APLIKASI HERBISIDA KULIT JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth) DAN GRAMOXONE TERHADAP PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jack)
Oleh DONNI.R.R. LUMBANRAJA NIM. 090 500 060
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012
APLIKASI HERBISIDA EKSTRAK KULIT BUAH JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth) DAN GRAMOXONE TERHADAP PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jack)
Oleh
DONNI.R.R.LUMBANRAJA NIM. 090500060
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA 2012
HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL KARYA ILMIAH
NAMA NIM PROGRAM STUDI JURUSAN
: Aplikasi Herbisida Ekstrak Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) Dan Gramoxone Terhadap Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack) : DONNI.R.R.LUMBANRAJA : 090 500 060 : Budidaya Tanaman Perkebunan : Manajemen Pertanian
Menyetujui,
Pembimbing
Penguji I
Penguji II
Nur Hidayat, SP,M.Sc
Rusmini,SP,MP
Ir. Syarifuddin, MP
NIP. 1972710252001121001
NIP. 198111302008122002
NIP. 19650706200112 1 001
Menyutujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Ir. Syarifuddin,MP NIP.19650706 200112 1 001
Lulus ujian pada tanggal :
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Hasanudin, MP NIP. 19630805 198903 1 005
ABSTRAK
DONNI RIKKI RICARDO LUMBANRAJA, Aplikasi Herbisida Ekstrak Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) Dan Gramoxone Terhadap Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack) Dibawah Bimbingan (NUR HIDAYAT) Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan herbisida gramoxone dan ekstrak kulit buah jengkol sebagai herbisida nabati (bioherbisida) pada gulma kelapa sawit. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat umumnya dan petani khususnya, agar secara perlahan-lahan dapat beralih menggunakan herbisida nabati. Penelitian dilakukan selama 15 hari terhitung dari tanggal 10 sampai dengan 24 Februari 2012, terhitung dari persiapan dan pembuatan alat dan bahan, pengaplikasian di lapangan dan pengambilan data. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Perlakuan penelitian adalah penyemprotan herbisida kulit jengkol dan gramoxone. yaitu : p1 = Ekstrak kulit buah jengkol 100 ml p2 = Konsentrasi 1 ml Gramoxone / 200 ml air p3 = Konsentrasi 0,5 ml Gramoxone / 200 ml air dicampur dengan ekstrak kulit buah jengkol 50 ml. Masing-masing taraf perlakuan ini dilakukan tanpa ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk gulma berdaun lebar terdapat regresi (pengaruh) tidak nyata antara perlakuan gramoxone dan ektrak kulit jengkol maupun kombinasi keduanya terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering, karena pengamatan hari ke-12 semua tumbuhan pada akhirnya hidup semua, sementara terdapat regresi (pengaruh) nyata antara hari terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering. Untuk gulma berdaun sempit terdapat regresi (pengaruh) nyata antara perlakuan dan hari terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering serta untuk korelasi terdapat korelasi (hubungan) lemah antara perlakuan dan jumlah gulma yang terbakar dan kering serta terdapat korelasi yang sangat kuat tetapi negatif antar hari dan jumlah gulma yang terbakar dan kering . Kata kunci : Gramoxone, Bioherbisida, Kulit Buah Jengkol
RIWAYAT HIDUP
DONNI RIKKI RICARDO LUMBANRAJA. Lahir pada tanggal 14 Juli 1992 di Desa Dolok Marlawan, Kabupaten Simalungun Medan Sumatera Utara. dan merupakan anak kedua dari enam bersaudara pasangan bapak Marganti Lumbanraja dan Nurmiati Sirait. Pada tahun 1997 mulai menempuh pendidikan Sekolah Dasar SDN 091477 Dolok Marlawan, Kabupaten Simalungun Medan Sumatera Utara lulus pada tahun 2003, setelah itu melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTPN) 1 Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Medan Sumatera Utara dan lulus pada tahun 2006, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Nunukan Kalimantan Timur dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Pada bulan Maret - Mei 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapang di Perusahaan Perkebunan PT. Tritunggal Sentra Buana, desa Saliki, Kecematan Muara Badak, Kabupaten Kukar Provinsi Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas Berkat dan Rahmat-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan karya ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak mengarahkan penulis mulai dari persiapan penelitian sampai penyusunan laporan Karya Ilmiah ini. 2. Ibu Rusmini, SP, MP selaku dosen penguji pertama yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis demi kesempurnaan laporan Karya Ilmiah ini. 3. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkabunan dan juga selaku dosen penguji kedua yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis demi kesempurnaan laporan karya ilmiah ini. 4.
Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
5. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 6. Kedua Orang tua yang telah memberikan dukungan secara penuh sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini sesuai pada waktunya. 7. Rekan-rekan
mahasiswa
yang
telah
banyak
membantu
dalam
pelaksanaan dan penyusunan laporan Karya Ilmiah ini. 8. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, karena telah memberikan sumbangsihnya terhadap tersusunnya laporan Karya Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa laporan Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis Kampus Sei Keledang,
Agustus 2012
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ..........................................................................
i
DAFTAR ISI ........................................................................................
ii
DAFTAR TABEL .................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
iv
I. PENDAHULUAN ..............................................................................
1
II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
4
A. Tinjauan Umum Tanaman Jengkol .........................................
4
B. Tinjauan Herbisida Gramoxone ..............................................
6
C. Tinjauan Gulma ........................................................................
7
III. METODE PENELITIAN ..................................................................
13
A. Tempat dan Waktu ....................................................................
13
B. Alat dan Bahan ..........................................................................
13
C. Rancangan Penelitian ...............................................................
14
D. Prosedur Penelitian ...................................................................
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................
16
A. Hasil...........................................................................................
16
B. Pembahasan .............................................................................
21
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
24
A. Kesimpulan ................................................................................
24
B. Saran.........................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
25
LAMPIRAN............................................................................................
26
DAFTAR TABEL Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Tabel koefisien gulma berdaun lebar................................................
19
2. Tabel koefisien gulma berdaun sempit .............................................
20
3. Tabel korelasi gulma berdaun lebar dan berdaun sempit ...............
20
4. Tabel populasi gulma yang hidup sebelum aplikasi herbisida kulit buah jengkol dan gramoxone pada tiap perlakuan. .........................
26
5. Tabel hasil pengamatan gulma yang terbakar dan kering setelah aplikasi herbisida kulit buah jengkol dan gramoxone pada tiap perlakuan ....................................................................................
26
6. Tabel anova regresi gulma berdaun lebar .......................................
29
7. Tabel model ringkasan gulma berdaun lebar .................................
29
8. Tabel anova regresi gulma berdaun sempit ....................................
29
9. Tabel model ringkasan gulma berdaun sempit ...............................
30
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Lay out penelitian...............................................................................
26
2. Perhitungan Indeks Nilai Penting (INP) gulma dominan ..................
27
3. Kegiatan pembuatan herbisida campuran ekstrak kulit buah jengkol dan gramoxone .....................................................................
30
4. Persiapan Lahan................................................................................
36
5. Pengaplikasian Herbisida Ekstrak Kulit Buah Jengkol ....................
37
6. Gambar Gulma setelah perlakuan ....................................................
39
I. PENDAHULUAN
Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang memiliki dampak negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengaruh gulma tidak terlihat secara langsung, dan umumnya berjalan lambat. Sehingga banyak orang beranggapan untuk mencapai tujuan itu lahan harus selalu bersih dan bebas dari gulma. Penurunan hasil dari gulma dapat mencapai 20 – 30% bila gulma tidak disiangi (Moenandir, 1993). Usaha perkebunan kelapa sawit memegang peran yang penting dalam peningkatan pembangunan, khususnya pembangunan dalam usaha perkebunan. Usaha ini menjadi tempat bagi para petani dalam menggantungkan hidupnya, sebagai cabang usaha yang berfungsi untuk menciptakan lapangan kerja, yaitu sebagai sumber devisa Non-migas yang sangat diharapkan secara langsung terkait dengan pelestarian sumber daya alam (Setyamidjaja, 1993). Gulma perkebunan, termasuk perkebunan kelapa sawit, mampu menjadi kompetitor utama dalam memperebutkan unsur hara, air, ruang tumbuh dan cahaya matahari. Beberapa spesies gulma juga dapat memproduksi zat racun yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman utama, racun ini dikenal dengan nama “allelopati”. Allelopati
adalah
mekanisme
penghambatan
tumbuhan oleh tumbuhan lain melalui produksi
pertumbuhan
suatu
senyawa penghambat yang
disebut allelokimia (Einhelig, 1995).
Berdasarkan uji senyawa kimia, zat allelopati yang dimiliki kulit jengkol adalah salah satunya asam fenolat golongan senyawa ini termasuk ke dalam
senyawa
yang
dapat
menghambat
pertumbuhan
tanaman
lain.
(Kristipinus. 1998) Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit di Indonesia, pengolahan budidaya harus ditingkatkan, salah satu upaya tersebut yaitu dengan menggunakan herbisida kontak yang berfungsi untuk mengendalikan gulma campuran pada tanaman kelapa sawit (Risza, 2007). Herbisida merupakan suatu bahan yang digunakan untuk pengendalian gulma, serta memberikan keuntungan lebih dalam pemakaiannya. adapun keuntungan yang diberikan oleh herbisida adalah sebagai berikut: -
Dapat mengendalikan gulma di larikan tanaman.
-
Lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar.
-
Dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan dengan perlakuan penyiangan biasa (Sukman, 2004). Salah satu jenis herbisida kontak adalah gramoxone. Dalam aplikasi di
lapangan herbisida ini dapat bekerja secara kontak dengan tumbuhan sasarannya dan dikenal dengan general control (non selektif) dipakai lewat daun dan reaksi racunnya berjalan dengan cepat serta gejala yang tampak akibat pemakaian herbisida ini adalah daun menjadi layu atau kering kemudian terbakar dan kering (Moenandir, 2003). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon herbisida gramoxone dan ekstrak kulit buah jengkol sebagai herbisida nabati (bioherbisida) pada gulma kelapa sawit. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat umumnya
dan petani khususnya, agar secara perlahan-lahan dapat beralih
menggunakan herbisida nabati.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman Jengkol 1. Taksonomi Kingdom
: Plantae
Sub kingdom
: Tracheobionta
Divisi
: Magnoliophyta (berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (dikotil)
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae (suku biji-bijian).
Genus
: Pithecollobium
Spesies
: Pithecollobium lobatum B (Steenis, 2005).
2. Habitat Dan Morfologi Tanaman jengkol atau lebih dikenal dengan tumbuhan Jering adalah termasuk dalam Famili Fabaceae (suku biji-bijian). Tumbuhan jengkol atau Jering dengan nama latinnya yaitu (Pithecellobium lobatum Benth.) dengan sinonimya yaitu A. Jiringa, Pithecollobioum jiringa dan Archindendron pauciflorum adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara. Jengkol merupakan salah satu tumbuhan dengan ukuran pohon yang tinggi yaitu ± 20 m, tegak bulat berkayu, licin, percabangan simpodial, cokelat kotor. Daun bentuk majemuk, lonjong, berhadapan, panjang 10 - 20 cm, lebar 5 - 15 cm, tepi rata, ujung runcing, pangkal membulat, pertulangan menyirip, tangkai panjang 0,5 – 1 cm, warna hijau tua. Bunga struktur majemuk, berbentuk seperti tandan, di ujung dan
ketiak daun, tangkai bulat, panjang ± 3 cm, berwarna ungu kulitnya, bentuk buah menyerupai kelopak mangkok, benang sari kuning, putik silindris, kuning mahkota lonjong, putih kekuningan. Biji bulat pipih berwarna coklat kehitaman, berkeping dua dan berakar tunggang. Pohon Jengkol sangat bermanfaat dalam konservasi air disuatu tempat hal ini dikarenakan ukuran pohonnya yang sangat tinggi (Steenis, 2005). 3. Kandungan Senyawa Kimia Dari uji kandungan senyawa kimia ternyata kulit buah jengkol yang didekomposisi selama 5 hari paling banyak mengandung senyawa penghambat, yaitu berbagai macam asam lemak rantai panjang dan asam fenolat, 2 golongan senyawa ini merupakan 2 diantara 19 senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain (Einhelligh, 1995). Pemanfaatan kulit buah jengkol untuk mengendalikan gulma pada hakikatnya adalah pemanfaatan mekanisme allelopati secara tidak langsung. Penghambatan alelokimia bersifat selektif, yaitu menghambat tumbuhan tertentu namun tidak berpengaruh negatif terhadap tumbuhan lain (Weston, 1996). Khusus
untuk
asam
fenolat
langkah
pertamanya
adalah
menimbulkan gangguan pada membran sel pada tumbuhan sasaran (Einhelligh, 1995).
B. Tinjauan Umum Herbisida Gramoxone. Herbisida adalah senyawa kimia peracun gulma yang apabila di aplikasikan pada tumbuhan akan mematikan spesies tertentu (gulma).
Pengendalian gulma secara kimia ialah pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimia yang dapat menekan atau bahkan mematikan gulma (Sukman, 2004 ). Pengendalian gulma secara kimia adalah pengendalian dengan menggunakan bahan kimia yang menekan atau bahkan mematikan gulma, bahan itu disebut herbisida dimana herbi berarti gulma dan sida berarti membunuh. Kebanyakan herbisida akan lebih efektif pada gulma berdaun lebar, bila besar konsentrasi herbisida yang digunakan tepat saat pemberian dibutuhkan dan sesuai dengan waktu pemberian. Secara garis besar, ada 2 jenis herbisida, berdasarkan cara kerjanya yaitu herbisida kontak dan herbisida sistemik.
Herbisida kontak adalah
herbisida yang sistem kerjanya langsung berpengaruh terhadap bagian tanaman yang terkena. Sedangkan herbisida sistemik adalah herbisida yang sistem kerjanya melalui akar dan bereaksi agak lambat. Adapun salah satu dari herbisida kontak yaitu herbisida gramoxone. Herbisida gramoxone merupakan herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak dan berbentuk larutan dalam air berwarna hijau tua (Moenandir, 2003). Adapun fungsi dari herbisida gramoxone adalah sebagai berikut : 1. Mengendalikan anakan liar pada tanaman kelapa sawit. 2. Mengendalikan gulma berdaun lebar dan berdaun sempit. 3. Mengendalikan rumput teki di lahan kelapa sawit.
C. Tinjauan Umum Gulma. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya dan memiliki pengaruh negatif, sehingga kehadirannya tidak dikehendaki oleh
manusia. Oleh karena itu, tumbuhan apapun termasuk tanaman yang dibudidayakan (crop plants), biasa dikategorikan sebagai gulma bila tumbuh di tempat dan waktu yang salah. Misalnya tanaman padi (Oriza sativa L), meskipun biasa dibudidayakan dan merupakan tanaman penghasil bahan pokok tetapi bila diantara tanaman lain yang diusahakan secara monokultur, padi tersebut dikategorikan gulma (Moenandir, 2003). Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang memiliki dampak negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengaruh gulma tidak terlihat secara langsung, dan umumnya berjalan lambat. Gulma perkebunan, termasuk perkebunan kelapa sawit mampu menjadi kompetitor utama dalam memperebutkan unsur hara, air, ruang tumbuh dan cahaya matahari. Beberapa spesies gulma juga dapat memproduksi zat racun yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman utama, dikenal dengan “allelopati” (Sukman, 2004). Kehadiran gulma (yang juga merupakan tumbuhan) di sekitar tanaman budidaya tidak dapat dielakkan, terutama bila lahan tersebut tidak dikendalikan. Sebagai tumbuhan, gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya tanaman lainnya, misalnya kebutuhan akan cahaya, nutrisi, air, gas CO 2, ruang dan lain sebagainya. Persyaratan tumbuhan yang sama atau hampir sama bagi gulma dan tanaman dapat mengakibatkan terjadinya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya. Gulma yang saling berasosiasi ini akan saling memperebutkan bahan-bahan yang dibutuhkanya, yang jumlahnya sangat terbatas bagi keduanya. Menurut Sastroutomo (1990) gulma mempunyai 2 dampak, yaitu dampak negatif dan dampak positif .
Pengaruh negatif gulma antara lain, 1. Mempunyai daya kompetisi yang tinggi : daya kompetisinya yang tinggi yang dapat menurunkan hasil panen. Kompetisi ini dapat berupa kompetisi akan ruang, air, hara maupun cahaya. 2. Sebagai rumah inang sementara dari penyakit : banyak penyakit dan hama yang tidak hanya hidup pada tanaman pertanian, tetapi juga pada gulma khususnya yang secara taksonomi erat kaitannya. 3. Mengurangi mutu hasil panen : beberapa bagian dari gulma yang ikut terpanen akan memberikan hasil negatif terhadap hasil panen. Misalnya dapat
meracuni,
mengotori,
menurungkan
kemurnian,
ataupun
memberikan rasa dan bau yang tidak asli. 4. Menghambat kelancaran aktifitas pertanian : adanya gulma dalam jumlah populasi yang tinggi akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan kegiatan pertanian. Misalnya pemupukan, dan pemanenan dengan alatalat mekanis, dan lain-lain. Pengaruh positif gulma antara lain, 1. Pengaruh yang menguntungkan terhadap tanah : setiap jenis tumbuhan mempunyai kemampuan untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah yang berbeda-beda. Adanya gulma tidak hanya mempunyai pengaruh kompetisi tetapi juga mempunyai peranan yang penting didalam menyeimbangkan perbandingan unsur hara yang ada di dalam tanah. Jenis gulma yang mempunyai perakaran yang dalam (pada beberapa jenis sampai beberapa meter dalamnya) mampu memompa hara dari lapisan tanah yang dalam kepermukan sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman budidaya yang pada umumnya mempunyai perakaran
yang dangkal. Pengaruh yang paling menguntungkan secara nyata dari adanya gulma khususnya di daerah curah hujan yang tinggi adalah perlindungan tanah dari bahaya erosi. 2. Pengaruh yang menguntungkan terhadap pertanian : komunitas gulma yang terjadi akibat penggunaan herbisida yang ekstensif selama bertahun-tahun miskin akan jumlah jenis tetapi kaya dalam jumlah individu dari setiap jenisnya. Dengan semakin meningkatnya daya toleransi dari jenis ini terhadap suatu herbisida dan banyaknya individu per m2 maka tingkat kompetisi yang sangat tinggi akan terjadi lagi pada tanaman budidaya. a. Daur Hidup Gulma Daur hidup tumbuhan adalah jangka waktu antara tumbuhan itu berkecambah atau muncul di permukaan tanah sampai tumbuhan tersebut menghasilkan biji/bagian vegetatif yang mampu tumbuh menjadi tumbuhan baru. Daur hidup gulma akan menentukan lama gulma tumbuh dan kemudahan pengendaliannya. 1) Gulma Semusim Gulma ini berkecambah dan berkembang biak terutama dengan biji, serta hidup selama satu musim. Musim yang dimaksud adalah pada musim yang sama dan berkisar antara 4 – 16 minggu (bergantung pada spesiesnya). Tumbuhan tua terbakar dan kering dan tumbuhan muda muncul dari biji-bijinya. 2) Gulma tahunan Gulma yang berkembang biak terutama dengan organ vegetatifnya yaitu umbi (tuber), rimpang (rhizome), umbi lapis
(bulb), subang (corm) dan geragih (stolon). Gulma ini hidupnya lebih lama dan biasanya melebihi masa satu musim bahkan dapat mencapai 3 sampai 4 musim apabila didukung oleh lingkungan tumbuhnya. Tunas gulma dapat tumbuh menjadi tua dan akhirnya mati, tetapi
organ
vegetatif
tersebut
menumbuhkan tunas-tunas
baru.
akan
tetap
Karakteristik
hidup
dan
seperti
itu,
biasanya gulma tahunan lebih sulit dikendalikan dibanding gulma semusim (Sastroutomo, 1990) b. Identifikasi Jenis Gulma diperkebunan kelapa sawit Adapun gulma yang umumnya terdapat pada lahan perkebunan tanaman kelapa sawit yaitu sebagai berikut : 1) Kelompok berdaun sempit Spesies-spesies gulma yang daunnya berbentuk garis (linearis), memanjang dan sempit, pipih, tepinya sejajar, berbentuk pita (ligulatus) seperti linearis tetapi lebih lebar. Contoh gulma berdaun sempit yang tumbuh pada tanaman kelapa sawit: a) Axonopus compressus (paitan) b) Brachiaria mutica (sukat kelanjang) c) Digitaria sp. (genjoran) d) Echinochloa colona e) Eleusine indica (jejagoan) f) Imperata cylindrica (alang-alang)
g) Ottochloa nodosa (bambonan) h) Panicum trigonium (parit-paritan) 2) Kelompok teki-tekian Spesies-spesies gulma dari marga Cyperaceae yang memiliki penampang batang segitiga, daunnya berbentuk garis (linearis). Contoh yang termasuk kelompok
ini: Cyperus
rotundus
dan Fymbristilis
miliaceae. 3) Kelompok berdaun lebar Spesies-spesies gulma dengan bentuk daun bulat panjang (oblongus), lanset (lanceolatus), bulat telur (ovatus), lanset terbalik (oblanceolatus), jantung (cordatus), segitiga sama sisi (sagittatus) dan bentuk elips. Kelompok ini memiliki arah pertumbuhan batang tegak, berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit. Contoh gulma berdaun lebar yang tumbuh pada tanaman kelapa sawit: a) Asystasia intrusa b) Ageratum conyzoides (babadotan) c) Borreria latifolia (kentangan) d) Chromolaena odorata (krinyuh) e) Clidemia hirta (harendong) f)
Colocasia sp. (keladi)
g) Crassocephalum crepidoides (sintrong) h) Lantana camarna (tembelekan)
i)
Melastoma malabathricum (senduduk)
j)
Mikania sp.
k) Mimosa invisa (kucingan) l)
Mimosa pigra
m) Mimosa pudica (putri malu)
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kebun percontohan kelapa sawit Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama 15 hari terhitung dari tanggal 10 sampai dengan 24 Februari 2012 yang meliputi, persiapan dan pembuatan alat dan bahan, pengaplikasian di lapangan dan pengambilan data. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan yaitu : 1. Parang 2. Alat tulis 3. Kamera 4. Hand sprayer kapasitas 1 liter 5. Blender 6. Timbangan 7. Ember Bahan yang digunakan yaitu : 1. Kulit buah jengkol segar 2. Gulma yang tumbuh di piringan kelapa sawit 3. Herbisida gramoxone 4. Air C. Rancangan Penelitian Penelitian ini disusun dalam 3 taraf tanpa ulangan, yang terdiri dari : p1
= Ekstrak kulit buah jengkol 100 ml
p2
= Konsentrasi 1 ml Gramoxone / 500 ml air
p3
=
Konsentrasi 0,5 ml Gramoxone / 250 ml air dicampur dengan ekstrak kulit buah jengkol 50 ml
D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan lahan Lahan yang disiapkan untuk penelitian ini adalah piringan kelapa sawit kebun percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Piringan kelapa sawit dipilih atau diseleksi sebanyak 3 pokok yang memenuhi persyaratan serta diberi tanda untuk dijadikan penelitian. 2. Pembuatan ekstrak kulit buah jengkol Kulit buah jengkol disiapkan sebanyak 3 kg dan air sebanyak 300 ml lalu Kulit buah jengkol dicuci bersih dipotong kecil-kecil dan ditimbang sesuai perlakuan, 1 kg kulit buah jengkol diblender dengan campuran air sebanyak 100 ml serta disaring untuk memisahkan ampasnya dan proses pembuatannya dilakukan di Jl. M.Yamin Kelurahan Sempaja Kecamatan Samarinda Utara. 3. Menentukan dosis campuran herbisida gramoxe dan eksrak kulit buah jengkol sesuai perlakuan. 4. Pelaksanaan penyemprotan Penyemprotan dilaksanakan pada pagi hari yaitu pada pukul 09.00 pagi hari pada saat cuaca cerah, penyemprotan merata pada permukaan gulma. 5. Pengambilan data Pengambilan data melalui klasifikasi gulma paling dominan dan perhitungan jumlah matinya gulma dominan, yang terdapat dalam setiap
piringan tanaman kelapa sawit untuk penyemprotan dengan konsentrasi yang berbeda. 6. Pengolahan data Pengolahan data menggunakan analisa regresi dan korelasi pada SPSS versi 15.00. Aplikasi ini merupakan suatu perangkat lunak pengolahan data dalam bentuk statistika. 7. Variabel Pengamatan a.
Mengklasifikasi gulma yang paling dominan tumbuh di
piringan
kelapa sawit. b. Menghitung jumlah gulma dominan yang terbakar dan kering pada tiap piringan dengan menggunakan rumus INP (indeks nilai penting).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL 1. Gulma Dominan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan sebelum aplikasi herbisida ekstrak kulit buah jengkol dan herbisida jenis gramoxone bahwa gulma yang tumbuh di piringan kelapa sawit ada 3 jenis yaitu Borreria latifolia (kentangan), kentosan (bibit kelapa sawit), Ageratum conzaides (babadotan) dan untuk Populasi gulma yang hidup sebelum aplikasi herbisida kulit buah jengkol dan gramoxone pada tiap perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 2. Serta untuk gulma yang paling dominan adalah gulma berdaun lebar yaitu jenis Borreria latifolia (kentangan) dengan INP (Indeks Nilai penting) adalah 102 dan berdaun sempit jenis kentosan (bibit kelapa sawit) dengan INP (Indeks Nilai penting) adalah 80,2. Untuk perhitungan indeks nilai penting gulma dominan dapat dilihat pada Lampiran 4. 2. Tingkat terbakar dan keringnya gulma Berdasarkan
hasil
pengamatan
setelah
dilakukan
aplikasi
herbisida kulit buah jengkol dan herbisida gramoxone, maka hasil yang diperoleh di lapangan selama tiga kali pengamatan yaitu pengamatan hari ke-3, hari ke-6 dan hari ke-12 adalah seperti grafik di bawah ini.
Jumlah Gulma
HARI
Gambar 1. Grafik tingkat terbakar dan keringnya gulma berdaun lebar jenis Borreria latifolia (kentangan)
Jumlah Gulma
HARI
Gambar 2. Grafik tingkat terbakar dan keringnya gulma berdaun sempit bibit jenis kentosan kelapa sawit yang tumbuh di piringan kelapa sawit.
3. Analisa regresi dan korelasi a. Analisa regresi Berdasarkan hasil perhitungan analisa regresi menggunakan SPSS didapat hasil sebagai berikut : 1) Analisa regresi pada gulma berdaun lebar Pada tabel anova nilai signifikan adalah 0,002 < 0,05 maka h1 diterima, berarti terdapat pengaruh
pelakuan dan hari terhadap
jumlah gulma yang terbakar dan kering dan tabel anova dapat dilihat pada Lampiran 5. h0 = Perlakuan dan hari tidak berpengaruh terhadap jumlah gulma terbakar dan kering. h1 = Perlakuan dan hari berpengaruh terhadap jumlah gulma
yang
terbakar dan kering. Jika nilai sig < 0,05 maka yang diterima adalah h1 jika nilai sig > 0,05 maka yang diterima adalah h0 Untuk Tabel koefisien menunjukkan bahwa
nilai signifikan
untuk perlakuan adalah 0,102 > 0,05 maka diterima h0 berarti perlakuan dan hari tidak berpengaruh terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering. Dan nilai signifikan untuk hari adalah 0,001 < 0,05, maka diterima h1 berarti perlakuan dan hari berpengaruh terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering dan koefisiennya dapat dapat dilihat pada Tabel. 1 di bawah ini.
Tabel 1. Koefisien regresi gulma berdaun lebar Unstandardized Coefficients
Standar koefisien
T
Sig.
Beta
B
Std. Error
2,545
0,031
Model
1
B
Standar kesalahan
(Constan)
25,367
9,968
Perlakuan
7,500
4,115
0,306
1,822
0,102
Hari
-14,467
3,005
- 0,808
- 4,814
0,001
Serta untuk tabel model ringkasan menunjukkan bahwa nilai R square adalah 0,746 % artinya hari mempengaruhi jumlah gulma yang terbakar dan kering sebesar 74,6 % dan sisanya 25,4% dipengaruhi oleh faktor lain dan Tabel model ringkasan dapat dilihat pada Lampiran 6. 2)
Analisa regresi pada gulma daun sempit Pada tabel anova 0,001 < 0,05 h1 diterima, terdapat pengaruh pelakuan dan hari terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering dan tabel anova dapat dilihat pada Lampiran 7. Untuk tabel koefisien menunjukkan bahawa
nilai signifikan
untuk perlakuan adalah 0,043 < 0,05 maka diterima h1 berarti perlakuan dan hari berpengaruh terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering dan nilai signifikan untuk hari adalah 0,000 < 0,05, maka diterima h1 berarti perlakuan dan hari
tidak
berpengaruh terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering dan koefisiennya dapat dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Koefisien regresi gulma berdaun lebar Unstandardized Coefficients
Model
1
Standar koefisien
T
Sig.
Beta
B
Standar kesalahan
2,785
0,021
B
Standar kesalahan
(Constan)
18,217
6,540
Perlakuan
6,375
2,700
0,345
2,361
0,043
Hari
-11,200
1,972
0,830
-5,680
0,000
Serta untuk tabel model ringkasan menunjukkan bahwa nilai R square adalah 0,808 % artinya hari mempengaruhi jumlah gulma yang terbakar dan kering sebesar 80,8 % dan sisanya 19.2 % dipengaruhi faktor lain dan Tabel model ringkasan dapat dilihat pada Lampiran 8. b. Analisa korelasi Tabel 3. Korelasi Gulma Berdaun Lebar dan Berdaun Sempit Perlakuan
Hari
Jumlah gulma
1
0,000 1,000 12 1
0,306 0,334 12 - 0,808(**) 0,001 12 1
Pearson Correlation Perlakuan Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Hari Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Jumlah gulma Sig. (2-tailed) N Untuk tabel korelasi menunjukkan
12 0,000 1,000 12 12 0,306 - 0, 808(**) 0,334 0,001 12 12 12 perlakuan memiliki korelasi (hubungan)
yang lemah terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering dan hari tidak berpengaruh terhadap gulma yag terbakar dan kering. Tetapi hari mempunyai hubungan yang kuat tetapi negatif terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering serta perlakuan tidak berpengaruh terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering.
B. PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan aplikasi ekstrak kulit buah jengkol dan herbisida gramoxone terhadap gulma kelapa sawit setelah dilakukan perhitungan menggunakan analisa regresi dan korelasi SPSS pada tingkat kematian gulma berdaun lebar maupun gulma berdaun sempit menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak kulit buah jengkol dan gramoxone maupun kombinasi keduanya tidak berpengaruh terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering tetapi hari berpengaruh terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering begitu juga dengan analisa korelasi perlakuan memiliki hubungan yang lemah terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering tetapi hari mempunyai hubungan yang kuat tetapi negatif karena semakin bertambah hari jumlah gulma yang terbakar dan kering semakin berkurang dan pada akhirnya tumbuh semua, sebab dalam pengamatan juga disebutkan mula – mula gulma yang terbakar dan kering untuk gulma berdaun lebar jumlahnya 47 gulma dan 40 gulma namun semakin lama waktu pengamatan maka jumlah gulma yang terbakar dan kering semakin menurun menjadi 10 gulma dan 6 gulma, begitu juga dengan gulma berdaun sempit jumlah gulma yang terbakar dan kering awalnya berjumlah 32 gulma dan 37 gulma namun semakin lama waktu pengamatan maka jumlah gulma yang terbakar dan kering semakin menurun juga menjadi 5 gulma dan 7 gulma dan bahkan pada hari
ke -12 semua gulma tumbuh kembali.
Ini sesuai dengan pendapat (Barus, 2003), herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan – jaringan atau bagian gulma yang terkena herbisida, terutama bagi gulma yang berwarna hijau. Herbisida
ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan berwarna hijau. Sehingga herbisida ini hanya membakar jaringan-jaringan yang terkena herbisida sedangkan jaringan tanaman yang tidak terkena masih hidup dan menyebabkan tanaman tersebut dapat pulih kembali. Semakin menurunnya tingkat kematian gulma seiring bertambahnya hari diduga bahwa adanya tajuk tanaman kelapa sawit yang melindungi gulma tersebut akibatnya cahaya matahari yang masuk juga berkurang sehingga proses reaksi herbisida gramoxone maupun kombinasi keduanya kurang maksimal karena cahaya matahari juga salah faktor pendukung proses kerja herbisida gramoxone. Pengendalian gulma secara kimia dapat bereaksi kurang maksimal terhadap gulma apabila terjadi perubahan lingkungan, cuaca dan iklim dan intensitas cahaya maupun tanggapan gulma terhadap perlakuan zat kimia serta
daya
residu
gulma
terhadap
herbisida
yang
digunakan
(Moenandir, 2003). Kerja herbisida ini kurang efektif diduga karena kondisi lahan yang tertutup oleh rimbunnya tanaman utama (kelapa sawit) sehingga herbisida ini tidak diserap oleh tanaman secara optimal. Menurut Sukman (2004), herbisida gramoxone dapat menghambat pembentukan klorofil dan menghambat proses fotosintesis. Oleh sebab itu apabila dosis yang dianjurkan tepat waktu, tepat dosis dan tepat sasaran akan mematikan gulma secara cepat dan maksimal. Herbisida ini menyebabkan penghambatan pembentukan klorofil dan proses fotosintesis jika hanya sebahagian kecil tanaman yang terkena
herbisida ini maka proses penghambatan hanya sesaat sehingga tidak mematikan gulma.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisa regresi (pengaruh) a. Untuk gulma berdaun lebar terdapat regresi (pengaruh) tidak nyata antara perlakuan gramoxone dan ektrak kulit jengkol maupun kombinasi keduanya
terhadap jumlah gulma yang terbakar dan
kering karena pengamatan hari ke-12 semua tumbuhan pada akhirnya hidup semua, sementara terdapat regresi (pengaruh) nyata antara hari terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering. b. Untuk gulma berdaun sempit terdapat regresi (pengaruh)
nyata
antara perlakuan dan hari terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering. 2. Analisa korelasi (hubungan) Terdapat korelasi (hubungan) lemah antara perlakuan dan jumlah gulma yang terbakar dan kering serta terdapat korelasi yang sangat kuat tetapi negatif antar hari dan jumlah gulma yang terbakar dan kering. B. SARAN Perlu penelitian lebih lanjut tentang herbisida kulit buah jengkol yang didekomposisi selama 5 hari.
DAFTAR PUSTAKA.
Barus E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta Einhelig, F.A. 1995 “Allelopathy: Current Status And Future Goals” Dalam Indrejid, K.M.W Dakshini Dan F.A Einhllig ( Eds). Allelopathy : Organisme Processes And Application. Wasington D.C American Chemical Society. Enni, K. 2003. Peranan Penelitian Gulma Alelopati Dalam Pelaksanaan Low Eksternal Input And Sustainable Agriculture (LEISA). Pengantar falsafah sains program pascasarjana/S3 Intitut Pertanian Bogor Moenandir, J. 2003. Pengantar ilmu dan pengendalian gulma. Rajawali Pers. Jakarta. Risza, S. 2007. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Kanisius. Yogyakarta. Sastrosayono, S. 2005. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia pustaka. Jakarta Sastroutomo, S. 1990. Ekologi gulma. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta , S. 1993. Budidaya Kelapa Sawit. Penerbit kanisius. Yogyakarta Setyamidjaja, S. 2008 Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press Steenis, V. 2005. Flora “Untuk Sekolah di Indonesia”. Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta. Sukman, Y 2004. Gulma dan teknik pengendaliannya. Penerbit CV.Rajawali. Jakarta Weston LA. 1996. Utilization of allelopathy inagroecosystems. Agron J 88:860-866.
for
weed
management
Lampiran 1. Layout Penelitian
p1 1,5 M
p2 1,5 M
p3 1,5 M
p1 = Ekstrak kulit jengkol 100 ml p2 = Konsentrasi 1ml Gramoxone / 500 ml liter air p3 =Konsentrasi 0,5 ml Gramoxone / 250 ml air dicampur dengan ekstrak kulit buah jengkol 50 ml.
Lampiran 2. Tabel Populasi gulma yang hidup sebelum aplikasi herbisida kulit buah jengkol dan gramoxone pada tiap perlakuan POPULASI GULMA YANG HIDUP Gulma berdaun lebar Gulma berdaun sempit p1
p2
p3
p1
p2
p3
30
47
44
26
31
38
Lampiran 3. Tabel Hasil pengamatan gulma yang mati setelah aplikasi herbisida kulit buah jengkol dan gramoxone pada tiap perlakuan. HARI PENGAMATAN
POPULASI GULMA YANG MATI Gulma berdaun Gulma berdaun lebar sempit p1
p2
p3
p1
p2
p3
HARI KE – 3
-
47
40
-
31
32
HARI KE – 6
-
10
6
-
5
7
HARI KE – 12
-
-
-
-
-
-
Lampiran 4. Perhitungan Indeks Nilai Penting (INP) gulma dominan 1. Kerapatan Mutlak (KM) KM= Jumlah Indivindu suatu spesies dalam seluruh petak contoh KM= Borreria latifolia
= 121
KM= Kentosan
= 95
KM= Ageratum conyzides
= 20
2. Kerapatan Relatif (KR)
KR= Borreria latifolia
=
KR= Kentosan
=
KR=Ageratum conyzides
=
3. Frekuensi Mutlak (FM)
FM= Borreria latifolia
=
FM = kentosan
=
FM = Ageratum conyzides
=
4. Frekuensi Relatif (FR)
FR=
FR = Borreria latifolia
=
FR = Kentosan
=
FR=Ageratum conyzides
=
5. Indeks Nilai Penting (INP)
INP = KR+FR INP = Borreria latifolia
= 51% + 51%
=
102% INP = Kentosan = 40% + 40,5% = 80,5% INP = Ageratum conyzides = 8% + 9% = 17% Lampiran 5. Tabel Anova regresi gulma berdaun lebar Model 1
Jumlah kuadrat
Df
Kuadrat mean
F
Sig.
Regresi
3589,267
2
1794,633
13,246
0,002(a)
Residual
1219,400
9
135,489
Total
4808,667
11
Lampiran 6. Tabel model ringkasan gulma berdaun lebar Model 1
R 0,864
Adjusted Square 0,690
R Square 0,746
R Std. Error of the Estimate 11,63997
Lampiran 7. Tabel Anova regresi gulma berdaun sempit Jumlah kuadrat
Df
Kuadrat mean
F
Sig.
2206,725
2
1103,363
18,917
0,001
58,327
Model 1
Regresi Residual
524,942
9
Total
2731,667
11
Lampiran 8. Tabel model ringkasan gulma berdaun sempit Model
R
R Square
Adjusted Square
Standar kesalahan yang di estimasi
1
0,899(a)
0,808
0,765
7,63720
Lampiran 9 . Kegiatan pembuatan herbisida campuran ekstrak kulit buah jengkol dan gramoxone.
Gambar 1. Kulit buah jengkol segar
Gambar 2. Pemotongan kulit buah jengkol
Gambar 3. Kegiatan memblender kulit buah jengkol
Gambar 4.. Hasil Blenderan Kulit Buah Jengkol Segar Dituang ke Ember
Gambar 5. Hasil blenderan kulit buah jengkol
Gambar 6. Ekstrak Kulit Buah Jengkol
Lampiran 10. Persiapan Lahan
Gambar 7. Pembersihan lahan yang akan dilakukan penelitian
Lampiran 11. Pengaplikasian Herbisida Ekstrak Kulit Buah Jengkol dan Gramoxone
Gambar 8. Pengukuran konsentrasi ekstrak kulit buah jengkol dan gramoxone
Gambar 9. Penyemprotan ekstrak kulit buah jengkol dan gramoxone
Lampiran 12. Gambar Gulma setelah perlakuan
Gambar 10. Gulma pada P1 setelah penyemprotan
Gambar 11.Gulma pada P2 setelah penyemprotan
Gambar 12.Gulma pada P3 setelah penyemprotan