BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Perancangan Sistem
Hal yang paling dominan ketika perancangan suatu aplikasi dilakukan adalah memodelkan kebutuhan pemakai. Ada banyak cara untuk memodelkan aplikasi sebagaimana banyak cara yang digunakan oleh seorang arsitek untuk membangun sebuah rumah. Pada dasarnya pemodelan tersebut merupakan kombinasi antara perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan (Whitten et al, 2005).
Perancangan suatu aplikasi termasuk dalam kegiatan rekayasa perangkat lunak. Proses rekayasa perangkat lunak dimulai jauh sebelum coding dilakukan dan berlanjut sampai tercapainya sebuah aplikasi yang diinginkan (Pohan, 1997). Pada dasarnya Rekayasa Perangkat Lunak dilakukan untuk merancang suatu aplikasi atau software dengan mengurutkan transformasi masalah menjadi solusi perangkat lunak yang dapat bekerja dengan baik.
2.1.1 Prinsip Dasar Perancangan Sistem
Proses perancangan perangkat lunak merupakan serangkaian kegiatan dan hasil yang berhubungan dengan perangkat lunak, yang bertujuan untuk dihasilkannya suatu produk perangkat lunak. Walaupun ada banyak proses dalam perancangan suatu perangkat lunak, ada kegiatan-kegiatan mendasar yang umum bagi semua proses perancangan perangkat lunak (Sommerville,2003), antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Penspesifikasian Perangkat Lunak Fungsionalitas
Perangkat
Lunak
dan
batasan
operasinya
harus
didefenisikan. 2. Perancangan dan Implementasi Perangkat Lunak Perangkat Lunak yang memenuhi persyaratan harus dibuat. 3. Validasi Perangkat Lunak Perangkat lunak tersebut harus divalidasi untuk menjamin bahwa perangkat lunak bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan. 4. Pengevolusian Perangkat Lunak Perangkat Lunak harus dapat berkembang untuk menghadapi kebutuhan yang dapat berubah sewaktu-waktu.
Dalam menciptakan sebuah aplikasi, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guna perolehan hasil yang maksimal (Whitten et al, 2005), antara lain sebagai berikut :
a. Produktivitas Saat ini hampir segala bidang memerlukan aplikasi yang dapat digunakan sesuai dengan keperluan dalam bidangnya. Hal ini menyebabkan permintaan terhadap pengadaan aplikasi lebih banyak. Dan tuntutan terhadap kualitas aplikasi yang lebih bagus dan handal. Tentunya hal ini membutuhkan lebih banyak programmer dan penganalisa sistem yang berkualitas,
kondisi
kerja
ekstra,
kemampuan
pemakai
untuk
mengembangkan sendiri, bahasa pemrograman yang lebih baik, perawatan sistem yang lebih baik, disiplin teknis pemakaian perangkat lunak dan perangkat pengembangan sistem yang terotomasi. b. Reliabilitas Reliabilitas suatu perangkat lunak tidak seperti faktor kualitas lain yang dapat diukur, diarahkan dan diestimasi dengan menggunakan data pengembangan historis. Reliabilitas perangkat lunak didefenisikan dalam bentuk statistik sebagai kemungkinan operasi program komputer bebas kegagalan didalam suatu lingkungan dalam kurun waktu tertentu.
Universitas Sumatera Utara
c. Maintabilitas Maintabilitas mencakup perawatan aplikasi, seperti : -
Koreksi jika ditemukan kesalahan pada program.
-
Pengadaptasian jika lingkungan berubah.
-
Modifikasi jika pengguna membutukan perubahan kebutuhan.
d. Integritas Integritas adalah mengukur kemampuan sistem suatu aplikasi untuk menahan serangan terhadap sekuritasnya. Dalam hal ini kekuatan sistem akan diuji terhadap serangan dari tipe tertentu yang dapat terjadi suatu waktu. e. Usabilitas Usabilitas merupakan ukuran terhadap kualitas interaksi yang terjadi antara aplikasi dengan pengguna. Ukuran usabilitas dapat diketahui melalui tampilan fisik suatu aplikasi (user friendly), penggunaan waktu yang efisien dan lain sebagainya.
2.1.2 Karakteristik Sistem
Karakteristik sistem yang akan dirancang dalam skripsi ini adalah sistem yang terotomasi, yang merupakan bagian dari sistem buatan manusia dan berinteraksi atau dikontrol oleh satu atau lebih komputer sebagai bagian dari sistem yang digunakan dalam masyarakat modern.
Menurut Pohan (1997), sistem terotomasi mempunyai sejumlah komponen yaitu:
a. Perangkat keras, antara lain CPU, disk, terminal, printer dan perangkat keras pendukung lainnya. Sedangkan perangkat lunaknya antara lain sistem operasi, sistem database, program aplikasi dan lain sebagainya. b. Personil, antara lain pengguna sistem, menyediakan masukan, mengkonsumsi keluaran, dan melakukan aktivitas manual yang mendukung sistem.
Universitas Sumatera Utara
c. Data, merupakan segala sesuatu yang harus tersimpan dalam sistem selama jangka waktu tertentu, dan prosedur, antara lain instruksi dan kebijakan untuk mengoperasilkan sistem.
2.1.3 Klasifikasi Sistem
Pada dasarnya hanya ada dua jenis sistem yaitu:
a. Sistem alami, seperti sistem matahari, sistem luar angkasa, sistem reproduksi dan lain sebagainya. b. Sistem buatan manusia, seperti sistem hukum, sistem perpustakaan, sistem transportasi dan lain sebagainya.
Sistem alami terbagi menjadi dua yaitu: a. Sistem fisik, seperti sistem molekul, luar angkasa. b. Sistem kehidupan, seperti sistem tumbuhan, sistem manusia.
Sedangkan sistem buatan manusia umumnya dibagi berdasarkan spesifikasi tertentu seperti:
a. Sistem sosial (hukum, doktrin, seragam). b. Sistem organisasi (perpustakaan). c. Sistem transportasi (jaringan jalan raya, kanal, udara, lautan). d. Sistem komunikasi (telepon, teleks, sinyal). e. Sistem produksi (pabrik). f. Sistem keuangan (akuntasi, inventori, buku besar).
2.1.4 Model Rekayasa Perangkat Lunak
Model rekayasa perangkat lunak merupakan representasi abstrak dari proses pembuatan suatu perangkat lunak. Pemodelan ini sering juga disebut sebagai paradigma proses. Setiap model proses merepresentasikan suatu proses dari sudut pandang arsitektural. Setiap model biasanya merupakan abstraksi yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
untuk menjelaskan pendekatan-pendekatan terhadap pengembangan perangkat lunak (Sommerville,2003). Adapun beberapa pemodelan atau paradigma yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :
1. Model Waterfall Sesuai dengan namanya model ini disebut juga dengan model air terjun. Model ini
mengambil kegiatan proses dasar seperti spesifikasi,
pengembangan, validasi dan evolusi, lalu dipresentasikan sebagai fase-fase proses yang berbeda. 2. Model Pengembangan Evolusioner Pendekatan ini berhubungan dengan kegiatan spesifikasi, pengembangan dan validasi. 3. Model Pengembangan Sistem Formal Model ini didasarkan pada pembuatan spesifikasi sistem yang matematis dan ditransformasikan pula dengan memakai metode matematis untuk membangun program. 4. Model Pengembangan berdasarkan pemakaian ulang Model ini didasarkan atas adanya komponen yang dapat dipakai ulang dalam jumlah yang signifikan. Proses pengembangan sistem terfokus pada integrasi
komponen-komponen
kedalam
suatu
sistem dan
bukan
mengembangkannya dari awal.
Dalam perancangan aplikasi yang akan dikerjakan pada skripsi ini akan digunakan pemodelan waterfall.
2.2 Alat Bantu Perancangan Sistem
Dalam merancang suatu sistem terdapat banyak hal yang harus diperhatikan sehingga perlu digunakan alat bantu untuk memodelkan aplikasi yang akan dibuat. Terdapat banyak bentuk model yang dapat digunakan dalam perancangan sebuah sistem antara lain model narasi, prototype, model grafis atau diagram dan lain sebagainya. Dalam hal ini, tidak menjadi masalah model mana yang akan digunakan asalkan pemodelan yang dibuat harus mampu mempresentasikan visualisasi bentuk sistem yang
Universitas Sumatera Utara
diinginkan pemakai, karena sistem akhir yang dibuat bagi pemakai akan diturunkan dari model.
Dalam perancangan aplikasi penentuan tingkat kesehatan bank perkreditan rakyat ini, akan digunakan pemodelan menggunakan diagram. Pada dunia pemodelan sistem terdapat sejumlah cara merepresentasikan sistem melalui diagram misalnya, flowchart, data flow diagram (DFD) dan lain sebagainya.
2.2.1 Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram adalah sebuah teknis grafis yang menggambarkan aliran informasi dan transformasi yang diaplikasikan pada saat data bergerak dari input menjadi output. DFD memberikan suatu mekanisme bagi pemodelan fungsional dan pemodelan aliran informasi. Model ini menggambarkan sistem sebagai jaringan kerja antar fungsi yang berhubungan satu sama lain dengan aliran dan penyimpanan data. Sebagai alat bantu dalam perancangan suatu aplikasi, model ini hanya mampu memodelkan sistem dari sudut pandang fungsi (Pohan, 1997).
Terdapat empat komponen utama dalam pemodelan ini, antara lain ;
1. Proses Komponen pertama dalam model ini dinamakan proses. Proses menunjukkan transformasi dari masukan menjadi keluaran. Dalam hal ini sejumlah masukan dapat menjadi hanya satu keluaran ataupun sebaliknya.
Proses
Gambar 2.1 Komponen Proses
Universitas Sumatera Utara
2. Aliran Komponen ini direpresentasikan dengan menggunakan panah yang menuju ke atau dari proses. Digunakan untuk menggambarkan gerakan paket data atau informasi dari satu bagian ke bagian lain dari sistem dimana penyimpanan mewakili lokasi penyimpanan data.
Gambar 2.2 Komponen Aliran
3. Penyimpanan Komponen ini digunakan untuk memodelkan kumpulan data atau paket data. Notasi yang digunakan adalah garis sejajar, segiempat dengan sudut melengkung ataupun persegi panjang.
Data
Data
D1
Data
Gambar 2.3 Komponen Penyimpanan
4. Terminator Komponen ini direpresentasikan menggunakan persegi panjang yang mewakili entity luar dimana sistem berkomunikasi. Biasanya notasi ini melambangkan orang atau sekelompok orang misalnya organisasi, grup, departemen dan entiti lain yang berada di luar sistem.
Entitas
Gambar 2.4 Komponen Terminator
Universitas Sumatera Utara
Secara sederhana, sebuah DFD dapat digambarkan sebagai berikut ini:
Entitas
Entitas data
data
Sistem
Entitas
data
data
data
Entitas
Entitas
Gambar 2.5 Data Flow Diagram (DFD)
2.2.2 Flowchart
Flowchart merupakan gambar atau bagan yang memperlihatkan urutan dan hubungan antar proses beserta pernyataannya. Gambaran ini dinyatakan dengan simbol dan dengan demikian setiap simbol menggambarkan proses tertentu. Hubungan antar proses digambarkan dengan garis penghubung (Zarlis et al, 2007).
Flowchart disebut juga dengan diagram alir. Dengan menggunakan flowchart akan memudahkan kita untuk melakukan pengecekan bagian-bagian yang terlupakan dalam analisis masalah. Disamping itu, flowchart juga berguna sebagai fasilitas untuk dapat berkomunikasi antara pemrogram yang bekerja dalam tim suatu proyek.
Dalam pembuatan suatu flowchart tidak ada rumus atau patokan yang bersifat mutlak. Karena flowchart merupakan gambaran hasil pemikiran dalam menganalisis suatu masalah dengan komputer. Oleh karena itu flowchart yang dihasilkan dapat bervariasi antara suatu pemrogram dengan yang lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Secara garis besar, setiap pengolahan dalam flowchart terbagi atas tiga bagian utama, yaitu input, proses pengolahan dan output. Secara sederhana, sebuah flowchart dapat digambarkan sebagai berikut ini:
Start
Input
Proses
Output
End
Gambar 2.6 Flowchart Program
2.3 Borland Delphi
Borland Delphi merupakan suatu bahasa pemrograman yang memberikan berbagai fasilitas pembuatan aplikasi visual. Keunggulan bahasa pemrograman ini terletak pada produktivitas, kualitas, pengembangan perangkat lunak, kecepatan kompilasi, pola desain yang menarik serta diperkuat dengan pemrogramannya yang terstruktur. Borland Delphi dapat digunakan untuk merancang program aplikasi yang memiliki tampilan seperti program aplikasi lain yang berbasis windows.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Keunggulan Borland Delphi
Sebagaimana aplikasi keluaran Borland, Delphi juga dikenal karena kecepatannya. Berjalan dibawah lingkungan pemrograman windows, Delphi membutuhkan memori sebesar 8 MB dan space harddisk sebesar 40 MB. Delphi dikelompokkan sebagai kompilator yang dapat menghasilkan program siap jalan tanpa melalui modul-modul interpreter.
Bahasa pemrograman Delphi berorientasi pada objek yang strukturnya relatif teratur dibanding dengan bahasa lain. Sarana pembuatan form dalam Delphi menggunakan form sebagai bagian tampak dari komponen. Sedangkan pembangunan form dalam komponen relatif lengkap, terbuka dan konsisten (Pohan, 1997).
Kesimpulan umum, Delphi cocok digunakan untuk aplikasi besar baik dengan basis data ataupun yang berorientasi pada visual-inteface. Hal ini disebabkan karena bahasa pemrograman pada Delphi tergolong baik dan konsisten. Konsekuensinya pada aplikasi seperti Delphi masih dibutuhkan programmer dengan kemampuan tinggi untuk menghasilkan aplikasi yang baik.
2.3.2 Open Database Connectivity (ODBC)
Database dapat dianggap sebagai tempat untuk sekumpulan berkas data yang terkomputerisasi (Kadir, 2001). Melalui sistem basis data seorang pemakai dapat melakukan berbagai fungsi seperti: -
Menambahkan data;
-
Menghapus data;
-
Mengambil data, dan sebagainya.
Dalam Borland Delphi, sebuah database dapat disimpan dengan menggunakan MySQL dan kemudian dihubungkan dengan menggunakan connector ODBC. ODBC merupakan suatu protocol yang berdasarkan database relational SQL. ODBC
Universitas Sumatera Utara
merupakan singkatan dari Open Database Connectivity, yang berarti ODBC dapat mengakses database apa saja ketika sudah terinstal.
2.4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Landasan Hukum BPR adalah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10/1998 (Djiwandono et al, 2006). Dalam UU tersebut secara tegas disebutkan bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. Bentuk hukum BPR dapat berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah atau Koperasi.
2.4.1 Kegiatan Usaha BPR
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) memiliki bidang kegiatan usaha yang sedikit berbeda dengan bank umum. Adapun beberapa kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh BPR adalah sebagai berikut (Triandaru et al, 2008):
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang sejenis. b. Memberikan kredit. c. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada bank lain.
Sedangkan kegiatan yang tidak dapat dilakukan oleh sebuah BPR adalah sebagai berikut:
a. Menerima simpanan berupa giro, dan ikut serta dalam lalulintas pembayaran. b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pedagang valuta asing (dengan izin Bank Indonesia).
Universitas Sumatera Utara
c. Melakukan penyertaan modal. d. Melakukan usaha asuransi atau sejenisnya.
2.4.2 Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat
Sebagai salah satu jenis bank, maka pengaturan dan pengawasan BPR dilakukan oleh Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam UU No.3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Kewenangan pengaturan dan pengawasan BPR oleh Bank Indonesia meliputi kewenangan memberikan izin (right to license), kewenangan untuk mengatur (right to regulate), kewenangan untuk mengawasi (right to control) dan kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction).
Pengaturan dan pengawasan BPR oleh Bank Indonesia diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi Bank Perkreditan Rakyat sebagai lembaga kepercayaan masyarakat yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah pedesaan. Dengan demikian pengaturan dan pengawasan Bank Perkreditan Rakyat yang dilakukan disesuaikan dengan karakteristik operasional BPR namun tetap menerapkan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking).
Pada dasarnya, pengawasan dan pembinaan bank dilakukan dalam rangka mewujudkan sistem perbankan yang sehat dan efisien dalam arti dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Berikut ini faktor penunjang yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan suatu bank menurut (Djiwandono et al, 2006):
1. Perbankan yang dinamis dan profesional serta mampu menciptakan produk-produk yang dibutuhkan oleh masyarakat. 2. Persaingan antar bank yang sehat. 3. Iklim yang mendorong perluasan jaringan perbankan yang dapat menjangkau masyarakat luas diseluruh pelosok tanah air. 4. Pemerataan pembangunan ekonomi ke berbagai sektor dan daerah. 5. Kebijakan
di
bidang
pengawasan
dan
pembinaan
bank
yang
memungkinkan terciptanya faktor-faktor tersebut pada angka (1) sampai
Universitas Sumatera Utara
dengan (4) serta mampu mendorong terwujudnya bank yang sehat dari sudut permodalan dan keuangan serta kualitas aset dan manajemen.
Untuk mewujudkan sistem perbankan yang sehat dan efisien, dengan pola pendekatan dan berpedoman pada strategi sebagaimana dikemukakan di atas, sistem pengawasan dan pembinaan bank dapat dilakukan melalui enam jalur yaitu:
1. Landasan operasional yang harus diaati oleh dunia perbankan . 2. Mekanisme pengawasan yang memungkinkan dilakukannya deteksi dini. 3. Metode pemeriksaan yang dapat mengungkapkan kondisi bank secara objektif. 4. Mekanisme pembinaan yang efektif. 5. Penerapan sanksi dan metode penyelesaian masalah yang dihadapi oleh bank. 6. Sarana penunjang peningkatan efisiensi dan kelancaran usaha bank.
Efektivitas sistem pengawasan dan pembinaan bank melalui enam jalur tersebut di atas perlu ditunjang oleh dua prinsip, antara lain:
1. Desentralisasi dalam pelaksanaan pengawasan dan pembinaan bank. Dengan demikian, komunikasi timbal balik antara Bank Indonesia selaku pengawas dan pembina bank dengan dunia perbankan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dapat berjalan dengan cepat, lancar dan objektif. 2. Kaderisasi dan peningkatan kualitas yang terus menerus dari pelaksanaan pengawasan dan pembinaan bank.
2.5 Metode CAMEL
Metode CAMEL merupakan metode yang digunakan dalam penghitungan nilai kredit guna menarik kesimpulan terhadap tingkat kesehatan suatu bank. Aspek-aspek yang diperhitungkan dalam metode CAMEL paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank yang mempengaruhi pula tingkat kesehatan bank (Luciana S dan Herdiningtyas, 2005). Dalam Metode ini digunakan beberapa rasio untuk dianalisis.
Universitas Sumatera Utara
Analisa rasio CAMEL dilakukan sebagai bentuk analisis terhadap keuangan bank dan sebagai alat pengukuran kinerja bank sesuai ketetapan Bank Indonesia (Pujiyanti dan Suhendra, 2008).
Dalam Buku Penyuluhan Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR (1997) dinyatakan bahwa asal usul penggunaan nama CAMEL berasal dari aspek-aspek yang diperhatikan untuk penilaian dalam metode ini yaitu aspek Capital (Permodalan), Asset Quality (Kualitas Aktiva), Management (Manajemen), Earning (Rentabilitas) dan Liqudity (Likuiditas). Berikut ini merupakan perincian dari penghitungan setiap rasio yang akan dinilai dalam Metode CAMEL.
2.5.1 Capital (Permodalan)
Penghitungan rasio capital atau permodalan dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Permodalan diperoleh dari rasio antara modal bank dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Secara matematis dapat ditulis dengan rumus :
Capital =
ModalBank x 100% ATMR
Modal Bank yang dimaksudkan berupa modal inti ditambah dengan modal pelengkap yang dimiliki oleh suatu bank.Sedangkan Aktiva tertimbang merut resiko atau ATMR merupakan nilai total dari seluruh sisi aktiva yang dimiliki oleh suatu BPR. Sisi aktiva dapat berupa kas, surat berharga, kredit, inventaris, tabungan dan deposito yang dimiliki oleh suatu BPR.
2.5.2 Asset Quality (Kualitas Aktiva Produktif)
Kualitas aktiva produktif menunjukkan kualitas penanaman aktiva serta porsi penyisihan untuk menutupi kerugian akibat penghapusan aktiva produktif. Asset Quality terbagi atas dua perhitungan rasio, antara lain :
Universitas Sumatera Utara
Rasio 1 Rasio Aktiva Produktif (AP) terhadap Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan (APD). Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :
Rasio1 =
APD x 100% AP
Aktiva Produktif (AP) merupakan sumber daya yang dimiliki bank yang diperkirakan dapat segera memberi pemasukan kepada bank misalnya piutang, angsuran. Sedangkan Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan atau APD adalah Jumlah aktiva produktif berdasarkan pengelompokan sisi aktiva yang dimiliki oleh suatu BPR. Pengelompokan ini terdiri dari aktiva dalam perhatian khusus, aktiva kurang lancar, aktiva yang diragukan dan aktiva macet.
Rasio 2 Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD).
Rasio2 =
PPAP x 100% PPAPWD
Penyisihan Penghapausan Aktiva Produktif (PPAP) dan yang Wajib Dibentuk merupakan dana yang telah berhasil dihimpun bank dalam berbagai bentuk aktiva dan penyisihan akibat piutang atau kredit yang sudah tak tertagih lagi.
2.5.3 Management
Dalam aspek manajemen akan dilakukan penilaian terhadap pelaksanaan manajemen bank dan keputusan-keputusan strategis yang sangat mempengaruhi kondisi permodalan, penempatan dana, profibilitas serta likuiditas bank. Penilaian terhadap aspek manajemen dilakukan dengan menggunakan 25 pertanyaan yang berkaitan dengan manajemen umum dan manajemen risiko yang masing-masing terdiri atas 10 dan 15 buah pertanyaan dengan bobot penilaian 20%.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan penilaian terhadap manajemen suatu bank tidak semata-mata sebagai sarana penilaian tingkat kesehatan saja tetapi lebih sebagai saran konsultasi yang interaktif yang mengarah pada pengembangan (development), karena hasil penilaian dapat digunakan sebagai bahan konsultasi antara pengawas dengan manajemen bank. Adapun ketentuan penilaiannya adalah sebagai berikut :
-
Setiap jawaban diberi nilai 0, 1, 2, 3 atau 4.
-
Nilai 0 mencerminkan kondisi lemah.
-
Nilai 1, 2, dan 3 mencerminkan kondisi antara.
-
Nilai 4 mencerminkan kondisi baik.
2.5.4 Earning (Rentabilitas)
Dalam aspek ini diukur profibilitas bank dalam mengelola aktiva produktif dan sumber pendapatan lainnya serta tingkat efisiensi operasional. Penilaian terhadap earning dibagi atas dua bagian antara lain :
Rasio 1 Rasio laba sebelum pajak terhadap rata-rata aktiva selama 12 bulan terakhir.
Rasio1 =
LabaSebelumPajak x 100% RatarataAktiva
Laba sebelum pajak merupakan keuntungan yang didapatkan oleh bank sebelum dikenakan biaya pajak. Sedangkan rata-rata aktiva merupakan nilai rata-rata dari sumberdaya yang dimiliki oleh bank.
Rasio 2 Rasio antara beban operasional dengan pendapatan operasional selama 12 bulan terakhir.
Rasio2 =
BiayaOperasional x 100% Pendapa tan Operasional
Universitas Sumatera Utara
2.5.5 Liquidity (Likuiditas)
Aspek ini menilai kemampuan bank untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajiban jangka pendek terhadap pihak ketiga. Penilaian terhadap likuiditas dibagi atas dua buah rasio antara lain :
Cash Ratio
CR =
AlatLikuid x 100% Hu tan g
Alat likuid merupakan segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran untuk membayar segala bentuk kewajiban bank. Sedangkan Hutang merupakan kewajiban yang harus segera dibayarkan oleh bank.
Loan Deposit Ratio
LDR =
Kredit x 100% Dana
Kredit merupakan pinjaman yang diberikan oleh bank kepada nasabah dan harus segera dibayarkan dalam jangka waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan dana merupakan pemasukan dana yang diterima oleh bank dari pihak ketiga berupa tabungan ataupun deposito masyarakat.
Universitas Sumatera Utara