e-Journal Ak S1 Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI TERKAIT KOMPETENSI LULUSAN S1 AKUNTANSI 1Ni
1Edy
Nyoman Sri Murniasih, Sujana, 2I Gusti Ayu Purnamawati
Jurusan Akuntansi Program S1 UniversitasPendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi antara akuntan pendidik, akuntan internal, dan akuntan publik terkait kompetensi yang harus dimiliki lulusan S1 akuntansi. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah stakeholder yang terdiri dari tiga kelompok responden, yaitu: akuntan pendidik, akuntan internal, dan akuntan publik. Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini 102 responden yang terdiri dari 34 responden untuk masing-masing kelompok responden. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis uji beda yang diolah menggunakan program SPSS 20,0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dengan akuntan internal, akuntan pendidik dengan akuntan publik, dan akuntan internal dengan akuntan publik terkait kompetensi yang harus dimiliki lulusan akuntansi. Dimana akuntan pendidik memiliki persepsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan akuntan internal dan akuntan publik. Hal ini sesuai dengan hasil analisis data, dimana akuntan pendidik merasa 47 kompetensi menurut Albrecht and Sack harus dimiliki lulusan akuntansi untuk mampu saing di dunia kerja. Masing-masing akuntan memiliki persepsi yang berbeda, hal ini terjadi karena persepsi dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya adalah pengalaman kerja. Kata kunci: Kompetensi, Persepsi, Akuntan
Abstract The purpose of the study was to find out different perception between educator accountancy, internal accountancy, and public accountancy in relation to the competency that the graduate of S1 accountancy should have. It was a quantitative research design, using a primary data obtained from distributing questionnaire. The population involved in the study was all stakeholders consisting of three different groups of respondents, that is: educator accountancy, internal accountancies, and public accountancies. While the samples were selected based on a purposive sampling method with a total number of 102 respondents consisted of 34 respondents for every group of respndents respenctively. The analysis was made by using t-test supported by SPSS program 20.0 for windows. The results of the study indicated that there was a different perception between educator accountancy and internal accountancy, between educator accountancy and pblic accountancy, and internal accountancy and public accountancy in relation to the
e-Journal Ak S1 Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) competency that the graduate of accountancy S1 program should have. Where educator accountancy had higher perception than internal accountancy and public accountancy. It was related to the results of data analysis, where educator accountancy got 47 point of competency according to Albrecht and Sack that the graduate should have in order to be competitive in the working opportunities. Every accountancy had different perception, because every perception could be influenced by many factors, one of them is working experience. Keywords: competency, perception, accountancy
PENDAHULUAN Di era globalisasi ini, tidak sedikit lulusan perguruan tinggi dengan nilai bagus yang mengalami kebingungan saat dihadapkan pada dunia kerja yang sesunguhnya. Dan tidak jarang pula lulusan perguruan tinggi yang bekerja tidak sesuai dengan bidang studi yang ditekuninya. Hal yang sama juga terjadi pada bidang akuntansi. Dalam wawancara sederhana yang dilakukan pada 30 sampel lulusan akuntansi yang sudah bekerja, hanya 33,33% yang bekerja sesuai dengan ranah akuntansi. Fenomena ini menjadi semakin ironis ketika UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, yang menyebutkan bahwa profesi akuntan bisa diperoleh oleh jurusan lain selain akuntansi. Belum lagi setelah diberlakukannya perdagangan bebas antara negara-negara di kawasan AsiaPasifik dalam kerjasama ekonomi APEC pada tahun 2010, menjadikan tantangan bagi profesi akuntan di Indonesia untuk bisa lebih bersaing (Ekayani, 2003). Saat ini kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja kepada lulusan akuntansi adalah berbagai keterampilan atribut yang tidak hanya mengandalkan kemampuan ilmu pengetahuan spesifik saja. Untuk itu perguruan tinggi harus memiliki komitmen untuk memberikan pembelajaran dan mengembangkan tingkat profesionalisme para mahasiswanya (West, 1998). Banyak keterampilan yang masih dibutuhkan oleh lulusan akuntansi yang belum dikembangkan pada tingkat perguruan tinggi (Kavanagh, 2008). Dimana banyak perguruan tinggi hanya mengutamakan hasil belajar untuk menilai kemampuan mahasiswanya. Padahal lulusan akuntansi yang berdaya saing tinggi di dunia kerja harus memiliki komponen-komponen
kompetensi seperti kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kognitif merupakan kemampuan intelektual individu dalam berpikir, bertindak dan mengaplikasikan ilmu sesuai dengan bidang keahliannya. Afektif adalah segmen emosional atau perasaan dari suatu sikap yang dicerminkan dalam pernyataan. Sedangkan, psikomotorik berhubungan dengan keterampilan yang dimiliki seseorang. Keterampilan dapat terlihat sesuai dengan kecakapan seseorang dalam berperilaku (Lubis, 2010). Ketiga komponen tersebut membentuk kemampuan yang disebut kompetensi. Kompetensi adalah kemampuan sikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari nilai pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang dalam dunia kerja karena semakin meningkatnya persaingan pada semua bidang kehidupan (Kementrian Pendidikan Indonesia, 2011). Istilah kompetensi mengandung arti kecakapan, kemampuan, kewenangan, dan penguasaan. Dengan demikian, kompetensi dapat diartikan sebagai penguasaan dan kemampuan yang dimiliki dalam menjalankan profesinya sehingga menumbuhkan kepercayaan publik (Agoes, 2009). Setiap entitas memiliki persepsi yang berbeda-beda terkait dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh lulusan akuntansi. Halini terjadi karena persepsi seseorang dipengaruhi oleh panca indra. Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian– balik (decoding) dalam proses komunikasi (Mulyana, 2002:167). Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi yang tidak akurat tidak mungkin terjadi komunikasi
e-Journal Ak S1 Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
yang efektif. Jika terkait dengan kompetensi yang dibutuhkan lulusan akuntansi, maka persepsi akuntan patut untuk diperhitungkan. Mengingat profesi akuntan adalah profesi yang akan digeluti oleh lulusan akuntansi, untuk itu diperlukan kompetensi yang menunjang karir dalam menggeluti profesi akuntan. Menurut Subroto (2001:156), akuntan adalah seseorang yang melakukan pelayanan akuntansi. Akuntan menyiapkan laporan keuangan dan mengembangkan rencana keuangan, mengerjakan pembukuan pribadi (untuk perusahaan), pembukuan umum (untuk perusahaan akuntan), dan akuntan yang tidak mencari keuntungan (untuk perwakilan pemerintah). Profesi akuntan yang dapat digeluti oleh lulusan akuntansi ada banyak, diantaranya adalah akuntan pendidik, akuntan internal, dan akuntan publik. Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi, yaitu mengajar, menyusun kurikulum pendidikan akuntansi dan melakukan penelitian di bidang akuntansi (Soemarso, 2004). Menurut Mulyadi (2002:29) mendefinisikan auditor internal sebagai auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan aleh manajemen pucak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Menurut Mulyadi (1992) mendefinisikan Akuntan Publik sebagai akuntan profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat, terutama bidang pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Pemeriksaan tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para kreditor, investor, calon kreditor, calon investor, dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi antara akuntan pendidik, akuntan internal, dan akuntan publik terkait kompetensi yang
harus dimiliki lulusan S1 akuntansi di dunia kerja. Akuntan pendidik sebagai tenaga pengajar dan penyalur ilmu pendidikan formal akuntansi memiliki peran yang sangat penting dalam mencetak lulusan akuntansi yang berdaya saing. Profesi akuntan pendidik sangat dibutuhkan bagi kemajuan profesi akuntansi itu sendiri, karena di tangan akuntan pendidik para calon akuntan akan dididik (Harahap, 1991). Sedangkan, profesi akuntan internal perusahaan disebut juga sebagai akuntan manajemen yang bekerja pada suatu perusahaan dan berpartisipasi dalam mengambil keputusan mengenai investasi jangka panjang (capital budgeting), menjalankan tugasnya sebagai akuntan yang mengatur pembukuan dan pembuatan ikhtisar-ikhtisar keuangan, atau membuat (serta mendesain) sistem informasi akuntansi perusahaan (Harahap, 1991). Maka perbedaan kompetensi yang diperlukan antara akuntan pendidik dan akuntan internal, yaitu: akuntan pendidik lebih condong harus memiliki kompetensi untuk melakukan penelitian, kemampuan menyalurkan ilmu pengetahuan, kemampuan memotivasi orang lain, sedangkan untuk akuntan internal harus memiliki kemampuan membuat sistem akuntansi, kemampuan untuk mengambil keputusan, dan kemampuan komunikasi dan manajemen. H1. Terdapat perbedaan persepsi akuntan pendidik dengan akuntan internal terhadap kompetensi lulusan S1 Akuntansi. Akuntan pendidik merupakan agen yang dapat menghubungkan penawaran tenaga kerja dengan permintaan tenaga kerja. Dikatakan demikian, karena akuntan pendidik merupakan kelompok akademisi yang mentransfer ilmu kepada anak didik sehingga dapat menjadi lulusan yang berkualitas. Memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan menguasai pengetahuan bisnis dan akuntansi, teknologi informasi dan mampu mengembangkan pengetahuannya melalui penelitian adalah hal yang diperlukan seorang akuntan pendidik (Harahap, 1991). Seorang lulusan akutansi untuk menjadi seorang akuntan
e-Journal Ak S1 Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
publik harus memiliki kompetensi yang cukup di bidang audit (Salamun dalam Setiyani, 2003). Mengingat akuntan publik memiliki tugas untuk melakukan audit, maka hasil audit seorang auditor sangat menentukan karier seorang auditor. Untuk itu seorang auditor harus meningkatkan kualitas auditnya dan memahami standar audit. Akuntan publik juga dituntut untuk bersikap independen. H2. Terdapat perbedaan persepsi akuntan pendidik dengan akuntan publik terhadap kompetensi lulusan S1 Akuntansi. Akuntan internal dan akuntan publik memiliki tugas yang hampir sama. Namun akuntan publik lebih dituntut untuk lebih independen dalam menggunakan jasanya. Sedangkan akuntan internal lebih dituntut loyalitasnya kepada perusahaan. Akuntan publik akan melaksanakan audit menurut ketentuan yang ada pada standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Profesi Akuntan Publik. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa yang diberikan akuntan publik akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dilakukannya. Sehingga seorang akuntan publik harus memiliki standar yang telah ditetapkan oleh IAI tersebut. Akuntan internal perusahaan memiliki jangkauan kerja meliputi analisis dari struktur organisasi guna mencapai tingkat keefektifan dan efisiensi dari perusahaan tersebut. Peranan akuntan internal sangatlah besar karena dapat membantu manajemen menginterprestasikan data akuntansi yang ada dalam suatu perusahaan, dalam hal ini profesionalisme akuntan sangat menentukan untuk mencarikan jalan keluar di dalam menghadapi kesulitan yang sedang dialami oleh perusahaan. Akuntan internal perlu memiliki kemampuan dalam bidang komunikasi dan manajemen, sehingga dapat berperan dalam proses pengambilan keputusan (Gursida, 1999). Kompetensi yang diperlukan antara akuntan publik dan akuntan internal jelas berbeda. H3. Terdapat perbedaan persepsi akuntan internal dengan akuntan
publik terhadap kompetensi lulusan S1 Akuntansi. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey yang meneliti tentang pendapat responden terkait kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang akuntan. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer. Data primer ini diperoleh langsung dari hasil survey peneliti dengan menyebarkan kuesioner. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini stakeholder yang terdiri dari tiga kelompok responden. Kelompok pertama yaitu akuntan pendidik perguruan tinggi yang ada di Bali. Kelompok kedua yaitu akuntan internal yang bekerja di perusahaan yang ada di Bali. Kelompok ketiga adalah akuntan publik yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Bali. Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Dimana metode pengambilan sampel ini adalah metode pengambilan sampel dengan kriteria (Sugiyono, 2010). Adapun kriteria yang ditentukan untuk menentukan sampel, yaitu: akuntan pendidik (dosen S1 Akuntansi) yang sedang berstatus aktif pada Universitas Negeri yang ada di Bali (Universitas Pendidikan Ganesha dan Universitas Udayana), perusahaan yang mempunyai akuntan internal, dan akuntan publik selaku auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik dan memiliki latar belakang S1. Variabel dari penelitian ini adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang akuntan dari sudut pandang akuntan pendidik, akuntan internal, dan akuntan publik. Komponen kompetensi dalam penelitian ini adalah 47 atribut menurut Albrecht dan Sack. Pengumpulan data dan bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini didapat melalui penyebaran kuesioner. Teknik kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan yang terdiri dari beberapa item-item tentang kompetensi yang harus dimiliki seorang akuntan.
e-Journal Ak S1 Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
Penelitian ini menggunakan alat statistik uji kualitas data berupa uji validitas dan uji reliabilitas, dan uji beda berupa independent sample t-test dan anova, serta uji statistik deskriptif. Dimana sebelum uji beda dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas. Teknik ini diolah dengan program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 20.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Kualitas Data Hasil uji validitas menunjukkan bahwa semua butir pertanyaan dalam kuesioner berkorelasi positif terhadap skor totalnya. Kesimpulannya semua item pertanyaan dalam instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi responden adalah valid dengan tingkat signifikan 0,05. Sedangkan hasil uji validitas data menunjukkna bahwa seluruh item pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner dapat dikatakan reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,7 yaitu sebesar 0,971.
Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan hasil uji KolmogorovSmirnov, menunjukkan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian sudah berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai K-S sebesar 1.222 dengan probabilitas signifikan 0,101. Tingkat signifikan ini melebihi taraf signifikan 0,05, hal ini mengindikasi bahwa sampel berdistribusi dengan normal. Maka uji statistik selanjutnya bisa dilakukan. Hasil Uji Independen Sample T-Test Uji independen sample t-test digunakan untuk menentukan dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai ratarata yang berbeda. Dalam hal ini uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan dua kelompok responden dengan kompetensi yang dibutuhkan lulusan S1 akuntansi. H1. Terdapat perbedaan persepsi akuntan pendidik dengan akuntan internal terhadap kompetensi lulusan S1 akuntansi. Berdasarkan hasil uji yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Independen Sampel T-test
Equal variances assumed Equal variances not assumed
F 16.194
Sig. .000
T 5.253 5.253
Sig. (2-tailed) .000 .000
Sumber: Data Primer Diolah, SPSS 20,0 for Windows, 2015
Hasil pengujian terhadap homogenitas varians diperoleh nilai F sebesar 16.194 dengan signifikansi sebesar 0.000. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yang berari bahwa varians kedua sampel adalah heterogen (berbeda), maka pengujian t-test selanjutnya dilakukan dengan Equal Variance Not Assumed. Hasil pengujian dengan Equal Variance Not Assumed diperoleh nilai t sebesar 5.253 dengan signifikansi 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 menunjukan bahwa hipotesis penelitian diterima. Ini berarti terdapat perbedaan persepsi akuntan pendidik dengan akuntan internal terhadap
kompetensi lulusan S1 akuntansi. Dimana bahwa akuntan pendidik memiliki persepsi yang lebih baik terhadap kompetensi yang diperlukan lulusan S1 akuntansi di dunia kerja dibandingkan dengan akuntan internal. Akuntan pendidik memiliki nilai mean yang lebih tinggi daripada akuntan internal, yaitu sebesar 211,91 sedangkan akuntan internal memiliki mean 181,68. H2. Terdapat perbedaan persepsi akuntan pendidik dengan akuntan publik terhadap kompetensi lulusan S1 akuntansi Berdasarkan hasil uji yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
e-Journal Ak S1 Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
Tabel 2. Hasil Uji Independen Sampel T-test
Equal variances assumed Equal variances not assumed
F 3.126
Sig. .082
T 6.696 6.696
Sig. (2-tailed) .000 .000
Sumber: Data Primer Diolah, SPSS 20,0 for Windows, 2015
Hasil pengujian terhadap homogenitas varians diperoleh nilai F sebesar 3.126 dengan signifikansi sebesar 0.082. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yang berari bahwa varians kedua sampel adalah heterogen. Selanjutnya, hasil pengujian dengan equal variance assumed diperoleh nilai t sebesar 6.696 dengan signifikansi 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 menunjukan bahwa hipotesis penelitian diterima. Ini berarti terdapat perbedaan persepsi akuntan pendidik dengan akuntan publik terhadap kompetensi lulusan S1 akuntansi. Dimana akuntan pendidik
memiliki persepsi yang lebih baik terhadap kompetensi yang diperlukan lulusan S1 akuntansi di dunia kerja dibandingkan dengan akuntan publik. Akuntan pendidik memiliki nilai mean yang lebih tinggi daripada akuntan publik, yaitu sebesar 211,91 sedangkan akuntan publik memiliki mean 195,06. H3. Terdapat perbedaan persepsi akuntan internal dengan akuntan publik terhadap kompetensi lulusan S1 akuntansi. Berdasarkan hasil uji yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Uji Independen Sampel T-test
Equal variances assumed Equal variances not assumed
F 23.616
Sig. .000
t -2.374 -2.374
Sig. (2-tailed) .021 .023
Sumber: Data Primer Diolah, SPSS 20,0 for Windows, 2015
Hasil pengujian terhadap homogenitas varians diperoleh nilai F sebesar 23.616 dengan signifikansi sebesar 0.000. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa varians kedua sampel adalah homogen, maka pengujian ttest selanjutnya dilakukan dengan Equal Variance Not Assumed. Hasil pengujian dengan Equal Variance Not Assumed diperoleh nilai t sebesar -2,374 dengan signifikansi 0,023. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 menunjukan bahwa hipotesis penelitian diterima. Ini berarti terdapat perbedaan persepsi akuntan internal dengan akuntan publik terhadap kompetensi lulusan S1 akuntansi. Dimana akuntan publik memiliki persepsi yang lebih baik terhadap kompetensi yang diperlukan lulusan S1 akuntansi di dunia kerja dibandingkan dengan akuntan internal. Akuntan publik memiliki nilai mean yang lebih tinggi daripada akuntan internal, yaitu
sebesar 195,06 sedangkan akuntan internal memiliki mean 181.68. Hasil Uji ANOVA Analysis of variance adalah metode yang digunakan untuk menguhji hubungan antara satu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel indevenden. Dalam penelitian ini dilakukan dengan One Way Anova. Berdasarkan hasil uji memberikan hasil F hitung sebesar 16.426 dengan tingkat signifikasi 0,000. Oleh karena variabel responden signifikan pada 0,05, maka dapat disimpulkan variabel responden mempengaruhi kompetensi kognitif. Jadi terdapat perbedaan persepsi responden terhadap kompetensi kognitif. Hasil Turkey HSD maupun Bonferoni menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dengan akuntan internal terhadap komptensi
e-Journal Ak S1 Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
kognitif, dengan rata-rata perbedaan persepsi 4.15 dengan signifikansi 0,000. Perbedaan persepsi akuntan pendidik dengan akuntan publik terhadap kompetensi kognitif, dengan perbedaan rata-rata 2.41 dengan signifikansi 0,004. Sedangkan perbedaan persepsi akuntan internal dengan akuntan publik terhadap kompetensi kognitif memiliki perbedaan rata-rata 1.74 dengan signifikansi 0,049. Hal ini berarti masing-masing responden memiliki persepsi yang berbeda untuk kompetensi kognitif yang dibutuhkan lulusan S1 akuntansi. Berdasarkan hasil uji memberikan hasil F hitung sebesar 9.371 dengan tingkat signifikasi 0,000. Oleh karena variabel responden signifikan pada 0,05, maka dapat disimpulkan variabel responden mempengaruhi kompetensi afektif. Jadi terdapat perbedaan persepsi responden terhadap kompetensi afektif. Hasil Turkey HSD maupun Bonferoni menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dengan akuntan internal terhadap komptensi afektif, dengan rata-rata perbedaan persepsi 7.06 dengan signifikansi 0,000. Perbedaan persepsi akuntan pendidik dengan akuntan publik terhadap kompetensi afektif, dengan perbedaan rata-rata 6.32 dengan signifikansi 0,002. Sedangkan perbedaan persepsi akuntan internal dengan akuntan publik terhadap kompetensi afektif memiliki perbedaan rata-rata 0.74 dengan signifikansi 0,912, perbedaan persepsi yang terjadi antara akuntan internal dan akuntan publik relatif sedikit, karena tingkat signifikansi ini jauh diatas 0,05. Hal ini berarti tidak semua responden memiliki persepsi yang berbeda untuk kompetensi afektif yang dibutuhkan lulusan S1 akuntansi. Berdasarkan tabel 3 Hasil uji memberikan hasil F hitung sebesar 21.218 dengan tingkat signifikasi 0,000. Oleh karena variabel responden signifikan pada 0,05, maka dapat disimpulkan variabel responden mempengaruhi kompetensi psikomotorik. Jadi terdapat perbedaan persepsi responden terhadap kompetensi psikomotorik.
Hasil Turkey HSD maupun Bonferoni menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dengan akuntan internal terhadap komptensi psikomotorik, dengan rata-rata perbedaan persepsi 19.03 dengan signifikansi 0,000. Perbedaan persepsi akuntan pendidik dengan akuntan publik terhadap kompetensi psikomotorik, dengan perbedaan rata-rata 8.12 dengan signifikansi 0,018. Sedangkan perbedaan persepsi akuntan internal dengan akuntan publik terhadap kompetensi psikomotorik memiliki perbedaan rata-rata 10.91 dengan signifikansi 0,001. Hal ini berarti masingmasing responden memiliki persepsi yang berbeda untuk kompetensi psikomotorik yang dibutuhkan lulusan S1 akuntansi. Hasil uji statistik deskriptif Dari hasil uji statistik deskriptif, menunjukkan jumlah responden untuk masing-masing kelompok responden berjumlah 34. Untuk nilai atau jawaban akuntan pendidik terkecil (minimum) adalah 4 dan yang terbesar (maksimum) 5. Sedangkan untuk akuntan internal nilai atau jawaban terkecil (minimum) adalah 1 dan yang terbesar (maksimum) 5. Dan untuk akuntan publik nilai atau jawaban terkecil (minimum) adalah 2 dan yang terbesar (maksimum) 5. Untuk nilai rata-rata persepsi responden terkait ke-47 kompetensi yang dibutuhkan menurut Albrecht dan Sack, akuntan pendidik memiliki persepsi lebih tinggi dibandingkan dengan responden lainnya. Dimana ratarata persepsi akuntan pendidik berkisar antara 4-5, sedangkan akuntan internal memiliki rata-rata persepsi berkisar antara 2-5, dan akuntan publik memiliki rata-rata persepsi berkisar antara 3-5. Dalam hal ini akuntan internal memiliki rata-rata yang terendah. Terdapat Perbedaan Persepsi antara Akuntan Pendidik dengan Akuntan Internal terhadap Kompetensi Lulusan S1 Akuntansi. Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, maka hipotesis pertama yang menyatakan terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dengan
e-Journal Ak S1 Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
akuntan internal terhadap kompetensi lulusan S1 akuntansi diterima hal ini sesuai dengan hasil uji Independen Sample TTest. Pernyataan ini dipertegas lagi dengan hasil uji One Way Anova dan uji statistik deskriptif, dimana untuk perbedaan persepsi yang antar responden bisa dilihat sebagai berikut: Hasil uji ANOVA pada kompetensi kognitif menunjukkan terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dengan akuntan internal dengan rata-rata perbedaan persepsi 4.15 dengan signifikansi 0,000. Sedangkan dari hasil uji statistik deskriptif untuk kompetensi kognitif, akuntan pendidik memiliki persepsi bahwa kelima kompetensi dalam kompetensi kognitif menurut Albrecht dan Sack, yaitu Analytical, Technical/bookkeeping, Risk analysis, Logica argument, dan Decision modelling diperlukan untuk lulusan akuntansi agar mampu berdaya saing di dunia kerja hal ini dilihat dari nilai mean dari kelima kompetensi tersebut berkisar antara 4-5. Sedangkan akuntan internal hanya menganggap kompetensi Logica argument dan Technical/bookkeeping saja yang diperlukan untuk lulusan akuntansi. Dimana hanya kedua kompetensi ini yang memiliki nilai mean yang berkisar antara 4-5. Hasil uji ANOVA pada komptensi afektif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dengan rata-rata perbedaan persepsi 7.06 dengan signifikansi 0,000. Sedangkan dari hasil uji statistik deskriptif untuk kompetensi kognitif, akuntan pendidik memiliki persepsi bahwa semua kompetensi afektif yang ada dalam 47 atribut kompetensi menurut Albrecht dan Sack dibutuhkan oleh lulusan akuntansi. Sedangkan menurut persepsi akuntan internal, dari 18 kompetensi afektif, tujuh diantaranya dianggap tidak terlalu diperlukan untuk lulusan akuntansi, yaitu: Leadership, Flexibility, Decesion making, Countinuous learning, Cultural sensitivity, Risk propensitivity, Chang management, dan Critical thingking. Dalam hasil uji statistik deskriptif hanya ketujuh kompetensi tersebut yang memiliki nilai mean dibawah angka 4. Untuk kompetensi psikomotorik, terdapat perbedaan persepsi dengan rata-
rata perbedaan persepsi 19.03 dengan signifikansi 0,000. Sedangkan dari hasil uji statistik deskriptif untuk kompetensi psikomotorik, akuntan pendidik memiliki persepsi bahwa dari 24 kompetensi psikomotorik yang ada dalam 47 atribut kompetensi menurut Albrecht dan Sack semua kompetensi dianggap diperlukan untuk lulusan akuntansi. Hal ini karena semua nilai mean ada diantara angka 4-5. Persepsi akuntan pendidik jauh berbeda dengan persepsi akuntan internal, dimana dari 24 kompetensi psikomotorik akuntan internal menggangap hanya tujuh kompetensi yang dibutuhkan lulusan akuntansi untuk di dunia kerja, yaitu: Negotiation, Customer service, Computer literacy, Problem solving, Teamwork, dan Read with understanding. Dalam hasil uji statistik deskriptif hanya ketujuh kompetensi tersebut yang memiliki nilai mean diantara 4-5. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Meylani (2003) terkait kualitas lulusan akuntansi. Dimana akuntan pendidik juga memiliki persepsi yang baik terkait kualitas lulusan akuntansi. Dalam hal ini kualitas lulusan akuntansi juga bisa dillihat dari kompetensi yang dimiliki akuntansi. Selain itu penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan Setyaningsih (2005) dimana akuntan pendidik juga memiliki persepsi yang lebih tinggi mengenai kualifikasi yang dibutuhkan lulusan akuntansi dibandingkan dengan pengguna jasa lainnya. Secara umum, kelompok responden akuntan pendidik dan akutan internal memiliki persepsi yang baik terhadap kompetensi lulusan S1 akuntansi. Perbedaan yang terjadi ditimbulkan karena satu kelompok memiliki pengalaman kerja yang lebih baik daripada kelompok lain. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Robbins and Judge (2009), dimana persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satu faktor tersebut adalah pengalaman. Terdapat Perbedaan Persepsi antara Akuntan Pendidik dengan Akuntan Publik terhadap Kompetensi Lulusan S1 Akuntansi
e-Journal Ak S1 Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
Untuk hipotesis kedua yang menyatakan terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dengan akuntan publik juga diterima. Dimana berdasarkan hasil uji independen sampel t-test dengan pengujian equal variance assumed diperoleh nilai t sebesar 6.696 dengan signifikansi 0,000. Pernyataan ini dipertegas lagi dengan hasil uji One Way Anova dan uji statistik deskriptif, dimana untuk perbedaan persepsi yang antar responden bisa dilihat sebagai berikut: Hasil uji ANOVA pada kompetensi kognitif menunjukkan terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dengan akuntan publik dengan perbedaan rata-rata 2.41 dengan signifikansi 0,004. Sedangkan dari hasil uji statistik deskriptif untuk kompetensi kognitif, akuntan pendidik memiliki persepsi bahwa kelima kompetensi dalam kompetensi kognitif menurut Albrecht dan Sack, yaitu Analytical, Technical/bookkeeping, Risk analysis, Logica argument, dan Decision modelling diperlukan untuk lulusan akuntansi agar mampu berdaya saing di dunia kerja hal ini dilihat dari nilai mean dari kelima kompetensi tersebut berkisar antara 4-5. Sedangkan akuntan publik hanya menganggap kompetensi Analytical dan Technical/bookkeeping saja yang diperlukan untuk lulusan akuntansi. Dimana hanya kedua kompetensi ini yang memiliki nilai mean yang berkisar antara 4-5. Hasil uji ANOVA pada komptensi afektif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi akuntan pendidik dengan akuntan publik, dengan perbedaan rata-rata 6.32 dengan signifikansi 0,002. Sedangkan dari hasil uji statistik deskriptif untuk kompetensi kognitif, akuntan pendidik memiliki persepsi bahwa semua kompetensi afektif yang ada dalam 47 atribut kompetensi menurut Albrecht dan Sack dibutuhkan oleh lulusan akuntansi. Sedangkan menurut persepsi akuntan publik, dari 18 kompetensi yang ada dalam 47 kompetensi tiga diantaranya dianggap tidak terlalu diperlukan untuk lulusan akuntansi, yaitu: Work ethic, Flexibility, dan Risk propensitivity. Dalam hasil uji statistik deskriptif hanya ketiga kompetensi tersebut yang memiliki nilai mean dibawah angka 4.
Untuk kompetensi psikomotorik, terdapat perbedaan persepsi akuntan pendidik dengan akuntan publik, dengan perbedaan rata-rata 8.12 dengan signifikansi 0,018. Sedangkan dari hasil uji statistik deskriptif untuk kompetensi psikomotorik, akuntan pendidik memiliki persepsi bahwa dari 24 kompetensi psikomotorik yang ada dalam 47 atribut kompetensi menurut Albrecht dan Sack, semua kompetensi dianggap diperlukan untuk lulusan akuntansi. Hal ini karena semua nilai mean ada diantara angka 4-5. Sedangkan persepsi akuntan publik menganggap lima dari 24 kompetensi psikomotorik kurang dibutuhkan lulusan akuntansi untuk di dunia kerja, kelima kompetensi tersebut yaitu: Self promotion, Creativity, Cross cultural communication, Interdisciplinarity, dan Research. Dalam hasil uji statistik deskriptif kelima kompetensi tersebut memiliki nilai mean dibawah angka 4. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012) dimana dalam penelitian yang dilakukan Putri persepsi akuntan pendidik juga memiliki nilai mean yang lebih tinggi dibandingkan akuntan publik, yang berarti persepsi akuntan pendidik lebih baik terhadap kompetensi yang dibutuhkan lulusan akuntansi dibandingkan akuntan publik. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Setiyani (2003) dimana hasil uji Independent Samples T-Test yang dilakukan secara total menunjukkan nilai probabilitas 0.013 dan ini berarti masih di bawah nilai taraf signifikansi sebesar 0.05. Sehingga ratarata persepsi akuntan pendidik dan akuntan publik terhadap kualitas akuntan benarbenar berbeda, dalam arti akuntan pendidik mempunyai persepsi yang lebih baik terhadap kualitas akuntan (lulusan jurusan akuntansi) dibandingkan dengan akuntan publik. Hal ini dikarenakan nilai mean akuntan pendidik lebih besar daripada nilai mean akuntan publik. Dari hasil penelitian, secara umum kelompok responden akuntan pendidik dan akutan publik memiliki persepsi yang baik terhadap kompetensi lulusan S1 akuntansi. Perbedaan yang terjadi ditimbulkan karena satu kelompok
e-Journal Ak S1 Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
memiliki pengalaman kerja yang lebih baik daripada kelompok lain. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Robbins and Judge (2009), dimana persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satu faktor tersebut adalah pengalaman. Terdapat Perbedaan Persepsi antara Akuntan Internal dengan Akuntan Publik terhadap Kompetensi Lulusan S1 Akuntansi. Untuk hipotesis terakhir yang menyatakan terdapat perbedaan persepsi antara akuntan internal dengan akuntan publik terhadap kompetensi lulusan S1 akuntansi juga diterima. Dimana dari hasil uji independen sample t-tets dengan pengujian Equal Variance Not Assumed diperoleh nilai t sebesar -2,374 dengan signifikansi 0,023. Pernyataan ini dipertegas lagi dengan hasil uji One Way Anova dan uji statistik deskriptif, dimana untuk perbedaan persepsi yang antar responden bisa dilihat sebagai berikut: Hasil uji ANOVA pada kompetensi kognitif menunjukkan terdapat perbedaan persepsi antara akuntan internal dengan akuntan publik dengan perbedaan rata-rata 1.74 dengan signifikansi 0,049. Sedangkan dari hasil uji statistik deskriptif untuk kompetensi kognitif menurut Albrecht dan Sack, akuntan internal hanya menganggap kompetensi Logica argument dan Technical/bookkeeping saja yang diperlukan untuk lulusan akuntansi. Sedangkan akuntan publik hanya menganggap kompetensi Analytical dan Technical/bookkeeping saja yang diperlukan untuk lulusan akuntansi. Dimana hanya kompetensi tersebut yang memiliki nilai mean yang berkisar antara 4-5. Hasil uji ANOVA pada komptensi afektif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi akuntan internal dengan akuntan publik, dengan perbedaan rata-rata 0.74 dengan signifikansi 0,912, perbedaan persepsi yang terjadi antara akuntan internal dan akuntan publik relatif sedikit, karena tingkat signifikansi ini jauh diatas 0,05. Sedangkan dari hasil uji statistik deskriptif untuk kompetensi kognitif, menurut persepsi akuntan internal, dari 18
kompetensi yang ada dalam 47 kompetensi menurut Albrecht dan Sack, tujuh diantaranya dianggap tidak terlalu diperlukan untuk lulusan akuntansi, yaitu: Leadership, Flexibility, Decesion making, Countinuous learning, Cultural sensitivity, Riskpropensitivity, Chang management, dan Critical thingking. Sedangkan menurut persepsi akuntan publik menganggap tiga kompetensi tidak terlalu diperlukan untuk lulusan akuntansi, yaitu: Work ethic, Flexibility, dan Risk propensitivity. Dalam hasil uji statistik deskriptif hanya kompetensi-kompetensi tersebut yang memiliki nilai mean dibawah angka 4. Untuk kompetensi psikomotorik, terdapat perbedaan persepsi akuntan internal dengan akuntan publik, dengan perbedaan persepsi rata-rata 10.91 dengan signifikansi 0,001. Sedangkan dari hasil uji statistik deskriptif untuk kompetensi psikomotorik, dimana dari 24 kompetensi psikomotorik menurut Albrecht dan Sack, akuntan internal menggangap hanya tujuh kompetensi yang dibutuhkan lulusan akuntansi untuk di dunia kerja, yaitu: Negotiation, Customer service, Computer literacy, Problem solving, Teamwork, dan Read with understanding. Dalam hasil uji statistik deskriptif hanya ketujuh kompetensi tersebut yang memiliki nilai mean diantara 4-5. Sedangkan persepsi akuntan publik menganggap lima dari 24 kompetensi psikomotorik kurang dibutuhkan lulusan akuntansi untuk di dunia kerja, kelima kompetensi tersebut yaitu: Self promotion, Creativity, Cross cultural communication, Interdisciplinarity, dan Research. Dalam hasil uji statistik deskriptif kelima kompetensi tersebut memiliki nilai mean dibawah angka 4. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Iqbal (2005) terkait pengetahuan teknologi yang harus dikuasai seorang akuntan, dimana hasil penelitian ini menunjukkan akuntan publik dan intern berpendapat sama bahwa tekonologi informasi harus dikuasai untuk menjadi seorang akuntan. Pengetahuan sistem software dan komputer akuntansi juga disebutkan dalam salah satu teknologi yang harus dikuasai akuntan. Secara umum, kelompok responden akuntan internal dan
e-Journal Ak S1 Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
akuntan publik yang diuji dalam penelitian ini memiliki persepsi yang baik terhadap kompetensi lulusan S1 akuntansi. Perbedaan yang terjadi hanya ditimbulkan karena satu kelompok memiliki pengalaman kerja yang lebih baik daripada kelompok lain. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Robbins and Judge (2009), dimana persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satu faktor tersebut adalah pengalaman. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan uraian-uraian yang telah penulis paparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: hasil pengujian Independen Sample T-Test dengan Equal Variance Not Assumed diperoleh nilai t sebesar 5.253 dengan signifikansi 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 menunjukan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dengan akuntan internal terhadap kompetensi lulusan S1 akuntansi bisa diterima. Dimana akuntan pendidik memiliki persepsi yang lebih baik dibandingkan dengan akuntan internal, hal ini karena nilai mean akuntan pendidik lebih tinggi dari akuntan internal. Hasil pengujian Independen Sample T-Test dengan equal variance assumeddiperoleh nilai t sebesar 6.696 dengan signifikansi 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 menunjukan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dengan akuntan publik terhadap kompetensi lulusan S1 akuntansi bisa diterima. Dimana akuntan pendidik memiliki persepsi yang lebih baik dibandingkan dengan akuntan publik, hal ini karena nilai mean akuntan pendidik lebih tinggi dari akuntan publik. Hasil pengujian Independen Sample T-Test dengan Equal Variance Not Assumed diperoleh nilai t sebesar -2,374 dengan signifikansi 0,023. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 menunjukan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat perbedaan persepsi antara akuntan internal dengan akuntan publik
terhadap kompetensi lulusan S1 akuntansi bisa diterima. Dimana akuntan publik memiliki persepsi yang lebih baik dibandingkan dengan akuntan internal, hal ini karena nilai mean akuntan publik lebih tinggi dari akuntan internal. Saran Berdasarkan simpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, adapun beberapa saran dan rekomendasi yang dapat diberikan, antara lain: 1) Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah sampel dan memperluar objek penelitian. 2) Pertanyaan demografi harus dibuat lebih efisien, sehingga informasi yang diperlukan terpenuhi. 3) Menambahkan persepsi akuntan pemerintah dan pihak-pihak yang terkait lainnya untuk mengetahui persepsi terkait kompetensi yang dibutuhkan lulusan S1 akuntansi di dunia kerja. 4) Menambahkan kompetensi lulusan S1 akuntansi yang telah dikembangkan untuk mengetahui dan membandingkan dengan kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja, sehingga perbaikan kurikulum bisa dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno dan I Cening Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba Empat. Albrecht,W. S. and Sack, Robert J. 2000. Accounting Education: Charting the Coursethrough a Perilous Future.American Accounting Association. Bessie Drive, Sarasota, Florida. Ekayana, Ni Nengah Seri dan Made Pradana Adi Putra. 2003. Persepsi Akuntan dan Mahasiswa Bali terhadap Etika Bisnis.Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI. Surabaya. Gursida, Hari. 1999. Peningkatan Profesionalisme Akuntan di Masa Pemulihan Ekonomi Indonesia. Edisi No.3. Bogor: Fakultas Ekonomi, Universitas Pakuan.
e-Journal Ak S1 Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
Harahap, Sofyan Syafri. 1991. Auditing Kontemporer. Surabaya: Erlangga. Iqbal, Hasan. 2005. Pokok-pokok Materi statistik 1 (Statistik Deskriptif), Jakarta: PT. Bumi Askara. Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Rambu-rambu Pengembangan Kegiatan KKG dan MGMP. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam http://ml.scribd.com/doc/59277025/R ambu-Rambu-KKG-DAN-MGMP Buku-1 diakses 12 September 2014, 11:59 WITA. Lubis, Irsyad, 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Medan: USU Press. Mulyadi, 1992, Pemeriksaan Akuntan. ed. 4. Yogyakarta: STIE YKPN. Mulyadi. 2002. Auditing. Buku Dua, Edisi Ke Enam. Jakarta: Salemba empat. Mulyana, Deddy. (2002). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Oktavia, Melani. 2005. Analisis Faktorfaktor yang Memotivasi Pemilihan Karier bagi Mahasiswa Akuntansi. Bandung: Fakultan Ekonomi, Universitas Widyatama. Riczqi, Tri Srihadi Putri. 2012. Persepsi Mahasiswa Akuntansi dan Akuntan Pendidik Terhadap Kompetensi yang Dibutuhkan Lulusan Akuntansi. Diponogoro Jurnal Of Accounting. Vol.1.
Robbins, Stephen dan Timothy Jugde. 2009. Prilaku Organisasi (Organizasional Behavior). Jakarta: Salemba Empat. Setiyani, Rahmalia. 2003. Persepsi Akuntan Pendidik Dan Akuntan Publik Terhadap Kualitas Akuntan Menghadapi Tuntutan Profesionalisme Di Era Globalisas. Surakarta: Fakultas Ekomomi, Universitas Sebelas Maret. Setyaningsih, Iin. 2005. Persepsi Akuntan Pendidik dan Pengguna Jasa Akuntan (Instansi Pemerintah) Terhadap Kualifikasi Entry Level Accountant. Jakarta: Skripsi FE UNS. Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar Jilid 2. Jakarta: Salemba Empat. Subroto, Bambang. 2001. Kode Etik Akuntan dan Kepatuhan Akuntan terhadap Kode Etik. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol.2. No.2. Desember 2001 : 155-166. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. West, R. 1998. Learning for life: higher education review. Final report department of employment, education, training, and youth affair