BAB 22 PENINGKATAN KEMAMPUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) merupakan salah satu unsur penting dalam mewujudkan daya saing bangsa. Untuk itu pembangunan iptek dipandang penting dalam pembangunan nasional, baik untuk membantu penyelesaian berbagai masalah kekinian maupun untuk mengantisipasi masalah di masa depan. Peningkatan kemampuan iptek juga diarahkan untuk membantu peningkatan produktivitas nasional melalui inovasi di berbagai mata rantai pertambahan nilai produk dan jasa. I.
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
Untuk peningkatan daya saing nasional, permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan kemampuan iptek dalam RPJM 2004—2009 adalah sebagai berikut. 1.
Rendahnya kemampuan iptek nasional. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya jumlah publikasi dan paten penemuan baru bila dibandingkan dengan negara-negara Asia.
2.
Rendahnya kontribusi iptek nasional di sektor produksi. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya efisiensi dan rendahnya produktivitas sektor produksi serta minimnya kandungan teknologi dalam kegiatan ekspor.
3.
Belum optimalnya mekanisme intermediasi iptek yang menjembatani interaksi antara kapasitas penyedia iptek dan kebutuhan pengguna karena belum tertatanya infrastruktur iptek dan belum efektifnya sistem komunikasi antara lembaga litbang dan pihak industri. Hal itu ditunjukkan dengan rendahnya hasil litbang yang dimanfaatkan oleh industri.
4.
Lemahnya sinergi kebijakan iptek. Kebijakan di bidang pendidikan, industri, iptek dan fiskal belum saling mendukung sehingga mengakibatkan hubungan antara penyedia teknologi dan pengguna tidak terbangun dengan baik. Di samping itu, belum ada lembaga keuangan modal ventura dan start-up capital yang mendukung pembiayaan inovasi-inovasi baru.
5.
Masih terbatasnya sumber daya iptek yang tercermin dari rendahnya kualitas SDM dan kesenjangan pendidikan di bidang iptek. Masalah ini juga diperkuat dengan terbatasnya fasilitas riset, kurangnya biaya operasional dan pemeliharaan, serta rendahnya insentif untuk peneliti.
6.
Belum berkembangnya budaya iptek di kalangan masyarakat. Pola pikir masyarakat lebih suka memakai dan belum berkembang ke arah mencipta, lebih suka membeli daripada membuat, serta lebih suka menggunakan teknologi seadanya daripada berkreasi.
7.
Belum optimalnya pemanfaatan iptek dalam mengatasi degradasi fungsi lingkungan hidup serta mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam. Sistem manajemen dan teknologi pelestarian fungsi lingkungan hidup belum berkembang secara seimbang; Kemampuan iptek nasional belum optimal dalam memberikan antisipasi dan solusi strategis terhadap berbagai permasalahan bencana alam seperti pemanasan global, anomali iklim, kebakaran hutan, banjir, longsor, gempa bumi, dan tsunami.
8.
Belum berkembangnya kesadaran bahwa Indonesia berpotensi menjadi pusat iptek karena secara geografis, Indonesia sebagai
22 - 2
negara kepulauan terluas di dunia yang berlokasi di khatulistiwa. Sealain itu,Indonesia memiliki potensi keunggulan di bidang pertanian dan kelautan tropis. II.
LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN HASIL YANG DICAPAI
DAN
HASIL-
Dalam tahun 2005—2009, upaya pembangunan diutamakan untuk menyelesaikan peraturan pelaksanaan UU No.18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek. Hasilnya adalah telah ditetapkan (1) Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Penelitian dan Pengembangan Oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang; (2) Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2006 tentang Perizinan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing, dan Orang Asing; (3) Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2007 tentang Pengalokasian Sebagian Pendapatan Badan Usaha untuk Peningkatan Kemampuan Perekayasaan, Inovasi, dan Difusi teknologi; (4) Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Perizinan Litbang Berisiko tinggi dan Berbahaya. Dalam rangka regulasi dan pengawasan terhadap pemanfaatan iptek nuklir telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir serta peraturan-peraturan lainnya. Dengan demikian, dari segi regulasi, rencana pembangunan PLTN sebagaimana dimuat dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dapat diselenggarakan tepat waktu. Untuk meningkatkan kualitas pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang fasilitas radiasi dan zat radioaktif telah diterbitkan 2 buah PP, yakni PP Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif, dan PP Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir.
22 - 3
Kebijakan pembangunan iptek telah dituangkan dalam dokumen Kebijakan Strategis Nasional Iptek (Jakstranas Iptek) 2005—2009, Agenda Riset Nasional (ARN) 2005—2009, Buku Putih Iptek yang memuat arah pembangunan jangka panjang di 6 bidang fokus iptek yaitu pangan, energi, transportasi, informasi dan komunikasi, hankam, kesehatan dan obat. Kegiatan pembangunan iptek untuk menjalankan kebijakan enam bidang fokus tersebut, dijabarkan dalam program-program pembangunan sebagai berikut: (1) program penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; (2) program difusi dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi; (3) program penguatan kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (4) program peningkatan kapasitas Iptek sistem produksi. Dalam kurun waktu 2005—2009, kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) di 6 bidang fokus yang disebutkan di atas dan litbang tematik secara ringkas dapat disampaikan sebagai berikut. 1.
Pangan
Di bidang pertanian tanaman pangan, dalam tiga tahun terakhir telah dihasilkan 2 varietas unggul padi, yaitu varietas Mira 1 (2006) dan varietas Bestari (2008) dengan memanfaatkan teknologi radiasi. Varietas Mira 1 memiliki tingkat produksi tinggi, yaitu 6,29 ton gabah kering giling (GKG) per hektar dan berpotensi dinaikkan hingga 9,20 ton GKG per hektar dengan umur genjah 115 – 120 hari. Varietas Bestari memiliki tingkat produksi 6,48 ton GKG per ha dan berpotensi dinaikkan hingga 9,42 ton GKG per ha dengan umur genjah 115 – 120 hari. Di samping itu, melalui rekayasa genetika molekuler telah dihasilkan 5 (lima) galur padi transgenik yang tahan hama penyakit blast, dan 6 galur padi yang tahan kekeringan. Varietas kedelai unggul, yaitu varietas Mitani (2008) memiliki keunggulan produksi rata-rata 1,98 ton/ha dan berpotensi hingga 3,21 ton/ha. Di samping varietas unggul, juga telah berhasil dikembangkan bibit kedelai plus, yaitu biji kedelai yang telah disisipi bakteri terpilih yang mampu menambat Nitrogen dan menghasilkan 22 - 4
hormon tumbuh tanaman untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan produktivitas tanpa pemupukan. Selain itu, juga dihasilkan calon varietas jagung hibrida baru yang memiliki ciri: umur panen 90 – 105 hari; tinggi tanaman 220 – 240 cm; warna biji kuning; bobot 100 biji 32,45 gr; potensi hasil 8,0 ton/ha; tahan penyakit bulai Peronosclerospora maydis L. Kegiatan litbang di bidang peternakan difokuskan pada perbaikan kualitas dan kuantitas bibit ternak melalui teknologi invitro, embrio-transfer, dan teknik preservasi sperma, dan teknik mikro-fertilisasi. Untuk itu, telah diperoleh koleksi DNA populasi domba terpilih dan informasi molekulernya yang digunakan untuk perbaikan mutu genetika bibit unggul sapi atau domba, baik potong maupun untuk produksi susu. Juga telah dilakukan pengembangan kit RIA Progesteron untuk menganalisis kandungan hormon reproduksi sebagai deteksi birahi ternak secara tepat untuk mencegah kegagalan inseminasi buatan (IB) secara dini dan kelainan reproduksi. Selain itu telah berhasil dibuat vaksin ternak fasciolosis iradiasi ”Fascivac” dan sedang diproses untuk mendapatkan paten. Vaksin ini dapat meningkatkan kekebalan tubuh ternak terhadap penyakit cacing hati serta tidak toksik dan tidak menimbulkan efek samping. Untuk budi daya ikan nila telah dikembangkan produksi ikan nila berkelamin jantan melalui teknologi produksi ikan nila GESIT (GEnetically Supermale Indonesian Tilapia), salah satu bentuk program pengembangbiakan yang menggabungkan teknik feminisasi dan uji keturunan untuk menghasilkan ikan nila jantan yang memiliki kromosom YY. Teknologi budi daya udang galah dikembangkan dengan struktur shelter bambu menyerupai apartemen dapat meningkatkan efisiensi penggunaan ruang serta mengurangi tingkat kanibalisme antarsesamanya. Selain itu juga telah ditemukan vaksin (vaksinas) untuk mecegah penyakit vibriosis yang sering menyerang ikan laut. Uji efektivitas vaksinas di lapangan menunjukkan bahwa vaksinasi dapat meningkatkan sintasan ikan kerapu hingga mencapai 84% serta meningkatkan pertumbuhan antara 1,2 sampai dengan 1,8 kali lebih cepat dari yang tidak divaksin 22 - 5
2.
Energi
Kegiatan litbang di bidang energi diarahkan untuk memperoleh sumber energi baru dan terbarukan yang mencakup antara lain litbang di bidang bahan bakar nabati (BBN), tenaga surya, tenaga bayu, mikrohidro, panas bumi, dan tenaga nuklir. Untuk BBN, telah dihasilkan prototipe pabrik biodiesel dengan kapasitas 1,5 ton/hari dengan bahan baku minyak sawit (CPO) dan telah mampu melakukan optimasi proses, pengembangan produk, dan pembangunan pabrik biodiesel dengan skala 3 ton/hari, 6 ton/hari, 10 ton/hari hingga 30 ton/hari. Pilot Plant Biodiesel berkapasitas 6 ton/hari digunakan untuk mendukung program nasional Desa Mandiri Energi dan telah dibangun di Kabupaten Kotabaru Kalsel dan Kabupaten OKUT Sumsel. BBN dengan campuran 10% Bioetanol yang dicampur dengan 90% premium disebut Gasohol E-10 telah berhasil dikembangkan pemanfaatannya. Di samping itu, telah dilakukan rancang bangun peralatan proses pembuatan Bio-Oil/PPO skala pilot 100 kg/jam. Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan bahan baku bagi pengembangan BBN dihasilkan galur mutan harapan jarak pagar (jatropa curcas) M1V5, sorghum ZH-30, dan dan B-100. Telah dilakukan instalasi 14 unit sistem pembangkit listrik tenaga hibrid yang merupakan gabungan antara energi surya dan dieasel (PLTH surya- diesel) di daerah Palu dan Kendari dengan kapasitas per unit; diesel 25 kVA dan PV 8 kWp, dua unit sistem PLTH surya-bayu-diesel, yaitu di Kabupaten Rote Ndao dengan kapasitas PV 36 kWp, Wind Turbine 40 kW (4 X 10 kW) dan Diesel 135 kVA serta di Kabupaten Timor Tengah Utara dengan kapasitas PV 50 kWp, Wind Turbine 10 kW dan Diesel 125 KW. Juga telah dikembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) untuk daerah yang belum terjangkau listrik PLN seperti perbatasan NTT dan Timor Leste (Kabupaten Belu), serta di Kabupaten pedalaman (Kab. Enrekang). Untuk memanfaatkan energi angin, telah dikembangkan teknologi sistem konversi energi angin (SKEA) untuk 22 - 6
membangkitkan listrik (turbin angin) skala 50 W, 250 W, 1.000 W, 2.500 W, 3.500 W, 5 kW dan 10 kW yang digunakan untuk pengisi baterai, penerangan umum/rumah tangga, dan keperluan listrik lainnya. SKEA skala menengah-besar kapasitas 50 kW dalam proses prototiping. Skala 300 kW dalam proses detail dan kajian pemanfaatannya. Di PLT Panas Bumi (Geothermal) telah diselesaikan prototipe PLTP Binary Cycle 2 kW, pengujian prototipe tersebut di laboratorium Puspiptek dan di lapangan panas bumi Wayang Windu dengan hasil memuaskan, tetap masih perlu pengembang lanjut. Selain itu, telah juga dikuasai engineering design sistem pilot plant PLTP 100KW, berikut dengan detailed engineering design komponen turbin, evaporator, preheater, condenser dan cooling tower, serta sistem kontrol. Di bidang PLT Uap (PLTU) skala kecil saat ini sedang berlasung uji kelayakan PLTU 2 x 25 MW dengan teknologi Circulating Fluidized Bed – CFB dan Integrated Gasification Combined Cycle – IGCC. Untuk memanfaatkan energi surya, telah berhasil dilakukan scale-up fabrikasi Sel Surya Silikon Kristal yang menghasilkan modul sel surya dengan efisiensi sekitar 10 %. Modul ini dapat segera difabrikasi di Indonesia. Selain itu, telah dibuat suatu percontohan pemanfaatan tenaga surya untuk kelistrikan perkotaan yang bermanfaat sebagai sumber energi bersih dan dapat sebagai alternatif pasokan energi alternatif untuk perkotaan, dan diharapkan berpengaruh pada usaha-usaha peningkatan rasio elektrifikasi rumah tangga nasional. Sosialisasi PLTN terus dilaksanakan untuk membangun pemahaman masyarakat secara benar yang dilaksanakan melalui program informasi dan edukasi masyarakat dan program pengembangan masyarakat (community development). Saat ini sudah terbentuk forum komunikasi masyarakat di enam desa sekitar lokasi calon tapak PLTN. Tugas utama forum ini adalah melakukan sosialisasi PLTN kepada masyarakat yang nantinya menjadi jembatan koordinasi antara Pemerintah, pemilik (owner) PLTN, dan masyarakat. 22 - 7
3.
Transportasi
Untuk mendukung sarana dan prasarana transportasi darat, telah dikembangkan teknologi boogie kereta rel yang hasilnya, antara lain, telah digunakan pada kereta api kelas Argo. Selain itu, telah dihasilkan sistem persinyalan kereta api, yaitu sistem peringatan otomatis penutup pintu perlintasan kereta api, yang mampu memberikan peringatan dini kepada para pengendara yang melintas dijalur kereta api sistem persinyalan kereta api itu dibuat dalam bentuk sirine dan lampu peringatan dari lampu sinyal dan pengait rel atau rail fastering (KA-Clip). Selain teknologi perkeretaapian, telah berhasil dikembangkan mobil listrik yang dirancang untuk kendaraan commuter sehingga bermanfaat digunakan untuk perjalanan dalam kota, hemat energi, dan sesuai dengan kondisi lalu lintas di perkotaan. Beberapa tipe mobil listrik yang dihasilkan antara lain tipe Marlip Mosen, Marlip Smart, City Car, Marlip Golfo, Marlip Linen, Marlip Pick-up, dan Marlip Patroli. Untuk dapat mengangkut ikan hidup-hidup, telah dihasilkan rancang bangun kapal angkut ikan hidup (KAIH) agar dapat mengangkut ikan hidup jenis ikan kerapu yang dilengkapi kolam lebih dari 50 m3 air setara dengan kapasitas angkut 2.5 ton ikan hidup. Mesin dengan kapasitas 500 cc juga telah berhasil dikembangkan dan sudah pada tahap penerapan untuk kapal nelayan, mobil mini perkotaan, dan peralatan serbaguna pertanian. Untuk dapat menghemat penggunaan bahan bakar, telah berhasil dikembangkan perangkat penghemat bahan bakar yang mampu menghemat 5—20%. Untuk membantu pengembangan pesawat terbang komuter berpenumpang 19 orang, yaitu pesawat udara N 219, telah diselesaikan pengujian desain pesawat pada terowongan angin, uji kekuatan statik struktur pesawat, uji kelelahan struktur pesawat dan uji simulasi pendaratan di air.
22 - 8
4.
Informasi dan Komunikasi
Open Source Software (OSS) telah berhasil dimanfaatkan membangun aplikasi IGOS (Indonesia Go Open Source) yang saat ini tengah dikembangkan untuk keperluan-keperluan penelitian, seperti pengolah sintesis DNA, dan simulasi protein. Telah dibangun juga sistem bantuan teknis pengembangan e-government untuk pemerintah daerah, mendifusikan 8 paket aplikasi Simda di Pemda Kabupaten Gianyar, Sumbawa, Kuningan, Garut, Kota Malang, dan Jambi. Demikian pula program itu membantu Kabupaten Jembrana mewujudkan Jimbarwana Network (JNET) yang menghubungkan seluruh satuan kerja pemda (badan, dinas, kantor), 4 kantor kecamatan, 52 kantor kelurahan dan desa, kamera pemantauan (IP Camera) beberapa lokasi strategis, Jardiknas Jembrana (integrasi dalam Jnet) seluruh SD, SMP, SMA dan SMK, serta pemanfaatan untuk masyarakat (telecenter terhubung melalui kantor kelurahan/ desa). Kemampuan industri nasional untuk menghasilkan WiMAX telah ditunjukkan dengan kemampuannya mengembangkan rangkaian penerima Chip WiMAX yang merupakan sistem komunikasi generasi modern dengan frekuensi 2.3 GHz dan 3.3 GHz. Pada tanggal 2 Mei 2009 diluncurkan WiMAX Anak Bangsa di Puspiptek Serpong. Dalam acara tersebut juga didemonstrasikan aplikasi WiMAX untuk video conference, void internet/telekomunikasi dan internet akses. Sistem pengendalian lalu lintas udara telah berhasil dikembangkan dalam bentuk prototipe berbagai peralatan new CNS/ATM, seperti ADSB receiver class C1, ADSB transmitter class B0, ATN router ground-ground and system, Simulator VHF DataLink Mode-2 berbasis software Opnet dan Matlab, prototipe software ‘safety-net’ berbasis aircraft derived data untuk fungsi path conformance monitoring dan colision detection. Telah berhasil juga dikembangkan radar untuk membantu sistem pertahanan dan keamanan Indonesia seperti Indra (Indonesian Radar) I dan Isra (Indonesia Sea Radar). Indra I merupakan radar yang dirancang untuk mengawasi dan memantau pergerakan lalu lintas kapal di laut, 22 - 9
sedangkan Isra dirancang untuk pengawasan daerah pantai. Penguasaan teknologi sateli diawali dengan peluncuran Micro Satelit Lapan-Tubsat dan sukses ditempatkan pada orbitnya serta berhasil mengirim citra ke bumi. Satelit ini diluncurkan dari Satish Dhawan Space Center, Sriharikota, India. Untuk mendukung kebutuhan tukar menukar data dan informasi spasial antarsimpul jaringan, telah dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN). Selain itu, telah dikembangkan aplikasi TIK untuk Creative Digital meliputi teknologi kreatif (3D, grafik, animasi) berupa kegiatan aplikasi RS dan GIS daerah delta Berau Kaltim; Citra Satelit ALOS untuk pemetaan; data spasial; simulasi dan pemodelan berupa pembuatan program pre procesor paket fem untuk analis creep dan fatique pada pipa boiler; aset kreatif kultural nasional berupa pengkajian dan penerapan indrustial intelligent machine; sistem informasi manajemen/rekayasa perangkat lunak open source; infrastruktur akses internet untuk GSI dan GDRC; portal perpustakaan digital iptek; sistem otomasi perpustakaan terintegrasi; pelestarian informasi iptek dalam bentuk mikrofis; sistem informasi sumber daya kebumian dan akuatik (Earth and Aquatic Resources Information System-EARIS); sistem pengambilan keputusan untuk memantau pencemaran lingkungan. 5.
Hankam
Sampai pada tahun 2009 ini telah dikembangkan roket dengan diameter 320 mm dan 420 mm sebagai komponen rangkaian roket pengorbit satelit (RPS). Selain itu, telah berhasil juga dikembangkan bahan bakar propelan (AP – ammonium perkhlorat dan HTPB – hydroxyl terminated poly butadiene). Komponen bahan bakar propelan tersebut telah diproduksi dan dimanfaatkan untuk uji terbang roket. Roket jenis RX-320 dan RX-420 telah diuji terbang di Stasiun Uji Terbang Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Di samping itu, pesawat udara nirawak (PUNA), telah diselesaikan desain dan produksi prototipe Gagak, Pelatuk, dan Laron masing-masing dua prototipe. 22 - 10
Dalam teknologi satelit, telah diluncurkan satelit mikro LAPAN-Tubsat dan ditempatkan pada orbitnya. Satelit ini mampu merekam data berupa data video dengan resolusi 200 meter dan 5 meter untuk dipakai sebagai data remote sensing (pengindraan jauh) dan mengirimkannya secara kontinu ke stasiun bumi. Selain itu, telah dilakukan pengembangan satelit Tubsat A-2 atau enhanced LAPANTubsat satellite micro dengan mengedepankan tingkat kemandirian dalam desain, kandungan lokal yang lebih tinggi, serta hasil gambar yang lebih tajam dan lebih berguna. Selain itu, telah dikembangkan border sign post (BSP) untuk pemetaan dan pemotretan wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil, transponder TPO TLM -001, yaitu objek bergerak bawah laut untuk latihan peperangan antikapal selam, panser beroda ban 6x6, teknologi pengawasan jarak jauh berupa wahana pesawat udara tanpa awak (PUNA), kapal patroli cepat, kendaraan benam nirawak Tiram, mobile shooting range, blast effect bomb, senjata peluru karet kaliber khusus dan munisinya, robot penjinak bom, dan teropong bidik siang senapan (TBSS). Untuk membantu pemenuhan kebutuhan alat komunikasi (alkom), telah berhasil dikembangkan Tactical Radio Communications HF-90 dan Tactical Radio Communications VHF90 yang dapat digunakan untuk komunikasi antaranggota TNI dan Polri. Selain itu, telah dikembangkan Battlefield Management System (BMS), yaitu alat untuk mengetahui posisi sasaran yang dilengkapi dengan peralatan navigasi dan dapat diintegrasaikan dengan peralatan perang lainnya. 6.
Kesehatan dan Obat
Telah diketahui, beberapa produk herbal memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku obat kardiovaskular, hepatitis, diabetes, anti-trombosit, antimalaria, antioksidan, antikanker, antikolesterol dan antituberkolosis. Hasilnya, antara lain, adalah daun sukun ternyata berkhasiat mengobati penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung. Melalui teknologi molecular farming, telah berhasil dikembangkan protein terapeutik, 22 - 11
antara lain human Erytropoetin (h-EPO) yang berfungsi, antara lain dalam pembentukan sel darah merah dan salah satu obat utama penyakit gagal ginjal, interferon α – 2a, dan vaksin. Pada saat ini protein terapeutik masih seluruhnya diimpor dan menyerap banyak devisa. Berbagai teknik berbasis radiasi untuk kesehatan telah berhasil dikuasai dan dikembangkan, antara lain teknik kultur in-vitro plasmodium falciparum untuk pembuatan vaksin malaria dengan radiasi gamma, teknik deteksi AgNOR dan Ki-67 pada sediaan histologi untuk kanker serviks berbagai stadium, serta kanker payudara, teknik pemeriksaan CA125 - Immuno radio metric assay (IRMA) untuk deteksi dan evaluasi hasil terapi kanker ovarium, teknik pemeriksaan mikroalbuminia (MA) - radioimmunoassay (RIA) untuk deteksi dini nefropati diabetik pada diabetes melitus (DM), prototip pencacah RIA dengan detektor tunggal (Single RIA Counter); prototip brachytherapy low dose rate (LDR) (semi manual), prototip pesawat sinar-X konvensional, prototip survey meter analog dan survey meter digital berbasis mikrokontroler; serta prototip renograf (alat penganalisis fungsi ginjal) dan Tyroid up take (alat penganalisis fungsi gondok) menggunakan perangkat lunak dan modul elektronik komunikasi data Universal Serial Bus (USB). Penelitian malaria yang dimulai sejak 15 tahun lalu telah dapat mengungkapkan dasar molekul resistensi terhadap obat antimalaria utama seperti klorokuin serta penyebarannya di Indonesia. Untuk penyakit demam berdarah dengue (DBD), telah berhasil dikembangkan diagnosis infeksi virus Dengue. Untuk penyakit flu burung (H5N1), Indonesia telah memberikan kontribusi yang penting, yakni telah berhasil menciptakan sistem diagnosis yang sesuai dengan galur virus yang ada. Indonesia juga telah memiliki lembaga yang telah dinilai dan ditetapkan Tim WHO pada bulan April 2007, sebagai institusi/laboratorium yang dapat mengonfirmasi diagnosis flu burung sehingga tidak perlu dikirim ke WHO Collaborating Centre. Hasil diagnosis di Lembaga Eijkman merupakan dasar dilaporkannya kasus flu burung ke dunia internasional, yang saat ini berhasil mendiagnosis kasus terakhir (kasus ke-141). Di samping telah memiliki laboratorium sebagai 22 - 12
rujukan, Indonesia telah berhasil menciptakan sistem karakterisasi genetik virus H5N1, melakukan pembiakan virus, memetakan 12 isolat H5N1 dilanjutkan untuk semua isolat yang terdapat di Indonesia. Untuk menghadapi penyebaran infeksi virus H1N1, telah dimiliki teknologi untuk mendiagnosis dan menganalisis genetik virus tersebut, serta menciptakan sistem deteksi berdasarkan informasi genetik H1N1 dari seluruh dunia yang selalu diperbaharuhi menurut situasi mutakhir (2009). Hasil litbang di bidang kesehatan yang lain adalah pembalut luka hidrogel yang merupakan pembalut luka berbasis PVP steril radiasi, alat penghancur jarum suntik, fototerapi UV-A/B, dan alat fototerapi “PAST Sun-B” yang menggunakan sinar ultra violet artifisial atau lampu TL UVB/A ini biasanya digunakan untuk terapi pengobatan psoriasis dan vitiligo. 7.
Litbang Tematik
Di samping ke-enam fokus bidang di atas, kegiatan litbang juga mencakup program-program tematis yang mencakup pengelolaan keanekaragaman hayati Indonesia, pelestarian terumbu karang, pengembangan material baru, pembangunan sistem peringatan dini tsunami, standardisasi, dan peneliti di bidang ilmuilmu sosial. Untuk menjaga kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia, telah dibangun pusat konservasi ex situ tumbuhan (konservasi di luar habitat aslinya) sebagai upaya antisipasi terhadap kemungkinan hilangnya kekayaan hayati tumbuhan yang dimiliki bangsa ini melalui pengelolaan empat kebun raya: Bogor, Cibodas, Purwodadi, dan Bedugul. Untuk memperluas jangkauan, sedang dirintis pembangunan kebun raya baru di 11 provinsi. Herbarium Bogoriense yang berada di kawasan Science Center Cibinong di resmikan pada tanggal 23 Mei 2007 yang terbesar No. 3 di dunia karena menyimpan lebih dari 2 juta specimen tumbuhan. Museum Zoologicum Bogoriense mempunyai koleksi terbesar di kawasan ASEAN dan merupakan 10 besar di dunia. Kedua fasilitas ini merupakan aset penting untuk menyimpan contoh flora dan fauna 22 - 13
hasil eksplorasi. Karena hal itu dilengkapi dengan peralatan modern, memungkinkan dilakukannya pengkajian yang lebih paripurna tentang manfaat kekayaan hayati Indonesia bagi masa depan bangsa. Herbarium Bogoriense dan Museum Zoologicum Bogoriense telah menjadi rujukan masyarakat dan ilmuwan seluruh dunia dan menjadi basis bagi pengembangan teknologi termasuk bioteknologi dan advance biomaterials. Untuk membantu melestarikan terumbu karang Indonesia, telah dibangun Pusat Pelatihan dan Informasi Terumbu Karang/CRITC (Coral Reef Information and Training Centre) yang telah melakukan pelatihan di daerah tentang manajemen ekosistem terumbu karang berbasis masyarakat, pelatihan selam dan metodologi penelitian terumbu karang, penelitian untuk data dasar, dan pemantauan terumbu karang, serta pelatihan masyarakat nelayan dalam sistem pemantauan perikanan di tiap-tiap kabupaten. Sampai dengan akhir tahun 2007, sebanyak 908 lokasi telah dipantau kondisi terumbu karangnya. Dalam pengembangan material baru, telah dikembangkan pelentur plastik berbasis minyak sawit yang mudah terurai secara biologis (biodegradable). Produk pelentur plastik jenis ester dari turunan minyak sawit ini diklaim memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pelentur plastik konvensional DOP yang berasal dari turunan minyak bumi itu. Pelentur plastik turunan minyak sawit adalah pelentur plastik yang tak beracun (non-toxic), ramah lingkungan, dan juga berfungsi sebagai pelumas (lubricant) pada campuran aditif polivnil klorida (PVC). Di samping plastik, litbang material telah berhasil menciptakan teknologi yang mengubah limbah kayu menjadi perekat di industri kayu lapis sebagai pengganti 60% perekat UF (urea formaldehid) yang berbahaya bagi kesehatan karena menghasilkan uap formalin. Penemuan ini sangat penting untuk menekan biaya komponen perekat pada proses produksi kayu lapis, sekaligus dapat mengurangi tingkat emisi formalin dari produk kayu lapis sehingga memenuhi persyaratan Japan IndustriaI Standard (JIS A 5098) untuk kategori interior I dan Il. Di samping itu, berhasil dikembangkan juga nanokomposit polimer berbasis lempung untuk aplikasi bahan 22 - 14
kemasan; teknologi bio-nanokomposit, yaitu pembuatan mikrofibril selulosa berukuran nano dari bambu, sisal, dan bahkan dari onggok singkong, teknologi pengembangan material untuk fuel-cell; dan material baja kinerja tinggi. Sistem peringatan dini tsunami (Ina-TEWS) yang dikembangkan di Indonesia dibagi dalam dua bagian, yaitu struktur (berisi jejaring peralatan dan Tsunami Database) dan kultur (penyampaian informasi ke masyarakat dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menerima informasi). Komponen struktur itu telah di-install di seluruh wilayah Indonesia sesuai dengan grand scenario dan telah diperoleh informasi potensi terjadinya tsunami sebelum 5 menit sejak tahun 2008. Sementara itu, untuk komponen kultur, telah dilaksanakan Tsunami Drill secara nasional di 8 lokasi, yaitu Padang (2005), Bali (2006), Banten (2007), Manado (2008), Gorontalo (2008), Banda Aceh (2008), Bantul (2008). Dalam rangka pembangunan Ina-TEWS tersebut, telah dibangun infrastruktur untuk pemantauan gerakan lempeng permukaan bumi melalui pengamatan 20 stasiun tetap GPS. Selain itu, dalam mendukung pemberian informasi atas terjadinya tsunami, telah dibangun 60 stasiun pasang surut laut digital yang tersebar luas di seluruh wilayah perairan Indonesia. Berkaitan dengan standardisasi, telah dilakukan penilaian untuk menetapkan kesesuaian terhadap standar oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Sampai saat ini, KAN telah mengakreditasi 422 laboratorium penguji; 106 laboratorium kalibrasi; 19 lembaga inspeksi; 2 laboratorium medik; 67 lembaga sertifikasi yang terdiri atas lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu, lingkungan, produk, personel, keamanan pangan (HACCP) dan ekolabel. Jumlah ini meningkat sekitar 77 % apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2004. Di samping itu, telah dibangun infrastruktur pengukuran, standardisasi, pengujian dan kualitas (measurement, standardization, testing, and quality, MSTQ) dalam bentuk laboratorium Metrologi dan Pengujian, dan laboratorium pengujian Electro Magnetic Compatibility (EMC) yang merupakan pusat metrologi ilmiah yang terlengkap di Indonesia. 22 - 15
Pelaksanaan penelitian dalam bidang ilmu sosial dan kemanusiaan telah menyelesaikan puluhan jenis kajian lengkap dengan rekomendasi kebijakan yang ditujukan kepada Pemerintah, pemangku kepentingan, dan publik serta studi yang ditujukan untuk memajukan ilmu pengetahuan melalui penelitian dasar. Untuk 2005—2009, topik penelitian difokuskan pada isu kemiskinan, pengangguran, demokratisasi, good governance, dan daya saing ekonomi. III.
TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN
Dalam rangka meningkatkan dukungan iptek bagi daya saing nasional, pembangunan iptek diarahkan pada hal-hal sebagaiberikut. Pertama, Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN) melalui ketiga unsurnya yaitu (1) penataan kelembagaan iptek; (2) penguatan sumber daya iptek yang mencakup peningkatan kompetensi sumber daya manusia serta peningkatan kelengkapan sarana dan prasarana riset; serta (3) penataan jaringan iptek, baik antarlembaga litbang maupun antara lembaga litbang dengan masyarakat pengguna. Kedua,
22 - 16
Peningkatan penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan iptek melalui penyelenggaraan kegiatankegiatan riset dan perekayasaan. Menurut Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005—2025, kegiatan-kegiatan riset dan perekayasaan tersebut diarahkan pada (1) menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan untuk menghasilkan teknologi; (2) mendukung kebutuhan untuk bidang kehidupan. Dengan demikian, peningkatan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan iptek difokuskan pada konservasi dan pemanfaatan sumber daya hayati; bioteknologi; energi; penerbangan dan keantariksaan; tenaga nuklir; pertanian, perikanan; peternakan, dan kehutanan; kesehatan dan kedokteran; pertahanan dan keamanan; teknologi
informasi dan komunikasi; lingkungan nanoteknologi; perekayasaaan; dan sosial.
hidup;
22 - 17