BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1 State Of The Art
No
Judul Penelitian dan
Teori
Nama Peneliti 1
Metode
Hasil Penelitian
Penelitian
PEMBERDAYAAN
Regulasi
Pendekatan
Membahas
KONSUMEN
penyiaran,
penelitian
mutu
TELEVISI MELALUI kultivasi KETRAMPILAN MEDIALITERACY DAN
siaran
tentang
bagaimana
mengacu
kepada
kualitatif & jenis kekerasan dan pentingnya regulasi penelitian
penyiaran untuk pertelevisian
deskriptif
PENEGAKAN
REGULASI PENYIARAN Rachmat
(
Kriyantono,
vol 10 no 21, ISSN 1978-5518)
2
LEMAHNYA
Regulasi
Pendekatan
Mambahas
REGULASI
Penyiaran
penelitian
konsistennya pemerintah sebagai
tentang
tidak
PENYIARAN DALAM
kualitatif & Jenis regulator penyiaran di Indonesia.
SISTEM PENYIARAN
penelitian
INDONESIA
(Erik
deskriptif.
Pandapotan Simanullang, Universitas Riau)
7
8
3
PENGATURAN
UU nomer 32 Yuridis normatif Membahas tentang UU nomer 32
TENTANG
tahun
KEKERASAN DALAM
Kultivasi
TV
jenis tahun
penelitian
PROGRAM
SIARAN Surokim,
2002, &
2002
regulasi
penyiaran
dalam program siaran TV
deduktif
(
Universitas
Trunojoyo Madura)
4
TELEVISION & NEW komunikasi
Pendekatan
MEDIA (Vicky Mayer, massa, Volume 6, 2013, teknologi
penelitian
ISSN:1527-4764.
kualitatif dengan diberlakukan melalui televisi dan
komunikasi dan massa.
5
digunakan
media pendekatan deskriptif.
Pacey C Foster, David Teori tahapan Pendekatan
Membahas
pertanyaan
yang bagaimana isu-isu ekonomi, politik, budaya
dan
kekuasaan
media baru berupa teks dalam bentuk konteks. Massachussets adalah salah satu
G Terkla, dan Robert produksi
kualitatif dengan perkembangan industri televisi dan
Laubacher
tipe
FILM&TELEVISION PRODUCTION
INI
MASSACHUSSETS.
penelitian perfilman
deskriptif.
di
Amerika
yang
terhitung berkembang secara cepat. Proses produksi sendiri mengikuti SOP seperti proses produksi pada umumnya.
Massachussets
2.2 Landasan Konseptual 2.2.1
tentang
Komunikasi Komunikasi adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan
simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Komunikasi selalu melibatkan manusia serta interaksi. Artinya, komunikasi selalu melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Keduanya memainkan peranan
9
penting dalam proses komunikasi. Ketika komunikasi dipandang secara sosial, komunikasi selalu melibatkan dua orang yang berinteraksi dengan berbagai niat, motivasi, dan kemampuan. Kemudian ketika membicarakan komunikasi sebagai proses, hal ini berarti komunikasi bersifat berkeseimbangan dan tidak memiliki akhir. (Richard, 2008 : 5) Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Harold Laswell (1960), cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says What In which Channel To whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? (Effendy, 2003 : 253) Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah : 1. Source : Sering juga disebut pengirim (sender), penyandi (endcoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain. Sumber dalam definisi lain adalah pihak yang berinisiatif mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi dari seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara. 2. Pesan : Pesan atau (message) adalah maksud yang disampaikan oleh satu pihak ke pihak lainnya. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi. Pesan juga dapat dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui tindakan atau isyarat pergerakan anggota tubuh. Seni music, lukisan, patung, dan tarian juga dapat mewakili pesan komunikasi nonverbal. 3. Media atau saluran : Biasa disebut channel adaah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. Dalam komunikasi face to face atau tatap muka saluran dapat berupa udara yang mengalirkan nada atau suara. Saluran dapat merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonverbal. Pada dasarnya salurna komunikasi ada dua yaitu cahaya dan suara, meskipun kita bisa juga menggunakan kelima indra kita untuk menerima pesan dari orang lain.
10
4. Penerima : Penerima atau receiver sering disebut communicate yang artinya komunikan, destination yang artinya sasaran atau tujuan. Penerima adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain. 5. Efek : Efek biasa disebut juga feedback atau umpan balik yang artinya tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikan.
2.2.2 Komunikasi Massa Komunikasi massa menurut Bittner, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada pada sejumlah besar orang. Definisi tersebut diketahui bahwa komunikasi massa harus menggunakan media massa. Sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak banyak seperti pidato presiden di lapangan besar yang dihadiri oleh ribuan orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah televisi dan radio yang dikenal sebagai media elektronik, ada pula surat kabar dan majalah yang dikenal sebagai media cetak. (Elvinaro, 2007 : 3) Menurut Gerbner (1967) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, 2003 : 188). Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesanpesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh peorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri. (Elvinaro, 2007 : 3) Definisi lebih jelas diungkapkan oleh Josep A Devito yaitu komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula
11
bahwa khalayak itu besar pada umumnya akan sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komuniksi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya. (Nurudin, 2007 : 12) 2.2.2.1 Karakteristik Komunikasi Massa Komunikasi massa memiliki berbagai karakteristik seperti : 1. Komunikator Terlembagakan : Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Menurut Wright (1975) komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Apabila pesan disampaikan melalui suat kabar, maka komunikator menyusun pesan pada bentuk artikel, apakah atas keinginannya atau atas permintaan media massa yang bersangkutan. Lalu pesan tersebut diperiksa oleh penanggung jawab rubrik lalu diserahkan pada redaksi untuk diperiksa layaknya atau tidak untuk dimuat dengan pertimbangan utama tidak menyalahi kebijakan dari lembaga media massa itu. Ketika sudah layak, pesan dibuat setting-nya, lalu diperiksa oleh korektor, disusun lay-out man agar komposisinya bagus, dibuat plate, kemudian masuk mesin cetak. Tahap terakhir adalah mendistribusikan pesan kepada pembaca. Penjelasan tersebut merupakan gambaran bahwa pesan yang disampaikan oleh media massa selalu melewati kelembagaan. Jadi, beberapa orang yang terlibat dalam proses komunikasi massa itu, beberapa macam peralatan yang digunakan, dan berapa biaya yang diperlukan, sifatnya relatif. Namun yang pasti komunikasi massa itu kompleks, tidak seperti komunikasi antarpersonal yang sangat sederhana. 2. Pesan bersifat umum : Komunikasi massa bersifat terbuka yang artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Maka pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi dapat bersifat fakta, peristiwa, opini, bahkan kabar burung. 3. Komunikannya anonim dan heterogen : Pada komunikasi antarpersonal, komunikator tentu akan mengenal komunikannya. Sedangkan komunikasi massa,
12
komunikator tidak
mengenal
komunikannya
(anonim),
karena
komunikasinya
menggunakan media dan tidak tatap muka. Komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, pendidikan, pekerjaan, budaya, agama, dan tingkat ekonomi. 4. Media massa menimbulkan keserampakan : Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang sama memperoleh pesan yang sama pula. 5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan : Komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. (Mulyana, 2000 : 99) Dimensi isi menunjukkan muatau atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. 6. Komunikasi massa bersifat satu arah : Karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak melakukan kontak langsung atau face to face. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersonal. 7. Stimulasi alat indra terbatas : Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar atau majalah, pembaca hanya melihat. Pada siaran radio khalayak hanya mendengar. Sedangkan televisi menggunakan pengelihatan
dan
pendengaran.
Sedangkan
komunikasi
antarpersonal
dapat
menggunakan semua indra karena kontak langsung dengan komunikan. 8. Umpan balik tertunda dan tidak langsung : Komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya. Tanggapan khalayak bisa diterima lewat telepon, e-mail. Proses penyampaian feedback lewat telepon, e-mail menggambarkan feedback komunikasi
13
massa bersifat indirect. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan telepon, meulis surat pembaca, mengirim e-mail itu menunjukkan bahwa feedback komunikasi massa bersifat tertunda. (Elvinaro, 2007 : 7-12) 2.2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi massa memiliki fungsi tersendiri. Menurut Dominick (2001) terdiri dari : 1. Surveillance (Pengawasan) : Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama yaitu warning or beware surveillance (pengawasan peringatan) dan instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media masa menginformasikan tentang adanya ancaman seperti bencana alam. Sedangkan fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari seperti berita tentang film yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, dan resep masakan. 2. Interpretation (Penafsiran) : Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. 3. Linkage (Pertalian) : Media massa dapat menyatukan masyarakat yang beragam, sehingga membentuk sebuah pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai) : Fungsi ini dapat dikatakan sebagai sebuah sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.
14
5. Entertainment (Hiburan) : Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Hiburan tentu saja sangat penting untuk masyarakat karena tentu saja masyarakat mencari sebuah hiburan dalam kehidupannya. Program hiburan bukan hanya program humor atau lawak saja tetapi pertandingan sepak bola, quiz, dan lain sebagainya (Elvinaro, 2007 : 14-17). 2.2.3 Media Massa Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah, sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televise, film, internet. Kehadiran media massa membuat dunia dirasakan semakin kecil. Hal ini diperkuat oleh pendapat Marshall McLuhan mengenai keadaan dunia seolah-olah semakin kecil karena dunia saat ini bagaikan desa global. Media komunikasi modern memungkinkan berjuta-juta orang disuluruh dunia untuk saling berhubungan hamper ke setiap pelosok dunia. (Elvinaro, 2007 : 103) 2.2.3.1 Jenis-jenis media massa Media massa terbagi atas 3 bagian utama, yaitu media cetak, media elektronik, dan media luar ruang (Angipora, 1999 : 346). Tetapi, dalam hal ini hanya media cetak dan media elektronik yang akan dijabarkan. a. Media Cetak: 1. Surat Kabar Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Guternbenrg di Jerman. Menurut Agee secara kontemporer surat kabar memiliki 3 fungsi utama. Fungsi utama media adalah menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara dan dunia. Kedua untuk mengomentari berita yang disampaikan dan
15
mengembangkannya ke dalam fokus berita. Ketiga untuk meyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media. (Elvinaro, 2007 : 104-105) 2. Majalah Edisi perdana majalah yang diluncurkan di Amerika pada pertengahan 1930-an memperoleh kesuksesan besar. Majalah telah membuat segmentasi pasar tersendiri dan membuat fenomena baru dalam dunia media massa di Amerika. Menurut Dominick (Dominick 2000 : 209) klasifikasi majalah dibagi dalam lima kategori utama , yakni : (1) majalah konsumen umum, (2) majalah bisnis, (3) kritik sastra dan majalah ilmiah, (4) majalah khusus terbitan berkala, (5) majalah humas. (Elvinaro, 2007 : 114-115)
b. Media Elektronik 1. Radio Radio adalah media massa elektronik tertua dan paling luwes. Keunggulan radio siaran ini adalah berada dimana saja : di tempat tidur, di dapur, di dalam mobil, dan berbagai tempat lainnya. Apabila surat kabar memperoleh julukan sebagai kekuatan ke empat, maka radio mendapat julukan kekuatan kelima. Hal ini disebabkan radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti surat kabar, di samping 4 fungsi lainnya yakni memberi informasi, menghibur, mendidik dan melakukan persuasi. (Lamintang, 2013 : 22) 2. Televisi Televisi adalah media massa yang menggunakan alat-alat elektronis dengan memadukan radio dan film. Para penonton di rumah-rumah tak mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tak mungkin dapat melihat-lihat gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika tidak ada unsur-unsur film. (Lamintang, 2013 : 22)
16
2.2.4 Televisi Dari semua media televisi komunikasi yang lain, televisilah yang paling berpengarung pada kehidupan manusia. Televisi mengalami perkembangan secara dramatis, terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit dan diterima langsung pada layar televisi dirumah dengan manggunakan wire atau micro (wirless cables) yang membuka tambahan saluran televise bagi pemirsa. Tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia pertelevisian, dengan adanya perubahan dari televisi eksperimen ke televisi komersial di Amerika. Karena perkembangan televisi yang sangat cepat, dari waktu ke waktu media ini memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari. Secara bertahap layar televisi berkembang dari diagonal 7 inci kemudian 12, 17, 21, 24, sampai 39 inci. Penonton televisi kini lebih selektif. Jam tayang televisi bertambah. Penerimaan programnya mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Sistem penyampaian program lebih berkembang lagi. Kini sedikitnya terdapat lima metode penyampaian program televisi yang telah dikembangkan. (Elvinaro, 2007 : 134) 1. Over-the-air reception of network and local station program. Kualitas gambar yang masih kuno ditingkatkan dengan High Density Television (HDTV) 2. Cable. Program disampaikan melalui satelit ke sistem kabel local, kemudian didistribusikan ke rumah-rumah dengan kabel di bawah tanah atau dengan tambahan kabel, sistem cable standard dibakukan tahun 1990-an. 3. Digital cable. Ini bagian dari information super highway. Dahulu sistem kabel lokal dan telepon untuk pelanggan dalam jumlah besar menggunakan kabel kuno. Sekarang diganti dengan kabel serat optic yang di tanam di bawah tanah tetapi memiliki kapasitas lebih tinggi. Kabel serat optic ini dapat memuat 500 lebih saluran. Sistem ini memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah.
17
4. Wireless cable. Sejumlah sistem kabel menyampaikan program bagi pelanggan yang menggunakan transmisi microwave (gelombang pendek) meskipun kabel ini di bawah tanah. 5. Direct Broadcast Satellite (DBS). Program-program ditransmisikan oleh satelit langsung dengan menggunakan piringan yang berdiameter 18 inci ditaruh di atap rumah atau di Indonesia dikenal dengan istilah antena parabola. (Elvinaro, 2007 : 135)
2.2.4.1 Siaran Televisi di Indonesia Kegiatan penyiaran melalui media televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan Pesta Olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sajak itu pula televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) hingga sekarang (Effendy, 1993 : 54). Selama tahun 1962-1963 TVRI berada diudara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya. TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan pada saat itu, kini siarannya sudah dapat menjangkau hamper seluruh rakyat Indonesia. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan televisi siaran lainnya, yakni Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang bersifat komersil. Secara berturut-turut berdiri stasiun televisi, Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas Televisi (ANTV), Indosiar, TV7 yang sekarang Trans7, Lativi yang sekarang TV ONE, Metro TV, Trans TV, Global TV, dan televisi-televisi daerah seperti Bandung TV, JakTV, Bali TV, dan lain-lain. Cacatan penting untuk media elektronik saat ini, regulasi terhadap media tersebut tidak bertumpu pada pemerintah saja, melainkan kepada masyarakat melalui dibentuknya Komite Penyiaran Indonesia (KPI). Lembaga-lembaga siaran yang dilayani oleh KPI adalah lembaga siaran swasta, lembaga siaran publik, lembaga siaran berlangganan, dan lembaga siaran komunitas.
18
Satu hal yang perlu diingat, meskipun 11 stasiun televisi sudah beroprasi, tetapi televisi siaran tidak akan pernah menggeser kedudukan radio siaran, karena radio siaran memiliki karakteristik tersendiri. Televisi siaran dan radio siaran, juga media lainnya berperan saling mengisi. Televisi siaran hanya menggeser radio siaran dalam porsi iklan. (Elvinaro, 2007 : 136) 2.2.4.2 Fungsi Televisi Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya yakni memberikan informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi. (Elvinaro, 2007 : 137 2.2.4.3 Karakteristik Televisi 1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dilihat. Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, music dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Maka dari itu televisi disebut sebagai media massa elektronik audiovisual. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari kata-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. 2. Berpikir dalam gambar Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengalah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture) Begitu pula bagi seorang komunikator yang akan menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi, sebiknya ia dapat melakukan berpikir dalam gambar. Ada 2 tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi, yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang
19
menjadi gambar, secara individual. Kedua, adalah penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 3. Pengoperasian lebih kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan oleh dua orang pembaca berita saja dapat melibatkan 10 orang. Mereka terdiri dari produser, pengarah acara, pengarah teknik, pengarah studio, pemadu gambar, 2 atau 3 juru kamera, juru video, juru audio, juru rias, juru suara, dan lain-lain. Bila menyangkut acara dama musik yang lokasinya di luar studio, akan lebih banyak lagi melibatkan orang kerabat kerja televisi (crew). Peralatan yang digunakannya pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran. (Elvinaro, 2007 : 137-140).
2.2.4.4 Bentuk Program Televisi Ada dua bentuk program televisi, yaitu : a. Program Drama Program siaran drama berisi cerita fiksi. Istilah ini juga disebut sinetron cerita. Untuk membedakannya dengan sinetron non cerita adalah : format sinetron yang terdiri dari beberapa jenis , yaitu : sinetron drama modern, sinetron drama legenda, sinetron drama komedi, sinetron drama saduran dan sinetron yang dikembangkan dari cerita atau buku novel, cerita pendek dan sejarah. b. Program non Drama Program non drama merupakan bentuk acara yang tidak disertai bumbu cerita. Acara non-drama diolah seperti apa adanya. Program jenis dokumenter termasuk program non-dramatik ini bisa didapatkan dari keadaannya senyatanya, bisa mengenai alam, budaya manusia, ilmu pengetahuan dan kesenian. (Soenarto, 2007:62-63) Program
20
non-drama di televisi menurut Sony Set adalah acara terbanyak yang kita tonton selama hidup kita. Dari tayangan reality show, talk show, games, features, star talent search, kuis, audisi para bintang, kombinasi program televise dan sebagainya menghiasi harihari kita dengan wacana. (Lamintang, 2013 : 24-25) 2.2.4.5 Jenis Program Acara Televisi Jenis program umumnya dapat dikelompokan dalam tiga kelompok besar, yaitu hiburan, informasi, dan berita. Tetapi dari ketiganya dapat diperinci lagi menjadi jenisjenis program yang lebih spesifik dan dengan nama yang bervariasi, seperti talent show, kompetitif show. (Hidajanto, 2011 : 152) 2.2.4.6 Pengertian Program Televisi Program televisi adalah segala hal yang ditampilkan stasiun televisi untuk memenuhi kebutuhan audiens atau pemirsa. Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audiensnya tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan oleh stasiun televisi. Satu stasiun penyiaran selalu merencanakan programnya secara strategis, yaitu merancang acara sebaik mungkin, sehingga tetap menarik dan menjaga ketertarikan audiensnya. Lembaga penyiaran umumnya menggunakan strategi, yaitu secara rutin mengganti ulang penjadwalan ini untuk tetap ‘merebut’ perhatian pendengar dan pemirsanya dengan hadirnya program-program yang terbarukan. Langkah ini dilakukan agar dapat tetap bersaing dengan lembaga penyiaran yang lain dalam satu kawasan. (Hidajanto, 2011 : 127) 2.2.4.7 Undang – Undang No.32 tahun (2002 tentang penyiaran pasal 36) 1. Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. 2. Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu.
21
3. Isi siaran dilarang bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalah-gunaan narkotika dan obat terlarang; atau mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan.
4. Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional. Undang – undang No.32 tahun 2002 tentang penyiaran.
Peneliti menggunakan Undang-undang No.32 tahun 2002 karena program Pesbukers telah melanggar yang sudah ada dalam Undang-undang.
2.2.5 Program Variety Show Variety Show adalah format acara televisi yang mengkombinasikan berbagai format lainnya, seperti talkshow, magazine show,kuis, music concert, drama, dan sitkom (komedi situasi). Variasi acara tersebut dipadukan dalam sebuah pertunjukkan dalam bentuk siaran langsung maupun siaran rekaman. (Naratama, 2006 : 109) Program variety show merupakan sebuah program acara televisi yang memadukan antara berbagai jenis acara hiburan panggung televisi, seperti lawak, lagu, dan drama. Variety show merupakan suatu sajian hiburan yang dikemas dalam aneka suguhan, terutama untuk pentas musik dan sketsa komedi yang biasa dipandu oleh host. Atau lebih mudahnya seperti yang dikatakan Garin Nugroho bahwa variety show layaknya supermarket yang menawarkan segala macam jenis hiburan. Konsep gado-gado yang menayangkan aneka tontonan ini jika dikemas dengan baik akan mampu menghadirkan suasana yang berbeda bagi penontonnya. Dan oleh karena itu karakter serta fungsi dari variety show inilah yang membuat model ini banyak digunakan oleh stasiun televisi. Karena variety show sebagai tayangan yang menghibur dengan kemasan yang ringan dapat memenuhi permintaan pemirsa yang haus akan suguhan alternatif.
22
Menurut Harold R Hickman, variety show memiliki banyak idei-ide yang dapat disukai oleh banyak penonton. Dan variety show sendiri semua dapat dikolaborasikan menjadi satu program. Musik, komedi, talk show, dansa semua dapat dicampur menjadi satu program dengan benang merah untuk mengikat semuanya secara bersama-sama. Program ini menjadi alternatif bagi stasiun tv karena selain biaya operasionalnya lebih murah, jika acara tersebut sukses, pencitraan stasiun tv yang bersangkutan juga ikut terangkat. (Idialfero : 2008) Pada teori variety show peneliti melihat bagaimana konten yang ditayangkan oleh program Pesbukers beragam, mulai dari talk show, comedy, dan segala jenis hiburan lainnya. 2.2.6 Konsep Tahapan Produksi Suatu produksi program televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang, dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Setiap tahap harus jelas kemajuannya dibandingkan dengan tahap sebelumnya. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut standard operation procedure (SOP) Seperti berikut : (Wibowo, 2007 : 39) a. Pra-produksi (Perencanaan dan Persiapan) Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres. Tahap pra-produksi meliputi 3 bagian sebagai berikut ini : 1. Penemuan Ide : Tahapan ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta peneliti naskah mengembangkan gagasan menjadi sesudah riset. (Wibowo, 2007 : 39).
23
2. Pengembangan Gagasan Produksi program televisi memiliki berbagai macam format dan materi. Beberapa format program kadang-kadang memiliki prosedur atau tata laksana kerja yang berbeda. Namun, beberapa format sama. Demikian halnya dengan materi program. setiap materi program perlu memperoleh perlakuan khusus berdasarkan karakteristik dan spesifikasinya. Dalam hal ini terdapat dua system produksi yang disebut sistem produksi ad lib dan sistem produksi blocking. Program Pesbukers hanya memakai Sistem produksi ad lib (ad libitum), ad lib adalah sistem produksi yang naskahnya tidak mungkin ditulis secara lengkap. Misalnya, program wawancara ;angsung atau talkshow didalam studio. Yang ditulis didalam naskah, hanyalah urutan sajian dengan garis besar uraian, yang dinamakan rundown sheet. Cue atau tanda-tanda yang dipakai oleh sutradara untuk mulai dengan tune music atau kata terakhir dari “presenter/interviewer” atau kata penutup program dan urutan program yang ditulis. Sistem ad lib ini biasanya juga dipakai dalam program musik, talk show atau humor dengan lawakan langsung. Berbeda dengan sistem blocking naskah ditulis secara lengkap. Tanda-tanda instruksi kamera, sudut pengambilan sampai dengan blocking kamera dan pemain ditulis secara lengkap. Sistem blocking ini biasanya digunakan dalam program studio drama atau fragmen. Dalam arti tertentu shooting untuk sinetron menggunakan sistem blocking. Di dalam perencanaan produksi diandaikan sudah ada naskah yang jadi atau sekurang-kurangnya gagasan yang matang berupa treatment dari program yang akan diproduksi. Tidak semua produser atau penulis naskah melengkapi diri dengan hal-hal yang dapat mendukung profesi. Sekarang ini informasi juga dapat diperoleh melalui internet. Oleh karena itu sangat dianjurkan bagi para broadcaster untuk selalu memburu informasi apa saja lewat internet, baik yang menyangkut bahan atau materi produksi, maupun untuk mengikuti perkembangan kemajuan yang terjadi.
24
3. Perencanaan : Tahap ini meliputi penetaan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti. (Wibowo, 2007 : 39) 4. Persiapan : Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja (time schedule) yang sudah ditetapkan. (Wibowo, 2007 : 39)
b. Produksi Baru sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul, pelaksanaan produksi dimulai. Sutradara bekerja sama dengan artis dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncakan dalam kertas dan tulisan (shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita. Dalam pelaksaan produksi ini, sutradara menentukan jenis shoot yang akan diambil di dalam adegan (scene). Biasanya sutradara menyiapkan suatu daftar shoot (shoot list) dari setiap adegan. Sering terjadi satu kalimat dalam skenario dipecah menjadi empat shoot atau lebih (Wibowo, 2007 : 40). c. Pasca-produksi Pasca Produksi sendiri adalah kegiatan yang dilakukan setelah proses produksi seperti evaluasi dan review serta editing apabila dibutuhkan (Lamintang, 2012 : 53). Pasca-produksi memiliki 3 langkah utama yaitu editing offline, editing online, dan mixing. Dalam hal ini, terdapat dua teknik macam editing. Yang pertama disebut editing dengan teknik analog atau linier. Kedua, editing dengan teknik digital atau non linier dengan komputer.
25
1. Editing offline dengan teknik analog : Setelah shooting selesai script writer membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Materi hasil shooting langsung dipilih dan langsung disambung dalam pita VHS. Sesudah editing kasar ini jadi, hasilnya dilihat dengan saksama dalam screening. Apabila masih perlu ditambah atau diedit lagi pekerjaan ini dapat langsung sampai hasilnya memuaskan. Sesudah hasil editing offline itu dirasa pas dan memuaskan barulah dibuat editing script. Naskah editing ini sudah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik. Naskah editing ini formatnya sama dengan skenario (Wibowo, 2007 : 42). 2. Editing online dengan teknik analog Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan setiap shoot dan adegan dibuat tepat berdasarkan catatan time code dalam naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editing online ini siap, proses berlanjut dengan mixing. 3. Mixing Narasi yang sudah direkam dan ilustasi musik yang juga sudah direkam, dimasukkan dalam pita hasil editing online sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi, dan musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengar jelas. Setelah mixing selesai boleh dikatakan bagian terpenting dari pascaproduksi ini sudah selesai dan setelah itu dilanjutkan dengan preview. 4. Editing offline dengan teknik digital atau non-linier : Editing offline digital adalah editing yang menggunakan komputer dengan menggunakan peralatan khusus untuk editing. Alat editing tersebut bermacam-macam nama, jenis, dan fasilitasnya, misalnya : Pinacle, Matrox, Canupus, dll. Dengan alat editing tersebut dapat digunakan berbagai macam program editing berdasarkan
26
kebutuhan, seperti : Adobe Premiere, Three D Max, After Effect dan banyak program lainnya. (Wibowo, 2007 : 43) 5. Editing online dengan teknik digital : Editing online dengan teknik digital sebenarnya penyempurnaan hasil editing offline dalam komputer, sekaligus mixing dengan musik illustrasi atau efek gambar dan suara yang harus dimasukkan. Sesudah semua sempurna hasil online ini kemudian dimasukkan kembali dari file menjadi gambar pada pita betacam SP atau pita dengan kualitas broadcast standard. Setelah pragram dimasukkan pita, boleh dikatakan pekerjaan selesai dan kelanjutannya adalah bagian dari pekerjaan di stasiun televisi. (Wibowo, 2007 : 44) Program Pesbukers membutuhkan proses produksi untuk berjalannya program yang telah direncanakan dengan matang. Mulai dari pra produksi yaitu brefing mencari ide, membuat naskah, menentukan bintang tamu untuk melanjutkan ke tahap produksi, karena program Pesbukers tayang secara live maka perlu kematangan dalam tahap pra produksi, ketika semua sudah siap masuk ke tahap produksi. Dan kemudian masuk ke tahap pasca produksi untuk mengevaluasi apa saja yang salah pada saat produksi.
2.2.6.1 Teori Produksi Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pemikiran mendalam, yaitu materi produksi, sarana produksi, biaya produksi, organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksana produksi. Berpikir tentang produksi program televisi bagi seorang produser professional, berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi itu, selain menghibur, dapat menjadi suatu sajian yang bernilai, dan memiliki makna. Dengan kata lain, produksi yang bernilai atau berbobot hanya dapat diciptakan oleh seorang produser yang memiliki visi. Produser Pesbukers sangat bertanggung jawab apa yang akan diproduksi, karena semua bergantung kepada produser.
27
2.2.6.2 Bidang Profesi Dalam pertelevisian bidang penyiaran mempunyai profesi sendiri-sendiri, mulai dari Executive Producer, mempunyai tugas sebagai orang yang memprakarsai ide dan modal suatu acara, lalu di bawahnya ada Produser yang bekerja sebagai orang yang melaksanakan ide dan gagasan dari executive producer. Programme Director adalah bagian yang memiliki tugas bertanggung jawab atas segala yang ada pada proses produksi, Writer bertugas sebagai penulis naskah pada program yang akan dilaksanakan, Soundman bagian yang mempunyai tanggung jawab atas segala penanggung jawab audio pada suatu rangkaian produksi, Camera Person atau yang biasa dikenal dengan cameraman ini memiliki tanggung jawab yaitu bertugas untuk merekam gambar atau mengambil gambar agar gambar yang diambil dan direkam saat produksi sesuai dengan harapan atau konsep produksi. Lighting Director bagian yang mempunyai tanggung jawab atas segala penanggung jawab cahaya. Art Directror pada bagian ini adalah yang juga sangat menentukan yaitu bagian ahli dekorasi atau property yang dimana memiliki tugas untuk membangun set produksi atau mencari segala hal yang menyangkut keperluan produksi suatu film atau lainnya. Komputer Grafik pada bagian ini adalah bagian penata aksara yaitu memiliki tugas menata sususnan telepromper untuk program news atau mengatur alur aksara saat hasil pasca produksi. Technical Director yang mempunyai tanggung jawab atas segala penanggung jawab teknis, Talent Coordinator pada bagian ini sangatlah diketahui oleh banyak orang yaitu penanggung jawab talent. Bertugas untuk mencari talent yang sesuai dengan konsep atau ide produksi dan juga sekaligus memanajerial talent agar bisa melakukan tugas sesuai yang sudah direncanakan, Go-fer disini bekerja sebagai pembantu umum, dan yang terakhir adalah Creative bagian dari produksi yang memiliki tugas bersama eksekutif produser untuk mendesain suatu program atau produksi acara hasilnya menarik dan berbeda dari tayangan yang sudah ada di stasiun TV lain. (Lamintang, 2013 : 47-48) Tim produksi Pesbukers saling mengikat dan sudah mempunyai tugasnya masing-masing untuk menjalankan produksi.
28
2.2.7 Regulasi Penyiaran Definisi khusus yaitu berkaitan dengan fungsi regulasi yang diamanatkan oleh UU tersebut, sehingga definisinya dibatasi mulai dari kegiatan pemancarluasan siaran, yang tentunya telah menggunakan ruang publik. Di ruang publik ini, penyiaran telah menggunakan spektrum frekuensi penyiaran, dan telah berlangsung proses komunikasi massa. Jadi, peranan regulasi penyiaran di sini diperlukan karena proses penyiaran yang lain, serta penyiaran tersebut sampai kepada khalayak ramai. Sehingga akan terjadi konflik kepentingan dalam persaingan di antara stasiun penyiaran tersebut, dan menimbulkan dampak yang luas di masyarakat yang sulit dibendung, baik yang positif maupun negatif. Regulasi secara nasional merupakan segala pengaturan untuk dunia penyiaran di dalam negeri, seperti UU No. 32/2002 tentang penyiaran, peraturan Menteri, maupun peraturan Dirjen. Adapun regulasi yang bersifat internasional merupakan segala pengaturan untuk penyiaran yang umumnya bersifat keteknikan, seperti rekomendasi ITU (International Telecommunication Union) tentang penggunaan frekuensi untuk siaran radio short wave, pengenalan penyiaran, dan rekomendasi yang terkait lainnya. Satu lagi untuk dunia penyiaran yang bersifat regulasi pelaksanaan penyiaran, yaitu etika penyiaran yang menggariskan etik dalam menjalankan profesi penyiaran. (Hidajanto, 2011 : 237)
2.2.7.1 Undang-Undang Penyiaran dan P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran) 1. Undang-undang penyiaran Dalam UU No. 32 Tahun 2002 tentang penyiaran, sangat jelas menunjukan nuansa demokratis dibandingkan dengan yang sebelumnya, UU No. 24/1997. Hal ini dapat dilihat dari proses terbentuknya yang memakan waktu cukup lama karena penuh dengan perdebatan dengan argumentasi masingmasing, serta Tarik menarik kepentingan. Berikut ini adalah empat pasal dari UU No. 32/2002, yaitu pasal 7, pasal, 20, pasal 31, dan pasal 47 : (Hidajanto, 2011 : 248)
29
a. Pasal 7 UU No. 32/2002 : Perlunya dibentuk satu lembaga independen yang mengatur hal-hal mengenai penyiaran, yaitu KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Khusus pasal 7 ayat (2) dinyatakan bahwa KPI adalah lembaga Negara indepanden dan dinyatakan dalam penjelasannya dengan “cukup jelas,” maka oleh anggota KPI pusat periode pertama (2003-2006) diklaim sebagai representasi Negara. Dalam klaim tersebut sebetulnya berhubungan dengan tuntutan hak oleh KPI sebagai pihak yang menerbitkan perizinan penyiaran sebagaimana tentang dalam pasal 33 ayat (4) yang berbunyi : “Izin dan perpanjang izin
penyelenggaraan penyiaran diberikan oleh
Negara.” b. Pasal 36
: ayat : (1) isi siaran wajib mengandung informasi,
pendidikan, hiburan dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-niali agama dan budaya indonesia. Ayat : (3) isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan acara pada waktu yang tepat, dan penyiaran wajib mencantumkan dan menyabut klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran. Ayat : (4) isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu. Ayat (5) isi siaran dilarang bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan, dan bohong; menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang; atau mempertentangkan SARA. Ayat (6) isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan, dan mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia atau merusak hubungan internasional. c. Pasal 47 : isi siaran dalam bentuk film dan iklan wajib memperoleh tanda lulus sensor dari lembaga yang berwenang.
30
d. Pasal 48 : Undang – Undang Penyiaran Nomor. 32 Tahun 2002 yang berkaitan dengan Literasi Media dan menjadi landasan dibentuknya program literasi media oleh KPI dan KPID yaitu: Undang – Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Pasal 48 Ayat 3 dan 4. Ayat : (3) KPI wajib menerbitkan dan mensosialisasikan pedoman prilaku penyiaran kepada Lembaga Penyiaran dan masyarakat umum. Sedangkan ayat (4) pedoman prilaku penyiaran menentukan standar isi siaran yang sekurang – kurangnya berkaitan dengan : rasa hormat terhadap pandangan agama, rasa hormat terhadap hal pribadi, kesopanan dan kesusilan, pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme, perlindungan terhadap anak – anak, remaja, dan perempuan, penggolongan program dilakukan menurut usia khalayak. Serta Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2002 Pasal 52 Ayat: (2) Organisasi nirlaba, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, dan kalangan pendidikan, dapat mengembangkan kegiatan literasi dan/atau pemantauan lembaga penyiaran. (Hidajanto, 2011 : 248)
2. P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran) Komisi Penyiaran Indonesia berdasarkan pada UU 32 tahun 2002 (UU Penyiaran) diberi kewenangan untuk mengatur dan menciptakan regulasi dalam bidang penyiaran. Melalui kewenangan tersebut KPI mewujudkan regulasi penyiaran dalam bentuk P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran). P3SPS disusun berdasarkan masukan dari kalangan masyarakat, akademisi, ormas dan juga praktisi penyiaran. Melalui P3SPS diharapkan dapat menjadi dasar bagi Lembaga Penyiaran dalam menyajikan program siaran yang berkualitas, sehat, dan bermartabat. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan menjadi acuan bagi lembaga penyiaran dan Komisi Penyiaran Indonesia untuk menyelenggarakan dan mengawasi sistem penyiarannasional di Indonesia.
31
Pedoman Perilaku Penyiaran merupakan panduan tentang batasan-batasan mengenai apa yang diperbolehkan dan atau tidak diperbolehkan berlangsung dalam prosespembuatan program siaran, sedangkan Standar Program Siaran merupakan panduantentang
batasan
apa
yang
diperbolehkan
dan
atau
yang
tidak
diperbolehkanditayangkan dalam program siaran.( http://www.kpi.go.id) Pedoman prilaku penyiaran bisadikatan pedoman hidup seseorang yang bekerja di dunia media massa, khususnya televisi. “Pedoman Perilaku Penyiaran adalah ketentuan-ketentuan bagi lembaga penyiaran yang ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia sebagai panduan tentang batasan perilaku penyelenggaraan penyiaran dan pengawasan penyiaran nasional”. (Pasal 1Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran. (2012: 5) Tujuan dari pedoman perilaku penyiaran dijelaskan dalam pasal 4 Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran (2012: 8-9) Pedoman Perilaku Penyiaran memberi arah dan tujuan agar lembaga penyiaran: a.
Menjunjung tinggi dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan terhadap hokum dan segenap peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. c. Menghormati dan menjunjung tinggi norma dan nilai agama dan budaya bangsa yang multicultural. d. Menghormati dan menjunjung tinggi etika profesi yang diakui peraturan perundang-undangan. e. Menghormati dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi. f. Menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. g. Menghormati dan menjunjung tinggi hak dan kepentingan publik h. Menghormati dan menjunjung tinggi hak anak-anak dan remaja. i. Menghormati dan menjunjung tinggi hak orang atau kelompok masyarakat tertentu. j. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip jurnalistik.
32
2.2.7.2 Pasal Krusial Dalam P3SPS KPI a. Pasal 24
: Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan secara langsung
penjarahan serta tindakan-tindakan merusak oleh massa yang dapat menimbulkan kepanikan atau mendorong masyarakat di daerah lain meniru perilaku tersebut. b. Pasal 32 :
Program atau promo program yang mengandung
muatan kekerasan secara dominan, atau mengandung adegan kekerasan eksplisit dan vulgar, hanya dapat disiarkan pada jam tayang dimana anak-anak pada umumnya diperkirakan sudah tidak menonton televisi, yakni pukul 02.00-03.00 sesuai dengan waktu stasiun penyiaran yang menayangkan. c. Pasal 44
: Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan adegan tarian
dan atau lirik yang dapat dikategorikan sensual, menonjolkan seks, membangkitkan hasrat seksual, atau memberi kesan hubungan seks. d. Pasal
46
: Program yang berisikan pembicaraan atau pembahasan
mengenai masalah seks harus disajikan dengan cara ilmiah dan santundan tidak menjadi ajang pembicaraan mesum. e. Pasal 57 ayat 1 : Program faktual yang bertemakan gaib, paranormal, klenik, praktik spiritual, magis, mistik, kontak dengan roh, hanya dapat disiarkan pukul 22.00-03.00 sesuai dengan waktu stasiun menayangkan. (Mufid, 2007 : 56)
2.2.7.3 Program-Program Yang Di Tegur KPI Program-program yang sudah ditegur oleh KPI yaitu seperti ‘Yuk Keep Smile’ di Trans TV, program ini ditegur karena telah melanggar P3SPS (pedoman perilaku penyiaran standar program siaran) yang sudah ditentukan oleh KPI. Pelanggaran yang di buat oleh program ‘Yuk Keep Smile’ adalah mengasosiasikan manusia seperti hewan, menayangkan adegan pengisi Acara yang sedang dihipnotis sehingga melecehkan artis Benyamin Sueb. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap pasal 24 ayat (1) Standar Program Siaran yang melarang program siaran menampilkan ungkapan kasar dan
33
makian, baik secara verbal maupun nonverbal, yang mempunyai kecenderungan menghina atau merendahkan martabat manusia, dan kemudian program ini diberhentikan dan tidak boleh ditayangkan lagi. Program selanjutnya adalah program ‘Pas Sahur’ di Trans 7, Pelanggaran ditemukan pada tayangan tanggal 11 Juli 2014 pukul 02.08 WIB. Pada episode tersebut, Cak Lontong tengah mengoleskan deodorant ke mulut Ajiz Gagap. KPI menilai adegan tersebut tidak pantas dilakukan dan rentan ditiru anak-anak dan remaja. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap perlindungan kepada anakanak dan remaja serta norma kesopanan dan kesusilaan. (http://www.kpi.go.id) Dan masih banyak lagi program-program yang di tegur oleh KPI Karena melanggar undang-undang penyiaran dan tidak mengikuti pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran.
2.2.8 Rating Rating adalah suatu perkiraan karena perhitungannya didasarkan pada jumlah pesawat televisi yang digunakan oleh suatu kelompok audien yang dijadikan sampel, dan sampel tidak akan pernah menghasilkan ukuran mutlak (absolut) tetapi hanya perkiraan. (Morissan, 2011 : 384). Peringkat program atau rating menjadi hal yang sangat penting bagi pengelola stasiun penyiaran komersial. Perusahaan atau lembaga rating, menyediakan jasa kepada stasiun penyiaran dengan mengeluarkan laporan rutin mengenai program apa saja yang sudah di tinggalkan audiennya. Rating merupakan hal yang penting karena pemasangan iklan selalu mencari stasiun penyiaran atau program siaran yang paling banyak ditonton atau didengar orang. (Morissan, 2011:379)
34
2.3 Kerangka Pemikiran
REGULASI PENYIARAN
PENGEMBANGAN ISI PROGRAM PESBUKERS
PRA PRODUKSI DALAM MEMATUHI REGULASI PENYIARAN
PRODUKSI DALAM MEMATUHI REGULASI PENYIARAN
PROGRAM PESBUKERS
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
PASCA PRODUKSI DALAM MEMATUHI REGULASI PENYIARAN