BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al-qur‟an merupakan wahyu dari Allah yang dibawa malaikat Jibril kepada nabi Muhammad saw, dengan menggunakan bahasa Arab, termasuk dalam jenis wahyu yang termaktub dalam kitab-kitab para rasul terdahulu. Alqur‟an memiliki dua sisi, historis dan a historis (azali). Historisitas Al-qur‟an dilihat dari salah satunya bahasa yang digunakan, yaitu bahasa Arab. Hal tersebut karena Al-qur‟an diturunkan di Arab.1 Bentuk lahir Al-qur‟an berbahasa Arab, karena itu kedudukan bahasa Arab menjadi penting. Bahasa Arab dimuliakan bukan karena ia sebagai bahasa kultural atau bahasa ilmiah, sebab dalam hal ini bahasa Persia juga memegang peranan penting tetapi berbeda posisinya dengan bahasa Arab. Bahasa Arab dianggap sangat penting karena menjadi bagian integral Al-qur‟an, yang bunyi dan pengucapannya memegang peranan penting dalam ibadah Islam. Misalnya ibadah shalat semua bacaan-bacaannya berbahasa Arab.2 Selain itu, Al-qur‟an merupakan proses komunikasi yang dilakukan menggunakan media bahasa Arab dan setiap bahasa Arab sarat akan beberapa makna. Maka setiap kata dalam Al-qur‟an mengandung makna yang berbedabeda. Setiap huruf, kata, frase, dan kalimat dalam bahasa Arab Al-qur‟an 1
Muhandis Az-Zuhri, Musoffa Basyir, dan Muhammad Jaeni, Semantik Bahasa Arab & Al-Qur’an, (Pekalongan:STAIN Press,2014),hlm 83. 2 Sam’ani Sya’roni, Tafkirah Ulum al-Qur’an, (Pekalongan:Al-Ghotasi Putra,2007),hlm 11.
1
2
mengandung medan makna yang saling berbeda. Adanya medan makna dalam Al-qur‟an akan mempengaruhi penerjemahan dan penafsiran Alqur‟an.3 Dalam kajian linguistik, ilmu yang mengkaji tentang makna seringkali disebut dengan semantik. Untuk mengetahui secara mendalam apa yang dimaksud dengan istilah makna, perlu ditelusuri melalui disiplin ilmu yang disebut semantik. Di dalam semantik dapat diketahui, apakah yang dimaksud makna, bagaimana wujud makna, apakah jenis-jenis makna, apa saja yang berhubungan dengan makna, dan lain sebagainya.4 Salah satu bidang kajian ilmu semantik yang menarik untuk dibahas adalah tentang jenis-jenis makna yaitu salah satunya makna idiom. Idiom secara bahasa diambil dari kata
عبارةdan اصطالحyang berarti ungkapan dan
kesepakatan. Jadi idiom adalah:
ِ ِ ُ ِجَْمموعةُُتجراك ِ َّاسُ جُعلجىُاِ ْستِ ْعم ِاِلج ُاسبجاتُُ ُم جُعيَُّنجة ُاصةُُ جوُمنج ج ُُ ص ُطجلج جُحُالن َّ اُِف جُم جعانُُ جخ ْ يبُ جوعبج جاراتُُا ج ُ ج ج ج “ Struktur kalimat dan ungkapan yang penggunaanya disepakati orangorang untuk makna tertentu dan dalam kesepakatan tertentu pula”.5 Menurut Al-khuli, idiom adalah konstruksi kata yang maknanya secara keseluruhan berbeda dengan makna masing-masing unsurnya sedangkan Kridalaksana mendefinisikan bahwa idiom adalah
3
Muhandis Az-Zuhri, Musoffa Basyir, dan Muhammad Jaeni, loc.cit. Ibid., hlm. 17. 5 Ibid., hlm. 41-42. 4
3
(a) konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain, (b) konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. Pengertian (a) mengacu pada gabungan kata dengan preposisi seperti
yang bermakna berdiri. Ketika kata ini bergabung dengan preposisi
bermakna dengan dan menjadi.
ُيقوم ب
يقوم
ِ yang ُب
bukan lantas bermakna berdiri
dengan, tetapi bermakna melakukan/ melaksanakan. Ketika ُ ُ ُيقومbergabung dengan preposisi
على
yang bermakna di atas dan setelah menjadi
ُُُ على
يقومbukan berarti bermakna berdiri di atas, tetapi bermakna berdasarkan. Pengertian (b) mengacu pada gabungan kata dengan kata lain seperti kata
قامyang bermakna berdiri, ketika bergabung dengan kata قعدyang bermakna duduk lalu menjadi
قام ُوقعد
bukan berarti bermakna duduk lalu berdiri,
tetapi bermakna bingung, resah gundah gulana. Begitu pula kata
bermakna mengalirkan, ketika bergabung dengan kata
لعابه
أسالyang
yang bermakna
4
air liurnya kemudian menjadi لعابه
أسالbukan berarti mengalirkan air liurnya
tetapi menggiurkan.6 Salah satu sumber yang dapat dijadikan bahan kajian makna idiom adalah surat-surat dalam Al-qur‟an yaitu Juz „Amma yang merupakan juz ke 30 atau terakhir dari kitab suci Al-qur‟an. Juz „Amma merupakan bagian yang paling sering didengar dan paling sering dibaca. Ketika manusia pertama kali belajar membaca Al-qur‟an di masa kecil, hal pertama yang pelajari adalah membaca dan menghafal surat-surat pendek yang terdapat dalam Juz „Amma. Selain itu, ketika shalat surat yang sering dibaca setelah surat Al Fatihah adalah surat-surat pendek dalam Juz „Amma. Sehingga dengan demikian surat-surat tersebut terasa begitu akrab dan tidak asing lagi di telinga. Bahkan banyak yang hafal Juz „Amma. Bahkan banyak yang hanya menghafal ayat-ayatnya saja tanpa memahami secara mendalam makna yang terkandung dalam setiap surat Juz „Amma terlebih yang berkaitan dengan makna kiasan atau makna idiom. Agar tidak sekedar menghafal Juz „Amma,
perlu memahami tentang makna yang terkandung dalam Juz
„Amma, salah satunya yaitu makna idiom atau makna kiasan, Karena dalam Juz „Amma banyak terdapat makna idiom yang menarik untuk dikaji dan dianalisis. Sebagai contoh, makna idiom yang terdapat dalam Juz „Amma adalah kata 6
ِ اجا ً اجا ُ جوَّه ً سجرdalam surat An Naba‟ ayat 13, makna aslinya adalah “pelita
Basuni Immamudddin dan Nashiroh Ishaq,Kamus Idiom Arab-Indonesia Pola Aktif (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2005),hlm xiii-xiv.
5
yang sangat terang” sedangkan makna idiomnya adalah “matahari”. Bentuk makna idiom tersebut termasuk dalam bentuk makna idiom penuh, karena makna idiomnya berbeda dengan unsur-unsur pembentuk makna aslinya. Contoh lain masih dalam surat yang sama yaitu kata اشا َُّه ج ً ارُ جم جع الن جdalam ayat 11 yang memiliki makna asal “siang mencari penghidupan” sedangkan makna idiomnya adalah “siang untuk bekerja”. Bentuk idiom tersebut termasuk dalam bentuk idiom sebagian, karena salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya sendiri. Oleh karena itu, pemahaman terhadap makna idiom sangatlah penting untuk bisa lebih memahami Al-qur‟an. Diharapkan banyak yang berminat melakukan penelitian-penelitian ilmiah yang mengkaji makna idiom pada sejumlah ayat Al-qur‟an guna menambah wawasan keilmuan dan menumbuhkan kecintaan terhadap Al-qur‟an. Dari pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Bentuk dan Perubahan Makna Idiom dalam Terjemah Juz „Amma Versi Bahasa Indonesia (Kajian Ilmu Semantik)” dengan alasan pemahaman terhadap bentuk dan perubahan makna idiom sangatlah penting untuk bisa lebih memahami makna-makna dalam Al-qur‟an, sehingga dapat menumbuhkan kecintaan terhadap Al-qur‟an sebagai pedoman hidup umat muslim. Untuk memfokuskan penelitian, penulis hanya menganalisis makna idiom pada Juz „Amma dalam lingkup bentuk-bentuk makna idiom dalam Juz „Amma dan perubahan makna idiom dalam Juz „Amma.
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
di
atas,
maka
selanjutnya
dikemukakan permasalahan yang membutuhkan pembahasan lebih lanjut. Pokok-pokok permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk-bentuk makna idiom dalam Juz „Amma? 2. Bagaimana perubahan makna idiom dalam Juz „Amma? Untuk mendapatkan pengertian yang menyeluruh dan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman mengenai judul skripsi di atas, maka perlu terlebih dahulu penulis memberikan penegasan istilah dari judul tersebut. 1.
Analisis Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya). 7
2.
Ilmu Semantik Ilmu semantik adalah ilmu yang mengkaji tentang makna. Dalam bahasa Arab istilah semantik biasanya disebut dengan ad-dirasah aldilaliyah atau yang lain menamainya dengan ‘ilmu dalaalah, dulaalah atau dilaalah.8
7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 58 8 Muhandis Az-Zuhri, Musoffa Basyir, dan Muhammad Jaeni, op.cit., hlm. 17.
7
3.
Makna idiom Makna idiom adalah struktur yang terdiri dari dua kata atau lebih yang pemahaman maknanya tergantung kepada konteks.9
4.
Bentuk-bentuk makna idiom Bentuk-bentuk makna idiom adalah bentuk yang dihasilkan dari analisis makna asal ke makna idiom berdasarkan macam bentuknya yaitu: a. Idiom penuh b. Idiom sebagian c. Ungkapan/ peribahasa10
5.
Perubahan makna idiom Perubahan makna idiom adalah berwujud penambahan maupun pengurangan yang terjadi tidak hanya dari segi kuantitas kata, tetapi juga dari segi kualitasnya. Perubahan makna idiom diantaranya: a. Perluasan makna (generalisasi) b. Penyempitan makna (spesialisasi) c. Perubahan makna total d. Ameliorasi (membaik) e. Peyorasi (memburuk) f. Sinestesia (pergeseran dua indera) g. Asosiasi (persamaan sifat) h. Pergeseran makna (eufemisme) i. Kekaburan makna11 9
ibid., hlm. 42. Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta.2012),hlm.296.
10
8
Juz „Amma
6.
Juz „Amma merupakan juz ke 30 atau terakhir dari kitab suci Alqur‟an yang terdiri dari 37 surat yang umumnya berupa surat-surat pendek. Dari penegasan istilah di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dari judul skripsi di atas, adalah penulis ingin mengadakan penelitian lebih lanjut tentang analisis bentuk dan perubahan makna idiom dalam Juz „Amma. C. Tujuan Penelitian Bertitik tolak pada alasan serta permasalahan yang telah disebutkan di atas, mendorong untuk merumuskan tujuan yang hendak dicapai adalah: 1.
Mengetahui bentuk-bentuk makna idiom dalam Juz „Amma.
2.
Mengetahui perubahan makna idiom dalam Juz „Amma.
D. Kegunaan Penelitian 1.
Manfaat Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang bentuk-bentuk makna idiom serta perubahan makna kata ke makna idiom. Hal ini bertujuan untuk menambah wawasan keilmuan khususnya kajian makna Al-qur‟an sehingga diharapkan dapat lebih memahami Alqur‟an dan menumbuhkan kecintaan terhadap Al-qur‟an.
2.
Manfaat Praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam memahami makna kata Bahasa Arab, serta menambah khazanah keilmuan Bahasa Arab.
11
Abdul Chaer, op.cit., hlm. 313-315.
9
E. Kajian Pustaka 1. Analisis Teori Telah banyak penelitian yang mengkaji Al-qur‟an dari aspek bahasa maupun maknanya. Karena isi Al-qur‟an sangatlah luas dengan segala keindahan linguistiknya. Idiom secara bahasa
diambil dari kata
عبارة
dan
ُاصطالحyang
ungkapan atau kesepakatan. Dari situlah timbul istilah
berarti
عبارة ُاصطالح
yang
oleh orang Barat disebut “sentence and idiom” yang dimiliki oleh setiap bahasa. Jadi idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Upamanya secara gramatikal bentuk menjual rumah bermakna yang menjual menerima uangnya dan yang membeli menerima rumahnya, tetapi dalam bahasa Indonesia bentuk menjual gigi tidak memiliki makan seperti itu, melainkan bermakna tertawa keras. Jadi makan yang dimiliki seperti bentuk menjual gigi itulah yang disebut makna idiomatikal. Contoh lain dari idiom adalah membanting tulang dengan makna bekerja keras, meja hijau dengan makna pengadilan.12 Sebagai acuan dalam penelitian, peneliti mengkaji dan mengamati penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, diantaranya penelitian Nurhasanah Ardiati NST dari Universitas Sumatra Utara Fakultas Sastra Program studi Bahasa Arab Medan tahun 2009, 12
H.R.Taufiqurrochman,LeksikologiBahasaArab,(Malang:UIN Malang Press.2008),hlm.90.
10
dengan judul “Analisis Idiom dalam Bahasa Arab”. Adapun rumusan masalahnya yaitu: a. Apa saja unsur-unsur pembentuk idiom dalam bahasa Arab? b. Bagaimana bentuk-bentuk idiom bahasa Arab pada kamus idiom Arab Indonesia? Penelitian tersebut mengkaji tentang unsur-unsur idiom dalam bahasa Arab dan klasifikasi idiom berdasarkan unsur pembentuknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur pembentuk idiom ada 3 yaitu: isim,fi‟il,
dan harf.
Adapun klasifikasi
idiom
berdasarkan unsur
pembentuknya yang terdapat dalam kamus Idiom Arab-Indonesia karangan Imamudin ditemukan sebanyak 9 bentuk yaitu: isim dan isim, fi‟il dan isim, fi‟il dan harf, harf dan isim, fi‟il isim dan harf, fi‟il harf dan isim, fi‟il fi‟il dan isim, fi‟il isim dan isim, harf isim dan isim.13 Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Karena objek penelitiannya berbeda, Nurhasanah Ardiati NST mengkaji makna idiom dalam kamus idiom Arab Indonesia serta tidak dianalisis secara mendalam perubahan makna idiomnya. Sedangkan peneliti menganalisis makna idiom dalam Juz „Amma serta serta dianalisis perubahan makna idiomnya sehingga dapat memberi pemahaman dari makna asal ke makna idiomnya. Acuan lainnya adalah, skripsi yang ditulis oleh Umi Nurul Fatimah dari Program studi Pendidikan Bahasa Arab Jurusan Bahasa dan Sastra 13
Nurhasanah Ardiati NST, Analisis Idiom dalam Bahasa Arab.Skripsi Sarjana Fakultas Sastra Program studi Bahasa Arab,(Medan:Universitas Sumatra Utara.2009),hlm.15.
11
Asing Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang tahun 2013, dengan judul “Idiom Bahasa Arab Tinjauan Gramatikal dan Semantis”. Adapun rumusan masalahnya yaitu: 1. Apa unsur-unsur pembentuk idiom bahasa Arab dalam tinjauan gramatikal? 2. Bagaimana perubahan makna dan hubungan makna pembentuk idiom dan makna idiom bahasa Arab dalam tinjauan semantik ? Dalam tinjauan gramatikal, peneliti menemukan 61 data idiom yang terdiri dari 60 kompositum dan 1 kalimat.Dilanjutkan dengan menganalisis tinjauan makna idiom bahasa Arab dilihat dari perubahan dan hubungan makna pembentuk idiom (leksikal) dan makna idiom bahasa Arab. Ke-61 jenis idiom itu memiliki makna yang berbeda, dilihat dari perubahan dan hubungan antara makna leksikal dengan makna idiomatikal. 14 penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, karena penelitian tersebut mengkaji unsur-unsur pembentuk idiom bahasa Arab dalam tinjauan gramatikal, sedangkan penulis tidak mengkaji hal tersebut, penulis fokus mengkaji bentuk dan perubahan makna idiom dalam Juz „Amma. 2. Kerangka Berpikir Al-qur‟an merupakan mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad saw dengan menggunakan bahasa Arab dan setiap bahasa Arab sarat akan beberapa makna. Maka setiap kata dalam Al-qur‟an mengandung makna 14
Umi Nurul Fatimah, Idiom Bahasa Arab Tinjauan Gramatikal dan Semantis, Skripsi Sarjana Program studi Pendidikan Bahasa Arab Jurusan Bahasa dan Sastra Asing Fakultas Bahasa,(Semarang:Universitas Negeri Semarang.2013),hlm.8.
12
yang berbeda-beda. Setiap huruf, kata, frase, dan kalimat dalam bahasa Arab Al-qur‟an mengandung medan makna yang saling berbeda. Adanya medan makna dalam Al-qur‟an akan mempengaruhi penerjemahan dan penafsiran Al-qur‟an.15 Salah satu sumber yang dapat dijadikan bahan kajian makna idiom adalah surat-surat dalam Al-qur‟an yaitu Juz „Amma yang merupakan juz ke 30 atau terakhir dari kitab suci Al-qur‟an. Juz „Amma merupakan bagian yang paling sering kita dengar dan paling sering kita baca. Ketika kita pertama kali belajar membaca Al-qur‟an di masa kecil, hal pertama yang kita pelajari adalah membaca dan menghafal surat-surat pendek yang terdapat dalam Juz „Amma. Selain itu, ketika shalat surat yang sering dibaca setelah surat Al Fatihah adalah surat-surat pendek dalam Juz „Amma. Sehingga dengan demikian surat-surat tersebut terasa begitu akrab dan tidak asing lagi di telinga kita. Bahkan banyak diantara kita yang hafal Juz „Amma. Agar tidak sekedar menghafal Juz „Amma, kita perlu memahami tentang makna yang terkandung dalam Juz „Amma, salah satunya yaitu makna idiom atau makna kiasan, Karena dalam Juz „Amma banyak terdapat makna idiom yang menarik untuk dikaji dan dianalisis. Dari tiap ayat surat Juz „Amma dan terjemahannya dianalisis satu persatu untuk didapatkan makna idiom kemudian dianalisis bentuk-bentuk makna idiom serta perubahan makna kata ke makna idiom.
15
Muhandis Az-Zuhri, Musoffa Basyir, dan Muhammad Jaeni, loc.cit.
13
F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian (Pendekatan dan Jenis Penelitian) a. Pendekatan Pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan kualitatif, yakni pendekatan yang berupaya memahamai gejala-gejala sedemikian rupa dengan menafikkan segala hal yang bersifat kuantitatif, sehingga gejala-gejala yang ditemukan ridak memungkinkan untuk diukur oleh angka-angka, melainkan melalui penafsiran logis teoretis yang berlaku atau terbentuk begitu saja karena realitas yang baru, yang menjadi indikasi signifikan terciptanya konsep yang baru. Adapun pelaksanaan penelitiannya menggunakan metode deskriptif yaitu pengumpulan data dilaksanakan dengan melakukan selektifitas data dan penentuan data yang dianggap representative secara operasional. b. Jenis Penelitian Mengenai objek kajian dalam penelitian ini tentang makna idiom dalam Juz „Amma, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi literatur (pustaka). Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil studi dari berbagai bahan pustaka yang relevan dengan makna idiom maupun yang masih berkaitan dengannya.16 2. Sumber Data Sumber data yang peneliti gunakan sebagai bahan penulisan skripsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
16
Beni Ahmad Saebani,M.Si,Metode Penelitian,(Bandung:CV Pustaka Setia.2008),hlm.90.
14
a. Sumber Data Primer Sumber data primer yaitu sumber yang berkenaan langsung dengan masalah-masalah yang dibahas. Sumber data primer yang digunakan penulis yaitu: 1) Drs.Basuni Immamudddin M.A dan Dra.Nashiroh Ishaq.Kamus Idiom Arab-Indonesia Pola Aktif (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2005) 2) Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Tafsirnya.(Jakarta:Lentera Abadi,2010) b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu sumber data yang mengandung pembahasan masalah, yaitu yang berkaitan secara konseptual dan substansial dengan judul.17 Sumber data yang digunakan penulis sebagai penunjang pembahasan yaitu: 1) Muhandis Az-Zuhri dkk. Semantik Bahasa Arab & Al-Qur‟an (Pekalongan:STAIN Press, 2014). 2) Taufiqurrochman.Leksikologi Bahasa Arab (Yogyakarta:Sukses offset,2008) 3) Abdul Chaer. Linguistik Umum(Jakarta:Rineka Cipta,2012) 4) Drs.Beni Ahmad Saebani,M.Si.Metode Penelitian(Bandung:CV Pustaka Setia,2008)
17
Saifudin Anwar, Metode Penelitian,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,1999),hlm 9.
15
5) Sam‟ani Sya‟roni, Tafkirah Ulum al-Qur‟an.(Pekalongan:Al-Ghotasi Putra,2007) 6) Dan lain-lain. 3. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data yang diperlukan secara studi pustaka dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Membaca buku-buku baik primer maupun sekunder b. Mempelajari dan mengkaji serta memahami kajian yang terdapat dalam buku-buku sumber c. Mencari data-data makna idiom yang dibutuhkan dalam buku primer berdasarkan ilmu semantik d. Menganalisis
dan
membandingkan
untuk
selanjutnya
dilakukan
identifikasi dan pengelompokan serta diklasifikasikan sesuai dengan sifat masing-masing dalam bentuk bab per bab guna memperoleh analisa data. 4. Metode Analisis Data Dalam menganalisis data yang telah diperoleh, penulis menggunakan teknik analisis induktif. Yaitu suatu paradigma yang bertitik tolak dari yang khusus ke yang umum.18 Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengecek kelengkapan data tentang makna idiom yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data. b. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian
18
Mahsun,M.S,Metode Penelitian Bahasa,(Jakarta:PT Grafindo Persada,2012),hlm.256.
16
c. Menganalisis bentuk-bentuk makna idiom, perubahan makna kata ke makna idiom, berdasarkan ilmu semantik. d. Penyajian hasil analisis data dalam bentuk deskriptif.
G. Sistematika Penulisan Untuk dapat mempermudah dalam memahami skripsi ini dan mendapatkan gambaran secara umum, maka perlu dikemukakan sistematika pembahasan yang berisikan tentang ikhtisar dari bab per bab secara keseluruhan. Selanjutnya bab demi bab secara garis besar dapat dilihat sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II: Ilmu Semantik dan Makna Idiom berisi dua sub bab. Sub bab pertama tentang Ilmu Semantik, meliputi: Definisi Ilmu Semantik, dan Bidang Kajian Ilmu Semantik. Sub bab kedua berisi tentang Makna Idiom, meliputi: Definisi Makna Idiom, Bentuk-Bentuk Makna Idiom, dan Perubahan Makna Idiom. Bab III: Makna Idiom dalam Juz „Amma berisi dua sub bab. Sub bab pertama tentang Gambaran Umum Juz „Amma. Sub bab kedua berisi tentang Makna Idiom dalam Juz „Amma, meliputi: Bentuk-Bentuk Makna Idiom dalam Juz „Amma, dan Perubahan Makna Idiom dalam Juz „Amma.
17
Bab IV: Analisis Bentuk dan Perubahan Makna Idiom dalam Juz „Amma berisi dua sub bab. Sub bab pertama tentang Analisis Bentuk Makna Idiom dalam Juz „Amma, dan Analisis Perubahan Makna Idiom dalam Juz „Amma dilihat dari Segi Semantik. Bab V: Penutup, yang berisi simpulan dan saran.