4 BAB 2 DATA DAN ANALIS A
2.1 Data dan Literatur Data dan Informasi yang digunakan untuk mendukung pengembangan proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, yakni: 1. Buku 2. M edia Cetak (M ajalah) 3. Internet 4. Wawancara dan riset Target Audience
2.1.1 Sejarah Wayang Wisanggeni M enurut Amrin Ra’uf dalam buku ‘Jagad Wayang’, Kata wayang berasal dari kata wayangan yang memiliki arti bayangan. Dunia wayang pada mulanya banyak di kenal di wilayah Jawa kurang lebih pada tahun 898-910 M . Konon, kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada zaman Hindu Jawa. Sebagai pertunjukan keagamaan, wayang merupakan sisa-sisa upacara keagamaan orang Jawa yaitu kepercayaan animisme dan dynamisme. Hal ini tertulis dalam Prasasti Balitung, yang memiliki bunyi “sigaligi mawayang buat hyang, macarita bhima ya kumara ”, yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki arti “M enggelar wayang untuk para Hyang (ruh nenek moyang), menceritakan tentang Bima sang Kumara.” Ketika suasana Alam menjadi salah satu kunci kepercayaan masyarakat, seperti kepercayaan kepada hyang, dimana kekuatan yang ada diluar diri manusia menjadi
5 sebuah kepercayaan. Kondisi keyakinan semacam itulah yang mereka tampilkan melalui pertunjukan untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat, sehingga dengan mediasi semacam itu, mereka menjadi lebih mengerti dan paham akan ajaran yang diberikan. Pada tahun 996-1042 M , yaitu pada zaman M ataram Hindu, di bawah pimpinan Raja Darmawangsa, kisah Ramayana dari India berhasil diterjemahkan dalam bahasa Jawa kuno (kawi). Kisah M ahabarata yang pada awalnya masih menggunakan bahasa Sansekerta sebanyak 18 Purwa, kemudian dirangkum menjadi 9 Purwa dan juga diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa kuno. Lalu pada masa pimpinan Raja Erlangga sampai dengan berdirinya zaman Kerajaan Kediri, seorang Mpu yang bernama M pu Kanwa, berhasil menyusun sebuah kitab yang bernama ‘kitab Arjuna Wiwaha’. Dan pada masa Raja Jayabaya, seorang Mpu yang bernama Mpu Sedah, mulai menyusun ‘kitab Bharatayuda’ yang kemudian diselesaikan oleh Mpu Panuluh. Tak puas dengan itu saja, Mpu Panuluh pun melanjutkan dengan menyusun ‘kitab Hariwangsa’ dan ‘kitab Gatutkacasraya’. M enurut dalam Kitab Centini, dalam masa perkembangannya, Raja Jayabaya ingin menciptakan sebuah gambaran dari Sanghyang. Ia pun memberi perintah untuk menggoreskan gambar tersebut di atas daun lontar yang kemudian disusun seperti kerai dan disatukan dengan tali. Bentuk gambaran wayang tersebut dibuat dengan cara meniru relief pada candi. Lalu pada zaman awal M ajapahit, wayang kemudian digambarkan diatas kertas ‘Jawi’, yang sudah dilengkapi dengan berbagai hiasan serta pakaian. M enurut Prof Poerbatjaraka dalam Kapustakaan Jawi, beliau memaparkan bahwa wayang mula-mula dilukiskan secara “realis” (tiga dimensi), seperti sosok
6 wayang pada relief di Candi Prambanan pada abad ke-10, di Jawa Tengah. Lalu pada masa M ajapahit abad ke-13, bentuk wayang kemudian dibentuk agak miring (menyamping), meniru relief di Candi Panataran, Jawa Timur. (Bentuk autentiknya dapat dilihat pada wayang bali saat ini). Keberadaan candi-candi di atas menunjukan kuatnya pengaruh agama Hindu di Jawa. Apalagi relief atau arca yang terdapat di candi-candi tersebut banyak melukiskan fragmen-fragmen cerita wayang. Kemudian, semenjak runtuhnya kerajaan M ajapahit dengan sengkala (14331511 M ), wayang beserta gamelannya diboyong ke Demak. Hal ini terjadi karena Sultan Demak Syah Alam Akbar I sangat menggemari seni kerawitan dan pertunjukan wayang. M asyarakat Jawa Tengah pun mulai menyenangi wayang, sehingga seni pertunjukan wayang menggurita di tengah-tengah masyarakat dan menjadi sebuah panutan. Dengan semakin meluasnya wayang di Jawa Tengah, berbagai kisah pun mulai berkembang. M enurut hasil wawancara dengan Bapak Sumari, Ketua Pusat Data wayang Indonesia, kisah Wisanggeni pun mulai muncul ketika zaman berdirinya Keraton Surakarta di Solo. Beliau mengatakan bahwa cerita Wisanggeni merupakan sebuah karya sempalan yang telah dirangkum ke dalam sebuah buku Postokorojo, yaitu buku yang berisi kumpulan naskah-naskah hasil cerita dari para Dalang, yang merupakan peninggalan secara turun temurun dari keluarga para Dalang tersebut. Sedangkan hasil wawancara yang telah saya lakukan dengan Bapak Sambowo Agus Herianto, seorang dalang dari Cimanggis Depok, menurut beliau cerita tokoh wayang Wisanggeni ini merupakan sebuah karya sempalan dari Jawa tengah yang sangat terkenal di daerah Banyumas. Walaupun memiliki peran kecil di dalam kisah cerita M ahabarata, karena tokoh ini merupakan salah satu generasi muda dari
7 pandawa yang pada akhirnya tidak ikut dalam perang Bharatayuda, namun kisah Wisanggeni sangat digemari dan merupakan tokoh istimewa di dalam dunia pewayangan Jawa. Hal ini karena menurut beliau, kisah Wisanggeni merupakan simbol dari seorang tokoh muda pendobrak yang dapat dilihat sebagai reformis ekstrim yang menonjol. Karena Wisanggeni berani melawan dan memberantas ketidakadilan yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki kedudukan paling tinggi tinggi di dunianya, yaitu Bathara Guru, dewa tertinggi di khayangan. Wisanggeni akan terus melawan Bathara Guru sampai Bathara Guru tersebut mengakui kesalahan yang telah ia lakukan, barulah Wisanggeni akan menghentikan perlawanannya. Dari hal itulah ia memiliki daya tarik dan keistimewaannya tersendiri sehingga dapat menjadi seorang tokoh pahlawan yang kuat dan pemberani.
2.1.2 Tokoh Wayang Wisanggeni
Gambar 2.1 Wayang Wisanggeni dari solo
8 M enurut sumber Wikipedia.org, Nama Wisanggeni memiliki arti ‘Bisa Api’, yang diambil dari kata Wisa yang berarti Bisa, dan Geni yang berarti Api. Wisanggeni yang memiliki nama panjang Bambang Wisanggeni ini, merupakan putra dari seorang manusia biasa, yaitu Arjuna, salah satu dari lima satria Pandawa yang menikah dengan Dewi Dresanala, putri dari Bathara Brahma dengan permasuri Sarasyati. Ia memiliki kesaktian yang luar biasa karena ia memiliki darah campuran antara manusia dan dewa, dan juga merupakan keturunan langsung dari sang hyang wenang (leluhur para dewa). Wisanggeni ini memiliki sifat bersahaja, lugas, dan spontan. Ia juga tidak pernah berbicara dengan bahasa halus (Krama Inggil) dengan siapa pun, termasuk juga dengan para dewa. Kesaktian Wisanggeni dikisahkan melebihi putra-putra Pandawa lainnya, misalnya Antareja, Gatutkaca, ataupun Abimanyu. Sepupunya yang setara kesaktiannya hanya Antasena saja. Namun bedanya, Antasena bersifat polos dan lugu, sedangkan Wisanggeni cerdik dan penuh akal.
2.1.3 Kisah Wayang Wisanggeni M enurut hasil wawancara dengan Bapak Sumari, Ketua Pusat Data Wayang Indonesia, kisah Wisanggeni sendiri, memiliki banyak variasi apabila dilihat dari berbagai sumber yang berbeda. Hal ini terjadi karena setiap dalang ingin menampilkan cerita yang berbeda antara satu dengan yang lainnya untuk menunjukan kepiawaian mereka dalam bercerita. Namun walaupun begitu, semua kisah yang diceritakan tetap memiliki benang merah, yaitu Wisanggeni tersebut merupakan putra dari Arjuna dengan Dewi Dresanala. Ketika baru dilahirkan, bayi tersebut langsung dibuang ke dalam kawah Candradimuka untuk dibunuh oleh
9 Bathara Brahma, ayah dari dewi Dresanala, atas perintah dari Bathara Guru, Dewa tertinggi di Khayangan. Bathara Guru pun melakukan hal tersebut karena atas desakan dari istrinya, Bathari Durga karena anaknya, Dewasrani ingin merebut dewi Dresanala dari sisi Arjuna. M aka dengan alasan bahwa keberadaan bayi Wisanggeni dapat menyalahi kodrat karena merupakan darah campuran antara manusia dan dewa, maka iapun harus dibunuh. Namun ternyata terjadi suatu keajaiban. Bayi itu bukannya mati, melainkan malah menjadi orang yang memiliki kesaktian yang luar biasa pada nantinya. Bayi tersebut di rawat oleh Bathara Baruna, Dewa Samudra dan Hyang Antaboga, Dewa Ular Laut. Setelah menjadi dewasa hanya dalam waktu beberapa bulan, oleh Antaboga, Wisanggeni disuruh pergi menemui Sri Kresna, Jelmaan dari Dewa Wisnu, untuk mengetahui jati dirinya yang sebenarnya. Setelah mereka bertemu, Sri Kresna menjelaskan kejadian yang menimpa diri Wisangeni sewaktu ia masih bayi. Sri Kresna mengetahui hal tersebut karena secara tidak sengaja ia melihat kejadiannya saat sedang terjadi, namun ia tidak sempat untuk menghentikannya karena sudah terlambat. Dan atas petunjuk beliau mengenai keberadaan ibunya, Wisanggeni pun pergi ke khayangan untuk menemuinya. Namun ia dihadang oleh para dewa karena tidak sembarang orang yang boleh memasuki khayangan tersebut. Ia pun memutuskan untuk membuat kekacauan. Tidak ada seorang pun yang mampu menangkap dan menaklukannya, karena ia merupakan titisan dari Sanghyang Wenang, leluhur dari Bathara Guru. Bathara Guru dan Bathara Brahma sendiripun sebenarnya mengetahui bahwa Wisanggeni itu merupakan anak dari Arjuna dan Dewi Dresanala yang pernah mereka ingin bunuh. Namun mereka tetap tidak mau mengakui Wisanggeni sebagai bagian dari mereka karena ia merupakan anak dari darah campuran manusia dan dewa, yang menurut
10 para dewa merupakan suatu hal yang menyalahi kodrat. Pada akhirnya semua dewapun ditaklukan oleh Wisanggeni, sehingga membuat Bathara Guru dan Bathara Brahma turun tangan. Namun, mereka pun kewalahan menghadapinya. Dan akhirnya mereka menyadari kesalahan mereka, sehingga Wisanggeni dapat bertemu Ibunya dan mengajak Beliau bertemu Arjuna, ayah kandungnya. Kedua orang tua Wisanggeni yaitu Dewi Dresanala dan Arjuna pun akhirnya dapat rujuk kembali. Walaupun merupakan tokoh yang sangat sakti, tokoh Wisanggeni ini pun pada akhirnya mati menjelang pecahnya Bharatayuda (Perang Bharata). Para dewa sepakat Wisanggeni harus dimusnahkan. Alasannya, karena tidak ada mahluk di dunia yang sanggup menandingi kesaktiannya. Sehingga jika Wisanggeni tampil di medan perang, maka segala suratan takdir yang telah ditentukan para dewa tentunya tidak akan berlaku lagi. Wisanggeni pada akhirnya mati ditangan kakeknya sendiri dengan cara menghilang menjadi debu, yaitu mati Moksa.
2.1.4 Observasi Visual •
Komik Wisanggeni karya R.A Kosasih
Gambar 2.2 Cover komik
11
Pada era tahun 1970-an, kisah Wisanggeni ini sudah pernah diangkat kedalam bentuk komik oleh salah satu bapak komikus Indonesia, Yaitu Bapak R.A Kosasih. R.A. Kosasih adalah salah seorang komikus yang terkenal keberhasilannya dalam membawa epik M ahabarata dari wayang ke dalam media komik, salah satunya adalah komik Wisanggeni ini. Hal ini terbukti dari karya-karya komik beliau yang mendapat kesempatan menerbitkan karyanya ke dalam bentuk buku. Padahal pada masa itu, kebanyakan para komikus Indonesia memanfaatkan media majalah dan koran untuk menerbitkan karya komik mereka. M elihat dari hal ini, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa, komik Wisanggeni cukup terkenal dan banyak digemari pada masanya. Sehingga sampai sekarang inipun, masih ada penerbit yang masih menerbitkan dan mendistribusikan komik ini. Secara visual, gaya yang digunakan dalam komik Wisanggeni ini adalah semi realis dengan banyak menggunakan shadow yang tegas. Penggunaan panel pun cukup sederhana dan tersusun rapi dimana setiap 1 halaman mengandung kurang lebih 5 – 6 panel. M elalui hal ini, kita dapat melihat bahwa gaya gambar dan layout panel yang digunakan oleh Bapak Kosasih cukup dipengaruhi dengan gaya luar, yaitu gaya Amerika dan Tiongkok. Jika dilihat dari segi cerita, komik Wisanggeni ini memiliki beberapa perbedaan dari cerita wayang aslinya. Alur cerita yang disusun hampir sama, namun ada beberapa bagian yang mengalami perubahan dan sepertinya memang sengaja ditambahkan dalam cerita komiknya agar menjadi lebih menarik dan lebih seru. Seperti misalnya pada karakter Hanoman dari
12 Ramayana, seharusnya tidak muncul dalam kisah wayang Wisanggeni. Sedangkan dalam komik Wisanggeni tersebut, Hanoman malah memiliki peran yang cukup penting dalam cerita. Ada beberapa kekurangan yang dimiliki oleh komik Wisanggeni ini, diantaranya adalah penulisan teks yang ditulis secara padat dan tebal, sehingga kurang nyaman apabila sedang dibaca. Karakterisitik dari para tokoh yang digambarkan juga sangat mirip, ditambah dengan penggunaan shadow yang cukup banyak pada gambar, membuat tokoh-tokohnya agak sulit dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, gesture dan
ekspresi
penggambaran dari tokoh-tokoh komik ini masih kaku, sehingga kurang menampilkan emosi yang dimiliki oleh karakternya. Penulis ingin mencoba mengangkat cerita dari tokoh wayang yang sama dengan komik karya R.A Kosasih ini, namun dengan menggunakan alur cerita yang sedikit berbeda, dimana penulis ingin mencoba mengganti penggunaan sudut pandang komik tersebut. Komik Wisanggeni karya R.A Kosasih, menampilkan cerita dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga, dimana pembaca seolah-olah mengetahui seluruh kejadian di dalam cerita, sehingga pembaca sedikit dibingungkan oleh perpindahan cerita yang tiba-tiba ‘melompat’ dari satu adegan ke adegan lainnya. Selain itu, dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga, pembaca juga jadi kurang mendalami pemikiran dan emosi yang dimiliki oleh karakter, sehingga komik jadi terasa datar dan kurang menarik. M elihat dari hal itulah, penulis ingin mencari solusinya dengan cara mencoba mengubah penggunaan sudut pandang komik tersebut menjadi sudut pandang orang pertama yang dilihat dari salah
13 satu tokoh yang akan digunakan di dalam cerita. Hal ini dilakukan agar pembaca dapat lebih mendalami emosi dan pemikiran karakter. Serta, dengan kita fokuskan ke satu sudut pandang saja, maka perpindahan adegan per adegan tidak terlihat ‘lompat’ begitu saja.
Gambar 2.3 komik Wisanggeni karya R.A Kosasih
2.1.5 Definisi Komik dan Sejarahnya •
Definisi Komik M enurut sumber Wikipedia.org, komik adalah suatu bentuk seni yang
menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas yang dilengkapi dengan teks atau narasi yang berfungsi sebagai penjelasan dialog dan alur cerita. Komik itu sendiri dapat diterbitkan dalam berbagai macam bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.
14 Komik yang biasa disebut dengan istilah cergam (Cerita Bergambar) di Indonesia ini cukup populer dimasyarakat, khususnya dikalangan remaja dan Anak-anak. M enurut M arcell Bonneff, akronim pada istilah cergam (cerita bergambar) mengikuti istilah dari cerpen (cerita pendek) yang sudah terlebih dahulu digunakan, dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat atau tidaknya dari segi bahasa. Sedangkan Untuk lingkup nusantara, seorang penyair dari semenanjung M elayu (sekarang M alaysia) Harun Amniurashid (1952) pernah menyebut 'cerita bergambar' sebagai rujukan istilah 'cartoons' dalam bahasa inggris. Di Indonesia sendiri istilah CERGAM pada komik dicetuskan oleh seorang komikus M edan bernama Zam Nuldyn sekitar tahun 1970. Sementara itu Seno Gumira Ajidarma (2002), jurnalis dan pengamat komik, mengemukakan bahwa komikus Teguh Santosa dalam komik M at Romeo (1971) pernah mengiklankan karya mereka dengan kata-kata "disadjikan setjara filmis dan kolosal" yang sangat relevan dengan novel bergambar. Sebenarnya definisi komik itu sendiri sangatlah banyak, sehingga dapat disebutkan dengan berbagai macam istilah. Para ahli pun masih belum sependapat mengenai definisi dari komik. sebagian diantaranya berpendapat bahwa bentuk cetaknya perlu ditekankan, yang lain lebih mementingkan kesinambungan image dan teks, dan sebagian lain lebih menekankan sifat kesinambungannya (sequential). M arcell Bonneff sendiri juga memiliki pendapat mengenai definisi dari komik. M enurut beliau komik itu sendiri merupakan salah satu produk yang lahir dari hasrat manusia untuk menceritakan pengalamannya yang dituang ke
15 dalam bentuk gambar dan tanda yang mengarah pada suatu pemikiran atau renungan. Sedangkan M enurut Francis Laccasin (1971), komik merupakan sarana pengungkap yang benar-benar orisinal. M enurut beliau teks bukan lagi suatu keharusan karena adanya unsur motion yang bisa dipertimbangkan sebagai jati diri komik lainnya. Karena itulah di dalam istilah komik klasik indonesia, cerita bergambar, tak lagi harus bergantung kepada cerita tertulis. Hal ini disebut Will Eisner sebagai graphic narration (terutama di dalam film & komik). Di tahun 1996, Will Eisner menerbitkan buku ‘Graphic Storytelling’. Beliaupun mendefinisikan komik sebagai tatanan gambar dan balon kata yang berurutan. Pada tahun sebelumnya, yaitu tahun 1986, dalam buku ‘Comics and Sequential Art’, Eisner mendefinisikan teknis dan struktur komik sebagai sequential art, yaitu susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide.
•
Sejarah Komik Indonesia Komik Indonesia sudah ada semenjak tahun 1930. M enurut sumber
Wikipedia.org, komik pertama kali muncul dalam bentuk komik strip yang dimuat di dalam surat kabar. Lalu barulah untuk pertama kalinya komik mulai dibentuk sebagai buku ketika memasuki awal tahun 1952. Kehadiran komikkomik di Indonesia ini dapat ditemukan pada media Belanda, seperti De Java Bode dan D’orient dimana terdapat komik-komik seperti Flippie Flink and Flash Gordon. Put On, seorang peranakan Tionghoa merupakan karakter
16 komik Indonesia yang pertama, dan merupakan hasil karya dari Kho Wan Gie, yang diterbitkan secara rutin di surat kabar Sin Po. Put On menginspirasi banyak komik strip lainnya sejak tahun 30an sampai 60-an seperti pada Majalah Star (1939-1942) yang kemudian berubah menjadi Star Weekly. Sementara itu di Solo, Nasroen A.S. membuahkan karya komik stripnya yang berjudul ‘M entjcari Poetri Hidjaoe’ melalui mingguan Ratu Timur. Di awal tahun 1950-an, salah satu pionir komik bernama Abdulsalam menerbitkan komik strip heroiknya di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. Salah satunya berjudul ‘Kisah Pendudukan Jogja’, bercerita tentang agresi militer Belanda ke atas kota Yogyakarta. Komik ini kemudian dibukukan oleh harian “Pikiran Rakyat” dari Bandung. Sebagian pengamat komik berpendapat bahwa inilah buku komik pertama-tama oleh artis komik Indonesia. Sekitar akhir tahun 1940-1950, banyak komik-komik dari Amerika yang disisipkan sebagai suplemen mingguan suratkabar. Diantaranya adalah komik seperti Tarzan, Rip Kirby, Phantom and Johnny Hazard. Kemudian penerbit seperti Gapura dan Keng po dari Jakarta, serta peberbit Perfects dari M alang, mengumpulkan komik-komik tersebut dan membuatnya menjadi sebuah buku komik. Ditengah-tengah membanjirnya komik-komik asing, hadir Siaw Tik Kwei, salah seorang komikus terdepan, yang memiliki teknik dan keterampilan tinggi dalam menggambar. Ia mendapatkan kesempatan untuk menampilkan komik adapatasinya dari legenda pahlawan Tiongkok, yaitu ‘Sie Djin Koei’. Komik ini berhasil melampaui popularitas Tarzan di kalangan pembaca lokal. Popularitas tokoh-tokoh komik asing mendorong upaya mentransformasikan beberapa karakter pahlawan super itu ke dalam selera lokal. R.A. Kosasih,
17 yang kemudian dikenal sebagai Bapak Komik Indonesia, memulai karirnya dengan mengimitasi Wonder Woman menjadi pahlawan wanita bernama Sri Asih. M asih banyak karakter pahlawan super yang diciptakan oleh komikus lokal lainnya,diantaranya adalah Siti Gahara, Puteri Bintang, Garuda Putih and Kapten Comet, yang mendapatkan inspirasi dari Superman dan petualangan Flash Gordon. Pada tahun 1960-1970, adaptasi dari komik asing dalam komik Indonesia mendapatkan tentangan dan kritikan dari kalangan pendidik dan pengkritik budaya. Hal ini disebabkan karena komik pada masa itu terlalu banyak mengadaptasi adegan dari barat, sehingga dianggap kurang mendidik. Karenanya penerbit seperti M elodi dari Bandung dan Keng Po dari Jakarta mencari orientasi baru dengan melihat kembali kepada khazanah kebudayaan nasional. Cerita-cerita yang akan diambil oleh penerbit mereka adalah cerita semacam wayang Sunda dan Jawa. Sehingga cerita semacam itu menjadi tematema prioritas dalam penerbitan komik selanjutnya. R.A. Kosasih adalah salah seorang komikus yang terkenal keberhasilannya membawa epik M ahabharata dari wayang ke dalam media buku komik. Sementara itu dari Sumatra, terutamanya di kota M edan, terdapat pionir-pionir komikus berketrampilan tinggi seperto Taguan Hardjo, Djas, dan Zam Nuldyn, yang menyumbangkan estetika dan nilai filosofi ke dalam seni komik. Di bawah penerbitan Casso and Harris, artis-artis komik ini mengeksplorasi cerita rakyat Sumatra yang kemudian menjadi tema komik yang sangat digemari dari tahun 1960an hingga 1970an.
18 Banyak dipengaruhi komik-komik dengan gaya Amerika, Eropa, dan Tiongkok. Sebagian besar memanfaatkan majalah dan koran sebagai medianya, meskipun beberapa karya seperti M ajapahit oleh R.A. Kosasih juga mendapatkan kesempatan untuk tampil dalam bentuk buku. Tema yang banyak muncul adalah pewayangan, superhero, dan humor-kritik. Pada tahun 1990-2000, ditandai dengan dimulainya kebebasan informasi lewat internet dan kemerdekaan penerbitan, komikus mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi gayanya masing-masing dengan mengacu kepada banyak karya luar negeri yang lebih mudah diakses. Selain itu, beberapa judul komik yang sebelumnya mengalami kesulitan untuk menembus pasar dalam negeri, juga mendapat tempat dengan maraknya penerbit komik bajakan. Selain itu beberapa penerbit besar mulai aktif memberikan kesempatan kepada komikus muda untuk mengubah image komik Indonesia yang selama ini terkesan terlalu serius menjadi lebih segar dan muda. Ada dua aliran utama yang mendominasi komik modern Indonesia, yaitu Amerika (lebih dikenal dengan comics) dan Jepang (dengan stereotype manga). Komikus yang memilih style Amerika kebanyakan memang mereferensikan karya mereka pada komikus-komikus dari Amerika. Sebagian dari mereka bahkan ada yang bekerja untuk produksi komik Amerika. Beberapa komikus yang bisa dikatakan beraliran gaya Amerika antara lain Donny Kurniawan dan Alfa Roby. Sedangkan Komikus yang menggunakan aliran Jepang, sangat diuntungkan dengan berkembangnya komunitas di Internet. Beberapa situs seperti julliedillon.net, howtodrawmanga.com, dan mangauniversity memuat banyak informasi pembuatan manga. M elalui situs-situs semacam itulah
19 komikus Indonesia mampu mengembangkan style gambar mereka menjadi style gambar Jepang. Kebanyakan nama pengarangnya disamarkan dengan nickname masing-masing di dunia maya. Sehingga menjadi sulit untuk mengetahui jumlah tepatnya komikus lokal. Beberapa pengarang komik yang aktif mengeluarkan karya dengan gaya ini adalah Anthony Ann dengan nama samaran lainnya: Sentimental Amethyst, Anzu Hizawa, Is Yuniarto dan John G.Reinhart. Beberapa Studio Komik juga pernah membuat karya-karya yang berciri aliran Jepang, antara lain Komikers dan 7 Blue Artland studio. Kemudian ada juga komunitas yang memasukan diri mereka ke dalam kategori komik Indepeden. Diawali dengan semangat untuk melawan hegemoni komik-komik
dari luar
Indonesia,
munculah
komik-komik
independen (lokal). M encoba tampil berbeda, dengan gaya gambar lebih variatif dan eksperimental. Banyak komikus-komikus indie (independen) mengandalkan mesin fotokopi untuk penggandaan karya-karya mereka. Sistem distribusi paling banyak dilakukan di pameran komik, baik dengan jalan jualbeli atau barter antarkomikus. Tak jarang ada komikus yang menghalalkan karyanya untuk diperbanyak dan disebarluaskan, dengan motto 'copyleft' (lawan dari copyright atau hak cipta). Tentunya tidak untuk tujuan komersil. Beberapa studio komik Independen, antara lain Daging Tumbuh dan Bengkel Qomik.
20 2.1.6 Proses Pembuatan Komik M enurut hasil wawancara dengan Bapak Chris Lie, selaku kepala tim dari Caravan Studio, terdapat 9 langkah dalam proses pembuatan komik. Berikut langkah-langkahnya:
1. Pembuatan S inopsis Cerita M embuat keseluruhan cerita yang ingin dituang ke dalam komik secara singkat.
2. Pembuatan Konsep dan S ketsa Karakter Desain M embuat sketsa konsep setiap karakter yang ada di dalam komik sedetildetilnya, dari sifat, perawakan, tinggi badan, bentuk pakaian, bentuk rambut, warna mata, pewarnaan desain pada karakter dan sebagainya.
3. Pembuatan Style Sheets M embuat sketsa karakter dengan berbagai pose, mulai dari tampak depan, tampak samping, tampak belakang, bentuk-bentuk ekspresi wajah karakter pada saat marah, sedih, menangis, dan sebagainya.
4. Pembuatan Script Cerita sinopsis yang telah dibuat, mulai dikembangkan menjadi script, dimana script itu sendiri terdiri dari nomor halaman, setting tempat, adegan dan dialog dari para karakter. Serta tambahan penulisan sound effect pada adegan dan dialog jika memang diperlukan.
21 5. Pembuatan Thumbnail atau Panel Layout Jika Script telah selesai dibuat, maka sudah bisa mulai ke visual komik. Visual komik dimulai dengan membuat thumbnail, yang merupakan sketsa kasar dari bentuk Panel Layout pada visual komik kita. Kita mengatur posisi setiap adegan dan balon kata sedemikian rupa sampai posisi tersebut sudah fix dan enak untuk dilihat.
6. Masuk ke S ketsa Pensil Jika thumbnail sudah selesai, barulah masuk ke dalam Panel Layout yang sebenarnya, atau biasa disebut juga sebagai naskah komik. Naskah tersebut dibuat mendetil pada setiap adegan dengan menggunakan pensil bewarna biru. Hal ini untuk memudahkan menghilangkan bekas sketsa pada saat sudah masuk ke komputer.
7. Masuk ke Inking Naskah hasil sketsa pensil yang telah selesai langsung diberi tinta (Inking) dan digambar serapi-rapinya mengikuti detil sketsa pada pensil biru. Namun jika Inking ingin dilakukan secara digital, maka naskah hasil sketsa pensil biru tersebut discan terlebih dahulu barulah kemudian di tinta di dalam program komputer secara digital
8. Masuk ke Coloring Coloring naskah bisa dilakukan secara manual maupun digital. Bila ingin dilakukan secara digital, maka naskah yang telah di-ingking harus discan
22 terlebih dahulu barulah mulai diberi pewarnaan di dalam program komputer hingga selesai. Jika ingin coloring secara manual, maka hasil naskah yang telah di-ingking dan telah kering langsung diberi warna secara manual menggunakan media warna seperti copic, cat air, tinta warna, dsb.
9. Masuk ke Lettering Setalah Coloring sudah selesai, dialog pada script dipindahkan ke dalam naskah dengan menggunakan balon kata. Sedangkan untuk sound effect bisa menggunakan tipografi dekoratif.
2.1.7 Hasil Survei •
Kuisioner Kuisioner merupakan salah satu metode pengumpulan data. Kuisioner
disebarkan kepada 150 responden secara acak, sesuai dengan usia Target Primer yang dituju, yaitu antara umur 12 s/d 15 tahun. Kuisioner tersebut di bagikan dibeberapa tempat yang berbeda, yaitu: o SD & SM P Pembangunan Jaya o SM P M aterdei o SM A Negri 86 Tabel.2.1 Data Hasil Kuisioner Kategori Pertanyaan
Sub Kategori SD 6 S MP7 Jawaban
Kelas S MP8
% S MP9
S MA10
23 Apakah kamu
Suka
30
28
25
22
21
84%
suka membaca
Tidak Suka
-
2
5
8
9
16%
Naruto
8
9
10
7
8
28%
Shin-chan
3
3
2
3
5
10,7%
Doraemon
4
3
3
4
2
10,7%
Benny &
1
2
4
3
3
8,7%
2
1
2
2
-
4,7%
komik?
M ice Dectective Apa Judul
Conan
komik
Fairy Tail
1
2
2
3
2
6,7%
favoritmu?
Eyeshield 21
-
2
2
2
3
6%
M iiko
2
1
1
-
1
3,3%
Inu-Yasha
1
-
2
-
-
2%
Paman Gober
2
2
1
2
1
5,3%
One Piece
2
1
-
3
2
5,3%
Nakayoshi
1
2
1
1
2
4,7%
Nube
1
1
-
-
1
2%
Hamtaro
2
1
-
-
-
2%
Apa Gaya
Manga
23
21
20
18
18
66,7%
Gambar
Amerika
-
1
1
2
3
4,7%
Kesukaanmu?
Kartun
7
8
9
10
9
28,7%
Merah
7
4
5
4
3
15,3%
24 Orange
3
3
3
3
4
10,7%
Kuning
4
4
4
4
3
12,7%
Warna Apa
Hijau
4
3
3
4
3
11,3%
yang Paling
Biru
4
5
4
3
4
13,3%
kamu suka?
Ungu
2
2
3
4
4
10%
Pink
5
5
4
4
2
13,3%
Hitam
1
2
3
2
3
7,3%
Putih
-
1
1
1
2
1,3%
Emas
-
1
-
1
2
2,7%
Apakah kamu
Ya
2
7
8
10
11
25,3%
tertarik dengan
Tidak
28
23
22
20
19
74,7%
Ya
-
3
5
8
14
20%
Tidak
30
27
25
22
16
80%
komiknya
Manga
22
14
13
14
13
50,7%
wayang-nya
Amerika
-
2
3
2
2
6%
menggunakan
Kartun
8
13
12
11
12
37,3%
gaya apa?
Realis
-
1
2
3
3
6%
budaya wayang?
Apakah kamu tertarik membaca komik wayang?
25 Kesimpulan: 1. Sebanyak 84% responden menyukai kegiatan membaca komik. Sementara 16% sisanya kurang atau bahkan tidak menyukai kegiatan ini, dapat disimpulkan bahwa minat membaca komik pada Target Audience cukup tinggi. 2. Judul komik yang paling sering mereka baca adalah komik Naruto dengan persentase sebanyak 28%, komik Shin-chan dan doraemon sebanyak 10,7%, Benny&M ice sebanyak 8,7%, Dectective Conan sebanyak 4,7 %, Fairy tail sebanyak 6,7 %, Eyeshield 21 sebanyak 6%, M iiko sebanyak 3,3 %, Inu-Yasha sebanyak 2%, Paman Gober dan One Piece sebanyak 5,3 %, Nakayoshi sebanyak 4,7 %, Nube dan Hamtaro sebanyak 2 %. 3. Dari hasil pertanyaan nomor tiga, dapat terbukti bahwa Target Audience paling menyukai kategori gaya manga sebesar 66,7%, gaya kartun sebesar 28,7% dan gaya Amerika sebanyak 4,7 %. 4. M elalui hasil pertanyaan nomor empat, terbukti Target Audience lebih menyukai warna yang terang daripada gelap. Warna-warna terang seperti warna merah disukai sebanyak 15,3 %, Orange 10,7 %, Kuning 12,7 % dan Pink sebanyak 13,3 %. 5. Hampir sebagian besar dari anak atau remaja masa kini tidak tertarik dengan budaya wayang. Terbukti pada pertanyaan pada nomor lima, dimana responden sebanyak 74,7 % tidak tertarik dengan budaya wayang dan hanya 25,3% dari responden yang tertarik.
26 6. Sebanyak 80% dari responden tidak tertarik untuk membaca komik wayang. Alasan mereka hampir sama, yaitu karena mereka tidak dapat membayangkan cerita wayang yang diubah ke dalam bentuk komik, sehingga mereka membayangkan komik wayang memiliki jalan cerita yang rumit dan sulit untuk dimengerti, menyebabkan mereka menjadi tidak tertarik untuk membacanya. Sedangkan sebanyak 20% dari responden lainnya tertarik untuk membaca, karena mereka memiliki rasa kebudayaan yang tinggi, dan juga tertarik untuk mengetahui cerita wayang lebih mendalam. 7. Untuk pertanyaan yang terakhir, di dukung dengan pertanyaan no. 3, sebagian besar anak/remaja, yaitu sebanyak 50,7 % menginginkan komik wayang dibuat dengan menggunakan gaya manga, dan sebagian lainnya yang sebanyak 37,3 % menginginkan komik wayang menggunakan gaya kartun.
2.1.8 Karakteristik Komik Wisanggeni Penulis akan membuat komik wisanggeni sebanyak 40 halaman yang akan dibuat berseri. Cerita Wisanggeni yang akan penulis angkat ke dalam komik mengalami sedikit perubahan dari kisah aslinya. Penulis akan sedikit merubah gaya penokohan karakternya secara sifat dan fisik agar lebih modern dan menarik dengan menggunakan nuansa cerita petualangan fantasi. Selain itu, penulis juga akan sedikit merubah proses jalan ceritanya menjadi lebih sederhana dan lebih ringan, untuk mengurangi kerumitan dalam cerita aslinya, sehingga komik Wisanggeni dapat lebih mudah dimengerti dan dicerna oleh Target Audience. Penulis juga akan
27 menambahkan beberapa desain karakter orisinil yang murni didesain oleh penulis sebagai tokoh tambahan, dengan tujuan sebagai penambah daya tarik dan juga sebagai pendukung jalannya cerita di dalam komik tersebut.
•
Sinopsis Cerita Komik Wisanggeni Sinopsis cerita komik Wisanggeni pada buku 1 ialah menceritakan
perjalanan Wisanggeni ke kerajaan Dwaraka untuk menemui Raja Sri Kresna, seorang saksi mata dan kunci utama yang mengetahui kejadian yang menimpa dirinya ketika ia masih bayi, serta seseorang yang juga mengetahui keberadaan kedua orangtua aslinya. Di dalam perjalanannya, Wisanggeni akan menemukan banyak rintangan yang menghadang. Namun disisi lain, ia pun juga akan menemukan teman-teman seperjuangan yang selama ini belum pernah ia temukan.
•
Karakter dalam komik o Wisanggeni Wisanggeni merupakan tokoh utama di dalam komik. Ia adalah seorang anak laki-laki berumur 15 tahun yang berparas tampan dan bersifat cuek, spontan, ‘slengean’ juga bandel. Namun dibalik sikapnya yang seperti itu, ia memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap orang lain dan sangat antipati dengan yang namanya ketidak adilan. Ia merupakan anak yang cukup cerdas dengan kesaktian yang luar biasa, karena ia merupakan anak percampuran antara manusia dan dewa.
28 o Kakek Antaboga Kakek Antaboga merupakan seorang dewa ular laut yang merawat dan melatih Wisanggeni semenjak ia masih baru dilahirkan. Ia dititipkan bayi tersebut oleh Sri Kresna, raja dari kerajaan Dwaraka. Kakek Antaboga merupakan orang yang baik hati, sabar, dan bijaksana. Ia sangat menyayangi Wisanggeni bagai cucunya sendiri. Ia bersama dengan Wisanggeni tinggal di dalam samudera, kerajaan bawah air yang bernama ‘Saptapertala’. Kakek Antaboga merupakan seorang dewa yang kuat dan terkenal memiliki kesaktian luar biasa yang hampir setara dengan Bathara Guru, Dewa tertinggi di ‘Swargaloka’ (khayangan).
o Whiru Whiru merupakan seekor monyet peliharaan Wisanggeni yang selalu mengikuti Wisanggeni kemanapun ia pergi, kecuali saat Wisanggeni harus pulang ke dalam kerajaan samudera ‘Saptapertala’. Whiru merupakan seekor monyet biasa yang sangat menyayangi tuannya. Ia pun ikut menemani Wisanggeni dalam melakukan perjalanannya ke kerajaan Dwaraka untuk menemui raja Sri Kresna.
o Raja S ri Kresna Sri Kresna adalah Seorang Raja dari kerjaan ‘Dwaraka’, sebuah kerajaan yang arif dan tentram. Ia merupakan seorang raja yang bijaksana dan adil yang memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga ‘Pandawa’. Keluarga Pandawa memiliki 5 kesatria sakti dimana salah seorang dari
29 mereka merupakan ayah dari Wisanggeni. Raja Kresna merupakan saksi mata dan merupakan kunci utama yang mengetahui kejadian yang menimpa diri Wisanggeni ketika Ia masih bayi.
o Adipati Arjuna Adipati Arjuna merupakan ayah kandung Wisanggeni. Ia merupakan salah satu kesatria dari lima Pandawa yang sangat terkenal akan kesaktiannya. Ia menikah dengan salah satu 7 dewi di ‘Swargaloka’ (khayangan), yaitu dewi Dresanala, ibu kandung dari Wisanggeni. Namun karena suatu kejadian, Ia terpisah dengan istri dan anaknya dan kemudian menetap di dunia M arcapada (bumi).
o Dewi Dresanala Dewi Dresanala adalah Ibu kandung dari Wisanggeni. Ia adalah salah satu dari 7 dewi di ‘Swargaloka’, dan merupakan putri dari Bathara Brahma dengan permasuri Sarasyati. Namun karena suatu kejadian, ia terpaksa dipisahkan dari suami dan anaknya yang baru saja ia lahirkan secara paksa. Semenjak kejadian tersebut, Dewi Dresanala tidak dijinkan kemana-mana dan dikurung disuatu tempat di dunia ‘Swargaloka’.
o Aroq Arog merupakan seorang Buto, sebutan manusia untuk ras raksasa. Ciri khas yang dimiliki Aroq adalah kulitnya yang berwarna biru dengan bekas luka berwarna putih diwajahnya. Ia memiliki sifat yang baik hati dan sabar,
30 berbeda dari kebanyakan Buto lainnya. Ia juga sangat sopan dalam berbicara dan tidak suka berkelahi. Ia pun memutuskan untuk mengabdikan dirinya kepada Wisanggeni setelah Wisanggeni menolongnya, walau tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Wisanggeni. Namun ia tetap bersi keras dengan
keputusannya,
dan
akhirnya iapun mengikuti Wisanggeni
kemanapun ia pergi.
o Gembul Gembul juga merupakan seorang Buto. Berbeda dengan Arog, Gembul memiliki kulit berwarna merah. Ia merupakan salah satu tokoh Antagonis di dalam komik Wisanggeni pada buku 1. Ia bersama adik laki-lakinya, Gingsul, ingin mengusir Arog dari wilayah mereka dengan cara mengancam akan membunuhnya. Gembul memiliki sifat yang emosional, tidak berpikir panjang dan sangat suka menindas mahluk yang lebih lemah dari dirinya, sehingga Ia senang sekali menindas Arog, karena menurutnya Arog merupakan buto yang sangat lemah dan payah.
o Gingsul Gingsul merupakan adik dari Gembul., ia juga merupakan salah satu tokoh Antagonis dari komik Wisanggeni dalam buku 1. Gingsul merupakan buto yang memiliki kulit berwarna hijau. Chiri khas yang ia miliki adalah ia selalu mengenakan tutup kepala untuk menyembunyikan kepalanya yang botak. Sama halnya dengan kakaknya, Gingsul juga sangat suka menindas
31 mahluk yang lebih lemah dari dirinya. Sehingga ia selalu kompak dengan kakaknya dalam melakukan suatu tindak kejahatan.
2.2 Data Pendukung 2.2.1 Data Komik Pembanding •
Garudayana
Gambar 2.4 Cover & Sampel komik Garudayana
o Karya
: Is Yuniarto
o Genre
: Action Adventure
o Pages
: 128 BW
o Penerbit : M &C! o Harga
: Rp 12.500,-
o Sinopsis Cerita: GARUDAYANA mengangkat kisah dari tokoh wayang Gatot Kaca kedalam
komik
dengan
menggunakan
gaya
manga.
Komik
ini
32 menceritakan tentang petualangan Kinara, seorang pencari harta karun yang pada suatu hari menemukan telur Garuda di situs kuno Lembah Para Batara. Namun ternyata situs tersebut adalah tempat persembunyian seekor Ashura Api yang sedang menantikan menetasnya telur Garuda untuk dimakan.
•
Kingdom Hearts
Gambar 2.5 Cover Komik Kingdom Hearts
Gambar 2.6 Sampel Komik Kingdom Hearts
33 o Karya
: Amano Shiro
o Genre
: Adventure, Fantasy
o Pages
: 134 BW (Book 1)
o Penerbit : Banzai Comics o Harga
: Rp 12.000,-
o Sinopsis Cerita: Sora adalah seorang anak muda yang memiliki keinginan untuk menjelajahi dunia bersama teman-temannya, Riku dan Kairi. Ternyata takdir membawanya ke jalan yang lain, suatu kekuatan gaib mengirimnya ke sebuah tempat aneh, di mana dia mendapatkan senjata spesial yang dikenal sebagai “KeyBlade” dan Sora pun menjadi sasaran dari para monster. Di dunia lain, Donald dan Goofy meninggalkan Castle untuk mencari sang raja M ickey, dan seorang terpilih memegang “kunci” untuk menyelamatkan dunia. Ketiganya akhirnya pun bertemu di Traverse Town, dan petualangan pun akhirnya dimulai.
34 2.2.2 Data Analisa Kompetitor •
Kompetitor Langsung o Komik Wisanggeni karya R.A Kosasih
Gambar 2.7 komik Wisanggeni karya R.A Kosasih
Komik ini merupakan kompetitor langsung untuk komik Wisanggeni yang penulis kerjakan. Hal ini dikarenakan tema cerita dan tokoh komik yang diangkat sama, yaitu sama-sama mengangkat kisah tokoh wayang Bambang Wisanggeni.
•
Kompetitor Tidak Langsung o Komik Jepang (Manga) Komik Jepang /manga, merupakan kompetitor terbesar untuk pasaran komik lokal. Hal ini dikarenakan penjualan terbesar komik di Indonesia merupakan komik jepang. M enurut Ratna Sari, Managing Editor Komik &
35 M anga dari PT Elex M edia Komputindo, tak memungkiri bahwa manga merupakan bacaan paling laku saat ini. Di dukung dengan perilaku orangorang Indonesia yang rata-rata memang sangat Japan-Minded. Komik Jepang biasanya memiliki alur cerita yang menarik, dimana komik tersebut dibuat dengan menggunakan sudut pandang pertama. Hal ini membuat pembaca seolah-olah terlibat langsung di dalam cerita. Bentuk visual yang dimiliki oleh manga-pun sangat khas, dimana karakter/tokoh biasanya memiliki bentuk mata yang besar dengan gaya rambut yang unik serta wajah karakter yang “cantik”, sehingga membuat anak-anak muda menjadi senang dan tergila-gila menggunakan gaya manga ini di setiap karya gambar mereka. Gaya visual pada karakter manga juga tidak serumit gaya amerika, karena bentuk proporsi wajah dan tubuh karakter lebih cenderung simpel dan sudah distilasi. Komik Jepang sendiri terdiri dari beberapa jenis kategori, dimana kategori komik tersebut disesuaikan dengan Target Market masing-masing. M isalnya, Shounen-Manga, merupakan sebutan komik yang ditujukan untuk anak/remaja laki-laki. Biasanya komik ini cenderung memiliki LineWeight yang kokoh, berbobot dan tegas, juga tidak banyak menggunakan efek tone seperti komik yang ditujukan untuk perempuan. Sedangkan Shoujo-Manga, merupakan sebutan untuk komik yang disukai oleh anak/remaja perempuan. Biasanya komik ini menggunakan banyak variasi tone untuk menonjolkan perasaan yang dimiliki oleh karakter tokoh mereka. Selain itu, Line-Weight untuk komik Shoujo biasanya cenderung lebih halus, tipis, dan berkesan cantik, tidak seperti komik untuk Shonen.
36
Gambar 2.8 Shoujo-Manga
Gambar 2.9 Shounen-Manga
37 •
Komik Amerika
Gambar 2.10 Komik Amerika
Komik Amerika mulai berkembang semenjak akhir abad ke-19. Dan sempat mengalami era keemasan ketika menjelang Perang Dunia II. Hal ini ditandai dengan munculnya karakter/tokoh superhero, serperti Superman dan Batman yang menjadi icon komik Amerika. Setelah itu, barulah muncul genre baru dalam komik Amerika yang kaya akan fiksi ilmiah, contohnya seperti komik X-Man, Hulk, Spiderman, dsb. Tidak seperti M anga yang biasanya disukai dari berbagai golongan, komik Amerika biasanya cenderung lebih disukai oleh kaum pria. Namun mereka yang menyukainya tidak hanya dari kalangan anak-anak saja, orang dewasapun juga banyak yang menyukainya. Bahkan Komik Amerika ini sering kali dibeli tidak hanya untuk dibaca saja, namun juga untuk dikoleksi. Hal ini dikarenakan komik Amerika memiliki kualitas visual yang sangat bagus dan proposional, didukung dengan penggunaan warna
38 yang full color disetiap halaman komiknya. Selain itu komik Amerika juga memiliki segi cerita yang cukup kompleks, sehingga peminatnya tidak pernah bosan untuk membacanya.
2.2.3 Penerbit Indonesia •
PT Elex Media Komputindo
Gambar 2.11 Logo Elex M edia Komputindo
PT. Elex M edia Komputindo adalah sebuah perusahaan penerbit komik dan buku-buku ilmu komputer yang berkantor pusat di Jakarta. Didirikan sejak 15 Januari 1985. Elex M edia Komputindo merupakan salah satu perusahaan dalam Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Pertumbuhan Elex M edia sebagai perusahaan penerbit diawali oleh terbitnya Komik, Candy-candy, Kung Fu Boy, Doraemon, Detective Conan dan lain-lain yang pada saat itu mengalami cetak ulang berkali-kali. Di samping komik Jepang, Elex M edia juga menerbitkan komik lokal. Elex M edia bisa dikatakan adalah pelopor penerbitan manga di Indonesia.
39 2.2.4 Analisa Target Audience •
Psikografis o Behaviour
: Suka membaca komik, menonton film, memainkan game, dan browsing internet.
o Attitude
: M emiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap budaya Indonesia, bangga terhadap budaya dalam negeri sendiri.
o Personality
•
: ekstrovet, labil, eksperimental, berjiwa petualang.
Demografis o Target Primer - Ekonomi
: A-B level
- Usia
: 12-15 tahun
- Jenis Kelamin
: Laki-laki & Perempuan
- Pendidikan
: SD kelas 6 s/d SM A kelas 10
o Target S ekunder - Ekonomi
: A-B level
- Usia
: 16-25 tahun
- Jenis Kelamin
: Laki-laki & Perempuan
- Pendidikan
: SM A kelas 10 s/d M ahasiswa
40 •
Geografis Di kota-kota besar di Indonesia, seperti : Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, dsb.
2.2.5 Analisa TOWS •
TOWS Komik Wisanggeni o Threat -
Perkembangan zaman yang didukung dengan besarnya pengaruh yang diberikan dari budaya luar negri membuat sebagian besar dari generasi muda pada masa kini tidak tertarik lagi dengan budaya wayang Jawa.
-
Banyak cerita dari komik luar yang lebih menarik dari cerita komik yang ditawarkan dalam lingkup tugas ini.
-
Banyaknya kompetitor komik dari luar dengan kualitas visual taraf internasional.
-
Kurangnya rasa kepedulian generasi muda masa kini terhadap komik lokal karena pengaruh yang besar dari komik luar negri.
-
Anak-anak dan remaja masa kini lebih menyukai komik luar daripada komik dalam negeri.
o Opportunity -
Komik merupakan salah satu media hiburan yang digemari oleh anak/remaja pada generasi masa kini.
41 -
Sudah banyak penerbit Indonesia yang mau memproduksi komikkomik lokal.
-
Sudah
banyak
komunitas-komunitas
yang
mendukung
berkembangnya komik lokal di Indonesia.
o Weakness -
Cerita wayang memiliki kesan yang kuno, sehingga kurang dapat menarik perhatian anak/remaja masa kini.
-
Kisah Wisanggeni masih kurang dikenal oleh generasi muda masa kini.
o S trength -
Wisanggeni merupakan salah satu tokoh wayang terkuat dan tersakti di dalam cerita wayang Jawa, karena memiliki kemampuan melebihi
putra-putra
Pandawa
lainnya,
misalnya
Antareja,
Gatutukaca, ataupun Abimanyu. -
Wisanggeni memiliki kemampuan melintasi angkasa bagaikan Gatutkaca, menyeberangi kedalaman samudera bagaikan Antasena, M enyusup ke dalam tanah bagaikan Antareja, dan memiliki kobaran lidah api yang mampu menghanguskan musuh-musuhnya. Ia juga memiliki sifat pemberani dan cerdas bagaikan Abimanyu dan ia juga merupakan keturunan langsung dari Sang Hyang Wenang. Sehingga melihat dari hal tersebut, tokoh Wisanggeni merupakan salah satu tokoh terkuat di dalam cerita Wayang Jawa karena ia
42 mampu mengalahkan Bathara Guru dengan kemampuan yang dimilikinya. -
Wisanggeni dikenal dengan sebutan tokoh muda pendobrak (reformis ekstrim) yang menonjol. Dimana ia berani melawan semua tindak kejahatan meskipun kejahatan tersebut dilakukan oleh seseorang yang berkedudukan tinggi sekalipun. Sifat Pendobrak yang dimiliki oleh Wisanggeni tersebut sangat sesuai dengan pemikiran anak muda zaman sekarang.
-
Komik Wisanggeni yang akan dibuat diceritakan dengan gaya yang lebih sederhana dan ringan, sehingga lebih mudah dimengerti oleh Target Audience.
-
Komik Wisanggeni juga akan dibuat menggunakan gaya visual yang disesuaikan dengan Target Audience, didukung dengan pewarnaan yang full color, sehingga terlihat lebih menarik dan lebih menonjol daripada komik kompetitor lainnya.