BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya pembangunan di bidang offshore yang membutuhkan berbagai jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan membuat perusahaan manufaktur berlomba-lomba untuk mensuplly kebutuhan konstruksi tersebut. PT. Webforge Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dimana produk hasil produksi berupa steel grating yang biasa digunakan sebagai material pengganti platform, keuntungan dari grating ini bila dibandingkan dengan material checker plate adalah dapat mereduksi beban angin karena bentuknya yang berupa plate bar tersusun vertikal dengan jarak tertentu Pentingnya produk steel grating untuk kebutuhan pekerjaan konstruksi offshore tersebut membuat PT. Webfoge perlu memperhatikan sisi K3 demi kesehatan dan keselamatan karyawannya agar proses supply dapat berjalan lancar. Dalam satu siklus produksi steel grating, akan dilalui proses merangkai grating menjadi lembaran dengan mesin grid, memotong lembaran grating dengan mesin potong elektrik, membentuk sesuai permintaan dengan proses pengelasan, hingga proses packing dan pengangkutan yang menggunakan forklift dimana setiap kegiatan tidak bisa terlepas dari resiko bahaya kebisingan, kemasukan serpihan besi, tertusuk potongan besi, tersandung, terkena percikan api, serta tertimpa benda jatuh. Untuk itu PT Webforge Indonesia perlu menyiapkan Alat
1-1
pelindung diri (APD) di setiap divisi kerjanya, sebagai bentuk pencegahan dari resiko kecelakaan kerja. Disisi lain tingkat keselamatan tenaga kerja di Indonesia masih sangat tergolong rendah. Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) RI, dalam satu hari 5 orang pekerja meninggal dunia saat melakukan pekerjaannya1. Beberapa tahun terakhir telah terjadi banyak kecelakaan kerja pada pelaksanaan pekerjaan fabrikasi. Baik itu didalam ruangan maupun di luar ruangan. Data menunjukkan bahwa kecelakaan kerja terjadi paling banyak disebabkan oleh kesalahan manusia (human error), baik dari aspek konpetensi para pelaksana fabrikasi maupun pemahaman arti pentingnya penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja. Berdasarkan hasil evaluasi atas kejadian-kejadian kecelakaan kerja selama ini dapat disimpulkan beberapa faktor penyebab terjadinya kecelakaan baik yang menimbulkan korban jiwa maupun luka-luka hal ini sebabkan penggunaan metode pelaksanaan yang kurang tepat, lemahnya pengawasan pelaksanaan dilapangan, belum sepenuhnya melaksanakan ketentuan atau peraturan-peraturan yang menyangkut K3 yang telah ada, kurang memadainya baik dalam kualitas dan kuantitas kesediaan peralatan alat pelindung diri (APD), dan kurang disiplinnya para tenaga kerja didalam mematuhi ketentuan mengenai K3 yang antara lain memakai alat pelindung diri kecelakaan kerja. Dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja pada lokasi fabrikasi manufaktur, serta adanya tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja, diperlukan upaya-upaya kedepan untuk mewujudkan tercapainya ”zero accident” di lokasi fabrikasi. 1
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/032007/21/0308.htm
1-2
Pada tahun 1999 BSI mengeluarkan OHSAS 18001 (Occupatinal Health and Safety Assessment Series) yang berisi persyaratan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Persyaratan-persyaratan dari OHSAS yang sudah dimiliki oleh perusahaan2. OHSAS 18001 : 2007 berisi persyaratan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja untuk mengendalikan semua resiko serta meningkatkan kinerja perusahaan yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan
kerja.
Kewajiban
mengenai
penerapan
sistem
manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja oleh setiap perusahaan ini ditegaskan kembali dalam pasal 87 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang berbunyi: ”setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan”. Dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja pada tempat kegiatan fabrikasi serta adanya tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja, diperlukan upaya-upaya ke depan untuk mewujutkan tercapainya ”zero accident” ditempat kegiatan fabrikasi. Oleh karena itu implementasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik sangat berperan dalam program merealisasikan kebijakan pemerintah di bidang keselamatan dan kesehatan kerja dalam mewujudkan iklim kerja yang aman, sehat, tertib dan nyaman. Sebab untuk menghasilkan produk kegiatan fabrikasi yang bermutu, efisien waktu dan biaya, serta mutu yang dapat dipertanggungjawabkan selalu tidak terlepas dari penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
2
http:www.isdtrining.com/silabus.htm
1-3
1.2 Rumusan masalah Pada sebuah pabrik yang bergerak di bidang manufaktur beragam jenis kegiatan dapat dipastikan memiliki keragaman kecelakaan kerja, pada dasarnya pihak manajemen perusahaan telah melakukan pencegahan baik melalui himbauan, pelatihan maupun penyediaan Alat Pelindung Diri kepada setiap pekerja. Namun ada beberapa hal yang tidak dapat dihindari atau pun dicegah oleh sebab itulah diberikan alat Pelindung Diri (APD) kepada setiap karyawan, tetapi APD pun memiliki masa pakai (umur) yang terbatas, dan celakanya lagi umur setiap APD berbeda-beda bergantung pada rutinitas kegiatan yang dapat menyebabkan kerusakan pada APD. Semakin tinggi tingkat produksivitas semakin tinggi pula waktu kerja sehingga tingkat kebutuhan APD semakin meningkat karena pengurangan masa pakai APD tersebut. Sementara itu perusahaan tidak mungkin mengeluarkan semua laba (keuntungannya) hanya untuk menyiapkan APD kepada karyawannya sebagai bentuk fasilitas bagi karyawan. Oleh karena itu, sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang dilaksanakan pada setiap perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang fabrikasi perlu dikendalikan agar dapat berjalan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan yang optimal. Dari uraian diatas maka dapat dibuat suatu rumusan masalah bahwa : 1. Adanya perbedaan penggunaan APD yang berbeda-beda pada tiap-tiap divisi. 2. Tidak terkontrolnya penggunaan APD pada saat adanya penambahan waktu kerja (over time) saat produktivitas meningkat.
1-4
3. Perlu diAnalisis hubungan antara besarnya peningkatan waktu kerja disetiap divisi terhadap biaya APD.
1.3 Batasan Masalah Dalam penulisan tugas akhir ini penulis akan membatasi masalah agar tidak terjadi pelebaran masalah yaitu :
Mengukur penggunaan/penggantian APD, jumlah jam kerja setiap divisi/ unit kerja serta biaya penggunaan APD selama 2 bulan dengan membagi menjadi 8 periode di setiap unit kerja pabrikasi dan biaya produksi.
MengAnalisis adakah perbedaan biaya APD disetiap unit kerja karena pengaruh peningkatan waktu kerja.
MengAnalisis hubungan peningkatan waktu kerja disetiap divisi/ unit kerja terhadap biaya APD terhadap biaya produksi. Dimana jenis APD dan unit kerja yang menjadi obyek Analisis adalah :
No Divisi/ Unit Kerja 1
Operator twist Machine
2
Operator Serrated Machine
3
Operator grid Machine
4
Operator Saw Machine
5
Operator Clip perss Machine
6
Operator Crane
7
Welder
8
Packer
9
Forklift Driver
10
Maintenance 1-5
11
Factory Cleaner
12
Stock control
Tabel 1.1 ( a ) Tabel Unit Kerja
No Jenis- jenis APD 1
Tutup Telinga Plastik
2
Kacamata Safety
3
Masker
4
Sarung Tangan Katun
5
Sarung Tangan Kulit
6
Topi Jepang
7
Sepatu Safety
8
Kedok Las
9
Baju dan Celana Kerja
10
Apron Badan dan Tangan
11
Wearpack
12
Rompi Warna Terang
Tabel 1.1 ( b ) Tabel Jenis-jenis APD Hal ini dilakukan karena unit kerja tersebut sangat berketergantungan terhadap APD yang digunakan untuk memberi kenyamanaan dan keselamatan dalam melakukan pekerjaannya, dimana hal ini dilakukan oleh PT. Webforge Indonesia, yang bergerak dibidang fabrikasi steel grating yang telah mendapatkan sertifikat OHSAS 18001 : 2007 sebagai aktivitas tinjauan manjemen untuk melakukan monitoring dan perbaikan.
1-6
1.4 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah : Mengetahui rasio hubungan biaya APD terhadap waktu kerja produksi, serta mengetahui divisi produksi yang paling berperan terhadap peningkatan biaya APD, untuk dapat memberikan masukan kepada pihak manajemen agar disediakan Alat Pelindung Diri dengan jumlah persediaan yang sesuai dengan kebutuhan pada saat waktu produksi meningkat. Sehingga peningkatan produksi tidak merusak/ mempengaruhi secara signifikan terhadap sistem manajemen OHSAS (Occupational Healt & Safety Assessment Series) yang diterapkan pada PT. Webforge-indonesia. Hal ini dilaksanakan sebagai tinjauan manajemen untuk melakukan monitoring dan perubahan.
1.5 Alasan pemilihan judul. OHSAS (Occupational Healt&Safety assessment series) 18001 : 2007 merupakan salah satu syarat perusahan untuk dapat go-internasional. Namun disamping itu kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam kebijakan OHSAS perlu di Analisis agar tidak terjadi kelebihan biaya akibat adanya OHSAS tersebut. Untuk itu saya selaku bagian dari perusahaan merasa perlu untuk memahami bagaimana sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan pada perusahaan manufaktur.
1-7
1.6 Metodologi penulisan. Untuk dapat mencapai hasil yang dimaksud dan tujuan penulisan tugas akhir ini, maka penulis perlu menentukan langkah- langkah yang harus dilakukan, antara lain sebagi berikut : 1. Tahap pengumpulan data : Data-data yang harus dikumpulkan diantaranya : a. Data literatur sebagai teori yang diperoleh dari Sistem manajemen Kesehatan dan keselamatan kerja(K3), situs internet dan media cetak yang terkait masalah OHSAS 18001 : 2007 dan manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3). b. Survey lokasi PT. Webforge Indonesia yang digunakan sebagai objek penulisan untuk mengadakan pengamatan dan penelitian. 2. Tahap Analisis Data. 3. Dari data-data yang telah didapat, kemudian penulis menganalisis dan mengolah data. Analisis dilanjutkan melalui sofware SPSS dengan pengujian statistic baik pengujian jenis nominal maupun ordinal data tersebut diolah sehingga akan muncul rasio hubungan antara biaya APD dan waktu kerja produksi. 4. Tahap penarikan kesimpulan. Kesimpulan dibuat dari hasil analisis yaitu besarnya pengaruh peningkatan waktu kerja setiap divisi terhadap biaya penggunaan APD.
1-8
1.7 Sistematika penulisan. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membagi pokok-pokok pembahasan secara garis besar sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, metodologi penulisan, pengertian judul, alasan pemilihan judul, sistematika penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan dan batasan masalah. Bab II Dasar Teori, pada bab ini akan di jelaskan mengenai teori manajemen, standar OHSAS 18001 : 2007 secara umum, macam-macam Alat Pelindung Diri yang digunakan oleh pabrik manufaktur. Bab III Data lapangan, pada bab ini berisi mengenai jenis-jenis alat Pelindung Diri yang digunakan oleh PT. Webforge Indonesia, denah lokasi area fabrikasi, serta metode penelitian yang digunakan. Bab IV Analisis data, pada bab ini akan membahas mengenai analisis Alat Pelindung Diri yang digunakan oleh pekerja fabrikasi PT. Webforge Indonesia. Bab V Penutup, pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran dari keseluruhan yang telah dilakukan penulis.
1-9