BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan kepadanya. Perkembangan jumlah rumah sakit di Indonesia, yang diikuti pula dengan perkembangan pola penyakit, perkembangan teknologi kedokteran dan kesehatan serta perkembangan harapan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit sehingga dibutuhkannya suatu sistem yang baik yang dapat mengatur dan mengelola segala sumber rumah sakit dengan sebaik-baiknya (Aditama, 2003). Dalam pengorganisasian suatu sistem, seperti rumah sakit tidak akan terlepas dari sumber daya manusia (SDM) yang ada dalam organisasi rumah sakit tersebut. Manajemen sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan bagian integral dari keseluruhan manajemen rumah sakit (Soeroso, 2003). Dengan pemahaman bahwa sumber daya manusia adalah merupakan modal dan kekayaan yang terpenting dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan di rumah sakit. Manusia sebagai unsur terpenting mutlak dianalisis dan dikembangkan sehingga waktu, tenaga dan kemampuannya benar-benar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan organisasi rumah sakit maupun kepentingan individu (Fathoni, 2006). Saat ini keberhasilan sebuah rumah sakit sangat ditentukan oleh pengetahuan, keterampilan, kreativitas dan motivasi staf dan karyawannya. Kebutuhan tenaga-
Rina Amelia : Pengaruh Motivasi Berpretasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien…, 2008 USU e-Repository © 2009
tenaga terampil di dalam berbagai bidang
dalam sebuah rumah sakit sudah
merupakan tuntutan dunia global yang tidak bisa ditunda. Kehadiran teknologi dan sumber daya lain hanyalah alat atau bahan pendukung, karena pada akhirnya SDMlah yang paling menentukan (Danim, 2004). Rumah sakit merupakan industri jasa yang memiliki ciri bentuk produknya tidak dapat disimpan dan diberikan dalam bentuk individual, serta pemasaran yang menyatu dengan pemberi pelayanan, sehingga diperlukan sikap dan perilaku khusus dalam menghadapi konsumen.
Tenaga perawat yang merupakan “the caring
profession” mempunyai kedudukan yang penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spritual. Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya (Djojodibroto, 1997). Pelayanan keperawatan adalah bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang sakit untuk dapat memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk hidup dan beradaptasi terhadap stress dengan menggunakan potensi yang tersedia pada individu itu sendiri (Djojodibroto, 1997). Pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien merupakan bentuk pelayanan profesional, yang bertujuan untuk membantu pasien dalam pemulihan dan peningkatan kemampuan dirinya, melalui tindakan pemenuhan kebutuhan pasien secara komprehensif dan berkesinambungan sampai pasien mampu untuk melakukan kegiatan rutinitasnya tanpa bantuan. Bentuk pelayanan ini
Rina Amelia : Pengaruh Motivasi Berpretasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien…, 2008 USU e-Repository © 2009
seyogyanya diberikan oleh perawat yang memiliki kemampuan serta sikap dan kepribadian yang sesuai dengan tuntutan profesi keperawatan dan untuk itu tenaga keperawatan ini harus dipersiapkan dan ditingkatkan secara teratur, terencana, dan kontinyu (Dramawan, 2008). Pelayanan keperawatan yang dilakukan di rumah sakit merupakan sistem pengelolaan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien agar menjadi berdaya guna dan berhasil guna. Sistem pengelolaan ini akan berhasil apabila seseorang perawat yang memiliki tanggung jawab mengelola mempunyai pengetahuan tentang manajemen keperawatan dan kemampuan memimpin orang lain di samping pengetahuan dan keterampilan klinis yang harus dikuasainya pula (Nurachmah, 2001) Asuhan keperawatan yang bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi standar dan kriteria profesi keperawatan, sesuai dengan standar biaya dan kualitas yang diharapkan rumah sakit, serta mampu mencapai tingkat kepuasan dan memenuhi harapan pasien. Asuhan keperawatan yang bermutu dan dapat dicapai jika pelaksanaan asuhan keperawatan dipersepsikan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki oleh perawat dalam memperlihatkan haknya untuk memberikan asuhan yang manusiawi, aman, serta sesuai dengan standar dan etika profesi keperawatan yang berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan pengkajian, perencanaan, implementasi rencana, dan evaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan (Nurachmah, 2001). Mengingat begitu pentingnya pelayanan keperawatan di rumah sakit, sehingga dibutuhkan tenaga-tenaga perawat yang handal dan mempunyai motivasi kuat dalam
Rina Amelia : Pengaruh Motivasi Berpretasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien…, 2008 USU e-Repository © 2009
melaksanakan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan.
Motivasi dan
kemampuan untuk menghasilkan memang merupakan syarat pokok yang istimewa bagi manusia yang langsung berpengaruh terhadap tingkat dan mutu kinerja (Zainun, 1989). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dramawan (2004) menunjukkan bahwa faktor motivasi kebutuhan akan prestasi dan kebutuhan akan kekuasaan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap upaya peningkatan kinerja perawat di RSUD Kabupaten Bima, Jawa Timur. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sochib (2005) tentang
pengaruh
Motivation of Achievement dan Customer Value Mindset menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan standar asuhan keperawatan dan tentu berpengaruh terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah, Lamongan. Hasil penelitian yang dilakukan Naswati (2001) tentang hubungan perilaku pemimpin, komitmen organisasi dan motivasi perawat dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Kendari Sulawesi Tenggara menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku pemimpin, komitmen organisasi dan motivasi perawat dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Kendari Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian Pitoyo (2000) menunjukkkan penampilan perawat, kemampuan perawat, motivasi perawat dan gaya kepemimpinan berhubungan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas, Kabupaten Dati II Semarang.
Rina Amelia : Pengaruh Motivasi Berpretasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien…, 2008 USU e-Repository © 2009
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa motivasi sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil kerja atau sering disebut dengan kinerja. Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. Pada dasarnya yang dijadikan acuan dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan adalah dengan menggunakan standar praktik keperawatan. Standar praktik ini menjadi pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan (Kuntjoro, 2005). Demikian halnya dengan pelayanan di rumah sakit jiwa, hal ini juga menjadi satu pemikiran yang serius, karena masalah kesehatan jiwa telah menjadi perhatian dunia terutama masalah kesehatan jiwa merupakan penyebab terbesar hilangnya sejumlah tahun kualitas kehidupan manusia. Ratusan jiwa wanita, pria dan anak-anak menderita gangguan jiwa, sementara sejumlah besar lainnya mengalami stress karena korban tindak kekerasan, kemiskinan dan eksploitasi, penyalahgunaan zat dan masalah perilaku lain mempengaruhi kehidupan remaja, dewasa muda dan lansia (Asep, 2007). Pada pasien dengan gangguan jiwa, perawat memegang peranan yang sangat penting, proses keperawatan pada pasien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung seperti pada masalah kesehatan fisik dan memperlihatkan gejala yang berbeda serta muncul oleh berbagai penyebab.
Banyak pasien dengan masalah
Rina Amelia : Pengaruh Motivasi Berpretasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien…, 2008 USU e-Repository © 2009
kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan kontradiksi (Keliat dkk, 1999). Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa. Karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu pasien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (Keliat dkk, 1999) Pelayanan keperawatan di rumah sakit jiwa seharusnya diberikan secara profesional dalam bentuk pelayanan asuhan keperawatan khususnya pada tingkat individu dan keluarga (Rasmun, 2001).
Untuk dapat memberikan keperawatan
kesehatan jiwa yang holistik/komprehensif dan berkesinambungan sangat diperlukan perawat dengan pengetahuan dan ketrampilan khusus tentang keperawatan kesehatan jiwa sehingga memungkinkan mereka untuk dapat bekerja pada tiap tatanan pelayanan kesehatan (Keliat, 1995). Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan satu-satunya Rumah Sakit Jiwa pemerintah yang ada di Provinsi Sumatera Utara yang berada di kota Medan. Selain melaksanakan upaya pelayanan kesehatan jiwa, Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara juga menyelenggarakan upaya pendidikan. Dengan kemampuan pelayanan yang dimilikinya, saat ini Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan rumah sakit jiwa rujukan bagi rumah sakit jiwa lain yang berada di Sumatera Utara dan di Pulau Sumatera (Renstra RS Jiwa Provinsi Sumatera Utara menuju BLUD, 2007).
Rina Amelia : Pengaruh Motivasi Berpretasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien…, 2008 USU e-Repository © 2009
Dengan tugas dan tanggung jawab yang cukup besar, maka dari itu Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara terus menata diri dan meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat, untuk mewujudkannya pada tahun 2000-2001 Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara telah terakreditasi dengan kategori baik untuk lima pelayanan, yaitu : (1) Pelayanan UGD, (2) Pelayanan Medik (jiwa), (3) Pelayanan Perawatan (4) Rekam Medis dan (5) Pelayanan Administrasi, dan direncanakan akreditasi selanjutnya akan mencakup 10 pelayanan (lima pelayanan yang sudah terakreditasi + (6) Laboratorium, (7) Radiologi, (8) Pengendalian Infeksi Nosokomial, (9) Farmasi, (10) Kesehatan Keselamatan Kerja/K3. Kenyataan ini menjadikan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara menjadi alat yang strategis bagi pemerintah dalam menangani masalah kesehatan jiwa di Sumatera Utara khususnya dan di Pulau Sumatera pada umumnya. Dari survei pendahuluan yang penulis lakukan ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara penulis memperoleh data tentang jumlah paramedis yang bertugas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara dan data hasil kinerja rumah sakit. Dari data kepegawaian tersebut dapat kita ketahui
bahwa jumlah
perawat dengan latar belakang pendidikan perawat khusus jiwa (SPKSJ = Sekolah Pendidikan Kesehatan Spesialis Jiwa) yang bertugas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara hanya 15 orang, kalau dibandingkan dari seluruh jumlah paramedis maka hanya 1/7 perawat adalah perawat khusus jiwa, lulusan DIII Akper yang merupakan perawat biasa jumlahnya paling banyak 53 orang. Dari jumlah
Rina Amelia : Pengaruh Motivasi Berpretasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien…, 2008 USU e-Repository © 2009
perawat jiwa yang 15 orang ini tentu tidak sebanding dengan jumlah rata-rata pasien rawat inap setiap hari yang berjumlah lebih kurang 450 orang. Untuk data hasil kinerja rumah sakit dapat kita lihat semakin panjangnya lama hari rawatan setiap tahunnya, dari tahun 2002 sampai 2006 rata-rata lama hari rawatan berkisar 84.6 hari, hal ini tidak bersesuaian dengan standar Depkes tentang lamanya hari rawatan pada pasien gangguan jiwa berkisar 14 hari. Terdapat beberapa hal yang menentukan kesembuhan pasien gangguan jiwa, salah satunya adalah obat-obatan anti psikotik, dengan keteraturan makan obat sesuai dengan dosis berpengaruh kepada kemajuan pengobatan kejiwaannya.
Peranan
perawat sangat penting dalam melaksanakan asuhan keperawatan salah satunya adalah memastikan pasien makan obat sesuai dengan dosis dan cara makannya. Ketidak teraturan makan obat dianggap menjadi salah satu faktor rendahnya tingkat kesembuhan yang berakibat kepada bertambah panjangnya hari rawatan. Lamanya hari rawatan diasumsikan karena masih rendahnya motivasi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang berpengaruh terhadap tingkat
kesembuhan
pasien dan mengakibatkan bertambah panjangnya hari rawatan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.
1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan penelitian : Apakah Motivasi Berprestasi yang terdiri atas : prestasi kerja, promosi, pengakuan, tantangan, imbalan berpengaruh Terhadap Kinerja Perawat (tanggung
Rina Amelia : Pengaruh Motivasi Berpretasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien…, 2008 USU e-Repository © 2009
jawab, disiplin, dokumentasi) dalam Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara?
1.3 Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh motivasi berprestasi yang terdiri atas : prestasi kerja, promosi, pengakuan, tantangan, imbalan terhadap kinerja perawat (tanggung jawab, disiplin, dokumentasi) dalam asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.
1.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah : Terdapat pengaruh motivasi berprestasi yang terdiri atas : prestasi kerja, promosi, tantangan, imbalan dan pengakuan terhadap kinerja perawat (tanggung jawab, disiplin, dokumentasi) dalam asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.
1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1.5.1. Bagi Rumah Sakit 1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam meningkatkan implementasi motivasi berprestasi dalam mendukung dan meningkatkan kinerja perawat terutama pada asuhan keperawatan terhadap pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Rina Amelia : Pengaruh Motivasi Berpretasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien…, 2008 USU e-Repository © 2009
2. Menjadi dasar pertimbangan bagi rumah sakit dalam rekrutmen perawat profesional rumah sakit jiwa. 3. Menjadi masukan bagi pimpinan tentang pentingnya motivasi bagi perawat dalam melaksanakan tugas, sehingga pimpinan mampu menemukan cara yang terbaik untuk menumbuhkan motivasi kerja di lingkungan rumah sakit.
1.5.2. Petugas Kesehatan Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan, pemahaman serta wawasan tentang motivasi berprestasi dalam meningkatkan kinerja perawat.
1.5.3. Bagi Akademisi Sebagai bahan perbandingan atau referensi pada studi atau penelitian di masa yang akan datang
Rina Amelia : Pengaruh Motivasi Berpretasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien…, 2008 USU e-Repository © 2009