BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Minyak Goreng adalah salah satu komoditi dari sembilan bahan pokok kebutuhan masyarakat yang dihasilkan dari produk CPO, diolah menjadi Stearin Oil sebagai bahan dasar pembuatan minyak goreng. Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah penghasil minyak Nabati (Bahan Bakar Nabati/BBN) atau Crude Palm Oil (CPO/minyak kelapa sawit), dan memiliki Pabrik Kelapa Sawit (PKS) terbesar di Indonesia.. Produksi CPO Indonesia diperuntukkan sebagai berikut : 1. Ekspor
= 52 %
2. Stearin Industri
= 37 %
3. Margarin Industri = 3 % 4. Soap Industri
= 3%
5. Oleochemical
= 5%
Dari data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 37 % dari total produksi CPO (produksi nasional) diolah menjadi Stearin Oil sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005 kapasitas produksi Crude Palm Oil (CPO) sebesar 13.500.000 ton, artinya produksi minyak goreng nasional hanya sebesar 37 % x 13.500.000 = 4.995.000 ton..
16 Universitas Sumatera Utara
Data dari Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Sumatera Utara, (2007), bahwa jumlah produksi minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara sebesar 2.115.244 ton, ( kemasan dan curah) atau 42,34 % dari produksi nasional dan kebutuhan untuk kota Medan sebesar 127.596 ton. Produksi minyak goreng di Sumatera Utara selain untuk tujuan ekspor juga di perdagangkan melalui antar pulau termasuk keluar pulau Sumatera seperti pulau Jawa, kebutuhan masyarakat berdasarkan data tahun 2005 di kota Medan sebesar 117.000 ton dengan harga /kg rata-rata Rp. 4.675,- dimana harga pada tahun berjalan sesuai dengan mekanisme pasar, tanpa ada campur tangan Pemerintah baik Pusat maupun daerah. dan dengan tingkat Inflasi sebesar 22,41 %. Sebelum masa krisis moneter tahun 1998 perdagangan minyak goreng berjalan cukup lancar dan harga di pasar relatif stabil. Hal ini karena rangsangan ekspor tidak begitu tinggi, sehingga para processor lebih memilih pemasaran lokal (dalam negeri) daripada ekspor di mana harga minyak goreng curah pada tahun itu hanya Rp. 1.700/kg,Bila di lihat dari perkembangan harga CPO diprediksi akan merosot hingga 46 % pada tahun 2009 (Medan Bisnis, Hal.1, 18 Nov. 2008), hal ini disebabkan karena kelebihan Supply sementara Industri Biofuel yang diharapkan bisa menggenjot permintaan (Demand) justru semakin memudar. Berdasarkan laporan CLSA (Asia Fasific Markets), harga CPO pada tahun 2009 hanya mencapai 1.455 ringgit Malaysia (US $ 405) per ton dan CLSA memprediksi tahun 2010 harga CPO akan turun sebesar 32 %. Sementara harga sampai saat ini sudah mengalami penurunan
8 Universitas Sumatera Utara
hingga 68 % sejak level tertingginya dicapai pada Maret 2008 sebesar 4.486 Ringgit Malaysia per ton. Di Indonesia setelah masa krisis moneter harga minyak goreng dipasar mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu mencapai harga Rp.2.925 /kg atau terjadi kenaikan 70 %, pemicu kenaikan harga disebabkan rangsangan ekspor di mana terjadi kenaikan harga di luar negeri dan melemahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar. Kenaikan harga minyak goreng di pasar semakin tinggi terjadi pada bulan Mei tahun 1998 akibat terjadinya kerusuhan massa dan terganggunya distribusi minyak goreng. Untuk menjaga kestabilan harga dan memperlancar distribusi minyak goreng dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, maka pemerintah mengambil beberapa langkah kebijakan sebagai berikut : 1. Melarang ekspor komoditi minyak sawit (CPO) dan turunannya (termasuk minyak goreng). 2. Mencabut kembali larangan ekspor yaitu membuka pintu ekspor komoditi minyak CPO dan turunannya termasuk minyak goreng tetapi dengan pengenaan pajak ekspor untuk komoditi minyak goreng sebesar 60 % yang pada mulanya 40 %. 3. Memberikan subsidi minyak goreng kepada masyarakat dengan harga tebus dari pabrik sebesar Rp. 3.500 /kg dan harga diterima konsumen di pasar maksimal Rp.4.000 /kg dimana pelaksanaannya diserahkan kepada koperasi pasar (Koperasi Distribusi Indonesia/ KDI).
9 Universitas Sumatera Utara
4. Namun pelaksanaannya dilapangan terjadi dualisme harga minyak goreng di pasar yaitu harga yang ditetapkan pemerintah melalui operasi pasar dan harga dari supplier (distributor) minyak goreng, maka pemerintah membuat kebijakan dengan menarik kembali (mencabut) subsidi minyak goreng, sehingga KDI hanya mendapat subsidi sedikit saja, agar tidak terjadi dualisme harga pasar. Dan harga tebus saat ini adalah Rp. 4.365 /kg yang diharapkan harga sampai di konsumen paling tinggi Rp. 5.000 /kg. Kebijakan tersebut adalah dalam upaya untuk mendorong percepatan dan teraturnya penyaluran minyak goreng terutama bentuk curah kepasar sekaligus memperkokoh kemampuan KDI beserta seluruh mitra usahannya baik koperasi maupun pengecer non koperasi. Serta kebijakan ini ditempuh untuk menghilangkan dualisme harga dengan membebaskan harga jual minyak goreng oleh KDI yang disesuaikan dengan tingkat harga yang berkembang di pasar. Data detikcom 29 Maret 2008 yang disampaikan oleh Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan bahwa untuk menekan harga maka minyak goreng curah akan dikonversi ke bentuk kemasan untuk konsumsi rumah tangga, tujuannya adalah untuk menahan laju fluktuasi harga minyak goreng curah dipasaran, karena minyak goreng curah sangat rentan terhadap fluktuasi harga yang terjadi. Saat ini harga minyak goreng curah lebih berfluktuasi dibandingkan minyak goreng kemasan. Apabila diiginkan harga minyak goreng curah stabil maka salah satu instrument strukturalnya adalah dengan memperbesar porsi minyak goreng kemasan.
10 Universitas Sumatera Utara
Dampak krisis ekonomi global saat ini diharapkan pemerintah daerah, maupun dunia usaha kiranya tanggap dengan melaksanakan operasi pasar minyak goreng, terutama minyak goreng curah karena merupakan kebutuhan pokok masyarakat disamping kebutuhan untuk usaha industri kecil (Indusri kreatif) seperti Industri makanan (goreng-gorengan) yang pada umumnya meggunakan minyak goreng curah karena harganya relative rendah bila dibandingkan harga minyak goreng kemasan, sehingga dapat menekan biaya produksi. Disamping itu juga perlu diperhatikan masyarakat yang berpenghasilan rendah yang masih membeli minyak goreng curah secara “cantingan”, yaitu membeli satu gelas sehari.. Berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh Pemerintah daerah maupun Pemerintah Pusat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan minyak goreng.
Berdasarkan
permasalahan
serta
upaya-upaya
Pemerintah
dalam
menstabilkan serta memperlancar distribusi dan mengamankan pasokan permintaan minyak goreng curah kepada konsumen maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul sebagai berikut ” FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN MINYAK GORENG CURAH DI KOTA MEDAN”.
11 Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah Dari hasil pengamatan dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan serta berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah yang timbul adalah sebagai berikut : 1. Berapa besar pengaruh harga minyak goreng curah terhadap permintaan minyak goreng curah. 2. Berapa besar pengaruh pendapatan rumah tangga terhadap permintaan minyak goreng curah. 3.
Berapa besar pengaruh jumlah anggota rumah tangga terhadap permintaan minyak goreng curah
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk melihat pengaruh harga minyak goreng curah terhadap permintaan minyak goreng curah 2. Untuk melihat pengaruh pendapatan rumah tangga terhadap permintaan minyak goreng curah. 3. Untuk melihat pengaruh jumlah anggota rumah tangga terhadap permintaan minyak goreng curah
12 Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian Dengan selesainya penelitian ini diharapkan hasilnya mampu memberikan kontribusi dan sekaligus memberi manfaat, pertama sebagai sumbangan konseptual, dan manfaat kedua sebagai sumbangan praktis yaitu : 1. Menambah wawasan dan Ilmu pengetahuan peneliti yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan minyak goreng curah 2. Memberi masukan kepada Pemerintah dalam melakukan perencanaan. 3. Sebagai bahan acuan untuk peneliti berikutnya terutama yang berminat untuk meneliti mengenai sektor produksi CPO serta produk turunannya.
13 Universitas Sumatera Utara