1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Konsep pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai penyedia air berkualitas baik secara terus menerus, mungkin merupakan konsep lama yang hampir sama lamanya dengan konsep pertaniaan beririgasi. Namun demikian, masih terdapat ketidakjelasan antara kriteria dan indikator yang dapat memenuhi harapan realistik kita didasarkan pada hubungan sebab-akibat pengeloaan DAS dan menginkutsertakan para multipihak. Pengeloaan DAS yang diterapkan sering kali kurang memperhatikan pemantauan yang kontinyu dan menghasilkan data series yang dapat dipertanggung jawabkan validitas datanya. Data karakteristik DAS terutama dari segi hidrologis, edafik dan langcover merupakan aspek hidrologis yang berperan terhadap suplai air dalam DAS adalah intensitas curah hujan yang masuk dan menjadi overland flow merupakan suatu limpasan air dari surplus hujan terhadap infiltrasi pada tanah (Suryana,Gea Vol .8, No. 2, Oktober 2008). Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah keseluruhan permukaan lahan dan perairan yang dibatasi oleh pemisah topografik dan dengan sesuatu atau berbagai cara memberi sumbangan air kepada sungai yang saling berhubungan sebagai satu unit hidrologi sehingga semua aliran yang berasal dari daerah ini dikeluarkan melalui satu keluaran tunggal (seyhan, 1977). Dengan demikian DAS dapat dipandang sebagai ekosistem, artinya DAS terdiri atas berbagai komponen biogeofisik yang saling 1
2
berinteraksi hingga terbentuk satu kesatuan (syafrudin, Gea Vol .8, No. 2, oktober 2008). Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu sistem, maka dalam pengembangannyapun, DAS harus diperlakukan sebagai suatu sistem. Dengan memperlakukan sebagai suatu sistem dan pengembangannya bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka sasaran pengembangan DAS akan menciptaka ciri-ciri yang baik sebagai berikut : 1. Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi. Setiap bidang lahan harus memberikan produktivitas yang cukup tinggi sehingga dapat mendukung kehidupan yang layak bagi petani yang mengusahakannnya. 2. Mampu mewujudkan, pemerataan produktivitas di seluruh DAS. 3. Dapat menjamin kelestarian sumberdaya air. (Agus, dkk., 2007). Salah satu fungsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok air dengan kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir. Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air pada DAS yang akan lebih dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir. Persepsi umum yang berkembang pada saat ini, konversi hutan menjadi lahan pertanian mengakibatkan penurunan fungsi hutan dalam mengatur tata air, mencegah banjir, longsor, dan erosi pada DAS tersebut. Hutan selalu dikaitkan dengan fungsi positif terhadap tata air dalam ekosistem DAS (Noordwijk dan Farida, 2004).
3
Tabel 1.1 Fungsi DAS hutan, pengaruh aktifitas manusia serta waktu pulih (recovery time) yang diperlukan untuk mengembalikan fungsi DAS Pengaruhnya terhadap Neraca Air
Hutan
Ganguan fungsi DAS dapat terjadi oleh •
Pohon
Tanah Hutan
Bentang lahan hutan
• •
Intersepsi Transpirasi
• • • •
Infiltrasi Perkolasi Evaporasi Aliran bawah permukaan
• • •
Infiltrasi Perkolasi Aliran bawah tanah
•
Penebangan Hutan
•
Pemadatan
•
Jalan setapak, jalan besar, saluran air mengurangi buffer storange capacity
Waktu pulih (recovery time) Konsumsi air dapat kembali dalam kurun waktu 1-3tahun, intersepsi 4-10 tahun, biomasa pohon dapat mencapai puluhan tahun, komposisi spesies mencapai satu abad.
•
Permeabilitas permukaan dapat kembali dalam waktu 1 tahun. Pori-pori besar (macro porosity) dapat mencapai puluhan tahun
•
Jalan dan saluran dapat ditutup,kekasaran permukaan dapat kembali secra cepet
Sumber: Susswein et al 2001.
Dampak dari hal tersebut dapat terlihat dengan semakin meningkatnya Alih fungsi lahan dari perhutanan menjadi pertanian maupun pemukiman sebagai contoh jalan yang terdapat di Sub Daerah Aliran Ci Keruh yang menyebabkan rusaknya tatanan ekologis yang berada didalamnya seperti halnya Sungai Ci Keruh, sepanjang 2 km di RW 19 Desa Cinunuk, Kec. Cileunyi, Kab. Bandung, kini “menghilang” dan beralih fungsi menjadi jalan setelah diuruk (ditimbun, red) oleh pengembang Perumahan Bumi Orange PT Margahayu Land. Limpasan (run off) setiap kejadian
4
hujan yang mengakibatkan infiltrasi berkurang dan akan mengakibatkan laju erosi di daerah yang bersangkutan (Pikiran Rakyat, 2008). Infiltrasi merupakan proses masuknya air ke permukaan tanah. Proses ini merupakan bagian yang sangat penting dalam daur hidrologi maupun dalam proses pengalihan hujan menjadi aliran dalam tanah sebelum mencapai sungai. Karakteristik dari suatu kawasan berpengaruh terhadap besarnya infiltrasi pada kawasan tersebut. Adapun faktor yang mempengaruhi antara lain faktor kemiringan lereng dan jenis vegetasi atau penutup tanaman yang ada. Selain itu, jenis pemanfaatan lahan pada suatu kawasan akan memberikan pengaruh terrhadap kapasitas infiltrasi pada kawasan tersebut (Analisis Hidrologi, Harto, 1993). Gatot Indrianto (2008) mengungkapkan,” Peningkatan magnitude luar ia ini terjadi akibat dua hal, yakni merosotnya daya sangga DAS dan rapuhnya infrastruktur pendukungnya, seperti waduk, bendung, dan tanggul. Tingginya laju erosi dan pemadatan tanah menyebabkan hanya lapisan atas tanah yang tersisa. Akibatnya, laju infiltrasi air ke dalam tanah amat minim karena porositasnya rendah, sehingga volume limpasan dan kecepatan sedimentasi melebihi kapasitas tampung sungai, waduk, dan bendung”(Majalah Tempo,25 Februari 2008). Penanganan dan penanggulangan adanya air limpasan permukaan (run off) dan terjadinya erosi di Sub Daerah Aliran Ci Keruh ini akan efektif apabila dilakukan dengan cara memperbesar infiltrasi itu sendiri, baik laju maupun komulatifnya yang sangat dipengaruhi oleh sifat fisik tanah, penggunaan lahan (landuse), kondisi permukaan tanah dan curah hujan itu sendiri.
5
Berdasarkan uraian di atas Sub Daerah Aliran Ci Keruh merupakan Sub Daerah Aliran yang terdapat di dua Kabupaten yang meliputi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang (lima Kecamatan dan 35 Desa). Sub Daerah Aliran Ci Keruh ini mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting di antaranya sebagai penopang perkembangan perekonomian dan fungsi ekologis (lingkungan). Selama ini keberadaan sungai yang melintasi areal persawahan dan perumahan tersebut, memiliki banyak manfaat bagi warga sekitar, Seperti digunakan untuk pengairan persawahan dan mengantisipasi terjadinya banjir di permukiman milik warga. Sub Daerah Aliran Ci Keruh ini mempunyai luas Total 11.685 ha, yang teridiri atas hutan 1.087 ha, kebun 2.431 ha, pemukiman 1.540 ha, sawah irigasi 3.678 ha, sawah tadah hujan 840 ha, semak belukar 69 ha, dan tegalan sebanyak 2.220 ha (Sumber: Peta RBI Lembar Cicalengka, Lembang, Sukamulya dan Ujungberung (2001) serta Hasil Interpretasi Peta RBI 2011, KBDA 2009). Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, iklim di daerah penelitian termasuk kedalam tipe iklim C dengan sifat agak basah. Sub Daerah Aliran Ci Keruh mempunyai rata–rata curah hujan tahunan 1939,3 mm/tahun, dengan bulan basah terjadi sebanyak enam kali berturut-turut yaitu dari Bulan November hingga Bulan April. Jika dicocokkan dengan zona utama bulan basah berturut-turut tipe iklim menurut Oldeman di daerah penelitian ialah tipe C dengan periode ulang bulan basah sebanyak enam kali (Sumber Data Curah Hujan Statsiun Cileunyi Tahun 2000-2009) Berdasarkan keadaan geologinya, Sub Daerah Aliran Ci Keruh termasuk pada Zone Bandung (Depresi Antar Montana), yang secara struktural merupakan puncak
6
antiklin yang telah hancur selama proses pelipatan pada zaman akhir tertier. Batuan pada umunya terdiri atas perselingan breksi, lava, tufa, dan lahar bersusun andesit sampai basal (Sumber Peta Geologi : Peta Geologi Lembar Bandung, Jawa P.H Silitonga 2003 Skala 1:100.000. dan Interpretasi 2011) Ditinjau dari genesisnya secara umum, daerah penelitian ini berasal dari bentukan asal fluvial dengan satuan geomorfologi F1 (Fluvial Plains) yaitu proses endapan aliran permukaan (sedimentasi) dan bentukan asal vulkanik dengan satuan geomorfologi V2 (Volcanic Slopes) yaitu lereng vulkanik dan V3 (Volcanic Footslopes) yaitu kaki vulkanik yang mengalami proses erosi yang besar serta V4 (Volcanic Footslopes) yang mengalami proses erosi dan sedimentasi ringan, dengan luas F1 3.814 ha, V2 1.034,8 ha, V3 2.2240,5 ha, dan V4 4.775,7 ha dengan bentuk wilayah bergelombang hingga berbukit dengan kemiringan berkisar antara 0-25% (Peta Geomorfologi Lembar Jawa Barat dan Interpretasi 2011). Sub DAS Cikeruh memiliki kemiringan 0-8 % (Datar) seluas 3.422 Ha, 8-15 % (landai) seluas 5.056 Ha, 15-25 % (miring) seluas 3.026 Ha, 25-40 % (agak curam) seluas 361 Ha. (Sumber: Peta Kemiringan Lereng Lembar Bandung). Dilihat dari kondisi hidrologinya daerah penelitian Sub Daerah Aliran Ci Keruh membentuk pola denrintik di mana anak sungai bertemu dengan sungai utama atau induk yaitu sungai Ci Tarum dengan membentuk sudut lancip atau berlainan. Sub Daerah Aliran Ci Keruh ini merupakan sumber kehidupan penduduk sehari-hari dan untuk keperluan irigasi pertanian menggunakan mata air.
7
Jenis tanah yang terdapat di daerah penelitian pada umumnya yaitu jenis tanah latosol 6219 ha, andosol 1.114 ha dan alluvial 4.532 ha. Tekstur tanah terdiri atas pasir, debu, liat (clay) dan debu berpasir. Sedangkan struktur tanahnya gumpal bersudut sedang sampai dengan halus, serta penggunaan lahannya terdiri atas pemukiman, kebun, tegalan, hutan sawah irigasi dan sawah tadah hujan (Sumber: Peta Jenis Tanah Lembar Jawa Barat dan interpretasi 2011). Dalam segi sosial, jumlah keseluruhan penduduk yang berada dalam 35 desa pada tujuh kecamatan yang masuk ke dalam Sub Daerah Aliran Ci Keruh sebanyak 363.543 jiwa sedangkan jumlah keseluruhan penduduk dalam Sub DAS Cikeruh dari tujuh kecamatan adalah 181.397 jiwa yang terdiri dari laki-laki yang berjumlah 91.660 jiwa dan perempuan 89.737 jiwa. (Sumber: data monografi Kecamatan Cileunyi, Rancaekek, Bojongsoang, Solokan Jeruk, Jatinangor, Sukasari, dan Tanjungsari). Ditinjau dari asumsi bahwa karakteristik lahan disuatu daerah berbeda-beda, dan keadaan fisik seperti iklim, tanah, geomorfologi, dan geologi yang berbeda, maka parameter karakteristik lahan diambil sebagai parameter yang dapat mempengaruhi laju infiltrasi. Berdasarkan latar belakang kondisi geografis seperti diatas penulis merasa tertarik untuk mengkaji “ Hubungan Karakteristik Lahan dengan Laju Infiltrasi di Sub Daerah Aliran Ci Keruh”. Dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan dalam usaha pencagaran air (water conservation) di daerah tersebut. Hal ini sangatlah penting mengingat air merupakan kebutuhan yang paling mendasar.
8
B. Rumusan Masalah Dinamika
perkembangan
suatu
wilayah
dalam
upaya
pemanfaatan
sumberdaya alam dengan banyaknya peralihan fungsi lahan terbuka menjadi lokasi permukiman atau peruntukan lainnya yang bersifat pemadatan tanah. Dampak dari hal tersebut tentunya akan membuat tingginya limpasan permukaan (run off) dan erosi permukaan di sekitar Sub Daerah Aliran Ci Keruh, yang diakibatkan oleh berkurangnya infiltrasi didaerah tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu studi untuk menganalisis besarnya laju infiltrasi pada berbagai macam karakteristik lahan dan menganalisi parameter apa saja yang mempengaruhi laju infiltrasi di Sub Daerah Aliran Ci Keruh. Besarnya laju infiltrasi pada berbagai macam karakteristik lahan tersebut dapat diukur atau diestimasi dari kemiringan lereng, curah hujan, karakteristik tanah (struktur, tekstur, dan permeabilitas) dan sebagainya. Penulis mencoba merumuskan masalah yaitu sebagai berikut: "Bagaimanakah Hubungan karakteristik lahan dengan laju di Infiltrasi di Sub Daerah Aliran Ci Keruh ". Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka diuraikan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah karakteristik lahan di Sub Daerah Aliran Ci Keruh sebagai parameter yang mempengaruhi laju infiltrasi? 2. Bagaimanakah laju infiltrasi pada berbagai karakteristik lahan di Sub Daerah Aliran Ci Keruh?
9
3. Bagaimanakah hubungan karakteristik lahan dengan laju infiltrasi pada berbagai karakteristik lahan di Sub Daerah Aliran Ci Keruh?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah rumusan yang menunjukan adanya suatu hal hendak dicapai dalam penelitian (Akikunto, 1996:52). Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi karakteristik lahan di Sub Daerah Aliran Ci Keruh sebagai parameter yang mempengaruhi laju infiltrasi. 2. Mengidentifikasi laju infiltrasi pada berbagai karakteristik lahan di Sub Daerah Aliran Ci Keruh. 3. Mengidentifikasi hubungan karakteristik lahan dengan laju infiltrasi pada berbagai karakteristik lahan di Sub Daerah Aliran Ci Keruh.
D. Manfaat Penelitian Hasil kegiatan dan penelitian yang dilakukan serta tujuan yang ingin dicapai, penulis juga mengharapkan adanya suatu implikasi dan manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan ini. Adapun manfaat yang ingin dicapai penulis, yaitu sebagai berikut : 1. Peneliti, yaitu menambah wawasan dan pengetahuan tentang laju infiltrasi pada berbagai karakteristik lahan yang ada di daerah penelitian.
10
2. Sebagai bahan pendalaman materi geografi mengenai hidrologi khususnya infiltrasi 3. Memberikan
informasi
terhadap
masyarakat
setempat
mengenai
upaya
pengendalian besarya air limpasan (runn of), sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penanganan erosi. 4. Memberikan masukkan data bagi lembaga atau instansi terkait mengenai penaganan lahan kritis sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan rehabilitasi lahan dalam konservasi tanah (RLKT) 5. Sebagai acuan data dasar untuk peneliti selanjutnya dengan permasalahan yang lebih aktual.
E. Definisi Operasional Penelitian
yang
akan
dilakasanakan
berjudul
penelitian
“Hubungan
Karakteristik Lahan dengan Laju Infiltrasi Di Sub Daerah Aliran Ci Keruh”. Untuk menghindari kesalah pahaman atau kebingungan maka penulis memberikan definisi operasional sebagai berikut: 1. Infiltrasi Infiltrasi adalah suatu proses masuknya air atau merembesnya air kedalam tanah melalui permukaan tanah (Schwab, et al,1981). Adapun faktor yang mempengaruhi antara lain faktor kemiringan lereng dan jenis vegetasi atau penutup tanaman yang ada (vegetal cover).
11
2. Laju Infiltrasi Laju infiltrasi menyatakan kecepatan penetrasi air masuk ke dalam tanah secara vertikal melalui permukaan tanah dalam satu satuan waktu tertentu yang dinyatakan dalam mm/jam. Laju infiltrasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah berdasarkan karakteristik lahan yang berbeda yaitu kemiringan lereng, penggunaan lahan, dan sifat fisik tanah, adapun untuk pengukuran laju infiltrasi didaerah penelitian ini menggunakan infiltrometer cincin berganda (double ring infiltrometer). Menurut konhke (1968) dalam Lee (1999), klasifikasi laju infiltrasi komulatif dibagi menjadi beberapa kategori yaitu : Sangat lambat Lambat Sedang Sedang cepat Cepat Sangat cepat
1 1–5 20 – 65 65 – 125 125 – 250 >250
3. Karakteristik Lahan Menurut Jamulya (1991) karakteristik lahan marupakan suatu parameter atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, kemiringan lereng, curah hujan, dan sebagainya. Karakteristik Lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah parameter atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti sifat fisik tanah (jenis tanah, struktur tanh, tekstur tanah, dan permeabilitas tanah), kemiringan lereng, kandungan bahan organik (BO), dan Kondisi tutupan tahan (Vegetal Cover).