BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, mandi, mencuci (berbagai macam cucian) dan sebagainya. kehidupan manusia dapat berlangsung hanya bila kebutuhan air secara kuantitatif dan kualitatif dapat dipenuhi. Menurut perhitungan WHO, di negara – negara
maju
tiap orang
membutuhkan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan, di negara berkembang termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari.1
Sumber air sumur rumah tangga merupakan sumber air yang keluar dari dalam lapisan tanah. Hal ini Air sumur terbagi menjadi air sumur dangkal dan air sumur dalam. Dalamnya lapisan air dari permukaan tanah berbeda dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Biasanya 5- 15 meter untuk air sumur dangkal sedangkan untuk air sumur dalam dapat lebih dari 15 meter. Air sumur rumah tangga belum tentu sehat untuk dikonsumsi, karena dapat terkontaminasi kotoran, dari permukaan tanah. Terutama, kontaminasi dari kotoran manusia yang tidak dikelola dengan baik dan benar2. “Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan oleh tubuh’’3. Zat- zat yang dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeses), air seni (urine), dan CO2 dari hasil dari proses pernapasan. Tinja berpotensi besar 1 2 3
Soekidjo Notoatmojo , Ilmu kesehatan masyatakat , (Jakarta : PT Rineka Cipta ,1997, hh.152 Ibid, hh.155 Soeparman dan Suparmin, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, (Jakarta : penerbit buku kedokteran, hal 172
15
sebagai media penularan penyakit, terutama penyakit saluran pencernaan. Karena itu, berbagai upaya harus dilakukan untuk mencegah kemungkinan tercemarnya tanah, air tanah, dan air permukan oleh tinja.
Seiring dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok yang sedini mungkin diatasi, Karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multi komplek. Pembuangan kotoran manusia pada rumah tangga biasanya tertampung pada sebuah tempat yang disebut tempat pembuangan tinja rumah tangga (jamban) dimana ketentuan jarak jamban ke sumur air adalah 10 meter, Perlu diketahui bahwa angka 10 meter tersebut berasal dari : Bakteri Coli yang berasal dari tinja manusia mempunyai usia harapan hidup selama 3 hari, sedangkan kecepatan aliran air dalam tanah berkisar 3 meter/hari (rata-rata kecepatan aliran air dalam tanah di pulau jawa 3 meter/hari), sehingga jarak ideal antara septik tank dengan sumur adalah : 3 meter/hari x 3 hari = 9 meter.Tetapi mengapa harus dibuat 10 meter?. Dari hasil perhitungan diketahui jaraknya 9 meter, sebagai angka pengaman maka ditambahkan 1 meter lagi, sehingga jaraknya menjadi 10 meter.4 karena jarak tersebut merupakan jarak aman sumur terhadap kontaminasi dari kotoran-kotoran yang ada pada jamban yang dapat merusak kualitas dari sumber air sumur keluarga.
4
Dinkes kota banjar : : http://www.banjar-jabar.go.id/redesign/ tgl .Akses 07-juli-2010
16
Berdasarkan penelitian yang ada seorang yang normal di perkirakan menghasilkan tinja rata – rata sehari 330 gram, dan menghasilkan air seni 970 gram . jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini saat ini 200 juta, maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194. 000 ton ).5 Maka pengolahan tinja tidak baik, jelas penyakit akan mudah tersebar. Pembuangan kotoran manusia pada rumah tangga biasanya tertampung pada sebuah tempat yang
disebut
tempat
pembuangan
tinja rumah tangga (jamban) dimana
ketentuan jarak jamban ke sumur air adalah 10 meter, karena jarak tersebut merupakan jarak aman sumur terhadap kontaminasi dari kotoran-kotoran yang ada pada jamban yang dapat merusak kualitas dari sumber air sumur keluarga.
Keberadaan sumur bor baik dari segi konstruksi maupun jarak peletakan terhadap sumber pencemaran masih sangat memperihatinkan karena adanya konstruksi sumur bor yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan jarak atau letaknya yang kurang diperhatikan, sehingga mempunyai resiko tinggi terjadinya pencemaran kualitas air baik yang berasal dari jamban, sampah dan dari air buangan lainnya. Jarak yang tidak sesuai dengan ketentuan dapat mengakibatkan pencemaran air sumur, dikarenakan posisi kedalaman jamban terhadap sumur air lebih dangkal sehingga air tanah yang sudah dicemari oleh tinja akan meresap ke dalam tanah dan akan meresap ke sumur air rumah tangga. Jamban merupakan intalasi yang berfungsi untuk menampung tinja atau limbah cair. Air sumur rumah tangga yang dikonsumsi sangat mempengaruhi kesehatan, karena air sebagai tempat penyebar mikroba patogen yang dapat menyebabkan terjadinya penyaki– 5
Soekidjo Notoatmojo , Ilmu kesehatan masyatakat , (Jakarta : PT Rineka Cipta , 2007, hh.181
17
penyakit bawaan air (water borne diseases). Penyakit-penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air sangat banyak macamnya, seperti protozoa, bakteri, virus dan metazoa. Salah satu penyakit yang dapat terjadi atau penyakit yang disebabkan oleh tinja manusia adalah diare, tifus disentri, kolera yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa maupun parasit6.
Pembuangan tinja yang dilakukan secara saniter merupakan salah satu kegiatan penyehatan lingkungan, disamping berbagai penyehatan lingkungan yang lain, seperti penyediaan air bersih, pembuangan sampah, higiene sanitasi makanan dan minuman, pengendalian vektor, pencemaran lingkungan fisik, sanitasi tempat umum, penyehatan perumahan dan lingkungan pemukiman.
Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup. Bila manusia, hewan, dan tumbuhan kekurangan air, maka akan mati. Jelas bahwa pengaruh air sangat luas bagi kehidupan, khususnya air untuk minum dan kebutuhan makanan. Orang akan dehidrasi atau terserang penyakit bila kekurangan cairan dalam tubuhnya. Persoalannya, saat ini adalah kualitas air minum di Indonesia masih memperihatinkan. Kepadatan penduduk, tata ruang yang tidak sesuai dengan kondisi tempat dan tingginya eksploitasi sumber daya air sangat berpengaruh pada kualitas air. Pendapat itu diungkapkan dua ahli air bersih dan limbah cair Arie Herlambang dan Nusa Idaman Said dari Pusat Pengkajian dan Penerapan 6
Ricki Mulia, Kesehatan Lingkungan , (Yogyakarta : penerbit Graha Ilmu,2005),hh.41
18
Teknologi Lingkungan (BPPT). Nusa Idaman Said menjelaskan pemerintah telah mengeluarkan Kepmenkes No 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. ''Syarat air minum sesuai Permenkes itu harus bebas dari bahan-bahan anorganik dan organik. Dengan kata lain kualitas air minum harus bebas bakteri, zat kimia, racun, limbah berbahaya dan lain sebagainya.7 Parameter kualitas air minum yang berhubungan langsung dengan kesehatan sesuai Permenkes tersebut adalah berhubungan dengan mikrobiologi, seperti bakteri E.Coli dan total koliform.Yang berhubungan dengan kimia organik berupa arsenik, flourida, kromium, kadmium, nitrit, sianida dan selenium. Sedangkan parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan, antara lain berupa bau, warna, jumlah zat padat terlarut (TDS), kekeruhan, rasa, dan suhu. Untuk parameter kimiawi berupa aluminium, besi, khlorida, mangan, pH, seng, sulfat, tembaga, sisa khlor dan amonia.
Banyak penduduk yang terpaksa memanfaatkan air yang kurang bagus kualitasnya. Tentu saja hal ini akan berakibat kurang baik bagi kesehatan masyarakat pada jangka pendek, kualitas yang kurang baik dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera, tipus, atau disentri. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Bila air tanah dan air permukaan tercemari oleh kotoran, secara otomatis kuman- kuman tersebar ke sumber air yang dipakai untuk keperluan rumah tangga. Dalam jangka panjang, air yang berkualitas kurang dapat mengakibatkan
penyakit
keropos tulang, korosi gigi, anemia, dan
kerusakan ginjal. Hal ini terjadi karena terdapatnya logam-logam yang berat 7
www.google.com tgl.Akses.2 pebruari 2009
19
yang banyak bersifat toksik (racun) dan pengendapan pada ginjal (Kusnaedi, 2002).
Berdasarkan pengamatan dan observasi awal yang dilakukan oleh penulis terhadap lingkungan Desa Sukasari RT.03/04 Kecamatan Rajeg Tangerang di dapatkan informasi awal bahwa masyarakat masih banyak yang kurang memenuhi persyaratan ketentuan antara jarak sumur ke tempat pembuangan kotoran disebut (jamban) atau tidak tahu dalam penempatan yang baik. Hal lain yang menjadi ketertarikan peneliti adalah melihat perbedaan kandungan bakteri E.coli air sumur bor dilihat dari jarak jamban ke sumur bor yang digunakan oleh masyarakat di desa Sukasari. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk meneliti “Perbedaan kandungan bakteri e.coli air sumur bor berdasarkan jarak jamban ke sumur bor di Kampung Sarakan RT.03/04 Desa Sukasari Kecamatan Rajeg Tangerang”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Keberadaan sumur bor baik dari segi jarak peletakan terhadap sumber pencemaran masih sangat memperihatinkan karena adanya jarak atau letaknya yang kurang diperhatikan, sehingga mempunyai resiko tinggi terjadinya pencemaran kualitas air baik yang berasal dari jamban, sampah dan dari air buangan lainnya.
20
Jarak yang tidak sesuai dengan ketentuan dapat mengakibatkan pencemaran air sumur, dikarenakan posisi kedalaman jamban terhadap sumur air lebih dangkal sehingga air tanah yang sudah dicemari oleh tinja akan meresap ke dalam tanah (alitan tanah), dan akan meresap ke sumur air rumah tangga. Jamban merupakan intalasi yang berfungsi untuk menampung tinja atau
limbah cair.
Pembuangan tinja yang dilakukan secara saniter merupakan salah satu kegiatan penyehatan lingkungan, disamping berbagai penyehatan lingkungan yang lain, seperti penyediaan air bersih, pembuangan sampah, higiene sanitasi makanan dan minuman, pengendalian vektor, pencemaran lingkungan fisik, sanitasi tempat umum, penyehatan perumahan dan lingkungan pemukiman. Akan tetapi berkurangnya lahan akibat pertambahan penduduk atau ketidak tahuan masyarakat tentang jarak aman ini membuat penempatan jamban tidak sesuai dengan jarak aman yang sudah ditentukan.
dimana ketentuan jarak jamban ke sumur air adalah 10 meter, karena jarak tersebut merupakan jarak aman sumur terhadap kontaminasi dari kotoran-kotoran yang ada pada jamban seperti bakteri E.coli yang dapat merusak kualitas dari sumber air sumur keluarga. Air sumur bor rumah tangga yang dikonsumsi sangat mempengaruhi kesehatan, karena air sebagai tempat penyebar mikroba patogen yang dapat menyebabkan terjadinya penyaki–penyakit bawaan air (water borne diseases). Banyak penduduk yang terpaksa memanfaatkan air yang kurang bagus kualitasnya. Tentu saja hal ini akan berakibat kurang baik bagi kesehatan masyarakat pada jangka pendek, kualitas yang kurang baik dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera, tipus, atau disentri. Dalam jangka panjang, air yang 21
berkualitas kurang dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, korosi gigi, anemia, dan kerusakan ginjal.
C. PEMBATASAN MASALAH Banyak faktor-faktor yang berhubungan dengan kandungan bakteri E.coli air sumur bor dilihat dari jarak jamban ke sumur bor di kp. Sarakan desa sukasari kec.rajeg tangerang, sehingga penulis ingin mempersempit materi penelitian disamping karena keterbatasan waktu, tenaga, teori dan biaya yang penulis miliki, maka penulis memutuskan untuk membatasi masalah yang ingin diteliti dalam beberapa variabel saja, yaitu variable Independen kandungan bakteri E.coli air sumur bor dan variable dependen yaitu jarak jamban ke sumur bor .
D. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah : “Apakah ada perbedaan kandungan e.coli air sumur bor berdasarkan jarak jamban ke sumur bor di Kampung Sarakan RT03/04 Desa Sukasari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang”.
22
E. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum Untuk mengetahui perbedaan kandungan bakteri e.coli air sumur bor berdasarkan jarak jamban ke sumur bor di Kampung Sarakan RT.03/04 Desa Sukasari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang. 2. Tujuan khusus a. Untuk mendapatkan gambaran kandungan bakteri e.coli air sumur bor di Kampung Sarakan RT.03/04 Desa Sukasari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang. b. Untuk mendapatkan gambaran jarak jamban dengan sumur bor di Kampung Sarakan RT03/04 desa Sukasari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang c. Untuk menganalisis perbedaan kandungan bakteri e.coli air sumur bor berdasarkan jarak jamban ke sumur bor di Kampung Sarakan RT03/04 Desa Sukasari Kecamatan Rajeg Tangerang
F. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi peneliti a. Penulis dapat ilmu pengetahuan yang tidak di dapat selama perkuliahan. b. Dapat menerapkan materi yang di dapat selama perkuliahan dan mengaplikasikan dilapangan. 2. Bagi Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan dan masyarakat a. Terbinanya jaringan kerja sama dengan intitusi lahan penelitian
23
b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau bacaan bagi pengembangan studi kesehatan masyarakat berdasarkan situasi terkini yang didapatkan penulis selama penelitian dilapangan. c. Khususnya bagi masyarakat di Kampung Sarakan RT03/04 Desa sukasari Kecamatan Rajeg Tangerang menjadikan penelitian ini sebagai bahan evaluasi dalam memperhatikan aspek kesehatan lingkungan.
24