BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi di masa Orde Baru yang sentralistik mengakibatkan terjadinya disparitas kemajuan dan pembangunan di Indonesia. Sebagian daerah di Indonesia mengalami kemajuan dalam pembangunan sedangkan sebagian daerah lain tidak tersentuh oleh pembangunan, terisolasi, tertinggal dan terbelakang. Pemerintah pusat begitu dominan, sedangkan pemerintah daerah hanya sebagai pelaksana dari kehendak pusat. Sebagai implikasi sistem pemerintahan sentralistik ini, menyebabkan pemerintah daerah kehilangan otoritas terhadap pengelolaan sumber daya lokalnya dan kepentingan daerahnya. Lebih jauh wujud dan watak pembangunan daerah menjadi kehilangan jati diri dan keragaman yang telah tumbuh dan berkembang pada masa silam (Baiquni, 2004: 122). Kebijakan pembangunan dan pemerintahan yang sentralistik kemudian berubah menjadi desentralisasi dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang memberi hak dan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri berdasarkan asas desentralisasi. Konteks otonomi daerah ini selanjutnya oleh pemerintah pusat memberikan prioritas pembangunan terutama di wilayah Papua dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua.
Sebagaimana
pelaksanaan
penjelasan
pembangunan
dalam
diarahkan
undang-undang
sebesar-besarnya
tersebut untuk
bahwa
memenuhi
kebutuhan dasar penduduk asli Papua pada khususnya dan penduduk Provinsi
1
Papua pada umumnya dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip pelestarian lingkungan, pembangunan berkelanjutan, berkeadilan, dan bermanfaat langsung bagi masyarakat. Pada hakikatnya pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional tidak lain adalah bertujuan untuk kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan rakyat ini hendaknya dimulai dari pembangunan kampung yang merupakan skup terkecil sekaligus dasar dari keberhasilannya suatu pembangunan secara nasional. Sebagai penjabaran dan bagian dalam upaya pembangunan nasional, Kabupaten Merauke telah menetapkan visi daerah Tahun 2011-2016 yaitu “Merauke Gerbang Andalan Manusia Cerdas dan Sehat, Gerbang Pangan Nasional, Gerbang Kesejahteraan dan Kedamaian Hati Nusantara”. Visi tersebut menyiratkan bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi perhatian utama kepala daerah didukung dengan kecukupan pangan yang tentunya diikuti oleh penguatan ekonomi lokal berbasis pada sumber daya alam yang berkelanjutan karena dikembangkan dalam tataran kesejahteraan masyarakat. Dalam mewujudkan visi pembangunan daerah Kabupaten Merauke, maka dirumuskan misi dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan masyarakat yaitu: 1. meningkatkan sumber daya manusia; 2. meningkatkan derajat dan pelayanan kesehatan masyarakat; 3. mengembangkan
perekonomian
wilayah
kampung,
distrik,
dan
kota
berdasarkan potensi dan kemampuan manusia dan wilayah masing-masing
2
dengan pendekatan pembangunan hijau (performance green development) yang meliputi tanaman pangan, kebun, ternak, ikan, dan hutan; 4. mengembangkan dan menata zona perdagangan dan industri serta jaringan tata niaga dan pasar lokal, institusional, regional, antar pulau, dan internasional; 5. membangun dan memberdayakan kampung melalui pemberian kewenangan pengelolaan keuangan kampung (penyusunan APBD kampung); 6. menata kelembagaan pemerintah kampung, distrik, dan kabupaten sesuai kebutuhan
(pemekaran
wilayah,
penataan
ruang
kawasan,
penataan
kelembagaan dan personalia); 7. meningkatkan dan menata prosedur pelayanan masyarakat secara terpadu yang transparan, efektif, dan efisien, serta dapat dipertanggungjawabkan (good and clean government); 8. membangun, meningkatkan, dan memelihara aksesibilitas wilayah lintas kampung, distrik, dan kota (infrastruktur wilayah). Sesuai dengan visi misi tersebut, maka prioritas pembangunan daerah yang dijalankan salah satunya adalah kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke dengan program Gerakan Pembangunan Kampungku yang selanjutnya disingkat GERBANGKU. Kebijakan program GERBANGKU di Kabupaten Merauke yang merupakan wilayah terpencil, tertinggal, khusus, perbatasan telah menjadi salah satu fokus dan program prioritas dalam rangka persiapan percepatan pembangunan daerah. Masyarakat diberikan keleluasaan untuk bagaimana merencanakan program dan mengerjakannya sendiri melalui dana ratusan juta yang diturunkan. Fokus pembangunan dalam konsep GERBANGKU
3
yang direncanakan dalam APBD berorientasi kepada pertumbuhan dan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Kabupaten Merauke. Konsep program GERBANGKU ini sejalan dengan tema pembangunan nasional yakni memperkuat
perekonomian
domestik
bagi
peningkatan
serta
perluasan
kesejahteraan rakyat.
Distrik Semangga
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Merauke
Sumber Mulia Muramsari Waninggap Kai
Marga Mulia
Distrik Malind
Semangga Jaya
Distrik Tanah Miring
Distrik Semangga Matara Waninggap Nanggo
Kuprik Sidomulyo
Kuper
Urumb
Distrik Merauke
DISTRIK SEMANGGA 0.0 m.
11.2 m.
18.6 m.
37.2 m.
Scale: 1 : 600
Gambar 1.2 Peta Distrik Semangga Kabupaten Merauke
4
Kabupaten Merauke merupakan salah satu kabupaten yang berada pada wilayah Provinsi Papua dengan luas mencapai hingga 46.791,63km2 atau 14,67 persen dari keseluruhan wilayah Provinsi Papua menjadikan Kabupaten Merauke sebagai kabupaten terluas. Secara administratif Kabupaten Merauke terdiri dari 20 distrik, 8 kelurahan dan 160 kampung. Jumlah penduduk Kabupaten Merauke hingga Tahun 2013 yang tersebar di 20 distrik tercatat sebanyak 209.980 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 4,49km2/jiwa. Sebanyak 160 kampung dari 20 distrik ini telah menerima program GERBANGKU sejak pertama kali program ini diluncurkan. Distrik Semangga yang merupakan salah satu distrik yang ada di Kabupaten Merauke terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Merauke Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Distrik Semangga, Distrik Tanah Miring, Distrik Jagebob, Distrik Sota, Distrik Elikobel, Distrik Ulilin dan Distrik Bomakia dan diresmikan pada Tanggal 1 Maret 2003. Letak Distrik Semangga antara 140°.10’- 140°.40’ BT dan 8°.10’- 8°.40’ LS. Adapun batas-batas wilayah Distrik Semangga adalah: 1. sebelah Utara
: Distrik Tanah Miring;
2. sebelah Selatan
: Laut Arafura;
3. sebelah Barat
: Distrik Malind; dan
4. sebelah Timur
: Distrik Merauke.
5
Tabel 1.1 Jumlah Distrik di Kabupaten Merauke, 2013
Kmp
Kel
L
P
Total
Luas (km2)
Kimaam
11
-
3.195
2.898
6.093
4.630,30
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 1,32
2.
Tabonji
9
-
2.494
2.223
5.376
2.868,06
0,99
3.
Waan
8
-
2.705
2.671
4.717
5.416,84
1,64
4.
Ilwayab
4
-
2.870
2.503
5.373
1.999,08
2,69
5.
Okaba
8
-
2.713
2.424
5.137
1.560,50
3,29
6.
Tubang
6
-
1.218
1.134
2.352
2.781,18
0,85
7.
Ngguti
5
-
1.024
946
1.970
3.554,62
0,55
8.
Kaptel
4
-
975
850
1.825
2.384,05
0,77
9.
Kurik
9
-
7.428
6.624
14.052
977,05
14,38
10.
Animha
5
-
1.072
970
2.042
1.465,60
1,39
11.
Malind
7
-
4.909
4.468
9.377
490,60
19,11
12.
Merauke
2
8
49.094
44.905
93.999
1.445,63
75,02
13.
Naukenjerai
5
-
1.026
948
1.974
905,86
2,18
14.
Semangga
10
-
7.262
6.408
13.670
326,95
41,81
15.
Tanah Miring
13
-
9.625
8.280
17.905
1.516,67
11,81
16.
Jagebob
14
-
3.855
3.531
7.386
1.364,96
5,41
17.
Sota
5
-
1.648
1.410
3.058
2.843,21
1,08
18.
Muting
12
-
2.814
2.570
5.384
3.501,67
1,54
19.
Elikobel
12
-
2.184
1.809
3.993
1.666,23
2,40
20.
Ulilin
11
-
2.277
2.020
4.297
5.092,57
0,84
110.388
99.592
209.980
46.791,63
4,49
Jumlah No.
Nama Distrik
1.
Jumlah Penduduk (jiwa)
Total 160 8 Sumber: Merauke Dalam Angka, 2014.
Distrik Semangga merupakan distrik terkecil dengan luas wilayah hanya 326,95km2 atau hanya 0,7 persen dari total luas wilayah Kabupaten Merauke. Namun memiliki jumlah penduduk yang cukup besar yaitu 13.670 jiwa atau 6,5 persen dari total penduduk Kabupaten Merauke. Kepadatan penduduk mencapai 41,81km2/jiwa, yakni urutan terpadat kedua setelah Distrik Merauke yaitu 75,02km2/jiwa. Dengan demikian, Distrik Semangga merupakan distrik dengan kepadatan tertinggi di antara distrik lain yang ada di luar daerah ibukota
6
kabupaten. Tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi dibandingkan distrik lain merupakan salah satu alasan peneliti memilih Kampung Semangga Jaya yang ada di Distrik Semangga sebagai lokasi penelitian. Karena daerah yang cenderung padat memilki kecenderungan tingkat kemiskinan yang tinggi. Tabel 1.2 Kampung di Distrik Semangga Kabupaten Merauke, 2013 Jumlah Penduduk (jiwa) L P Total 1 Matara 292 293 585 2 Waninggap Nanggo 409 370 779 3 Urumb 564 487 1.052 4 Sidomulyo 349 348 698 5 Kuprik 592 592 1.184 6 Kuper 703 495 1.198 7 Semangga Jaya 1.430 1.317 2.747 8 Marga Mulya 1.304 1.120 2.424 9 Waninggap Kai 868 730 1.598 10 Muram Sari 751 656 1.407 Total 7.262 6.408 13.670 Sumber: Distrik Semangga Dalam Angka, 2014. No
Nama Kampung
RW 2 3 3 1 2 2 6 7 4 3 33
Jumlah KK RT 4 150 6 164 6 278 3 187 6 280 5 310 22 706 18 648 16 481 12 344 98 3.548
Berdasarkan tabel di atas, Distrik Semangga terdiri dari 10 kampung, 33 rukun warga (RW), 98 rukun tetangga (RT), dan 3.548 kepala keluarga (KK). Salah satu kampung yang ada adalah Kampung Semangga Jaya dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 2.747 jiwa atau 20,10 persen dari total penduduk Distrik Semangga. Kampung Semangga Jaya terdiri dari 6 RW, 22 RT dan 706 KK. Kampung Semangga Jaya merupakan salah satu kampung yang telah menerima kucuran dana GERBANGKU yaitu Tahun 2011-2012 sebesar Rp200.000.000 kemudian Tahun 2013-2014 meningkat menjadi Rp500.000.000. Dengan jumlah penduduk, RT dan KK terbanyak di antara semua kampung, maka hal ini tentunya berpengaruh pada penerimaan kucuran dana yang dirasakan
7
masyarakat di Kampung Semangga Jaya yang tentunya lebih sedikit menerima manfaat bantuan dana jika dibandingkan dengan kampung lain yang menerima alokasi dana bantuan yang sama besar. Program bantuan dana GERBANGKU telah merangsang dan mendorong kampung dalam rangka percepatan pertumbuhan dan perkembangan daerah melalui berbagai macam kegiatan baik ekonomi maupun sosial budaya. Keberhasilan pembangunan kampung di Kabupaten Merauke ini ditentukan oleh peran serta masyarakat kampung. Pembangunan akan lebih dirasakan apabila telah sesuai dengan kebutuhan dasar masyarakat kampung sendiri. Melalui program GERBANGKU, pembangunan kampung direncanakan, dilaksanakan, dan dipelihara oleh masyarakat kampung secara langsung. Peran serta atau partisipasi masyarakat kampung dalam program pembangunan dapat dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti, mengkaji, dan mencermati “Pendapatan Masyarakat Sebelum dan Sesudah Program Gerakan Pembangunan Kampungku di Kampung Semangga Jaya Distrik Semangga-Kabupaten Merauke”. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pokok pikiran dalam pembangunan ekonomi daerah.
1.2 Keaslian Penelitian Penelitian yang berhubungan dengan berbagai program pembangunan dan pemberdayaan yang telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Beberapa diantaranya dapat dilihat di bawah ini.
8
No
Judul
1.
Conditional Cash Transfer, Schooling, and Child Labor: Micro-Simulating Brazil’s Bolsa Escola Program
Bourguigno, Ferreira, dan Leite (2003)
Evaluasi Dampak Bantuan Modal Usaha Terhadap Peningkatan Pendapatan Nelayan di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan Pelaksanaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Masyarakat di Kabupaten Kebumen (Studi Kasus pada Kecamatan Gombong dan Kecamatan Sruweng) Analisis Dampak Program Rencana Strategis Pembangunan Kampung (RESPEK) di Distrik Bantata Utara Kabupaten Raja Ampat Analisis Dampak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Perekonomian Anggota Simpan
Fahmi (2005)
2.
3.
4.
5.
Peneliti/Tahun
Rianto (2007)
Frans (2011)
Dian (2011)
Metode dan Temuan Alat Analisis Metode 1. Sekitar 40% dari anak deskriptif usia 10-15 yang tidak statistik dan terdaftar di sekolah regersi logit mendaftar sebagai multinominal. respon terhadap program dan di antara rumah tangga miskin proporsi ini bahkan lebih tinggi yaitu 60%. 2. Program Bolsa Escola mengurangi kemiskinan sekitar 1%. Metode 1. Program PEMP mampu deskriptif menigkatkan pendapatan kuantitatif, bersih nelayan sebesar deskripsi 43,10%. kualitatif, dan 2. Program PEMP berjalan uji beda dua efektif dan rata-rata. keberlangsungan dana menjamin cukup tinggi. Regresi logit 1. Variabel BLM ekonomi (logistic produktif P2KP, variabel regression) dan jenis usaha dan variabel regresi linier tempat tinggal berganda (OLS). berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan. 2. Variabel peran pengelola, keberlangsungan usaha, persepsi masyarakat dan tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap kelangsungan dana P2KP. Metode Program RESPEK telah deskriptif berjalan dengan berpegang kualitatif. pada prinsip-prinsip program yang memungkinkan tercapainya tujuan program terhadap penguatan kapasitas masyarakat. Metode Program PNPM-MP deskriptif memiliki dampak yang kualitatif, signifikan terhadap deskriptif peningkatan produksi, kuantitatif, dan penyerapan tenaga kerja, uji beda dua dan penghasilan anggota rata-rata. UEP.
9
6.
7.
Pinjam Usaha Ekonomi Produktif (UEP) di Kecamatan Tangen Kabupaten Sragen Analisis Dampak Pemberian Kredit Untuk Usaha Dagang pada Pendapatan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai
Innovative Features in Poverty Reduction Programme: an Impact Evaluation of Chile Solidario on Households and Children
Sagugurat (2012)
Martorano dan Sanfilippo (2012)
Uji beda dua 1. Adanya perbedaan rata-rata dan pendapatan sebelum dan regresi linier sesudah adanya berganda pemberian kredit. dengan metode 2. Jumlah pinjaman, umur kuadran terkecil dan tingkat pendidikan, (OLS). ketepatan sasaran berpengaruh positif terhadap pendapatan rumah tangga miskin. Namun hanya jumlah pinjaman dan tingkat pendidikan yang berpengaruh secara signifikan. Survey data Program berdampak panel dan signifikan mengangkat evaluasi rumah tangga dari dampak dengan kemiskinan dan tidak menggunakan memiliki efek disinsentif metode pada partisipasi tenaga pencocokan kerja. Untuk anak-anak, (matching). program memberikan kontribusi dalam meningkatkan partisipasi di sekolah bagi yang berusia 6-15 tahun.
Meskipun telah banyak penelitian yang berkaitan dengan program pembangunan dan pemberdayaan, namun ada beberapa perbedaan pada penelitian ini. Pertama, lokasi penelitian ini dilakukan di Kampung Semangga Jaya Distrik Semangga Kabupaten Merauke Provinsi Papua yang memiliki karekteristik daerah dan masyarakat kampung yang berbeda. Kampung Semangga Jaya termasuk kampung yang ada di distrik yang relatif belum maju bila dibandingkan dengan rata-rata distrik atau kecamatan yang ada di Indonesia. Kedua,
bahwa
penelitian-penelitian
sejenis
yang
telah
dilakukan
dilaksanakan pada Tahun 2003-2012. Penelitian tentang analisis pendapatan
10
masyarakat sebelum dan sesudah program GERBANGKU di Kampung Semangga Jaya Distrik Semangga Kabupaten Merauke dilakukan pada Tahun 2015. Ketiga, bahwa meskipun ada program lain yang ada di Kabupaten Merauke atau yang ada di Provinsi Papua yaitu PROSPEK (Program Strategis Pembangunan Kampung), namun program GERBANGKU ini merupakan kebijakan khusus oleh Bupati Merauke yang telah diluncurkan sejak Tahun 2011. Hal ini menjadikan perbedaan tersendiri dari program-program pembangunan dan pemberdayaan yang ada di tanah Papua bahkan di wilayah Indonesia. Perbedaan keempat adalah bahwa penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif dan menggunakan uji beda dua rata-rata. Dalam hal ini peneliti membandingkan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah program GERBANGKU berdasarkan pendapatan nominal dan pendapatan riil.
1.3 Rumusan Masalah Pembangunan
kampung
menjadi
salah
satu
dasar
keberhasilan
pembangunan secara nasional. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah program GERBANGKU merupakan salah satu program fokus dalam upaya percepatan pembangunan daerah di Kabupaten Merauke yang telah dimulai sejak Tahun 2011.
1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
11
1. Bagaimana pelaksanaan program GERBANGKU di Kampung Semangga Jaya Distrik Semangga Kabupaten Merauke? 2. Berapa pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya pelaksanan program GERBANGKU di Kampung Semangga Jaya Distrik Semangga Kabupaten Merauke? 3. Bagaimana kontribusi pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya pelaksanan program GERBANGKU di Kampung Semangga Jaya Distrik Semangga Kabupaten Merauke? 4. Faktor-faktor apa yang memengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat di Kampung Semangga Jaya Distrik Semangga Kabupaten Merauke?
1.5 Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan tentunya memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. mendeskripsikan pelaksanaan program GERBANGKU di Kampung Semangga Jaya Distrik Semangga Kabupaten Merauke; 2. menganalisis
pendapatan
masyarakat
sebelum
dan
sesudah
program
GERBANGKU di Kampung Semangga Jaya Distrik Semangga Kabupaten Merauke; 3. menganalisis struktur pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya pelaksanaan program GERBANGKU di Kampung Semangga Jaya Distrik Semangga Kabupaten Merauke;
12
4. menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat di Kampung Semangga Jaya Distrik Semangga Kabupaten Merauke.
1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. memberikan wawasan dalam ilmu pengetahuan terutama pembangunan di kampung yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional; 2. memberikan sumbangsih ide dan pemikiran bagi pemerintah daerah khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke dalam merumuskan kebijakankebijakan pembangunan di kampung dan distrik; dan 3. sebagai bahan pembanding dan referensi bagi peneliti lain.
1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan diuraikan dalam bab demi bab sebagai berikut. Bab I Pendahuluan memuat latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori/Tinjauan Pustaka memuat teori, tinjauan terhadap penelitian terdahulu, model penelitian dan kerangka penelitian. Bab III Metode Penelitian memuat desain penelitian, metode pengumpulan data, metode pengambilan sampel, definisi operasional, instrumen penelitian, dan metode analisis data. Bab IV Analisis dan Pembahasan. Bab V Simpulan dan Saran.
13