Bab2 SejarahStudiBe/ajar
~ A.PENDA ~N Seearahi~~~~di ilmiah
0 eoal bela ar dilakukao terutama oleh psikoJo~. Tuotu'an psikolog ada bidang ini d' elopori ahli-ahli seperti Ebbinghaus (1885), Bryan dan Harter (1897 189 dan Tho . e (1898), dan sebagainya. Langkah mereka diikuti terutama oleh para psikolog' a. Para pendidik profesional menilai psikologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan dasar, dan mereka juga mempraktekkannya, serta mereka melakukan studi mengenai pembelajaran di laboratorium psikologi umum dan laboratorium psikologi pendidikan, yang saling mempengaruhi antara bidang mumi dan terapan. Karena hal tersebut, sangatlah biasa bila para psikolog merasabahwa parapsikolog-Iahyang memelopori studi belajar (Hilgard, 1956). Sebagai tambahan dari alasan sejarahnya, ada dasar lain yang menjadi perhitungan daya tarik para psikolog dalam studi belajar. Yaitupemusatan belajar lebihpada sistem umum teori psikologi. Ilmuwan yang ingin memuaskan rasa ingin tahu pada kejadian sebab mula-mula, punya kegemaran untuk menyusun fakta ke dalam sistem hukum dan teori. Ilmuwan tidak hanya tertarik pada bermacam-macam fakta dan hubungannya, tetapi juga cara yang runtut dan hemat dalam mengungkapkanfaktanya.Psikologyang berminat dengan sistem mendapati teori belajar begitu penting karena bermaca-macam perilaku manusia merupakan hasil belajar. Jika bermacam-macam perilaku itu dimengerti dan dihubungkan dengan sedikit prinsip-prinsip yang ada, sangatlahjelas bila prinsip itu akan berhubungan dengan bagaimana awal mula belajar muncul (Hilgard, 1956). Banyak psikolog membuat pengakuan eksplisit bahwa masalah belajar merupakan hal yang sentral dalam pembahasan atau teori mereka. Berikut ini terdapat tiga contoh yang mendukung pernyataan tersebut (Hilgard, 1956): 1. Tollman, di dalam definisinya mengenai perilaku sebagai hal yang terlebih-Iebih bersifat molar atau keseluruhan dari pada molecular atau bagian-bagiannya (perbedaan molar dan molecular terletakpada inti sistem).Tollman mengemukakan perilaku yang terlebihlebih bersifat molar tersebut, yang utama diperoleh dari belajar. 2. Guthrie menandaskan bahwa belajar adalah memang sifatnya jiwa manusia. Dia menyatakan bahwa kemampuan belalar adalah ke~J2ua-'1!!leL~.s.PQn..P!:l.@ §D:'!~situasi dengan ca~~~beda -antar'a indIvidu satu dengan lainl!ya. _Karena m~sing__masing 11 ---
--
3.
individu berbeda-beda pengalaman meresponnya. Yang membedakan makluk hidup satu dengan lainnya adalah fungsi otaknya. Hull dalam pengantar teori perilaku, menjelaskan mengenai perilaku kebiasaan untuk menjelaskan beberapa teori belajar. Hull sangatjarang memisahkan antara teori belajar dan teori perilaku karena begitu pentingnya belajar dalam konsep perilaku. Bukubukunya terutama membahas belajar.
Walaupun tidak semua psikolog memberi porsi sarnatentang teori belajar di dalam teoriteori mereka, kenyataannya mereka membuat hal tersebut sebagai keharusan dalam teoriteori mereka, terutama masalah belajar, dengan suatu cara yang sarna atau yang berbeda. Karena itu aspek sistematik teori belajar menjadi penting bagi semua psikolog yang tertarik dalam teori-teori belajar yang lebih umum (Hilgard, 1956). Mengenai hal tersebut, Sumadi Suryabrata (1993)juga menandaskan bahwa sebagaian teori-t~fiPSik.plogis menjadikan masalah belajar itu sebagai hal yang sentral, walaupun kadang-kadang tidak dinyatakan secara eksplisit. B.
PENGARUH PRA-PSIKOLOGI TERHADAP STUDI BELAJAR
Ketertarik'n melakukan ~di mengenai belaiar. sudah adajauh sebelum para psikolog untuk pertamakali melakukan studi formal terh!~ap obyek keilmuan ~sikologi. _./ Sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri, psikologi belajar -. dipengaruhi oleh filsafat dalam
-
membahas tentang belajar, dan ilmu alam mempengaruhi psikologi belajar dalam metode
~nelitian~ (~ittig,1981].
--
- --
-
--
1. Filsafat Salah satu obyek yang selalu menarik para filosof adalah ~anan pikiran individu untuk mempersel'~kan ~Il!!ia!.l~a.Tidak seperti otak, pikiran tidak dapat diukur atau diobservasi secara langsung. Seluruh ide "pikiran" merupakan suatu konstruk hipotetis, yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena~~r!e~tu(Wittig, 1981). PikiraI!Jtwat dijelask~n sebagai tempat menerima danmeI1-yimpan..sensasi. Tetapi para filosof tidak setuju dengan pendapatbahwa pikiran sebagaitempat menerima dan menyimpan yang pasif. Para filosof mencoba engar-tikan.pikinmsebagaiproses..mentalYHl1g '"-stif. Aristoteles mengajukan pendapat bahwa bentuk-bentuk tertentu dari pikiran manusia merupakan kemampuan mengetahui kebenaran. Aristoteles percaya bahwa asosiasi dan penggunaan informasi berperan memungkinkan manusia dapat memiliki pengertian yang logis (Wittig, 1981). Aristoteles (dalam Wittig, 1981)mengajukan tiga hukum asosiasi yang men.gatur~ pikiran manusia. Pertama, contiguity hubungan antara ide satu de..ngan. ;:, . . '. ,"-. berarti terdapat .--J!11~~m~mbentuk suatu a~~§j tertentu. Kedua,similarity memi1ikU~likasi bahwa ide-ide be!!iub_uEgankarena_. adanya kesamaan dan kesesuaian. . . -... Ide-ideberhubungan karena terdapat perbedaan atau perlawaiian, kondisi tersebut sesmiI ~engan I!LWof contrast. Misalnya: tiga subyek berada di dalam laboratrium penelitian, dan peneliti menyampatkan stimulus
12
berupa kata "hitam", serta meminta setiap subyek untuk menuliskan di kertas tentang apa yang pertama kali mereka pikirkan mengenai kata "hitam" tersebut. Subyek pertama menulis kata "malam", subyek kedua menulis kata "negro", dan subyek ketiga menulis kata "putih". Ketiga respon tersebut sesuai dengan hukum asosiasi Aristoteles: respon subyek pertama merupakan contiguty (menghubungkan) antara kegelapan (hitam) dengan waktu malam, respon subyek kedua menunjukk~nad~nyasimilaritas (kefamaa~), dan respon subyekketiga menunj!lkkan ~.Qa!!yaperbedaa!!...atall"perlawanan. Aristoteles (dalam Wittig, 1981) percaya bahwa individu menggunakan i.!!formasi berdasarkan kebenaran, dengan melihat bagia!l-1?~ian gafi !!!for.masitersebyt sehingga dapat dibua1 suafu ringkasan-terteJ1tu.(disebuLpemikirallinduksi), atau melihat proposisi yang ada dan membuat kesimpulan perbagiannya (disebut pemikiran decIuksi).Contoh ~l!1ikiran induksi:seorangpsikologmelakukanQJ)serv~ite..r~a9apkeiadi~n-k_e.illdla!Lkbusus, kemudian ia membuat prinsip-prinsjp umum tentang hasil obser.vasi tersebut. Contoh pemikiran deduksi: prinsip-prinsip umuII)xang ada digunakan untuk memp~dik~ kejadiankejadian khusus. 2. Psikologi Belajar Sebagai IImu Pengetahuan Sebagaimana cabang-cabang psikologi lainnya, psikologi belajar menggunakan pendekatan ilmiah untuk studi tentang perilaku. Ini berarti bahwa kesimpulan-kesimpulan psikologis ~arus berdasarkan hasil observasi yang tepa1..Qanobyektif. Dan psikologi belajar mendapat kontribusi tentangmetode eksperimentaldari ilmupengetahuanala~~njagLki!RP~ndekatan psikolog16~laiar -~~sllat Tmia~.NIIsaIriya: iIinuwan fisika, melakukan kontrol terhadap variabel-variabelyang tidakberhubunganatautidakrelevan denganpenelitian,agarfenomenafenomena penelitian tidakterkontaminasioleh variabel-variabeltersebut. Sesuaicara pandang ilmuwan fisika, para psikolog mengontrol variabel-variabel yang tidak relevan dengan peneliti~genai belajar, sehingga hasil penelitian dapat diinterpretasikan sesuai prinsiprinsip belajaij I
~rman Ebbinghaus HermanEbbinghau~merupakaneen~litipert;!JJlatentaogbela~. Bahkanmetodepenelitiannya masih digunakan sampai sekarang. Ebbinghaus merupakan ilm.!lwanyang pertama kali meneliti secara sistematis mengenai ingatan. Dari hasil penelitiannya, Ebbinghaus (dalam Wittig, 1981) menyimpulkan bahwa ada beberapa variabel yang mempengaruhi ingatan Yill!:u:himanya waktu antara belajar dan mengingat kembali, tipe benda yang diingat, jumlah materi yang dHng
-
13 --
-
--
dibandingkan kesimpulan pada tahun pertama. HasHpenelitian tersebut dapat digambarkan melalui kurva berikut ini (dalam Wittig, 1981): Tinggi
Perform ani
kinerja
Rendah
o
~T Waktu selama belajar Gambar 2
2. "~em" PsikolQgi Dengan berkembangnya psikologi menjadi ilmu pengetahuan, ada beberapa usaha untuk mel!ielasJ~aI1 p~rilaku secara komprehensif, ini disebut "sistem" psikologi. Di dalam sejarah studi tentang belajar, "sistem" berusaha menjelaskan seiuruh perilaku, yang mana termasuk dan mempengaruhi studi tentang belajar (Wittig, 1981). "Sistem" vs "Teori" Sistem secara mendasar adalah usaha menjelaskan seluruh perilaku, sementara teori yang kemudian dikembangkan hanya berusaha menjelaskan sebagian perilaku. Jadi teori belajar adalah secara ekslusifhanya menjelaskan tentang belajar, dari pada menjelaskan keseluruhan range dari perilaku yang dibahas di dalam psil~Qlogi.Tetapi bagaimanapunjuga, spesialisasi telah diusahakan di psikologi,penyelidikandipersempitlapangan studinya sesuai spesialisasi, dan masing-masing mengikatkan diri untuk menyelidiki hukum-hukum dan model-model psikologis (Wittig, 1981) .
a. Strukturalisme Wilhelm WuJ!flt (1832
sistem- psikologi yang pertama kali ada. Penemunya adalah ..~~
Struk~er!lpakan ~
- 1920) dan Edward
Titchener (1867
- 1927) berusaha
menjelaskan
struk!J,lr.l2i!
dengan menggunakan subyek individu dewasa yang normal, dan ada pula yang tidak puas terhadap cara pengumpulan data dengan metode introspeksi (Wittig, 1981). b. Fungsionalisme Kelompok yang menekankan pentin.8?yakegunaan atau fu~gsi dari l2erilal
c. Asosiasionisme Perhatian adal~hmenc.Qb.!l.Un1uk.mem::lbami bagaimana..t~rbentuknya -- -- - utama asosiasionisme ,.' pasangan stimulus :-respon. Sumbangan utama dari asosiasionisme, seperti dinyatakan oleh Ed.w.ardIl19mdjl<e(1874 - 1949) tentang pentingnya reinf~cement dalam mempengaruhi perilaku, dimana pengaruh reinforcement tersebut mernunculkanhukum efek (Wittig, 1981). Hukum efek menyatakan bahwa individu cenderung mengulangi respon yang sarna dalam situasi yang sarna, bila respon tersebut mendatangkan }<:epuasanbagi dirinya. Dan sebaliknya, bila respon tidak mendatangkan kepuasan, maka individu cende!Jlngtidakakan mengulangi lagi. Hasil penelitian Thorndike menunjukkan bahw1!..Punishment tidaklah sarna dim bahkan berlawanaJ.ldengan reinforcemenf.'Leblh-lan]ltlThorndike menjelaskanbahwa ~~s!:!p'unj!}divic!.\!. menghadapi stimulu~ yang sarna. tempi kehadiran punishment dapat menekan respon yang pernah individu lakuk_ap,dan_dalam-wak.m-yang&amaindivid1.lakan melakukan respon I'ainnya.Misalnya: salah satu penelitian Thorndike untuk menggambarkan pengaruh reinforcement dan punishment terhadap perilaku ayam. Ayam sebagai subyek penelitian diletakkan di dalam kotak besar yang memiliki tiga lorong yang dapat membingungkan ayam. Lorong pertama menuju ke kotak makanan, lorong kedua dan ketiga merupakan lorong buntu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan ayam untuk memilih lorong pertama meningkat karena adanya makanan, tetapi sebaliknya akan menurun dan bahkan memilih lorong lainnya bila pada lorong pertama makanannya ditiadakan dan diganti dengan kehadiran punishment yang berupa kurungan (Wittig, 1981).
d. Behaviorisme Satu sistem yang dikenal radikal dan dikembangkan sebagai reaksi terh::lcl<1p stmkturalisme, dikenal sebagai behaviorisme. John B. Watson (18.78.:~piH pendekatan ini, cI<1n menggambarkan organisma sebagai "kotak hitam" (tLdalLdikeJablli prn<:esmentalnya) yang hanya akan memberikanrespon t5Ila ada stnTiiiJUSYangmengenain.ya. Watson berpendapat bahwa studi ten tang perilaku yang dilakukan para psikolog, seharusnya diarahkan kepada studi~el!~1]gjJenlaKu-perilaku-yang dapardt615servasi misalnya gerakan otot muskuler dan sekresi kelenjar, bukannya aktivitas mental yang tidak dapat diobservasi (Wittig, 1981).
15 -
-
Pendapat Watson tersebut menunjukkan bahwa behaviorisme meru~kan sistem yang radikal, tidak bersedia !J1emikirkanproses betpikir 9J!!l.1idakm~erimakOOseJLPemTICTran yang lain. Kemudian muncul behaviorisme yang lebih moderat, yang berpendapat bahwa meskipun ~ros~LPjkiran tidakda-pat Qt()b~ervasilangsung, tetapi dapat diobservasi dari perilaku yang nampak yang merupakan ha~ildari prose.spikiran. Behavioris!l1~yang_radikal cenderung berpedoman ada physical determinism yaitu respon organisl1}1} merupabn has.iI dari kondisi lingkungannya (Wittig, 1981). e. Sistem Lainnya Dua sistem yang lain yang juga berpengaruh pada psikologi belajar yaitu Psikologi Gestalt dan Psikologj Psikoanalisa.Psikologi gestalt melakukan studi pada bidang belajarper:septual. Psikologi gestalt berpendapat bahwa keseluruhan selalu memberi arti yang lebih bermakna dari pada bagian-bagiannya. Psikologi gestalt mengajukan konsep insig_htyang memiliki pengertian bahwa belajar adalah pemerolehan insight atau p~mahaman agar tercap~nya pengertianpenuh ataumeaningfuII (Wittig, 1981). Psikologi psikoanalisa muncul lebih disebabkan adanya minat Freud terhadap bidang terapi psikolo_gidari pada usaha sistematisasi psikologi. Sebagian hesar para psikoanalis lebih tertarik mem)2elajaribagian tak sadar organisma (aktivitas mental yang berada pada bagian tak sadar organisma) (Wittig 1981).
;3.
I
Teori-teori Belajar
Di dalam sejarah studi tentang belajar, ke enam sistem atau aliran tersebut di atas (strukturali~me,
fungsionalisme, asosiasionisme,behaviorisme,psikologi gesataltdan psikologi psikoanaIisa) mempengaruhi penelitian-p~nelit!an pada awal abad ke - 20. '!,'etapipengaruhnya mulai berkura~ada tahun 1930, sebab penelitian-penelitian psikologi selanjutnya lebih memusatkan ~tian kepada-masalah proses sentral psikologi...ss:perti...belaiar. motivasi, p~epsl._Teori-teOribelaJar kompreh~sif menjadi kekuatan bam. yang d01J1in;lndalam perkembangan selanjutnya. Pola yang berkembang antara lain (1) psikologi mengutamakan penelitian dan percobaan-percobaan, (2) tekanan studi psikologi menggunakan observasi perilaku, (3) tekanan kepada pentingnya proses belajar, (4) analisis S-R dalam studi perilaku, dan (5) penelitian mengenai belajar merupakanupaya iImu dasar bukan sekedar iImu terapan (Nana Sujana, 1990). Dengan semakin berkurangnya pengaruh sistem-sistem tersebut di atas, maka mulai dibangun teori-teori baru. Sebagai contoh, berkurangnya pengaruh behaviorisme, maka muncul neo-behaviorisme.Padaumumnya,teori-teoribelajardidentifikasi dari nama pencetus teori tersebut, dan bukan dari tanda diskriptif (contoh tanda diskriptif: strukturalisme, fungsionalisme) . a.
Edwin Guthrie
Edwin Guthrie (1886 - 1959) percaya bahwa contiguity (hubungan) ada di dalam proses belajar, yaitu contiguity antara stimulus dan respon. Dan reinforcement berperan penting di dalam belajar yaitu merubah kondisi stimulus, sehingga stimulus hanya memunculkan 16
respon tertentu yang diharapkan dan mencegah munculnya respon-respon lain yang tidak diharapkan (Wittig, 1981). Selain itu, Guthrie mengkritik hukum efek dari Thorndike yang dinilainya terlalu memperhatikan hasil belajar dari pada proses belajar. Jadi Guthrie lebih menitik beratkan pada proses belajar.
b.
rk Hull
~
Teor' elajar yang diusulkan oleh Clark Hull (1884 - 1952) dikenal sebagai teori deduktifmat matis (Wittig, 1981), Hal tersebut menunjukkan bahwa Hull berusaha menjelaskan enderungan munculnya respon dari dalil-dalil yang formal dan berlaku umum (deduktif), dan berusaha memformulasikan dalam bentuk matematis. Berdasarkan teori deduktif matematis, Hull (dalam Wittig, 1981)menjelaskan kecenderungan respon organisma sebagai berikut:
keterangan: sEr sHr
potensi reaksi (kecenderungan respon) kekuatan kebiasaan
V : intensitas stimulus D : dorongan (motivasi) K : nilai reinforcement
~
I r : hambatan reaksi (potensi hambatan yang bersifat temporal) sIr : hambatan yang dikondisikan ( potensi hambatan yang dipelajari )
cJ c.
dward Tolman
Ed ard Tolman (dalam Nana Sujana, 1990) mengusulkan teori behaviorisme yang purposif, yang didalamnya mencakup segi positif dari konsep behavioristik dan kognitif. Tolman menganggap teori psikologi harus membahas tujuan akhir dari suatu proses. Tolman mengakui keberadaan tiga teori belajaryang salingbersaing yaituteori reflek yang berkondisi, teori trial and error, dan teori gestalt; danjuga koinbinasi dari ketiga teori tersebut. Tolman berpendapat bahwa melalui perilaku bertujuan, proses belajar bukanlah sesuatu situasi yang dapat diamati semuanya, tetapi proses nyata dari belajar terdiri dari operasi kognitif yang ~usat. d.
B.F. Skinner
B.F. Sk\nner mencurahkan karirnya untuk berusaha mencari jawaban tentang bagaimana perilak~ dapat dimanipulasi dengan mengelola kondisi reinforcement? Dalam usahanya ~rsebut, Skinnertidakmemperhitungkankondisiinternalorganisma,sepertikondisi psikologis 17 -
--
--
atau kognitif organisma. Skinner melakukan penelitian-penelitian, danberhasil mendapatkan jawaban dalam bentuk penjelasan mengenai "perilaku operan" dan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi perilaku organisma. e. Teori Belajar Lainnya Donald Hebb (1904) mengusulkan suatu teori yang disebut physiological learning atau belajar fisiologis. Hebb (dalam Wittig, 1981) menyatakan bahwa di dahim belaj~apat proses perubahan elektrokimia di dalam satu atau lebih sinaps,.~ang '?~rad..adi antara axon satu sel syaraf dan dendrit. Perubahan di sinaps tersebut dikendalikan oleh sistem syaraf pusat, yang memungkinkan dapat terjadi sign'!Lsjl~.!1..g~~s!n~ps.
_
-
Teori dari Hebb ini salah satu dari teori-teori
yang berdasarkan
proses fisiologis.
Teori
yang lain (di dalam Wittig, 1981) menyatakan bahwa belajar adalah hasil dari penyimpanan pesan-pesan di dalam molekul-molekul partikular seperti protein yang dihasilkan oleh RNA (ribonucleic acid) yang ditemukan di dalam nukleus sel-sel syaraf.
Teori belajar kognitif menekankan pentingnya proses-pr~~~ mental-y
--
D.
PENDEKA TAN-PENDEKA TAN KONTEMPORER
Di dalam sejarahnya, pendekatan-pendekatan di dalam mengupas tentang belajarterbagi tiga yaitu: pendekatan asosiasi dan pendekatan kognitif, pendekatan ethologi, serta pendekatan belajar verbal. 1.
Pendekatan Asosiasi dan Pendekatan Kognitif
Dari penjelasan tentang teori-teori belajar tersebut di atas, teori-teori tersebut terbagi dua kelompok besar yaitubehaviorisme (pendekatan asosiasi) dan kognitif (pendekatan kognitit). Kelompok pertama menekankan pentingnya proses asosiasi yaitu "ikatan stimulus - respon" di dalam belajar. Dan kelompok kedua menekankan pentingnya proses kognitif yaitu adanya proses mental yang lebih tinggi (Wittig, 1981). 2. Pendekatan Ethologi Selain pendekatan asosiasi dan kognitif tersebut di atas, muncul pendekatan ethologi. Para ethologi melakukan observasi pada organisma di dalam seting alami mereka, dan berusaha menentukan karakteristik perilaku organisma berdasarkan spesiesnya. Pendekatan ethologi 18
menenkankan pentingnya struktur biologis dalam mempelajari respon organisma (Wittig, 1981). 3. Pendekatan Belajar Verbal Satu bidang studi dalam belajar yang tidak dapat dimasukkan ke dalam katagori-katagori pendekatan di atas adalah belajar verbal (verbal learning) dan perilaku bahasa (language behavior). Pendekatan belajar verbal dan perilaku bahasa berusaha menerapkan pendekatan asosiasi dan kognitif (Wittig, 1981).
19