BAB I I.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) adalah wilayah yang paling parah dihantam gempa bumi dan gelombang tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 lalu. Diperkirakan 2300 km jalan tidak dapat dilalui lagi, 9 pelabuhan rusak berat, 8 lapangan udara, 120 buah jembatan utama dan 1500 jembatan kecil turut rusak. Hal tersebut diperparah lagi oleh tingginya pencemaran air tanah, buruknya sanitasi, hancurnya irigasi dan suplai tenaga listrik yang minim. Diperkirakan akan dibutuhkan pembangunan rumah antara 80.000 sampai 110.000 buah rumah untuk 500.000 jiwa yang kehilangan tempat tinggal. Pembangunan kembali fasilitas infrastruktur membutuhkan biaya sekitar 30 Trilyun Rupiah (progress report BRR, Desember 2006). Pemerintah pusat selanjutnya melalui UU nomor 2 tahun 2005 tentang Badan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Wilayah Dan Masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam Dan Kepulauan Nias Propinsi Sumatera Utara, membentuk sebuah lembaga yang diberi nama BRR NAD dan Nias untuk mengkoordinasikan pelaksanaan rehabilitasi dan pembangunan kembali wilayah NAD dan Nias. BRR NAD dan Nias ini akan bekerja selama empat tahun mulai tahun 2005 sampai tahun 2009. Salah satu tugas dan tanggung jawab BRR adalah mengkoordinasikan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur di Nanggroe Aceh Darussalam.
Rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur di NAD melalui beberapa tahapan yaitu, tahap pemikiran (conception), tahap perencanaan (planning), tahap desain (design), tahap pelelangan (bidding) dan pelaksanaan konstruksi. Jenis fasilitas infrastruktur yang dibangun meliputi, jalan dan jembatan, trasportasi air, transportasi udara, bangunan air, bangunan pengelola limbah, pos dan telekomunikasi dan bangunan umum. Rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana infrastruktur pada keseluruhan tahapan perlu mempertimbangkan kriteria perencanaan yang kompleks, seperti rencana tata ruang wilayah dan master plan yang harus mempertimbangkan tingkat kerentanan dan dampak yang mungkin akan timbul jika bencana serupa terulang kembali, pandangan hidup masyarakat,
2
perubahan tata guna lahan dan batasan penggunaan material yang harus mempertimbangkan kelestarian lingkungan ditambah dengan keterbatasan sumber daya dan waktu penyelesaian yang mendesak.
Kriteria-kriteria tersebut menjadi tantangan sekaligus hambatan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi secara efektif dan efisien. Efektifitas ditinjau dari seberapa besar ketepatan proyek konstruksi mencapai sasaran yang ingin dicapai dari pembangunan konstruksi tersebut dan efisiensi ditinjau dari sejauhmana sumber daya yang digunakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi dapat dikelola dengan optimal untuk mencapai standar performansi yang ditetapkan. Dalam pelaksanaannya sering kali proyek yang dilaksanakan tidak efektif mencapai sasaran proyek. Rendahnya kualitas konstruksi yang dihasilkan dan adanya beberapa fasilitas publik yang telah dibangun menjadi terbengkalai dan tidak dimanfaatkan oleh masyarakat pengguna karena lokasinya yang tidak tepat. Disamping itu inefisiensi juga sering muncul dalam bentuk keterlambatan penyelesaian proyek, dan seringnya terjadi rework akibat perubahan desain pada tahap pelaksanaan konstruksi, perbaikan pekerjaan finishing dan penugasan penyedia jasa yang saling tumpang tindih.
Kriteria perencanaan yang kompleks dimana tahapan pelaksanaan proyek harus dimulai sejak tahap pemikiran (conception phase) dan permasalahan inefektifitas serta inefisiensi tersebut di atas dapat diatasi melalui penerapan suatu sistem manajemen
yang
bertujuan
meningkatkan
value,
seperti
metoda Lean
Construction, Taguchi, Six Sigma, Benchmarking, ISO 9001:2000 mengenai manajemen mutu dan Value Engineering (VE), (Rains, 2005). Pada penelitian ini, studi hanya kami fokuskan pada Value Engineering saja.
Value Engineering adalah suatu teknik manajemen yang menggunakan pendekatan yang sistematis dan terorganisasi melalui analisis fungsi guna mencapai kombinasi optimum antara biaya dengan keandalan dan performansi suatu produk. Metoda ini dilaksanakan oleh sebuah tim yang terdiri dari multidisiplin ilmu. Penerapan program Value Engineering sejak tahap dini dalam
3
proses pelaksanaan proyek akan memberi peluang pencapaian value yang maksimal, seperti mampu meningkatkan kualitas proyek, mengurangi biaya proyek, mempercepat proses penyelesaian proyek, menciptakan inovasi baru yang lebih baik, mampu mengakomodasi tuntutan berbagai kepentingan dari stakeholder
yang
terkait,
meningkatkan
kemananan
serta
kenyamanan
pelaksanaan konstruksi, mengurangi implikasi negatif terhadap lingkungan, (Zimmerman & Hart,1982).
Penerapan VE pada awalnya memang menuntut penambahan biaya dan waktu pelaksanaan proyek. Penambahan biaya tersebut karena tuntutan untuk membayar insentif anggota tim VE dan biaya operasional pelaksanaan workshop VE. Disamping itu penambahan waktu guna pelaksanaan seluruh tahapan rencana kerja (job plan) VE berimplikasi pada penambahan waktu total penyelesaian proyek. Namun pada tahap selanjutnya value yang dihasilkan dari penerapan program VE ini akan lebih bernilai dibanding biaya dan waktu yang dihabiskan. Studi penerapan VE di Amerika serikat menunjukkan peranan VE yang sangat besar dalam meningkatkan value. Dari segi penghematan biaya, penerapan VE terbukti sangat baik menghemat total anggaran departemen dan perusahaanperusahaan besar serta proyek-proyek konstruksi berskala besar di Amerika. Penghematan tersebut mencapai 25% (Dell ’isola., 1975).
Dalam upaya untuk mengetahui “Kesiapan Penerapan Value Engineering Pada Pembangunan Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam” maka perlu dilakukan analisis terhadap faktor-faktor prasyarat penerapan VE pada pembangunan infrastruktur di NAD. Analisis faktor-faktor prasyarat tersebut dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip keberhasilan penerapan VE di Amerika dan negara-negara lainnya. Dengan mengetahui kesiapan penerapan Value Engineering pada pembangunan infrastruktur di Nanggroe Aceh Darussalam diharapkan dapat menjadi masukan awal bagi pihak terkait, khususnya masyarakat jasa konstruksi di NAD dan pemerintah daerah, jika ingin menerapkan program VE ini nantinya.
4
I.2.
Rumusan Permasalahan
Hal-hal utama yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor-faktor prasyarat apa yang berpengaruh bagi keberhasilan penerapan VE pada pembangunan infrastruktur di NAD; 2. Bagaimana tingkat kesiapan masyarakat jasa konstruksi dalam menerapkan Value Engineering pada pembangunan infrastruktur
di Nanggroe Aceh
Darussalam ditinjau dari terpenuhi-tidaknya faktor-faktor prasyarat tersebut. I.3.
Maksud Dan Tujuan Studi
Adapun maksud dan tujuan studi ini adalah untuk: 1. Mengetahui
faktor-faktor
prasyarat
yang
mempengaruhi
keberhasilan
penerapan Value Engineering (VE) pada pembangunan infrastruktur di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD); 2. Mengetahui tingkat kesiapan masyarakat jasa konstruksi dalam menerapkan metoda VE pada pembangunan infrastruktur di NAD ditinjau dari terpenuhitidaknya faktor-faktor prasyarat tersebut. I.4.
Ruang Lingkup Studi
Ruang lingkup studi dibatasi pada hal-hal berikut: 1. Studi dilakukan terbatas pada analisis faktor-faktor prasyarat yang mempengaruhi kesuksesan penerapan VE pada pembangunan infrastruktur di NAD; 2. Studi ini beranjak dari asumsi tidak dikenalnya metoda VE di kalangan masyarakat jasa konstruksi di NAD, sehingga eksplorasi faktor-faktor prasyarat didekati melalui prinsip-prinsip yang terkandung dalam metoda VE yang berkembang di Amerika Serikat dan negara-negara lain; 3. Sampel penelitian difokuskan pada instansi/perusahaan yang pernah menangani proyek-proyek infrastruktur; 4. Sampel penelitian ini adalah perusahaan/instansi lokal di NAD yang terdiri dari: owner, konsultan desain, kontraktor.
5
5. Penelitian
akan
dilakukan
di
Nanggroe
Aceh
Darussalam
dengan
pertimbangan daerah tersebut baru menghadapi bencana dan saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan rekonstruksi. I.5.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Masyarakat jasa konstruksi di Indonesia. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan terkait arah pengembangan usaha jasa konstruksi di NAD khususnya dan Indonesia umumnya dalam upaya penerapan metoda VE; b. Pemerintah selaku regulator. Memberi landasan yang lebih kuat dan mendorong pemerintah untuk mengkaji kelayakan penyusunan regulasi bagi pengaplikasian metoda VE pada pelaksanaan pembangunan fasilitas publik di Indonesia; c. Para pihak yang berminat dalam topik ini untuk lebih memperdalam kajian dan menyempurnakan penelitian ini di masa-masa yang akan datang. I.6.
Metoda Penelitian
Penelitian mengenai kesiapan penerapan Value Engineering (VE) pada pembangunan infrastruktur di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dikembangkan melalui pendekatan penilaian terhadap faktor-faktor prasyarat yang harus terpenuhi bagi terlaksananya penerapan VE pada pelaksanaan pembangunan infrastruktur di NAD.
Faktor-faktor prasyarat tersebut digali dari prinsip-prinsip penerapan Value Engineering yang berkembang di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Selanjutnya faktor-faktor sukses tersebut dijabarkan dalam parameter-parameter terukur untuk disusun menjadi pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang mudah dipahami responden.
6
I.7.
Langkah-Langkah Penyusunan Kuesioner
Kuesioner adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Kuesioner terdiri dari daftar pertanyaan kualitatif dan kuantitatif. Penyusunan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data dilakukan dengan cara berikut: 1. Mengadakan identifikasi prinsip-prinsip yang mempengaruhi kesuksesan penerapan VE, berdasarkan studi literatur perkembangan VE di Amerika dan negara-negara lain; 2. Mengadaptasikan prinsip-prinsip tersebut menjadi prinsip-prinsip yang mempengaruhi kesuksesan penerapan VE di NAD dengan asumsi bahwa di NAD metoda ini belum dikenal; 3. Mengelompokkan prinsip-prinsip tersebut menjadi faktor-faktor prasyarat penerapan VE di Nanggroe Aceh Darussalam berdasarkan kemiripan karakteristiknya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan analisis penelitian; 4. Faktor- faktor prasyarat dan prinsip-prinsip penerapan VE di NAD tersebut selanjutnya dikembangkan menjadi variabel dan indikator penelitian; 5. Mengembangkan variabel dan indikator penelitian menjadi pertanyaanpertanyaan dalam kuesioner; 6. Melengkapi kuesioner dengan pedoman atau instruksi dan kata pengantar.
Kuesioner ditujukan kepada 3 kelompok responden. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari pertanyaan yang umum dan relevan ditanyakan pada seluruh responden dan pertanyaan spesifik yang hanya sesuai ditanyakan pada responden yang tepat. Karena itu akan disiapkan 3 buah kuesioner untuk 3 kelompok responden.
Masing-masing
pertanyaan
dilengkapi
dengan
alternatif
jawaban
yang
menunjukkan tingkat preferensi responden. Alternatif jawaban tersebut disusun dengan menggunakan skala yang menyerupai skala Likert. Dimana skala ini merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik ), seperti sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang dengan parameter abstrak seperti: selalu, sering, jarang, tidak
7
pernah. Jawaban mempunyai gradasi dari ”sangat positif” yang diberi skala 4 dan ”sangat negatif” diberi skala 1. I.7.1.
Validitas Kuesioner
Validitas kuesioner ditunjukkan dari seberapa baik kuesioner yang diajukan dapat mengukur sasaran yang telah ditetapkan. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan/mengukur sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (tepat). Pengujian validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengujian construct validity, yaitu dengan mendiskusikan butir-butir pertanyaan yang akan disusun dengan ahlinya. Para ahli diminta opininya tentang kuesioner yang telah disusun. Dari hasil diskusi itu para ahli akan memberikan pendapat, masukan, dan perbaikan terhadap kuesioner, baik terhadap format kuesioner maupun isi kuesioner. Dalam proses validasi ini dimungkinkan terjadi beberapa kali perubahan susunan atau bentuk pertanyaan pada kuesioner, sehingga didapatkan suatu susunan pertanyaan yang paling valid, mudah dimengerti dan dipahami oleh responden. Setelah pengujian construct validity ini selesai, kuesioner selanjutnya diujicoba melalui penyebaran kuesioner kepada responden. I.7.2.
Reliabilitas Kuesioner
Suatu kuesioner dikatakan reliabel apabila memberikan hasil skor yang konsisten pada setiap pengukuran. Suatu pengukuran mungkin reliabel namun tidak valid. Namun pengukuran yang tidak reliabel sudah pasti tidak valid. Jadi reliabilitas adalah syarat perlu tapi tidak cukup (necessary but not sufficient condition) untuk validitas (Uyanto, 2006). Dengan analisis reliabilitas kita dapat : a. mengetahui bagaimana butir-butir pertanyaan dalam kuesioner saling berhubungan ; b. mendapatkan nilai cronbach’s alpha yang merupakan index internal consistency dari skala pengukuran secara keseluruhan ; c. mengidentifikasi butir-butir pertanyaan dalam kuesioner yang bermasalah dan harus direvisi atau dihilangkan.
8
Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis dengan metoda statistik. Ada dua metoda dalam statistik (Nugroho, 2005), yaitu: 1. statistik deskriptif, dilakukan untuk mengidentifikasi jumlah atau persentase responden yang masuk ke dalam kategori tertentu, dan 2. statistik inferensial, dilakukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis dan korelasi antar variabel. Dalam penelitian ini metoda statistik yang digunakan hanya metoda statistik deskriptif saja. Hal ini karena minimnya jumlah sampel yang mengembalikan kuesioner dan tidak ada hipotesis yang harus dibuktikan serta tidak dilakukan analisis korelasi antar variabel penelitian. I.8.
Sampel Penelitian
Sampel penelitian dipilih dari 7 kabupaten/kota dari 22 kabupaten/kota yang ada di wilayah NAD saat ini. Ketujuh kabupaten/kota tesebut dipilih karena berada di pesisir pantai timur dan utara propinsi NAD. Di daerah-daerah tersebut tersedia akses transportasi yang baik yang akan memudahkan pengumpulan data dan perkembangan perusahaan-perusahaan penyedia jasa konstruksi di wilayah tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan wilayah lain di NAD. Tujuh kabupaten/kota yang menjadi lokasi penelitian adalah: 1. Kabupaten Aceh Tamiang; 2. Kabupaten Aceh Timur; 3. Kota Langsa; 4. Kota Lhokseumawe; 5. Kabupaten Bireuen; 6. Kabupaten Aceh Besar; 7. Kota Banda Aceh. Dari setiap kabupaten/kota selanjutnya akan ditentukan sampel dari masingmasing kelompok responden, yang terdiri dari: 1. Owner: Instansi pemerintah yang pernah mengelola proyek lebih besar dari 3 Milyar rupiah. Pemilihan owner dengan spesifikasi ini selaras dengan pemilihan sampel penyedia jasa yang berkualifikasi menengah dan besar saja; 2. Konsultan desain: terdiri dari konsultan berkualifikasi menengah dan besar
9
3. Kontraktor : berkualifikasi menengah dan besar. Berdasarkan studi literatur, penerapan VE di Amerika hanya difokuskan pada proyek-proyek besar dengan anggaran lebih besar dari 25 juta dolar Amerika (Clark, 1999). Mengingat penelitian ini bersifat eksploratif, dalam upaya mengeksplorasi faktor-faktor prasyarat yang menentukan kesuksesan penerapan VE pada pembangunan infrastruktur di NAD maka batasan anggaran proyek yang ditinjau adalah batasan biaya dimana perusahaan tidak kecil dan besar dapat ikut berkompetisi yaitu lebih besar 3 milyar rupiah (Edaran menteri PU nomor: 8/SE/M/2006)
Secara runtut proses pelaksanaan penelitian “Kesiapan Penerapan Value Engineering Pada Pembangunan Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam” dapat dilihat pada gambar I.1 berikut:
10
MULAI
STUDI LITERATUR
STUDI LITERATUR
VE di luar negeri 1. studi perkembangan dan manfaat metode VE di luar negeri 2. studi tentang metode VE dan proses pelaksanaannya 3. studi regulasi pemerintah di luar negeri menyangkut VE 4. studi kualifikasi proyek yang diterapkan VE 5. studi kualifikasi tim VE
VE di Indonesia 1. studi perkembangan VE di Indonesia umumnya dan NAD khususnya 2. studi regulasi pemerintah di Indonesia menyangkut VE 3. studi kualifikasi proyek yang potensial diterapkan VE di NAD 4. studi kualifikasi resource di NAD yang potensial menjadi tim VE
FINISH
PERUMUSAN PERMASALAHAN
Kesimpulan dan saran PERUMUSAN MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
Pembahasan PERUMUSAN PRINSIP-PRINSIP YANG TERKANDUNG DALAM VE
Pengolahan dan Analisis data
PERUMUSAN FAKTOR-FAKTOR PRASYARAT PENERAPAN VE DI NAD
Pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara Menentukan sampel penelitian
MERUMUSKAN VARIABEL DAN INDIKATOR PENELITIAN
YES uji validitas & reliabilitas terpenuhi?
NO PENYUSUNAN KUESIONER
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner 1. construct validity 2. Cronbach’s Alpha
Gambar 0-1 Bagan alir proses pelaksanaan penelitian
I.9.
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan pada tesis ini dibagi menjadi 7 (tujuh) bab di mana masing-masing bab terdiri dari beberapa sub-bab. Secara umum sistematika pembahasan tesis ini adalah sebagai berikut :
11
a. Bab I Pendahuluan Pada bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan studi, ruang lingkup studi, lokasi studi, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
b. Bab II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan Value Engineering yang terdiri dari:
sejarah lahirnya Value
Engineering, rencana kerja (Job plan), analisis fungsi, cost dan worth, Function Analisys System Technique (FAST), proses pelaksanaan VE dan teori lainnya yang relevan.
c. Bab III Pembangunan Infrastruktur Pasca Gempa dan Tsunami di NAD Pada bab ini diuraikan gambaran mengenai pembangunan infrastruktur di NAD, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi masyarakat dan wilayah (BRR), lembaga-lembaga lain dan penyandang dana yang terlibat serta proyek-proyek infrastruktur yang dibangun;
d. Bab IV Pengembangan Model Pada bab ini diuraikan mengenai variabel-variabel penelitian, indikatorindikator penelitian, dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan pada saat survey. Variable, indikator dan pertanyaan tersebut dikembangkan dari prinsip-prinsip VE yang berkembang di AS dan negara-negara lain.
e. Bab V Pengumpulan Dan Pengolahan Data Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses pengambilan data melalui kuesioner dan wawancara. Serta deskripsi data dalam skala dan histogram.
f. Bab VI Analisis Data dan Pembahasan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengumpulan data, pengolahan dan analisis data dan pembahasan.
12
g. Bab VII Penutup Berisi kesimpulan dan rekomendasi bagi terwujudnya penerapan metode VE dalam pelaksanaan proyek infrastruktur di NAD khususnya dan Indonesia umumnya, dan saran terkait dengan studi yang telah dilakukan dan rencana pengembangan pada studi-studi selanjutnya.