15
BAB I PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi digital membawa perubahan yang
membuat hampir semua bidang keilmuan terkena imbasnya. Perubahan yang terjadi tidak datang dalam satu
malam, satu
bulan atau satu tahun. Semua yang mengalami perubahan atau perkembangan pasti akan mengalami proses perubahan, dari sebelum berubah sampai ketika perubahan atau perkembangan terjadi. Secara
umum
kata
teknologi
diasosiasikan
dengan
penggunaan alat atau mesin. Pemahaman umum tersebut sangat melekat, membuat kata teknologi dan kata seni menjadi kata yang hasil kegiatannya mempunyai wilayah masing-masing. Teknologi berada di wilayah industri dan seni berada di wilayah individu. Meskipun demikian kedua kata tersebut sama-sama berhubungan dengan kreativitas dan inovasi. Seni berkisar pada ide, dan teknologi memberi kemungkinan baru untuk timbulnya ide. Media yang dipilih untuk digunakan pada proses pembuatan karya seni selalu dikaitkan secara erat dengan ide dan maksud sebuah karya. Bagaimanapun juga, teknologi digital membutuhkan sejumlah keahlian yang berbeda
16
dengan keahlian yang dibutuhkan pada kesenian yang sudah ada sebelumnya. Mengelola keahlian ini akan membuka proses kreatif baru dan cara berpikir baru yang selanjutnya bisa meningkatkan jangkauan
seni
serta
memberikan
kontribusi
pada
dunia
rupa
keanekaragaman seni. 1 Pengaruh
teknologi
cetak
digital
di
seni
Indonesia mulai terlihat pada akhir tahun 90 an, namun penerimaan karya seni rupa dengan teknologi cetak digital terlihat marak sekitar tahun 2003. Salah satu indikasinya bisa dilihat pada penyelenggaraan kompetisi seni rupa Indonesia/ASEAN Art Awards (IAAA) pada tahun itu. Sebanyak 20 dari 66 finalis menggunakan
media
digital.
Menurut
ketua
dewan
juri
Mamannoor, jumlah ini cukup mengejutkan karena semula karya seni semacam itu belum memperoleh kesempatan dan momentum seperti layaknya karya seni lainnya. 2 Bahkan salah satu dari lima karya terbaik pada kompetisi seni rupa tersebut, yaitu hasil karya Ayu Arista Murti, menggunakan teknik
cetak digital pada neon
box.
1 Mamta Herland, A Shift Toward Digital Print in Future Art: The Impact of Giclee’, www.worldprintmakers.com 2 Kompas, Lima Karya Seni untuk Kompetisi se-ASEAN, 16 September 2003
17
Gb 1.1 Ayu Arista Murti (Katalog IAAA 2003)
Seni dan teknologi mempunyai hubungan. Hanya mereka yang melihat seni dan teknologi secara wadah, tidak mampu melihat hubungan seni dan teknologi. Di belakang yang berwujud selalu ada yang tidak berwujud dan yang nampak itu selalu digerakkan oleh yang tak nampak. Semua kebudayaan itu termasuk
seni dan teknologi, terwujud akibat munculnya
gagasan, ide, imajinasi pada diri manusia. 3 Pada dasarnya seni dan teknologi mempunyai persamaan yaitu imajinasi. Dalam kesenian, imajinasi termasuk salah satu 3 Jakob Sumardjo, Teknologi dan Seni, Pikiran Rakyat, edisi cetak 29 September 2007
18
unsur yang mendorong kreativitas dan kemudian berlanjut menjadi
kegiatan
untuk
menghasilkan
sebuah
karya
seni.
Demikian juga halnya dengan teknologi, dapat dikatakan bahwa hampir semua penemuan baru melalui tahap imajinasi sebelum akhirnya berkembang menjadi sesuatu yang mempunyai wujud fisik. Dalam proses untuk berkembang keduanya sama-sama membutuhkan kreativitas. Meskipun
demikian
sampai
sebelum
abad
ke-19
perkembangan pada wilayah seni dan teknologi terlihat berjalan sendiri-sendiri. Perkembangan teknologi masih berupa penemuan alat tepat guna, sedangkan keindahan bentuk visual, yang berhubungan dengan seni masih belum dipertimbangkan. Pada saat teknologi berkembang lebih jauh, keindahan bentuk visual mulai dipertimbangkan. Selanjutnya seni dan teknologi mulai berkembang beriringan. Perkembangan teknologi secara umum ditujukan untuk manusia. Sebagian besar penemuan baru dalam dunia teknologi merupakan alat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Dengan adanya alat-alat baru tersebut banyak aspek kehidupan manusia dipermudah terutama yang berhubungan dengan kegiatan fisik. Kehidupan manusia yang pada awalnya menjadi acuan dalam perkembangan teknologi juga mengalami perubahan.
Kemudahan
dalam
kehidupan
sehari-hari
yang
19
dihasilkan dari perkembangan teknologi tidak bisa dipungkiri memengaruhi pola pikir dan kehidupan manusia sebagai pelaku dalam
perkembangan
kehidupan
secara
teknologi.
menyeluruh
Perubahan berimbas
pola
pada
pikir
dan
kebudayaan
manusia itu sendiri. Teknologi digital sudah mencapai tahap menjadi alat dalam perubahan kebudayaan yang cakupannya luas, di seluruh dunia dengan waktu yang hampir bersamaan. Perubahan yang cepat sebagai efek dari perkembangan teknologi digital sering disebut sebagai revolusi digital. Istilah revolusi digital digunakan untuk menggambarkan efek pada masyarakat, terutama berkenaan dengan kontroversi yang diakibatkan oleh penyerapan teknologi secara luas dan besar-besaran. Banyak hal yang membuat teknologi digital diserap secara luas dan besar-besaran. Salah satunya yang sangat menonjol adalah kemampuan teknologi digital sebagai media yang dapat dikombinasikan dengan media lain. Kemajuan teknologi secara kuat memengaruhi dasar pikiran dan kehidupan merubah cara melihat serta berpikir. Hal tersebut memengaruhi muatan, filsafat dan gaya karya seni. Perkembangan teknologi dan usaha artistik selalu memengaruhi satu sama lain, baik dalam garis lurus atau paradoks. Penemuan teknologi alat-
20
alat visual memengaruhi cara dunia melihat dan menginterpretasi serta cara kebudayaan terbentuk.
4
Teknologi digital telah menyiptakan perspektif baru dalam seni serta memengaruhi cara berpikir seniman. Teknologi menjadi lebih menarik ketika ada bentuk estetis di dalamnya. Seperti halnya telepon genggam, bentuk estetis yang ada di dalamnya menjadi daya tarik yang tidak ada habisnya. Perubahan yang begitu menyeluruh akibat perkembangan teknologi digital yang berlangsung secara terus menerus dalam beberapa tahun terakhir memengaruhi kehidupan sosial manusia. Perkembangan teknologi menyebabkan tidak sedikit perubahan yang terjadi begitu juga adaptasi yang harus dilakukan manusia. Seniman adalah manusia yang sudah terbukti selama ribuan tahun mampu beradaptasi dan menghasilkan sesuatu yang bisa lebih baik melalui proses adaptasinya. Eksplorasi yang dilakukan oleh seniman dalam proses kreatif tidak pernah berhenti. Kondisi tersebut secara tidak langsung memacu seniman untuk selalu mencari alat, bahan dan teknik baru untuk berkesenian. Melihat sejarah seni rupa bisa diketahui bahwa hampir semua alat-alat dan bahan yang sekarang umum
digunakan
dalam
berkesenian
tidak
secara
khusus
4 Lovejoy, Margot, Digital Currents: Art in The Electronic Age (New York, Routledge, 2004) h.14
21
diciptakan
untuk
kepentingan
tersebut.
Sehingga
tidak
mengherankan apabila akhirnya teknologi yang berkembang saat ini seperti teknologi digital menjadi bagian dari berkesenian. Bagi seniman yang mempunyai ketertarikan dengan kerja yang menggunakan sistem berkaitan dengan teknik dalam proses kreatif, komputer merupakan medium alamiah yang sangat menarik untuk dieksplorasi. Proses kreatif yang bisa dilakukan dengan menggunakan komputer mempunyai daya tarik dan tantangan
tersendiri
serta
ditambah
dengan
adanya
perkembangan teknologi yang terjadi secara terus menerus akan selalu berimbas pada komputer. 5 Ketertarikan
terhadap
kemungkinan
baru
dalam
proses
berkesenian membuat para pelaku kesenian sering melakukan eksplorasi dengan teknologi dan alat yang ada pada bidang lain salah satunya adalah komputer. Media tersebut sejak awal kemunculannya sudah mendapat perhatian dari para pelaku kesenian. Eksplorasi berkesenian dengan komputer yang dimulai sekitar tahun 1960-an diawali oleh Michael A. Noll, seorang peneliti dari Bell Laboratories, New Jersey. Noll menyiptakan komputer yang dapat digunakan untuk menghasilkan gambar. Sejak saat itu intensitas proses penciptaan dan pengembangan
Linda Candy dan Ernest Edmond, Explorations in Art and Technology (London, Springer-Verlag, 2002) h.12 5
22
komputer yang mempunyai kemampuan menghasilkan serta mengolah gambar meningkat. Perkembangan teknologi komputer selanjutnya sampai pada tahap yang dikenal saat ini, menggunakan teknologi digital. Pada akhir abad ke-20 perkembangan teknologi digital yang cepat dan dinamis memengaruhi hampir semua aspek kehidupan, termasuk kesenian. Peran serta pelaku kesenian
dalam perkembangan
teknologi digital sudah dimulai bahkan sejak sebelum teknologi ini menjadi bagian dari masyarakat umum. Teknologi
digital
membuat
kemampuan
komputer
berkembang sangat pesat. Hal tersebut juga didukung oleh perkembangan
perangkat
elektronik
lain
yang
dalam
penggunaannya berhubungan dengan komputer. Tidak dapat dihindari,
kemudahan
dalam
pemanfaatan
komputer
dan
perangkatnya membuat orang menjadikannya sebagai media dalam kegiatan sehari-hari termasuk juga berkesenian. Perangkatperangkat tersebut juga memberi pemahaman serta wacana baru dalam pemakaian komputer sebagai salah satu media untuk menghasilkan sebuah karya seni rupa.
II.
RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana perkembangan karya seni rupa dengan media cetak digital ?
23
2. Bagaimana
bentuk
estetika
karya
seni
rupa
yang
menggunakan media cetak digital? 3. Bagaimana
orientasi
yang
dilakukan
seniman
dalam
eksplorasi cetak digital pada karya?
III.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian •
Untuk
mengumpulkan,
mengidentifikasi
dan
menganalisis
penggunaan media cetak digital dalam karya-karya seni rupa di Yogyakarta •
Untuk mengetahui karakter dan perkembangan media cetak digital seni rupa di Yogyakarta.
Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan menambah wawasan tentang media digital dan sumbangan pemikiran ke arah penciptaan seni rupa khususnya yang menggunakan media cetak digital.
IV.
TINJAUAN PUSTAKA Penelitian mengenai Seni Rupa yang berhubungan dengan
media cetak digital pernah dilakukan oleh penulis pada tahun 2007 dengan judul “Karakteristik Teknik Cetak Digital Pada Karya
24
Seni
Grafis
di
Yogyakarta”.
Penelitian
dilakukan
untuk
mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik teknik cetak digital dalam Karya-karya Seni Grafis di Yogyakarta pada periode tahun 2001-2007. Dengan demikian hasil yang didapatkan dapat memetakan karya yang dihasilkan dengan menggunakan teknik cetak digital dan eksplorasi yang telah dilakukan selama proses pembuatan karya. Penelitian ini melihat karya-karya yang menggunakan teknik cetak digital mulai bermunculan sejak 2001 terpengaruh pada kemunculan teknik cetak digital di Indonesia yang lebih kepada kepentingan seni terap yaitu desain, sehingga bisa dikatakan untuk bidang seni rupa murni teknik cetak digital adalah teknik yang relatif baru. Penggunaan teknik cetak digital sebagai alat membutuhkan kemampuan
berbeda
dibandingkan
dengan
teknik-teknik
konvensional. Seperti alat-alat baru lainnya teknik cetak digital juga menimbulkan euphoria. Euphoria pada cetak digital membuat penggunaan teknik cetak digital masih sekedar seperti fashion. Kondisi tersebut menyebabkan beberapa karya cetak digital terlihat sekedar euphoria. Beberapa karya ditampilkan dengan cara hanya dibentang saja seperti spanduk. Konvergensi
seni
dan
teknologi
digital
yang
terjadi
di
Yogyakarta terjadi ketika bentuk teknologi tersebut sudah sangat
25
umum dipakai dalam proses kreatif. Hal tersebut membuat karakteristik karya-karya cetak digital terlihat masih berada dalam bentuk eksplorasi awal. Masih banyak penyesuaian yang harus dilakukan dan tahap-tahap yang harus dilewati untuk membuat karya cetak digital di Yogyakarta pantas disejajarkan dengan bentuk-bentuk karya seni murni yang sudah ada sebelumnya. Tinjauan
pustaka
mengenai
karya
seni
rupa
yang
menggunakan media digital di Indonesia sangat terbatas. Oleh sebab itu tinjauan pustaka lainnya yang bisa didapat berasal dari essay yang dibuat berdasarkan tesis yang dilakukan sebagai bagian dari studi Master of Fine Arts di Winchester College of Art, University of Southampton, England oleh Mamata B. Herland pada tahun 2003 dengan judul The Impact of Giclée A Shift Towards Digital Print in Future Art. Dalam laporan penelitiannya dituliskan bahwa giclée atau digital inkjet adalah suatu karya seni yang dibuat dengan menggunakan sebuah komputer dan digital inkjet printer berkualitas tinggi. Herland menambahkan bahwa tujuan penelitiannya
adalah
untuk
meneliti
pengaruh
Giclée
dan
kemunculan teknologi cetak inkjet. Adaptasi seniman pada teknologi memunculkan pertanyan ulang mengenai kualitas seni, konsep orisinalitas dan penerimaan karya di dunia seni. Pada
perkembangan
selanjutnya
kata
“Giclée
“
lebih
dikhususkan pada inkjet print komersil yang berkualitas tinggi.
26
Hal tersebut disebabkan banyak intitusi seni, galeri serta museum yang memilih menggunakan “Ink Jet Art” atau “Digital Print” untuk karya seni yang dihasilkan dengan teknik cetak digital. Melihat kurangnya penelitian dan pembahasan karya seni rupa
dengan
media
cetak
digital
terutama
mengenai
perkembangan dan estetika maka penelitian dengan judul “Karya Seni Rupa Dengan Media Cetak Digital Di Yogyakarta” layak dilakukan.
V.
LANDASAN TEORI Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berusaha
untuk medefinisikan perkembangan dan eksplorasi pada karya seni rupa yang menggunakan media cetak digital. Pendekatan yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
pendekatan
multidisiplin. Penelitian ini menitikberatkan pada karya seni rupa sehingga dibutuhkan pendekatan melalui bentuk estetik pada karya. Landasan teori dalam penelitian digunakan sebagai batasan agar pembahasan yang dilakukan lebih terarah. Beberapa istilah penting yang menjadi dasar dalam penelitian ini akan dibahas pada landasan teori sebagai cara untuk memperjelas pengertian sehingga penelitian ini menjadi lebih fokus.
27
Techniques is an individual or personal way of using medium. 6. Eksplorasi media yang dilakukan seniman dalam proses pembuatan karya seni menghasilkan variasi dalam seni seperti yang diuraikan Stephen Davies dalam buku The Philosophy of Art. Karya
seni
rupa
yang
menggunakan
media
cetak
digital
merupakan interaksi seniman terhadap teknologi digital. Interaksi tersebut juga melibatkan elemen visual yang sudah ada dalam seni rupa seperti garis, warna, ritme, proporsi dan sebagainya. Sebuah definisi mengenai seni akan menunjukkan apa yang semua dan biasanya hanya dimiliki seni dalam sifat mana itu seni. Dalam kalimat lain, sebuah definisi akan mengidentifikasi seni seperti apapun itu, yang memiliki elemen tersebut dengan cara demikian adalah seni. 7 Sebagai elemen dalam sebuah karya baik itu garis, warna, komposisi atau ritme adalah bagian yang membuat hasil dari kreatifitas disebut karya seni. Elemen yang ada pada sebuah karya seni rupa memiliki nilai artistik dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari estetika karya. Properti
estetik
biasanya
digolongkan
sebagai
tujuan
istimewa yang dirasakan pada karya seni sebagai objek apresiasi.
6 Edmund Burke Feldman, Art As Image and Idea (New Jersey, Prentice Hall, Inc., 1967)h.306 7 Stephen Davies, The Philosophy of Art (Oxford, Blackwell Publishing, 2006)h. 26
28
Properti tersebut sudah ada dalam karya seni, secara langsung tersedia untuk persepsi dalam pengenalan terhadap karya seni dan tidak membutuhkan pengetahuan bahan di luar objek apresiasi. Secara khusus apresiasi tidak membutuhkan informasi tentang keadaan saat karya tersebut dibuat atau tentang tujuan dan fungsi karya yang mungkin dimiliki. Properti estetik seperti itu memperlihatkan tandanya seperti apa adanya melalui pengalaman estetik yang tersedia pada karya seni. 8 Karya dengan media cetak digital menggunakan teknologi yang pada awalnya disebut reproduksi mekanik. Perkembangan reproduksi mekanik pada seni dimulai dengan kemunculan fotografi dan film. Mengenai reproduksi mekanik dalam bidang seni fotografi dijelaskan Walter Benjamin dalam essainya yang berjudul The Work of Art in The Age of Mechanical Reproducibility. Gelombang pertama reproduksi mekanik pada seni membuat walter Benjamin mempertanyakan originalitas dari sebuah karya seni saat teknologi reproduksi mekanik mulai berkembang di wilayah seni. Kemampuan reproduksi mekanik yang dimiliki oleh fotografi dan film membuat seni mampu menjadi bersifat massal. Pengaruh yang dibawa oleh fotografi dan film terhadap dunia seni rupa murni menghasilkan pemahaman baru. Selanjutnya secara tidak langsung juga memengaruhi dalam munculnya bentuk8
Stephen Davies, h. 53-55
29
bentuk seni baru. Konsep aura yang melekat di dunia seni rupa murni pada saat itu juga terkena imbas yang dikhawatirkan akan membuat seni kehilangan aura. Konsep
aura
yang
dimaksud
adalah
bahwa
budaya
reproduksi secara massal dalam masyarakat industri kapitalisme telah menghilangkan kekuatan aura seni dan kedalaman estetis dari hal-hal yang diproduksi. Aura ini lenyap karena kegiatan reproduksi
dimaknai
sebagai
kegiatan
teknis
belaka
untuk
mengejar tujuan-tujuan ekonomi kapitalistis. Padahal adanya aura itu memberi makna yang dalam terhadap suatu karya seni yang dihasilkan. 9 Istilah seni yang bersifat massal atau Mass Art muncul seiring dengan perkembangan teknologi reproduksi mekanik. Seni massa, singkatnya, dirancang untuk konsumsi massa. Hal ini dirancang untuk dikonsumsi oleh sejumlah besar orang karena seni massa memungkinkan konsumsi simultan dari karya-karya seni yang sama oleh khalayak, terkadang dibagi di berbagai tempat dengan jarak yang sangat jauh. 10
9 Mudji Sutrismo dan Hendar Putranto (ed), Teori-teori Kebudayaan (Yogyakarta, Kanisius, 2005) h.34 10 Noel Carrol, The Ontology of Mass Art, The Journal of Aesthetics and Art Criticism, Vol.55, No.2, Perspectives on the Arts and Technology (Spring, The American Society for Aesthetics, 1997)h.188
30
VI.
METODE PENELITIAN Metode dapat dipahami sebagai cara serta strategi untuk
memahami
realitas,
memecahkan
langkah-langkah
rangkaian,
sebab
akibat
sistematis
untuk
berikutnya. 11
Untuk
mempermudah proses maka dalam penelitian meliputi batas penelitian, teknik pengumpulan data serta analisis data sesuai dengan tujuan dan fokus penelitian. 1. Batas penelitian Objek penelitian ini dibatasi pada karya seni dua dimensional yang dibuat menggunakan media cetak digital dan ditampilkan pada pameran yang berlangsung di Yogyakarta antara tahun 2008-2012. Rentang waktu empat tahun tersebut dipilih karena pada saat itu banyak aktivitas pameran yang diselenggarakan di Yogyakarta. Dari sekian banyak pameran yang diselenggarakan di Yogyakarta
dipilih
tujuh
pameran
yang
dianggap
dapat
merepresentasikan perkembangan seni rupa di Yogyakarta. Pameran
yang
dipilih
secara
garis
besar
berdasarkan
penyelenggara dibagi dua pertama pameran yang diselenggarakan oleh ISI Yogyakarta yaitu “The Highlight: dari medium ke transmedia” Indonesia:
tahun 2008 dan Pameran Besar Seni Visual Exposign
tahun
2009.
Kedua
pameran
yang
Nyoman Kuntha Ratna, Metodologi Penelitian, Kajian Budaya Dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010) h.84 11
31
diselenggarakan oleh Heri Pemad Art Management dengan konsep art fair yaitu JAF (Jogja Art Fair)#1, JAF #2, ArtJOG10, ARTJOG11 dan ARTJOG12.
2. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data adalah tahapan dalam penelitian yang berkaitan dengan metode yang digunakan dalam pengumpulan data yang dibutuhkan. Ada dua metode lapangan yang digunakan yaitu: a) Metode Lapangan berupa observasi, dokumentasi dan wawancara
observasi
dilakukan
untuk
mendapatkan
data
berdasarkan pengamatan terhadap karya.
Dokumentasi
yang
dilakukan
berupa
pencatatan
tertulis, perekaman data gambar ataupun suara.
Wawancara,
dilakukan
dengan
sampel
yang
telah
ditentukan sebelumnya dengan menggunakan pedoman wawancara,
mendengarkan
kemudian
menindaklanjuti
serta
merekamnya
dengan
dan
pertanyaan
tambahan yang terkait. b) Metode pustaka berupa pengumpulan data pustaka pada perpustakaan UGM, ISI Yogyakarta dan IVAA serta buku dan jurnal elektronik melalui internet.
32
3. Analisis data Proses analisis data dimulai dengan menelaah semua data yang tersedia dari berbagai sumber melalui pengunaan metode lapangan dan metode pustaka. Sesuai dengan pendapat RM Soedarsono,
penelitian
ini
menempatkan
“kualitatif’
yang
merupakan kualitas data, sebagai jenis penelitian atau jenis data yang dianalisis, bukan pendekatan. 12
VII.
SISTEMATIKA Hasil penelitian dijabarkan dalam lima bagian, yaitu: •
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian serta sistematika penulisan.
•
Bab II berisi uraian interaksi seni rupa dan teknologi digital.
•
Bab III memuat penyajian data yang berupa pemaparan karya-karya
seni
rupa
yang
dihasilkan
dengan
menggunakan teknik cetak digital serta hasil wawancara dengan para nara sumber.
R.M. Soedarsono, Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan Dan Seni Rupa (Bandung, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 1999) h.33 12
33
•
Bab IV berisi analisa data dan telaah masalah yang menyangkut karya seni rupa dengan media cetak digital di Yogyakarta periode 2008-2011.
•
Bab
V
merupakan
kesimpulan
dari
bab
terakhir
serangkaian
penelitian serta analisanya.
yang
pengamatan
memaparkan atas
objek