ANTOLOGI PUISI ESAI
1
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU Antologi Puisi Esai Ade Julia Dewi Catur Adi Wicaksono Fitrawan Umar Huzer Apriansyah Muhammad Syamsul Arifin Stefanus P Elu Pengantar Hanna Fransisca Editor Mahwi Air Tawar
ANTOLOGI PUISI ESAI
1
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU ANTOLOGI PUISI ESAI @Jurnal Sajak (cetakan) @Inspirasi.Co. (digital) Hak cipta dilindungi Undang-undang All Right Reserved Penulis Ade Julia Dewi Catur Adi Wicaksono Fitrawan Umar Huzer Apriansyah Muhammad Syamsul Arifin Stefanus P Elu Pengantar Hanna Fransisca Editor Mahwi Air Tawar Disain Cover arsdesign Desain isi dan Tata letak Andi Espe Cetakan Pertama, April 2014 ISBN 978-602-1301-07-4 164 halaman 13 X 18,5 cm Diterbitkan pertama kali oleh PT JURNAL SAJAK INDONESIA Jl. Bhineka Permai Blok T No. 6 Mekarsari, Depok, Indonesia Telp/Faks. 021-8721244 Email:
[email protected]
2
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Daftar Isi Catatan Dewan Juri Lomba Menulis Puisi Esai 2013
5
Tiga Tetangga di Rumah Saya Hanna Fransisca
21
Belahan Jiwaku Bukanlah Suamiku Ade Julia Dewi
21
Virus! (Kisah Hidup ODHA) Catur Adi Wicaksono
55
Kisah Tak Wangi Daeng Bunga Fitrawan Umar
85
Aku Besudut Menolak Tersudut Huzer Apriansyah
103
Petrus —Tragedi yang Dilupakan Muhammad Syamsul Arif in
121
Tanya Sumiyarsi dari Platungan Stefanus P Elu
143
Biograf i Penyair
161
ANTOLOGI PUISI ESAI
3
4
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
CATATAN DEWAN JURI LOMBA MENULIS PUISI ESAI 2013
S
ejak puisi esai ditulis Denny JA dan diterbitkan dalam buku Atas Nama Cinta, istilah puisi esai pun menjadi perdebatan dimana-mana, terutama di kalangan para penulis. Ada f ihak yang menolak dengan keras, ada yang biasa-biasa saja, dan ada yang menyambut dengan gembira. Alasan penolakan puisi esai bermacam-macam. Tapi, yang paling ramai adalah alasan bahwa puisi adalah puisi dan esai adalah esai. Tidak bisa kedua hal itu disatukan atau dikawinkan. Yang biasa-biasa pun dapat dibagi dua. Yang pertama, tidak begitu peduli dan terus menulis saja apa yang mereka suka dan mereka yakini. Yang kedua, cenderung wait and see, yaitu menunggu apakah bentuk puisi esai akan muncul ANTOLOGI PUISI ESAI
5
sebentar lalu hilang atau akan berkembang. Dan kalau berkembang, berkembang kemanakah kiranya. Sementara yang menyambut gembira, umumnya adalah beberapa penulis yang menulis esai, cerpen, atau tulisan lain tapi jarang atau tidak pernah menulis puisi. Mereka menganggap bahwa puisi esai adalah sebuah peluang untuk memanfaatkan kemampuan, pengalaman, dan pengetahuannya tentang bidang yang mereka geluti selama ini untuk ditulis menjadi puisi. Selama ini mereka menganggap bahwa pengamatan, pengalaman, dan pengetahuan mereka mengenai bidang nonpuisi tidak bermanfaat untuk puisi dan tidak dapat dituliskan dalam bentuk puisi. Dengan puisi esai, mereka melihat bahwa hal itu mungkin dituliskan. Buku puisi esai yang terbit menyusul terbitnya buku Atas Nama Cinta karya Denny JA adalah buku kumpulan puisi esai yang ditulis oleh para penulis dan intelektual yang bukan penyair. Penulis yang tidak pernah membayangkan bahwa mereka bisa dan boleh menulis puisi. Buku puisi esai itu adalah: Kutunggu Kamu di Cisadane, karya Ahmad Gaus (2012); Manusia Gerobak karya Elza Peldi Taher (2013); Imaji Cinta Halima karya Novriantoni Kahar (2013); Kuburlah Kami Hidup-hidup karya Anick Hamim Tohari (2014); dan Sanih, Kamu tidak Perawan karya M.J. Rahardjo (2014). Mereka adalah pembaca dan pencinta sastra, tapi selama ini lebih banyak bergelut dalam masalah sosial, khususnya keagamaan. Maka, dengan puisi esai, mereka 6
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
dapat mengungkapkan berbagai masalah sosial keagamaan juga sikap mereka tentang itu dalam bentuk puisi esai. Padahal tidak terbayangkan sebelumnya bahwa bidang yang mereka geluti ternyata dapat diungkapkan dalam bentuk puisi. Penulis puisi esai lain adalah Jonminofri. Bertahuntahun dia menggeluti dunia pers dan kewartawanan dan tidak berpikir dapat menulis puisi tentang dunia itu. Dengan puisi esai, dia dapat menulis puisi panjang mengenai dunia wartawan berjudul "Kawan Nomor Enam" yang dimuat dalam Jurnal Sajak edisi 7. Namun, ternyata selain para peneliti dan intelektual nonsastra, para penyair pun ada yang mencoba singgah (sejenak maupun beberapa jenak) di jalan puisi esai. Maka para penyair yang selama ini cenderung menulis puisi-puisi liris mencoba menulis puisi esai. Hasilnya bagaimana, tentu pembaca yang menilainya. Ada kehebohan berkenaan dengan singgahnya penyair liris ke puisi esai. Apakah kehebohan tersebut berkaitan dengan pengembangan dan pertukaran pikiran dalam sastra atau tidak, itu pun biar pembaca yang menilainya. Dalam dunia musik persinggahan ke jalan lain adalah hal biasa dan bahkan menarik. Chris Cornell, penyanyi rock asal Sound Garden dan Audioslave yang dikenal sebagai penyanyi cadas, membuat sebuah album solo akustik. Di sana ia menyanyikan lagu-lagu, mulai lagu Michael Jackson sampai lagu Whitney Houston, yang kesemuanya di luar ANTOLOGI PUISI ESAI
7
jalan dia selama ini. Hasilnya? Chris Cornell adalah Chris Cornell, maka aneka lagu berbeda jalan itu saat dia nyanyikan tampil memukau dan baru tanpa meniadakan aslinya. Paul Mc. Cartney, dedengkot The Beatles yang melahirkan puluhan album super sukses, sempat juga singgah membuat sebuah album berisi lagu-lagu jazz standard mulai dari "It's Only the Paper Moon" sampai "One and Only Love", sambil menyajikan lagu "jazz standard" ciptaannya "My Valentine". Hal yang sama dilakukan Rod Steward yang dengan suara seraknya yang khas melantunkan lagu "Blue Moon", "Stardust" dan sejenisnya. Sang maestro piano jazz Chick Corea bersama Keith Jarret dengan santai dan meyakinkan singgah ke jalan musik klasik sembari menunjukkan kepiawaian teknis dalam musik klasik tanpa kehilangan kepekaan jazz-nya. Di Indonesia mungkin agak berbeda. Ahmad Albar sang superstar rock, kala singgah ke dangdut dan melahirkan hits "Zakia" segera memanen serangan cemoohan, terutama dari mereka yang bergiat di dunia musik. Sebenarnya lagu "Zakia" yang dilansir grup rock God Bless itu, dalam persinggahannya ke dangdut tetaplah masih membawa spirit rock mereka. Belakangan, Boomerang sebuah grup rock cadas, menyanyikan "Zakia" dengan "mengembalikannya" ke rock dengan hasil meyakinkan. Dalam dunia f ilm jelas persinggahan ke genre lain bukan hanya sering dilakukan, melainkan bahkan sangat 8
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
perlu. Arnold Schwarzenegger yang dikenal dengan f ilmf ilm laga dan main otot sempat singgah dengan meyakinkan ke f ilm komedi seperti Kindergarten Cop dan Twins. Tidak mudah memang di Indonesia seorang seniman singgah mencoba genre lain, karena seorang yang dikenal sebagai pemeran bencong atau babu akan dituntut untuk menjadi bencong atau babu seumur hidup. Persinggahan paling ramai dalam urusan puisi esai adalah persinggahan yang dilakukan oleh mereka yang menjadi peserta Lomba Menulis Puisi Esai. Peserta Lomba Menulis Puisi Esai yang pertama diikuti oleh penyair, cerpenis, novelis, peneliti, guru dan dosen, aktivis, mahasiswa, anak sekolah, pegawai pemerintah, dan sebagainya. Ternyata, jumlah peserta Lomba Menulis Puisi Esai yang kedua mengalami ledakan jumlah peserta. Tidak kurang dari 1.000 naskah puisi esai masuk ke panitia. Setelah dipindai dan disortir berdasarkan kelengkapan teknis lomba, yang memenuhi ketentuan teknis ada 888 buah puisi esai. Ke 888 puisi esai peserta lomba tersebut kemudian dinilai oleh 5 orang juri, yakni: Ahmad Gaus, Ahmad Subhanuddin Alwy, Elza Peldi Taher, Jonminofri, dan Novriantoni Kahar. 5 juri tersebut masing-masing memilih puisi esai yang lolos babak penyisihan untuk dinilai oleh juri f inal. Juri Final Lomba Menulis Puisi Esai 2013 yang terdiri dari Agus R. Sarjono, Acep Zamzam Noor, dan Jamal D. Rahman menilai puisipuisi esai yang lolos babak penyisihan untuk menghasilkan ANTOLOGI PUISI ESAI
9
Juara 1, Juara 2, Juara 3 dan 10 Puisi Esai Terbaik. Juri Final juga memilih 12 Puisi Esai Menarik. 12 Puisi Esai Menarik adalah 12 puisi esai yang tidak memenangkan kejuaraan namun menarik hati juri baik karena pokok permasalahan yang ditulis maupun segi-segi lainnya. 12 puisi esai menarik akan diterbitkan ke dalam 2 buku antologi puisi esai, masing-masing buku terdiri dari 6 puisi esai menarik. 12 Puisi Esai Menarik yang dipilih Juri Final adalah puisi esai karya Ade Julia Dewi, Ake Nera Atakiwang, Catur Adi Wicaksono, Fitrawan Umar, Husnatul Hasnah, Huzer Apriansyah, Lephen Purwaraharja, Muhammad Syamsul Arif in, Nevatuhela, Nihayatul Husna, Stefanus P. Elu, dan Sugiri. Puisi esai mereka diterbitkan dalam buku Tanjung Mata Bulan dan Kisah Tak Wangi Belahan Jiwaku. Masing-masing buku berisi 6 puisi esai menarik. Juri Final memilih sejumlah puisi esai untuk dinominasikan sebagai juara lomba. Yang dinominasikan adalah: Ahmad Ijazi ("Pasca Gestapu"), Angga Trio Sanjaya ("Tembang"), Beni Setia ("Menatap Langit Kosong"), Burhan Shiddiq ("Konspirasi Suci"), Damiri Mahmud ("Akulah Melayu Itu, Kau Halau Itu"), Faried Januar ("Pengakuan Jendral Madrictsch"), Isbedy Stiawan ZS ("Cerita Duka dari 'Negeri Keratuan Darah Putih'"), Mashuri ("Syarif Tambak Lumpur"), Nun Urnoto El Banbary ("Dendang Bujang Tanah Seberang"), Rinduan Situmorang ("Balada Cinta Upiak dan
10
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Togar"), Sri Wintala Achmad ("Elegi Cinta Putri Pembayun"), Wendoko ("Ni Hoekong di Muka Raad van Justitie"), dan Zubaidah Johar ("Siti Khalwat"). Dari 13 nominator, Juri setelah melewati perdebatan keras memilih para pemenang sebagai berikut: 1.
Juara Pertama, Burhan Shiddiq dengan karyanya "Konspirasi Suci";
2.
Juara Kedua, Rinduan Situmorang dengan karyanya "Balada Cinta Upiak dan Togar";
3.
Juara ketiga, Isbedy Stiawan ZS dengan karyanya "Cerita Duka dari "Negeri Keratuan Darah Putih".
10 Nominator lainnya otomatis menjadi 10 Puisi Esai Terbaik. Puisi esai ketiga juara tersebut terbit dalam Antologi Puisi Esai dengan judul Konspirasi Suci yang menjadi juara pertama selain diterbitkan dalam Jurnal Sajak edisi 8. Para nominator yang karya puisi esainya tidak terpilih menjadi Juara Pertama, Juara Kedua, atau Juara Ketiga, otomatis menjadi 10 Puisi Esai Terbaik. Selain mendapat hadiah sesuai ketentuan, 10 Puisi Esai Terbaik tersebut diterbitkan dalam buku Lumpur-lumpur Ingatan dan Rantau Cinta Rantau Sejarah. Masing-masing buku berisi 5 puisi esai terbaik. Demikianlah hasil penjurian Lomba Puisi Esai. Kami mengucapkan terima kasih pada Ahmad Gaus, Ahmad
ANTOLOGI PUISI ESAI
11
Subhanuddin Alwy, Elza Peldi Taher, Jonminofri, dan Novriantoni Kahar yang dengan sungguh-sungguh telah menilai puisi esai yang masuk berdasar penilaian dan selera mereka dan menghasilkan para f inalis yang beragam. Terima kasih kami ucapkan juga pada semua peserta Lomba Menulis Puisi Esai yang meski tidak lolos telah mencoba mengungkapkan berbagai sisi kehidupan Indonesia. Semoga di masa depan berbagai suara dari berbagai bagian Indonesia yang membisu dan/atau dibisukan diberi suara dengan menyentuh, mendalam, dan kaya hingga berhasil menggugah kesadaran kita akan keberagaman dan keluasan Indonesia Raya yang kita cinta dan hidupi ini.
Juri Final Lomba Menulis Puisi Esai Agus R. Sarjono Acep Zamzam Noor Jamal D. Rahman
12
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
TIGA TETANGGA DI RUMAH SAYA
Hanna Fransisca
I
ncest, kusta, HIV, adalah tetangga dekat sekaligus jauh, yang sangat akrab dengan keseharian saya. Ia ada, tapi sekaligus tak ada. Kadang-kadang ia merayap diam-diam, mengendus, bahkan menjilat ingatan; tapi kadang-kadang juga ia berlari di kejauhan sana, bersembunyi di balik kabut, dan menunggu saya untuk memanggilnya kembali – meskipun dalam sunyi. Saya sering membaca berita tentang mereka, dan saya sedikit senang dengan sekepal informasi. Kadangkala saya juga membuka teori (tentu saja tidak secara khusus), untuk sekedar memuaskan nafsu keingintahuan saya yang serba sedikit. Saya juga pernah secara tak sengaja membaca puisi soal itu, tapi tampaknya puisi masih terlalu rumit dan samar-samar. Incest, kusta, HIV, memang sungguh-sungguh tetangga dekat sekaligus jauh. Tapi dari kesimpulan sesaat berdasarkan ingatan yang serba khawatir, pastilah ketiganya adalah tetangga yang buruk dan tak pantas untuk didekati. Pastilah tak ada cinta di sana.
ANTOLOGI PUISI ESAI
13
Saya membuka buku ini, dan menemukan ketiga tetangga itu, dengan pikiran awal bahwa semua puisi pastilah sama: ia tak pernah memberi detail yang lengkap untuk sebuah jawaban. Puisi, sejauh pemahaman saya, memang tidak bertugas untuk itu. Puisi hanya serupa tantangan untuk menyelam pada kedalaman, melewati kata-kata yang diasah sedemikian rupa hingga ketajamannya bisa saja melukai. Atau serupa passion, yang bisa membuat hati tiba-tiba menjadi lega. Menjadi bahagia, menjadi sedih, menjadi indah. Maka kata-kata bukanlah semata rangkaian peristiwa, bukan juga cerita, dan bahkan bisa juga bukan apa-apa. Tapi pikiran awal yang umum menghinggapi setiap kali saya menghadapi puisi, tiba-tiba menjadi berubah karena di hadapan saya kini terbentang sebuah dunia yang berbeda. Dunia cair dari puisi-puisi panjang yang gampang dibaca, dipenuhi cerita, dan juga berita yang diisi beragam informasi. Ada kata-kata yang dirangkaikan menjadi bunyi, membentuk irama, dan sekaligus ada cerita yang lengkap disertai data-data tentang fakta, —bahkan teori. Saya harus mengesampingkan sementara pandangan khusus yang rumit tentang puisi yang selama ini saya pahami. Seringkali saya dihinggapi rasa bersalah, jika menghadapi puisi panjang, dan saya tidak menyiapkan diri dengan baik. Puisi panjang adalah jalanan menanjak menaiki sebuah puncak gunung yang berbatu, berkelok, kadang melewati jurang dan lembah. Seringkali saya harus 14
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
bergelantung pada akar supaya tidak tergelincir dan jatuh, seringkali pula harus merangkak atau bahkan mencungkil batu untuk menemukan pegangan. Saya harus benar-benar siap untuk sampai ke puncak, dan menikmati segala ketidakmungkinan dari keindahan yang bakal menghampiri. Sebab, setiap puncak bagi para pendaki, adalah petualangan berbeda dengan tantangan berbeda. Tapi untuk sampai ke puncak, lebih-lebih bagi puncak yang tidak memiliki jalan setapak, semua pendaki harus menyiapkan diri secara matang. Harus memiliki pengetahuan yang memadai, serta keberanian menduga, mengukur, dan menerabas untuk membuka jalan. Tapi bayangkanlah, sebuah puisi yang mudah diduga dan dibaca, dengan pembuka semacam ini: Sudah berulangkali Mawar memejamkan mata Mengusir rasa gusar dalam hati Agar segera mimpi datang menjelma Namun matanya tak dapat bekerjasama Hati dan f ikirannya terus berkelana Jauh, mengarungi malam pekat yang tak bertuan.... Setiap pembaca yang terbiasa menghadapi konsep puisi secara umum, pastilah akan bertanya-tanya: di manakah letak puisinya? Bukankah pembuka puisi semacam ini, tak lebih hanyalah prosa yang dipenggal setiap kalimatnya, menjadi masing-masing sebuah baris, hingga menyerupai ANTOLOGI PUISI ESAI
15
bentuk puisi? Tak ada tantangan dari kata-kata berkilau yang diasah ketajamannya hingga bisa melukai. Tak ada misteri yang yang harus dipecahkan, tak ada batu yang harus dicungkil, akar yang harus dipegang, untuk dijadikan sebuah pegangan agar tidak tergelincir. Semua kalimat terang dan jelas, dan melulu hanyalah deskripsi sebuah pembuka cerita. Saya mengalami goncangan awal dengan penuh curiga. Tapi tunggu dulu, bukankah menghadapi puisi-puisi panjang khusus ini, memang sejak awal harus menyiapkan sebuah perspektif yang berbeda? Sebagai seorang pendaki yang terbiasa memiliki pandangan rumit tentang puisi, ada baiknya untuk membuka diri terhadap pendakian lain yang mungkin saja akan membuka cakrawala lain tentang konsep sebuah gunung yang akan didaki. Dan dugaan saya benar, daya tarik cerita yang memikat dari awal sampai akhir, adalah petualangan yang sungguh berharga untuk dilewatkan. Petualangan saya menjadi penuh duri ketika perlahan saya masuk ke dalam tokoh-tokoh yang bermain di dalamnya. Ada deskripsi, ada dialog, ada informasi, ada data yang bisa dibaca, serta ada perjalanan panjang yang mengalir seperti sungai dalam yang berombak menuju muara. Kisah tentang incest yang dituliskan sepanjang 31 halaman oleh Ade Julia Dewi dengan judul Belahan Jiwaku Bukanlah Suamiku, telah membuka tabir —setidaknya bagi saya— tentang satu tetangga yang diduga buruk rupa, ternyata memiliki cinta. Tetangga dekat sekaligus jauh itu,
16
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
yang disimpulkan dengan penuh kekhawatiran sebagai monster yang patut dijauhi, ternyata adalah manusia yang layak untuk disapa. Ada data, ada fakta, ada teori, ada informasi, yang membuat petualangan cerita sepanjang 31 halaman ini begitu lengkap. Tidak setiap yang gampang dibaca selalu mudah. Begitupun pada tetangga lain yang saya baca, tentang HIV yang diriwayatkan oleh Catur Adi Wicaksono dalam puisi sepanjang 28 halaman dengan judul Virus (Kisah Hidup Odha). Lebih-lebih pada puisi “Kisah Tak Wangi Daeng Bunga”, yang ditulis sepanjang 16 halaman oleh Fitrawan Umar. Kisah tentang kusta yang selalu dinista. Membayangkan kusta yang buruk rupa, lalu membaca kusta yang didasarkan pada fakta yang dilengkapi catatancatatan peristiwa secara rinci yang dituliskan dalam catatan kaki, adalah betul-betul membaca manusia nyata yang hidup di sekitar kita. Puisi menjadi bungkus yang cantik untuk mengantarkan kisah dramatik dengan tokoh yang dihidupkan dengan segala kesedihannya, kegembiraannya, keinginan dan harapan-harapannya. Setidaknya saya menjadi rindu untuk berkunjung pada sebuah sanatorium, dan melihat mereka di sana. Mungkin saya tidak takut lagi untuk memeluknya. Setidaknya saya semakin tidak bisa memahami, kenapa ada orang-orang yang begitu kejam ketika melihat seorang pengemis kusta di jalan raya. Puisi Fitrawan Umar memang sangat gampang dibaca, tapi efek petualangannya bagi saya, sama menghentaknya dengan ANTOLOGI PUISI ESAI
17
ketika saya mengalami passion dalam membaca puisi yang rumit. Jadi apakah puisi yang rumit, atau puisi yang gampang dibaca, menjadi perbedaan yang begitu dipersoalkan? Saya bukan seorang kritikus, dan tidak selalu memiliki perangkat untuk menilai baik atau buruk secara objektif. Maka saya tidak hendak menilai. Saya hanya membaca dan merasakan, bahwa tiga puisi ini, yang saya anggap tetangga dekat sekaligus jauh, telah membuat pandangan saya terhadap mereka semakin bertambah peka. Tiga puisi panjang berikutnya, masing-masing ditulis oleh Huzer Apriansyah yang mengisahkan tentang perjuangan Orang Rimba di Jambi untuk bersekolah —puisi yang didasarkan pada perjuangan Irman Jalil (Besudut)— yakni Orang Rimba pertama yang berhasil lulus SMU dan menjadi mahasiswa pertama di FKIP Universitas Jambi. Kemudian puisi yang berisi ingatan sejarah tentang petrus (penembak misterius) di masa Orde Baru yang menelan korban jiwa ratusan preman yang ditembak tanpa pengadilan, yang ditulis oleh Muhammad Syamsul Arif in; serta ingatan sejarah tentang anggota Gerwani yang menjadi korban catatan hitam politik Orde Baru (berdasarkan kisah nyata Dr Sumiyarsi Siwirini Caropeboka) yang ditulis oleh Stefanus P Elu. Saya membayangkan, memang sungguh tidak mudah menulis berdasarkan riset yang betul-betul cermat, dan menyertakan sekaligus hasil penelusuran risetnya dalam bentuk catatan kaki yang bisa ditelusuri
18
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
sumbernya. Terlepas apakah hasilnya akan menimbulkan goresan luka seperti tergores tajamnya bahasa, atau sejenis passion yang menimbulkan rasa empati; tentu semua berpulang pada kemampuan setiap penyairnya. Sebagai pembaca, saya cukup merasa bahagia. Buku ini, bagi saya adalah pendakian berbeda dari apa yang selama ini saya pahami tentang puisi.
Jakarta, 2014
ANTOLOGI PUISI ESAI
19
20
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
BELAHAN JIWAKU BUKANLAH SUAMIKU
Puisi Esai
Ade Julia Dewi
ANTOLOGI PUISI ESAI
21
22
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
BELAHAN JIWAKU BUKANLAH SUAMIKU 1/ Sudah berulangkali Mawar memejamkan mata Mengusir rasa gusar dalam hati Agar segera mimpi datang menjelma. Namun matanya tak dapat bekerjasama Hati dan f ikirannya terus berkelana, Jauh, mengarungi malam pekat yang tak bertuan. Duh, telah lama ku berbaring Tak jua mau mataku terpicing Ya Allah, tolonglah aku!1 Hapus semua resah di hatiku Hanya Engkaulah satu-satunya penolongku. Perlahan air mata jatuh di pipinya, Sesak dadanya Hampa hatinya Memikirkan semua yang tengah dihadapinya.
1
Katakanlah, “Ialah Allah yang Maha Esa, Allah yang kekal tempat meminta, Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada sekutu bagiNya” (QS. Al-Ikhlas: 1-4).
ANTOLOGI PUISI ESAI
23
Terbayang wajah seorang pria yang sangat disayanginyaDengan segenap jiwaraga Bayu, kekasihnya tercinta. Ya Allah, mengapa ini terjadi padaku? Rintih mawar Tak ku menghendaki semua ini Tak ku ingin laknat dan murkamu Tak jua ku mau menyakiti hati ayah dan ibu, Apalagi mempermalukan keluarga dan diri sendiri2 Tapi aku pun tak bisa mendustai hati Aku mencintainyaMencintai Bayu, pamanku Adik kandung ayahku sendiri! Kembali dalam malam yang sepi Untuk kesekian ratus kali Air mata yang mengalir di pipi Menjadi saksi bisu Semua keresahan dan dilema yang terjadi.
2
Meski hubungan incest (hubungan sedarah), telah terjadi sejak zaman dahulu kala, namun sampai kehidupan modern seperti sekarang, masyarakat umumnya masih menganggap hal ini tabu. Masyarakat bertambah ‘jijik’ jika incest terjadi karena adanya hubungan cinta di antara keduanya. Masyarakat barat maupun timur, sepertinya mempunyai kesamaan sikap dalam hal ini. Sumber: http://uniqpost.com/21098/6-kasus-incest-pernikahansedarah-yang-menggemparkan-dunia//.
24
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
2/ Tiga bulan sudah Mawar berpisah Dan tak pernah bertemu Dengan kekasihnya lagi, Bayu. Ditatapnya cermin dalam kamar Terlihat jelas olehnya kalung berliontin itu, Melingkar dengan indah Di lehernya yang jenjang. Kalung liontin berbentuk hati, Perlambang cinta yang tulus murni Yang Bayu berikan ketika melamar Mawar Di taman bunga yang indah, Ketika langit menjelang senja. Masih terngiang di telinganya Kata-kata Bayu yang mesra Dan membuatnya serasa menjadi bidadari surga Bunga di taman ini mekar dan mewangi Tampak sedap dipandang mata Baik siang maupun malam, Namun semua tiada arti Jika kau, sang pujaan hati Tak bisa menemaniku setiap hari Tak bisa berada di sisikuSetiap waktu. ANTOLOGI PUISI ESAI
25
Bayu mengeluarkan sebuah kotak Berwarna merah memikat, Mawar tertegun Dadanya berdegup kencang Bayu yang romantis Selalu penuh dengan kejutan Yang membuat hari-hari Mawar Penuh dengan warna warni kehidupan. Dengan senyum mengembang Bayu mengatakan hal yang sangat dinanti Oleh semua wanita di dunia ini. Menikahlah denganku, Mawar Jadilah bunga yang selalu mekar dan mewangi, Yang menceriakan hari-hariku Dengan indahnya warnamu. Maukah kau menikah denganku? Mawar senang sekaligus terkejut Hatinya mengharu biru Tentu saja ia mau Ia sangat mencintai Bayu. Bayu membuka kotak itu, Diambilnya kalung emas berwarna putihBerliontin hati
26
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Dipakaikannya kalung itu keleher Mawar Dikecupnya kening Mawar Terimakasih, sayang... Mawar memeluk Bayu Ia menangis haru. 3/ Mawar menangis dalam diam Memegang kalung pemberian orang yang paling dia sayang, Kekasihnya tercinta Pujaan hatinya. Pernikahannya dengan Bayu hanya tinggal mimpi Semua itu takkan terjadi Karena ternyata mereka bersaudara. Haram hukumnya! begitu kata Ayah Agama kita melarang perbuatan itu3 Maafkan ayah, Nak,
3
Dengan tegas Allah mengatakan dalam Surat An- Nisa ayat 23. “Terlarang bagimu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudarasaudaramu yang perempuan, saudara-saudara perempuan ayahmu, saudarasaudara perempuan ibumu, anak-anak perempuan saudaramu laki-laki, dan anak-anak perempuan saudaramu perempuan. Ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara-saudaramu perempuan sepesusuan, dan ibu-ibu istri-istri kamu, anak-anak tirimu perempuan yang dibawah perlindunganmu, (yang lahir) dari istri-istrimu yang telah kau campuri. Tapi jika belum kau campuri, maka tiada (larangan). (selanjutnya), istri-istri dari anak-anak kandungmu. Dan terlarang bagimu mengumpulkan dua bersaudara perempuan (dalam perkawinan), kecuali jika hal itu sudah terjadi (sebelum ayat ini turun).
ANTOLOGI PUISI ESAI
27
Yang tak pernah memberitahukanmu Tentang saudara-saudara ayah yang lain. Mata ayahnya berkaca-kaca Menahan sakit yang membara. Mawar tak bisa berkata apa-apa Hatinya hampa, Orangtuanya adalah muslim sejati Yang taat pada perintah Illahi Dengan berat hati Pernikahan yang sudah didepan mata, Akhirnya dibatalkan.
Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Dari ‘Uqbah ibn Harits berkata, bahwa dia menikahi anak perempuan Ihab ibn ‘Azis. Maka datang kepadanya seorang perempuan maka (dia) berkata, “Sesungguhnya saya telah menyusui ‘Uqbahdan (perempuan) yang dia nikahi.” Maka berkata kepadanya ‘Uqbah, “Aku tidak tahu kalau engkau telah menyusuiku dan engkau tidak pula memberitahuku.” Maka (‘Uqbah) berkendara menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam di Madinah, maka dia bertanya kepada beliau. Maka bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam, “Bagaimana (lagi) padahal sudah dikatakan (bahwa kalian adalah bersaudara susuan)?” Maka ‘Uqbah menceraikannya (istri) dan menikahi istri (perempuan) selainnya. (HR Bukhari). Pada dasarnya semua agama tanpa dikomando menganggap praktek incest sebagai sesuatu yang terlarang, sekalipun argumen dan pendekatannya berbedabeda, pembahasan incest dari sudut pandang agama-agama selalu berujung pada kesimpulan yang sama : Haram. Di dalam Al kitab Kristen ( Imamat 18), tertulis larangan hubungan sedarah antara kekerabatan tertentu. Lihat “ Akibat pernikahan sedarah atau menikah dengan saudara sepersusuan”. Sumber: http:/ /aspal-putih.blogspot.com//html, http://id.wikipedia.org//
28
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
4/ Siapakah yang patut disalahkan? Akan cinta yang terjalin antara paman dan keponakan?4 Semua terjadi begitu saja Tanpa rencana, Tanpa sandiwara. Ketika Bayu melamar Mawar Secara resmi di hadapan orangtua Mawar, Pertemuan dua keluarga besar diatur Untuk menentukan Hari dan tanggal yang baik untuk pernikahan. Datanglah Bayu Bersama keluarga besarnya Ke desa Mawar Dengan penuh suka cita. Orangtua Mawar dan Bayu akhirnya bertemu
4
Faktor utama mengapa incest bisa terjadi adalah perpisahan semenjak kecil dan ketidaktahuannya akan saudara-saudara masa kecilnya, kemudian bertemu setelah masing-masing beranjak dewasa antara saudara kandung (kakak/ adik), ayah dan anak, atau ibu dan anak. Bisa juga terjadi akibat jarang bertemu/ bahkan tidak pernah bertemu dalam waktu yang cukup lama (bertahun-tahun) dengan saudara-saudara dari ayah/ibu dan anak-anak dari paman/bibi, sehingga ketika pertemuan terjadi setelah dewasa, maka tak jarang perasaan yang sesungguhnya terlarang timbul di antara mereka. Sumber: http://uniqpost.com//6-kasus-incest-pernikahan-sedarah-yangmenggemparkan-dunia/, lihat juga di http://showbiz.liputan6.com//.
ANTOLOGI PUISI ESAI
29
Mereka pun membisu, Langit menjadi beku Dunia menangis pilu. Mawar dan Bayu tersengat jiwanya Manakala mendengar penuturan dari kedua orangtua mereka, Orangtua Bayu adalah orangtua ayahnya Mawar Bayu adalah adik kandung ayahnya Artinya Mawar adalah keponakannya! Tak dapat menerima kenyataan Mawar pun pingsan.
5/ Mawar tak pernah tahu Akan keberadaan saudara ayahnya yang lain Ayahnya pun tak punya fotonya. Sekian puluh tahun berlalu Hanya mendengar dari ayah dan ibu Tentang saudara-saudara ayah yang jauh di kota, Tapi mereka tak pernah jumpa Dengan ibu atau ayah. Pernah sekali, Mawar tinggal di kota Bersama orangtua ayahnya. Ketika itu, umur Mawar baru satu tahun Entah apa yang membuat orangtuanya 30
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Memutuskan pergi dari rumah Dan tinggal di desa kelahiran ibunya. Setelah beranjak dewasa SMA kala itu, Mawar menanyakan pada ibunya Mengapa mereka pindah dari rumah kakek dan nenek Serta tak pernah menjenguk keduanya. Ibunya nampak sedih, dengan lembut ia berkata Ayahmu berselisih paham dengan kakek dan nenek Akhirnya, ketika ayahmu merasa sudah tak sanggup lagi Ia memutuskan untuk pergi dari rumah Dan berjanji takkan menginjakkan kakinya lagi. Sebagai istri, ibu harus setia pada suami Ikut kemanapun dia pergi Sampai sekarang, ayahmu tak pernah sekalipun datang ke kota Menjenguk mereka, Walau ibu rindu pada kakek dan nenekmu Tapi ibu tak mau membuat ayahmu terluka Dengan menanyakan hal ini padanya Ibu harap, kau pun tak menanyakan hal ini padanya. Ibu ingin sekali Agar ayahmu bisa berdamai Dengan orang tuanya sendiriDan menghapus rasa sakit di hatinya Kepada orangtuanya.
ANTOLOGI PUISI ESAI
31
6/ Mawar memutuskan untuk kuliah di kota Meraih impiannya Menjadi dokter ternama dan bersahaja Seperti ayahnya, Juga untuk mencari tahu Keberadaan orangtua Dan saudara-saudara ayahnya, Dengan berbekal pengetahuan seadanya Yang diperoleh dari ibuMengenai alamat kakek dan neneknya. Sambil kuliah, Mawar mulai mencari tahu Alamat yang dicari akhirnya ketemu Tapi Mawar menemui jalan buntu, Keluarga ayahnya telah pindah rumah dua tahun yang lalu. Sampai kini Tak ada yang mengetahui Kemana mereka pergi. Mawar adalah gadis yang tak pernah menyerah Dan tak pernah putus asa Suatu hari nanti, aku pasti akan menemukan kalian Wahai kakek, nenek Aku rindu kalian! Aku yakin, Allah akan menolongku. Tekad Mawar bulat, Kuat. 32
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
7/ Semakin digenggamnya erat kalung itu Semakin Mawar teringat akan Bayu, Ooh Bayu, Mengapa kita harus mengalami hal seperti ini? Pertama kali berjumpa Lima tahun yang lalu Di sebuah rumah sakit besar milik swasta. Mawar yang saat itu magang menjadi asisten dokter, Memperoleh pasien laki-laki Untuk ditangani Si pasien mendapatkan perawatan insentif. Setelah sembuh dari koma, Dokter meminta Mawar mengawasi perkembangan pasiennya Dengan telaten, Mawar merawat dan memantau Perkembangan kesehatan pasiennya, Seminggu Dua minggu Tiga minggu berlalu, Mereka menjadi akrab Selayaknya sahabat Berbagi cerita dan tertawa bersama. Bayu Pratama Itulah namanya, Ia bekerja di sebuah perusahaan swasta ternama Di Jakarta. ANTOLOGI PUISI ESAI
33
Bayu, lelaki dewasa yang matang Terpaut jauh usianya dengan Mawar, Kenyang akan pahit manisnya kehidupan Wawasannya luas Teguh pendiriannya Dan pandai bicaranya, Ia juga pintar dalam bergaul- sehingga banyak temannya Namun jika tak suka akan sesuatu, keras sikapnya. Tak sedikit wanita yang terpikat padanya Anehnya, dia masih sendiri. Dua bulan di rumah sakit Bayu dapat kembali bangkit Kepada Mawar dia pamit. Namun mereka tetap bertemu Hari berikutnya Minggu berikutnya Bulan berikutnya. Sampai akhirnya Keduanya menyadari: Cuaca terlihat lebih cerah Semua orang tersenyum lebih ramah Hati menjadi lebih riang dari biasanya, Ya..ya..ya.. Itulah kekuatan cinta, Mampu mengubah dunia dan isinya Menjadi lebih indah. Dewi Amor telah menancapkan panahnya 34
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Kepada dua anak manusia, Yang berjanji untuk hidup bersama Dalam suka dan duka.
8/ Di suatu sore yang indah Ketika mereka berjalan Menikmati pemandangan alam, Pernah Mawar bertanya Kenapa diusianya yang matang Bayu belum juga menikah Sambil tersenyum ia berkata: Aku belum menemukan wanita yang cocok, Mawar Belum ada wanita yang bisa meluluhkan hatiku Meskipun seperti yang pernah aku ceritakan padamu Bahwa aku pernah mempunyai kekasih dimasa lalu Namun semua itu bagiku semu, Tak ada satupun yang benar-benar bisa merebut hatiku. Kau tahu, Dulu aku pernah berjanji Akan kunikahi, Siapapun wanita Yang bisa membuatku jatuh cinta. Terperangahlah ia Mendengar ucapan Bayu. Geli mawar bertanya, ANTOLOGI PUISI ESAI
35
Meskipun wanita itu sudah tua, atau janda? Dengan mantap Bayu menjawab, Iya Mawar, meskipun wanita itu sudah tuaDan beruban Atau janda beranak banyakAsalkan hartanya banyak. Tersenyum simpul, Bayu menambahkan kalimatnya yang terakhir. Tak percaya Mawar menatap kekasihnya Matanya menyelidik, Hatinya terusik Untungnya saja Aku telah menemukan wanita yang membuatku jatuh cinta Diusianya yang masih terbilang muda. Ujar Bayu sambil meliriknya Jadi, aku tak perlu merasa khawatir Ketika berf ikir Mungkin saja aku akan jatuh cinta Pada nenek-nenek atau janda kaya beranak banyak. Benarkah? Batin Mawar Melihat wajah Mawar yang begitu serius menanggapi pernyataannya Bayu tak dapat menahan gelak tawanya, Seketika Mawar pun tahu Bahwa ia telah ditipu Meronalah wajahnya Panaslah dirasa pipinya 36
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Bayu memang terkadang agak jahil, Sangat usil. Gemas Mawar dibuatnya Dicubitnya pinggang kekasihnya Yang seketika meringis-ringis, Mawar tak peduli Tanpa ampun ia cubit kembali Bayu langsung berlariDan tertawa Menghindari cubitannya. 9/ Mawar menghela nafasnya Betapa ia merasakan rindu Pada kekasihnya, Bayu. Rindu akan gelak tawanya Rindu akan suaranya Dan rindu akan sifat jahilnya. Sejak minggu yang kelabu Seminggu berlalu, dengan perasaan pilu. Kala itu, Malam pekat tak berbintang Hanya separuh sinar bulan yang menemani. Di bangku taman, Mawar menyuarakan kepedihan hatinya Kepada Bayu, kekasihnya ANTOLOGI PUISI ESAI
37
Mengapa ini harus terjadi padaku? Mengapa orang yang kucintai dengan sepenuh hati Adalah pamanku sendiri? Air mata meleleh di pipinya Bayu tampak berkaca-kaca Cepat ia usap matanya, Tak ingin Mawar melihat kepedihan Yang dirasakan juga oleh hatinya. Kita harus kuat, Mawar Kita harus tegar Semua pasti ada jalan keluarnya. Lirih Mawar berkata, Apa yang dapat kita lakukan? Kita ini saudara! Tak bisa diubah dengan cara apapun. Bayu tak putus asa Diyakinkannya Mawar, akan keinginannya yang kuat untuk tetap memperistrinya. Apa yang aku katakan kepadamu dulu Ketika aku berjanji, akan menikahi siapapun wanita Yang bisa membuatku jatuh cinta Itu bukanlah bualan semata!
5
Pada abad ke-19, kasus incest banyak terjadi pada masyarakat miskin di Irlandia. Sementara di masa lalu di kalangan bangsawan eropa, pernikahan antara saudara sepupu dekat, dianggap legal dan menjadi alasan memperkuat dinasti. Konon, penyair terkenal, Byron, telah tidur dengan adiknya, Augusta Leigh. Duke of Cumberland berhubungan cinta dengan adiknya, Sophia.
38
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Lagi pula, zaman dahulu kala itu kerap terjadi5 Dengan alasan yang kuat Dan itu dianggap sah! Sekarangpun hal itu masih ada.6 Lihatlah di sebagian pulau negara kita, Masih banyak yang melaksanakan pernikahan sedarah Lalu, mengapa hal seperti ini menjadi masalah? Ditatapnya Mawar dengan mesra, Diyakinkannya Mawar, akan ketulusan cinta dan sayangnya
Napoleon. Di kalangan bangsawan Mesir Kuna, khususnya pasca invasi, Alexander Agung, melakukan perkawinan dengan saudara kandung dengan maksud untuk mendapatkan keturunan berdarah murni dan melanggengkan kekuasaan. Contoh yang terdokumentasi adalah perkawinan Ptolemeus II dengan saudara perempuannya, Elsinoé. Beberapa ahli berpendapat, tindakan seperti ini juga biasa dilakukan kalangan orang biasa. Toleransi ini didasarkan pada mitologi Mesir Kuno tentang perkawinan Dewa Osiris dengan saudaranya, Dewa Isis. Dalam mitologi Yunani Kuno, Dewa Zeus kawin dengan Hera, yang merupakan kakak kandungnya sendiri. Foklor Indonesia juga mengenal hubungan incest. Hubungan antara Sangkuriang dan ibunya sendiri (Dayang Sumbi) dalam dongeng masyarakat Sunda atau antara Prabu Watagunung dan ibunya (Sinta), yang menghasilkan 28 anak (Kisahnya diabadikan dalam Pawukon). Sumber: http://uniqpost.com//6kasus-incest-pernikahan-sedarah-yang-menggemparkan-dunia/, http:// id.wikipedia.org//Hubungan_sedarah, lihat juga “Famous Couples” di http://www.cousincouples.com//. 6
Contoh paling jelas mungkin bisa dilihat pada kehidupan di pulau Tristan de Cunha, pulau terisolir yang masih masuk wilayah Inggris. Di sini kawinmawin antara saudara adalah biasa karena memang, selain lokasi pulau yang sangat terisolir dan sulit diakses orang di luar, juga adanya larangan keras bagi pendatang untuk tinggal di pulau itu. Tak heran kalau di pulau yang berpenduduk 270 jiwa itu, banyak dijumpai kasus kelainan genetik,
ANTOLOGI PUISI ESAI
39
Ia tak akan mundur sedikitpun. Mawar tertunduk lesu; Tapi kau tahu, Negara kita tak memperbolehkan hal itu Dimata hukum kita tidak sah!7 Dan apa yang kita lakukan, Dianggap suatu tindak kejahatan yang nyata
juga cacat pada bayi yang lahir. Contoh lain adalah pernikahan yang terjadi di pedalaman hutan Boliyohato tepatnya di daerah Gorontalo, yang dilakukan oleh Suku Polahi yang masih tradisional. Sumber: http:// uniqpost.com//6-kasus-incest-pernikahan-sedarah-yang-menggemparkandunia/, http://mraddin.wordpress.com//perkawinan-sedarah-suku-polahipedalaman-hutan-boliyohato-gorontalo/ 7
Di negara Indonesia terdapat beberapa hal yang menjadikan pernikahan tidak sah di mata hukum. Di antaranya, jika syarat sah nikah tidak terpenuhi. Hubungan sedarah juga merupakan alasan dapat dibatalkannya suatu ikatan pernikahan, karena melanggar ketentuan KUHP pasal 30 - 31, UU No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pada Bab II pasal 8, yaitu larangan perkawinan yang: (1) berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah atau ke atas; (2) berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara seorang saudara dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya. (3) berhubungan semenda yaitu mertua, anak tiri, menantu, ibu atau bapak tiri. (4) sehubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan bibi/paman susuan. (5) sehubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenekan dari isteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang. (6) Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan yang berlaku, dilarang kawin, Dan Pasal 39 Kompilasi Hukum Islam. Jika seseorang baru mengetahui status hubungannya sebagai saudara sekandung atau sepersusuan, maka wajib bagi keduanya untuk berpisah, dengan kata lain pernikahannya dapat dibatalkan secara hukum (fasakh), Hal ini sesuai dengan ketentuan UU No.1 Tahun 1974 Pasal 22 Bahwa Perkawinan dapat dibatalkan, apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk melakukan perkawinan. Kalaupun terjadi pembatalan perkawinan maka akibat hukum terhadap hubungan suami isteri maka semua hak dan kewajiban antara suami isteri
40
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Lalu, bagaimana nasib anak-anak kita nanti? Bayu mengangkat wajah Mawar Mawar, lihat aku! Tatap mataku! Kita tak minta semua ini terjadi. Apakah saling mencintai bisa dianggap sebagai suatu kejahatan? Kita bisa pergi ke negara lain8 Dimana kita bisa hidup dengan tenang
tersebut menjadi tidak ada, sehingga pembatalan tersebut mengakibatkan seolah-olah tidak terjadi perkawinan antara mereka yang perkawinannya dibatalkan. Mengenai status anak dan hak waris anak yang dihasilkan dari hubungan/ pernikahan sedarah, adalah sah dimata hukum dan memiliki hak waris yang sama dengan anak lainnya, jika pernikahan itu diketahui setelah si anak lahir, tapi jika orangtuanya telah mengetahui persaudaraan mereka sebelum si anak lahir, maka nasabnya hanya jatuh kepada ibunya dan si anak tidak mempunyai hak waris apapun dari ayahnya. Sumber: http://www.hukumonline.com//ketentuan-waris-anak-hasil-incest-menurut-hukum-islam//. 8
Sejumlah negara menganggap incest sebagai suatu kejahatan pidana dan pelakunya mendapatkan hukuman. Amerika misalnya. Incest dinyatakan illegal dengan hukuman bervariasi ditiap negara bagian. Massachusetts adalah negara bagian yang paling keras hukumannya, yakni bisa mencapai 20 tahun penjara. Sedang di Hawaii hanya 5 tahun. Walaupun lama hukumannya berbeda-beda, tapi yang pasti incest adalah suatu kejahatan pidana dan berlaku di seluruh AS. Di Inggris hukumannya adalah 12 tahun penjara. Scotlandia pun menganggap incest sebagai sesuatu yang illegal. Namun ada juga negara yang “bebas”, Perancis misalnya. Di sana incest bukanlah suatu kejahatan. Tak heran kalau para pelaku incest lebih suka ‘lari’ ke negara itu.
ANTOLOGI PUISI ESAI
41
Dan memperoleh perlindungan hukum. Mawar pun terdiam, Lidahnya kelu Hatinya tak menentu. Dalam hatinya, tak ada niat sedikitpun untuk melukai hati ayah ibunya Dan pergi meninggalkan mereka Ia mencintai ayah ibunya Dan ia mencintai Bayu. Banyak negara yang melarang dan bahkan menjatuhkan hukuman bagi para pelaku incest bukan hanya berdasarkan pandangan dari segi sosial saja, tetapi juga dilihat berdasarkan risiko yang ditimbulkan. Penelitian-penelitian secara populasional menunjukkan bahwa anak-anak hasil perkawinan sedarah ini memiliki risiko lebih besar menderita penyakit-penyakit genetik tertentu. Terutama yang sifat penurunannya autosomal recessive (lihat ‘Apakah anak bisa normal jika menikahi keluarga albino?’ dan ‘Risiko menikahi pasangan dari keluarga pengidap Thalassemia’). Anak yang dihasilkan dari perkawinan (sedarah maupun tidak) dimana kedua orang tuanya adalah pembawa suatu penyakit genetik autosomal recessive dapat menderita penyakit tersebut (dengan kemungkinan 25%), dapat menjadi carrier juga (dengan kemungkinan 50%) atau sama sekali sehat dan bukan carrier (dengan kemungkinan 25%). Contoh: Kasus Harlequin baby di Ende, Flores. Bayi yang lahir mengalami kelainan pada mata, hidung dan mulut. Di mata bayi, pada bagian kelopak mata dalam posisi terbalik atau melipat ke arah luar (ectropion).Bentuk bibir bayi tebal atau besar dan terbuka, serta kulitnya mengering dan mengeras, bahkan beberapa bagian mengelupas karena kuatnya kerutan. Juga pada kasus ‘Fenomena Kampung Idiot di Ponorogo’. Sumber: http://uniqpost.com//6-kasus-incest-pernikahan-sedarah-yang-menggemparkan-dunia/,http://aspal-putih.blogspot.com//akibat-pernikahan-sedarah-atau-menikah.html, http:// regional.kompas.com//Kasus.Harlequin. Di Ende.Diperkirakan.karena. Perkawinan.Sedarah, http://www.infospesial.net//fenomena-kampung-idiotdi-ponorogo.html//.
42
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Tapi aku perempuan Bayu, tersekat dalam tangisnya Mawar berkata Aku tak bisa menikah tanpa restu orang tua Itu hukum sah menurut agama. Keduanya pun terpaku Membisu. Jalan buntu membentang lebar. Mungkin kita memang harus berpisah.Mawar memecah keheningan, air matanya kembali bercucuran. Ikhlaskan saja aku, Biarkan aku pergi. Kumohon. Bayu berbisik lirih Jangan menangis lagi. Tangis Mawar semakin pilu Dalam pelukan Bayu. 10/ Ayah dan ibu Mawar berusaha mencari cara Agar anak semata wayangnya Tak terjerat cinta buta, Dan bisa sepenuhnya melupakan Bayu, pamannya. Maka dicarikanlah jodoh baru untuk Mawar Elang namanya, Pemuda dari desa Yang telah lama mencintainya. Pria dari keturunan baik-baik, saleh ANTOLOGI PUISI ESAI
43
Dan mapan. Meskipun Mawar tak cinta, ia terima saja Demi bakti pada orangtua. Tanggal dan bulan sudah ditentukan Penghulu telah disiapkan, Mawar hanya bisa tertunduk pasrah. 11/ Bayu merasa sakit di kepalanya Semakin hari semakin menjadi. Kepalanya sering pusing mendadak, nafasnya naik turun Hidungnya terasa sakit, matanya memerah Bayu menyeka hidungnya Darah kental menempel dijarinya Ya Allah.. Jangan sampai penyakit itu datang lagi! Izinkan aku untuk hidup lebih lama Izinkan aku melihat orang yang aku sayangi bahagia, Walaupun seandainya kebahagiaan itu Datangnya bukan bersamaku... Bayu terduduk lemas di bangku taman Tak terasa air mata mengalir di pipinya Sebagai seorang lelaki, pantang untuk merasakan derita dalam tangis Tapi ia tak dapat menahan gejolak perasaannya, Dengan tulus ia sangat mencintai Mawar. 44
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Ayah dan ibunya, Telah berdamai dengan orangtua Mawar Yang tak lain adalah kakak kandungnya. Meskipun begitu, Mawar dan Bayu tetap tak dapat bersatu Mereka tak merestui, semua ini terjadi. Sungguh pilu Bagai tersayat sembilu Ketika ia benar-benar menemukan apa arti cinta Ketika ia benar-benar merasakan bagaimana jatuh cinta Orang yang dicintainya, dirasakan takkan mampu untuk seutuhnya menjadi miliknya. Walapun di depan Mawar, ia berlagak kuat dan tenang Namun sesungguhnya batinnya terguncang Ia berusaha memandang jauh kedepan Tak ingin menuruti ego semata Meskipun ia yakin, ia bisa membahagiakan Mawar Ia akan menyerahkan semua keputusan pada Mawar Apapun itu, akan diterimanya Dengan tulus dan ikhlas Firasatnya sangat kuat Perpisahan itu Tinggal menunggu waktu. Walaupun ia takut, Saat ini yang bisa ia lakukanAdalah terus merasakan kebahagiaan Bersama orang yang dia sayang. ANTOLOGI PUISI ESAI
45
12/ Sejak perjodohan itu Mawar dilarang untuk bertemu dengan Bayu. Hatinya gelisah tak menentu Pernikahannya dengan Elang tinggal seminggu. Ia genggam erat, kalung berliontin itu. Kembali Mawar teringatAkan pertemuannya yang terakhir dengan Bayu. Bayu, Aku telah dijodohkan dengan Elang. Dengan perlahan, Mawar menceritakan Semua yang telah direncanakan Oleh ayah dan ibunya. Empat bulan lagi aku akan menikah, Mawar putus asa. Untuk pertama kali dalam hidupnya Ia merasa sangat tak berdaya. Meskipun apa yang didengarnya Membuat lubang di hatinya, Semakin lebar terbuka Bayu tetap tersenyum. Perlahan, diusapnya kepala Mawar Jika memang itu sudah menjadi keputusanmu Aku tak bisa menghalangimu. Aku hanya bisa berdoa Semoga kau bahagia hidup bersamanya. Air mata Mawar mengalir deras, 46
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Maafkan aku Bayu. Ditatapnya wajah kekasihnya itu Nampak sangat pucat, Ia khawatir, penyakit Bayu kambuh lagi. Bayu mengerti apa yang dif ikirkan Mawar Sambil tersenyum ia berkata: Aku baik-baik saja, Mawar Tak usah kau risaukan aku. Biarkanlah aku menikmati Sore yang indah ini Dengan tenang dan bahagia bersamamu. Jadikanlah perpisahan ini Sebagai sesuatu yang indah untuk dikenang Aku tak mau ada air mata Yang akan menambah pedihnya luka. Bayu menghapus air mata Yang mengalir diwajah kekasihnya. Aku mencintaimu. Mawar berbisik lirih. Aku juga, sangat... sangat mencintaimu... Bayu berkata perlahan Lalu, diciumnya kening Mawar. Mawar tertawa dalam tangisnya, Aku akan hadir, dipesta pernikahanmu nanti. Bayu melanjutkan ucapannya. Mawar hanya bisa tersenyum pedih. Langit sore itu, menjadi saksi bisu Akan cinta yang tak bisa menyatu ANTOLOGI PUISI ESAI
47
Tangan mereka bertautan Hati mereka berpelukan, Semuanya terasa indah, namun perih Tak terperi. 13/ Malam ini Pukul 03.00 dini hari Mawar bersimpuh di atas sajadahnya, Memohon petunjuk dari yang Maha Kuasa Ya Allah.. Aku tahu cinta ini terlarang Aku pun akan segera menikah Namun aku mohon ya Allah, Bagaimana aku harus menghadapi semua ini? Aku takut kehilangannyaDan aku tak bisa hidup tanpanya. Malam yang sunyi Terkunci suara hati Hanyalah kepada illahi Segala resah hati ia curahkan. Ia mencintai pamannya, Tapi ia pun mencintai ayah dan ibunya. Tak ingin mempermalukan keluarga besarnya, Ia menuruti saja Kemauan ayah ibunya 48
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Untuk menikah dengan Elang Meskipun ia tak cinta. Diingatnya perkataan terakhir pamannya Saat perpisahan itu; Seandainya kau tak mampu Dan tak bisa untuk menikah dengan pilihan orangtuamu Datanglah kepadaku, Kita pergi dari sini, Mawar Kita tinggalkan semuanya Dan memulai hidup baru, di negeri lain. 14/ Sudah seminggu lebih, Bayu tak membalas smsnya, tak mengangkat teleponnya Padahal sebelumnya telah berjanji Akan selalu mengirimi kabar, apapun yang terjadi! Ingin ia pergi dari rumah untuk menemuinya Mencari tahu apa yang terjadi Pada pria yang dicintainya ini. Tapi ia bimbang, tak mungkin ia pergi Pernikahannya tinggal sehari lagi. Keresahan mengusik relung hatinya Kecemasan melanda jiwanya, Antara siap dan tidak Untuk menghadapi pernikahan Yang tidak ia inginkan. ANTOLOGI PUISI ESAI
49
Seminggu lebih Bayu Menghilang tanpa kabar Jantung Mawar semakin berdebar Haruskah aku pergi? Aku tahu ini salah, Aku telah keras berusaha Tapi cinta tak bisa dipaksa! Ya...ya... Biarkan saja, Ikuti naluri yang ada. Malamnya, Saat semua masih terlelap dalam tidurnya Mawar pergi meninggalkan rumah, Meninggalkan ibu dan ayah Meninggalkan semua kenangan masa kecilnya Meninggalkan Elang, calon suaminya Maafkan aku ibu, ayah.. Sudah kupaksa hatiku untuk mencintai pria lain Segala cara telah kutempuh untuk bisa menerima pernikahan ini Tapi, hatiku tak mau menyatu Fikiranku tetap pada Bayu. Maafkan aku, yang masih belum bisa Menjadi anak yang berbakti. Elang, Maafkan aku... Tak ada niat untuk menyakitimu Tak ada niat untuk mempermalukanmu dan keluargamu 50
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Namun aku tak bisa Membagi cintaku padamu Maafkan aku... Sambil menangis, Mawar berlari menembus kabut tipis Bayangan Bayu menari-nari di pelupuk matanya Rasa rindu yang sejak tiga bulan lalu ditahannya Terasa sesak memenuhi rongga dadanya Bayu, Tunggu aku! Aku datang padamu.. 15/ Manusia boleh berencana Tapi Tuhan jualah yang menentukan. Langit pagi itu mendung, Seperti mendukung Suasana hatinya yang tersayat, perih Pedih. Pusara itu masih merah, Basah. Kemboja dan kenanga masih harum tercium. Mawar meletakkan Sekuntum bunga mawar merah Didekat kepala nisan Kau kan slalu tersimpan di hatiku ANTOLOGI PUISI ESAI
51
Meski ragamu tak dapat kumiliki Jiwaku kan slalu bersamamu Meski kau tercipta bukan untukku9 Mawar menangis pilu Bibirnya bergetar hebat, menahan luka yang dalam. Terngiang di telinganya Suara neneknyaIbunya Bayu, kekasihnya. Mengabarkan berita yang tak pernah ia sangka. Seminggu yang lalu Bayu masuk rumah sakit, mesti diopname Penyakitnya kambuh, Mawar Kanker otak itu menyebar dengan cepat Sudah masuk stadium akhir. Empat hari di rumah sakit, Bayu tak dapat bertahan Ia meninggalkan kita untuk selamanya. Bayu melarang nenek untuk memberitahumu Agar kau tak khawatir menjelang pernikahanmu.. Maafkan nenek, Maafkan Bayu, Mawar... Mawar menjerit histeris
9
Dikutip dari lagu yang berjudul ‘Cinta Terlarang’, yang dipopulerkan oleh dua wanita cantik dengan nama Band ‘The Virgin’. Contoh lain lagu yang terinspirasi oleh hubungan terlarang adalah: Kangen Band ‘Cinta Terlarang’ dan Mahkota Band dengan judul yang sama.
52
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Tak kuasa menahan tangis Dipeluknya sang nenek, Sambil beruraian air mata. Angin dipemakaman seperti ribuan jarum yang menusuk kulitnya. Selembar surat tergenggam erat di tangan, Kembali Mawar terngiang ucapan neneknya: Surat ini untukmu, Mawar. Nenek menyerahkan sepucuk surat pada Mawar. Ia menulisnya, sesaat sebelum ajal datang menjemputnya. Terlihat jelas sang nenek berusaha menahan air matanya. Ia memintaku untuk memberikannya kepadamu, Jika kau datang kemari. Sekali lagi, Dibacanya surat ituDengan gemetar dan tangis yang membisu. Mawarku, Bungaku tersayang... Jika engkau membaca surat ini Mungkin aku sudah tak ada di dunia ini lagi, Maafkan aku, yang tak bisa memenuhi janji Untuk tetap setia mendampingimu Sampai kau beranak cucu. Tetaplah menjadi bunga yang indah dan berseri Menyebarkan wanginya setiap hari. Seandainya, Tuhan memberikan aku kesempatan hidup lebih lama ANTOLOGI PUISI ESAI
53
Ingin aku melihat kau bahagia Meski itu bukan denganku, Menggendong anak-anakmu yang lucu Dan membacakan mereka dongeng. Aku tetap bersyukur Telah dipertemukan denganmu Tak ada sesal di hatiku, Ketika aku jatuh cinta padamu. Hanya saja jika aku boleh meminta, Aku ingin dipertemukan denganmu Sebagai orang lain Yang tetap mencinta satu sama lain. Tetaplah bersemi, Bungaku... Merekahlah... Meski tanpa hadirnya diriku...
54
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
VIRUS! (Kisah Hidup ODHA)
Puisi Esai
Catur Adi Wicaksono
ANTOLOGI PUISI ESAI
55
56
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
VIRUS! (KISAH HIDUP ODHA)
Sari menyuapi ibunya Tergolek lemah tak berdaya Biaya menjadi kendala Terpaksa pulang ke rumah Tak ada dokter atau pun suster Hanya Sari setia menemani Bu, jamunya diminum ya Seteguk, dua teguk, tiga teguk, habis Begitu seterusnya Tiga kali sehari seperti kata Pak Basri Sudah lima bulan Liana tak kunjung sembuh Dokter pun geleng-geleng Tak ada obatnya Virus semakin merajalela Menyebar, mematikan Wajahnya pucat Matanya cekung Tubuhnya susut Hanya tinggal kulit dan tulang ANTOLOGI PUISI ESAI
57
Sari... Sari... Maafkan Ibu ya, Nak... Ini dosa Ibu Dosa Ibu... Liana terisak Batinnya terkoyak Menjerit tanpa suara Menangis tanpa air mata Terlalu dalam Luka akan masa lalu Perih... Merintih... Seperti sakit ini... Kenapa Bu? Ibu salah apa? Liana diam Bibirnya bergetar Ia tak sanggup bercerita Ditatapnya Sari dengan mata berkaca-kaca Ya, dialah putri satu-satunya Benih cinta yang berdosa Ibunya seorang pramuria Bapaknya pria hidung belang 58
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Sepuluh tahun yang lalu... Ketika mereka bertemu Liana dan Sardi # Usiaku masih belia Meninggalkan desa tercinta Hijrah ke kota Membawa bekal seadanya Aku Liana Gadis desa sederhana Ijazah tak punya Orang tua telah tiada Di kota inilah Kota Surabaya Aku memulai hidup Sebagai seorang pramuria # Malam seakan menjadi nafasku Pagi adalah lelahku Bersolek bak seorang ratu
ANTOLOGI PUISI ESAI
59
Terang bulan aku dimanja Mentari datang aku dicela Ini nafkahku Dua tahun menjadi kupu-kupu Bermodal paras ayu Di bawah cahaya lampu, memikat para tamu # Februari 1999 Malam itu dia datang padaku Menjemputku di tempat biasa Ya, tempat yang tak pernah sepi Gemerlap lampu menghiasi Hingar bingar suara diskotik Lantunan lagu para biduan cantik Dia tamu pertamaku Pria tinggi berkulit putih Hidung mancung, senyumnya manis Kutaksir usianya tiga lima Dari semua pria yang pernah datang padaku, hanya dia yang paling tampan Ah, apa peduliku? Yang penting adalah uang
60
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Kami berkenalan Sardi namanya Dia pria yang ramah Ku diajak ke sebuah wisma Bukan tempat penginapan keluarga Aku sudah terbiasa Seperti pria-pria sebelumnya Awalnya bercengkerama Negosiasi harga Atau sekedar karaoke dan makan malam bersama Kemudian lanjut malam pertama Kita mau kemana, Om? Om? Hahahaha Panggil saja aku Sardi Yuk, ke mobil! Aku mau mengajakmu makan malam Sepanjang jalan kami bercerita Mas Sardi sangat dewasa Sopan tingkah lakunya Tak ada sentuhan mesum Atau kata-kata nakal yang menggoda
ANTOLOGI PUISI ESAI
61
Aku menduga dia pria berada Mobilnya merk ternama Cara berpakaian sangat bersahaja Rasanya tak percaya Jika dia belum berumah tangga Aku terkesan Menaruh hati padanya Ya... Lebih tepatnya jatuh cinta Pucuk dicinta, ulam pun tiba Dia mengajakku nikah Benarkah? Atau hanya pura-pura? Aku bukan manusia munaf ik Aku memang hina Tapi masih punya harapan yang mulia Kelak aku ingin hidup bahagia Berumah tangga Berkeluarga Bersama orang yang kucinta Itulah doaku
62
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Bagaimana dengan Mas Sardi? Apakah dia jawaban atas doaku selama ini? Entahlah Tuhan, jika memang ini yang terbaik, tunjukkan jalanMu... # Hari berganti hari Siang bertemu malam Hubungan kami semakin mesra Dunia serasa milik bedua Sampai akhirnya kami menikah Aku ingin harapanku terwujud Meninggalkan duniaku, dunia malam # Bulan demi bulan kita lalui Aku mengandung jabang bayi Mas Sardi Bahagia... Perlahan impianku semakin nyata Tapi... Siapa yang menyangka bahwa kebahagiaan itu hanya sementara
ANTOLOGI PUISI ESAI
63
Mas Sardi jatuh sakit Awalnya sariawan biasa Diare dan muntah-muntah Tapi tak kunjung reda Malah semakin parah Muncul gejala lainnya Sayang... Aku ingin mengatakan sesuatu Maafkan aku karena merahasiakan ini padamu Rahasia? Perasaanku gelisah Gusar Apa yang akan dia katakan? Ya, Mas, katakan saja Aku suami yang berdosa Mungkin ini hukuman Tuhan, akibat perbuatan bejatku Sebelum aku mati, jaga buah hati kita Apa maksudnya? Liana bertanya dalam hati Sardi berlinangan air mata Sembari tangannya mengusap perut Liana Janin yang dikandung istrinya Darah daging mereka 64
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Ada apa, Mas? Kuusap air matanya Aku harus siap Apapun yang terjadi Dokter... Kata dokter... Aku positif... Positif... Aku AIDS, Li’ Tangisnya pecah Kata-kata itu seperti memekakkan telingaku Merasuk menghentikan detak jantungku Nafas seakan berhenti Sesak terbungkam Aku mematung Bibirku kaku AIDS? Diserahkannya beberapa lembar kertas Hasil pemeriksaan dokter Maafkan aku, Li’ Usiaku tinggal menghitung hari Berjanjilah kau akan melahirkan buah cinta kita
ANTOLOGI PUISI ESAI
65
Benar! Liana dengan jelas membaca surat itu Bukan mimpi Nyata! Positif! Tuhan... Apakah aku memang tak pantas bahagia? Baru saja aku merasakan cinta Tapi mendadak menjadi sebuah bencana Tiga bulan berikutnya Sardi menghembuskan nafas terakhirnya Innalillahi wainnailaihi roji’un
Liana sendiri Suami yang dicintainya telah pergi Bukan sementara Tapi untuk selamanya AIDS merenggutnya Membutakan harapan Menghapus impian Malang sekali Liana Entah siapa yang terinfeksi Entah darimana virus itu bermula Mungkin saja Liana 66
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Mengingat dia pramuria Berkencan dengan berbagai pria Atau mungkin Sardi? Pria hidung belang Menghambur-hamburkan uang Memikat wanita untuk tidur bersama Liana dan Sardi sama saja Mereka dipertemukan karena CINTA Bukan di tempat biasa Melainkan di tempat berdosa Hingga virus mendatanginya HIV/AIDS Akibat dari perbuatannya Bebas karena kenikmatan semata Derita Liana tak pernah berhenti Malah ia ingin bunuh diri Bayangkan saja Suaminya mati Mati karena AIDS Aib! Najis! Belum lagi cibiran dimana-mana Dugaan dari tetangga Buruk tertuju padanya ANTOLOGI PUISI ESAI
67
Mungkin Sardi tertular Liana. Dia kan pelacur! Kasihan Sardi Bayinya pasti juga kena AIDS Kita harus hati-hati Jangan dekat-dekat Liana. Salah-salah kita tertular Begitulah kata mereka Ckckck... Astagf irullahaladzim Namanya manusia Suka mencari masalah Menduga seenaknya Tak ingat dosa Tuhan... Apa sebaiknya aku mati saja? Buat apa aku hidup kalau hanya sengsara? Percuma... AIDS juga akan membunuhku Membunuh bayiku Dalam keheningan malam Liana berdoa Bersujud pada Sang Khalik Bersimpuh dalam tangis
68
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Ia sadar Bunuh diri bukan solusi Yang ada neraka menanti Ya, dia punya bayi Titipan Ilahi Jika ia sengaja mati Sama saja dia membunuh darah dagingnya sendiri Ampun Tuhan... Ampun... Bismillahirohmanirohim Ia mengusap air matanya Aku akan tepati janjimu mas Melahirkan dan membesarkan anak kita Sekalipun virus terus menghantui Ia takkan berani menyerangku Ia hanya menang ketika aku lemah Aku harus sehat Harus kuat sampai anakku lahir Berjuang sampai mati Alhamdulillah... HIV/AIDS tak menjadi kendala Cinta Liana masih tetap menyala
ANTOLOGI PUISI ESAI
69
Sembilan bulan... Bayi itu lahir Seorang putri cantik Diana Permata Sari (Oekk...oeekk...oeek) # Nak... anakku Sari... Kamu harus ingat pesan Ibu Jadilah anak yang jujur dan soleha Ya, Bu... Sudah, sekarang Ibu istirahat Ibu tidak boleh nangis lagi Sari sholat dulu ya Bu Laa...i... Sembari membentangkan sajadah Di samping Ibunya Sayup-sayup terdengar suara ...la... Suara Ibunya
70
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Parau... Lirih tertahan... ha...il... Sari mendekat Mencoba mendengar ...lallah... Bu? Ibu? Buu? Sari menepuk-nepuk lengan Ibunya Sekali lagi Dua kali Berkali-kali Tidak, belum, Ibu tidur kan? Hatinya seakan menghibur, berusaha membuatnya tenang Tapi mata tak dapat ditipu Ya Allah Sari cemas Ia berlari ke rumah Pak Basri Pak Basri! Pak, Ibu...
ANTOLOGI PUISI ESAI
71
Tanpa ba bi bu, Pak Basri menghampiri Liana Dipegangnya tangan Liana Denyut nadinya tak ada Hembus nafasnya tak terasa Sekali lagi Ya benar, Pak Basri tak mendengar detak jantungnya Innalillahi wainnailaihi roji’un Ibuuuu...Ibuuuu... Air mata pun tumpah Sari menangis sejadinya Ia memeluk Ibunya yang tak bernyawa Ibuuuu... Ibuuuuuuu... # Angin berhembus lirih Mengabarkan berita duka Burung-burung enggan berkicau Hening dalam doa Daun-daun tinggalkan tangkainya Tanda belasungkawa Liana telah pergi HIV/AIDS mengakhiri Itu sudah pasti 72
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Dia hanyalah seorang manusia Dari debu dan tanah Banting tulang mencari nafkah Lelah... Sakit... Hingga HIV/AIDS siap melumpuhkannya Pelan... Menyakitkan Tidak mudah hidup dengan HIV/AIDS Sama seperti menyimpan bom waktu Siap meledak kapan saja Namun Liana perempuan yang hebat Tak pernah putus asa Cintanya tak pernah padam Virus tak mampu menghalanginya Ya, cinta bukan sekedar untuk bahagia Cinta adalah sebuah kekuatan Kekuatan untuk berjuang mencapai kemenangan Memang benar adanya Kekuatan cinta itu nyata Liana membuktikannya
ANTOLOGI PUISI ESAI
73
Ia bertobat karena CINTA Cinta dia kepada Tuhan Ia menepati janji Sardi karena CINTA Cinta seorang istri kepada suaminya Ia melahirkan dan membesarkan Sari karena CINTA Cinta seorang Ibu kepada anaknya Cerita Sardi dan Liana sudah berakhir Hilang, kembali ke pangkuan-Nya Tapi... Virus itu masih meninggalkan cerita Membuat jejak pada anak manusia Sari, gadis kecil tak berdosa # Virus itu seakan marah Terkalahkan oleh kekuatan cinta Ia mengalir lewat darah Meneteskan nila ke air susu Merasuk ke bayi mungil itu Seperti jembatan yang menghubungkan keduanya Menyeberang dengan mudah
74
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Dasar virus! Salah apa dia? Mau kamu apakan, ha? Sari... Sari... Malang sekali nasibmu, Nak Menanggung dosa Bapak Ibumu Menderita karena mereka Tapi semua orang ingin tahu Bagaimana akhir cerita virus itu? # Dalam sebuah catatan kecil Dengan bahasa sederhana Sari bercerita... # Namaku Sari Umurku sepuluh tahun Bapak Ibuku sudah mati Untung ada Pak Basri Beliau sangat baik hati Anggap aku anak sendiri Pak Basri itu tabib Ahli pengobatan tradisional ANTOLOGI PUISI ESAI
75
Beliau banyak bercerita tentang Ibuku Tentang penyakit Ibuku Katanya tak bisa sembuh Hanya mukjizat Tuhan yang sanggup membantu Sekarang aku ngerti Kenapa teman-temanku menjauh Bukan mereka tak mau dekat denganku Tapi Ibu mereka yang melarang Aku dikatakan virus Virus! Virus! Aku hanya bisa nangis Memeluk Ibuku Mendekapnya Ibuku ngerti Ia melarangku keluar rumah Tak ingin aku dihina Tak ingin aku sedih Kadang aku murung Kecewa Tak seberuntung teman-temanku Namun Ibu satu-satunya penolongku Ia tau bagaimana membuatku bahagia Cinta Ibu sangat besar kepadaku
76
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Ibu... Aku kangen Ibu... Aku akan selalu ingat pesan Ibu Aku akan jadi anak yang jujur dan sholeha Ayah... Aku tak pernah liat Ayah Seperti apa wajah Ayahku? Meskipun mereka sudah tiada, aku masih punya Tuhan Aku cinta Tuhan Kata Pak Basri, Tuhan akan mempertemukan aku dengan mereka # Ya Allah, Sari... Itu artinya hidupmu tinggal menghitung hari Virus itu benar-benar keji Tak hanya membuat orang mati Tapi juga membentuk opini Melahirkan sebuah diskriminasi Jika Sari diberi usia dewasa, siapa yang mau bercinta dengan wanita AIDS? Siapa yang mau jadi istrinya? ANTOLOGI PUISI ESAI
77
Jelas! Ia akan kesulitan Tidak ada laki-laki yang mau menikahi Mungkin banyak pria yang mendekati Tapi ia harus ingat pesan Ibunya Jujur! Ya, jujur! Ia harus mengakui bahwa ia AIDS Memang menyakitkan tapi akan lebih sakit jika ia berbohong Sama saja ia membunuh kekasihnya Dosa besar! Kalian! Siapa saja tak terkecuali Tak sepantasnya menjauhi Sari Atau yang bernasib seperti Sari Tak selayaknya dibenci Kalian bisa saja bercinta dengan pasangan pilihan Menikmati indahnya bertali kasih Tapi Sari? Dia tak punya banyak pilihan Hidupnya tak lama lagi Apa kalian masih mengintimidasi?
78
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Mereka butuh disayangi Mereka harus dihargai Bukan untuk ditakuti Viruslah yang perlu diwaspadai! Patut dihindari Bukan Sari! Ingat Liana? Tak banyak warga yang datang ke rumah duka Bahkan memandikan jenazah pun mereka berunding lama Saling melempar amanah Takut virus itu berpindah Mereka pikir virus itu akan terbang ke udara? Hinggap ke tubuh manusia Lantas tertular dengan mudah? Salah besar! Virus itu hanya hidup dalam darah, sperma atau sel lainnya Ia tak tersentuh udara Pahami... Resapi... ANTOLOGI PUISI ESAI
79
Jangan perlakukan Sari seperti Ibunya dulu Dia anak kecil yang tak tau apa-apa # Sekarang, virus itu masih bersemayam dalam tubuh Sari Membangun tembok penghalang Memberikan batas cinta Kita harus peduli! Jangan turut meninggikan tembok itu! Justru kita harus merobohkannya Memberi cinta pada mereka Cinta kepada sesama Bukan berarti asmara Tapi sebagai saudara Sari belum mati... Hanya Tuhan yang berhak mengakhiri cerita ini...
80
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Catatan* 1. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum membutuhkan pengobatan. Namun orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi alat suntik dengan orang lain. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker. Stadium AIDS membutuhkan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh sehingga bisa sehat kembali. Sumber: http:/ /www.aidsindonesia.or.id// 2. WHO telah membuat kriteria gejala yang dapat dipakai sebagai pegangan dalam mendiagnosis AIDS, ada yang disebut gejala mayor dan gejala minor. Gejala minor atau ringan antara lain: batuk kronis lebih dari satu bulan, bercak-bercak merah dan gatal dipermukaan kulit pada beberapa bagian tubuh, Herpes Zorter (infeksi yang disebabkan virus yang mengganggu saraf) yang muncul berulang-ulang, infeksi semacam sariawan pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, dan pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di sekujur tubuh. Gejala-gejala mayor antara lain: demam yang berkepanjangan lebih dari tiga bulan, diare kronis lebih dari satu bulan berulang-ulang maupun terus-menerus dan penurunan berat badan lebih 10 persen dalam kurun waktu tiga bulan. Sumber: http:// promkes.depkes.go.id/site/akubanggaakutahu/kenali-tahap-dan-gejalahivaids// 3. HIV/AIDS dapat menyerang siapa saja. Salah satu yang paling rentan terjangkit virus mematikan ini adalah pramuria. Pramuria bagi masyarakat lebih dikenal dengan sebutan WTS (Wanita Tuna Susila), PSK (Pekerja Seks Komersial), atau pelacur, bahkan anak muda sekarang sering menjulukinya dengan nama “jablay”. Istilah Pramuria itu
* Penulis puisi esai ini tidak mencantumkan angka pada tubuh puisi. Karenanya, catatan atas puisi esai tersebut dicantumkan sebagai Catatan setelah puisi esai itu sendiri. ANTOLOGI PUISI ESAI
81
sendiri dapat diartikan sebagai pelayan kepuasan, dimana kepuasan ini hanya dibatasi oleh kepuasan seksual semata.Sumber: http://greenboydiary. wordpress.com/2008/09/11/mereka-ada-di-sekitar-kita-pramuria./htm. Kepala Puskesmas Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Hartati, mengatakan bahwa 10 persen pekerja seks komersial di lokalisasi Dolly Surabaya mengidap virus HIV/AIDS. Sesuai data yang ada, mulai Januari–September 2013 sebanyak 73 orang positif terjangkit HIV/ AIDS serta IMS (Infeksi Menular Seksual). Satu di antaranya masih balita, sementara yang lainnya pekerja seks di Lokalisasi Dolly dan Jarak. Pada 2012, sebanyak 118 orang pekerja seks dan para pelanggan terjangkit HIV/AIDS dan IMS. Sumber: http://m.poskotanews.com/ 2013/10/17/waspada-psk-dolly-terjangkit-hiv-aids/ 5. Kaum perempuan lebih rentan tertular virus HIV dibandingkan laki-laki dilihat dari sisi biologis dan hubungan sosial. Hal ini disampaikan Ketua Pokja CST Komisi Penanggulangan AIDS Bali, Tuti Parwati Merati. “Pada banyak kasus, sering ditemukan seorang istri yang hanya diam di rumah dan pada saat gadis tidak melakukan perilaku berisiko ternyata terkena HIV. Mereka tertular dari suaminya yang melakukan hubungan seksual bergonta-ganti pasangan,” kata Tuti di Denpasar. Menurutnya, yang membidangi pokja Pengobatan, Perawatan dan Dukungan (CST) bagi penderita HIV/AIDS, kaum laki-laki posisinya jauh lebih bisa menentukan nasib dirinya untuk tertular atau tidak, serta mencari cara supaya tidak menularkan dibandingkan kaum perempuan. Sumber: http://www. republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/13/08/20/mrtlx0-perempuanlebih-rentan-tertular-hiv 6. Bagaimana Bayi Tertular HIV? HIV, virus penyebab AIDS, dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya yang baru lahir. Menurut WHO, sampai 30% bayi lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan tertular HIV kalau ibunya tidak memakai terapi antiretroviral (ART). Antara 5-20% lagi dapat tertular melalui air susu ibu (ASI). Ibu dengan viral load HIV yang tinggi lebih mungkin menularkan infeksi pada bayinya. Kebanyakan ahli menganggap bahwa resiko penularan pada bayi sangat amat rendah bila viral load ibu di bawah 1000 waktu melahirkan. Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi, sebagian besar penularan terjadi waktu melahirkan atau melalui menyusui. Bayi lebih mungkin tertular jika persalinan berlanjut lama. Selama proses kelahiran, bayi dalam keadaan berisiko tertular oleh darah ibunya. Harus diketahui bahwa seorang laki-laki dengan HIV tidak bisa menularkan virusnya langsung pada bayi. Namun laki-laki tersebut dapat menularkan pasangan perempuan waktu berhubungan seks untuk membuat anak.
82
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Bila ibu baru tertular HIV pada akhir masa kehamilan, viral loadnya akan sangat tinggi waktu melahirkan anak, yang berarti risiko bayi terinfeksi HIV waktu lahir paling tinggi. Oleh karena itu pasangan laki-laki terinfeksi HIV harus menghindari hubungan seks tanpa kondom dengan pasangan perempuan yang HIV-negatif waktu dia hamil. Sumber: http://spiritia.or.id/ li/bacali.php?lino=611 Sebagian besar anak di bawah usia sepuluh tahun yang terinfeksi HIV tertular dari ibunya. Penularan dapat terjadi dalam kandungan, waktu melahirkan atau melalui menyusui. Belum pernah dilaporkan kasus anak yang terinfeksi akibat kegiatan sehari-hari di rumah, walaupun ibu atau anggota keluarga lain terinfeksi HIV. Sebaliknya, HIV tidak dapat menular melalui hubungan langsung dengan anak. Misalnya memeluk, mencium, memandikan, mengganti popok, atau waktu bermain. Sebagian besar anak yang terinfeksi HIV di negara berkembang didiagnosis berdasarkan gejala penyakit terkait HIV, diikuti oleh tes HIV dengan hasilnya positif. Diagnosis HIV pada anak hampir pasti berarti bahwa ibunya dan mungkin pasangan ibu juga terinfeksi HIV. Jadi keluarga membutuhkan banyak dukungan setelah diagnosis HIV pada anaknya. Lagi pula, sebelum anak dites HIV, sedikitnya ibunya harus diberi konseling prates dan memberi persetujuan agar anak dites. Sumber: http:// www. odhaberhaksehat.org/2013/pengobatan-anak-yang-hidup-denganhiv/ 7. ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) adalah sebutan untuk orang-orang yang telah mengidap HIV/AIDS. Keluarga merupakan pihak pertama yang berhak dan berkewajiban atas kondisi ODHA. Jika dalam keluarga saja ODHA sudah dikucilkan bagaimana dengan dunia di luar keluarga. Sudah seharusnya keluarga yang menjadi pendamping, pendukung, dan pelindung bagi ODHA. Untuk menjadi pendamping ODHA, seseorang harus mengutarakan kejujuran terlebih dahulu, paham seluk beluk HIV/AIDS, mengenali watak dari ODHA sehingga sebagai pendamping, orang tersebut bisa memahami ODHA. Respon masyarakat terhadap virus HIV merupakan pengaruh bagi ODHA. Mungkin beberapa lapisan masyarakat belum bisa menerima ODHA di lingkungan mereka karena mereka menganggap ODHA itu membahayakan. Sebenarnya dukungan dan respon yang positif dari orang-orang disekitar ODHA adalah orang-orang yang sebenarnya bisa memberikan semangat untuk berpikir positif untuk hidupnya dan juga bisa memberikan hal-hal yang berguna bagi masyarakat disekitar ODHA tersebut. Sumber: http://pitamerah.tripod.com/ odha.htm
ANTOLOGI PUISI ESAI
83
84
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
KISAH TAK WANGI DAENG BUNGA
Puisi Esai
Fitrawan Umar
ANTOLOGI PUISI ESAI
85
86
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
KISAH TAK WANGI DAENG BUNGA 1/ Hal tersulit untuk kita terka adalah tanda tanya buram: lembah atau igir apakah saja yang terbaik dalam bentangan hidup? tiada yang tahu, tiada yang tahu apa itu misteri di balik suatu mala, suatu derita Daeng Bunga mengamin-aminkan doa sendiri yang panjang, yang syahdu : semoga apa yang ia kirim ke langit atau apa-apa kejadian di dalam hidupnya adalah suatu hal terbaik dalam semesta Tuhan kesendirian selalu menghampiri perempuan itu teman terbaiknya saat ini adalah sepi, sunyi yang meriap adalah kepasrahan hanya bisa Daeng Bunga perturutkan sesungguhnya, sebenar-benarnya terasing itu ketika kita telah menjauh dari diri sendiri, batinnya teguh meski sering pula ia tetap dihantui apa Tuhan tetap memperkenankan doa dari tangan cacat yang bertengadah pada-Nya? ANTOLOGI PUISI ESAI
87
tapi Daeng Bunga tidak ingin mengubur harapnya ia berdoa saja sebagai penyemangat hidup, minimal itu 2/ Saban pagi Daeng Bunga menelusuri jalan sendiri menantang mentari seharusnya ia bisa menumpangi pete-pete” angkutan kota seharusnya itu sinar matahari di kota terlalu gerah untuknya apalagi di kota ini, pohon-pohon ditebang untuk menumbuhkan gedung-gedung sayang betul semua sopir tahu, semua supir enggan menerimanya mungkin ada satu dua supir menaruh prihatin tapi sayang betul sang supir memperturutkan kehendak penumpang lain jijik betul masyarakat kota dengan penyakit Daeng Bunga Kusta. Lepra. Kandala’1 1
Kandala’ merupakan istilah Bugis-Makassar untuk penyakit kusta, penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium leprae. Di tengah masyarakat, para penderita kusta mendapat perlakuan diskriminatif karena dianggap penyakit yang menjijikkan dan menular ke orang lain. Kisahkisah di balik perlakuan diskriminatif penderita kusta dapat dibaca”salah satunya”, melalui blog aktivis Permata (Perhimpunan Mandiri Kusta) Makassar. www.calingcapri. blogspot.com). Adapun gerakan penghapusan diskriminatif selengkapnya terhadap penyakit kusta dapat disimak melalui portal resmi Permata Indonesia. Sumber: www.permata.or.id
88
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
jijik betul orang-orang mendengarnya “Nanti dia tulari kita” maka saban hari Daeng Bunga menyeret langkah sendiri lusuh baju, keringat peluh tidak sempat lagi terpikirkan demi merajut benang hidup, ia mengharap belas kasih di pinggiran jalan di pertigaan lampu merah, di depan pintu satu kawasan kampus paling bergengsi di Makassar ia hanya menunggu warna lampu menyala merah lalu menyapa pemilik kendaraan yang menanti lampu menyala hijau begitu selalu selalu begitu apabila orang merelakan sumbangan padanya Daeng Bunga mengirim doa senantiasa bukankah Tuhan Maha Pengabul doa-doa orang tersakiti? dan doa adalah barang paling mahal yang ia bisa beri kepada orang-orang baik Daeng Bunga hanya punya itu di seberang jalan terpampang iklan layanan masyarakat katanya, peduli tidak sama dengan memberi Daeng Bunga berlalu saja makan sehari tidak pernah cukup baginya jika orangorang percaya ajaran sesat reklame itu ANTOLOGI PUISI ESAI
89
pula, ia masih perlu obat-obatan ke mana uang diharap bisa berjatuhan? “Lihat itu, Nak, jangan suka bohong, nanti bisa kandala’.”2 pesan seorang ibu di balik jendela mobil adapun sang anak buru-buru membuka jendela Daeng Bunga tersenyum saja lalu menepi lampu merah sudah padam 3/ Jika saja amal ibadah bisa dihitung tidak cukup-lah semua alat hitung menjumlah bilangan kebajikan Daeng Bunga
2
Di Bugis-Makassar, berkembang bahasa atau istilah sumpah semisal “kandala-kandala ka kalo bohong” (artinya kalau saya dusta, saya akan terkena penyakit kusta). Sumpah seperti ini, secara bahasa, sangat diskriminatif terhadap para penderita kusta. Seolah-seolah kusta adalah penyakit terlaknat yang pernah ada. Ulasan penggunaan bahasa seperti ini pernah diulas dalam tulisan “kandalaka’, Kusta Bila Dusta”. www.panyingkul.com. www.apanyamakassar. blogspot.com. Lebih lanjut, Uztad Maulana, Dai kondang asal Makassar pernah mendapat protes keras akibat penggunaan bahasa yang diskriminatif. Dalam ceramahnya tentang Keluarga Berencana tanggal 13 Mei 2013, Uztad Maulana berkata, “Siapa laki-laki yang mendatangi istrinya dalam keadaan halangan, melahirkan anak yang berpenyakit kusta. Karena dalam keadaan kotor dibuahi maka akan menghasilkan anak yang kotor dalam artian penyakitan. Padahal Islam mengatur itu demi kebaikan kita.” Ini merupakan suatu refleksi betapa sangat sering pendera kusta menjadi barang cemohan http://health.liputan6.c om/read/591730/penderita-kusta-tak-terima-ucapan-ustaz-jamaah.
90
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
sejak dulu, sejak kusta belum menyerang ganas tapi tidak ada guna menghitung-hitung amal Daeng Bunga meyakinkan dirinya saja bahwa segala perbuatan kutukan ia tidak pernah lakukan biar, biar ia redamkan saja cemohan hatinya laut, mampu menampung semua angkara bila hatinya tidak cukup asin menjernihkan luka sesekali air asin dari mata memurnikan segala malang betul Daeng Bunga ia punya anak sebetulnya entah setan apa si anak itu menjadi batu ditinggalkannya ibu kandungnya sendiri sedang suami Daeng Bunga sudah lama mati bagaimana jika mata hitam terpisah dari mata putih? begitulah perasaan Daeng Bunga3 Ia tak putus menyusun doa seperti menyusun anak tangga menuju langit, mengetuk pintu-Nya memohonkan ampun darah dagingnya
3
Kisah anak meninggalkan ibunya karena menderita kusta tidak sedikit terjadi dan menjadi fakta di masyarakat. Penderita kusta banyak yang terbuang dari keluarga sendiri. Banyak pula yang mengasingkan penderita kusta di leprosaria atau perkampungan-perkampungan kusta yang ada di suatu daerah. Sumber: http://www.demotix.com/photo//leprosy-sufferer-daengpati-indonesia.
ANTOLOGI PUISI ESAI
91
biar durhaka, Daeng Bunga mahfum, anaknya tidak boleh tertular penyakit serupa biar ia sendiri saja biar sepi saja senang bercakap dengannya 4/ Yang tidak terlupa oleh Daeng Bunga adalah merawat harapan sudah lama ia membunuh makhluk bernama keputusasaan ia tetap tegak hidup apabila tiba waktunya, Daeng Bunga berkunjung lagi ke rumah sakit Daya4 tidak begitu jauh dari terminal sohor Makassar ia masih setia mendengar petuah-petuah dokter dan senyum ramah para perawat Daeng Bunga menyisih banyak receh untuk tetap melanjutkan harapan
4
Rumah Sakit Kusta Daya adalah salah satu rumah sakit kusta yang dibangun di Makassar. Sampai Tahun 2013 ini, rumah sakit khusus kusta yang dulu berjumlah 22, kini menjadi hanya 10 unit di Indonesia. Hal ini, menurut pengakuan Menteri Kesehatan RI, jumlah penderita kusta semakin menurun di Indonesia. Info selengkapnya dapat dilihat pada berita TEMPO (Penderita Kusta Indonesia Tertinggi Ketiga Dunia, 14 Februari 2013).
92
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
selalu di saban berkunjung rumah sakit, Daeng Bunga tidak pernah merasa sendiri ia menggandakan terus rasa syukur banyak lebih buruk darinya selalu, Daeng Bunga membisikkan harapan kepada lainnya “kita memang orang-orang terbuang, tapi jangan pernah membuang dirimu sendiri.” hidup harus terus berlanjut, yakin Daeng Bunga ia tidak ingin patah oleh mikrobakteria ganas manusia tetap sebaik-baik makhluk hidup ciptaan Tuhan kala semangat telah kalah, Daeng Bunga mengingat-ingat selalu kisah Nabi Ayub5 bahwa manusia suci saja tidak luput dari mala, tidak alpa dari luka dan barangkali duka itu adalah isyarat menjadikannya suci siapa kenal Nabi Ayub jika tak dari kisah tentang penyakit kulit yang mendera?
5
Kisah Nabi Ayub As terekam dalam Al-Quran Surah As-Shad ayat 41-44. Dikisahkan, Nabi Ayub As menderita penyakit kulit (ada riwayat yang menyebutkan bahwa penyakit yang dimaksud adalah kusta) yang sangat menjijikkan sehingga dijauhi oleh keluarga dan kerabatnya. Dari kisah ini kita juga dapat mengambil kesimpulan bahwa masyarakat sudah memperlakukan diskriminasi terhadap para penderita kusta jauh sebelum masehi.
ANTOLOGI PUISI ESAI
93
Daeng Bunga membisik-bisikkan hatinya setiap orang punya masalah setiap orang punya nikmat meski, entah kenapa, tidak ada makhluk bernama peduli datang menghampirinya
5/ Suatu hari kala bayang-bayang masih lebih panjang dari biasanya serombongan aparat turun dari kendaraan di pertigaan berdebar-debar hati Daeng Bunga gelisah ia lampu merah, hijau, kuning menyala silih berganti tidak ambil pusing sehari sebelum itu ia dengar kabar adanya operasi tidak boleh lagi ada pengemis di kota dunia6 mau robek hati Daeng Bunga mencari makan, kenapa dilarang? Tanyanya berbatin-batin tapi tiada yang sempat menjawab, pun langkah-langkah kakinya sendiri
6
Kota Makassar di masa Walikota Ilham Arief Sirajuddin (2008-2013) menggembor-gemborkan diri sebagai Kota Dunia; istilah untuk gerak kemajuan kota termaju di Indonesia Timur tersebut.
94
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
maka berlari-lah Daeng Bunga ditahannya beban air di kantung mata biar tidak jatuh dulu ia genggam dadanya sakit betul sesuatu di dalam rongga dada itu sesak sekali segerombolan aparat itu liar mencari beberapa anak kecil sukses diraihnya anak-anak kecil itu menangis berteriak entah punya-kah mereka orang tua? tapi Daeng Bunga sibuk dengan dirinya sendiri ia terus berlari mengambil jalan setapak di belokan kiri permukiman Jalan Bung hela nafasnya cepat sekali, tidak beratur-aturan dan hari itu Daeng Bunga lolos dari kejaran bersyukur ia kendati pulang dengan lapar dan rasa hampa gagal serupiah pun hari itu dimilikinya tentang mengemis, Daeng Bunga bukannya tidak percaya ajaran Sang Nabi7 hanya saja dunia memang tidak adil 7
Nabi Muhammad SAW melarang ummatnya untuk meminta-minta dan mengemis, sebagaimana hadits Al-Bukhari dan Muslim, “Terus-menerus seseorang itu suka meminta-minta kepada orang lain hingga pada hari kiamat dia datang dalam keadaan di wajahnya tidak ada sepotong dagingpun.”
ANTOLOGI PUISI ESAI
95
“Ingat ya, yang saya maksud adalah dunia. Kalau Tuhan tetap Maha Adil,” tegasnya suatu ketika kala kerabatnya di rumah sakit Daya hendak berbagi rasa dunia itu tidak adil dunia itu tidak adil dunia itu tidak adil pernah Daeng Bunga menuruti pelatihan keterampilan Dinas Sosial apa hasil? Daeng Bunga masih begitu saja ia berkerajinan, memproduksi barang-barang tapi bangkrut juga jadinya kata orang, siapa mau beli hasil kerjaan pengidap kusta? mau dapat tular?8 Daeng Bunga pasrah saja pernah pula ia menawar diri jadi juru cuci salah satu laundry di tengah perkampungan pemilik laundry baik hati menerima, kebetulan penganut agama taat
8
Stigma negatif dari penyakit kusta membuat para penderita sulit untuk memenuhi aktivitas ekonominya. Masyarakat masih ragu dan menganggap penyakit kusta sangat mudah tertular. Padahal kusta adalah penyakit menular yang paling sulit tertular. Sumber: www.permata.or.id. www.kusta.wordpress.com
96
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
hanya sayang betul kabar-kabar tak wangi beredar terus di perkampungan memang tidak ada sambungan yang lebih cepat dari mulut-mulut para pencerita kabar itu berkembang bebas sampai akhirnya pemilik laundry menyerah kalah pelanggannya sudah hampir habis “Masa pakaian kita dicuci sama orang kandala? Nanti kalau tertular bagaimana?” Seru orang-orang pemilik mulut besar Daeng Bunga mundur juga jadinya pilihan akhir adalah mengemis meski kadang orang memasang dan menutup mata sebelah selalu saja saban hari Daeng Bunga bisa mengepulkan asap dapur bisa merawat dirinya di rumah sakit tidak lebih dari itu tidak lebih dari orang-orang yang mengaku dirinya paripurna, bermewah-mewah, tapi menghabiskan masa tua di bui tidak lebih dari itu maka pada suatu hari berkumpul-lah para penderita kusta di Makassar mereka berbagi geram, berbagi air mata mereka bosan dikejar ANTOLOGI PUISI ESAI
97
siapa mau menghidupi diri mereka jika mengemis adalah perbuatan layak ditangkapi? para penderita kusta menyusuri terik mentari menembus jalan-jalan mengadu-lah mereka kepada wakil rakyat yang terhormat di gedung yang tak jauh dari fly-over, tak jauh dari gedung sebentuk pena yang menjulang tinggi mencakar langit Makassar mereka berorasi mereka cukup pandai sebab mungkin sudah terlalu sering menyaksikan demonstrasi ala mahasiswa di kota ini sayang betul butuh banyak waktu hingga satu dua anggota dewan menemui mereka lalu terjadi-lah peristiwa legenda basa-basi wakil rakyat manggut-manggut saja dengan gaya seperti biasanya mereka berjanji menyalurkan aspirasi ke pejabat eksekutif gubernuran dan atau meneruskan ke walikota ya ya selain menerima janji, apalagi yang bisa diminta dari rakyat semisal para pengidap kusta? Mereka pun berlalu
98
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
6/ Hari-hari berlanjut seperti biasa rupanya berhasil betul demonstrasi tempo hari Daeng Bunga kembali di pertigaan aparat sudah tak nampak ujung hidungnya lagi ternyata di kota ini rakyat harus marah sebelum didengar meski ada juga bisik-bisik sampai beredar, bukan demonstrasi menghentikan operasi aparat tapi memang sudah tabiat, peraturan hanya tegak di awal-awal saja mungkin hanya cari muka kepala dinas itu tempo hari biar diakui pandai menuntaskan masalah sosial biar kota dapat gelar nol pengemis biar dipuji walikota; biar walikota dipuji gubernur; biar gubernur dipuji menteri; biar menteri dipuji presiden; biar presiden dipuji rakyat dan terpilih lagi sedang sedih, luka, hanya bertambah-tambah pada pendera kusta sebetulnya, seharusnya, yang dirazia itu orang-orang berpikiran dangkal, gerutu seorang kawan kepada Daeng Bunga benar saja pikiran orang-orang mesti digembalakan ke arah yang benar; sebenar-benarnya jalan
ANTOLOGI PUISI ESAI
99
bila saja mereka, para pengaku paripurna itu memanusiakan pandangannya sendiri pendera kusta tentu sudah tidak terasing tentu sudah jadi manusia selayaknya, seutuhnya barangkali itu jalan setapak satu-satunya biar pendera kusta dapat meniti jalan ke mata air biar tidak memposisikan tangan ke bawah lagi di khalayak Daeng Bunga dan rekan-rekannya ingin hidup biasa, apa adanya, walau seadanya saja akan tetapi selalu ada permata di balik erangan kerang semenjak berita razia pengemis disiarluaskan Tulip, putera satu-satunya Daeng Bunga, mampir juga di beranda ruah air mata perempuan lara itu ia segera ingin menghamburkan diri memeluk sang putera namun, urung akhirnya ia tidak ingin si Tulip ketakutan entah kapan terakhir mereka bertemu masing-masingnya telah menanam lupa seharusnya Daeng Bunga menumpahkan amarah terlupakan anak sendiri adalah sesakit-sakitnya perih namun, tidak hatinya hujan, meluluhkan dendam pada apa saja
100
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Tulip rupanya masih mengingat cara menitikkan air mata sedih juga ternyata ia pada ibunya “Saya khawatir Ibu kenapa-kenapa. Saya mendengar tentang razia itu.” Daeng Bunga menatap dalam mata anaknya sadar ia bahwa Tulip tidak pernah benar lupa pada ibunya Tulip tahu apa yang ibunya lakukan selama ini Tulip bercerita, ia sudah menikah di Samarinda hanya kerja serabutan, maka tak bisa memberi apa-apa selama ini sebetulnya istri melarang tuk berjumpa dengan ibu istrinya tahu ibu kusta istrinya tak ingin kena tular sial dan kutukan Daeng Bunga mengangguk saja menyunggingkan senyum kecil saja telinganya tahan omongan serupa itu ia sudah kuatkan semen penyusun jiwanya Daeng Bunga membiarkan anaknya undur diri berjumpa saja, dan tahu anaknya masih punya hati kapas, lebih dari cukup semangat Daeng Bunga mekar lagi
ANTOLOGI PUISI ESAI
101
7/ Daeng Bunga tidak seharum namanya tapi ia senang merawat kebun-kebun hidupnya ditaburkannya benih, disiraminya dipupuknya, dijaganya hidup itu serupa bianglala suatu saat ada yang menukik ke atas, ada yang meraung ke bawah
Yogyakarta-Ubud Oktober 2013
102
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
AKU BESUDUT MENOLAK TERSUDUT
Puisi Esai
Huzer Apriansyah
ANTOLOGI PUISI ESAI
103
104
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
AKU BESUDUT MENOLAK TERSUDUT1
Saat guru pertama itu datang2 Banyak rerayo3 tak senang Bukan karena guru itu jahat pada kami, tapi Karena buku dan pena yang ia bawa itu utusan setan Kami berlari tiap kali perempuan bertubuh kurus itu datang Guru kurus dengan rambut bergelombang Tak kunjung pergi menghilang Ia justru terus datang dengan senang Walau tak satu pun anak-anak menjelang
1
Puisi esai ini terinspirasi dari perjalanan hidup Besudut, anak orang rimba pertama di Bukit Dua Belas Jambi yang berhasil masuk ke Perguruan Tinggi setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya. Sebagian isi puisi adalah hasil percakapan dan interaksi langsung dengan Besudut.
2
Orang Rimba Bukit Dua Belas pertama kali mendapat pengetahuan baca, tulis dan hitung ketika Yusak Adrian Hutapea bersama beberapa rekannya datang. Namun, sayang belum sempat lama menjalankan perjuangannya, ia meninggal karena malaria. Kemudian semeninggal Yusak, Butet Manurung masuk meneruskan usaha Yusak, hingga ke daerah orang rimba rombong Bernai. Saat pertama masuk Butet ditolak untuk mengajar.
3
Rerayo adalah orang dewasa yang sudah memiliki pengalaman hidup yang panjang dan telah menikah.
ANTOLOGI PUISI ESAI
105
Sampai pada suatu masa dimana kami mulai menyadari Baca tulis dan hitung itu penting agar kami tak selalu dicurangi Mulailah kami mengeja aksara Dan melafalkan angka-angka Aku sama sekali tak tahu alih-alih mengerti Aku hanya senang melihat bentuk angka Ada yang seperti burung belatuk Ada yang seperti kursi Bahkan ada yang seperti betong totogok4 Tapi, sulitnya alang kepalang kalau sudah harus mengeja aksara Ba bi bu be bo Ca ci cu ce co Da di du de do … Ka ki ku ke ko …. Za zi zu ze zo Kalau sudah begitu kepalaku pening Sudah begitu ada lagi kesulitanku Kami orang rimba jarang sekali menggunakan huruf “S” di ujung kalimat 4
Betong totogok artinya batang yang berdiri lurus, ini untuk menunjukkan angka satu.
106
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Sebelas kami baca sebelay Tiga belas jadi tiga belay Untung saja guru kurus itu segera tahu kesulitan kami Ia tak marah kalau kami salah-salah Kalau sudah pening sekali kepalaku Biasanya aku hanya berlari-lari mencari perhatian Sesekali aku langsung mencebur ke sungai Sembari berteriak… kepalo ke panay5 Hari-hari awal mengenal angka dan aksara Adalah hari-hari penuh kenangan Rasa ingin tahu bertubi-tubi menjalari kepalaku Si guru kurus yang tubuhnya tak terlalu terurus Hanya dua minggu saja dalam sebulan mengajar Selebihnya ia pulang ke kota Hari-hari menunggu guru kembali dari kota Adalah hari-hari panjang bagi kami Ada keinginan untuk segera menambah ilmu Tapi kadang kala kami rindu kekulum6 yang ia bawa Hari-hari belajar adalah keceriaan Meski kadang ada juga kesedihan
5
Berati kepalaku panas. Maka dengan menceburkan kepala ke sungai akan terasa sejuk
6
Kekulum bermakna permen
ANTOLOGI PUISI ESAI
107
Kalau kami sedang melangun7 Maka kami akan semakin lama bertemu guru kurus Ia harus mencari tahu dimana kami berada Ketika itu komunikasi bukan perkara mudah Berhari Berminggu Bahkan berbulan Kami tak belajar Karena kami terus bergerak dari satu wilayah ke wilayah lain Bukan dengan motor tapi berjalan kaki Angka dan aksara yang berlahan kami eja Telah membentangkan sebuah impian. Aku berhak punya masa depan! Guru kurus itu sering bercerita Tentang negeri-negeri yang jauh Yang namanya saja aku tak pernah bisa ingat Aku bermimpi menggapai tanah-tanah yang jauh itu! Tapi kapan? Entahlah…. *** 7
Melangun adalah kebiasaan orang rimba melakukan perjalanan jauh berharihari, sebagia ekspresi kesedihan dan melupakan luka hati karena ditinggal mati oleh anggota keluarga atau kelompok. Biasanya sepanjang jalan orang rimba akan meratap.
108
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Tiga tahunan guru kurus itu bersama kami Sampai pada suatu hari ia pergi Ia tidak pernah lagi kembali untuk mengajar Ia memang kembali pada suatu masa Tapi bukan lagi sebagai guru kami Aku tak tahu, sudah menjadi apakah guru kurus itu… Sepeninggal bu guru Kami kehilangan sosok yang telah menjadi lilin Penerang dalam gulita langkah Guru kurus itu membukakan dunia baru Dunia yang kami belum pernah tahu Entah surga Entah neraka Yang ia tawarkan Tapi aku merasa menikmati tiap aksara yang kutuliskan Dan tiap angka yang kami lafalkan Sebuah petang Saat langit berkilat Dan tubuhku masih berkeringat Aku mendapati buku lusuh di pondok Ada rindu ada amarah Rindu saat belajar dulu Marah karena mengapa guru itu datang Kalau pada akhirnya hanya membuatku meradang
ANTOLOGI PUISI ESAI
109
Ku ayun-ayunkan parang Kukapak anak-anak tangga Terbersit olehku untuk pergi dari rimba Aku ingin belajar Aku ingin menjamah tanah-tanah nan jauh Ku buntal8 beberapa helai kain dan baju Kusisipkan daging pelandok9 untuk bekal Dusun Tanah Garo kutuju Kugegas langkah Meski resah terus bergema Aku tak ingin patah Walau arah belumlah nyata Entah surga Entah neraka Semua masih samar Tapi aku ingin belajar Ingin kujamah tanah-tanah nan jauh
8
Buntal berarti mengumpulkan barang bawaan menjadi satu dalam sebuah “tas” yang dibuat dari kain panjang. Hal ini adalah kebiasaan orang rimba jika hendak pergi, selain menggunakan ambung (Keranjang) mereka juga akan menggunakan kain panjang sebagai ganti tas mereka dalam membawa benda bawaan mereka.
9
Pelandok adalah sebutan untuk daging kijang.
110
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Gelap mulai merapati langit Gerimis pun makin sengit Hatiku makin resah Maju terus atau memutar langkah Kuputuskan bermalam di belukar tua Kupatahkan satu dua ranting-ranting besar Kususun sebagai sangga atap sementara Kujajarkan daun-daun lebar Berteduh aku menanti pagi Aku memang orang rimba yang akrab dengan tiap jengkal hutan ini Tapi aku belum genap dua belas tahun Tetaplah kakiku gentar Gerimis membuat tubuhku serasa rapuh Ranting berderak Langkah-langkah cepat terdengar kian pasat Sorot senter berayun-ayun di pekatnya malam Aku bergidik Akankah orang dusun itu membunuhku? Aku memadamkan api dengan cepat Aku menyelinap diantara belukar Derap langkah itu makin merapat Sorot senter terus mendakat Gemetar tubuhku ANTOLOGI PUISI ESAI
111
Tiba-tiba Sorot senter menerpa mataku Terhentak Nafasku berhenti sejenak Tamatlah aku.. Hoi … ngapo awak disiko10? Kau nak maling apo11? Seorang lain menudingkan parang ke arahku Ingin aku belecup12, tapi apa daya kakiku kaku Aku hanya bisa melempar satu kalimat pada ketiga orang dusun itu.. Ake ndok belajo13 Sesaat setelah itu kuceritakan semua impianku Dan mengapa aku ada di hutan malam-malam tanpa ada teman Satu di antara mereka iba melihat keinginanku untuk belajar Ia menawarkan untuk ikut dia pulang ke rumah. 10
Bahasa Melayu Jambi yang berarti mengapa kau disini?
11
Kamu mau mencuri apa? Biasanya jika berjumpa dengan orang rimba, terutama di era 90-an yang sedang berada tak jauh dari pondok mereka, langsung pikiran orang dusun mengarah pada tuduhan bahwa orang rimba akan mencuri sesuatu dari dapur mereka. Kalau tak gula mungkin garam atau apa sajalah..
12
Belecup bermakna melarikan diri dengan cepat lantas menghilang
13
Aku ingin belajar
112
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Ah dewa-dewa selalu punya cara memberi jalan… Aku membatin, sembari menyeruput teh hangat di gelas kaleng Malam itu aku bermalam di pondok tiga orang dusun Yang sedang menggasak kayu dari hutan kami Kami menyebut pekerjaan mereka bebalok. *** Berbulan-bulan sudah aku tinggal bersama orang dusun Meski sesekali aku mendapat perlakuan kasar Tapi aku menganggap itu tak sebanding dengan kebaikan yang telah aku peroleh Aku menahan tiap sakit dan luka Tujuanku hanya satu; SEKOLAH Itu saja ! Tiap hari aku ke sekolah Bukan untuk belajar layaknya anak-anak kebanyakan di dusun Aku datang hanya untuk menyaksikan anak-anak belajar Dari luar pagar aku menyaksikan anak-anak berseragam merah putih Buku lusuh dari ibu guru kurusku dulu selalu kubawa Saat anak-anak pulang, aku pun pulang Aku memang bukan anak sekolah ANTOLOGI PUISI ESAI
113
Tapi aku merasa sudah belajar Cukuplah bagiku. Sampailah pada suatu siang Seorang guru menghampiriku Singkat cerita, Guru itu memberiku kesempatan untuk diuji kemampuan Mereka terkejut, Orang Kubu14 ada yang bisa baca tulis dan hitung Mendengar sebutan kubu aku terluka Tapi aku tak peduli, karena pada akhirnya aku ingin dipandang Bukan karena latar belakangku tapi karena kemampuanku... Aku resmi menjadi anak sekolah Langsung duduk di kelas empat... Ah, hidup selalu penuh kejutan! ***
14
Sebutan kubu adalah sebutan yang berasal dari luar orang rimba, terutama dari orang Melayu. Orang kubu bermakna sangat buruk; tak beradab. Orang rimba akan sangat tersinggung jika dipanggil kubu. Bahkan biasanya orang Melayu, di Sumatera Selatan, Jambi bahkan Riau, kalau memarahi orang sering sekali menghardik dengan sebutan “Dasar Kubu!” atau “Kubu nian kau nih!”
114
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Lama aku kehilangan kontak dengan rombongku Ada rindu yang menggebu Aku mulai bertanya-tanya, “Jangan-jangan benar apa kata rerayo dulu, sekolah hanya akan membuat orang rimba mencampok adat..”15 Jelang ujian kelas enam Aku semakin meragu, Benarkah langkahku? Atau aku ini hanya anak durhaka… Impian untuk menjamah tanah-tanah nan jauh Harapan untuk belajar sampai tinggi Seolah membentur tembok bernama realitas Semua seolah kandas… Terlalu lama rasanya sekolah di luar Terlalu sulit rasanya menjelaskan pada rombong kami
15
Para penghulu dan orang tua di rimba sering beranggapan bahwa sekolah atau pendidikan luar hanya akan membuat orang rimba melupakan bahkan meninggalkan sepenuhnya adat mereka. Maka, pada masa awal inisiasi proses BTH (Baca, tulis, hitung) pada orang rimba pada tahun 1997, terjadi resistensi yang besar dari orang rimba. Perintis pendidikan bagi orang rimba, Yusan Adrean Hutapea (Alm) beberapa kali diusir oleh orang rimba karena mencoba mengajarkan anak-anak orang rimba baca tulis dan hitung.
ANTOLOGI PUISI ESAI
115
Entah surga Entah neraka… Langkahku kembali gemulai Kuputuskan kembali ke rimba.. *** Sekian lama berada kembali di rimba Membuatku merasa sangat bersalah Banyak hal yang terjadi tanpa aku tahu... Indukku begitu membenciku Rombongku menjauhiku Karena dianggap membawa penyakit dari luar Aku tak peduli meski tertolak Aku akan sepenuhnya kembali ke rimba Hidup dan mati dengan adat orang rimba Impian untuk sekolah tinggi Dan menjamah tanah-tanah nan jauh Biarlah kusimpan sebagai teman tidur Teman-temanku yang dulu belajar bersama guru kurus itu Sebagian besar sudah menikah Hanya aku yang bujang lapuk16 Mungkin memang sudah jalan hidup kami Ada, mengada dan akhirnya mati di dalam rimba 116
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Duniaku, untuk ku! Duniamu, untuk mu! Entah surga Entah neraka Aku mengubur mimpi sekolahku. Sampai suatu malam induk berkata ; Kalu ndok bepelajoron, bobonor17 Terkejut aku mendengar kalimat itu dari induk Orang yang menghardikiku karena aku sekolah Kali itu memberi semacam restu. Harapan kembali tumbuh Impian ingin kembali kukayuh *** Kurapat-rapatkan niat Kukuat-kuatkan tekad Meski kadang dikucilkan Kalaupun kerap dihinakan
16
Orang rimba kerap memberi gelar bujang lapuk bagi para pemuda yang menikah terlmbat, biasanya lelaki orang rimba sudah menikah di usia 16 – 22 tahun. Selebih itu biasanya sudah akan dianggap sebagai bujang lapuk
17
Kalau mau sekolah yang benar. Kalimat itu bisa bermakna restu.
ANTOLOGI PUISI ESAI
117
Aku tak peduli Aku hanya ingin sekolah Itu saja! Entah surga Entah neraka Aku kembali ke bangku sekolah Dengan bantuan dari sekolah dan juga orang-orang yang bersimpati pada mimpiku Aku bisa menamatkan SD dan SMP meskipun dengan ujian persamaan Masa-masa SMA, adalah hari-hari panjang Karena pada masa inilah aku mulai mengenal persahabatan Pada masa-masa ini aku makin paham betapa orang rimba dinistakan Pada masa ini pula aku melihat betapa perusahaan mengancam kehidupan Hutan hanya masalah waktu saja menjadi kenangan18 Entah surga Entah neraka
18
Pada era 90an-2000an begitu banyak izin konsensi perusahaan sawit dan juga tanaman industri yang dikeluarkan pemerintah di sekitar Taman Nasional Bukit 12, Jambi, tak kurang dari 10 perusahaan mendapatkan izin tersebut.
118
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Hutan kami berlahan semakin bergerak menjadi kenangan. *** Hari penentuan itu datang Orang-orang menyebutnya ujian nasional Aku tak terlalu paham Yang kutahu bahwa aku harus menjawab soal-soal Dengan cara menghitamkan lingkaran yang disediakan Wartawan dari berbagai media menunggui selama ujian Aku diwawancara, aku juga di foto. Serasa bintang jadinya. Mereka hanya berkata; aku adalah orang rimba pertama yang ikut ujian nasional tingkat SMA Ini sebuah sejarah, kata mereka.19 Entah surga Entah neraka
19
Pada Mei 2013, Besudut (Irman jalil) menjadi orang rimba pertama yang lulus Ujian Nasional tingkat SMU melalui jalur umum bukan ujian persamaan. Langkah ini diikuti dengan keberhasilannya lulus dari ujian masuk perguruan tinggi negeri. Kini Besudut menjadi mahasiswa di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), FKIP, Universitas Jambi. Impian Besudut untuk menjamah tanah-tanah nan jauh satu persatu mulai tercapai; ia pernah diun-
dang ke Jakarta oleh metro tv dalam acara Kick Andy, lalu diundang AUSAID ke Makassar, pernah pula mengikuti pelatihan di Padang. ANTOLOGI PUISI ESAI
119
Langkahku makin jauh… Tapi aku belumlah tahu Benarkah adat rimba telah kucampakkan Atau mungkin aku akan membawa kebaikan Namaku Besudut, tapi aku menolak tersudut Di dunia yang tak ramah ini…
120
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
PETRUS Tragedi yang Dilupakan
Puisi Esai
Muhammad Syamsul Arifin
ANTOLOGI PUISI ESAI
121
122
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
PETRUS1 —Tragedi yang Dilupakan
1/ Tiba-tiba tercium bau mesiu, Terngiang deru jip yang membumbungkan debu, Karung yang merah, Bau anyir darah, dan tinggallah onggokan tubuh mencium tanah. Ada apa gerangan? 2/ Ingatanku berloncatan seperti katak Ketika cucuku yang mungil itu, yang begitu lucu dan lugu
1
Tragedi tentang Petrus sangatlah langka dalam literatur sastra. Penulis baru menemukan satu cerpen berjudul “Bunyi Hujan di Atas Genting”, karya Seno Gumira Ajidarma. Kelangkaan inilah yang mendorong penulis untuk menyumbangkan sesuatu karya sastra yang merekam terjadinya tragedi mengerikan ini. Sesuai dengan tujuan sastra yang ingin menjadi perekam segala peristiwa, dalam segala hal, sastra berbicara dan menyuara.
ANTOLOGI PUISI ESAI
123
berkata padaku: ‘Kakek, Ade ingin jadi tentara yang bisa nembak-nembak’ Aku tersenyum kecut Menahan rasa kalut yang kini meminta bangkit dari rasa takut Dengan tersenyum aku berkata pada sang cucu: ‘Apa Ade tidak ingin jadi presiden?’ Dia menjawab: ‘Presiden tidak punya tembak, Kek’ Ah, cucuku! Kau membangkitkan ingatanku.:
3/ 19832, tiada hari tanpa resah Aku, ratusan bromocorah, Preman pasar, perampok dan penjahat Menghitung tak.tik.tok detik-detik jam Kabar-kabar penembakan misterius terus menjalar Seperti api membakar keringnya belukar Dari mulut ke mulut Dari telinga ke telinga 2
Pada tahun 1983 tercatat 532 orang tewas, 367 orang di antaranya tewas akibat luka tembakan. Pada Tahun 1984 ada 107 orang tewas, di antaranya 15 orang tewas ditembak. Tahun 1985 tercatat 74 orang tewas, 28 di antaranya tewas ditembak.Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Penembakan_misterius
124
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Di warung, di pasar, di terminal, Di pedesaan, di perkotaan Di gang-gang kecil kota kecil ini Aku seperti menanti datang pati Tersiar kabar: Presiden menggelar operasi clurit3 Digadang-gadang, tingkat premanisme meningkat Kejahatan, pembunuhan, pemerkosaan di mana-mana Maka diperlukan pemusnahan massal Ah, apa itu pemusnahan massal? Petrus; ya Penembak Misterius Sebuah operasi membekuk berkembangnya aksi kriminalisasi4
3
Operasi Clurit adalah suatu operasi rahasia dari Pemerintahan Soeharto pada tahun 1980-an untuk menanggulangi tingkat kejahatan yang begitu tinggi pada saat itu. Operasi ini secara umum adalah operasi penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap mengganggu keamanan dan ketentraman masyarakat khususnya di Jakarta dan Jawa Tengah. Pelakunya tak jelas dan tak pernah tertangkap, karena itu muncul istilah “petrus”, penembak misterius. http://id.wikipedia.org/wiki/ Penembakan_misterius
4
Pada Maret tahun 1982, di hadapan Rapim ABRI (sekarang TNI), Soeharto meminta polisi dan ABRI mengambil langkah pemberantasan yang efektif menekan angka kriminalitas. Hal yang sama diulangi Soeharto dalam pidatonya tanggal 16 Agustus 1982. Permintaannya ini disambut oleh Pangkopkamtib Laksamana Soedomo dalam rapat koordinasi dengan Pangdam Jaya, Kapolri, Kapolda Metro Jaya dan Wagub DKI Jakarta di Markas Kodak Metro Jaya tanggal 19 Januari 1983. Dalam rapat itu
ANTOLOGI PUISI ESAI
125
Presiden menyiapkan tim khusus untuk meringkus orang-orang ‘yang dianggap’ sarat kasus Siapa saja yang bertato5 Jadi sasaran utama Sebab tato adalah cermin negatif Nyatakah? Atau sekedar motif?
4/ Seseorang terengah-engah sehabis berlari Menghampiri aku yang duduk sendiri Di beranda rumah, di saat mentari membakar tanah Namanya Supratmo, seorang teman sebaya Ia duduk di sampingku, menyeimbangkan nafasnya
diputuskan untuk melakukan Operasi Clurit di Jakarta, langkah ini kemudian diikuti oleh kepolisian dan ABRI di masing-masing kota dan provinsi lainnya. Sumber: http://keranjangbesar.com//mengenal-petrus-penembakmisterius-jaman-pak-harto.html 5
Tato merupakan suatu indikasi negatif pada waktu itu. Para preman dan siapa saja yang bertato menjadi incaran Petrus meski bahkan sebagian dari mereka ada yang sudah bertobat. Atas dasar inilah, mereka menghapus tato mereka dengan cara apapun, bahkan ada yang menyetrikanya. Pada masa itu, diceritakan pula bahwa rumah sakit-rumah sakit kebanjiran pasien yang ingin menghapus tatonya.
126
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
‘Gawat!’ Ia berkata Kulihat kilatan matanya yang seperti kaca ‘Ada apa?’ tanyaku ‘Kita musti menghapus tato ini’ Ia menyisingkan lengan baju kirinya Menunjukkan tato bergambar botol Wisky ‘Dengan apa?’ aku bertanya ‘Setrika’ Dan beginilah, Cara yang paling murah Untuk menghapus kenangan yang merah Kunyalakan Setrika Kunaikkan suhunya hingga sekian derajat celcius Aku giris! Ketika kuletakkan barang panas ini di kulit Supratmo Begitu merebak bau daging gosong Seperti kulit kerbau yang dipanggang Namun tiba juga giliranku Tato di punggungku besar nian! Sebuah gambar wanita telanjang Supratmo berdehem Aku tahu ia memberi aba-aba
ANTOLOGI PUISI ESAI
127
‘Aku sudah siap!’ kataku Aku membatin, ketika ia menggosokkan setrika Oh, beginikah rasanya panas neraka? Setrika maju-mundur Panas menghambur Kutahan perih dengan menggigit mulut Kutahu, lusa hariku akan tambah kemelut
5/ Malam melarut Pintu kamar berderit Angin berlari terbirit-birit Agaknya hujan akan turun Ranting-ranting pohon samping rumah Bercumbu satu sama lain Seperti saling bercakap Dan bertukar cerita Aku sendiri di sini Di kamar yang sempit Kuambil sebatang rokok Kusulut dan kuhisap Kuhempaskan itu asap Di udara yang mulai pengap 128
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Jika begini Hanya rasa pahit yang berdiam diri Di tenggorokan ini Aku teringat masa silam Masa suram Aku seorang preman pasar Berwajah sangar Berpawakan kekar Semua orang takut padaku Mereka gentar menghadapiku Setiap mereka adalah pundi-pundi uang yang menyumpal di mulutku setiap bulan Aku pernah membunuh nenek tua Ketika ia enggan menyerahkan kalung emasnya Mayatnya aku mutilasi Kubuang ke kali Aku pernah memotong tangan seorang pegawai sipil Ia hendak melawan, ketika motornya aku ambil Begitululah. Akhirnya, hujan turun dengan lebat Mengirim kesumat Membikin hati jadi lekat mengingat ANTOLOGI PUISI ESAI
129
Ia; ibu yang telah megusirku Tak mengakui aku anaknya Aku pergi, membawa luka Barangkali aku tak seperti lain anaknya yang jadi pengusaha—kakakku! yang jadi tentara—adikku! yang ia banggakan kesuksesannya Tiba-tiba aku teringat ia yang merawatku dalam cinta yang aku dalam kandungannya sembilan bulan lamanya Ah, ibu! Sebening air membasahi pipiku.
6/ Petrus semakin mengepakkan sayap6 Semakin mendekat saja Dua kecamatan sebelah telah selesai dijamah Lima preman mati mengenaskan Dua di antaranya di geletakkan di badan jalan Tiga lainnya ditemukan di perempatan atau pertigaan 6
Tercatat ada 11 Provinsi yang menerapkan petrus, seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Bali, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Sumber: http://keranjangbesar.com//mengenal-petrus-jaman-pak-harto.htm
130
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Suasana semakin mencekam Malam adalah persinggahan yang karam Kuharap, hari-hari tetap jadi siang Sebab, telah begitu lelah aku mengasuh resah Kabar-kabar itu jadi buah bibir Katanya; begitu malam telah merambah Sebuah jip masuk ke perkampungan Meringkus, mengambil paksa preman-preman Atau bahkan yang telah jadi mantan ‘Restu, preman kecamatan sebelah telah mati!’ Kata seorang pedagang nasi Matanya melirik padaku, aku tahu Ia mengaharapkan kejadian itu pun menimpaku ‘Mayat Si Restu dimasukkan ke dalam karung goni, Darahnya mengucur, dan masih amis!’ Pedagang itu melanjutkan ceritanya Sekali lagi, ia melirik ke arahku Dan cerita-cerita lain, dari preman-preman lain Menjadi menu utama tiap harinya Aku semakin gemetar Kurasa hatiku pilu, menahan gentar Semakin hari, semakin banyak korban Semakin banyak mayat bergelempangan
ANTOLOGI PUISI ESAI
131
Aku pasrah Jikalau pistol mengambil nyawaku yang payah Toh, semua orang akan mati Hanya caranya saja yang berganti
7/ Aku sebal jika datang malam Selalu saja, ia adalah situasi di mana keberanian Tak ubahnya seperti kapal yang karam Tak. Tik. Tok. Detik-detik melarung harap Di setiap sengal hapasku yang mulai kalap Datanglah Supratmo Menemuiku. Wajahnya pucat pasi Barangkali ia ketakutan setengah mati Matanya, ah, aku tak tega menatapnya! ‘Aku benar-benar takut!’ bisiknya ‘Sudah, tenangkan dirimu.’ aku menasehati. ‘Bagaimana bisa tenang, kalau suasana sedemikian mencekam’ ‘Aku tahu. Namun, jika kamu terus panik, mereka akan mudah menemukan kita’ 132
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Supratmo benar-benar takut Ia menyarankanku untuk lari dan sembunyi bersamanya Entah kemanapun tempatnya Namun aku menolak Ia sedikit kecewa, dan memalingkan muka ‘Kalau begitu, aku yang akan lari. Sendiri!’ tandasnya ‘Maaf, kawan. Aku berniat untuk berubah. Aku pasrah!’ Dan ia melompat membelah semak belukar Berlari. Berlari. Berlari. Entah kemana! ‘Semoga kau selamat, sobat,’ gumamku lirih.
8/ Penyesalan menjangkiti relung hati Kudengar, Supratman mati Ditembak dua kali Mayatnya dibungkus karung goni Dan ditinggal di pinggir kali Tangannya terikat Pun lehernya7 7
Para korban Petrus saat ditemukan masyarakat dalam kondisi tangan dan lehernya terikat. Kebanyakan korban juga dimasukkan ke dalam karung yang ditinggal di pinggir jalan, di depan rumah, dibuang ke sungai, laut, hutan dan kebun. Sumber: http://id.wikipedia.org//Penembakan_misterius
ANTOLOGI PUISI ESAI
133
Kabar itu begitu menohok Mencaplok Dan melalap habis akal sehatku Kabar lain bertebaran pula Petrus salah tangkap!8 Di desa sebelah Terdapat dua orang bernama Sarman Satu preman pasar Satu lagi penjual cendol Ceritanya: Begitu malam melarut Kira-kira pukul satu Atau dua Sebuah jip kembali membelah kampung
8
Menurut cerita dari saksi mata. Di suatu kota di Jawa Tengah yakni di Pati, pernah terjadi peristiwa salah tangkap oleh petrus. Dalam satu desa, sebut saja ada dua orang yang bernama Sarman. Sarman pertama adalah seorang preman dan Sarman yang kedua adalah tukang cendol. Pada suatu malam, terjadilah salah tangkap. Pada mulanya, Petrus akan meringkus Sarman sang preman namun yang ditangkap bukanlah Sarman preman tapi Sarman tukang cendol. Peristiwa salah tangkap ini sontak membuat gempar. Sebagian orang yang merasa namanya sama dengan seorang preman merasa cemas, kalau-kalau bakal terjadi lagi peristiwa salah tangkap yang serupa. Sumber: penuturan Bapak Su’udi Ramli, salah seorang saksi mata, pada hari Selasa, 05 April 2010.
134
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Derunya begitu kentara Membuat orang meringkuk di bawah selimutnya Di depan sebuah rumah yang reot Jip itu berhenti mendadak Orang-orang dalam jip saling berbisik Entah apa! Tiba-tiba dua orang keluar Mendobrak pintu rumah itu Menyeret Sarman cendol Sarman kalang-kabut Istrinya menjerit-jerit Anak-anaknya menangis keras Dengan sekuat tenaga Sarman cendol melawan dua orang itu Namun apa daya Tenaganya tak cukup kuat untuk beradu Dimasukannya ia ke dalam jip Jip berjalan Membelah perkampungan Membelah malam! Di dalam jip, Sarman cendol diberondong pertanyaan ‘Namamu Sarman kan?’ ANTOLOGI PUISI ESAI
135
Seseorang dengan mata sangar itu menanyainya ‘Iya, tapi aku bukan preman!’ jawabnya dengan nada meninggi ‘Hah! Jangan bohong kamu!’ ‘Aku tidak bohong! Aku hanya tukang cendol!’ Orang-orang dalam jip itu saling bertatapan Salah satu dari mereka memberi isyarat Kepada satu sama lainnya ‘Buka bajumu!’ Sarman membuka bajunya Setiap bagian tubuhnya diperiksa Ia tahu, orang-orang itu mencari tato Atau mungkin bekas tato Jip terus melaju menyingkap kabut Pintu jip terbuka Dan Sarman cendol dilempar keluar Ia selamat dari Petrus yang sangar Begitulah cerita itu beredar Merambat dan merambah dari satu bibir Ke bibir yang lainnya
136
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
9/ Aku tak tahu apa yang merasuk Dan membesuk hatiku yang busuk Tiba-tiba aku tertarik pergi ke mushola Setelah lamat-lamat suara azan mengaung dari toa Subuh ini mempesiang jiwaku Malam berlalu. Biarlah begitu Dingin. Air wudhu ini membikin Pikir terpental mencari ladang zikir Barangkali, aku memang lelah Berpancang di dunia yang kelam Aku ingin sepenuhnya pasrah Menjadi hamba yang ittifak dengan Tuhan Tuhan, aku mengadu Memburu lembut kasihmu Biarpun Engkau tahu Betapa hinanya aku Dan hari-hariku berlalu Tertanam sudah semua ajaib doaku Dalam lembut kasih tuhanku Kini aku salik, pencari jalan bagi jiwaku
ANTOLOGI PUISI ESAI
137
10/ Setahun berlalu Dan aku masih bernafas Dengan nafas baru Seperti baru membuka putih kertas Petrus masih berkeliaran Masih memburu preman-preman Kuharap aku bukanlah termasuk Ke dalam daftar orang yang mereka keruk Aku sepenuhnya berubah Menjadi abid, hamba sang maha rahmah Hari-hari aku jalani Begitu mengalir Mengalir Saat-saat damai seperti demikian Aku teringat lagi akan ibu Bagaimana kabarnya? Apakah kusut rambutnya bertambah? Apakah keriput kulitnya makin merambah? Ah, ibu! Dalam bening kasihmu Akankah masih kau anggap aku anakmu?
138
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
11/ Suatu malam Gelap ditikam temaram rembulan Aku merapikan sebagian bajuku Bersiap menghampiri ibuku esok hari Aku benar telah rindu Matanya yang sayu Belainya yang lembut penuh restu ‘Ibu, aku akan pulang!’ Setelah selesai merapikan baju Aku bersiap mapan Berharap aku bermimpi ibu yang setiap pagi menghidangkan sarapan Namun, sebelum benar aku terpulas Kudengar deru jip yang menganiaya bebatuan Aku kalap! Aku segera berlari lewat pintu belakang Membelah ilalang Tapi sial! Jip itu menguntitku dari belakang Kupercepat lariku Kubelah kebun tebu
ANTOLOGI PUISI ESAI
139
Sekuat tenaga aku berlari Sampai berdarah kaki ini Tapi sial! Jip itu masih menguntitku Beberapa meter di belakangku Aku menyadarkan diri Aku pasrah jika demikian takdir ini Berbicara kapan, dimana serta bagaimana datang mati Di suatu perkebunan Aku tertangkap dan dibekuk Empat orang mengelilingiku Menyandang bedil kesemuanya Satu di antara mereka mendekatiku Dalam gelap, siapa tak tahu siapa Aku ditanya: ‘Kamu yang bernama Parman?’ Aku diam, tak menjawab Kelihatanya aku kenal suaranya Angin menyibak reranting pohon Temaram bulan memperkenalkanku Pada siapa yang di hadapanku 140
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Ya, ia adikku, Suwondo Seorang tentara yang ditugaskan pula Menjadi Penembak Misterius Ia menatapku lama Mencoba mengenali lekuk wajahku Barangkali, ia berusaha menggali ingatan Mencuatkan kenangan Tanpa disangka Ia mendekatkan mulutnya ke telingaku Seraya berkata lirih: ‘Pulanglah, Kak, Ibu merindukanmu!’ Airmataku penuh berlinang Adikku Suwondo masih menyimpan sayang Dalam hati aku ikrar: Aku akan berubah Menjadi manusia yang anfa’ dan penuh rahmah Suwondo berkata pada kesekian kawannya yang menyandang bedil itu ‘Mari, pergi, ia hanya seorang penyuluh kodok!’
ANTOLOGI PUISI ESAI
141
Dan jip itu melenggang Membelah perkebunan Aku terdiam lama Masih berlinang airmata ‘Ibu, aku akan pulang!’
11/ ‘Kenapa kakek menangis?’ Suara cucuku membuyarkan lamunan panjangku Kuusap airmata di pipiku Kemudian kupeluk ia erat-erat Dan kukatakan padanya: ‘Jadilah apa yang engkau suka, cucuku!’ 2013
142
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
TANYA SUMIYARSI DARI PLATUNGAN
Puisi Esai
Stefanus P Elu
ANTOLOGI PUISI ESAI
143
144
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
TANYA SUMIYARSI DARI PLATUNGAN
aku Sumiyarsi1, yang terjamah narasi hitam Orde Baru ingin lantunkan nyanyian tanya yang masih tersisa dari beranda kematianku awali dengan tanya senja yang tiba di tiga belas oktober enam lima terlukis memerah di tepi barat dan aku rengkuh biasnya di kaca mobil ingin kubenamkan di beranda rumah dan tiga anakku adalah saksi matanya
1
Nama lengkapnya Dr Sumiyarsi Siwirini Caropeboka. Ia lahir di Solo, 20 November 1925. Pendidikan terakhir di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM), lulus pada 19 November 1959. Tahun 1956-1959 sebagai asisten dosen pada Fakultas Kedokteran UGM, bagian Penyakit Anak-anak. Selepas lulus kuliah, Dr Sumiyarsi bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Kotapraja Jakarta. Dr Sumiyarasi kemudian bergabung juga menjadi aktivis Himpunan Sarjana Indonesia (HSI). Sebelum Peristiwa 30 September 1965, Dr Sumiyarsi baru saja terpilih sebagai anggota Dewan Eksekutif HSI. Amurwani Dwi Lestariningsih, 2011, GERWANI. Kisah Tapol Wanita di Kamp Platungan, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, hal. 99. Sejak 11 Oktober 1965, penguasa militer mulai melancarkan propaganda
ANTOLOGI PUISI ESAI
145
namun tiba-tiba aku terperanjat saat mata temui rumah di jauh porakporanda di genggaman segerombolan orang2 bajubaju berkejaran di halaman disaksikan perabot rumah yang letih di tangan kecamuk seonggok kebencian hampa memaksa mereka untuk berdiam di tempat yang seharusnya tak mereka tinggali
hitam terhadap Gerwani melalui surat-surat kabar yang dikelolanya (sejak 1 Oktober, hanya Pepelrada Jaya melarang terbit media massa kecuali seizin mereka). Mereka menyatakan bahwa aktivis-aktivis Gerwani menyiksa – melakukan ritual cabul, mencungkil mata, dan memotong kemaluan – para perwira AD yang diculik sebelum membunuh mereka. Pernyataan itu bertentangan dengan hasil otopsi para dokter RSPAD Gatot Soebroto yang dilakukan pada 4 dan 5 Oktober, yang menyatakan bahwa tubuh para perwira tersebut utuh, dan bahwa mereka seluruhnya tewas akibat tembakan. Selama berbulan-bulan sesudahnya, seluruh surat-surat kabar yang masih boleh terbit dipenuhi berita-berita bohong tentang kebejatan dan kekejaman Gerwani. Sejak saat itulah pengejaran dan penangkapan terhadap anggota Gerwani dan semua perempuan yang terlibat dalam aktivitas PKI dimulai. Sejumlah litetarur sejarah menyebut sekitar satu juta nyawa melayang dan sekitar 1,6 juta orang lagi ditahan tanpa proses pengadilan. Sumber: http://spirit-indonesia.blogspot.com/ / plantungan-potongan-tragedi-1965.html. (Berita ini diakses pada Selasa, 13 Agustus 2013, pukul 13.25 WIB.) 2
Saat mengobrak-abrik rumahnya, para gerombolan orang itu menemukan secarik dokumen dari Sekretarsi Comite Seski (CS) PKI setempat. Dokumen itu berisi permintaan Sekretaris Comite kepada Dr Sumiyarsi untuk menuliskan surat keterangan libur bagi orang-orang PKI yang akan berlatih dalam rangka Dwikora. Temuan atas dokumen itu kiranya cukup bagi pihak militer untuk mengecapnya sebagai “dokter Lubang Buaya”. Hal. 100. Ia juda dianggap sebagai dokter Committee Central Partai Komunis Indonesia pada zaman Orde Baru. Sumber: http://www.goodreads.com/book/show/10801178plantungan. (Berita ini diakses pada tanggal 25 Agustus 2013, pukul 19.00WIB.)
146
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
rupanya para kekasih Suharto sedang mencariku mengendus jejak-jejak keterlibatanku dalam narasi kelam PKI ciptaannya niat mengubur senja terkurung sudah bersamaan dengan haluan mobilku yang bergegas mencari persembunyian untuk tenangkan takut yang kian meninggi daun jendela tetangga membuka diri memanggilku untuk sembunyikan tubuh di situ meski harus kuakui getar dada masih mendebar hingga kubawa lari ke rumah Suprapto3 lalu angin memberiku kabar bahwa rumah Suprapto sedang diincar pasukan Orde Baru aku segera berkemas sembari memacu waktu lariku yang kian singkat di Hotel Indonesia Konferensi Asia, Afrika, Oceania sedang berlangsung aku putuskan bertandang ke situ4 3
Suprapto, seorang profesor, pengacara, dan anggota pimpinan HIS Pusat, dimasukkan di Inrehab Pulau Buru. Ibid., hal. 101.
4
Ketika itu Sumiyarsi menjabat Bendahara Pimpinan Pusat Himpunan Sarjana Indonesia HSI. Karena itu ketika ia datang ke situ ia mendapat akses masuk dengan cukup mudah. Bahkan seorang ketua departemen dari panitia di HSI
ANTOLOGI PUISI ESAI
147
untuk berlindung dari kejaran maut itu meski hanya dalam hitungan waktu setelahnya, aku memasuki kisah petualanganku sebagai seorang buron. ya buronan polisi enam lima5 meski belum sempat kuingat kapan dan di mana aku membunuh, atau mengambil uang rakyat untuk menangkan proyek ini-itu? : apa salahku sehingga aku hendak ditangkap? berpindahpindah tiba-tiba pagi membangunkanku dengan gebrakan pintu di muka ranjang segerombolan orang yang tergabung dalam Operasi Djaring AKRI Jawa Barat, berasimilasi dengan Komando Reserse AKRI Sukabumi, menghampiriku : aku ditangkap6
kemudian menyerahkan kamarnya kepadanya. Suasana begitu mencekam karena saat itu banyak orang yang tidak tahu tempat yang nyaman untuk berlindung. Banyak intel yang berseliweran di dalam dan sekitar hotel. Ibid. 5
Hal serupa juga dialami oleh Putmainah, Ketua Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Ia juga anggota Fraksi Partai Komunis Indonesia. Sumber: http://news.okezone.com/read/2011/10/01/ 340/509376 /ini-kisah-ketua-gerwani-kabupaten-blitar, (berita ini adiakses, Selasa, 13 Agustus 2013, pukul 13.15 WIB).
148
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
buron yang selama ini kupanggul lecut di situ rontok bersama yakinku akan tak bersalah takut bergetar di segala penjuru nadi saat lukisan halaman penjara dan penyiksaannya mengintai imajiku penjara yang selama ini dinarasikan surat kabar kugenggam kini di pelupuk mata ingin rasanya menjerit pada waktu untuk tunjukkan kapan dan di mana aku memanjatkan hujatan pada Garuda atau Merah-Putih atau kisahkan bukti tarian erotis harum bunga di hadapan para jenderal di Lubang Buaya
6
Setelah kegiatan konferensi selesai, Sumiyarsi segera berkemas. Berbekal uang honor sebagai panitia konferensi, ia memulai petualangannya sebagai buron. Dalam kebingungannya, seorang temannya menawarkan tempat persembunyian di Kota Semarang. Ia pun berangkat ke sana dan menginap di Hotel Du Pavillion. Namun di situ hanya dua minggu. Lalu ia berpindah ke Salatiga selama satu bulan. Karena situasi mulai memanas di Salatiga, ia balik ke Semarang, lalu ke Surabaya, dan akhirnya ke Bandung berkat kebaikan seorang temannya. Selama ia bersembunyi di Bandung, keluarganya sempat mengunjunginya sehingga ia mendapatkan tambahan bekal untuk dapat menghindar dari kejarang petugas. Sumiyarsi akhirnya pindah ke Sukabumi atas ajakan seorang temannya pada Februari 1967. Menurut pengakuannya, ia tinggal di rumah seorang mantri kesehatan yang jauh dari keramaian. Namun, di tempat itulah ia ditangkap. Op.Cit., hal.101-104.
ANTOLOGI PUISI ESAI
149
seperti yang dituduhkan kepada Gerwani dan para aktivis perempuan7 tapi percuma. ruang kantor polisi itu memijit-mijit tangisku yang jatuh ke pangkuan sendiri ketika bayangan akan anak-anak dan suami mengendap-endap di sudut pikiran asaku terkungkung di rumah tahanan Sukabumi entah untuk asalan apa, dan mengapa begitu, mei enam tujuh, aku dibawa ke markas polisi di Jalan Braga, Bandung tubuhku menjerit ketika di mobil itu kutemui suamiku, yang juga diborgol kulayangkan desah padanya, “anak-anak?” ia merangkulku dengan diam, tak sepatah kata pun jatuh dari bibirnya. hanya urat wajahnya tak putus-putus mendaraskan doa: ‘semoga anak-anak selalu sehat dalam rangkulan keluaga’
7
Sumber: www.merdeka.com//gerwani-dan-propaganda-tari-harum-bungayang-erotis.html, (berita ini diakses pada Jumat, 23 Agusutus 2013, pukul 00.30 WIB).
150
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
dan narasi perjumpaan lara itu pun berakhir di Bandung8 setelah dua bulan di Bandung, aku dipulangkan ke Jakarta sebuah rumah tahanan di jalan Panglima Polim Kebayoran Baru jadi rumah berikutku, hingga ke Rumah Tahanan Pesing, dan berikutnya lagi ...9 di bukit duri10 tiga hari menjelang ulang tahun kemerdekaan RI, 1968 aku memasuki gerbang Penjara Bukit Duri sebuah rumah yang terkenal sebagai pusat mendekamnya para tahanan politik di sekitar Jakarta.
8
Pada Mei 1967, Sumiyarsi dibawa dari Sukabumi ke Bandung. Ia dibawa bersama suaminya yang juga ditangkap di Sukabumi dalam satu mobil. Ketika di Bandung, kedua suami istri itu berpisah. Sumiyarsi dibawa ke Jl Braga, sementara suaminya dibawa ke stasiun. Sumiyarsi kemudian dimasukan ke dalam kamar berukuran 3x4 meter bersama tahanan lain. Ibid.
9
Pada 27 Juli 1967, Sumiyarsi dipindahkan dari Kebayoran Baru ke Rumah Tahanan Pesing. Sepuluh bulan ia tinggal di situ. Pada April 1968, Sumiyarsi dipindahkan lagi ke sebuah rumah tahanan di Gunung Sahari. dan sepulang dari situ, ia kembali dipindahkan ke Lidikus, Lapangan Banteng Selatan. Kemudian, pada 14 Agustus 1968, Sumiyarsi menuju Penjara Bukit Duri. Tempat ini menjadi rumah terakhir petualangannya selama masa tahanan di Jakarta. Ibid., hal. 107-108.
10
Sejak 1984, Penjara Wanita Bukit Duri sudah dibongkar. Penjara ini dulu sesak dengan tahanan politik tahun 1968 hingga 1979. Para anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan tokoh-tokoh PKI pernah dipenjara di sini. Lokasi ini dulu merupakan benteng pertahanan kolonial Belanda tahun 1600-an.
ANTOLOGI PUISI ESAI
151
hari-hariku yang bergelimang rindu akan anak-anak juga suami kuceritakan lewat merawat sesama tahanan meski dalam dada selalu kugendong derita “apa salahku sehingga Bukit Duri mengungkungku?” aku biasakan raga dan imaji untuk akui tempat ini sebagai rumah terindah perjumpaan dengan sesama tahanan sebagai kesempatan untuk berkebajikan. tiada kesempatan terindah selain sekarang untuk tunjukkan pada negara bahwa aku layak diperlakukan baik dan adil di tanah pertiwi yang aku kasihi di setiap pembuluh darah juga hembusan napasku
Pagar berduri dibangun di sepanjang tepi sungai Ciliwung. Letak benteng itu memang agak tinggi sehingga menyerupai sebuah bukit kecil jika dilihat dari seberang sungai. Inilah asal nama Bukit Duri. Kini, bangunan penjara sudah berganti dengan Ruko Bukit Duri Plaza. Sementara bengkel senjata di sampingnya menjadi Komplek Bukit Duri Permai. Wartawan merdeka.com, Ramadhian Fadillah dan Islahudin mendatangi lokasi ini pekan lalu. Sri Sulistyawati (71), seorang wartawati Warta Buana yang sebelas tahun dipenjara di Bukit Duri. Sri menjadi tahanan politik karena dianggap pembela Soekarno. Alasan lain, Sri pernah membantu mendirikan Gerwani cabang Jakarta. Alasan lain, Sri pernah membantu mendirikan Gerwani cabang Jakarta. selain itu suami Sri adalah Ketua Pemuda Rakyat Sukanto yang menjadi underbouw PKI. Tanpa pengadilan Sri dijebloskan ke penjara. Sumber: www.merdeka.com/ /kisahh-pelarian-tiga-gerwani-dari-penjara-bukit-duri.html.
152
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
perempuan terbuang suatu hari di bulan April sembilan belas tujuh satu kabar menemuiku di kamar bahwa para tahanan wanita akan dikirim ke Platungan11 sebuah protes keras mendobrak-dobrak pikiranku nama tempat itu yang selalu mengondisikan orang untuk terima nasib sebagai orang terbuang, tak layak ada di tengah dengan khalayak12
11.
Platungan adalah nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Platungan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Desa ini berada di bawah kaki Gunung Prahu yang diapit oleh Gunung Butak dan Kemulan di jajaran Pegunungan Dieng, yang terkenal dengan Plateau (Dataran Tinggi) Dieng dengan gas belerangnya. Secara administratif, Desa Platungan merupakan daerah perbatasan yang berada di ujung paling selatan kota Kendal. Sebelah utara dan timur Platungan berbatasan dengan Kabupaten Batang yang dipisahkan oleh Kali Lampir. Bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan. Jarak Desa Platungan dengan kota kecamatan kurang lebih dua kilometer ke arah barat daya. Kota kecamatan terdekat adalah Sukarejo berjarak sekitar 15 kilometer dari Kamp Platungan. Nama “Platungan” atau “Pelatungan” berasal dari kata latung atau lantung karena di daerah ini terdapat tanah liat hitam yang oleh orang Jawa disebut lantung. Amurwani Dwi Lestariningsih, ibid., hal. 2-4.
12.
Dulunya, di Platungan ini dibangun sebuah rumah sakit khusus untuk orangorang yang menderita penyakit kusta. Para penderita penyakit menular ini memang sengaja ‘dibuang’ ke tempat ini agar tidak menular ke masyarakat. Kompleks Rumah Sakit Lepra ini dibangun pada 1848 oleh pemerintah Hindia Belanda untuk rumah sakit militer. Sekitar Maret 1886, penyakit lepra mulai
melanda penduduk Eropa. Orang-orang Eropa yang saat itu terserang penyakit lepra mulai dirawat di Rumah Sakit Militer Platungan. Dengan berjalannya waktu, jumlah pasien semakin bertambah. Maka, pada 1871, saat bengunan semua sudah diganti dengan bangunan parmanen, rumah sakit ini beralih menjadi Rumah Sakit Lepratorium. Ibid., hal. 6-25 ANTOLOGI PUISI ESAI
153
dasah deritaku kian bergairah di hadapan pembuanganku yang berdiri tegak seutas senang yang kemarin kusematkan di tubuh putus di muka kabar itu sementara di beranda telinga bermainmain desah: “aku perempuan yang terbuang di negeri yang merdeka” jelang detik-detik ‘pembuangan’ ke Platungan waktu mengizinkanku menemui keluarga getar dadaku memandang anak pertamaku saat jemarinya menjamah kedua lenganku, tegar keibuanku runtuh berantakan dalam tangis yang bercakap-cakap mesra sebungkus kado rindu yang mereka bawa dengan bulat hati kusambut dengan sehelai saputangan ibu yang kusulam dari hatiku lalu ibu yang datang membawa pincang di kakinya tuturkan desah di rangkulannya: “jangan menangis” tubuhku kian berdebar oleh tangis yang meronta sementara baris-baris duka muncrat dari kelopak mata dalam tatapan lirihnya ia memesan waktuku: “di mana pun kita berada, selalu ada di tangan Yang Maha Kuasa, jangan pernah putus asa. 154
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
jika sekiranya aku tidak mendapatkan kesempatan dari-Nya sampai pada pembebasanmu, aku ikhlas. aku selalu berdoa untukmu, mudah-mudahan kamu diberi kesabaran”.13 rintihanku kian menganak sungai basahi waktu besut yang tiba di titik akhir dengan mata yang kuyup oleh sedih kupandangi mereka yang perlahan disembunyikan senja pukul 24.00, aku bersama tahanan lain meninggalkan bilik tahanan berbaris menggenggam perpisahan yang tertera di telapak tangan kami sekali lagi isak bergelayut di tepian mata tempiaskan malam dingin yang berkunangkunang gelisah pukul empat dini hari, dua bus beriringan meninggalkan Bukit Duri keluarga yang masih betahkan rindu di muka Lapas lambaikan doa yang dicatat di telapak tangan di Platungan gerbang Platungan menganga di beranda unit jauh itu para tahahan bariskan mata
13.
Ibid., hal. 170
ANTOLOGI PUISI ESAI
155
iringi petualangan baru yang coba aku sematkan di mata kaki sembari rayui hati agar tak kehabisan asa seperti ibuku yang tak kehilangan rindu nantikan pulanganku kantukku di malam pertama dicumbui nyanyian hantu di seberang sepi sementara dingin bercepakcepak di ranting pohon bisikan kalut yang buncahkan nurani pukul empat pagi sadarku temui fajar bersama kabut yang berkejaran di pucuk-pucuk rumput lalu retetan aktivitas temani waktuku jinakkan duka yang tak lelah menghukum raga untuk ilusi kebebasan sebagai warga Indonesia yang merdeka kujerang tangis jadi tawa di kamarku kueram derita jadi senyum di beranda perjumpaan agar aku dan sesama tahanan menjauhkan mati yang kadang datang membesuk obati warga di penjara racikan para tahanan kaum hawa itu14 aku dipercaya sebagai kepala poliklinik untuk mengusir sakit para tahanan dengan naluri ibu 156
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
yang kukumpulkan dari sajaksajak rindu akan keluarga sebab alatalat rawat jauh dari layak suatu ketika, di pertengahan sembilan belas tujuh empat kolera dan tifus menyerang para tahanan nalar dan kreativitas keibuanku buntu saksikan derita para tahanan yang tak jua reda restu pimpinan tahanan kupinta agar ia ajukan permohonan ke Rumah Sakit Sukarejo untuk imunisasi penghuni kamp syukur kebaikan masih berpihak sehingga banyak nyawa menjauhi ajal15 lambat laun kreativitasku menangani pasien terbawa angin hingga ke seberang tembok banyak warga menemuiku sembari menggenggam keluh agar aku rela mengusir derita mereka meski aku hampir kehabisan akal untuk berdamai dengan daritaku sendiri
14.
Taman itu selalu dikagumi oleh para tahanan politik. Selain tampak indah, juga menambah pemandangan. Taman itu kemudian diberi nama Agusta oleh pemimpin kamp, Mayor Pr. Pemberian nama itu berkaitan dengan pembuatan taman pada bulan Agustus. Untuk memperindah taman, beberapa batu diletakkan untuk menghindarkan rumput agar tidak diinjak. Ibid., hal. 202.
15.
Ibid
ANTOLOGI PUISI ESAI
157
bahkan, suatu hari, entah yang keberapa dalam niat baik yang masih tersisa di hati aku menemui seorang pasien: “Dokter, saya minta tolong, Saya hanya mau ditolong oleh dokter Sumiyarsi”16 air putih segelas yang kuberi sanggup bangkitkan sehatnya seuntai senyum yang terbit di balik peluhnya sirami kering yang lama mengungkung hati ini perlahan keyakinan bangkit bahwa aku masih berguna, mampu berbuat baik -dan memang aku seperti itu dari dulumeski terkadang oleh niatku yang baik aku harus berpindah ke unit “tahanan babi” karena dianggap memberontak17 akhiri dengan tanya tiga belas tahun masa pembuangan itu pun berakhir kutinggalkan ‘rumah Orde Baru’ itu dengan kepala tegak
16
Ibid., hal. 103.
17
Dalam bukunya Platungan: Pembuangan Tapol Perempuan, Sumiyarsi melukiskan sambutan teman-temannya di “tahanan babi” demikian: “Selamat datang di pig pen, maksudnya kandang babi. Mba Karti nyeletuk, “Dari kandang ternak ke kandang babi. Terima kasih untuk nama yang artistik itu.” Semua tertawa dan bertepuk”.
158
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
meski aku tahu bahwa kapasitas kewarganegaraanku tetap minus oleh ET yang merias akhir namaku18 kugantung keping-keping harapanku pada waktu bagai fatamorgana yang kukejar dengan gairah memuncak di sisa usiaku yang beranjak uzur pemakaman sebagian waktu hidupku berakhir di situ meski akalku tak pernah lelah ajukan tanya : apa salahku sehingga aku dibuang ke penjara?19 (tanya yang sama masih kunyanyikan di beranda kematianku)
18
ET adalah akronim dari ‘Eks Tapol’ (Tahanan Politik). Semasa Orde Baru akronim ini selalu tertera di akhir nama mereka yang menjadi tahanan politik. Meski sudah bebas dari penjara, mereka diwajibkan terus melaporkan diri kepada pihak yang berwajib. Selain itu juga akses mereka untuk mencari pekerjaan sangat dibatasi oleh karena perlakuan diskriminatif warga atau pemerintah. Baru pada 2003, stempel di belakang nama itu dihapus. Dengan bagitu, mereka yang merupakan eks tahanan politik lebih bisa bebas. Kemudian, lambat laun perlakuan diskrimintif itu perlahan-lahan berkurang, meski belum hilang secara total. http://news.okezone.com/read/2011/10/01/340/509376/ ini-kisah-ketua-gerwani-kabupaten-blitar, (berita ini diakses, Selasa, 13 Agustus 2013, pukul 13.15 WIB).
19
Sumiyarsi meninggal pada 17 Juli 2003 di Rumah Sakit Pertamina Jakarta Selatan karena sakit stroke. Op.Cit., hal. 99.
ANTOLOGI PUISI ESAI
159
160
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
BIODATA PENYAIR
ANTOLOGI PUISI ESAI
161
Ade Julia Dewi, lahir di Serang, tanggal 22 juli sekitar 24 tahun silam. Kini ia tinggal di Cinanggung Serang Banten. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi seorang penulis. Ia gemar membaca, traveling dan makan makanan enak. Di dunia Maya ia lebih dikenal dengan nama Noi Bonita. Ade Julia Dewi merupakan perempuan tertua dalam keluarganya. Ia terlahir dari keluarga sederhana, tapi itu tak membuatnya patah arang untuk tetap mewujudkan mimpinya dibidang tulis menulis. Harapannya yang belum terwujud adalah membuat sebuah cerpen/ novel yang bisa dibukukan dan di baca oleh semua pecinta buku. Ia berharap puisi esai ini membuatnya lebih termotivasi lagi dalam berkarya. Catur Adi Wicaksono, lahir di Surabaya tanggal 1 April 1989. Hingga kini masih tinggal di Surabaya. Sejak kecil ia memang hobi menulis. Sewaktu sekolah ia sering mengirimkan esai dalam bentuk puisi atau cerpen ke surat kabar harian Jawa Pos. Sampai sekarang ia masih intens mengirimkan karya-karyanya ke media. Salah satu puisi esainya yang berjudul Jejak Cinta Madun di Kota Sampit masuk dalam 10 pemenang hadiah hiburan, dan terkumpul dalam buku Dari Singkawang ke Sampit, (kumpulan puisi esaiJurnalSajak, 2013). Fitrawan Umar, kelahiran Pinrang, Sulawesi Selatan, 27 Desember 1989. Beberapa karyanya pernah termuat di media cetak dan sejumlah antologi, seperti antologi puisi bersama penyair 13 kota dalam, Merentang Pelukan (Motion, 2012), Wasiat Cinta(Mimbar Penyair Makassar -Nala, 2013). Tahun ia terpilih sebagai penulis undangan dalam perhelatan sastra Ubud Writers and Readers Festival, (UWRF 2013).
162
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
Huzer Apriansyah, Tinggal di Pematang Sulur, Telanai Pura, Jambi. Penulis telah dua tahun menjadi fasilitator pendidikan untuk orang rimba di Provinsi Jambi. Sebelumnya sempat berkegiatan bersama komunitas lokal di Jambi dalam upaya konservasi. Karya puisi esai Huzer Apriansyah, yang berjudul Jangan Paggil Kami Kubu menjadi pemenang “puisi terbaik” lomba puisi esai tahun 2012. selain menulis ia juga senang meracau di www.kibas-ilalang.blogspot.com. M.S. Arifin (nama pena dari Muhammad Samsul Arif in), lahir di Demak 25 Desember 1991. Menamatkan Madrasah Tsanawiyah di kampung halamannya. Kemudian menuntut ilmu di Perguruan Islam Mathali’ul Falah, Kajen, Pati. Saat ini ia menjadi mahasiswa Tafsir Hadits di IAIN Walisongo Semarang. Beberapa kali menjuarai perlombaan menulis cerpen, di antaranya: Juara satu sayembara menulis cerpen se-eks karisidenan Pati oleh FLP Pati (2010); Juara harapan satu lomba menulis cerpen oleh Rabithoh Ma’ahid Islamiyyah (2011). Karyanya tergabung dalam kumpulan cerpen pesantren berjudul Surat Cinta untuk Bapak Presidenku (cerpen-Divapress, 2011); kumpulan puisi buat Gus Dur berjudul Dari Dam Sengon ke Jembatan Panengel (puisi-Dewan Kesenian Kudus, 2013). Buku kumpulan cerpennya yang sudah terbit berjudul, Arina, dan kumpulan puisi berjudul Repoeblik Koebah Putih. Stefanus P Elu, Lahir di Oepoli-Kupang, 30 September 1985. Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta. Sejak 2011, aktif menulis puisi dan cerpen, dan bergiat di berbagai grup kepenulisan sastra di Facebook. Pada Mei 2013, terpilih menjadi Ketua Wilayah DKI Jakarta Komunitas Cinta BAKMI (Baca Apresiasi Kreativitas Menulis Inspirasi). Bebeberapa puisi dan cerpen saya sudah diterbitkan dalam berbagai antologi bersama. ANTOLOGI PUISI ESAI
163
164
KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU