Bab 2 Landasan Teori
Dalam bab ini penulis akan memaparkan beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli tentang partikel (joshi), khususnya shuujoshi. Uraian akan dimulai dari pengertian hinshi, jenis-jenis hinshi, pengertian joshi, pembagian joshi berdasarkan jenis dan fungsi, pengertian shujoshi, dan pembagian shuujoshi berdasarkan makna dan pemakaian.
2. 1.
Tinjauan Umum mengenai Hinshi Masuoka dan Takubo (1993:2), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
hinshi adalah seb agai b erikut :
語は文の 材 料であり、文を組み立てる上で一定働きをする。この 働きの違いによって語を分類分けしたものが「品詞」である。 Terjemahan : Bahasa merupakan materi dari kalimat dan berfungsi dan berfungsi tetap dalam membangun kalimat. Hal yang membagi jenis kata berdasarkan perbedaan fungsi inilah yang disebut dengan hinshi..
2.2
Jenis-jenis Hinshi Sebagaimana dikutip oleh Dahidi, Murakami (1986: 24 dalam Dahidi: 2004)
membagi tango ‘kata’ dalam bahasa Jepang menjadi dua kelompok besar, yaitu jiritsugo dan fuzokugo. Hinshi ‘kelas kata’ yaitu kata yang dengan sendirinya dapat menjadi bunsetsu ‘kalimat’ termasuk ke dalam jiritsugo, sedangkan kelas kata yang dengan sendirinya tidak dapat menjadi bunsetsu termasuk ke dalam kelompok fuzokugo. Berikut ini akan diuraikan kelas kata yang termasuk ke dalam jiritsugo dan fuzokugo. 8
「自立語」
2.2.1. Jiritsugo
Sebagaimana telah ditulis sebelumnya, jiritsugo adalah kelas kata yang dapat berdiri sendiri. Dalam bahasa Jepang
jiritsugo terdiri dari delapan kelas kata.
Kedelapan kelas kata tersebut adalah sebagai berikut.
「名詞」= Kata benda (nomina)
a. Meishi
Yaitu kata yang bisa menjadi subjek.
かばん = kaban ‘tas’ たばこ = tabako ‘rokok’ Doushi 「動詞」= Kata kerja (verba)
Contoh:
b.
Yaitu kata yang dapat berfungsi sebagai predikat dan mengandung makna acuan mengenai aksi perbuatan atau kejadian.
かきます = kakimasu ‘m enulis’ よみます = yomimasu ‘m embaca’ Keiyoushi 「形容詞」= Kata sifat I (Adjektiva 1)
Contoh:
c.
Yaitu kata yang berakhiran dengan huruf “i”, kata yang dapat menjadi predikat adn mengacu pada sifat atau keadaan suatu benda.
あつい = atsui ‘panas’ さむい = samui ‘dingin Keiyoudoushi「形容動詞」= Kata sifat II (Adjektiva 2)t
Contoh:
d.
Yaitu kata sifat yang bila disambungkan dengan nomina, akhirannya akan berubah menja “na” Contoh:
しずかな = shizukana ‘sunyi/sepi’ じょうずになります = Jouzu ni narimasu ‘menjadi pintar’ 9
e. Fukushi
「副詞」= Kata keterangan (adverb ia)
Yaitu kata yang maknanya menerangkan keadaan tentang verba, adjektiva, atau kata lain yang bukan nomina atau pronomina
ゆっくり = yukkuri ‘perlahan- lahan’ たくさん = takusan ‘bany ak’ Rentaishi「連体詞」= Kata sebelu m nomin a (Prenomin a). Contoh: このほん = kono hon ‘buku ini’ そのひと = sono hito ‘orang itu Setsuzokushi「接続詞」= Kata sambung (konjungsi) Contoh:
f.
g.
Yaitu kata yang dipakai untuk menghubungkan atau merangkaikan kalimat dengan kalimat atau merangkaikan bagian kalimat.
そして = kemudian しかし = tetapi Kandoushi 「感動詞」= Kata seru (Interjeksi) Contoh: いいえ = iie ‘tidak’ はい = hai ‘iya’ Contoh:
h.
2.2.2. Fuzokugo
「付属語」
Fuzokugo adalah kelompok kata yang tidak dapat berdiri sendiri. Artinya, ia baru bermakna dan berfungsi apabila bergabung dengan kata lain. Kelas kata yang termasuk ke dalam fuzokugo adalah sebagai berikut a. Jodoushi
「助動詞」= Kata bantu verba (Verba bantu)
Yaitu kata Contoh:
soshite 10
b. Joshi
「助詞」= Kata bantu (partikel)
Yaitu kata bantu atau partikel yang menentukan makna di dalam kalimat. Contoh:
は = wa
2.3. Pengertian Joshi Setiap bahasa memiliki karakteristik masing-masing, baik ragam lisan maupun tulisan. Untuk mengungkapkan perasaan, pemikiran, maupun keinginan diri sendiri baik dalam ragam lisan maupun tulisan, kita diharuskan mengikuti aturan tata bahasa asing yang dipelajari. Dalam bahasa Jepang, karakteristik tersebut ditunjukkkan dengan partikel (joshi) yang selalu melekat pada kalimat bahasa Jepang. Istilah joshi ditulis dengan dua buah kanji
(助詞), kanji pertama 助 yang
(助ける)yang berarti ‘bantu’, ‘membantu’, atau ‘menolong’, sedangkan kanji kedua yang dibaca shi (詞) memiliki makna dibaca jo dapat dibaca juga tasukeru
yang sama dengan istilah kotoba yang berarti ‘kata’, ‘perkataan’, atau ‘bahasa’. Oleh karena itu, tidak sedikit orang yang menerjemahkan joshi dengan istilah kata bantu (Sudjianto, 2000:1). Jadi, partikel atau joshi dapat diartikan secara harfiah sebagai kata bantu yang difungsikan untuk membantu arti dalam sebuah kalimat bahasa Jepang. Dalam kamus bahasa Jepang
(国語辞典)( 2006:1044
) joshi diartikan
sebagai berikut.
品詞の一つ。常に他の語のあとに付いて使われる語のうち、活 用しない語。前の語が他の語とどのような関係にあるかを示し たり、語句と語句を接続したり、文が表す内容に一定の性質を 付加したり働きがある。 Hinshi no hitostu. Tsuneni hoka no go ato ni tsuite tsukawareru go no uchi, katsuyou shinai go. Mae no go ga hoka no go to dono youna kankei ni aru ka wo shimeshitari, goku to goku wo setsuzoku shitari, 11
bun ga arawasu naiyou ni ittei no seishitsu wo fuka shitari hataraki ga aru. Terjemahan: “Salah satu bagian dari kelas kata. Biasanya merupakan kata yang tidak berkonjugasi dan digunakan setelah mengikuti kata yang lain. Menunjukkan bagaimana hubungan antara kata yang satu dengan lainnya, menghubungkan antara frasa dan frasa, dan menunjukkan karakteristik tertentu dari suatu kalimat.”
Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa joshi merupakan bagian dari kelas kata dalam bahasa Jepang yang tidak dapat berkonjugasi dan berdiri sendiri. Berfungsi memberi ciri pada suatu kalimat dan menghubungan satuan-satuan terkecil dalam sebuah kalimat. Jadi, dapat dikatakan bahwa joshi selalu melekat pada kata penuh (jiritsugo) dan tidak dapat berdiri sendiri dan berperan untuk memberi karakteristik sebuah kalimat berdasarkan kata, frasa, atau klausa yang dilekatinya. Senada dengan Asano, Kawashima (1999:i) lebih rinci menjelaskan definisi joshi sebagai berikut. Partikel (joshi) dalam bahasa Jepang mengikuti kata untuk: 1) menunjukkan hubungan antarkata dalam sebuah kalimat dan/atau; a) memberi nuansa atau makna khusus dari suatu kata; b) tidak seperti verba, adjektiva, atau adverbia, joshi tidak berinfleksi dan selalu memiliki bentuk yang sama dalam kalimat apapun; 2) Tidak seperti kata kerja, kata sifat dan adverbs, partikel tidak dibengkokkan, dan karena itu tetap dalam bentuk yang sama terlepas dari mana mereka muncul sebuah kalimat. 3) secara umum, joshi sama dengan preposisi, konjungsi, dan interjeksi dalam bahasa Inggris, tetapi dari ketiga partikel tersebut, joshi lebih dekat maknanya dengan preposisi;
12
4) sebuah joshi selalu diletakkan setelah kata yang dimodifikasinya, artinya bila diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris kata tersebut akan mengalami perubahan makna. Contoh: Bahasa Inggris
: “top of the desk”
Bahasa Jepang
: “tsukue no ue”
Definisi Kawashima tersebut lebih menjelaskan pengertian joshi pada fungsinya dalam sebuah kalimat.
2.4. Pengelompokkan dan Fungsi Joshi Dalam bukunya yang berjudul “Gramatika Bahasa Jepang Modern”, Sudjianto mengatakan: Masih ada perbedaan pendapat dalam pengelompokan jenis partikel. Ada yang mengelompokkan partikel menjadi empat jenis dan ada juga yang mengelompokkannya menjadi enam jenis. Para ahli yang mengelompokkan ), menjadi empat jenis menyebutkan kakujoshi (‘partikel biasa’) ( setsuzokujoshi (‘partikel penyambung’) ( ), fukujoshi/toritatejoshi (‘partikel adverbial’) ( ), Shuujoshi (‘partikel akhir’) ( ), sebagai jenis partikel. Sedangkan para ahli yang mengelompokkan partikel menjadi enam jenis menambahkan kantoojoshi dan kakarijoshi sebagai jenis partikel selain keempat jenis (Kakujoshi, Setsuzokujoshi, Fukujoshi/Toritatejoshi dan Shuujoshi,) tersebut. (Sudjianto, 2000 hal. 4).
副助詞
接続助詞
格助詞 終助詞
Masih dalam bukunya yang berjudul “Gramatika Bahasa Jepang Modern”, Sudjianto mengatakan: Namun di antara berbagai pendapat tentang klasifikasi partikel ini, yang paling banyak ditemukan adalah klasifikasi partikel yang menjadi empat kelompok seperti yang telah disebutkan diatas, yakni kelompok-kelompak fukujoshi, kakujoshi, Setsuzokujoshi dan shuujoshi. Dengan catatan, partikel yang termasuk kantoojoshi adalah ne, sa, dan yo termasuk ke dalam kelompok shuujoshi. Partikel-partikel yang termasuk kakarijoshi adalah wa, mo, dan koso dimasukkan ke dalam kelompok fukujoshi. (Sudjianto, 2000: 5)
13
Berikut ini adalah penjelasan tentang peranan dan fungsi joshi yang dikelompokkan menjadi empat kelompok. a. Kakujoshi (‘partikel kasus’) yang berfungsi menghubungkan frase dengan frase, klausa dengan klausa, dan
yang khususnya melekat pada tangen (
単元)
(‘nominal’), seperti partikel-partikel: “ga”, “wo”, “ni”, “e”, “de”, “no”, “to”, “ya”, “kara”, “made”, dan “yori”; Menurut Tadasu dalam Sudjianto: Partikel “no” dan partikel “ga” merupakan kakujoshi, nampak pada kalimat “tsukue no ashi ga kawareta” dan partikel-partikel lainnya seperti o, ni, e, to, kara, yori, de, dan ya dalam gramatika Bahasa Jepang modern disebut kakujoshi. Kakujoshi biasanya dipakai setelah tangen (meishi=nomina) untuk menyatakan hubungan satu bunsetsu dengan bunsetsu lainnya. (Sudjianto, 2000: 34),
Masuoka Takashi (1992:49) mencontohkan penggunaan joshi dalam kelompok ini sebagai berikut: (1)
鈴木さんが街で旧友に会った。 Suzuki-san ga machi de kyuuyuu ni atta. Suzuki bertemu dengan teman lamanya di kota
b. Setsuzokujoshi, yaitu partikel penghubung antara satu klausa yang mendahului partikel tersebut dengan klausa lain yang menyertainya, atau yang berfungsi sebagai setsuzokushi atau konjungsi. Menurut Tadasu dalam Sudjianto: Setsuzokushi dipakai untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain, sedangkan setsuzokujoshi berfungsi untuk menghubungkan bagianbagian kalimat Setsuzokujoshi pada umumnya dipakai setelah yoogen (verba, adjektiva-i, adjektiva-na) sebagai bagian kalimat yang terletak sebelum Setsuzokujoshi yang ada hubungannya dengan bagian kalimat setelah Setsuzokujoshi. Namun ada juga Setsuzokujoshi yang dipakai setelah kelas kata lain selain kelompok yoongen, misalnya setelah nomina atau 14
setelah verba bantu. Partikel-partikel yang termasuk Setsuzokujoshi yang dibahas dibagian ini adalah partikel-partikel: ba, ga, kara, keredomo, nagara, node, noni, shi,tari, te, temo dan to. (Sudjianto, 2000:50),
Dalam kelompok ini Masuoka (1992:50) mencontohkan kalimat sebagai berikut. (2)
花子からも返事がなかった。 Hanako karamo henji ga nakatta. Dari Hanako pun tidak ada jawaban.
c. Fukujoshi, yaitu partikel adverbial yang dapat mengubah arti kata dan dapat mengembangkan makna gramatikal. Menurut Bunkachoo dalam dalam Sudjianto: Partikel yang dapat menambah arti kata lain yang ada sebelumnya dan memiliki peran yang hampir sama dengan fukushi (adverbia) yaitu untuk menghubungkan kata-kata yang ada sebelumnya dengan kata-kata yang ada pada bagian berikutnya seperti fukushi. Partikel-partikel yang termasuk partikel kelompok fukushi: bakari, dake, demo, hodo, ka, kiri, koso, kurai/gurai, mode, mo, nado, nari, noni, sae, shika, wa, dan yara. (Sudjianto, 2000: 9),
Contoh yang diberikan Masuoka (1992:51) dalam kelompok joshi ini adalah sebagai berikut. (3)
用事がすぐ終わりますから、ここで待っていて下さい。 Youji ga arimasu kara, koko de matte ite kudas Karena ada keperluan silakan tunggu di sini.
d. Shuujoshi, yaitu partikel yang mengakhiri suatu kalimat, menunjukkan perasaan pembicara.
15
Menurut Tadasu dalam dalam Sudjianto: Shuujoshi dipakai pada akhir kalimat atau pada akhir bagian-bagian kalimat (bunsetsu) untuk menyatakan haru, larangan dan sebagainya. (Sudjianto, 2000:69).
Menurut Bunkachoo dalam dalam Sudjianto: Shuujoshi ialah partikel – partikel yang dipakai pada bagian akhir kalimat untuk menyatakan pertanyaan, rasa heran, keragu-raguan, harapan, atau rasa haru pembicara seperti partikel - partikel ka, na, ne, dan sebagainya. (Sudjianto, 2000: 70),
Partikel yang termasuk shuujoshi yang sering dipakai dalam pemakaian bahasa Jepang sehari-hari yakni partikel-partikel: ka, kashira, kke, na/naa, ne/nee, no, sa, tomo, wa, ya, yo, ze, dan zo. Dalam
kelompok
joshi
ini,
Masuoka
(1992:53)
mencontohkan
penggunaannya dalam kalimat berikut.
(4)
きょうはよい天気ですね。 Kyou ha yoi tenki desu ne. Hari ini cuacanya bagus, ya.
2.5. Karakteristik Joshi Dalam buku “Yooten Don: Chuugaku Kokugo Bunpoo” yang disunting oleh Kentaro Aoki (1997: 66-72), disebutkan bahwa karakteristik sebuah joshi (‘partikel’) adalah sebagai salah satu jenis fuzokugo (‘kata tugas’) yang selalu menempel pada jiritsugo (‘kata penuh’) dalam sebuah bunsetsu (‘klausa’); atau merupakan tango (‘morfem’) yang tidak mengalami katsuyoo (‘infleksi’); dan fungsinya adalah untuk menunjukkan hubungan antar-goku (‘kata-kata dan frasa-frasa’), seperti hubungan antara shugo (‘subjek’) dengan shushokugo (‘modifikator’). 16
Melengkapi pendapat tersebut, dalam buku Bunpoo no Kiso Chisiki to Sono Oshiekata disebutkan bahwa joshi adalah kata yang tidak dapat berdiri sendiri, biasanya melekat pada jiritsugo yang lain, menambahkan arti, serta menunjukkan hubungan jiritsugo tersebut dengan jiritsugo yang lain (1992:68). Selain itu, Higashi Nakagawa (1996:1) menambahkan bahwa joshi mempunyai fungsi untuk menunjukkan hubungan antara nomina, adjektiva, kata keterangan, serta kata lain yang berhubungan dengan jiritsugo yang bersambungan dengan kata sebelumnya dalam kalimat.
2.5.1. Shuujoshi dalam Kalimat Bahasa Jepang Sebagaimana telah disinggung di atas, shuujoshi adalah partikel yang mengakhiri suatu kalimat. Dalam kamus Jepang shuujoshi memiliki makna sebagai berikut.
助詞の分類一。文や句の終わりに用いて、疑問・禁止・詠嘆・ 感動など の意を表す助詞。 Joshi no bunrui no ichi. Bun ya ku no owari ni mochiite, gimon, kinshi, eitan, kandou nado no i arawasu joshi. Terjemahan: Salah satu kelompok joshi. Digunakan di akhir kalimat atau frasa dan mengandung makna pertanyaan, larangan, seruan, atau perasaan.
終助詞) yang jika dilihat dari karakter
Sebagai bagian dari joshi, shuujoshi (
kanji yang digunakan memiliki arti 'joshi yang diletakkan di akhir'. Definisi tersebut diperjelas oleh Sudjianto yang mengatakan: Joshi yang termasuk Shuujoshi pada umumnya dipakai setelah berbagai macam kata pada bagian akhir kalimat untuk menyatakan suatu pertanyaan, larangan, seruan, rasa haru dan sebagainya. Joshi yang termasuk termasuk kelompok ini misalnya ka, kashira, na, naa, zo, tomo, yo, ne, wa, no, dan sa. (Sudjianto, Ahmad Dahidi,2004 :182).
17
Tadasu dalam Sudjianto menjelaskan: Shuujoshi dipakai pada akhir pada akhir kalimat atau pada akhir bagian-bagian kalimat (bunsetsu) untuk menyatakan perasaan pembicara seperti haru, larangan dan dan sebagainya. (Sudjianto,2000:69),
Dalam Nihongo no Bunpo Handobukku, dikatakan bahwa shuujoshi selalu diletakkan di akhir kalimat dan merupakan partikel penanda perasaan dan sikap pembicara yang akan diungkapkan pada lawan bicara (164). Joshi yang termasuk ke dalam shuujoshi adalah, “ka” “yo”, “ne”, “yone”, “naa”, “wa”, “zo”, “kke”, dan “no”. Berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah shuujoshi “yo ne” berdasarkan makna dan fungsinya dalam sebuah kalimat. Sebelum pengelompokkan shuujoshi yo ne berdasarkan makna dan fungsinya akan dibahas terlebih dahulu pengelompokkan shuujoshi menurut Masuoka Takashi dalam bukunya yang berjudul “Kiso Nihongo Bunpo” (1992).
2.5.2. Jenis dan Kelompok Shuujoshi Sebagaimana telah disinggung dalam bab sebelumnya, shuujoshi adalah partikel akhir yang diletakkan di akhir kalimat dan mengungkapkan perasaan pembicara dalam kalimat tersebut. Dalam bukunya yang berjudul “Kiso Nihongo Bunpo”, Masuoka mengelompokkan shuujoshi ke dalam 4 kelompok. Berikut ini adalah
kelompok
shuujoshi
tersebut
yang
lebih
menunjukkan
kepada
karakteristiknya.
18
1) Shuujoshi
merupakan
partikel
yang
muncul
di
akhir
kalimat
dan
menyambungkan predikat yang berbentuk dasar, bentuk lampau, atau bentuk lainnya. Contoh: (5)
おみやげに何を買いましたか。 Omiyage ni nani wo kaimashita ka. Untuk oleh-oleh, sudah membeli apa? (Masuoka ,1992: 52)
Partikel shuujoshi “ka” dalam kalimat tersebut adalah shuujoshi. Berfungsi menjadi penanda kalimat pertanyaan dalam kalimat berbentuk lampau.
2) Dalam partikel shuujoshi ada beberapa partikel yang mengungkapkan keputusan, partikel “sa”, menunjukkan pertanyaan “ka”, “kai”, kana, “kashira”, menunjukkan konfirmasi atau persetujuan “ne” dan “na”, mengungkapkan pemberitahuan “yo”, “zo”, dan “ze”, mengungkapkan perasaan kekaguman “naa” dan “wa”, menunjukkan konfirmasi atas ingatan si pembicara “kke”, serta mengungkapkan larangan yang ditunjukkan dengan “na”. Contoh: (6)
ぼくはどうせ馬鹿な男さ。 Boku ha douse bakana otoko sa. Aku ini laki-laki yang tolol deh (1992: 52)
19
(7)
大きな家だなあ。 Ookina ie da naa Wah, rumah yang besar ya. (1992: 53)
(8)
あしたの会議は何時だったっけ。 Ashita no kaigi ha nanji kara dattakke. Rapat besok dari jam berapa ya. (1992: 53)
Ketiga contoh tersebut di atas nomor (5), (6), dan (7) merupakan kalimatkalimat yang menunjukkan keputusan atau simpulan dari pembicara, pada kalimat nomor (5), mengungkapkan kekaguman pembicara terhadap sesuatu yang dilihatnya pada kalimat nomor (6), dan ungkapan pembicara terhadap kebenaran ingatannya dalam kalimat nomor (7). 3) Dalam shuujoshi, partikel “ne” dan “yo” merupakan partikel yang harus diperhatikan secara khusus. Contoh (9)
今日はいい天気ですね。 Kyo ha ii tenki desu ne. Hari ini cuacanya bagus, ya. (1992: 53)
(10)
彼は確か岡山の出身だったね。
Kare ha tashika Okayama no shushinn datta ne. Dia memang berasal dari Okayama, ya. (1992: 53)
20
(11)
財布が落としましたよ。 Saifu ga ochimashita yo. Dompetnya jatuh lho. (1992: 53)
(12)
もっと勉強しないと、試験に落ちるよ。 Motto benkyou shinai to, shiken ni ochiru yo. Kalau tidak belajar, nanti gagal lho. (1992:53)
Walaupun hanya terdiri dari shuujoshi “ne” dan “yo”, kalimat nomor (8) sampai dengan nomor (11) di atas mengandung makna dan fungsi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pada kalimat nomor (8) nampak ungkapan perasaan pembicara yang menuntut lawan bicara untuk menyetujui hal yang diucapkannya. Pembicara meminta lawan bicara sepakat dengan dirinya bahwa hari itu cuaca cerah. Pada kalimat nomor (9), pembicara mengkonfirmasi pernyataan ungkapannya terhadap lawan bicara bahwa dia memang berasal dari Okayama. Dalam kalimat nomor (10), pengunaan shuujoshi “yo” di akhir kalimat menunjukkan pemberitahuan dari pembicara kepada lawan bicara bahwa dompetnya telah jatuh. Dalam hal ini pembicara tidak menunggu persetujuan atau mengkonfirmasi kalimatnya, karena kalimat ini hanya berupa pemberitahuan. Pada kalimat terakhir, makna khusus yang harus diperhatikan lawan bicara dalam kalimat tersebut adalah anjuran keras terhadap lawan bicara. Lawan bicara akan mengalami kegagalan dalam ujian bila tidak belajar. Kalimat ini bernada keras karena lebih menunjukkan peringatan.
21
4) Dalam shuujoshi itu sendiri, terdapat shuujoshi “ne” dan “sa” yang disisipkan di tengah kalimat untuk menarik perhatian lawan bicara. Shuujoshi jenis ini disebut sebagai shuujoshi yang digunakan secara tidak langsung. Contoh (13)
最近ですね、こんな 表現がですね、はやってらし いですよ。 Saikin desu ne, konnna hyougen ga desu ne, hayatte iru rashii desu yo. Terjemahan: Akhir-akhir ini, ya, ungkapan seperti ini tuh, sedang booming lho. (1992: 53)
Penyisipan shuujoshi “ne” dalam kalimat tersebut di atas sengaja dilakukan oleh pembicara untuk menarik perhatian lawan bicara sehingga lawan bicara fokus terhadap hal yang dibicarakan oleh pembicara.
2.5.3. Fungsi Shuujoshi “yo”dalam Kalimat Bahasa Jepang Menurut Izuhara Eiko dalam disertasinya yang berjudul “Shuujoshi ‘yo’, ‘yo ne’, dan ‘ne’ Saiko”, pada dasarnya shuujoshi ‘yo’ digunakan oleh pembicara untuk menjadikan pengetahuannya dapat dimiliki oleh lawan bicata. Untuk mencapai hal itu, pembicara melakukan intervensi terhadap lawan bicara. Izuhara (2003:4) membagi fungsi shuujoshi ‘yo’ ke dalam 3 kelompok, yaitu a. Mengubah pengetahuan lawan bicara dengan kuat, untuk itu pembicara melakukan suatu tindakan secara paksa.
22
Contoh: (14)
ごはんですよ。(早く来なさい。) Gohan desu yo. (Hayaku Kinasai)
Terjemahan: Makan lho. (Cepat datang) b. Menekan kebenaran pengetahuan yang dimiliki lawan bicara sesuai kebenaran yang dimiliki oleh pembicara. Contoh: (15)
徹子 越路 徹子 越路
:・・・・・・(ご主人)今でもモテいらっしゃる? :らしいですね。 :やさしいから。 :うちではそうでもないですよ。うちへ帰ってき ますとね。
Tekko
: ...(go shujin) ima demo mote irassharu?
Koeji
: rashii desu ne.
Tekko
: yasashii kara.
Koeji
: uchi de wa sou demo nai desu yo. Uchi he kaettekimasu to ne.
Terjemahan: Tekko
: ...(suami anda) sampai sekarang masih banyak penggemar?
Koeji
: nampaknya sih ya.
Tekko
: karena dia baik.
Koeji
: di rumah tidak seperti itu lho. Kalau pulang ke rumah nih ya. 23
c. Mengharapkan penerimaan pengetahuan yang dimiliki pembicara oleh lawan bicara. Contoh: (16)
越路:・・・・・・かあさん、しばらくでした。 沢村:どうもしばらく。今日はとっても楽しみだったの よ。 Koeji
: .... kaasan, shibaraku deshita.
Sawamura
: doumo shibaraku. Kyou wa tottemo tanoshimi datta no yo
Terjemahan: Koeji Sawamura
: ....Bu, sudah lama tak bertemu. : Ya, sudah lama, ya. Hari ini betul-betul menyenangkan, lho.
2.5.4. Fungsi Shuujoshi “ne” dalam Kalimat Bahasa Jepang Shuujoshi “ne” dalam kalimat bahasa Jepang berfungsi untuk menyamakan pengetahuan yang dimiliki pembicara sama dengan pengetahuan yang dimiliki oleh lawan bicara (Izuhara, 2003:9). Lebih jauh, Izuhara membagi fungsi “ne” ke dalam 2 kelompok, yaitu sebagai berikut. a. Meminta persamaan pengetahuan lawan bicara dengan pembicara. Contoh: (17)
徹底:越路さんは召しあがるのもお好きね。 越路:大好き。 Tekko : Koeji san wa meshiagaru no mo osuki ne. Koeji : Daisuki. 24
Terjemahan: Tekko : Koeji-sa suka makan juga ya. Koeji : Sangat suka.
b. Menarik pengetahuan yang dimiliki lawan bicara masuk ke dalam wilayah pengetahuan yang dimiliki oleh pembicara, saat pembicara menyampaikan sesuatu yang diketahuinya. Contoh: (18)
徹子:・・・・・・で。男役はお好きでいらしたんですか。 越路:いやあ、あんまり好きじゃないですね。 Tekko : ......de, otokoyaku wa osuki de irashitan desu ka. Koeji : iyaa, anmari suki janai desu ne.
Terjemahan: Tekko : ....jadi, suka dengan pemain laki-lakinya? Koeji : tidak, tidak terlalu suka, ya.
2.5.5. Fungsi Shuujoshi “yo ne” dalam Kalimat Bahasa Jepang Berdasarkan pengelompokkan shuujoshi oleh Masuoka di atas, shuujoshi “ne” dan “yo” termasuk ke dalam kelompok ketiga, yaitu kelompok shuujoshi yang dapat digunakan secara khusus. Dalam kelompok tersebut, shuujoshi “ne” dan “yo” digunakan secara terpisah tidak digabungkan secara bersamaan. Namun, dalam percakapan sehari-hari, termasuk dalam teks dialog seringkali kedua shuujoshi ini digunakan secara bersamaan dalam sebuah kalimat. Dalam
“A Study of the Final Particles yo, ne, and yone in Japanese
Sentences - from the standpoint of Japanese language education” yang diunduh
25
melalui
repository.tufs.ac.jp/.../2/dt-ko-0009en.html tanggal 28 desember 2012
pukul 19.38 dikatakan bahwa Shuujoshi Yone adalah kombinasi dari yo dan ne, dan tidak memiliki arti independen, melainkan menggabungkan makna yo dan ne. Partikel yo ne digunakan untuk menunjukkan keakraban, meminta konfirmasi antara pembicara dan pendengarnya.
Dalam artikel tersebut diberikan empat contoh penggunaan yone sebagai berikut. 1) Yo ne digunakan ketika pembicara sedang mencari konfirmasi atau persetujuan dari pendengar. Meminta konfirmasi. Contoh: (19)
明日ですよね。 Ashita desu yone? Besok kan acaranya?
2) Partikel yo ne digunakan untuk menunjukkan keakraban Contoh: (20)
これで十分ですよね Kore de juubun desu yo ne Ini cukup kan?
3) Yo ne digunakan dalam kalimat yang isinya menyangkut pembicara sendiri. Contoh: (21)
今日の午後から会議ですよね Kyou no gogo kara kaigi desu yone. Sore ini ada rapat kan ya?
26
4) Yo ne digunakan dalam kalimat yang isinya menyangkut pendengar bahwa pembicara menuntut informasi dari pendengar/lawan bicara berikut keinginan pembicara menginginkan konfirmasi pendengar. Contoh: (22)
田中さん、明日休みですよね。 Tanaka san, ashita yasumi desu yo ne. Tanaka, besok libur kan ya?
Dalam contoh pertama dan kedua, yo ne digunakan ketika pembicara mengasumsikan bahwa pendengar memiliki pengetahuan yang baik tentang informasi yang disampaikan dalam kalimat tersebut dan berkeinginan konfirmasi pendapatnya tersebut disetujui oleh pendengar. Nuansa pernyataan kalimat tersebut mirip dengan penggunaan ne dalam sebuah kalimat. Kedua contoh tersebut (19) dan (20) merupakan penggunaan yo ne yang paling dasar. Contoh ketiga (21) dan keempat (22), yo ne digunakan ketika pembicara mengasumsikan bahwa pendengar memiliki tingkat yang lebih rendah pengetahuan dari dirinya atau tidak ada informasi sama sekali atau pandangan berbeda dengan pembicara
mengenai
informasi
yang
terkandung
dalam
kalimat
yang
diungkapkannya. Dalam hal ini, bagian dari kalimat hingga yo digunakan untuk menyampaikan penilaian pembicara, dan kemudian ne ditambahkan untuk mencari konfirmasi pendengar. Penelitian ini juga membahas situasi di mana ne dan yo ne dapat saling menggantikan. Pada pokoknya, ne menunjukkan nuansa "Saya pikir Anda tahu ini", dan mengkonfirmasi isi dari ucapan itu sendiri, sementara yone mengungkapkan pengetahuan pembicara atau pendapatnya dan pada saat yang sama meminta konfirmasi dari pendengar atau lawan bicaranya.
27
Pembahasan tentang makna dan fungsi shuujoshi yo ne yang dilakukan oleh Izuhara Eiko dalam disertasinya yang berjudul “Shuujoshi “Yo”, “Yo ne”, dan “Ne” Saiko, yang diunduh dari http://ci.nii.ac.jp/naid/110004646500 pada
April 2013.
Izuhara mengatakan makna yo ne adalah kata bantu akhir dalam kalimat yang merupakan gabungan dari makna shuujoshi “yo” dan shuujoshi “ne”.
Artinya
kalimat yang menggunakan shuujoshi “yo ne” adalah kalimat yang bermakna menggerakkan pengetahuan lawan bicara sesuai dengan keinginan pembicara sekaligus meminta konfirmasi persetujuan dari pembicara. Dengan berlandaskan pada konsep Izuhara, Naranong Soysuda dalam disertasinya yang berjudul “Nihongo Shuujoshi “Yo”, “Ne”, “Yone” ni tsuite: Nihongo Kyoiku no Shiten kara", mengelompokkan pengunaan shuujoshi “yo ne” ke dalam 4 kelompok. Keempat kelompok tersebut adalah 1). “Yone” digunakan ketika konfirmasi dan persetujuan lawan bicara diperlukan. (105); 2). “Yone” digunakan ketika muncul dalam kalimat yang memberikan pengaruh, kepada lawan bicara. (107); 3). “Yone” digunakan saat pembicara menjelaskan pengalaman dan pandangannya; dan 4). “Yo ne” digunakan saat pembicara ingin menyampaikan simpulan/ pandangannya tentang lawan bicara Dalam sub bab ini penulis akan menggunakan konsep yang digunakan oleh Izuhara mengenai fungsi shuujoshi “yo ne” yang dibagi ke dalam 3 kelompok. Ketiga kelompok tersebut adalah. a.
Untuk menyamakan pengetahuan yang dimiliki pembicara sama dengan lawan bicara.
28
Contoh : (23)
稽子:眠くなんないの? 夜になって。 越路:いや仕事中に眠くなるんですよね。これは どう いうことなのかわかんないのよ。 Tekko : Nemukunai no? yoru ni natte. Koeii : Iya shigotochuu ni nemuku narun desu yo ne. Kore wa dou iu koto nano ka wakannai no yo.
Terjemahan: Tekko : Tidak ngantuk? Sudah malam. Koeji : Tidak, (kalau) sedang kerja jadi ngantuk kan ya. Ini jadinya akan seperti apa pun, tidak tahu deh.
b. Untuk mengkonfirmasi pengetahuan yang dimiliki lawan bicara, pembicara mengkonfirmasi maksud topik pembicaraan. Contoh: (24)
徹子:ビョンビョンゲームってあれでしょ。ダイヤモン ドゲームでしょ。とても簡単なのよね。 越路:進ませるやつでしょ。あれ、ビョンビョンじゃな いですよ。 Tekko : byonbyon geemu tte are desho. Daiyamondo geemu desho. Totemo kantan na no yo ne. Koeji : susumaseru yatsu desho. Are, byonbyon janai desho.
29
Terjemahan: Tekko : Game byon-byon tuh itu kan? Game berlian kan? Game yang sangat mudah kan ya? Koeji : Yang hanya dimajukan kan. Itu bukan byonbyon
c. Untuk mengkonfirmasi apakah wilayah pengetahuan pembicara sama dengan wilayah pengetahuan lawan bicara. Contoh: (25)
(新幹線で、乗り込んできた客が、座席の足元には荷物 があるのをみてためらいがちに)ここ、空いてないです よね (Shinkansen de, norikonde kita kyaku ga, zaseki no ashimoto
ni wa nimotsu ga aru no wo mite tameraigachi ni) koko, aite nai desu yo ne. (di dalam shinkansen, penumpang yang baru naik, melihat barang di kaki seorang penumpang lainnya, bertanya dengan ragu-ragu) kursi ini tidak kosong kan ya?
30