BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu mungkin dihadapkan pada masalah bagaimana kelebihan penghasilan mereka akan disimpan atau di investasikan. Tersedia berbagai alternative yang mungkin dipilih. Karena mereka dihadapkan pada berbagai pilihan, mereka harus mengambil keputusan. Keputusan yang mereka ambil merupakan keputusan keuangan. Sebagian mungkin memilih untuk menyimpannya dalam bentuk deposito. Sedangkan, yang lainnya menggunakannya untuk membeli sebidang tanah. Pertimbangannya tentu saja adalah dana tersebut diharapkan akan paling menguntungkan. Bagi perusahaan, masalah yang sama juga dihadapi. Perusahaan memerlukan berbagai kekayaan (mesin, gedung, kendaraan bermotor, persediaan bahan baku, dan sebagainya) untuk menjalankan operasinya. Untuk itu perusahaan perlu mencari sumber dana untuk membiayai kebutuhan untuk operasi tersebut. Dalam suatu organisasi, pengaturan kegiatan keuangan sering disebut sebagai manajemen keuangan. Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka. Keputusan –
1
keputusan tersebut adalah penggunaan dana (yang disebut sebagai keputusan investasi), memperoleh dana (yang disebut sebagai keputusan pendanaan), dan pembagian laba (yang disebut sebagai kebijakan deviden). Untuk bisa mengambil keputusan – keputusan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Tujuan manajer keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau maximization wealth of stockholders melalui maksimisasi nilai perusahaan. Karena itu, informasi sangat diperlukan oleh pemegang saham, informasi tersebut dalam bentuk laporan keuangan. Jenis-jenis laporan keuangan berdasarkan informasi yang dikandungnya bisa dibagi dalam 3 laporan keuangan utama, yaitu : neraca, laporan rugi laba, dan aliran kas (Eduardus Tandelilin, 2001:233) Laporan keuangan merupakan informasi akuntansi yang menggambarkan seberapa besar kekayan perusahaan, seberapa besar penghasilan yang diperoleh perusahaan serta transaksi ekonomi apa saja yang telah dilakukan yang bisa mempengaruhi kekayaan penghasilan perusahaan. Disamping itu, informasi laporan keuangan akuntansi sudah cukup menggambarkan kita sejauh mana perkembangan kondisi perusahaan selama ini dan apa saja yang telah dicapainya. Dengan laporan keuangan, investor bisa menghitung berapa besarnya pertumbuhan earning yang telah dicapai perusahaan terhadap jumlah saham perusahaan (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Karena itu, investor berkepentingan terhadap informasi EPS. Perusahaan akan menaikkan deviden ketika menejemen percaya bahwa earnings telah meningkat secara permanen.
2
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa selama earnings perusahaan naik, perusahaan diharapkan membayar deviden lebih besar sebagai signal tentang prediksi membaiknya nilai perusahaan. Sedangkan penurunan deviden dapat dipahami sebagai berita yang tidak baik manajer hanya akan menurunkan pembayaran deviden ketika mereka tidak mempunyai pilihan lain, seperti ketika kesehatan financial perusahaan yang semakin memburuk, dan tidak ada jalan keluar yang lebih baik. Akibatnya reaksi pasar terhadap penurunan deviden akan mengakibatkan menurunnya harga saham perusahaan. Pembayaran deviden menjadi suatu perdebatan panjang dalam corporate finance. Karena deviden dianggap sebagai transmitter information dan memberikan signal tentang private information terhadap managemen, yaitu kebijakan – kebijakan keuangan perusahaan yang akan dilaksanakan pada tahun – tahun yang akan datang, serta membantu partisipan pasar menilai perusahaan. Selain EPS, Cash Ratio juga dapat berpengaruh terhadap deviden. Karena semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan maka semakin besar perusahan membayar deviden. (Agus Sartono:293). Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang financial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban financialnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi manajemen,
3
persediaan, perencanan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai. Rasio keuangan tersebut di kembangkan dalam empat kelompok rasio keuangan, tatapi disini hanya membahas satu rasio saja, yaitu rasio likuiditas. Rasio Likuiditas ada 3 bagian, dan yang dipakai sebagai alat analisis adalah Cash Ratio. Karena likuiditas merupakan salah satu rasio keuangan yang dapat mempengaruhi pembayaran deviden. Semakin besar likuiditas perusahaan, maka semakin besar perusahaan membayar deviden ( Agus Sartono:293). Tapi kenyataannya deviden tidak hanya dipengaruhi oleh dua hal tersebut diatas, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan deviden, seperti perubahan penjualan, perubahan investasi, dan perubahan hutang. Berdasarkan asumsi di atas, maka peneliti ingin membuktikan bahwa perubahan deviden murni dipengaruhi oleh perubahan EPS dan perubahan Cash Ratio. Selain itu penulis ingin mengidentifikasi kemampuan EPS dan Cash Ratio terhadap prediksi perusahaan untuk membayarkan deviden.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah perubahan EPS berpengaruh terhadap pembayaran deviden ? 2. Apakah perubahan Cash Ratio berpengaruh terhadap pembayaran deviden ?
4
1.3 Batasan Masalah Agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut : 1. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Indonesian Capital Market
Directory
2. Penelitian ini menggunakan data cross section yang dikumpulkan selama periode 2001 - 2003 3. Perusahaan yang dijadikan sampel, perusahaan non lembaga keuangan yang terdaftar di BEJ periode 2001 – 2003 dan perusahaan non pemerintah. 4. Perusahan yang membayar deviden setiap tahun selama waktu penelitian periode 2001-2003. 5. Variabel yang dipakai disini adalah perubahan Earning per Share yaitu laba bersih yang siap dibagikan bagi pemegang saham. 6. Selain itu ada juga variabel Cash Ratio yang juga dipakai untuk menganalisis pembayaran deviden. 7. Deviden yang digunakan disini adalah Perubahan deviden payout rasio.
1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengidentifikasi kemampuan EPS dan Cash Ratio terhadap prediksi perusahaan untuk membayarkan deviden. 2. Untuk menjelaskan bahwa perubahan deviden diharapkan murni dipengaruhi oleh perubahan Cash Ratio dan perubahan EPS.
5
1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis a. Merupakan praktik nyata ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah. b. Dapat menambah pengetahuan mengenai analisa keuangan. 2. Bagi perusahaan a. Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan perusahaan dalam pengambilan keputusan. b. Dapat mengetahui kekuatan dalam bidang keuangan perusahaan.
1.6 Hipotesis Hipotesis merupakan suatu dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mempunyai hipotesis bahwa “ perubahan EPS dan Cash Ratio dapat mempengaruhi pembayaran deviden “ Untuk mengambil kesimpulan akhir dari penelitian, penulis menggunakan dua pengujian hipotesis untuk melihat “ pengaruh perubahaan EPS dan Cash Ratio terhadap pembayaran deviden “. H1: Perubahan EPS berpengaruh positif terhadap kemampuan perusahaan membayar deviden. H2: Perubahan Cash Ratio berpengaruh positif terhadap kemampuan perusahaan membayar deviden.
6
1.7 Metodologi Penelitian 1.7.1 Sampel dan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Indonesian Capital Market Directory dan Laporan Keuangan Tahunan perusahaan. Penelitian ini menggunakan data cross section yang dikumpulkan selama periode 2001 – 2003. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan tipe judgement sampling yaitu pemilihan metode sampling dengan mendasarkan pada beberapa kriteria. Kriteria sampel penelitian yang digunakan untuk memilih sampel didasarkan pada prosedur sebagai berikut : a. Perusahaan non lembaga keuangan yang terdaftar di BEJ selama periode 2001 – 2003. Alasan memilih perusahaan non lembaga keuangan adalah dalam hal struktur modalnya berbeda dengan perusahaan dalam kategori lembaga keuangan, sehingga diharapkan sampel yang diambil memiliki karakteristik sama. b. Perusahaan non regulated, dengan alasan pada umumnya perusahaan milik pemerintah ( regulated ) cenderung membagikan deviden yang konstan, berapapun besarnya keuntungan perusahaan. Dengan demikian diperkirakan deviden yang dibagikan tidak dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan earnings maupun Cash Ratio perusahaan.
7
c. Perusahaan menyampaikan laporan keuangan lengkap minimal selama periode 2001 – 2003 dan membagikan sebagian keuntungannya dalam bentuk deviden. d. Perusahan membayar deviden setiap tahun selama periode penelitian yaitu 2001-2003. 1.7.2 Metode Analisis Data Penelitian ini bermaksud membuktikan hipotesis, apakah perubahan EPS dan Cash Ratio pada t berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan deviden pada periode yang sama. Metode yang digunakan untuk menganalisis data yaitu : a. Analisis Data (Jogiyanto, 2003:110) Menghitung perubahaan EPS, Cash Ratio dan DPR setiap perusahaan Perubahan =
Pt − Pt −1 Pt −1
Pt = Tahun sekarang Pt-1 = Tahun lalu b. Analisis regresi linier berganda Untuk mencari pengaruh antara variabel independent terhadap variabel dependen digunakan dengan analisis regresi linier berganda, yang akan membentuk persamaan : Y = a + b1∆EPS + b2∆Cash Ratio+ e Y
= Perubahan Deviden Payout Ratio
a
= konstanta
8
∆EPS
= Perubahan EPS
∆Cash Ratio= Perubahan Cash Ratio e
= error term
c. Uji asumsi klasik Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mendapatkan modal penelitian yang valid dan dapat digunakan untuk melakukan estimasi. Pengujian terhadap penyimpangan asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari uji autokorelasi, multikolinearitas dan heterokedastisitas 1) Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi antara variabel-variabel penjelas diantara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas tidak orthogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat orthogonal adalah variabel bebas yang dinilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas sehingga koefisien korelasi diantara sesama variabel bebas satu dengan lainnya, maka konsekuensinya adalah : (1) koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan (2) nilai kesalahan standar setiap koefisien menjadi tidak terhingga. Di
samping
itu,
akibat
adanya
multikolinearitas
menyebabkan sulitnya memisahkan pengaruh masing-masing variabel penjelas terhadap variabel independennya. Dalam kasus
9
ini hasil estimasi akan dideteksi atas pelanggaran terjadinya multikolinearitas dengan metode auxiliary regression. Langkah awal dari metode auxiliary regression adalah melakukan regresi terhadap salah satu variabel penjelas yang dijadikan variabel independent dengan sisa variabel penjelas lainnya. Regresi yang dilakukan dengan cara demikian disebut auxiliary regression (Gujarati, 2003:361) Hipotesis : Ho : tidak terbukti ada multikolinearitas Ha : terbukti ada multikolinearitas 2) Uji Heterokedastisitas Heterokedastisitas berarti bahwa variabel residual tidak sama untuk
semua
pengamatan.
Dalam
kasus
ini
pengujian
heterokedastisitas dilakukan dengan metode white. Menurut white uji ini dapat dilakukan dengan meregresi residual kuadran dengan variabel bebas, variabel bebas kuadran dengan perkalian variabel bebas. Adapun bukti ada tidaknya heterokedastisistas dalam metode white mengikuti distribusi –X2. Dalam regresi terdapat heterokedastisitas jika hasil perhitungan menunjukan bahwa jumlah observasi dikalikan R2 (n*R2) lebih kecil dari nilai X2-tabel dan sebaliknya, jika hasil perhitungan menunjukan bahwa jumlah observasi dikalikan R2 (n*R2) lebih besar dari nilai X2-tabel maka
10
dalam
regresi
tidak
terdapat
heterokedastisitas
(Gujarati,
2003:413). Hipotesis : Ho : tidak terbukti ada heterokedastisitas Ha : terbukti ada heterokedastisitas 3) Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi di antara anggotaanggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu atau yang tersusun dalam rangkain ruang. Untuk mengetahui apakah didalam model terdapat autokorelasi, maka dapat dilakukan uji Durbin-Watson, dengan rumus sebagai berikut : (Sumodiningrat, 1994:231) n
d=
∑ (U t =2
t
n
− U t −1 ) 2
∑U t =1
2 t
di mana : d
= nilai Durbin-Watson
Ut = nilai taksiran faktor gangguan periode t Ut-1 = nilai taksiran faktor gangguan periode t-1 Kriteria keputusan :
11
Tabel 4.1 Durbin-Watson Statistic Dw
Kesimpulan
< Dl
Ada autokorelasi
Dl s.d Du
Tanpa kesimpulan
Du s.d 4-Du
Tidak ada autokorelasi
4-Du s.d 4-Dl
Tanpa kesimpulan
> 4-Dl
Ada autokorelasi
Sumber : Sumodiningrat, 1994
1.8 Sistematika Penulisan Bab I
:
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis dan metodologi penelitian yang terdiri dari sampel data.
Bab II :
Berisi pengertian manajemen keuangan, tujuan manajemen keuangan, fungsi manajemen keuangan, pengertian earning, pengertian deviden yang terdiri dari teori-teori kebijakan deviden dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden.
Bab III : Berisi gambaran umum Bursa Efek Jakarta, dan gambaran umum perusahaan.
12
Bab IV : Berisi Analisis data, pengambilan sampel, prosedur pemilihan panel data, uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Bab V : Berisi kesimpulan dan saran.
13