Skenario pelaksanaan kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional:
Apakah ada potensi memburuknya ketidak adilan sosial di sektor kesehatan? Studi awal dalam monitoring JKN di 12 Propinsi: Periode Monitoring I: bulan Januari – Juni 2014. Peneliti: Trisnantoro L, Susilowati T, Meliala A, Faozi Kurniawan, Damarsasi W, Hendrartini Y. Universitas Gadjah Mada
Kontributor • Asmaripa Ainy. Universitas Sriwijaya, Palembang Sumatera Selatan • Denas Symond, Syafrawati, Ade Suzana Eka Putri. Universitas Andalas, Padang Sumatera Barat • Dominirsep Ovidius Dodo, Dolu Y, Illu, D.I.S. Universitas Nusa Cendana, Nusa Tenggara Timur • Dwidjo Susilo, Susilahati, Helfi Gustia. Universitas Muhammadiyah Jakarta, DKI Jakarta • Elsa Pudji Setiawati, Insi Desy Arya, Nita Arisanti. Universitas Padjajaran, Jawa Barat • Endang Sutisna, Rani, Roni, Rusdiana, Septiana, Rizal, Pandit, Andyka, Indah. Universitas Sebelas Maret, Surakarta Jawa Tengah • Krispinus Duma dan Rahmad Bakhtiar. Universitas Mulawarman, Samarinda Kalimantan Timur • Rini Anggraeni. Universitas Hasanuddin, Makassar Sulawesi Selatan • Suharnanik. Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur • Yandrizal. Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Bengkulu
Isi • Bagian 1: Pendahuluan • Bagian 2 : Kerangka Konsep dan Pertanyaan Penelitian • Bagian 3: Metode Penelitian • Bagian 4 : Hasil dan Pembahasan • Bagian 5 : Analisis dan Saran Kebijakan
Isi:
• Bagian 1 • • • •
Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4 Bagian 5
A. B. C.
Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian
Isi: • Bagian 1
• Bagian 2 • Bagian 3 • Bagian 4 • Bagian 5
Landasan Teori 1.Konsep sistem pembiayaan kesehatan 2.Perencanaan berbasis Skenario 3. Pertanyaan Penelitian
Isi: • Bagian 1 • Bagian 2
• Bagian 3 • Bagian 4 • Bagian 5
• Metode Penelitian
Isi: • • •
Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3
• Bagian 4 •
Bagian 5
A. Hasil Penelitian 1. Perubahan dan Perkembangan pembiayaan 2. Pengumpulan dana kesehatan B. Pembahasan 1.Skenario JKN di Daerah Istimewa Jakarta 2.Skenario JKN di Jawa Tengah 3.Skenario JKN di Jawa Barat 4.Skenario JKN di Jawa Tengah 5.Skenario JKN di Jawa Timur 6.Skenario JKN di Sumatera Barat 7.Skenario JKN di Sumatera Selatan 8.Skenario JKN di Sulawesi Selatan 9.Skenario JKN di Kalimantan Timur 10.Skenario JKN di Bengkulu 11.Skenario JKN di Nusa Tenggara Timur 12.Skenari JKN di Sulawesi Tenggara
Isi: • • • •
Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4
• Bagian 5
A. Analisis Kebijakan B. Kesimpulan C. Agenda pembahasan kebijakan mengenai JKN di masa depan D. Saran untuk pemerintahan baru
Bagian 1 A. B. C.
Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian
Latar Belakang • Mengapa melakukan Monitoring Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional?
10
Monitoring (WHO 2013) • Monitoring is a process that can help to determine the impact of policies, programmes and practices, and subsequently, to indicate whether change is needed. • Generally speaking, monitoring is the process of repeatedly answering a given study question over time. • In the world of policy, the study question usually pertains to the measurement of a condition that a policy seeks to impact.
Proses Kebijakan Penetapan agenda Evaluasi Kebijakan Monitoring Pelaksanaan
Perumusan Kebijakan
Pelaksanaan Kebijakan 12
Manfaat Monitoring Penetapan agenda Evaluasi Kebijakan Monitoring Pelaksanaan
Perumusan Kebijakan
Pelaksanaan Kebijakan 13
Manfaat Monitoring Penetapan agenda Evaluasi Kebijakan Monitoring Pelaksanaan
Perumusan Kebijakan
Pelaksanaan Kebijakan 14
JKN mempunyai tujuan untuk keadilan Sosial UU SJSN 2004 Pasal 2 mempunyai tujuan untuk: • Meningkatkan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia
• Apakah dapat tercapai?
Permasalahan • Apakah masyarakat di daerah dengan ketersediaan fasilitas kesehatan dan SDM dokter dan dokter spesialis yang tidak memadai akan mendapatkan manfaat JKN seperti daerah lain yang lebih baik? • Apakah akan ada anggaran investasi dari Kementerian Kesehatan dan sumber lain untuk menyeimbangkan ketersediaan fasilitas dan SDM kesehatan di daerah dengan geografis sulit di seluruh wilayah Indonesia
Tujuan Penelitian • Menyusun skenario kemungkinan di masa mendatang dalam pelaksanaan JKN di berbagai propinsi. (Penelitian ini merupakan awal dari penelitian monitoring dan evaluasi kebijakan yang akan berjalan dari tahun 2014 sampai dengan 2019).
Bagian 2
Landasan Teori 1.Konsep sistem pembiayaan kesehatan 2.Perencanaan berbasis Skenario
3. Pertanyaan Penelitian
Pajak
Pendapatan Negara bukan Pajak
Konsep Sistem Pembiayaan Kesehatan Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll
APBN PBI
BPJS
Non-PBI Mandiri
Kemenkes Kementerian lain Pemda Pendapatan Asli Daerah
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Dana dari Masyarakat langsung 19
Pajak
Pengumpulan dana Kesehatan
Pendapatan Negara bukan Pajak
Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll
APBN PBI
BPJS
Non-PBI Mandiri
Kemenkes Kementerian lain Pemda Pendapatan Asli Daerah
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Dana dari Masyarakat langsung 20
Pajak
Pendapatan Negara bukan Pajak
Pooling Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll
APBN PBI
BPJS
Non-PBI Mandiri
Kemenkes Kementerian lain Pemda Pendapatan Asli Daerah
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Dana dari Masyarakat langsung 21
Pajak
Purchasing dan Payment
Pendapatan Negara bukan Pajak
Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll
APBN PBI
BPJS
Non-PBI Mandiri
Kemenkes Kementerian lain Pemda Pendapatan Asli Daerah
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Dana dari Masyarakat langsung 22
Perencanaan berbasis Skenario. Skenario 1: Optimis Skenario 2: Pesimistis.
1. 2. 3.
Penduduk yang tercakup Pelayanan kesehatan yang dicakup, Proporsi biaya pelayanan kesehatan yang ditanggung.
Skenario 1: Optimistis. Sesuai dengan peta jalan. • Skenario ini membutuhkan berbagai kebijakan dan perubahan di lapangan agar asumsiasumsi yang ada di Peta Jalan terpenuhi. • Asumsi-asumsi ini terkait dengan prinsip dasar dalam pembiayaan kesehatan dan asuransi: • Revenue Collection • Pooling the Risk • Purchasing
Pencapaian Universal Coverage Skenario Optimis
3 dimensi UC menurut WHO tercapai
Daerah yang baik
Daerah yang buruk
Zero 2014 I: Maret
2015 II: Nov
maret
2016 Nov
Maret
2017 Nov
Maret
2018 Nov
Maret
2019 Nov
Skenario 2: Pesimistis. • Kegagalan penambahan SDM di daerah sulit + kegagalan penambahan fasilitas kesehatan + dana investasi pemerintah yang kurang + adanya fraud + Komposisi Non-PBI yang besar dalam penggunaan pelayanan kesehatan + masalahmasalah pelaksanaan BPJS. • Dana BPJS akan diserap oleh daerah-daerah yang memang banyak fasilitas kesehatan + fraud.
Ada kemungkinan: • Daerah yang buruk dan baik tidak dapat bertemu di tahun 2019. • Daerah yang baik akan semakin baik • Daerah yang buruk tidak dapat mengejar ketertinggalan
Pencapaian Universal Coverage Skenario Pesimis 2 DIY
NTT
Zero 2014 I: Maret
2015 II: Nov
maret
2016 Nov
Maret
2017 Nov
Maret
2018 Nov
Maret
2019 Nov
Pertanyaan Penelitian • Bagaimanakah situasi sistem pembiayaan kesehatan dengan diberlakukannya JKN? • Bagaimana distribusi dokter dan dokter spesialis di Indonesia saat ini? • Apakah peta jalan (Road Map) akan tercapai ataukah ada situasi di luar peta jalan sebagai skenario lain?
Analisis kebijakan Isu-isu untuk analisis Kebijakan • Apakah masyarakat di daerah dengan ketersediaan fasilitas kesehatan dan SDM dokter dan dokter spesialis yang belum memadai akan mendapatkan manfaat JKN seperti daerah lain yang lebih baik?; • Dalam kondisi Indonesia yang sangat bervariasi apakah JKN yang mempunyai ciri sentralistis dengan peraturan yang relatif seragam dapat mencapai tujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?; • Apakah dana pemerintah yang dianggarkan untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) dapat mencapai sasarannya.
Manfaat: • • • •
Pemerintah Pusat yang baru Presiden DPR Bappenas, Kementerian terkait Pemerintah daerah Dewan SJSN BPJS
Bagian 3 Metode Penelitian
Metode: Penulisan Skenario: • Penggunaan data sekunder: Data SDM Kesehatan, khususnya dokter dan dokter spesialis • Observasi di 12 Propinsi
Analisis Kebijakan • Menggunakan pendekatan retrospektif dan • Pendekatan prospektif untuk kebijakan mendatang
Monitoring: 2 kali setahun 2014
2015
I: Juli II: Nov
Juli
2016 Nov
Juli
2017 Nov
Juli
2018 Nov
Juli
2019 Nov
Pene litian Moni torin g
Evaluasi Kebijakan dapat dilakukan mulai tahun 2015
Bagian 4 A. Hasil Penelitian 1. Perubahan dan Perkembangan pembiayaan 2. Data Penyebaran Dokter dan Dokter Spesialis
B. Pembahasan 1.Skenario JKN di Daerah Istimewa Jakarta 2.Skenario JKN di Jawa Tengah 3.Skenario JKN di Jawa Barat 4.Skenario JKN di Jawa Tengah 5.Skenario JKN di Jawa Timur 6.Skenario JKN di Sumatera Barat 7.Skenario JKN di Sumatera Selatan 8.Skenario JKN di Sulawesi Selatan 9.Skenario JKN di Kalimantan Timur 10.Skenario JKN di Bengkulu 11.Skenario JKN di Nusa Tenggara Timur 12.Skenari JKN di Sulawesi Tenggara
1. Perubahan dan Perkembangan Pembiayaan
Pajak
Apa yang terjadi dalam Pengumpulan dana Kesehatan
Pendapatan Negara bukan Pajak
Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll
APBN PBI
BPJS
Non-PBI Mandiri
Kemenkes Kementerian lain Pemda Pendapatan Asli Daerah
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Dana dari Masyarakat langsung 37
• Berbagai perubahan ini menunjukkan bahwa pengumpulan dana kesehatan dari pemerintah pusat mengalami ketidak stabilan. • Sampai Juni 2014 belum ada data yang dapat diteliti. Ada beberapa kasus seperti di Daerah Istimewa Aceh dimana dana yang masuk ke BPJS sebagai dana non-PBI mandiri masih sangat kecil, namun penggunaannya banyak (sumber KPK).
Pajak
Apa yang terjadi dalam Pooling
Pendapatan Negara bukan Pajak
Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll
APBN PBI
BPJS
Non-PBI Mandiri
Kemenkes Kementerian lain Pemda Pendapatan Asli Daerah
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Dana dari Masyarakat langsung 39
• APBN Kemenkes sebagai tempat penampungan utama: anggaran belanja pemerintah pusat tidak terlihat ada yang bertujuan untuk melakukan investasi sarana pelayanan kesehatan secara sistematis di daerah sulit dan tidak ada investasi cukup untuk penyebaran tenaga kesehatan.
BPJS • Anggaran yang berasal dari APBN melalui Kemenkes untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI). Untuk tahun 2014 sebesar Rp 19.93 T (Pardede 2014). Jumlah ini berasal dari dana Jamkesmas sebesar Rp 8.10 Triliun di tahun 2013 yang mengalami peningkatan; • Pemasukan dari non PBI yang eks PT Askes Indonesia, PT Jamsostek, Asabri dan lain-lain sebesar lebih kurang 46% dari pemasukan; • Non-PBI yang membayar mandiri dengan premi berjenjang: Rp 59.500,- untuk kelas 1 per bulan, Rp 45.500 untuk kelas II, dan Rp 25.500 untuk kelas 1. Target penerimaan di tahun 2014 adalah Rp 104 milyar rupiah.
Catatan: Terjadi gejala Adverse Selection • Situasi yang terjadi pada asuransi kesehatan komersial • Yang masuk pada awal-awal pelaksanaan JKN adalah yang risiko sakit atau yang sudah sakit • Terjadi di Non-PBI-Mandiri yang sampai sekarang belum dapat wajib untuk semua orang Kelompok sakit
Kelompok sehat
Pajak
Gejala Adverse Selection di Non-PBI Mandiri
Pendapatan Negara bukan Pajak
Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll
APBN PBI
BPJS
Non-PBI Mandiri
Kemenkes Kementerian lain Pemda Pendapatan Asli Daerah
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Kelompok sakit
Kelompok sehat
Dana dari Masyarakat langsung 43
Di dalam BPJS dikawatirkan terjadi subsidi terbalik karena: • Terjadi komposisi dimana banyak peserta non-PBI Mandiri yang sakit dan mempunyai risiko tinggi sakit. Mereka cenderung tidak miskin • Sementara itu: Peserta PBI, mencerminkan struktur yang normal (Ada yang sakit dan ada yang sehat). Merupakan kelompok miskin. • Demikian pula di non PBI (eks perusahaan dan PNS).
Kelompok sakit
Kelompok sakit
Kelompok sakit
Kelompok sehat
Kelompok sehat
Kelompok sehat
Pajak
Apa yang terjadi dalam Purchasing dan Payment
Pendapatan Negara bukan Pajak
Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll
APBN PBI
BPJS
Non-PBI Mandiri
Kemenkes Kementerian lain Pemda Pendapatan Asli Daerah
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Dana dari Masyarakat langsung 45
Di BPJS, mekanisme pembayaran: • Kapitasi untuk pelayanan kesehatan primer, dan • Klaim untuk pelayanan kesehatan rujukan berbasis INA-CBG.
• Anggaran kapitasi ditetapkan dengan perencanaan yang mempunyai batas atas sehingga tidak ada kemungkinan melonjak. • Klaim berbasis INA-CBG untuk pelayanan rujukan tidak mempunyai batas atas secara keseluruhan. Belum ada regulasi yang memberi batas atas, berapa rupiah sebuah RS dapat melakukan klaim. • Gambaran di beberapa RS sampai bulan Juni 2014 ada peningkatan secara signfikan dari bulan ke bulan. Di berbagai daerah terdapat pula laporan anekdokte peningkatan klaim yang tajam.
Gejala dalam klaim • Daerah yang mempunyai jumlah penduduk banyak dan padat, SDM kesehatan lengkap, fasilitas yang baik, dan kemampuan melakukan klaim dengan baik akan memperoleh dana BPJS besar. • Keadaan ini diperburuk dengan situasi dimana di daerah tersebut terjadi tindakan fraud di pelayanan kesehatan yang dapat meningkatkan klaim BPJS.
Contoh NTT: Mempunyai keterbatasan pembayaran karena: • Benefit Package terbatas karena keterbatasan jumlah dan jenis SDM kesehatan • Penetapan tarif di RS kelas C yang cenderung rendah. • Demografi dan geografis yang menyulitkan akses penduduk ke RS. • Ketidak mampuan melakukan klaim secara administratif
Data SDM Dokter Spesialis • Terjadi ketimpangan ekstrim
Distribusi Dokter Spesialis
Spesialis Penunjang
Catatan: • Penambahan Jumlah RS dan Tempat Tidur terjadi di Jawa selama 4 tahun terakhir ini
Trend Jumlah RS di Kepulauan Jawa, Bali, Nusa Tenggara 350
300
250
RS
200
150
100
50
0
NusaTenggara Nusa Tenggara Barat Timur
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Jogjakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
2012
132
200
225
51
187
46
43
17
34
2013
142
243
247
66
286
73
54
22
41
2014
149
273
275
69
319
77
57
23
41
Updated
155
281
282
70
331
81
57
24
41
Trend Jumlah TT di Kepulauan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara 45.000
40.000
35.000
30.000
TT
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
-
NusaTenggara Nusa Tenggara Barat Timur
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Jogjakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
2012
20.231
29.000
31.799
10.229
33.351
6.561
5.259
2.267
3.917
2013
20.231
29.000
31.799
10.229
33.351
6.561
5.259
2.267
3.917
2014
21.928
33.518
42.778
10.391
36.558
8.259
5.947
3.030
4.119
Updated
22.767
35.074
36.492
10.492
37.967
9.956
6.220
3.239
4.141
Pembahasan Skenario Di 12 Propinsi
Skenario Optimis: Pencapaian Universal Coverage di tahun 2019 diproyeksikan ada di: • DKI, • DIY, • Sumatera Selatan, • Sumatera Barat, • sebagian Kabupaten/Kota di Jawa Barat, • sebagian kabupaten/kota di Jawa Tengah dan • sebagian di Sulawesi Selatan.
Skenario Pesimis Skenario pesimis ringan dan berat untuk tercapainya UHC melalui JKN pada tahun 2019 ada di: - NTT, - Kalimantan Timur, - sebagian Kab/Kota di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, - Bengkulu, dan - Sulawesi Tenggara.
Pencapaian Universal Coverage Skenario Pesimis 2 DIY
NTT
Zero 2014 I: Maret
2015 II: Nov
maret
2016 Nov
Maret
2017 Nov
Maret
2018 Nov
Maret
2019 Nov
Mengapa kesenjangan dapat membesar di tahun 2014 - 2019? • Kegagalan penambahan fasiltas kesehatan dan tenaga kesehatan. Diproyeksikan dalam waktu 5 tahun mendatang daerah buruk seperti NTT gagal menambah SDM dan fasilitas kesehatan untuk mengejar ketertinggalan jika tidak ada perubahan kebijakan. • Akses ekonomi, geografis dan budaya ke pelayanan dengan klaim yang besar lebih banyak pada masyarakat kaya. • Apabila peserta BPJS non-PBI di daerah maju semakin banyak, dan ada koordinasi manfaat dengan asuransi kesehatan swasta maka dana yang terkumpul di BPJS akan terpakai lebih banyak di daerah-daerah maju/kotakota besar oleh masyarakat mampu yang menjadi anggota BPJS non-PBI mandiri • Sementara itu daerah-daerah yang fasilitas dan jumlah tenaga kesehatannya minim, ada kemungkinan tidak dapat menyerap dana PBI. Dana sisa dapat dipakai oleh propinsi lain. • Masalah-masalah kesehatan antara lain penyakit infeksi, kanker, kardio vaskuler karena perilaku buruk seperti merokok, kecelakaan lalulintas semakin banyak terdapat di daerah sulit.
Contoh Dana “Sisa” • Di NTT
DATA KEPESERTAAN WILAYAH KERJA BPJS KESEHATAN DIVISI REGIONAL XI S.D MINGGU V MEI 2014
No Kantor Cabang 1
Kabupaten
Jumlah Penduduk
Sosial
Jamkesmas
Jamkesda
3
4
5
6
7
2
6 Kupang
Kupang TTS TTU Belu Alor Rote Ndao Sabu Raijua Kota Kupang
7 Maumere
Lembata Flotim Sikka
8 Ende
Ende Ngada Manggarai Nagekeo Manggarai Timur Manggarai Barat
9 Waingapu
Sumba Tengah Sumba Barat Daya Sumba Timur Sumba Barat
Total Prov. NTT
640.787 441.155 229.803 352.297 190.026 119.908 72.960 2.046.936 117.829 232.605 300.328 650.762 267.262 148.969 307.140 135.419 263.786 236.604 1.359.180 66.252 290.539 232.237 145.267 734.295 4.791.173
1.404 27.866 18.518 29.003 21.617 8.488 3.226 72.854 182.976 13.805 21.014 23.750 58.569 24.606 18.105 12.284 9.498 13.271 9.523 87.287 3.433 8.733 29.901 10.922 52.989 381.821
177.950 294.402 124.425 180.961 113.623 68.932 59.615 87.646 1.107.554 60.217 112.065 148.511 320.793 127.577 53.850 195.157 57.755 157.538 136.506 728.383 49.934 235.801 149.703 79.151 514.589 2.671.319
26.246 26.246 4.500 30.002 33.389 11.585 79.476 105.722
Peserta Mandiri Eks Jamsostek 8
90 203 3.467 995 100 5.423 10.278 281 783 4.383 5.447 615 89 557 13 23 711 2.008 46 237 157 440 18.173
9
TNI
Polri
10
11
157 575 1.736 17 740 1.433 82 554 1.251 211 2.847 1.276 499 981 596 14.055 7.431 4.593 14.522 12.646 11.866 584 449 866 720 762 1.025 720 1.211 2.475 82 754 1.641 291 637 26 369 1.210 88 208 96 189 56 199 1.035 164 1.797 4.920 1 35 78 491 1.341 470 1.475 78 962 2.851 15.484 16.616 22.112
Total Peserta BPJS 12
1.339.842
415.461
824.559
651.385
3.231.247
Perhitungan: • Dana yang masuk per bulan: • 3.2 juta x l.k 20 .000 = 64 milyar
Pengeluaran dalam 4 bulan 1: • Kapitasi 76 milyar • Klaim Rujukan 109 milyar Perbulan rata-rata: 45 milyar.
Ada sisa: 19 milyar per bulan. Kemana dana ini akan diberikan?
Kesimpulan Berdasarkan analisis skenario:
Universal Coverage di tahun 2019 ada kemungkinan besar tidak tercapai tanpa ada perubahan kebijakan yang terpadu. • Keterangan:
Pertama Secara rinci dapat disimpulkan bahwa masyarakat di daerah dengan ketersediaan fasilitas kesehatan dan SDM kesehatan yang tidak memadai akan mendapatkan manfaat JKN yang jauh lebih sedikit dibanding daerah yang maju/kota-kota besar.
Kedua Dalam kondisi Indonesia yang sangat bervariasi, JKN yang mempunyai ciri sentralistis dalam pembiayaan dengan peraturan yang relatif seragam, akan sulit mencapai tujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ketiga • Ada kemungkinan dana pemerintah yang dianggarkan untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) dapat salah sasaran. • Daerah-daerah yang sulit tidak dapat menyerap anggaran untuk PBI karena kekurangan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan, sehingga terjadi “sisa” anggaran. • Dikawatirkan itu anggaran “sisa” di daerah sulit ada kemungkinan dipergunakan untuk mendanai masyarakat di daerah maju.
Saran untuk perbaikan kebijakan
Dalam konteks monitoring dan evaluasi Kebijakan JKN
Manfaat Monitoring Penetapan agenda Evaluasi Kebijakan Monitoring Pelaksanaan
Perumusan Kebijakan
Pelaksanaan Kebijakan 69
Memperhatikan aspek preventif dan promotif secara lebih kuat. • Kementerian Kesehatan perlu meningkatkan kegiatan preventif dan promotif. • Diharapkan ada kebijakan meningkatkan pencegahan dan promosi kesehatan di seluruh Kementerian.
Memperbaiki berbagai kebijakan di JKN sebagai berikut: 1. Kebijakan di pengumpulan dana kesehatan. 2. Perubahan kebijakan di BPJS dan APBN/APBD 3. Perubahan Kebijakan di Penyaluran dana BPJS
Pajak
1. Kebijakan di Pengumpulan dana Kesehatan
Pendapatan Negara bukan Pajak
Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll
APBN PBI
BPJS
Non-PBI Mandiri
Kemenkes Kementerian lain Pemda
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Dana dari Masyarakat langsung 72
1. Kebijakan di pengumpulan dana kesehatan. • Perlu peningkatan dana untuk kesehatan dari APBN dan APBD. • Pemerintah pusat perlu bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk investasi dan pembiayaan jaminan di bidang kesehatan. • Perlu ada kebijakan yang bertujuan meningkatkan dana masyarakat untuk membayar pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan.
Pajak
2. Perubahan Kebijakan di BPJS
Pendapatan Negara bukan Pajak
Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll
APBN PBI
BPJS
Non-PBI Mandiri
Kemenkes Kementerian lain Pemda Pendapatan Asli Daerah
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Dana dari Masyarakat langsung 74
• Perlu kebijakan yang lebih mengaplikasikan prinsip asuransi kesehatan sosial dalam BPJS; • Bagi masyarakat yang menggunakan kelas I dan VIP sebaiknya menggunakan asuransi komersial tanpa ada hubungan dengan dana BPJS; • Perlu kebijakan untuk mencegah adverse selection, khususnya bagi masyarakat yang mampu; • Perlu mengaktifkan kebijakan Dana Kompensasi untuk daerah-daerah yang belum mempunyai sumber daya kesehatan yang cukup.
Secara khusus • Perlu kebijakan untuk memisahkan dana yang berasal dari PBI dan non PBI sehingga dapat dilakukan transparansi dan akuntabilitas yang lebih baik. • Di dalam BPJS akan ada kompartemenkompartemen berdasarkan sumber dana dan pengeluarannya. • Diharapkan ada pemisahan yang tegas sehingga mencegah terjadinya dana yang masuk dari PBI di BPJS dipergunakan untuk pengeluaran kesehatan bagi masyarakat yang non-PBI mandiri;
Pajak
Kompartemenkompartemen di BPJS
Pendapatan Negara bukan Pajak
Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll
BPJS APBN Rp
PBI
Rp Rp
Non-PBI Mandiri
Kemenkes Kementerian lain Pemda Pendapatan Asli Daerah
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Dana dari Masyarakat langsung 77
Pajak
3. Kebijakan di Pembayaran
Pendapatan Negara bukan Pajak
Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll
APBN PBI
BPJS
Non-PBI Mandiri
Kemenkes Kementerian lain Pemda Pendapatan Asli Daerah
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Dana dari Masyarakat langsung 78
3. Perubahan Kebijakan di Penyaluran dana BPJS • Perlu ada kebijakan pembatasan Benefit Package (Paket Manfaat) dan/atau menggunakan iur biaya untuk berbagai pelayanan yang besar biayanya; • Perlu ada kebijakan untuk memperbaiki aspek pemberi pelayanan (supply) pelayanan kesehatan terlebih dahulu sebelum menggunakan klaim; • Untuk mengurangi biaya sumber daya manusia dan pemerataan pelayanan, residen perlu dijadikan pekerja medis dalam pelayanan kesehatan yang didanai oleh BPJS. • Dalam jangka pendek diharapkan ada kebijakan pengiriman tenaga medis ke berbagai rumahsakit dan puskesmas yang kekurangan SDM. • Perlu ada kebijakan sistem pencegahan dan penindakan fraud dalam jaminan kesehatan. • Perlu adanya sistem verifikator dan investigator yang lebih baik di pelayanan primer dan rujukan untuk mencegah fraud dan pemborosan dana yang tidak perlu.
4. Perlu Monitoring dan Evaluasi lebih lanjut dengan menggunakan data empirik • Kegiatan Monitoring dan Evaluasi ini perlu didukung oleh pemerintah • Kegiatan di 12 propinsi perlu diperluas ke seluruh propinsi di Indonesia • Perlu ada pihak independen untuk melakukan monitoring dan evaluasi kebijakan JKN
terimakasih