal : a) pokok soal harus jelas, b) isi pilihan jawaban homogen, c) panjang pilihan jawaban relatif sama, d) tidak ada petunjuk jawaban benar, e) hindari menggunakan jawaban : semua benar atau semua salah, f) pilihan jawaban angka diurutkan, g) semua jawaban logis, h) jangan menggunakan negative
ganda, i) kalimat yang digunakan sesuai
dengantingkat perkembanga peserta tes, j) bahasa yang digunakan baku, k) pilihan jawaban ditentukan secara acak, l) penulisan soal diurutkan kebawah. 39 Sedangkan Sumadi Suryabrata merinci soal bentuk pilihan ganda ini kedalam tujuh macam sebagai berikut :40
37
Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan,72. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar (Bandung: Jemmars,…)177-178. 39 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 196. 40 Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran PAI, (Jakarta:PT.Gaung Persada Press, 2007), 223-226. 38
33
(1) Jenis jawaban benar pada soal bentuk pilihan ganda adalah adanya batang tubuh soal yang disertai dengan sejumlah alternative jawaban yang salah satu alternatife tersebut merupakan jawaban yang benar. (2) Jenis jawaban yang tepat adalah setelah pertanyaan yang diikuti oleh sejumlah altenatif jawaban, masing-masing jawaban mengandung kebenaran. Hanya diantara jawaban yang benar tersebut ada jawaban yang paling benar/tepat. (3) Jenis pertanyaan yang tidak lengkap atau tidak selesai, artinya soal tes terdiri dari pernyataan yang belum selesai, dan bagian lain yang menyempurnakan terdapat pada alternative lain. (4) Jenis jawaban negatife artinya dalam suatu soal bentuk pilihan ganda, siswa diberi soal yang disediakan jawaban. Sebagian besar dari jawaban tersebut merupakan jawaban yang benar, kecuali ada satu yang merupakan jawan yang salah. (5) Jenis kombinasi adalah jenis tes pilihan ganda yang tiap alternative jawaban terdiri dari beberapa alternative yan memberi satu pengertian sehingga menyebabkan jawaban menjadi salah (asosiasi pilihan). (6) Jenis komplek atau sebab akibat adalah terdiri darai dua buah pernyataan yang dihubungkan dengan kata sebab, kedua pernyataan ini terpisah mempunyai kebenaran sendiri-sendiriatau satu benar satu salah.
34
Menurut kemungkinan menjawab soal pilihan ganda, bisa dibedakan menjadi empat bagian diantaranya:41 (a) Variasi dengan satu jawaban benar, (b) Sejumlah jawaban benar akan tetap salah satu satu diantaranya paling benar, (c) Satu jawaban yang salah, (d) Menjawab menentukan sendiri apakah satu atau lebih option yang benar dan memilih sesuai dengan itu untuk setiap soal. Dalam penyusunan soal tes tertulis, soal harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal dilihat dari segi materi, konstruksi maupun bahasa. Selain itu soal yang dibuat hendaknya menuntut penalaran yang tinggi. Hal ini dapat dilakukanantara lain dengan cara:
pertama,
mengidentifikasi materi yang dapat mengukur perilaku pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, atau evaluasi, kedua, membiasakan menulis soal yang mengukur kemampuan kritis dan mengukur ketrampilan pemecahan masalah, ketiga, menyajikan dasar pertanyaan, misalnya dalam bentuk ilustrasi atau bahan bacaan seperti kasus, contoh, table, dan sebagainya.42 3. Kaidah Penulisan Penilaian Pilihan Ganda Dalam menulis soal pilihan ganda harus memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut : a. Materi 1) Soal harus sesuai dengan indicator. 2) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
41 42
Slameto, Evaluasi Pendidikan ( Jakarta : PT. Bina Aksara, 1988),60. http://pdf-search-engine.com/PILIHAN%20GANDA-html
35
3) Setiap soal haru mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar. b. Kontruksi 1) Poko soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. 2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban jarus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. 3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban. 4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negative ganda. 5) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relative sama. 6) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “semua jawaban di atas salah atau semua pilihan jawaban di atas benar”. 7) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. c. Bahasa 1) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia 2) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional 3) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikaif 4) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. 4. Kelebihan dan Kekurangan Pilihan Ganda b.
Kelebihan Pilihan Ganda
36
Tes pilihan ganda mempunyai beberapa kelebihan yang antara lain dapat kami uraikan seperti di bawah ini. 1) Dapat digunakan untuk menilai bahan yang ruang lingkupnya luas 2) Siswa dapat menjawab bebas pada bentuk pilihan 3) Bisa dinilai secara obyektif, artinya siapa yang menilai akan memperoleh nilai yang sama 4) Memaksa siswa untuk mempelajari seluruh bahan43 5) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan 6) Mencakup hampir selurugh bahan pelajaran dan dapat dipakai berulang-ulang 7) Dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal membuat tafsiran dan melakukan pilihan.44 8) Jawaban siswa dapat dinilai dengan mudah dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban. 9) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar aau salah sehingga penilaiannya bersifat obyektif.45 b. Kekurangan Pilihan Ganda Di samping mempunyai segi kelebihan, tes pilihan ganda juga mempunyai segi kekurangan, adapun kekurangan-kekurangannya antara lain sebagai berikut :
43 Zakiyah darajad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta : Bumi Aksara ,1995),218. 44 Slameto, Evaluasi Pendidikan ( Jakarta : PT. Bina Aksara, 1988), 63. 45 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,49.
37
1) Kurang memberikan peluang menyatakan isi hati atau buah pikiran, sehingga kemampuan atau kecakapan siswa yang sesungguhnya tidak dapat terungkapkan sepenuhnya 2) Kemungkinan untuk menerka-nerka jawaban besar sekali atau siswa dapat bermain untung-untungan.46 3) Tidak
dapat
mengukur
kecakapan
siswa
dalam
mengorganisasikan bahan.47 4) Proses berfikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.48
C. Pembelajaran Aqidah Akhlak a. Pengertian Pembelajaran Sebelum mempelajari tentang pembelajaran terlebih dahulu memahami tentang belajar, mengajar dan pembelajaran. a. Pengertian belajar Para ahli mendefinisikan belajar dengan berbagai rumusan, sehingga terdapat keragaman tentang makna belajar. 1) Dalam bukunya Ramayulis;
49
Skinner berpendapat belajar adalah
suatu perilaku pada saat seseorang belajar, maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dan Gagne juga merumuskan bahwa belajar merupakan
46
Zakiyah Darajad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam ,218. Slameto, Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta : PT. Bina Aksara, 1988), 63. 48 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, 49. 49 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 237. 47
38
kegiatan yang kompleks, yaitu setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. 2) Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Sedang belajar dalam arti yang luas adalah peoses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilainilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang organisasi.50 3) Syaiful Bahri menjelaskan bahwa pada hakekatnya belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas belajar, walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. 51 Dari beberapa pengertian diatas terdapat beberapa perbedaan para ahli dalam memberikan definisi belajar. Namun baik secara eksplisit dan insplisit pada dasarnya para ahli tersebut berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses perubahan terhadap tingkah laku individu yang diperoleh dari pengalaman tertentu. b. Pengertian mengajar
50
Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,1994), 7-8. 51 Syaiful Bahri Djamarah, & Aswan Zaini. Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:Rineka Cipta, 2002),
39
Dalam
masalah
mengajar
juga
terdapat
keragaman
dalam
mendefinisikannya. 1) Dalam bukunya Ramayulis, H.M Arifin, merumuskan pengertian mengajar adalah suatu kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada pelajar agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. dan Roestiyah NK menyatakan mengajar adalah bimbingan pada anak dalam proses belajar.52 2) Mengajar
adalah
aktivitas
mengorganisasikan
tau
mengatur
lingkungan dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar mengajar. Sedangkan Raflis Kosasi
dalam
bukunya
Basyiruddin
Usman
mengemukakan
mengajar adalah suatu usaha untuk membuat siswa dapat belajar, yaitu sesuatu yang dilakukan oleh guru sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri anak.53 Proses pengajaran yang dilaksanakan mengacu pada tiga aspek penguasaan sejumlah pengetahuan, keteampilan sikap tertentu sesuai dengan isi proses pengajaran tersebut. c. Pengertian pembelajaran
52
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 238-239. M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam ( Jakarta : Ciputat Pers, 2002), 19-20. 53
40
Terdapat
perbedaan
pengertian
antara
pengajaran
dan
pembelajaran, pengajaran terpusat pada guru dan pembelajaran terpusat pada siswa.
Beberapa ahli merumuskan pengertian pembelajaran : 54 1) Menurut Syaiful Sagala dalam bukunya Ramayulis, pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan azas pendidikan maupun teori
belajar
yang
merupakan
penentu
utama
keberhasilan
pendidikan. 2) Sedangkan menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pengelolaan pembelajaran yang baik yang harus dikembangkan berdasarkan asas-asas pembelajaran. Seorang guru harus mengerti, memahami, dan menghayati berbagai prinsip-prinsip pembelajaran, sekaligus mengaplikasikannya dalam melaksanakan tugas pembelajaran. prinsip-prinsip pembelajaran tersebut, adalah: 1. Aktivitas Belajar yang berhasil mestilah melalui berbagai macam aktivitas, baik aktyivitas fisik maupun psikis. Seluruh peranan dan
54
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…….., 242-251.
41
kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal, sekaligus mengikuti proses pengajaran (proses perolehan hasil pembelajaran) secara aktif. Pada saat siswa aktif jasmaninya, dengansendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu sebaliknya. Keaktifan itu ada dua macam, yaitu keaktifan rohani dan keaktifan jasmaniatau keaktifan jiwa dan keaktifan raga. Keaktifan jasmani dan keaktifan rohani yang dapat dilakukan di sekolah menurut hasil penelitian yang dilakukanoleh Paul B. Diedrich meliputi :55 (1) Visual activities, seperti membaca memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan dan sebagainya. (2) Oral activities, mennyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan
pendapat,
interview,
diskusi
dan
sebagainya. (3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian percakapan, diskusi, musik, pidato, ceramah dan sebagainya. (4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan laporan, angket, menyalin dan sebagainya. (5) Drawing activities, seperti menggambar membuat grafik, peta, patron dan sebagainya. 55
Ibid, 242-251.
42
(6) Motor activities, seperti berkebun, bermain, memelihara binaang dan sebagainya. (7) Mental activities, seperti memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan da sebagainya. (8) Emotional activities, seperti berani, tenang, kagum, gembira dan sebagainya. 2. Azaz Motivasi Seorang pengajar harus dapat menimbulkan motivasi anak. Motivasi ini sebenarnya banyak dipergunakan dalam berbagai bidang dan situasi, tapi dalam hal ini diarahkan pada bidang pendidikan, khususnya bidang proses pembelajaran. Sedangkan menurut S. Nasution M.A. dalam bukunya Basyiruddin Usman "Metodologi Pembelajaran Agama islam" Motivasi murid adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya. Jenis motivasi dibedakan menjadi dua yaitu :56 (1) Instrinsic motivation adalah suatu cita-cita atau daya yang telah ada dalam diri individu yang mendorong seseorang untuk berbuat dan melakukan sesuatu. (2) Extrinsic motivation adalah segala sesuatu yang datang dari luar yang menjadi cemeti bagi murid-murid untuk berbuat lebih giat. 56
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, 10.
43
Contoh ijazah, nilai yang tinggi, hadiah, penghargaan dan lainlain. Untuk menarik perhatian dan minat itu guru dapat melakuka berbagai cara seperti : Cara belajar yang baik , alat peraga yang cukup, intonasi yang tepat dan humor, menggunakan contoh yang tepat, performance guru yang menarik. 3. Azas Individualitas Azas individualias ini hendaknya menjadi perhatian peserta didik. Setiap guru yang menyelenggarakan pembelajaran hendaknya selalu memperhatikan dan memahami serta berupaya menyesuaikan bahan pelajaran dengan keadaan peserta didiknya, baik menyangkut segi perbedaan usia, bakat, kemampuan, inteligensi, perbedaan fisik, watak dan sebagainya. Individu adalah seorang manusia, seorang yang memiliki pribadi jiwa sendiri. Untuk memenuhi prinsip perbedaan individu ada dua macam pendekatan yaitu : pertama, menitik beratkan kepada pengajaran individual untuk memenuhi kebutuhan individu dan belajar kelompok hanya merupakan pelengkap untuk sosialisasi. Kedua,
berusaha
memenuhi
perbedaan
individu
dengan
mengorganisir kegiatan-kegiatan belajar yang perlu bagi murid dalam hubungannya dengan kegiatan kelompok.57
57
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,, 242-251
44
Ada beberapa teknik untuk menyesuaikan pelajaran dngan kesanggupan individual, dengan melakukan prinsip-prinsi sebagai berikut :58 (1) Pengajaran individual; siswa diberi tugas yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. (2) Tugas tambahan; siswa yang pandai mendapat tugas tambahan selain tugas yang besifat umum, dengan demikian kondisi kelas akan tetap terpelihara dengan baik. (3) Pengajaran proyek; para siwa dapat mengerjakan sesuatu yang disesuaikan dengan minat dan bakat mereka. (4) Pengelompokan menurut kesanggupan; kelas dapat dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kessanggupan mereka masing-masing. Perbedaan individu harus dapat perhatian guru agar berhasil dalam pemberian pelajaran, untuk mengetahui itu guru harus mengenal antara lain dengan jalan : observasi, tes, studi kasus, dan inteview. Dengan mengenal murid guru dapat menyesuaiakan pelajaran dengan sesuai kesanggupan anak-anak karena anak itu bukanlah benda mati yang dapat dibentuk menurut kehendak dia bukan kawat yang mudah dibengkok-bengkokkan atau diputar-putar dan bukan produk pabrik yang sama. 58
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, 16.
45
4. Azas Keperagaan Peragaan adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh para siswa. Peragaan meliputi semua pekerjaan indra yang bertujuan untuk mencapai pengertian tentang sesuatu hal secara tepat. Penerapan azas-azas peragaan dalam kegiatan belajar mengajar, menyangkut beberapa aspek :59 i.
Penggunaan bermacam-macam alat peraga
ii.
Mergakan pelajaran dengan pebuatan, percobaan-percobaan.
iii.
Membuat poster-poster, ruang eksposisi dan sebagainya
iv.
Menyelenggarakan karyawisata. Alat peraga dalam pembelajaran dibedakan menjadi dua, yaitu: pertama, alat peraga langsung, contoh mengajar tentang kucing maka alat peraga yang dibawa adalah kucing. Kedua, alat peraga tidak langsung, alat peraga ini ada dua yaitu model dan gambar.60
5. Azas Ketauladanan Manusia
cenderung
untuk
meniru
belajar
lewat
peniruan,menyebabkan ketauladanan menjadi sangat penting artinya dalam proses pembelajaran.
59 60
1997),173.
Ibid; 8. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta:Rineka Cipta,
46
Ketauladanan dalam pendidikan Islam adalah mtode influitif
yang
paling
meyakinkan
keberhasilannya
dalam
mempersiapkan dan membentuk moral spiritual dan sosial anak, karena pendidik merupakan contoh terbaik dalam pandangan anak yang akan ditirunya dalan tindak tanduknya dan tata santunnya. Menurut Edi Suardi, ketauladanan ada dua macam yaitu : (1) sengaja berbuat secara sadar untuk ditiru oleh si terdidik, (2) berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang akan ditanamkan pada siswa sehingga tanpa sengaja menjadi menjadi teladan bagi siswa. 61 6. Azas Pembiasaan Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan kepribadian anak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didik. Kebiasaan adalah suatu sifat tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Pendidikan agama melalui kebiasaan ini dapt dilakukan dalam berbagai materi, misalnya akhlak (tingkah laku yang baik), dan ibadah ( shalat berjamaah). 7. Azas Korelasi Azas korelasi adalah azas yang menghendaki agar materi pembelajaran antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya disajikan secara terkait. Pada umumnya ada dua cara yang 61
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 242-251
47
dilakukan untuk menghubungkan antara pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya yaitu melalui :62 i. Cara korelasi okasional Cara okasional artinya dilakukan dengan jalan sewaktuwaktu guru menghubungkan antara satu mata pelajaran dengan pelajaran lainnya (misalnya pelajaran bahasa arab dengan pelajaran tafsir) alam kesempatan tertentu saja. Caranya : disaat guru mengajarkan tafsir guru menghubungkan pelajaran Tafsir dengan Bahasa Arab secara kreatif antara dua disiplin ilmu agama dan ilmu umum. ii. Cara korelasi total Cara korelasi total ini dilakukan antara pelajaran agama dengan pelajaran umummenjadi satu kesatuan. Cara ini hanya dapat dilakukan pada pengajaran proyek, yang dilaksanakan secara terprogram dan terencana. 8. Azas Minat dan perhatian Minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut. Minat biasanya berhubungan dengan perhatian.
62
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah,174.
48
Kalau bahan pelajaran diambil dari pusat-pusat minat anak dengan sendirinya perhatian spontan akan timbul sehingga belajar akan berlangsung dengan baik. Perhatian salah satu faktor psikologis yang dapat membantu terjadinya interaksi dalam proses belajar mengajar. Sedangkan Poedjosoebroto menyatakan : agar pendidikan agama dapat berhasil dengan baik maka minat dan perhatian anak tidak boleh diabaikan. Untuk itu guru agama harus mengusahakan: 63 (1) Agar pengajaran agama disusun sedemikian rupa, sehingga dapat ditangkap dengan penuh perhatian oleh anak. (2) Agar murid mempunyai minat pada pelajaran agama, pelajaran itu harus disajikan sesedapnya bagi mereka. b. Pengertian Aqidah Akhlak a. Pengertian Pendidikan aqidah dan akhlak adalah upaya sadar terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan, bimbingan,
pengajaran,
latihan
penggunaan
pengalaman
dan
pembiasaan dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan. Pendidikan ini juga diarahkan pada penggunaan 63
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 254-257.
49
aqidah disatu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa. c. Fungsi dan Tujuan i.
Fungsi Pengajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak di madrasah berfungsi untuk : 1. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 2. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang sebelumnya telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. 3. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial. 4. Perbaikan kesalahan-kesalahan serta kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. 5. Pencegahan
peserta
didik
dari
hal-hal
negatif
dari
lingkungannya atau dari budaya asing yang dihadapinya seharihari. 6. Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak serta sistem dan fungsionalnya.
50
7. Pembekalan bagi peserta didik untuk mendalami aqidah dan akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
ii.
Tujuan Mata
pelajaran
Aqidah
Akhlak
bertujuan
untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan,
penghayatan,
pengamalan
serta
pengalaman peserta didik tentang aqidah dan akhlak Islam. Sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT
serta
berakhlak
mulia
dalam
kehidupan
pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.64 Dengan adanya fungsi dan tujuan tentang pembelajaran Aqidah Akhlak maka sangatlah perlu dan penting untuk mempelajarinya. Karena Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah sebagai bagian yang integral dalam pendidikan agama Islam. Walaupun bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan
watak
dan
kepribadian
siswa,
tetapi
secara
substansial mata pelajaran Aqidah Akhlak memiliki kontribusi dalam 64
memberi
motivasi
kepada
peserta
didik
untuk
Departemen Agama RI, Standar Isi Madrasah Tsanawiyah,(Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006) 22-23
51
mempraktekkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari. iii.
Ruang Lingkup Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah berisi bahan pelajaran yang dapat mengarahkan pada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman secara ilmiah serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami, untuk dapat dijadikan landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya. Ruang lingkup pelajaran Aqidah Akhlak meliputi tiga aspek yaitu : aspek Aqidah, aspek Akhlak dan aspek kesan keteladanan. Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu melalui pendekatan : 65 1. Keimanan,
yang
mendorong
peserta
didik
untuk
mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai sumber kehidupan. 2. Pengamalan,
mengkondisikan
peserta
didik
untuk
mempraktekkan dan merasakan hasil pengamalan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. 3.
Pembiasaan,
melaksanakan
pembelajaran
dengan
membiasakan sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan ajara
65
Ibid, 24
52
Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist serta dicontohkan oleh para Ulama’. 4. Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Aqidah Akhlak dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran. 5. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) Peserta didik dalam menghayati Aqidah Akhlak mulia sehingga lebih berkesan dalam jiwa peserrta didik. 6. Fungsional,
menyajikan
materi
Aqidah
Akhlak
yang
memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas. 7. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai cermin dari individu yang memiliki keimanan yang teguh dan berakhlak mulia. iv.
Standar Kompetensi Kompetensi
mata
pelajaran
Aqidah
Akhlak
berisi
sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama
menempuh
pendidikan
di
Madrasah
Tsanawiyah.
Kompetensi ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat Aqidah serta meningkatkan kualitas akhlak sesuai dengan ajaran
53
islam. Kompetensi mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah sebagai berikut : 66 1. Memahami dan mengakui hakikat Aqidah Islam dan Akhlak Islam serta mampu menganalisa secara alamiah hubungan dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Memahami dan meyakini hakekat iman kepada malaikat serta mampu menganalisis secara alamiah dan terbiasa berakhlak terpuji (kreatif, dinamis dan tawakal) dan menghindari akhlak tercela (pasif, pesimis putus asa dan bergantung pada orang lain) dalam kehidupan sehari-hari. 3. Memahami dan meyakini kebenaran kitab-kitab Allah serta mampu menganalisis secara alamiah dan terbiasa berakhlak mulia (bersikap amanah dan berfikir serta berorientasi masa depan) dan menghindari akhlak tercela (memfitnah, mencuri, picik, hedonisme dan materialistik) dalam kehidupan seharihari. 4. Mengenal dan meyakini Rasul dan beriman kepada hatri akhir serta mampu menganalisis secara alamiah dan bersikap serta berperilaku terpuji memperkokoh kehidupan masyarakat (solidaritas, zuhud, tasamuh, ta’awun saling menghargai dan tidak ingkar janji) dalam kehidupan sehari-hari.
66
Standar Isi Madrasah Tsanawiyah.
54
5. Memahami dan meyakini qadla dan qadar serta mampu menganalisis secara ilmiah dan terbiasa berakhlak terpuji terhadap bangsa dan negara (cinta tanah air, belajar sepanjang hayat dan lain-lain) dan menghindari akhlak tercela (berjudi, zina dan narkoba) dalam kehidupan sehari-hari. 6. Memahami dan menggunakan ilmu kalam serta mampu menganalisis secara ilmiah dari aspek teologi dan tasawuf serta dapat mengimplementasikan dalam konteks kehidupan seharihari.
d. Materi Aqidah Akhlak Kelas VII 1.
Bab I : Sifat-Sifat Allah67 Sub Pokok Bahasan : a. Sifat-Sifat Bagi Allah b. Sifat-Sifat Mustahil Bagi Allah c. Sifat-sifat Jaiz Allah Indikator Pencapaian: a. Menjelaskan Pengertian Sifat-sifat Wajib, Mustahil, dan Jaiz Allah b. Hafal Sifat-sifat Wajib, Mustahil, dan Jaiz Allah
2. Bab II : Sifat-sifat wajib Allah ( Nafsiyah dan Salbiyah) Sub Pokok Bahasan :
67
Buku Aqidah Akhlak kelas VII MAdrasah Tsanawiyah
55
a. Sifat-sifat Nafsiyah Allah b. Sifat-sifat Salbiyah Allah c. Ciri-ciri orang beriman kepada Sifat-sifat Nafsiyah dan Sifatsifat Salbiyah Allah Indikator Pencapaian : a. Menjelaskan makna sifat Allah yang Nafsiyah dan Salbiyah b. Hafal sifat-sifat Allah yang Nafsiyah dan Salbiyah beserta artinya c. Menunjukkan ciri-ciri orang yang beriman terhadap sifat wajib Allah ( Nafsiyah dan Salbiyah) 3. Bab III : Sifat-Sifat Mustahil Allah (Yang Nafsiyah dan Salbiyah) Sub Pokok Bahasan : . a. Sifat Mustahil Allah Yang Nafsiyah b. Sifat Mustahil Allah Yang Salbiyah c. Ciri-ciri Orang Beriman Kepada Sifat Mustahil Allah Yang Nafsiyah dan Salbiyah d. Sikap dan Perilaku Cermin Orang Beriman kepada Sifat Mustahil Allah Yang Nafsiyah dan Salbiyah Indikator Pencapaian : a. Menjelaskan pengertian sifat-sifat mustahil Allah b. Hafal sifat sifat mustahil Allah c. Menunjukkan dalil naqli dan aqli tentang sifat-sifat mustahil Allah.
56
d. Menunjukkan cirri-ciri orang yang beriman kepada sifat-sifat mustahil Allah. 4. Bab IV : Perilaku Kehidupan Para Sahabat Sub Pokok Bahasan : a. Kisah Bilal bin Rabah b. Kisah keluarga Yasir c. Pelajaran yang didapat diambil dari kisah keluarga Yasir dan Bilal Indikator pencapaian : a. Menunjukkan sifat dan perilaku baik dari kehidupan para sahabat Bilal bin Rabah dan Amar bin Yasir dan tokoh lainnya. b. Mengidentifikasi nilai-nilai yang patut diteladani dari sahabat Bilal bin Rabah dan Amar bin Yasir dan tokoh lainnya. c. Mencotoh nilai-nilai yang patut diteladani dari sahabat Bilal bin Rabah dan Amar bin Yasir dan tokoh lainnya. d. Terbiasa meneladani sifat dan perilaku para sahabat Bilal bin Rabah dan Amar bin Yasir dan tokoh lainnya.
57
BAB III IMPLEMENTASI PENILAIAN PILIHAN GANDA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VII DI MTs NEGERI JETIS PONOROGO A. Paparan Data Umum 1. Sejarah Berdirinya MTs Negeri Jetis Ponorogo Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis Ponorogo berdiri pada tahun 1979 yang merupakan peralihan PGA 6 tahun yang dirubah menjadi PGA 3 tahun, yang terletak di Desa Karanggebang tepatnya di komplek masjid Karanggebang Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo yang menjabat Kepala Madrasah pada waktu itu adalah Bapak Jubairi Masykur. Pada awal-awal berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis Ponorogo yang betempat di lokasi masjid Karanggebang dan belum memiliki gedung sendiri, sifatnya masih menempati rumah-rumah penduduk. Karena saat itu pemerintah belum memberikan fasilitas gedung dan peralatan lainnya untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar, karena untuk memperoleh bantuan gedung dari pemerintah harus memiliki sebidang tanah yang luasnya minimal sekitar 500 m². Kemudian pada perjalanan berikutnya yakni tahun 1979m, MTs Negeri Jetis Ponorogo yang dipimpin oleh Bapak Drs, Zainun Shofwan berusaha untuk mempunyai gedung sendiri. Dengan perjuangan yang cukup melelahkan Bapak Zainun Shofwan mengadakan musyawarah dengan para guru dan pengurus BP3 akhirnya disepakati untuk membeli sebidang tanah milik Ibu Kinil yang berada di Desa Josari Kecamatan Jetis Kabupaten
58
Ponorogo seluas kurang lebih 4.200m². Kemudian pada tahun 1984 MTs Negeri Jetis Ponorogo mengajukan DIP dan disetujui DIP tersebut, akhirnya pada tahun yang sama dapat membangun gedung di lokasi tanah yang ada dengan tiga ruang belajar, satu ruang Kepala Madrasah, kamar mandi dan WC serta sebuah gedung untuk kelas. MTs Negeri Jetis Ponorogo mulai menempati gedung baru di Desa Josari Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo tersebut pada tanggal 31 Oktober 1985 sampai sekarang. Adapun pejabat kepala madrasah yang pernah memimpin MTsN Jetis Ponorogo sejak awal berdirinya sampai sekarang adalah :
1. Tahun 1979 - 1986 : Drs. Zainun Shofwan 2. Tahun 1986 - 1993 : Kustho, BA 3. Tahun 1993 - 1999 : Chozin, SH 4. Tahun 1999 - 2002 : Drs. Imam Asj'ari, SH 5. Tahun 2002 - 2006 : Drs. Muhammad Kholid, MA 6. Tahun 2006 - 2009 : H. Imam Sjafi'i, S.Pd, M.Si 7. Tahun 2009 - Sekarang : H. Wiyono, S.Pd.I M.Si
59
2. Letak Geografis MTs Negeri Jetis Ponorogo berada di Desa Josari Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur, kurang lebih sekitar 8 km dari jantung kota Kabupaten Ponorogo. Walaupun letak madrasah ini berada di luar kota akan tetapi sarana transportasi untuk menuju ke lokasi tersebut sangat mudah. Fasilitas-fasilitas kendaraan umum untuk jurusan Ponorogo Trenggalek melewati jalan tersebut. Lokasinya jauh dari kebisingan atau polusi pabrik, karena berada di tengah sawah yang agak jauh juga dengan perumahan penduduk desa. Dengan kondisi ini justru terdapat nilai positif untuk penyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, antara lain : membuat situasi belajar yang tenang, siswa tidak berkeliaran keluar lokasi sekolah karena jarak antara lokasi dengan jalan raya kurang lebih sekitar 1 km. Letak Desa Josari Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo dikelilingi oleh desa-desa lain yang sangat berdekatan, yaitu untuk : a. Sebelah timur oleh Desa Jetis Kecamatan Jetis b. Sebelah selatan oleh Desa Tempel Kecamatan Jetis c. Sebelah barat oleh Desa Turi Kecamatan Jetis d. Sebelah utara oleh Desa Winong Kecamatan Jetis
3. Visi. Misi dan Tujuan Madrasah a. Visi Madrasah
60
“Terwujudnya generasi muslim yang berkualitas, cerdas, terampil dan berakhlak mulia” Indikator-indikatornya : 68 1) Menjadikan ajaran-ajaran dan nilai-nilai islam sebagai pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup dalanm kehidupan sehari-hari. 2) Memiliki daya saing dalam prestasi ujian nasional (UN). 3) Memiliki daya saing dalam prestasi seni dan olah raga. 4) Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan. 5) Memiliki kemandirian, kemampuan beradaptasi di lingkungannya. 6) Memiliki lingkungan madrasah yang nyaman dan kondusif untuk belajar. b. Misi Madrasah Bertolak dari visi dan indikator-indikatornya tersebut diatas, maka misi dari Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis Ponorogo adalah sebagai berikut:69 1) Meningkatkan kwalitas pendidikan. 2) Meningkatkan siswa-siswi yang berbudi luhur, berakhlak mulia dan islami.
68 69
Profil Madrasah Tsanawiyah Jetis Ponorogo tahun 2008/2009. Profil Madrasah Tsanawiyah Jetis Ponorogo tahun 2008/2009.
61
3) Mengembangkan minat dan bakat siswa-siswi sesuai dengan poitensi yang dimiliki. 4) Meningkatkan siswa-siswi yang terampil, suka belajar, bekerja dan suka beribadah. 5) Meningkatkan siswa yang ber IMTAQ dan IPTEK.
c. Tujuan Madrasah Bertolak dari visi dan misi diatas maka perlu dirumuskan tujuan Madrasah sanawiyah Negeri Jetis Ponorogo secara umum adfalah sebagai berikut : 70 1) Mencipatakan suasana Madrasah yang islami. 2) Menjadikan
SDM
lulusan
yang
berkualitas,
mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki.
4. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana dan prasarana adalah merupakan salah satu komponen yang mempunyai andil besar dalam proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Tanpa didukung oleh sarana prasarana
70
Ibid;
62
yang memadai tidak mungkin tujuan pendidikan tersebut dapat diraih dengan sempurna. Untuk mendukung proses belajar mengajar di MTs Negeri Jetis Ponorogo memiliki sejumlah sarana dan prasarana antara lain berupa: emppat gedung untuk kelas, sau ruang kepala madrasah, satu ruang tata usaha, satu ruang UKS, satu ruang koprasi, satu ruang guru, satu uang perpustakaan. Selain ruang-ruang tersebut juga ada beberapa MCK dan sebuah masjid untuk sarana ibadah juga sekaligus sebagai sarana praktek mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. Untuk mendukung proses belajar mengajar siswa MTs Negeri Jetis Ponorogo memiliki ruang perpustakaan sendiri yang berkurang 8x9 m, yang dilengkapi koleksi buku-buku mata pelajaran dan bacaan untuk guru dan murid.71
5. Struktur Organisasi Sekolah
Pengorganisasian merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam menejemen. Keberhasilan sebuah menejemen pendidikan juga ditentukan oleh pengorganisasian yang terstruktur dengan sistem yang baik, karena di dalam organisasi pembagian kerja dapat dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. 71
Lihat transkrip dokumentasi koding : 05/D/F-4/20-VII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
63
untuk mengetahui tentang struktur organisasi yang dibentuk oleh MTs Negeri Jetis Ponorogo, beserta fungsi dan tugasnya dapat diketahui sebagai berikut: 72 a. Kepala Madrasah / Sekolah Kepala madrasah adalah seorang yang membawahi keseluruhan pengelolaan madrasah. Kepala madrasah berfungsi sebagai educator, menager, administrator, supervisor, leader, inovator dan monivator. Sehingga kepala madrasah merupakan penanggung jawab pelaksanaan administrator madrasah. b. Wakil Kepala Madrasah Wakil kepala madrasah bertugas membantu kepala sekolah baik urusan ke dalam maupun ke luar. Apabila kepala sekolah berhalangan maka wakil kepala sekolah yang bertanggung jawab atas fungsi dan tugas kepala sekolah. c. Badan Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan (BP3) Bertugas turut serta mensukseskan kelancaran proses pendidikan dan pengajaran. d. Bagian Kurikulum Ruang lingkup bagian kurikulum ini mencakup kegiatan proses pembelajaran baik kurikuler ekstra kurikuler maupun pengembangan
72
Lihat transkrip dokumentasi koding : 01/D/F-1/24-V/20092009 dalam lampiran laporan hasil penelitian. .
64
kemampuan guru serta pelaksanaan penilaian belajar mengajar madrasah. e. Bagian Perpustakaan Bertugas mengurusi buku-buku baik buku mata pelajaran maupun buku-buku bacaan yang lainnya. Serta mengatur jadwal peminjaman dan pengembalian buku khususnya bagi siswa. f. Bagian Kesiswaan Bertugas untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan, seperti arahan, nasehat, memberikan spirit dan dorongan terhadap siswa.
g. Bagian Tata Usaha Bertugas untuk melaksanakan seluruh administrasi sekolah, keuangan sekolah dan segala urusan yang berkaitan dengan ketatausahaan, contoh mencatat, mengarsip surat keluar maupun masuk. h. Wali Kelas Bertugas untuk mengelola kelas baik teknik maupun teknis edukatif dan juga memberikan bahan masukan kepada bagian pembimbing tentang siswa yang ada di kelasnya. Wali kelas juga sebagai bapak atau ibu kelas sehingga mereka juga merupakan tempat berbagi rasa dalam siswa mengajukan permasalahan pribadi maupun permasalahan kelasnya.
65
i. Tenaga Pendidikan Tenaga pendidikan bertanggung jawab secara administrasi atas terselenggaranya proses belajar mengajar, serta bertugas membimbing dan mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan. Untuk mengetahui tentang mekanisme kerja dan fungsi organisasi sekolah di MTs Negeri Jetis Ponorogo dapat dilihat lampiran.73
B. Paparan Data Khusus 1. Data Tentang Sistem Penilaian Pilihan Ganda Pada Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII di MTs Negeri Jetis Ponorogo Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis Ponorogo adalah termasuk sebuah lembaga pendidikan Islam yang dijadikan sebagai tempat diselenggarakannya proses pembelajaran bagi anak didiknya. Tetapi dalam kenyataannya masih banyak ditemukan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran yang setiap hari dilalui, misalnya pada penilaian yang dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik atau perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas.
Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, 73
Ibid;
66
guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri. Pilihan ganda adalah alat penilaian yang seringkali digunakan guru, apalagi dalam ujian semester. Seorang guru harus membuat penilaian pilihan ganda ini dengan penilaian yang membuat siswa berpikir. Ibu Hj. Supri Handayani, S.Ag menyatakan bahwa :74 “Soal pilihan ganda untuk saat ini diharuskan berbentuk soal yang memiliki tipe penalaran, analisa hingga pemahaman. Jadi tidak boleh lagi penilaian pilihan ganda berupa hafalan`` Bentuk ini sangat tepat digunakan untuk ujian berskala besar yang hasilnya harus segera diumumkan, seperti ujian nasional, ujian akhir sekolah, dan ujian seleksi pegawai negeri. Soal pilihan ganda dapat diskor dengan mudah, cepat, dan memiliki objektivitas yang tinggi, mengukur berbagai tingkatan kognitif, serta dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas dalam suatu tes. Penilaian pilihan ganda masih banyak yang cocok bila digunakan dalam materi Aqidah Akhlak contohnya seperti dikatakan ibu Supri Handayani tersebut: "Alat penilaian pilihan ganda ini masih digunakan dalam materi Aqidah Akhak karena materi seperti dalam materi Aqidah Akhlak bab I, diantaranya: sifatsifat wajib Alloh, sifat-sifat mustahil bagi Alloh dan sifat-sifat jaiz bagi Alloh, itu kan siswa harus hafal mbak, jadi materi ini cocok bila menggunakan pilihan ganda"75
Penilaian pilihan ganda ini digunakan dikelas karena untuk menyesuaikan siswa yang baru masuk Madrasah Tsanawiyah dari Sekolah 74 . Lihat transkrip wawancara koding 02/1-W/F-2/14-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 75 75 Lihat transkrip wawancara koding 01/1-W/F-1/10-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
67
Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah yang biasanya masih sering menggunakan alat penilaian berupa pilihan ganda. Ibu Supri Handayani juga menjelaskan bahwa:76 "o..ya mbak alat penilaian seperti ini biasanyakan di SD/MI masih sering digunakan, jadi walaupun tidak setiap hari saya masih menggunakan alat penilaian seperti ini"
Alat penilaian ini sering digunakan di MTs Negeri Jetis Ponorogo ketika ulangan ataupun ujian semester. Hasil penilaian sangat berguna bagi guru, siswa juga orang tua. Sesuai tujuan penilaian bahwasannya penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tak langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk menilai sejauh mana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai misalnya jenis penilaian pilihan ganda. Agar penilaian lebih baik harus sesuai dengan penyusunannya, seperti halnya dikatakan Ibu Tatik (Kepala Tata Usaha) bahwasannya:77 “Pilihan ganda yang baik itu harus sesuai dengan cara penyusunannya, banyak kan mbak yang harus diperhatikan dalam membuat soal, ya salah satunya soal pilihan ganda.”
Dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Negeri Jetis Ponorogo penilaian pilihan ganda saat ini digunakan untuk melihat kemampuan siswa secara kognitif. Penilaian pilihan ganda ini sering digunakan dalam ujian semester juga dalam ulangan setiap hari.
76 Lihat transkrip wawancara koding 01/1-W/F-1/10-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 77 Lihat transkrip wawancara koding 04/2-W/F-2/5-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
68
2. Data Tentang Bagaimana Guru Aqidah Akhlak Menerapkan Penilaian Pilihan Ganda Pada Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII di MTs Negeri Jetis Ponorogo. Soal pilihan ganda merupakan bentuk soal yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disedikan. Kontruksinya terdiri dari pokok soal dan pilihan jawaban. Pilihan jawaban terdiri atas kunci dan pengecoh. Kunci jawaban harus merupakan jawaban benar atau paling benar sedangkan pengecoh merupakan jawaban tidak benar,
namun
daya
jebaknya
harus
berfungsi,
artinya
siswa
memungkinkan memilihnya jika tidak menguasai materinya. Ibu Siti Fathul Jannah, S.Pd bagian kurikulum menyatakan bahwa:78 “Begini ya mbak seorang guru membuat penilaian berupa tes pilihan ganda, sebisa mungkin bentuk penilaian yang berupa pertanyaan singkat itu dapat membuat siswa kreatif. Selain itu jawaban pilihan-pilihan pada soal pilihan ganda harus bersifat menjebak siswa. Sehingga siswa diajak untuk berpikir analitis sebelum menjawab suatu soal”
Bagi guru, hasil penilaian tidak hanya digunakan untuk memberikan pertanggung-jawaban secara obyektif kepada atasan ataupun sekedar bahan nilai raport. Namun penilaian dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk melakukan instrospeksi diri terhadap proses pembelajaran yang baru saja berlangsung. Bagi siswa, hasil penilaian dapat dijadikan alat untuk memotivasi siswa tersebut agar lenih giat dalam 78
penelitian.
Lihat transkrip wawancara koding 02/2-W/F-2/17-V/2009 dalam lampiran laporan hasil
69
proses pembelajaran berikutnya. Selain itu, dari hasil penilaian siswa mendapatkan informasi tentang seberapa jauh tingkat penguasaan bahan pelajaran yang diberikan guru. Bagi orang tua, dengan mengetahui hasil belajar siswa (anaknya) orang tua dapat turut berpartisipasi dan mengambil langkah yang tepat dalam memberikan bimbingan dan bantuan serta dorongan bagi putraputrinya. Selain itu dengan informasi hasil penilaian yang benar, orangtua dapat secara akurat mengetahui kemampuan, kekurangan dan kedudukan siswa secara riil di kelasnya. Seorang guru dalam membuat penilaian salah satunya
penilaian yang berbentuk pilihan ganda harus bisa sekreatif
mungkin. Seperti dikatakan Ibu Supri Handayani guru mata pelajaran Aqidah Akhlak MTs Negeri Jetis Ponorogo.79 “Nah disinilah mbak, kreatifitas seorang guru dalam membuat soal berbentuk pilihan ganda, mulai dari bentuk soal, lalu jawaban pilihan-pilihannya harus diusahakan setipe. Artinya membuat siswa harus berpikir ulang dalam memilih jawaban pilihan tersebut. Jadi ada unsur hafalan yang disertai penalaran. Sehingga bisa diketahui apakah siswa tersebut sudah memahami pelajaran yang diujikan atau belum.”
Setiap penilaian dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam penerapannya akan terdapat kelebihan dan kekurangan. Demikian halnya dengan penerapan penilaian pilihan ganda pada pembelajaran Aqidah Akhlak di MTsN Jetis Ponorogo juga terdapat kelebihan dan kekurangannya. Ibu Supri Handayani mengatakan:80 “Begini ya mbak, kan banyak to variasi-variasi bentuk soal pilihan ganda, saya sebisa mungkin membuat soal dengan menggunakan variasi-variasi soal pilihan ganda tersebut”
79
Lihat transkrip wawancara koding 02/1-W/F-2/14-V/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian. 80
penelitian.
Lihat transkrip wawancara koding 08/2-W/F-1/20-X/2009 dalam lampiran laporan hasil
70
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan maka dengan melihat hasilnya guru mengetahui kelemahan siswa. dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosa kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya. Dalam pembelajaran Aqidah Akhlak seorang guru menggunakan macam-macam dari variasi penyusunan soal pilihan ganda untuk menyiasati kelemahan-kelemahan bentuk pilihan ganda. Disini guru Aqidah Akhlak tidak menggunakan penilaian pilihan ganda pada setiap materi, tetapi memilih materi mana yang cocok dengan penilaian pilihan ganda tersebut terutama pada tes harian. Seperti halnya diterangkan oleh guru Aqidah Akhlak Ibu Supri handayani ini :81 “Iya mbak, saya selalu menggunakan penilaian ini untuk middle semester dan semester I, tapi kalau untuk tes setiap hari saya menyesuaikan materi, saya pilihpilih mana yang cocok untuk penilaian pilihan ganda. contohnya ya mbak ini bab I sifat-sifat Allah, ini harus menghafal, trus bab II sifat-sifat wajib Allah, ini siswa juga harus menghafal, dan dab bab-bab seterusnya saya pilih-pilih untuk menggunakan pilihan ganda. Ini mbak lihat bab IV ini sifatnya lebih menganlisis, jadi seperti ini tidak cocok untuk pilihan ganda”.
Setiap alat penilaian pasti ada kelebihan juga kekurangan, misalnnya alat penilaian berupa tes pilihan ganda, kelebihan tes ini di antaranya, kemudahan dalam koreksi, menghemat waktu untuk koreksi, mudah dianalisis daya pembeda butir soal maupun tingkat kesukaran soal.
81
penelitian.
Lihat transkrip wawancara koding 07/2-W/F-2/20-V/2009 dalam lampiran laporan hasil
71
Pekerjaan siswa sederhana karena hanya ada satu pilihan jawaban yang benar, variasi soal lebih banyak meskipun memiliki indikator yang sama, waktu yang digunakan untuk tes juga lebih singkat. Di samping banyak kelebihannya, soal pilihan ganda juga banyak memiliki kelemahan. Yang utama adalah siswa dapat mengerjakan berdasarkan gambling belaka. Hasil yang baik belum menjamin kemampuan siswa yang sesungguhnya, karena guru tidak mengetahui proses berpikir siswa. Pembuatan soal juga memerlukan waktu lama karena
jumlah
soal
pilihan
ganda
biasanya
banyak.
Kesulitan dalam membuat pengecoh terjadi karena ketidakcermatan membuat pengecoh. Hal ini akan membuat siswa mudah menebak jawabannya. Ibu Hj. Supri Handayani, S.Ag menyatakan bahwa : 82 “ Gini mbak ya, biasanya anak-anak itu suka dengan alat penilaian seperti ini, karena mudah dan cepat untuk menyelesaikan, disini kelebihannya sedangkan kelemahannya mudah nyontek, seperti itu bagi siswa. Tapi bagi guru kelebihannya mudah membuatnya juga cepat menyelesaikan koreksi, kelemahannya kadang bingung mbak membuat soal dan jawaban yang bisa mengecoh siswa”
Penilaian pilihan ganda merupakan bentuk soal yang seringkali digunakan guru. Bahkan Ujian Nasional pun menggunakan bentuk soal ini, dikarenakan banyak kelebihan yang dimilikinya. Kelebihan tersebut di antaranya, kemudahan dalam koreksi, menghemat waktu untuk koreksi. Hasil yang baik belum menjamin kemampuan siswa yang sesungguhnya, karena guru tidak mengetahui proses berpikir siswa. Pembuatan soal juga memerlukan waktu lama karena jumlah soal pilihan ganda biasanya 82
penelitian.
Lihat transkrip wawancara koding 02/1-W/F-2/14-V/2009 dalam lampiran laporan hasil
72
banyak. Hal ini sama dengan yang dikatakan ibu Supri Handayani bahwasannya:83 “Sebenarnya ya mbak, pembuatan jenis penilaian seperti ini itu sulit dan membutuhkan waktu lama, dan Soal-soal dalam bentuk pilihan ganda ini membuat siswa sering memilih jawaban dengan penuh keberuntungan tanpa harus bersusah payah memeras otak. Apalagi bila jawaban soal itu ternyata mudah, cukup untuk menyilang atau melingkari huruf yang dianggap benar. Ini termasuk dari kelemahan jenis penilaian pilihan ganda mbak.”
Dalam penilaian ini segi pembiayaan juga tidak murah, karena dibutuhkan banyak kertas. Guru juga sulit mengujikan tingkatan kognitif tinggi seperti analisis dan sintetis karena tidak mudah menyajikannya dalam bentuk pilihan ganda. Di samping itu, guru yang mengajar di banyak kelas juga harus membuat soal dalam beberapa tipe, agar tidak terjadi kebocoran soal. Jadi, setiap penilaian pasti ada kelebihan dan kekurangan salah satunya penilaian pilihan ganda. Dengan data di atas dapat dilihat bahwasannya kelebihan penilaian pilihan ganda di MTs Negeri Jetis Ponorogo bagi siswa mudah mengerjakan soal dengan cepat dan bagi guru mudah mengoreksi, sedangkan kekurangannya siswa menebak-nebak jika tidak dapat menjawab.
83
Lihat transkrip wawancara koding 08/2-W/F-1/20-X/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
73
BAB IV ANALISA KRITIS TENTANG SISTEM PENILAIAN PILIHAN GANDA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VII DI MTs NEGERI JETIS PONOROGO
A. Analisa Kritis Tentang Sistem Penilaian Pilihan Ganda Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII Di MTs Negeri Jetis Ponorogo Banyak
orang
mencampuradukkan
pengertian
antara
evaluasi,
pengukuran (measurement), tes, dan penilaian (assessment), padahal keempatnya memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan den-gan keputusan nilai (value judgement). Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau keterca-paian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang siswa. Pengu-kuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang siswa telah menca-pai karakteristik tertentu.
74
Sudah dapat dipastikan bahwa tidak seorang pun guru yang mengajar yang tidak melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswanya. Sebab menilai hasil belajar siswa menjadi bagian dari tugasnya sebagian pengajar. Penilaian mungkin dilakukan oleh guru sebelum pengajaran dimulai. Penilaian yang dilakukan oleh guru, sangat bervariasi pelaksanaanya. Ada guru yang sengaja mempersiapkannya dengan baik dalam hal menentukan apa yang seharusnya dinilai, bagaimana penilaian itu harus dilakukan dan tindakan apa yang dilakukan setelah penilaian itu dilaksanakan. Namun ada pula guru yang melaksanakan penilaian tersebut semata-mata untuk memenuhi kelengkapan tugas mengajarnya, bahkan tidak peduli apapun hasil tindakan hasil penilaian yang dilaksanakannya. Bagi guru profesioanal hasil penilaian yang telah dilakukan justru menjadi batu uji bagi keberhasilan dirinya sebagai pengajar. Ia selalu tidak puas dengan hasil belajar yang dicapai siswanya, sehingga hasil penilaian itu selalu dikaji untuk mencari usaha dan cara baru dalam tindakan mengajarnya agar diperoleh hasil belajar siswa yang lebih baik. Mengajar sebaiknya dimulai dari hasil penilaian sebelumnya, artinya dimulai dari apa yang telah dicapai siswa , bukan dari apa yang seharusnya dipelajri siswa. Ini berarti guru harus memanfaatkan hasil-hasil penilaian yang telah dilakukannya. Dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak, guru Aqidah Akhlak MTsN
Jetis
Ponorogo,
menggunakan
berbagai
upaya
agar
tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal, sehingga anak didik selain
75
cakap dalam konstektualnya juga mampu menginternalisasikan Aqidah Akhlak dalam kehidupannya, sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya juga masyarakat. Untuk melihat tercapai tidaknya pembelajaran Aqidah Akhlak guru melakukan penilaian. Penilaian sangat bermanfaat bagi guru terutama penilaian hasil belajar. Data hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa. Oleh karena itu, perlu dicatat secara teratur dalam catatan khusus mengenai kemajuan siswa. Hasil penilaian juga dapat digunakan untuk memahami para siswanya terutama prestasi dan kemampuan yang dimilikinya. Hasil penilaian proses belajar mengajar sangat bermanfaat bagi guru, siswa, dan kepala sekolah. Bagi guru dapat mengetahui kemampuan dirinya sebagai pengajar baik kekurangan maupun kelebihannya. Guru juga dapat mengetahui pendapat dan aspirasi para siswanya dalam berbagai hal yang berkenaan dengan proses belajar mengajar dan dapat memperbaiki serta menyempurnakan kekurangannya dan mempertahankan atau meningkatkan kelebihan-kelebihannya. Demikian juga bagi siswa, hasil penilaian mengenai cara belajar, kesulitan belajar, dan hubungan sosial dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan upaya dan motivasi belajar yang lebih baik. Ciri utama penilaian adalah adanya program, yang dinilai dan adanya suatu
kriteria
dalam
menentukan
atau
menetapkan
keberhasilan
penilaian.penilaian tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan, tetapi juga sebagai bahan dalam melakukan perbaikan program. Jenis penilaian dapat dilihat atau dibedakan dari berbagai
76
segi, antara lain dari fungsinya, alat yang digunakan, kualitasnya, sifatsifatnya dan penyajiannya. Penilaian hasil belajar mengisyaratkan hasil belajar sebagai program atau objek yang menjadi sasaran penilaian. Hasil belajar sebagai objek penilaian pada hakekatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional karena isi rumusan tujuan instruksional menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil belajar sebagai objek penilaian mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang salin berkaitan. Jadi ketiga ranah tersebut penting diketahui oleh guru dalam rangka merumuskan tujuan pengajaran dan menyusun alat-alat penilaian, baik melaui tes maupun bukan tes. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di MTs Negeri Jetis Ponorogo ini, system penilaian pilihan ganda masih digunakan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis Ponorogo, karena untuk mengetahui seberapa jauh siswa menerima pembelajaran selama dikelas salah satunya kelas VII Madrasah Tsanawiyah secara kognitif. Selain itu kelas VII adalah kelas yang baru, dimana sebelumnya masih banyak menggunakan penilaian bentuk pilihan ganda di kelasnya dalam ulangan harian. Jadi walaupun tidak setiap hari untuk menyesuaikan dikelasnya, guru masih menggunakan penilaian bentuk pilihan ganda ketika melaksanakan tes.
77
Dan alasan penilaian pilihan ganda masih digunakan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak karena masih banyak materi Aqidah Akhlak yang berupa hafalan, contohnya dalam materi Aqidah Akhlak bab I, terdapat pokok bahasan diantaranya: sifat-sifat wajib Allah, sifat-sifat mustahil bagi Allah dan sifat-sifat jaiz bagi Allah. Dalam materi ini salah satu indikator pencapaiannya adalah hafal sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz Alloh. Penilaian materi-materi tersebut lebih cocok menggunakan penilaian bentuk pilihan ganda karena sifatnya menghafal tidak menganalisis.
B. Analisa Kritis Tentang Guru Aqidah Akhlak Dalam Menerapkan Penilaian Pilihan Ganda Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII Di Mts Negeri Jetis Ponorogo Salah satu tugas guru adalah
melakukan serangkaian tes yang
berguna untuk mendapatkan informasi seberapa jauh suatu kompetensi telah dikuasai siswa. Lalu siswa mana saja yang belum memenuhi syarat
78
ketuntasan sesuai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Secara umum dalam membuat soal harus terpenuhi aspek–aspek sebagai berikut:84
Pertama valid, yaitu jika mampu mengujikan kompetensi yang tepat, terpenuhinya unsur urgensi yang diartikan sebagai materi yang secara teoretis harus dikuasai siswa. Kontinuitas yaitu kompetensi yang diujikan merupakan pendalaman materi sebelumnya, memiliki relevansi dengan bidang lain serta memiliki keterpakaian tinggi dalam kehidupan sehari–hari, serta butir tes dapat diukur. Kedua, harus terpenuhi syarat reliable. Yaitu butir tes memberikan hasil konsisten.
Ketiga adalah fair. Artinya soal disusun dengan jujur, seimbang dan terorganisasi. Jujur dimaksudkan sebagai soal dengan tingkat kesukaran sesuai kemampuan anak serta sesuai dengan kompetensi yang diajarkan. Seimbang dimaksudkan sebagai kesesuaian waktu dengan banyaknya soal, menyusun soal dari mudah ke sulit serta mengurutkan tingkat kognitif yang diinginkan. Terorganisasi maksudnya soal memiliki petunjuk pengerjakan yang jelas, penampilan soal yang mudah dibaca dan tampak dibuat dengan profesional. Keempat adalah transparan, artinya soal memuat kejelasan apa yang diujikan serta bagaimana penskorannya. Dan aspek terakhir adalah otentik, bahwa hasil tes benar–benar hasil kerja siswa.
84
Nasution, M.A, Didaktik Asas-asas Mengajar (Bandung : Jemmars), 169-171.
79
Dalam penilaian hasil belajar, guru memang harus memperhatikan melalui beberapa pertimbangan yaitu secara kognitif adalah pertimbangan yang mencakup kecerdasan bahasa dan logika yang dimiliki oleh peserta didik, secara afektif yaitu sikap dan nilai kecerdasan emosional peserta didik, dan psikomotor yaitu keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik,dsb. jadi guru harus berhati-hati dalam menentukan penilaian hasil belajar, sebab penilaian tersebut tidak hanya sekedar nilai tapi juga sebagai evaluasi dan motivasi bagi guru dan juga peserta didik. Penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta
didik,
mendiagnosa
kesulitan
belajar,
memberikan
umpan
balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui
penilaian
dapat
diperoleh
informasi
yang
akurat
tentang
penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri. Penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tak langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk menilai sejauh mana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, salah satunya tes pilihan ganda.. Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis seorang guru menggunakan alat panilaian bentuk pilihan ganda dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, untuk
80
mengetahui kepahaman siswa. Sehingga seorang guru tidak membuat soal yang mudah ditebak dan dihafal siswa, tapi guru membuat soal yang membuat siswa tersebut lebih berfikir mana jawaban yang harus dipilih, jadi soal-soal yang dibuat harus mengecoh jawaban. Jadi, tujuan penilaian adalah memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik dilihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik. Penilaian berbentuk pilihan ganda merupakan menu favorit para siswa pada umumnya dimana saja berada, karena jika tidak belajar, bisa ambil jalan pintas dengan cara tebak kancing atau meminta jawaban dari teman berupa kode-kode. Guru dalam membuat soal jenis penilaian pilihan ganda terkadang tidak membuat siswa befikir lebih, karena jawaban yang ada sama diantara nomor 1 hingga 5 dan seterusnya.
Proses belajar mengajar sangat erat kaitannya dengan prestasi siswa dan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi Aqidah Akhlak yang telah disampaikan guru dan hasil prestasinya diperlukan alat ukur yaitu penilaian. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Setiap penggunaan suatu penilaian, pasti ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Begitu juga dengan penggunaan penilaian yang berbentuk pilihan ganda. Ada beberapa langkah didalam penerapannya. Masing-masing guru didalam menerapkan suatu penilaian dalam pembelajaran mempunyai
81
cara sendiri-sendiri. Begitu pula guru Aqidah Akhlak di MTs Negeri Jetis Ponorogo, mereka juga mempunyai langkah sendiri dalam menerapkan suatu penilaian. Dalam penilaian ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut: 85 1. Penilaian dapat dilakukan melalui tes dan nontes 2. Penilaian mencakup tiga aspek kemampuan yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan 3. Menggunakan berbagai cara penilaian ketika kegiatan belajar sedang berlangsung
misalnya melalui observasi, mendengarkan, mengajukan
pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa dan memberikan tes. 4. Penilaian alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan indikator hasil belajar 5. Mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian yaitu sebagai umpan balik, memberikan informasi tentang kemauan belajar siswa 6. Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreativitas siswa misalnya tes tulis berbentuk pilihan ganda. 7. Mengacu pada prinsip diferensiasi atau keberagaman kemampuan siswa 8. Tidak bersifat diskriminasi melainkan adalah bagi semua siswa. Untuk mengetahui hasil prestasi siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak guru melakukan tes salah satunya tes pilihan ganda, untuk mengetahui pemahaman siswa selama pembelajaran.
85
Etin Solihatin, Raharjo, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007) 49
82
Dalam setiap penilaian mempunyai kekurangan juga kelebihan termasuk penilaian yang berbentuk pilihan ganda. Dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Negeri Jetis Ponorogo, penilaian yang berbentuk pilihan ganda juga mempunyai kelebihan salah satu diantaranya untuk guru mudah dalam mengoreksi sedangkan salah satu kekurangannya adalah siswa mudah menyontek, tidak bisa menjawab soal siswa bisa tebak kancing dan sebagainya. Penilaian pilihan ganda dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Negeri Jetis ini khususnya kelas VII menguntungkan para Guru dalam mengoreksi soal, sedangkan hasil tes atau hasil kemampuan para siswa dapat terganggu oleh kemampuan membaca dan terkaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di MTs Negeri Jetis Ponorogo guru sudah melaksanakan penilaian pilihan ganda dengan baik maksudnya guru membuat soal sesuai dengan penyusunannya dengan penuh teliti, karena agar siswa dapat berfikir dalam mengerjakan soal tidak asal menebak dan guru membuat penilaian pilihan ganda sesuai materi, lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
No
Tabel 4.1 : Kesesuaian materi Aqidah Akhlak kelas VII Madrasah TsanawiyahNegeri jetis Ponorogo dalam menggunakan penilaian pilihan ganda Materi Kesesuaian materi Keterangan dengan penilaian pilihan ganda
83
1
2
Bab I : Sifat-Sifat Allah Sub Pokok Bahasan : d. Sifat-Sifat Bagi Allah e. Sifat-Sifat Mustahil Allah f. Sifat-sifat Jaiz Allah
Materi ini tepat menggunakan system penilaian Bagi pilihan ganda
Dalam materi ini guru Aqidah Akhlak menggunakan penilaian pilihan ganda karena sifatnya banyak menghafal Bab II : Sifat-sifat wajib Allah Materi ini tepat Dalam materi ini menggunakan guru Aqidah (Nafsiyah dan Salbiyah) system penilaian Akhlak Sub Pokok Bahasan : pilihan ganda menggunakan a. Sifat-sifat Nafsiyah Allah penilaian pilihan b. Sifat-sifat Salbiyah Allah ganda karena c. Ciri-ciri orang beriman sifatnya banyak kepada Sifat-sifat Nafsiyah menghafal dan Sifat-sifat Salbiyah Allah
3
Bab III : Sifat-Sifat Mustahil Allah (Yang Nafsiyah dan Salbiyah) Sub Pokok Bahasan : a. Sifat Mustahil Allah Yang Nafsiyah b. Sifat Mustahil Allah Yang Salbiyah c. Ciri-ciri Orang Beriman Kepada Sifat Mustahil Allah Yang Nafsiyah dan Salbiyah d. Sikap dan Perilaku Cermin Beriman kepada Sifat Mustahil Allah Yang Nafsiyah dan Salbiyah
Materi ini tepat menggunakan system penilaian pilihan ganda
Dalam materi ini guru Aqidah Akhlak menggunakan penilaian pilihan ganda karena sifatnya banyak menghafal
4
Bab IV : Perilaku Kehidupan Para Sahabat Sub Pokok Bahasan : c. Kisah Bilal bin Rabah d. Kisah keluarga Yasir e. Pelajaran yang didapat diambil dari kisah keluarga Yasir dan Bilal
Materi ini tidak tepat menggunakan system penilaian pilihan ganda
Dalam materi ini guru Aqidah Akhlak tidak menggunakan penilaian pilihan ganda karena sifatnya lebih menganalisis juga tidak cocok dengan indikator pencapaian materi ini yaitu salah satunya
84
Menunjukkan sifat dan perilaku baik dari kehidupan para sahabat Bilal bin Rabah dan Amar bin Yasir dan tokoh lainnya Dalam tabel diatas dapat dijelaskan bahwa tidak semua materi Aqidah Akhlak kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis Ponorogo menggunakan system penilaian pilihan ganda karena sifatnya tiap-tiap materi tidak sama, jadi disini guru Aqidah Akhlak menyesuaikan materi yang tepat menggunakan penilaian pilihan ganda.
85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1.
Masih banyak materi yang cocok dengan menggunakan sistem penilaian pilihan ganda pada pembelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di MTs Negeri Jetis Ponorogo ,diantaranya: sifat-sifat wajib Alloh, sifat-sifat mustahil bagi Alloh dan sifat-sifat jaiz bagi Alloh. Dalam materi ini salah satu indikator pencapaiannya adalah hafal sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz Alloh. Penilaian materi-materi tersebut lebih cocok menggunakan penilaian bentuk pilihan ganda karena sifatnya menghafal tidak menganlisis.
2.
Tujuan diterapkan penilaian pilihan ganda di MTs Negeri Jetis Ponorogo adalah untuk mengetahui sejauh manakah para siswa memahami kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini seorang guru tidak membuat soal yang mudah ditebak dan dihafal siswa, tapi guru membuat soal yang membuat siswa tersebut lebih berfikir dan tidak menerka-nerka. Kelebihan penilaian pilihan ganda bagi siswa mudah mengerjakan soal dengan
cepat
dan
bagi
guru
mudah
mengoreksi,
sedangkan
kekurangannya siswa menebak-nebak jika tidak dapat menjawab.
86
B. Saran Kepada guru Aqidah Akhlak MTs Negeri Jetis Ponorogo, hendaknya mampu menguasai berbagai macam alat penilaian salah satunya penilaian pilihan ganda yang digunakan dalam proses belajar mengajar dan dalam membuat penilaian pilihan ganda hendaknya menggunakan berbagai cara penyusunan penilaian pilihan ganda sehingga tujuan pembelajaran benar-benar dapat tercapai dan mendapat hasil belajar yang memuaskan.
87
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : bumi Aksara, 1997. ----------. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta: 1998. Darajad, Zakiyah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Bumi Aksara ,1995. Departemen Agama RI, Standar Isi Madrasah Aliyah. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006. Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zaini. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta, cet ke-2, 2002. Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Moleong. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002. Nasution. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars, Tanpa Tahun. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Ilmu Kalam, 2006. Rusyan, Tabrani, dkk. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,1994. Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif . Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006. Slameto. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bina Aksara, 1988. Sudjana, Nana. Penilian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995. Sudjono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada, cet. ke- 3, 2001. Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Albeta, 2006. Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998. Suryosubroto Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta:Rineka Cipta, 1997. Syah, Darwyn.Perencanaan Sistem Pengajaran PAI. Jakarta:PT.Gaung Persada Press, 2007. Thoha, Chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2003. Tola, Burhanuddin, Panduan Penulisan Soal Pilihan Ganda Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas (Jakarta,2007), (On-line), http://pdfsearch-engine.com/PILIHAN%20GANDA-html, diakses 13 Januari 2010. Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta : Ciputat Pers, 2002.