BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1
Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori pensignalan (signalling theory) melandasi dari pengungkapan sukarela (Soewardjono, 2005). Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannnya sangat diminati oleh investor dan pemegang saham khususnya kalau informasi tersebut merupakan berita baik (good news). Manajemen juga berminat menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan. Teori sinyal menjelaskan manajemen perusahaan sebagai agen, memiliki dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut disebabkan adanya asimetri informasi atau ketidakseimbangan penguasaan informasi antara agen dengan prinsipal (konflik keagenan). Hal ini disebabkan oleh agen yang memiliki lebih banyak informasi mengenai perusahaan. Informasi perusahaan terangkum dalam laporan tahunan perusahaan yang pada umumnya dipublikasikan kepada publik, sehingga laporan tahunan menjadi penting bagi pihak ekternal perusahaan (Andayani, 2002) dalam Pramunia (2010). Jadi pengungkapan sukarela ini merupakan solusi atas kendala pengungkapan secara penuh. Informasi informasi lain yang diperlukan oleh para pemakai
laporan keuangan bisa didapatkan pada pengungkapan sukarela ini. Dengan adanya pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh manajemen, tingkat pengungkapan wajib yang dapat ditetapkan dapat diarahkan ke tingkat wajar. 2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory) Hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami hubungan antara manager dan pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976) memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agents bagi para pemegang saham (principal), akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham. Menurut Widyaningdyah (2001) agency theory memiliki asumsi bahwa masingmasing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antar principal dan agents. 2.1.3 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi (Yusuf, 2005). Dalam definisi tersebut disebutkan bahwa akuntansi adalah suatu proses yang meliputi pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisaan data keuangan dari suatu organisasi. UU No.7 Tahun 1992 menetapkan bahwa bank-bank diwajibkan menyampaikan laporan keuangan tahunan dan laporan berkala lainnya dalam bentuk dan waktu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Disamping
itu bank diwajibkan untuk mengumumkan laporan keuangannya dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 1. Jenis-jenis laporan keuangan a. Laporan Posisi Keuangan Laporan yang menunjukkan posisi (jumlah) aset, liabilitas, dan modal perusahaan. b. Laporan Laba Rugi Komprehensif Menunjukkan hasil yang telah dicapai perusahaan serta biaya-biaya yang terjadi pada waktu tertentu. c. Laporan Aliran Kas Menunjukkan jumlah kas masuk dan keluar dari kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan perusahaan. d. Laporan Perubahan Ekuitas Menunjukkan perubahan dan jumlah modal perusahaan pada waktu tertentu. e. Catatan atas laporan Keuangan Keterangan terperinci tentang hal-hal yang dinyatakan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan biasanya hanya mencantumkan akunakun yang sudah baku sesuai dengan PSAK dengan nominal akhir tanpa menyebutkan asal maupun perhitungan, maka dalam catatan atas laporan keuangan ini terdapat perhitungan dan penjelasanpenjelasan lain seperti metode penyusutan, pernyataan hutang bersyarat, dan jumlah saham yang ditempatkan.
2. Tujuan laporan keuangan Tujuan laporan keuangan menurut Bernstein (Harahap, 2007) adalah sebagai berikut: a. Screening Analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa perlu pergi langsung ke lapangan. b. Understanding Memahami perusahaan, kondisi keuangan dari hasil usahanya. c. Forecasting Analisa dilakukan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa mendatang. d. Diagnosis Analisa dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalahmasalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain. e. Evaluation Analisa dilakukan untuk melihat prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.
Suwardjono
(2005)
menyatakan
bahwa
tujuan
pengungkapan
(disclosure) secara umum antara lain, yaitu menyajikan informasi yang perlu, menjelaskan item-item yang diakui, dan menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas, serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Sedangkan informasi
tentang perubahan posisi
keuangan
bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan. 3. Karakteristik laporan keuangan Karakteristik laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik laporan keuangan ada empat, yaitu: a. Dapat dipahami Kualitas informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Informasi keuangan yang dapat dipahami adalah informasi yang disajikan dalam bentuk dan bahasa teknis yang sesuai dengan tingkat pengertian pengguna.
b. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. c. Keandalan Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur. d. Dapat dibandingkan Informasi akuntansi harus dapat diperbandingkan dengan informasi akuntansi periode sebelumnya pada perusahaan yang sama, atau dengan perusahaan sejenis lainnya pada periode waktu yang sama. 2.1.4
Luas Pengungkapan Laporan Keuangan Pengungkapan adalah mengkomunikasikan mengenai posisi dari keuangan dengan tidak menyembunyikan informasi (Chariri dan Ghozali, 2011). Ada 3 (tiga) konsep mengenai luas pengungkapan laporan keuangan yaitu: a. Pengungkapan cukup (Adequate Disclosure). Konsep yang sering digunakan adalah pengungkapan yang cukup, yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor.
b. Pengungkapan wajar (Fair Disclosure). Pengungkapan yang wajar secara tidak langsung merupakan tujuan etis agar memberikan perlakuan yang sama kepada semua pengguna laporan keuangan, menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca potensial. c. Pengungkapan penuh (Full Disclosure). Pengungkapan penuh menyangkut luas penyajian informasi yang diungkapkan secara relevan. Pengungkapan penuh memiliki kesan penyajian informasi secara melimpah sehingga beberapa pihak menganggapnya
tidak
baik.
Menurut
pengungkapan didefenisikan sebagai
Marwata
(2001),
sejumlah informasi
luas untuk
membantu investor dalam membuat prediksi kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Luas pengungkapan laporan keuangan mengukur berapa banyak butir laporan keuangan yang secara material akan diungkapkan oleh suatu perusahaan.
Jenis pengungkapan laporan keuangan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar (Na’im dan Rachman, 2000), yaitu: a. Pengungkapan Wajib (Mandatory disclosure) Pengungkapan wajib adalah pengungkapan minimum yang disyaratkan minimum oleh standar akuntansi yang berlaku. Di Indonesia yang menjadi otoritas pengungkapan wajib adalah Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) berdasarkan keputusan Ketua
Bapepam dan LK Nomor : Kep-347/BL/2012 Tanggal : 25 Juni 2012. Tentang pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan publik mensyaratkan elemen-elemen yang seharus wajib diungkap dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan publik yang ada di Indonesia harus sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Keuangan Indonesia (IAI). b. Pengungkapan Sukarela (Valuntary disclosure) Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang yang dilakukan perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas. Meskipun semua perusahaan publik diwajibkan memenuhi pengungkapan minimum, mereka berbeda secara substansial dalam hal jumlah tambahan informasi yang diungkapkan ke pasar modal. Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen. Tingkat luas pengungkapan laporan keuangan dapat diukur dengan menggunakan cara yang digunakan oleh Subiyantoro (1996) dimana item-item meliputi wajib dan sukarela. Semakin banyak item yang diungkapkan oleh perusahaan, semakin banyak pula angka indeks yang diperoleh perusahaan tersebut. Perusahaan dengan angka indeks yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut melakukan praktik pengungkapan secara lebih komprehensif dibandingkan perusahaan lain.
2.1.5
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan 1. Likuiditas (Loan to Deposit Ratio) LDR digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga (Dendawijaya, 2003). Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka dan sertifikat deposito. 2. Profitabilitas (Return on Assets) ROA
merupakan
rasio
yang
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total asset bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003). Semakin besar ROA, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang bersangkutan. Semakin besar ROA, maka semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total asset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva.
3. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan didefinisikan sebagai penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas dari suatu
perusahaan, sebagai penentuan
sebuah perusahaan besar, atau kecil dapat dilihat dari nilai total aktiva dengan menggunakan nilai logaritma agar tidak besar untuk dimasukkan ke dalam model (Almilia dan Retrinasari, 2007). Jadi semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin besar pula modal yang ditanamnya pada berbagai jenis usaha, lebih mudah dalam memasuki pasar modal, memperoleh penilaian kredit yang tinggi dan sebagainya, yang kesemuanya ini akan mempengaruhi keberadaan total aktivanya. 2.1.6
Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian
terdahulu
beserta
persamaan
dan
perbedaannya
yang
mendukung penelitian ini: 1. Niko Ulfandri Daniel (2013) Niko meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan, leverage, dan likuiditas terhadap luas pengungkapan laporan keuangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian Niko adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2008-2010. Hasil penelitiannya adalah dimana ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan laporan keuangan, leverage tidak berpengaruh terhadap
luas pengungkapan laporan keuangan, dan likuiditas berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan laporan keuangan. Persamaan dengan penelitian yang akan dijalankan adalah keduanya meneliti pengaruh likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap luas laporan keuangan. Perbedaannya adalah dimana rencana penelitian memiliki variabel bebas profitabilitas sedangkan pada penelitian Niko variabel bebas lainnya selain ukuran perusahaan adalah leverage. 2. Arum Purwandari, Agus Purwanto (2012) Arum dan Agus meneliti tentang pengaruh profitabilitas, leverage, struktur kepemilikan, dan status perusahaan terhadap pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian Arum dan Agus adalah perusahaan manufaktur yang telah go public yang terdaftar di BEI pada periode 2009-2010.
Hasil
penelitiannya
adalah
profitabilitas,
leverage,
kepemilikan publik, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan status perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap index pengungkapan laporan keuangan. Persamaan dengan penelitian yang akan dijalankan adalah keduanya meneliti pengaruh profitabilitas terhadap luas laporan keuangan. Perbedaannya adalah dimana rencana penelitian memiliki variabel bebas likuditas dan ukuran perusahaan sedangkan pada penelitian Arum dan Agus variabel bebas lainnya selain profitabilitas adalah leverage, struktur kepemilikan, dan status perusahaan.
3. Juli (2010) Juli meneliti pengaruh likuiditas, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan porsi kepemilikan saham public terhadap luas pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan jasa yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa size perusahaan dan porsi kepemilikkan saham tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan keuangan. Persamaan dengan penelitian yang akan dijalankan adalah keduanya meneliti pengaruh likuiditas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan
terhadap
luas
pengungkapan
laporan
keuangan.
Perbedaannya adalah dimana rencana penelitian memiliki variabel bebas leverage dan porsi kepemilikan saham
sebagai variabel
independen. 4. Mustika (2010) Mustika meneliti pengaruh basis perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, porsi kepemilikan saham publik, reputasi kantor akuntan publik, dan likuiditas terhadap kelengkapan pengungkapan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa size perusahaan dan leverage berpengaruh signifikan. Persamaan dengan penelitian yang akan dijalankan adalah keduanya meneliti pengaruh likuiditas, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap luas pengungkapan laporan keuangan. Perbedaannya adalah dimana rencana penelitian
memiliki variabel bebas basis perusahaan, leverage, porsi kepemilikan saham publik, reputasi kantor akuntan publik sebagai variabel independen. 5. Haryanto dan Ira Yunita (2008) Haryanto dan Ira meneliti tentang pengaruh likuiditas, leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap pengungkapan sukarela laporan keuangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian Haryanto dan Ira adalah perusahaan Real Estate yang terdaftar di BEI pada periode 20032004. Hasil penelitiannya adalah likuiditas (current ratio) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan pada laporan tahunan perusahaan, leverage (debt to assets ratio) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan pada laporan
tahunan
perusahaan,
Ukuran
perusahaan
(capital
marketalization), yang merupakan perkalian dari jumlah saham yang beredar dengan harga saham, berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan pada laporan tahunan perusahaan, profitabilitas (ROE) juga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan pada laporan tahunan perusahaan. Persamaan dengan penelitian yang akan dijalankan adalah keduanya meneliti pengaruh likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan terhadap luas laporan keuangan. Perbedaannya adalah dimana rencana penelitian memiliki variabel bebas leverage.
6. Farichah (2009) Farichah meneliti pengaruh likuiditas, solvabilitas rentabilitas, ukuran perusahaan, jenis industri dan status perusahaan terhadap tingkat kelengkapan informasi pada laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan hanya status perusahaan yang berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan informasi pada laporan keuangan.
Persamaan
dengan penelitian yang akan dijalankan adalah keduanya meneliti pengaruh likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap luas laporan keuangan. Perbedaannya adalah dimana rencana penelitian memiliki variabel bebas solvabilitas rentabilitas.
2.2
Rerangka Pemikiran
BANK
LAPORAN KEUANGAN
Likuiditas (LDR) Luas Pengungkapan Laporan Keuangan
Profitabilitas (ROA) Ukuran Perusahaan
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
2.3
Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Likuiditas (LDR) Terhadap Luas Pengungkapan LDR
adalah
rasio
keuangan
perusahaan
perbankan
yang
berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan
request) nasabahnya. LDR dapat diukur dari perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi (Kasmir, 2008). Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR) maka laba perusahaan semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif, sehingga jumlah kredit macetnya akan kecil). Kredit yang diberikan adalah kredit yang diberikan bank yang sudah ditarik atau dicairkan bank. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain. Sedangkan yang termasuk dalam pengertian dana pihak ketiga adalah giro, deposito, dan tabungan (Sinungan, 2000). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bersarnya standar nilai Loan to Deposit Ratio menurut Bank Indonesia adalah antar 85%100%. Dalam membicarakan masalah Loan to Deposit Ratio maka yang perlu kita ketahui adalah tujuan penting dari perhitungan Loan to Deposit Ratio. Tujuan perhitungan Loan to Deposit Ratio adalah untuk mengetahui serta menilai sampai seberapa jauh suatu bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan kegiatan operasinya. Dengan kata lain, Loan to Deposit Ratio digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank.
Tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Dari satu sisi, tingkat likuditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Dengan kondisi seperti ini perusahaan cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak eksternal karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan tersebut credible (Luciana, 2007). Tapi disisi lain, likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajer dalam mengelola keuangan perusahaan. Dari sisi ini, perusahaan dengan likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal
sebagai
upaya
untuk
menjelaskan
lemahnya
kinerja
manajemen (Luciana, 2007). Maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H1 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan keuangan pada industri perbankan. 2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Luas Pengungkapan Rasio profitabilitas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi perolehan laba. Keuntungan sudah menjadi tujuan utama dari setiap perusahaan, dari keuntungan tersebut modal akan bertambah yang pads gilirannya akan meningkatkan kemampuan bank dalam melaksanakan operasinya. Keuntungan yang diperoleh selain ditentukan oleh kecakapan dan keterampilan pimpinan bank, juga tidak lepas dari kepercayaan para pemegang saham dan masyarakat yang menyimpan uangnya berupa giro, deposito, maupun
tabungan. Untuk memupuk kepercayaan masyarakat yang menyimpan dananya, bank dituntut untuk memelihara alat-alat likuid yang cukup besar tanpa menghilangkan kesempatan untuk memperoleh laba optimal. Keuntungan yang rendah merupakan hambatan bagi pertumbuhan bank dan juga dapat menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank dan sebaliknya apabila keuntungan yang tinggi akan mempercepat pertumbuhan bank dan juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank. Analisis rasio profitabilitas suatu bank anatar lain adalah Return on Assets, Return on Equity, Rasio biaya operasional, dan Net Profit Margin. Dalam penelitian ini menggunakan Return on Assets. Return on Assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dan penggunaaan asetnya. Tujuan akhir dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu manajemen perusahaan harus mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan tapi besarnya keuntungan harus dicapai sesuai dengan yang diharapkan bukan berarti asal untung. Untuk mengukur tingkat keuntungan tersebut digunakan rasio profitabilitas, dimana profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan atas kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan selama satu tahun. (Meliana, 2006) menyatakan bahwa profitabilitas yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih rinci, hal ini disebabkan karena manajer ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaannya. Mengingat kebanyakan para investor lebih menyukai perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi cenderung melakukan pengungkapan yang lebih luas karena ingin memberikan informasi kepada para investor. Maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan keuangan pada industri perbankan. 3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Ukuran perusahaan yang dinyatakan dengan kapitalisasi pasar diharapkan berhubungan positif dengan luasnya tingkat pengungkapan. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan kecil umumnya berada pada situasi persaingan yang ketat dengan perusahaan yang lain. Mengungkapkan terlalu banyak tentang jati dirinya kepada pihak eksternal dapat membahayakan posisinya dalam persaingan, sehingga perusahaan kecil cenderung untuk tidak melakukan pengungkapan selengkap perusahaan
besar (Suripto dan Baridwan, 1999). Alasan lainnya bahwa perusahaan besar mempunyai biaya produksi informasi dan biaya competitive disadvantage akibat pengungkapan yang lebih rendah yang berkaitan dengan pengungkapan mereka karena tuntutan dari para pemegang saham dan para analisis pasar modal. Variabel firm size ini merupakan variabel yang sering diteliti, dan hasilnya cukup konsisten berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan dalam penelitian-penelitian sebelumnya Wallace et. al., (1994) (dalam Suripto dan Baridwan, 1999). Ukuran Perusahaan didefinisikan sebagai penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas dari suatu perusahaan, sebagai penentuan sebuah perusahaan besar, atau kecil dapat dilihat dari nilai total aktiva. Jadi semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin besar pula modal yang ditanamnya pada berbagai jenis usaha, lebih mudah dalam memasuki pasar modal, memperoleh penilaian kredit yang tinggi dan sebagainya, yang kesemuanya ini akan mempengaruhi keberadaan total aktivanya. Banyak penelitian terdahulu yang menggunakan ukuran perusahaan sebagai
variabel
untuk
menguji
pengaruhnya
dengan
luas
pengungkapan perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap luas pengungkapan perusahaan Supriadi (2010), Almilia dan Ikka Retnasari (2007), Irawan (2006) dan Ginting (2010). Semakin besar ukuran perusahaan,
maka
semakin
tinggi
luas
pengungkapan
karena
perusahaan besar harus memenuhi public demand atas pengungkapan yang lebih luas (Halim et al., 2005). Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar cenderung akan mengungkapkan lebih banyak informasi daripada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan Nilai total aset. Besarnya nilai total aset dapat dilihat dalam laporan keuangan neraca perusahaan. Mengingat nilai total aset ini sangat besar, maka digunakan nilai logaritma dari total aset agar tidak terlalu besar untuk dimasukkan ke dalam model persamaan. Semakin besar total aset maka semakin banyak modal yang ditanam. Nilai total aset digunakan sebagai indikator untuk mengukur ukuran perusahaan karena nilainya relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai total penjualan. Maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan keuangan pada industri perbankan.