ANALISIS RISIKO BENCANA KEKERINGAN DI KABUPATEN KLATEN
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1
Diajukan Oleh: Kukuh Prabowo NIM : E100120107
Kepada FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 i
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
iv
ANALISIS RISIKO BENCANA KEKERINGAN DI KABUPATEN KLATEN 1
Kukuh Prabowo1, Yuli Priyana,2 Munawar Cholil3 Mahasiwa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2,3 Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected] E 100120107 ABSTRAK
Penelitian risiko bencana kekeringan ini dilakukan di Kabupaten Klaten. Tujuan pertama adalah untuk (1) menganalisis tingkat ancaman bahaya kekeringan, tingkat kerentanan terhadap bahaya kekeringan dan tingkat kapasitas dalam menghadapi bahaya kekeringan di Kabupaten Klaten. Dan tujuan kedua adalah untuk (2) menganalisis tingkat risiko bencana kekeringan di Kabupaten Klaten. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis data sekunder dengan gabungan metode kuantitatif-kualitatif. Teknik analisis data menggunakan SIG-kuantitatif dengan melakukan overlay serta perhitungan matematis dengan pengkelasan dan pengharkatan setiap parameter secara berjenjang dan tertimbang untuk mendapatkan hasil tujuan pertama. Hasil tujuan kedua didapatkan secara kualitatif melalui klasifikasi matriks risiko bencana dengan overlay dari hasil sebelumnya. Unit analisis risiko bencana berupa satuan lahan. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa wilayah di Kabupaten Klaten yang memiliki risiko bencana kekeringan dengan tingkat tinggi tersebar di sebagian besar Kecamatan Bayat, Trucuk, Juwiring serta sebagian kecil Gantiwarno dan Karangdowo dengan luas 4.860,46 hektar (7%). Wilayah dengan risiko sedang seluas 21.521,02 hektar (31%) berada di Kecamatan Bayat, Trucuk, Juwiring, Gantiwarno, Karangdowo, Manisrenggo, Ngawen, Tulung, Pedan, Kemalang, Kalikotes, Cawas dan Prambanan. Sedangkan sisanya seluas 43.641,84 hektar (62%) memiliki tingkat risiko bencana kekeringan yang rendah.
Kata Kunci : Risiko Bencana, Kekeringan, Klaten
v
DROUGHT DISASTER RISK ANALYSIS IN KLATEN REGENCY Kukuh Prabowo1, Yuli Priyana,2 Munawar Cholil3 Student Of Geography Faculty Of Universitas Muhammadiyah Surakarta 2,3 Lectures Of Geography Faculty Of Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected] E 100120107 1
ABSTRACT
This drought disaster risk research was conducted in Klaten Regency. The first purpose is to analyze the level of drought hazard, the level of vulnerability against drought and the level of capacity to face drought disaster in Klaten Regency. And the second purpose is to analyze the level of drought disaster risk in Klaten Regency. The method used is secondary data analysis which consist of combined quantitative and qualitative method. The data analysis technique uses quantitative GIS overlay and mathematical computing with classification and scoring of each parameters acording to weighted method to obtain the first research purpose. The second research purpose is obtained using qualitative method trough disaster risk matrix classification by overlaying the first results. The unit of drought risk analysis used here is land units. The results obtained show that the areas in Klaten Regency which have high risk level of drought disaster is covering 4.860,46 hectares (7%) and spread in most of districts in Bayat, Trucuk and Juwiring, and slightly in Gantiwarno and Karangdowo. Areas with moderate risk covering 21.521,02 hectares (31%) is spread in the district of Bayat, Trucuk, Juwiring, Gantiwarno, Karangdowo, Manisrenggo, Ngawen, Tulung, Pedan, Kemalang, Kalikotes, Cawas and Prambanan. While the remaining areas covering 43.641,84 hectares (62%) have low risk level of drought disaster.
Keywords: Disaster Risk, Drought, Klaten
1.
penduduk sekitar untuk menghadapi
Pendahuluan Latar Belakang
bencana yang dapat terjadi sewaktu-
Meminimalisir dampak yang
waktu di daerah mereka juga perlu
ditimbulkan oleh bencana merupakan
pendataan, penelitian dan penyuluhan
hal terbaik yang dapat dilakukan
tentang bahaya yang mengancam.
1.1
dalam menghadapi setiap bencana.
Kabupaten Klaten merupakan
Kerugian yang ditimbulkan akibat
salah satu kabupaten di Jawa Tengah
bencana yang dapat berupa kerugian
yang
material,
kekeringan yang tinggi. Menurut
korban
permanen, sangat
jiwa,
traumatis
kecacatan
dan
berpengaruh
lainnya
memiliki
BNPB
terhadap
risiko
terjadinya
(Badan
Penanggulangan
Nasional
Bencana)
dalam
kelangsungan hidup para penduduk
buku IRBI (Indeks Rawan Bencana
sekitar.
Indonesia)
Waktu
pemulihan
pasca
tahun
2011,
Klaten
bencana yang tidak serta-merta sesuai
termasuk 10 besar (peringkat 9 dari
rencana akan menimbulkan dampak
144)
lain
memicu
kekeringan yang tinggi di Indonesia
sosial
dan berada pada peringkat 125 dari
yang
dapat
permasalahan-permasalahan lainnya.
351
Perencanaan
penanggulangan
menanggapi
kabupaten
dengan
rawan
dengan
risiko
kekeringan yang tinggi pada IRBI
bencana yang baik, sistematis dan kecepatan
kabupaten
2013.
kejadian
Bencana
kekeringan
di
bencana yang terjadi menjadi kunci
Kabupaten Klaten telah berulang-kali
pokok
pasca
terjadi sehingga hampir setiap tahun
bencana. Perencanaan tersebut tidak
terdapat daerah-daerah di Kabupaten
dapat
pentingnya
Klaten yang mengalami kekeringan.
penelitian terhadap tingkat risiko
Berdasarkan permasalahan tersebut,
bencana
perlu adanya program-program untuk
mengatasi
terlepas
yang
dampak
dari
mengancam
suatu
daerah. Berbagai bencana dapat terjadi
mengurangi
pada suatu daerah yang memang
kekeringan. Penentuan tingkat risiko
memiliki tingkat ancaman bencana
bencana
tertentu. Selain itu juga kesiapan
tingkatan ancaman bahaya, kerentanan
1
juga
risiko
bencana
mempertimbangan
2
tehadap bahaya, dan kapasitas dalam
kerentanan
menghadapi
bencana.
Kurangnya
kekeringan serta tingkat kapasitas
pengetahuan
masyarakat
terhadap
dalam menghadapi bahaya kekeringan
bahaya
bencana
menjadikan bencana
di
tingkat tinggi
sekitarnya kerentanan
dan
terhadap
bahaya
di Kabupaten Klaten. 2.
Tinjauan Pusataka
kapasitas
Risiko bencana menurut Aditya
masyarakat dalam merespon bencana
(2010)
menjadi rendah, sehingga berdampak
kemungkinan
negatif
dan
merugikan atau adanya kehilangan
lingkungan di sekitar daerah bencana.
sebagai akibat adanya interaksi antara
terhadap
Analisis
masyarakat
risiko
didefinisikan terjadinya
sebagai dampak
bencana
ancaman bencana (alam atau non alam)
kekeringan dapat membantu dalam
dan kondisi-kondisi rentan. Sedangakan
merepresentasikan
yang
menurut Bakornas PB (2007), risiko
berpotensi terdampak bencana dan
bencana adalah potensi kerugian yang
dampak negatif yang timbul, baik
ditimbulkan akibat bencana pada suatu
kerugian materi maupun non materi.
wilayah dan kurun waktu tertentu yang
Analisis
dapat berupa
tersebut
pendekatan
memanfaatkan
sakit,
jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
pendekatan ekologis yang menelaah
mengungsi, kerusakan atau kehilangan
gejala interaksi dan interelasi (sebab-
harta,
akibat) antar komponen fisik (alamiah)
masyarakat.
non-fisik
geografi
kematian, luka,
yaitu
dengan
ilmu
daerah
(sosial)
serta
dan
gangguan
kegiatan
Menurut Undang Undang Nomor
menekankan pada keterkaitan antara
24
Tahun
2007
fenomena geosfer tertentu dengan
Penanggulangan Bencana, kekeringan
variabel lingkungan yang ada.
dikategorikan ke dalam bencana alam.
1.2
Tujuan
Bencana alam adalah bencana yang
Penelitian ini dilakukan dengan
diakibatkan
oleh
tentang
peristiwa atau
tujuan untuk menganalisis tingkat
serangkaian peristiwa yang disebabkan
risiko
di
oleh alam antara lain berupa gempa
Kabupaten Klaten berdasarkan tingkat
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
ancaman bahaya kekeringan, tingkat
kekeringan, angin topan, dan tanah
bencana
kekeringan
3
longsor.
Secara umum
kekeringan
pengkelasan dan pengharkatan setiap
didefinisikan sebagai keadaan dimana
parameter
suplai air berada di bawah kebutuhan
tertimbang untuk mendapatkan hasil
air
dan
tujuan pertama. Hasil tujuan kedua
lingkungan dalam periode tertentu.
didapatkan secara kualitatif melalui
Secara
klasifikasi
bagi
makhluk
spesifik,
Nomor
24
hidup
Undang- Undang
Tahun
2007
Penanggulangan
tentang Bencana
mendefinisikan
kekeringan
adalah
melalui
secara
berjenjang
matriks
risiko
overlay dari
dan
bencana
hasil
tujuan
pertama. Unit analisis risiko bencana berupa satuan lahan.
ketersediaan air yang jauh di bawah
Parameter-parameter
yang
kebutuhan air untuk kebutuhan hidup,
digunakan untuk menentukan risiko
pertanian,
bencana kekeringan antara lain:
kegiatan
ekonomi
dan
lingkungan. Adapun yang dimaksud
-
Ancaman
bahaya
kekeringan di bidang pertanian adalah
(didapatkan
kekeringan
parameter
yang terjadi
di lahan
hidrologis,
jagung, kedelai dan lain-lain) yang
pertanian).
sedang dibudidayakan. 3.
-
Metode yang digunakan dalam
-
penelitian ini adalah metode analisis data sekunder dengan gabungan metode kuantitatif-kualitatif. Dengan metode ini, peneliti dapat menyederhanakan yang
berbagai meteorologis,
fisik
lahan
dan
Kerentanan (ekonomi, sosial dan ekologi)
Metode Penelitian
informasi
dari yaitu
pertanian yang ada tanaman (padi,
kekeringan
rumit
dan
hasil
Kapasitas
(struktur
fisik
dan
kesehatan) 4. 4.1
Hasil dan Analisis Tingkat
Ancaman
Bahaya
Kekeringan Tingkat
bahaya
Kabupaten
Klaten
penelitian disajikan dalam bentuk yang
kekeringan
sederhana yaitu berupa peta, tabel,
sebagian besar daerahnya memiliki
diagram dan analisis. Teknik analisis
klasifikasi
data
SIG-kuantitatif
ancaman bahaya ini disebabkan oleh
overlay
parameter penentu tingkat
dengan
menggunakan melakukan
perhitungan
matematis
serta dengan
kekeringan
di
ancaman
rendah.
yang
Rendahnya
sebagian
rawan besar
4
memiliki harkat yang rendah. Mulai
rendah atau semua parameternya
dari parameter meteorologis yang
memiliki tingkat kerawanan sedang.
mengindikasikan
sebagian
besar
Daerah
dengan
ancaman
Kabupaten Klaten tergolong dalam
bahaya kekeringan tinggi tersebar di
kekeringan
bagian selatan Kabupaten Klaten.
meteorologis
ringan,
kondisi hidrogeologis yang lebih dari
Daerah
50%
Klaten
ancaman bahaya kekeringan tinggi
memiliki akuifer produktif, keadaan
berada di Kecamatan Bayat yaitu
fisik alam yang memiliki tingkat
sebesar
rawan kekeringan yang rendah, serta
kecamatan tersebut,
kondisi pertanian yang sebagian besar
kecamatan lain yang memiliki area
memiliki sarana irigasi sehingga masih
dengan ancaman bahaya kekeringan
mendapat suplai air saat kekeringan.
tinggi yaitu Kecamatan Cawas (105,74
daerah
Daerah
Kabupaten
dengan
ancaman
terluas
dengan
238,06
tingkat
hektar.
Selain
terdapat
dua
Ha) dan Karangdowo (27,01 Ha).
bahaya kekeringan tingkat sedang
Parameter
-
tersebar di sebagian besar wilayah
menjadikan
daerah
bagian selatan Kabupaten Klaten,
tingkat rawan yang tinggi yaitu
yaitu di Kecamatan
kondisi kekeringan meteorologis yang
Karangdowo,
Bayat, Cawas,
Pedan,
parameter ini
yang memiliki
Trucuk,
ada pada tingkat sedang hingga sangat
Juwiring, Gantiwarno, Ceper, Wedi,
kering, kondisi hidrogeologis yang
Ceper, dan Prambanan. Sebagian kecil
memiliki akuifer dengan produktifitas
daerah dengan ancaman kekeringan
sangat rendah hingga daerah dengan
sedang lainnya tersebar di bagian utara
air tanah langka, serta daerah pertanian
Kabupaten Klaten, yaitu di Kecamatan
berupa
Kemalang.
pertanian
Daerah-daerah
ini
sawah lahan
tadah
hujan
kering.
dan
Kondisi
dipengaruhi oleh berbagai variasi
parameter rawan kekeringan fisik
gabungan antar parameter yang salah
lahan pada tingkat ancaman bahaya
satu parameternya memiliki tingkat
tinggi ini bervariasi mulai dari rendah
kerawanan tinggi tetapi yang lainnya
hingga tinggi tetapi didominasi oleh
memiliki tingkat kerawanan yang
kelas sedang dan tinggi.
5
4.2
miskin sebesar 77,53%. Dari sisi
Tingkat Kerentanan Tingkat kerentanan terhadap
kekeringan secara
di
Kabupaten
keseluruhan
ketiga
dihitung
komponen
kerentanan
Klaten dari
parameter
yang telah
ekologi, Kecamatan Bayat memiliki hutan dengan luasan mencapai 14,54% yang berpotensi terdampak apabila terjadi kekeringan.
dijelaskan
Kecamatan-kecamatan lainnya
sebelumnya (ekonomi, sosial dan
yang memiliki kerentanan tinggi lebih
ekologi).
di
cenderung dipengaruhi oleh kondisi
Kabupaten Klaten dikelaskan mulai
sosial berupa banyaknya penduduk
dari rendah, sedang, hingga tinggi.
rentan dan tingkat kemiskinan yang
Berdasarkan hasil perhitungan dari
tinggi. Kondisi ekonomi di Kabupaten
data-data yang didapatkan, terdapat 7
Klaten cenderung merata disemua
kecamatan yang memiliki tingkat
kecamatan karena sebagian besar
kerentanan
memiliki lahan pertanian yang luas
Tingkat
Wonosari,
tinggi
kerentanan
yaitu
Jatinom,
Bayat, Trucuk,
sehingga
tingkat
kerentanan
Gantiwarno, Prambanan dan Pedan.
komponen ekonomi menjadi tinggi.
Hasil
4.3
skor
kerentanan
tertinggi
dimiliki oleh Kecamatan Bayat.
Tingkat Kapasitas Tingkat
kapasitas
dalam
Kecamatan Bayat menempati
menghadapi bencana kekeringan di
posisi tertinggi karena dipengaruhi
Kabupaten Klaten dibagi dalam tiga
oleh komponen sosial dan ekologi
klasifikasi, yaitu kelas rendah, sedang
yang memiliki tingkat kerentanan
dan tinggi. Kapasitas tersebut dalam
yang cenderung tinggi. Meskipun
penentuan risiko bencana berbanding
memiliki tingkat kepadatan penduduk
terbalik
yang tergolong sedang, kecamatan ini
Semakin tinggi kapasitas daerah dalam
memiliki jumlah penduduk rentan
menangani bencana maka tingkat
(balita, ibu hamil, lansia dan penduduk
risiko bencana akan semakin rendah,
cacat) yang tergolong tinggi. Selain itu
sebaliknya jika kapasitas yang dimiliki
juga tingkat kemiskinan di Kecamatan
semakin rendah maka tingkat risiko
Bayat bisa dikatakan sangat tinggi
bencana semakin tinggi. Dari 26
karena memiliki persentase penduduk
kecamatan yang ada di Klaten, hanya
terhadap
risiko
bencana.
6
8 kecamatan yang memiliki tingkat
kesehatan
kapasitas
tergolong lebih dibanding kecamatan-
tinggi.
Terdapat
12
yang
memadai
kecamatan yang memiliki kapasitas
kecamatan lainnya.
rendah
4.4
yaitu
Trucuk,
Gantiwarno,
Kalikotes,
Bayat,
Kebonarum,
dan
Risiko Bencana Kekeringan Kabupaten Klaten
Manisrenggo, Ngawen, Karangdowo,
Hasil penelitian yang telah
Juwiring, Polanharjo, Tulung dan
dilakukan menunjukan bahwa risiko
Kemalang.
bencana kekeringan di Kabupaten
Kapasitas terendah dimiliki
Klaten yang tergolong tinggi terdapat
oleh Kecamatan Kebonarum dengan
pada
skor kapasitas sebesar 2. Skor tersebut
Juwiring,
selain dipengaruhi oleh minimnya
Karangdowo.
fasilitas dan tenaga kesehatan yang
bencana kekeringan di Bayat dan
ada, juga dikarenakan tidak adanya
Karangdowo lebih dipengaruhi oleh
layanan air bersih PDAM. Sebelas
tingginya ancaman bahaya kekeringan
kecamatan lainnya yang berkapasitas
yang ada di kecamatan tersebut.
rendah juga hampir sama kondisinya.
Trucuk, Juwiring dan Gantiwarno
Kecamatan-kecamatan
memiliki
tersebut
Kecamatan
Bayat,
Trucuk,
Gantiwarno
dan
Tingginya
risiko
ancaman
sedang
terdapat rumah sakit dan hanya
kerentanan
memiliki satu puskesmas saja.
rendahnya kapasitas yang ada yang
tinggi semuanya memiliki
fasilitas
memiliki
yang
memiliki skor rendah karena tidak
Kecamatan dengan kapasitas
tetapi
bahaya
yang
tinggi
tingkat serta
menjadikan daerah-daerah tersebut berisiko tinggi.
layanan air bersih meskipun hanya
Risiko bencana kekeringan di
sebagian yang terlayani. Beberapa
26 kecamatan yang ada di Kabupaten
kecamatan memiliki rumah sakit lebih
Klaten bervariasi. Terdapat kecamatan
dari 1 meskipun terdapat kecamatan
yang memiliki tingkat risiko bencana
yang tidak memiliki fasilitas tersebut.
kekeringan di satu kelas, ada pula yang
Fasilitas
yang
memiliki 2 tingkat risiko, bahkan ada
ketersediaan
satu kecamatan yang memiliki 3
apotik, posyandu serta jumlah tenaga
tingkat risiko bencana kekeringan.
kesehatan
berpengaruh
adalah
lainnya
7
Kecamatan yang memiliki 3 tingkat
sedang sedangkan sebagian lainnya
risiko bencana kekeringan adalah
berisiko rendah dan tersebar hampir
Kecamatan
merata di seluruh kecamatan.
Karangdowo.
Karangdowo memiliki tingkat risiko yang
bervariasi
karena
tingkat
Terdapat
4
kecamatan
di
Kabupaten Klaten yang memiliki
kerentanan dan kapasitas yang rendah
risiko
menyebabkan
tersebut
tingkat sedang hingga tinggi, yaitu
memiliki kerentanan aktual sedang,
Kecamatan Bayat, Trucuk, Juwiring
Gambar 1
kecamatan
bencana
kekeringan
pada
Diagram Persentase Risiko Bencana Kekeringan tiap Kecamatan di Kabupaten Klaten
sehingga tingkat risiko cenderung
dan Gantiwarno. Tingginya risiko
mengikuti tingkat ancaman bahaya
bencana kekeringan di Kecamatan
daerah
Bayat,
tersebut
yang
bervariasi.
Trucuk,
Juwiring
dan
Meskipun hanya sedikit luasan yang
Gantiwarno dipengaruhi oleh tingkat
berisiko tinggi (27 hektar), tetapi area
kerentanan aktual (V/C) yang tinggi.
tersebut memiliki tingkat ancaman
Hal tersebut dikarenakan kecamatan-
bahaya
dapat
kecamatan tersebut memiliki tingkat
menyebabkan kekeringan lebih sering
kerentanan yang tinggi tetapi tingkat
terjadi.
kapasitas
tinggi
Sebagian
yang
besar
daerah
Karangdowo memiliki tingkat risiko
yang
dimiliki
rendah.
Ancaman bahaya yang ada bervariasi
8
mulai dari rendah, sedang dan tinggi
Pedan tergolong tinggi seperti pada
(hanya Bayat), sehingga meskipun
Kecamatan
terdapat tingkat ancaman rendah,
dengan Kecamatan Kemalang dan
tingginya
Kalikotes
kerentanan
aktual
Prambanan.
Berbeda
yang kerentanan dan
meningkatkan potensi risiko bencana
kapasitasnya
yang ada hingga ke level sedang.
meskipun keempat kecamatan tersebut
Kecamatan
sama-sama
rendah
Manisrenggo,
memiliki level kerentanan aktual yang
Ngawen dan Tulung hanya memiliki
sama yaitu sedang, sehingga tingkat
satu tingkat risiko yaitu sedang.
risiko hampir sama dengan tingkat
Ketiganya memiliki kerentanan aktual
ancaman bahaya yang ada. Sedangkan
tinggi. Rendahnya kapasitas yang
Kecamatan
dimiliki
kecamatan-kecamatan
kerentanan aktual yang rendah karena
tersebut meningkatkan risiko yang
memiliki kapasitas yang tinggi dengan
seharusnya rendah karena tingkat
kerentanan sedang. Dengan demikian,
ancaman bahaya yang ada rendah.
ancaman bencana tinggi yang terdapat
Kapasitas
menjadi
di sebagian kecamatan ini risikonya
kelemahan utama suatu wilayah dalam
dapat diminimalisir oleh kapasitas
mengurangi tingkat risiko bencana
yang dimiliki.
yang
rendah
Cawas
memiliki
karena hanya dengan kapasitaslah
Tiga belas kecamatan lainnya
tingkat risiko bencana kekeringan
memiliki risiko yang rendah terhadap
dapat diminimalisir.
bencana
Lima kecamatan yang ada di
kekeringan.
Kecamatan-
kecamatan tersebut adalah Ceper,
Kabupaten Klaten memiliki tingkat
Delanggu,
risiko bencana kekeringan rendah dan
Karanganom,
sekaligus sedang, yaitu Kecamatan
Kebonarum, Klaten Selatan, Klaten
Pedan, Kemalang, Kalikotes, Cawas
Tengah, Klaten Utara, Polanharjo,
dan Prambanan. Pedan lebih dari
Wedi dan Wonosari. Rendahnya risiko
setengah wilayahnya memiliki risiko
bencana di kecamatan-kecamatan ini
kekeringan dengan tingkat sedang dan
sebagian besar disebabkan oleh tingkat
sebagian
ancaman
lainya
rendah.
Tingkat
kerentanan dan kapasitas Kecamatan
Jatinom,
bahaya
Jogonalan,
Karangnongko,
yang
rendah.
Kecamatan Ceper, Jogonalan, Klaten
9
Selatan dan Wedi sebenarnya juga
seperti Bayat, Trucuk dan Juwiring.
memiliki tingkat ancaman bahaya
Area lainnya di Kabupaten Klaten
yang sedang. Pada kecamatan tersebut
merupakan
terdapat tingkat kerentanan aktual
kekeringan tingkat sedang sebesar
yang rendah sehingga tingkat risiko
31% sedangkan sisanya sebesar 62%
bisa menjadi rendah.
memiliki risiko rendah.
area
dengan
Kelemahan
Risiko Bencana Kekeringan yang
telah
dari
risiko
penelitian
dilakukan
adalah
kurangnya akurasi parameter kapasitas mengingat kapasitas yang dihitung
7%
hanyalah kapasitas internal setiap 31%
kecamatan saja. Kurangnya penilaian 62%
dari aspek aksesibilitas dan dukungan kapasitas dengan lingkup kabupaten menjadikan
Rendah
Sedang
beberapa
kecamatan
seperti Ngawen, Kebonarum dan
Tinggi
Kalikotes memiliki tingkat kapasitas Gambar 2 Diagram Bencana
Persentase
Risiko
Kekeringan
di
Kabupaten Klaten
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan Kabupaten
menunjukan Klaten
memiliki
rendah meskipun jaraknya sangat dekat dengan pusat Kabupaten Klaten yang memadahi fasilitasnya. Hal ini
bahwa
perlu dipertimbangkan agar kesalahan
area
prediksi mengenai risiko bencana yang
dengan risiko bencana kekeringan tinggi seluas 4.860,46 hektar. Luasan
dilakukan dapat diminimalisir. Penelitian
risiko
bencana
tersebut bila dibandingkan dengan luas
selain bermanfaat sebagai penentu
Kabupaten
prioritas penanganan bencana, juga
Klaten
yang
sebesar
70.023,32 hektar, maka hanya sebesar
bermanfaat
dalam
perencanaan
7% saja (Gambar 4.5). Meskipun
pembangunan
hanya terlihat sedikit untuk satu
berwawasan
kabupaten, area tersebut tergolong
Penanganan
sangat luas untuk beberapa kecamatan
seperti penyaluran bantuan air bersih
wilayah
yang
kebencanaan. bencana
kekeringan
10
hanya sebuah solusi sesaat bagi daerah
Gantiwarno, Bayat, Trucuk, Kalikotes,
terdampak.
timbulnya
Kebonarum, Manisrenggo, Ngawen,
kerugian melalui pengurangan risiko
Karangdowo, Juwiring, Polanharjo,
bencana kekeringan dapat dilakukan
Tulung dan Kemalang. Kecamatan-
dengan
kapasitas
kecamatan tersebut memiliki skor
melalui pembangunan-pembangunan
rendah karena tidak terdapat rumah
infrastruktur
sakit
Pencegahan
meningkatkan
seperti
jaringan
dan
hanya
memiliki
satu
pelayanan air bersih, irigasi, embung
puskesmas saja.
dan lain-lainnya. Selain itu juga
2.
menjaga ekosistem dengan pelestarian
risiko bencana kekeringan dengan
hutan lindung dan kawasan terbuka
tingkat tinggi seluas 4.860,46 hektar
hijau sebagai daerah resapan air serta
(7%) yang tersebar di sebagian besar
mengurangi alih fungsi lahan menjadi
Kecamatan Bayat, Trucuk, Juwiring
lahan
menjaga
serta sebagian kecil Gantiwarno dan
keseimbangan siklus hidrologi dan
Karangdowo. Tingkat risiko sedang
mengurangi dampak kekeringan.
seluas 21.521,02 hektar (31%) berada
5.
terbangun
dapat
di
Kesimpulan dan Saran
5.1
Kesimpulan
1.
Kabupaten
Kabupaten
Klaten
Kecamatan
memiliki
Bayat,
Trucuk,
Juwiring, Gantiwarno, Karangdowo, Klaten
memiliki
Manisrenggo,
Ngawen,
Tulung,
tingkat ancaman bahaya kekeringan
Pedan, Kemalang, Kalikotes, Cawas
tinggi yang tersebar di Kecamatan
dan Prambanan. Sedangkan sisanya
Bayat,
seluas
Cawas
Sedangkan
dan
Karangdowo.
tingkat
kerentanan
43.641,84
memiliki
tingkat
hektar risiko
(62%) bencana
tertinggi berada di Kecamatan Bayat,
kekeringan yang rendah dan tersebar
Wonosari,
di Kecamatan Karangdowo, Pedan,
Jatinom,
Trucuk,
Gantiwarno, Prambanan dan Pedan
Kemalang,
yang disebabkan oleh kondisi sosial
Prambanan,
berupa banyaknya penduduk rentan
Jatinom,
serta tingginya tingkat kemiskinan
Karangnongko, Kebonarum, Klaten
yang ada. Terdapat 12 kecamatan yang
Selatan, Klaten Tengah, Klaten Utara,
memiliki
Polanharjo,
kapasitas
rendah
yaitu
Kalikotes, Ceper,
Jogonalan,
Cawas, Delanggu,
Karanganom,
Wedi
dan
11
WonosariAncaman
bahaya
tinggi
terdapat di Kecamatan Bayat, Cawas dan Karangdowo dengan luas 370,81 hektar. 5.2
Saran
1.
Penambahan
parameter-
parameter lain yang berpengaruh akan meningkatkan akurasi hasil penelitian. 2.
Penggunaan data terbaru akan
memberikan hasil yang lebih aktual dan akurat untuk memprediksi daerah yang berisiko tinggi kedepannya.
12
6.
DAFTAR PUSATAKA
Aditya, Trias dkk. 2010. Visualisasi Risiko Bencana dalam Peta. Yogyakarta: Kesbanglinmas DIY Bakornas PB. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Jakarta Balai Hidrologi. 2003. Permasalahan Kekeringan dan Cara Mengatasinya. Bandung : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah BNPB. 2012. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta Fitria, Lulu Mari. 2014. Analisis Risiko Kekeringan Pertanian Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Jamil, Dzulfikar Habibi. 2013. Deteksi Potensi Kekeringan Berbasis Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Klaten. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang Nurrahman, Fery Irfan dan Pamungkas, Adjie. 2013. Identifikasi Sebaran Daerah Rawan Bahaya Kekeringan Meteorologi di Kabupaten Lamongan. Jurnal Teknik POMITS. vol 2, no 2, p83-86, dari: Publikasi Ilmiah Online Mahasiswa ITS. (Document ID: 4350), [5 Juni 2015] Pratumchai, K., Kiyoshi Honda, and Kaew Nualchawee. 2001. 'Drought Risk Estimation Using Remote Sensing and GIS: A Case Study In Lop Buri Province'. In Proccedings ACRS 2001 - 22Nd Asian Conference On Remote Sensing. vol-1 p348-353, dari: Centre for Remote Imaging, Sensing and Processing (CRISP). (Document ID: DSM2-08), [5 Juni 2015] Sudaryatno. 2015. Integrasi Citra Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Penyusunan Model Kerentanan Kekeringan (Kasus di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta). Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Susanto, Aditya Dhani. 2014. Analisis Tingkat Rawan Kekeringan Lahan Sawah dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Sragen tahun 2014. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metode Penelitian Wilayah Kontomporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
13
Gambar 3
Peta Risiko Bencana Kekeringan di Kabupaten Klaten