1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja tetapi juga ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa. Pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan berbarengan. Maju mundurnya suatu negara sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan di negara tersebut sehigga pendidikan menjadi bagian yang sangat penting dalam meningkatkan pembangunan di Indonesia. Ilmu sains merupakan bagian dari pembelajaran di setiap sekolah. Namun pemahaman dan rasa ingin tahu mengenai ilmu sains di kalangan siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil studi tentang kualitas pendidikan yang dilakukan oleh Political and Economical Risk Consultancy (PERC) yang menyatakan bahwa “kualitas pendidikan Indonesia berada pada urutan ke- 160 di dunia dan ke- 12 di asia, untuk mata pelajaran IPA khususnya fisika Indonesia menduduki
angka
paling
rendah”
http://www.indonesiamedia.com/2010/07/mid/
(media
opini/pelajar.htm:
indonesia, diakses
22
Desember 2011). Salah satu mata pelajaran IPA yang terdapat di SMP yaitu Fisika. Fisika merupakan salah satu pendidikan sains yang banyak memiliki peranan dalam perkembangan teknologi. Tujuan pembelajaran fisika bukan hanya menyediakan peluang kepada siswa untuk belajar tentang fakta-fakta dan teori yang mapan,
1
2
tetapi juga mengembangkan kebiasaan dan sikap ilmiah untuk menemukan dan memperbaharui
kembali
praktek
dan
kemampuan
penalarannya
dalam
mengkontruksi pemahaman. Ini berarti bahwa pembelajaran fisika bertujuan agar peserta didik tidak hanya mampu menguasai konsep, namun juga mampu mengembangkan dan menemukan konsep-konsep tersebut berdasarkan hasil investigasi, penalaran
serta
menerapkannya
dalam
menyelesaikan
permasalahan-permasalahan, sehingga memberikan peluang bagi siswa untuk berpikir divergen untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Dari pengamatan penulis saat PPL, metode ceramah merupakan metode konvensional masih mendominasi dalam proses pembelajaran IPA fisika, guru cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Metode ceramah hanya mengutamakan produk atau hasilnya saja. Padahal dalam pembelajaran IPA fisika, proses dan produk sama pentingnya serta tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, penggunaan strategi dan pendekatan pembelajaran yang tepat dan bervariasi diharapkan akan meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan dengan meningkatnya aktivitas selama pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hasil observasi penulis terhadap guru IPA fisika kelas VIII di SMP Negeri 3 Tebing Tinggi, kurangnya variasi model pembelajaran merupakan suatu kelemahan di sekolah tersebut. Seperti cara pembelajaran Bapak Silitonga, dimana Bapak tersebut menanyakan ke pada beberapa siswa tentang pengertian getaran, kemudian menjelaskan materi, menugasi siswa mengerjakan soal-soal latihan dari buku pegangan siswa. Adapun cara pembelajaran Ibu Sianturi yaitu menjelaskan materi getaran dan gelombang, menyuruh siswa mencatat, memberikan contoh soal, kemudian menugasi siswa mengerjakan soal, dan memeriksa soal siswa. Sedangkan cara pembelajaran yang diterapkan Bapak Hutaraja yaitu dengan menjelaskan materi tekanan, kemudian mendiktekan catatan untuk siswa, dan terakhir menyuruh siswa mengerjakan tugas. Setelah peneliti melakukan observasi di SMP Negeri 3 Tebing Tinggi melalui angket maupun wawancara kepada guru sekitar 10% siswa gemar belajar IPA fisika, 22% siswa yang menganggap pelajaran IPA fisika biasa saja, dan 68
3
% siswa kurang gemar belajar IPA fisika alasannya pelajaran IPA fisika merupakan pelajaran yang sulit di pahami dan kurang menarik. Ada juga siswa yang menganggap bahwa belajar fisika sama dengan belajar matematika. Siswa dituntut untuk menguasai hitungan/rumus-rumus IPA fisika sehingga konsep yang sebenarnya kurang dipahami siswa. Selain hal tersebut siswa juga kurang berminat mempelajari pelajaran IPA fisika, terlihat dari aktivitas siswa dalam mempelajari IPA fisika di sekolah ataupun di luar sekolah masih sangat minim. Sebagian siswa tidak mengulangi materi yang telah dipelajari di sekolah, kadang mereka tidak mengerjakan tugas dan ada juga sebelum pelajaran IPA fisika mulai tidak ada persiapan sama sekali mengenai materi yang akan diajarkan. Hasil persentase nilai Ulangan Semester kelas VIII tahun ajaran 2010/2011 sekitar 43% siswa tidak dapat mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dimana nilai KKM di sekolah tersebut 68. Oleh karena itu, diperlukan suatu inovasi model pembelajaran yang baru bagi siswa yang dapat mengupayakan peningkatan hasil belajar siswa. Pembelajaran
kooperatif merujuk
pada
berbagai
macam
metode
pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membatu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Tiga konsep utama dalam kooperatif yaitu penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama. STAD (Student Team-Achievemen Divisiont) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, gagasan model kooperatif tipe STAD yaitu untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan menerapkan model kooperatif tipe STAD diperoleh peningkatan hasil belajar siswa. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Sitanggang (2007, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Gaya
4
dan Percepatan di kelas II Semester Genap SMP Swasta Pembangunan Simbolon Samosir), sebelum diberikan perlakuan nilai rata-rata kelas hanya 60,94 tetapi setelah diberikan perlakuan maka nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 80,33. Namun ada kelemahan dalam penelitian ini yaitu bahwa peneliti kurang mampu memanajemen waktu sehingga banyak waktu yang terbuang sia-sia, selain hal tersebut kurangnya fasilitas menjadi salah satu kendala yang dihadapi peneliti. Juga dari data penelitian Putri (2011, Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Fisika di SMA Swasta Karya Pembangunan Deli Tua Medan) menunjukkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa di SMA Swasta Karya Pembangunan Deli Tua Medan. Sama halnya dengan model kooperatif tipe STAD, strategi mind mapping juga sudah banyak diteliti. Salah satunya hasil penelitian Purnomo (2008, The Aplication Mind Mapping Learning Strategy as Reached for Study Completeness of Student by Market Cost Formation Subject Matter in Class VIII-A Smp Widya Dhama Surabaya) diperoleh bahwa strategi mind mapping berpangaruh terhadap hasil belajar siswa, namun dalam penelitian tersebut hanya menekankan media mind mappingnya dan pembelajaran yang diterapkan sama seperti model pembelajaran konvensional. Melihat banyaknya model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan mind mapping yang telah diteliti, penulis mencoba memberikan inovasi baru dalam penelitian ini yaitu dengan penggabungan model kooperatif STAD dengan mind mapping. Mind Map merupakan alat paling hebat untuk membantu otak berpikir secara teratur”. Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, memetakan pikiran-pikiran kita, secara menarik, mudah dan berdaya guna. Dengan mind map merupakan usaha untuk: (1) mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut; (2) mengembangkan cara pikir divergen, dan berpikir kreatif. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul : “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok
5
Bahasan Bunyi di Kelas VIII SMP Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2011/2012”.
1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut : 1. Kurangnya variasi model dalam pembelajaran 2. Kurangnya peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. 3. Minat belajar IPA fisika siswa yang masih rendah. 4. Hasil belajar IPA fisika yang masih rendah.
1.3. Batasan Masalah Karena keterbatasan waktu, dana, dan kemampuan penulis maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi, yaitu: 1. Pembelajaran yang diberikan kepada siswa untuk mengupayakan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis mind mapping. 2. Pokok bahasan yang diajarkan adalah Bunyi di kelas VIII SMP Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2011/2012.
1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada perbedaan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis mind mapping terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan Bunyi di kelas VIII SMP Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2011/2012? 2. Bagaimana aktivitas siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis mind mapping pada pokok bahasan Bunyi?
6
1.5. Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui perbedaan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis mind mapping terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan Bunyi di kelas VIII SMP Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2011/2012. 2) Untuk
mengetahui
aktivitas
siswa
setelah
diterapkannya
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis mind mapping pada pokok bahasan Bunyi.
1.6. Manfaat Penelitian Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai bahan informasi hasil belajar menggunakan model kooperatif tipe STAD berbasis mind mapping. 2. Sebagai bahan informasi alternatif bagi guru dalam pemilihan model kooperatif tipe STAD berbasis mind mapping.