BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Perancangan dan Pengembangan Konsep Produk
2.1.1 Desain Adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisa, menilai, dan menyusun suatu sistem (fisik/ nonfisik) yang optimum di waktu mendatang dengan memanfaatkan informasi. Pertama-tama desain menentukan kebutuhan produk yang akan dirancang (need), yang dilanjutkan dengan pengembangan ide-ide untuk memenuhi kebutuhan tersebut (idea). Setelah ide-ide diperoleh, maka dilakukan penilaian dan pemilihan alternatif sehingga di dapatkan suatu keputusan yang menghasilkan rencana desain yang optimal. Dan langkah terakhir yang harus dilakukan adalah penanganan oleh bagian produksi.
2.1.2 Perancangan Produk Perancangan produk merupakan salah satu bagian dari pengembangan produk yang mencari bentuk baru yang memberikan nilai tambah bagi suatu produk agar dapat bersaing di pasaran. Sedangkan yang dimaksud dengan pengembangan produk itu sendiri adalah serangkaian aktivitas yang dimulai dengan persepsi mengenai peluang pasar dan dilanjutkan dengan produksi, penjualan dan pengiriman produk.
7
Pengembangan produk merupakan aktivitas yang meliputi tiga fungsi utama, yaitu penjualan (marketing), desain, dan manufacturing. Tipe-tipe yang dapat digolongkan sebagai produk baru: 1. Produk yang membentuk fungsi sama sekali baru, misalnya penemuan bola lampu, penemuan mesin uap, dan lain-lain. 2. Produk dengan performansi yang telah di perbaiki, misalnya komputer yang kemampuannya terus bertambah. 3. Produk yang mempunyai aplikasi baru yang lebih baik dari produk sebelumnya, contohnya kemasan aerosol yang sekarang dipakai juga untuk obat nyamuk, minyak wangi, dan lain-lain. 4. Produk yang menawarkan fungsi tambahan yaitu penambahan suatu benda baru kepada benda asalnya sebagai pelengkap dari benda asal, dan pada umumnya tidak dapat berdiri sendiri tanpa benda asalnya. Contohnya : penambahan speedometer pada sepeda. 5. Produk lama yang di jual ke pasar yang baru. 6. Produk dengan harga jual lebih rendah sehingga dapat menjangkau lebih banyak lagi konsumen. 7. Produk yang di upgrade atau produk yang ada sekarang di integrasi ke produk yang lain. Produk jenis ini merupakan gabungan dari dua benda yang mempunyai fungsi masing-masing dan dapat dimanfaatkan terpisah dari benda asal serta mempunyai nilai kegunaan yang setara dengan benda asal. Contohnya adalah integrasi sofa dengan tempat tidur serta meja.
8
8. Restyled Product, yaitu suatu perubahan tetap/ teratur yang dilakukan contohnya : pada mobil, pakaian, dan lain-lain. 9. Downgraded Product, yaitu suatu usaha menjual produk bekas.
2.1.3 Proses Pengembangan Produk Proses pengembangan produk adalah urutan langkah-langkah atau kegiatankegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan konsep,desain, dan mengkomersilkan suatu produk (Ulrich,1995,14) Keenam fase generik proses pengembangan produk antara lain adalah: (Ulrich,1995,15) 1. Perencanaan Kegiatan perencanaan sering dirujuk sebagai fase nol, karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual. 2. Pengembangan konsep Konsep adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk dan biasanya diikuti dengan sekumpulan spesifikasi , analisis produk-produk pesaing serta pertimbangan ekonomi proyek.
Dalam tahap ini, kebutuhan pelanggan target
diidentifikasi, konsep produk alternatif dihasilkan dan dievaluasi, dan konsep tunggal di tentukan untuk pengembangan lebih lanjut. 3. Perancangan tingkat sistem
9
a. Membuat rancangan dan geometri produk, pembagian produk menjadi subsistem dan komponen beserta spesifikasinya, dan diagram alir proses perakitan produk b. Skema perakitan untuk sistem produksi c. Output : geometri, spesifikasi fungsional setiap subsistem, diagram alir proses perakitan produk 4. Desain detail Tahap desain detail meliputi spesifikasi lengkap dari geometri produk dan bahanbahan serta toleransi semua komponen pada produk dan spesifikasi standar konsumen yang akan dibeli dari supplier. Perencanaan proses disusun dan peralatan untuk memproduksi komponen dirancang menjadi sistem produksi. 5. Pengujian dan perbaikan Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacammacam versi awal produk. Tahapan-tahapannya adalah : a. Konstruksi dan evaluasi dari tahap produk versi persiapan produk b. Pembuatan prototype alpha lalu diuji untuk mengetahui apakah produk berfungsi seperti yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan utama pelanggan. c. Pembuatan prototype beta lalu diuji ketat, secara eksternal maupun internal, untuk melihat performansi dan keandalan produk, serta mengidentifikasikan
10
perubahan yang perlu dilakukan untuk produk terakhir.Pembuatan prototype memberikan diskusi keseluruhan mengenai prototype dan kegunaannya. 6. Produksi Ramp Up Dalam tahap ini, produk dibuat dengan sistem produksi yang sebenarnya. Tujuannnya adalah untuk melatih tenaga kerja dan menyelesaikan permasalahan yang masih terdapat dalam proses produksi. Pada tahap inipun dilakukan pula peluncuran produk.
2.1.4 Proses Pengembangan Konsep Tahap pengembangan konsep membutuhkan koordinasi yang lebih banyak dibandingkan dengan tahap-tahap lainnya dan dikenal dengan The Front-End Process. Tahap-tahap pengembangan konsep tersebut adalah : (Ulrich,1995,18) 1. Identifikasi kebutuhan konsumen Tujuan dari langkah ini adalah memahami keinginan para pelanggan dan membuat mereka mampu berkomunikasi secara efektif terhadap tim pengembang. Hasil akhir dari langkah ini adalah pernyataan pelanggan yang telah diurutkan secara hierarki dengan pemberian tingkat kepentingan pada setiap level.
Pengidentifikasian
kebutuhan pelanggan ini dapat menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk. 2. Penentuan spesifikasi produk
11
Spesifikasi adalah deskripsi yang nyata dan tepat dari apa yang harus atau dapat dilakukan oleh produk dan merupakan terjemahan dari customer needs kedalam bahasa teknis. 3. Analisa Produk Pesaing (Competitive Benchmarking) Merupakan langkah kritis untuk mewujudkan kesuksesan suatu produk, dan dapat menyediakan suatu sumber daya yang kaya akan ide-ide yang dapat disumbangkan terhadap produk itu sendiri maupun proses perancangan produknya dan bertujuan untuk mendukung penentuan spesifikasi, pembentukan, dan pemilihan konsep. 4. Pembentukan Konsep Produk Tujuannya untuk mengeksplorasi berbagai macam konsep produk yang dapat ditetapkan sesuai dengan keinginan konsumen.
Pembentukan konsep dilakukan
dengan menggabungkan hasil penelitian eksternal dan internal, serta pengembangan sistematis dari solusi yang dihasilkan. 5. Pemilihan Konsep Produk Merupakan suatu kegiatan dimana beberapa konsep produk yang bervariasi dianalisa dan dihilangkan secara teratur untuk mendapatkan konsep terbaik. Proses ini biasanya membutuhkan beberapa literasi daan mungkin diajukan tambahan penyusunan dan perbaikan konsep. 6. Perbaikan Spesifikasi Spesifikasi yang telah ditentukan diawal proses dikaji ulang setelah sebuah konsep dipilih. Tim harus menentukan nilai metrik yang spesifik untuk memenuhi
12
karakteristik pembatas dari konsep produk, keterbatasan yang diidentifikasikan melalui pemodelan teknis dan trade-offs antara biaya dan performansi. 7. Analisis Ekonomis Dengan analisis finansial, dibentuk suatu model untuk menentukan kelanjutan dari program pengembangan keseluruhan dan untuk menyelesaikan masalah trade-offs. 8. Perencanaan Proyek Kegiatan terakhir adalah membuat jadwal pengembangan secara terinci, strategi untuk menekan waktu pengembangan, dan mengidentifikasikan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.
2.2
Perancangan Produk Setelah fase perancangan konsep produk, maka fase berikutnya adalah fase
perancangan produk itu sendiri. Konsep produk yang terpilih pada tahap evaluasi konsep pada umumnya komponen-komponennya masih berupa sketsa. Pada fase perancangan produk, komponen-komponen tersebut diberi bentuk, atau apabila sketsa komponen tersebut sudah mempunyai bentuk, maka bentuk tersebut mulai diperbaiki (Harsokusoemo,1999,91) Pada dua atau tiga dekade yang lalu, proses perancangan produk dan proses pembuatan produk merupakan dua kegiatan yang terpisah. Dalam proses perancangan, anggota tim perancangan yang terlibat boleh dikata hanya para perancang saja, tidak ada ahli produk yang ikut serta, sedangkan pada proses pembuatan produk tidak ada perancang yang ikut serta. Hal itu mengakibatkan
13
selama proses perancangan dilakukan, tidak ada masukkan dari sisi produksi, sehingga dapat terjadi bahwa perancangan tersebut menghasilkan produk atau komponen produk yang sukar dibuat, sukar dirakit, dan lain-lain. Tetapi sejak tahun 1980-an tim perancang yang sudah terdiri dari para perancang, beberapa ahli produksi dan ahli material, sehingga pada saat produk dirancang (oleh perancang), maka segi pembuatannya dan cara merakit produk sudah diperhatikan (oleh ahli produksi dan ahli perakitan). Proses perancangan produk yang memperhatikan metode-metode produksi yang akan dipakai untuk membuat produk nanti dinamakan concurrent design (perancangan simultan), yang sering juga di sebut design for manufacturing. Perancangan simultan ini memperhatikan sekaligus empat elemen dalam merancang produk, yaitu: fungsi, bentuk, material dan produksi. Gambar berikut akan memperlihatkan hubungan antar elemen tersebut. Bentuk
Fungsi
Material
Produksi
Gambar 2.1 Empat Elemen Dasar Dalam Concurrent Design Dari gambar diatas terlihat bahwa elemen penting (sentral) diantara keempat elemen Concurrent Design. Perancangan produk dilakukan dengan pemberian bentuk pada produk atau komponen produk berdasarkan konsep produk dan fungsi-fungsi yang harus di penuhi
14
oleh produk. Proses tersebut dilakukan dengan memperhatikan keterbatasan ruang, sifat-sifat material, ketersedian fasilitas bengkel dengan segala keterbatasannya. Ada sembilan langkah dalam melakukan perancangan simultan, yaitu : (Harsokoesoemo,1999,97) 1. Mencari produk jadi yang sudah ada di pasar 2. Memilih material dan teknik produksi 3. Mendalami keterbatasan ruang 4. Mengidentifikasi komponen 5. Mengembangkan interface (titik kontak) antara dua komponen 6. Memberi bentuk 7. Evaluasi 8. Memperbaiki material dan cara produksi 9. Memperbaiki bentuk
2.3 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan untuk menguji hipotesa yang telah dirumuskan. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data. Banyak masalah yang dirumuskan tidak
15
dapat dipecahkan karena metode yang digunakan untuk mengumpulkan data tidak memungkinkan, atau metode yang ada tidak dapat menghasilkan data seperti yang diinginkan. (Nazir,1999,211) Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya: 1. Pengamatan langsung, dibagi 2 yaitu: a. pengamatan tidak berstruktur b. pengamatan berstruktur 2. Wawancara, adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawabsambil terjadi tatap muka antara pewawancara dengan penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara) 3. Pemberian kuesioner Secara umum isi dari kuesioner adalah: a. Pertanyaan tentang fakta b. Pertanyaan tentang pendapat (opinion) c. Pertanyaan tentang persepsi diri
2.4. Teknik Sampling Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Probability
16
sampling meliputi, simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Nonprobability sampling meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.
2.4.1 Probability Sampling Probability sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan sampel) yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi : 1. Simple Random Sampling Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. 2. Proportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/ unsur yang tidak homogendan berstrata secara proporsional. 3. Disproportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. 4. Cluster Sampling (Area Sampling) Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara,
17
propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.
2.4.2 Nonprobability Sampling Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ksempatan ssama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi : 1. Sampling Sistematis Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. 2. Sampling Kuota Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang dinginkan. 3. Sampling Aksidental Sampling Aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. 4. Sampling Purposive Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka
18
sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif. 5. Sampling Jenuh Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. 6. Snowball Sampling Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.
19
2.5
Kerangka Pemikiran Tngkat Kesetrilan Kemasan Minuman Kaleng dengan desain kemasan Yang Menarik
Belum Adanya Arah Pengembangan Kemasan Minuman Kaleng Yang Menjamin Kesterilan Minuman
Desain Pengembangan Kemasan Minuman Kaleng yang sehat belum ada
Diperlukan Suatu Metode Pengembangan Produk Yang Lebih Baik Untuk Menjamin Kesetrilan Minuman Kaleng
Keluhan Pelanggan
Kuesioner
QFD
Seleksi Konsep
Desain Fisik Produk
Hasil Pengujian dan Evaluasi Pengembangan Desain Kemasan Minuman Kaleng Dengan Kuesioner Dan Dilengkapi Dengan Gambar Dari konsep Produk Akhir
Peningkatan Kesehatan dan Kesetrilan Kemasan Minuman Kaleng
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Pengembangan Produk Kemasan