BAB 1
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guru dalam melaksanakan proses pebelajaran di kelas menggunakan berbagai strategi dan metode untuk mencapai tujuan pembelajaran. Uno (2007) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga
akan
memudahkan
siswa
menerima
dan
memahami
materi
pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar. Selain itu guru juga menggunakan bahan ajar sebagai penunjang dalam mengajar seperti buku paket, media pembelajaran, dan lembar kerja siswa (LKS). Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan baik (Majid, 2008). Setiap mata pelajaran biasanya menggunakan LKS untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan pembelajaran
sehingga
akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru. Umumnya LKS berisi tentang lembar penemuan, lembar pengamatan praktikum, tugas portofolio, soal-soal latihan, materi untuk diskusi dan segala bentuk panduan belajar yang mengajak siswa untuk beraktivitas dalam proses pembelajaran. Tentu saja LKS yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan semua aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen (Trianto, 2009). Penggunaan LKS akan membantu siswa dalam memecahkan masalah, selain itu memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dalam proses berpikirnya. Pengetahuan tidak diperoleh dengan cara diberikan atau ditransfer dari orang lain, tetapi dibentuk dan dikonstruksi oleh individu itu sendiri, sehingga siswa mampu mengembangkan intelektualnya (Segala, 2009). 14
Salah satu bentuk masalah pembelajaran adalah masalah yang bersifat metodologis, yaitu masalah yang berkaitan dengan upaya atau proses pembelajaran yang menyangkut kualitas penyampaian materi, kualitas interaksi antara guru dengan siswa, kualitas antara pemberdayaan sarana dan elemen dalam pembelajaran (Muchith, 2008). Pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah pada umumnya masih berpusat pada guru dan siswa sebagai objek. Selama pembelajaran berlangsung siswa cenderung duduk, diam, memperhatikan dan mendengarkan guru dengan seksama. Pembelajaran yang berpusat pada guru serta pembelajaran
yang
tidak
mengkaitkan
dalam
kehidupan
sehari-hari
mengakibatkan siswa hanya bisa menghafalkan konsep materi matematika. Menghafalkan konsep pada pelajaran matematika tidak akan bermanfaat bagi siswa. Jika setiap pelajaran matematika menggunakan hafalan, maka dalam jangka waktu belum lama siswa akan lupa dengan konsep tersebut. Pemahaman konsep itu penting tetapi yang lebih penting adalah siswa dapat memahami konsep tersebut dengan mudah. Agar pesan yang disampaikan oleh guru kepada siswa dapat masuk ke wilayah ingatan jangka panjang, guru harus menyampaikan pesan tersebut dengan cara melibatkan keaktifan siswanya dalam proses pembelajaran (Ardy, 2013). Posisi siswa sebagai subyek dalam proses pembelajaran sangat memungkinkan bagi mereka untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dari pada guru sebagai subyek. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri proses pembelajaran yang dipelajarinya. Uno dan Nurdin (2011) mengatakan bahwa keterlibatan yang aktif dengan objek-objek ataupun gagasan-gagasan dapat mendorong aktivitas mental siswa untuk berfikir, menganalisa, menyimpulkan, dan menemukan pemahaman konsep baru dan mengintegrasikannya dengan konsep yang sudah mereka ketahui sebelumnya. Siswa dapat menerima pengetahuan yang melibatkan proses interaksi antara pengetahuan awal dengan pelajaran yang ingin dipelajari, kemudian siswa mengolah informasi tersebut menjadi langkah-langkah yang sederhana dan mudah dipahami. Aktivitas penting yang dilakukan siswa dapat membantu mereka memahami konsep pembelajaran. Agar pembelajaran yang mendalam bisa terjadi, siswa harus memiliki pengalaman
15
langsung yang mendukung eksplorasi mereka (Ollerton, 2010). Pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari akan membantu guru dalam mensukseskan kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran matematika yang menggunakan penerapan dalam kehidupan sehari-hari
adalah
pembelajaran
secara
kontekstual.
Landasan
filosofis
kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi merekontruksikan atau membangun pengetahuan dan ketrampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya (Muslich, 2007).
Proses belajar
mengajar dengan pendekatan kontektual memungkinkan siswa untuk belajar lebih aktif. Semakin siswa aktif menemukan suatu prinsip dasar maka siswa akan lebih mengerti konsep tersebut. Siswa akan mengingat lebih lama dan mampu menggunakan konsep tersebut dalam konteks lain. Pembelajaran kontekstual akan semakin menarik siswa pada proses pembelajaran matematika di kelas karena setiap awal pembelajaran didukung dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual baik digunakan karena siswa dapat menghubungkan materi yang dipelajari dengan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain penyajian pembelajaran peranan penting lain dalam suatu pembelajaran adalah bahan ajar. LKS merupakan bahan ajar berupa bahan cetak sebagai fasilitas dalam pelaksanaan pembelajaran. LKS yang diedarkan di sekolah pada umumnya berisi ringkasan materi dan contoh beserta cara mengerjakan soal sehingga siswa tidak mempunyai tuntutan dalam memperoleh pengetahuannya sendiri. Pembuatan LKS matematika dapat dibuat oleh guru sesuai dengan keadaan lingkungan sekolah dan karakteristik siswa sehingga memungkinkan siswa dapat mengembangkan pengetahuan dalam proses berpikirnya melalui kegiatan mencari, menebak bahkan menalar. Pembelajaran yang bersifat kontekstual dapat membantu guru dalam mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi kehidupan sehari-hari siswa sehingga pengetahuan yang diterima siswa tidak terkesan teoritis. Warsono dan Hariyanto (2012) mengatakan bahwa kebermaknaan suatu bahan ajar akan semakin meningkat jika bahan ajar tersebut semakin kontekstual.
16
Penelitian ini menggunakan materi statistika dan pembelajaran statistika terdiri dari pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian data. Penyajian data pada statistika banyak ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu materi statistika dapat dipelajari dengan pendekatan kontekstual. Melalui pembelajaran matematika kontekstual yang disusun dalam bentuk LKS diharapkan pembelajaran matematika dapat berlangsung secara efektif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Atas dasar ini perlu dilakukan pengembangan LKS melalui pendekatan kontekstual melalui penelitian
yang berjudul
“Pengembangan Lembar Kerja Siswa dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Statistika kelas VII SMP Negeri 12 Malang” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana proses pengembangan LKS dengan pendekatan kontekstual pada materi statistika kelas VII di SMP Negeri 12 Malang ?
2.
Bagaimana respon siswa kelas VII di SMP Negeri 12 Malang terhadap LKS dengan pendekatan kontekstual pada materi statistika?
1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah bertujuan untuk memperjelas dan menghindari salah tafsir terhadap masalah dalam penelitian ini. Berikut ini adalah batasan masalah dari peneliti : 1.
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2014/2015.
2.
Pengembangan LKS menggunakan model four-D yaitu pendefinisian (Define), perancangan (Design), pengembangan (Develop), dan proses pengembangan
LKS
dilakukan hanya sampai
tahap pengembangan
(Develop). 3.
Hasil pengembangan berupa LKS yang divalidasi oleh pakar yaitu 2 dosen dan 1 guru matematika sehingga didapatkan LKS yang layak untuk diuji cobakan kepada siswa.
17
4.
Respon siswa berupa angket yang memuat pendapat siswa terhadap LKS yang dikembangkan.
5.
Penelitian ini hanya meneliti kelayakan LKS yang melalui pembelajaran kontekstual, sehingga hasil dari penelitian ini tidak diketahui pengaruh LKS terhadap hasil belajar siswa.
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan yang akan dicapai penulis dalam penelitian ini adalah : 1.
Mendeskripsikan proses pengembangan LKS dengan pendekatan kontekstual pada materi statistika kelas VII di SMP Negeri 12 Malang.
2.
Mendeskripsikan respon siswa kelas VII di SMP Negeri 12 Malang terhadap LKS dengan pendekatan kontekstual pada materi statistika.
1.5 Manfaat Penelitian Dilaksanaakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagi Guru a.
Memberikan wawasan mengenai LKS matematika dengan pendekatan kontekstual yang dapat dimanfaatkan guru dalam pembelajaran matematika.
b.
Sebagai bahan pertimbangan guru untuk dapat mengaktifkan siswa dan membangkitkan motivasi
siswa dalam
proses belajar mengajar
matematika. 2.
Bagi Siswa a.
Meningkatkan motivasi dan pemahaman konsep siswa dalam belajar matematika.
b.
Melatih siswa untuk bisa mengkontruksi pengetahuannya sendiri dan berperan aktif dalam pembelajaran.
3.
Bagi Peneliti a.
Sebagai ajang belajar dan menambah wawasan mengenai pengembangan LKS matematika dengan pendekatan kontekstual.
18
b.
Sebagai motivasi untuk lebih mempersiapkan diri menjadi guru yang professional.
19