UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN XANTIN OKSIDASE DAN PENETAPAN KADAR KUERSETIN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DAN DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less.) Yesi Desmiaty1, Adilla Puspitasari1, Ummu M. Zuhri1 1 Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, Jl.Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta email:
[email protected]
ABSTRAK
Indonesia memiliki kekayaan biodiversitas yang tinggi dan banyak diantaranya memiliki potensi menghambat aktivitas enzim xantin oksidase yang dapat menjadi kandidat obat baru berbasis bahan alami untuk mengatasi gout. Kuersetin, suatu senyawa flavonoid golongan flavonol telah diuji sebagai senyawa yang juga memiliki aktivitas dalam penghambatan enzim xantin oksidase. Daun jambu biji (Psidium guajava L.) dan daun beluntas (Pluchea indica Less.) merupakan tanaman yang mengandung kuersetin. Kuersetin ditetapkan kadarnya dengan metode adisi baku (Standard Addition Method) menggunakan alat spektrofotometer UV-VIS. Uji aktivitas penghambatan xantin oksidase dilihat dari penurunan konsentrasi asam urat yang terbentuk oleh ekstrak dan diukur serapannya pada panjang gelombang 290 nm. Kandungan senyawa kuersetin pada daun beluntas (4,0798 %) lebih tinggi dibanding pada daun jambu biji (5,0686 %). Aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase ekstrak daun beluntas (IC50 : 15,8108 bpj) juga lebih tinggi dibanding ekstrak daun jambu biji (IC50 : 17,9054 bpj). Kata kunci : Kuersetin, enzim xantin oksidase, Psidium guajava L, Pluchea indica Less.
ABSTRACT Indonesia has an enormous biodiversity and many of them have the potency to inhibit xanthine oxidase activity which could be a candidate of new drugs derived from natural product as gout medication. Quercetin, flavonoid compound identified as flavonol which is reponsible for the inhibitory activity of the enzyme xanthin oxidase. Guava leaves (Psidium guajava L.) and beluntas (Pluchea indica Less.) leaves are plants that contain quercetin. Quercetin assayed were done by standard addition method (Standard Addition Method) using a UV-VIS spectrophotometer. Xanthine oxidase inhibitory activity test seen from a decrease in the concentration of uric acid that is formed by the extract and measured absorbance at a wavelength of 290 nm. The content of the compound quercetin in beluntas leaves (4.0798%) higher than guava leaves (5.0686%). Inhibition of the enzyme xanthine oxidase activity of the beluntas leaves extract (IC50: 15.8108 ppm) was also higher than guava leaf extract (IC50: 17.9054 ppm). Keywords
: Quercetine, xanthine oxidase, Psidium guajava L, Pluchea indica Less
Dipublikasikan pada Seminar Nasional Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Bandung, 26 November 2015
1
PENDAHULUAN Gout merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai oleh peningkatan kadar asam urat dalam plasma (hiperurisemia). Penyakit ini memiliki dua bentuk yaitu goutprimer dan sekunder. Gout primer merupakan suatu gangguan herediter dan 95% menyerang pada pria, sedangkan gout sekunder mungkin timbul akibat peningkatan produksi asam urat pada keadaan seperti leukemia, polisitemia vera atau mieloma multipel, atau dapat diakibatkan pengurangan ekskresi asam urat seperti yang dijumpai pada gagalginjal kronik. Seperti diketahui, gout identik dengan peningkatan kadar asam urat, namun tidak semua pasien hiperurisemia menderita gout. Hal ini mengisyaratkan bahwa faktor lain berperan berperan dalam patogenesis gout,selain hiperurisemia (Price dan Wilson, 1995). Xantin oksidase adalah enzim yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin yang selanjutnya akan berubah menjadi asam urat Kuersetin adalah senyawa kelompok flavonol terbesar. Kuersetin dapat melindungi tubuh dari beberapa penyakit degeneratif dengan cara mencegah terjadinya proses oksidasi lemak. Hasil penelusuran pustaka menunjukkan, kuersetin memiliki aktivitas penghambatan xantin oksidase yang cukup besar dengan nilai penghambatan sebesar 0,44 µM, dibandingkan dengan luteolin sebesar 0,96 µM, dan kaempferol sebesar 0,67 µM (Nagao, 1999). Sehingga tanaman yang mengandung kuersetin dapat diperkirakan memiliki aktivitas penghambat xantin oksidase dan berpotensi sebagai pengobatan asam urat. Kuersetin bekerja sebagai inhibitor kompetitif dalam menghambat xantin oksidase. Enzim xantin oksidase termasuk kelompok enzim oksido reduktase yang merupakan enzim flavoprotein yang terdapat di dalam susu, beberapa organ dan jaringan. Enzim ini berasal dari tubuh manusia yang disintesis menjadi bentuk dehidrogenase, akan tetapi dapat mudah
diubah menjadi bentuk oksidase olehproses oksidasi residu sulfidril atau oleh enzim proteolisis (Patcher, 2006). Tanaman jambu biji (Psidium guajava) merupakan tanaman perdu atau pohon kecil dengan tinggi sekitar 2–10 m.Tanaman berasal dari Amerika Tengah. Di Jawa umumnya terdapat pada ketinggian dibawah 1.200 m dan tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat ditempat yang terbuka dan banyak airnya. Daun jambu biji mengandung tanin, minyak atsiri (eugenol), minyak lemak, damar, zat samak, triterpenoid, asam malat, saponin, flavonoid (kuersetin) (Dalimartha, 1999). Daun beluntas (Pluchea indica Less.) mengandung alkaloid, flavonoid (terutama kuersetin),tanin, minyak atsiri, asam klorogenat, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, dan fosfor. Beluntas umumnya tumbuh liar di daerah kering pada tanah yang kerasdan berbau, atau ditanam sebagai tanaman pagar. Tumbuhan berhabitus perdu kecil, tumbuh tegak, tinggi mencapai 2 m. Beluntas umumnya tumbuh liar di daerah kering pada tanah yang kerasdan berbau, atau ditanam sebagai tanaman pagar. Daun beluntas mengandung alkaloid, flavonoid (terutama kuersetin),tanin, minyak atsiri, asam klorogenat, natrium, kalium, aluminium,kalsium, magnesium, dan fosfor (Dalimartha, 2000). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar kuersetin dan adanya penghambatan aktivitas enzim xantin oksidase pada ekstrak tanaman yang mengandung senyawa kuersetin, yaitu ekstrak dari daun jambu biji (Psidium guajava L.) dan daun beluntas (Pluchea indica Less.). Dari hasil dari penelitian ini diharapkan akan dapat menunjukkan keterkaitan antara kadar kuersetin yang terkandung dalam ekstrak dengan nilai penghambatan terhadap enzim xantin oksidase. METODE Pengumpulan
Bahan.
Bahan
Dipublikasikan pada Seminar Nasional Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Bandung, 26 November 2015
berupa 2
Simplisia daun Jambu biji (Psidium guajava L.) dan daun Beluntas (Pluchea indica Less.) diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO), Cimanggu, Bogor. Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi – LIPI Bogor. Simplisia diserbuk hingga derajat halus 4/18. Metode Ekstraksi. Ekstraksi menggunakan metode maserasi kinetik dengan pelarut etanol 70% dan diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental. Ampas diremaserasi hingga lima kali. Identifikasi kuersetin. Identifikasi senyawa kuersetin yang terkandung dalam ekstrak dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Fase diam menggunakan lempeng silica gel GF254 dan fase gerak kloroform: aseton: asam formiat(10:2:1). Pengamatan kualitatif kuersetin di bawah sinar tampak, lampu UV 254 dan UV 366 menggunakan pereaksi semprot AlCl3 5%. Penetapan kadar kuersetin. Kadar kuersetin dalam ekstra dikuantifikasi dengan metode adisi baku (Standard Addition Method) menggunakan alat spektrofotometer UV-VIS. Larutan sampel dibuat dengan melarutkan ekstrak kental yang diperoleh dari 3 gram serbuk simplisia dalam EtOH : HCl 0,1 N (50:50) hingga volume 250 mL. Larutan baku kuersetin dibuat dengan melarutkan 10 mg kuersetin dalam pelarut yang sama hingga volume 100 mL. Larutan uji dibuat dengan melarutkan larutan baku kuersetin sebanyak 0; 2; 4; 6; 8; dan 10 mL ke dalam 5 mL larutan sampel dan ditambahkan pelarut hingga 100 mL. Nilai absorbansi diukur pada panjang gelombang 284,5 nm terhadap larutan blanko pelarut. Kadar kuersetin sampel dinyatakan dalam % kadar. Penetapan kadar kuersetin dilakukan dengan metode penambahan baku, karena metode ini selektif untuk mengukur kadar senyawa yang jumlahnya sangat kecil.
sampel, blangko, dan kontrol blangko untuk diukur serapannya dengan metode spektrofotometri. Masing-masing ekstrak ditimbang 10,0 mg kemudian ditambahkan DMSO sebanyak 5 tetes dan ditambahkan aquades bebas CO2 hingga konsentrasi 1000 μg/mL kemudian diencerkan menjadi 10, 20, 50 dan 100 µg/ml untuk sampel ekstrak daun beluntas dan dibuat konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 µg/ml untuk sampel ekstrak daun jambu biji. Berdasarkan uji pendahuluan, pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 284,5 nm dengan konsentrasi substrat 0,20 mM pada pH 7,5. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ekstraksi berupa ekstrak kental berwarna coklat kehitaman dengan bau aromatis pada ekstrak daun bluntas, sedangkan ekstrak daun jambu biji tidak memiliki aroma. Rendemen ekstrak daun jambu biji dan daun beluntas masing-masing 14,59% dan 29,24%. Identifikasi senyawa kuersetin menggunakan metode KLT diamati di bawah sinar tampak (gambar 1.a), sinar UV 254 (gambar 1.b) dan sinar UV 366 (gambar 1.c). Pada plat KLT ditotolkan larutan baku kuersetin sebagai pembanding (1), larutan ektrak daun jambu biji (2), dan larutan ekstrak daun beluntas (3). Pengamataan pada sinar tampak menunjukkan adanya bercak dengan Rf yang sama dengan baku pembanding kuersetin. Pengamatan pada sinar UV 254 menunjukkan adanya bercak peredaman dengan Rf yang sama dengan pembanding kuersetin. Pengamatan ketiga di bawah sinar UV 366 memperlihatkan adanya bercak dengan pendar kuning kehijaun dan Rf yang sama sebesar 0,46 dengan pembanding kuersetin. Pengamatan tersebut menunjukkan bahwa sampel positif mengandung senyawa kuersetin (gambar 1).
Penetapan Aktivitas Penghambatan Enzin Xantin Oksidase. Dibuat larutan sampel, kontrol Dipublikasikan pada Seminar Nasional Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Bandung, 26 November 2015
3
(a) (b)
(c)
Gambar 1. kromatogram identifikasi kuersetin
Penetapan kadar kuersetin dalam sampel menggunakan metode adisi baku agar dapat mengukur kdar senyawa yang jumahnya kecil. Hasil penetapan kadar kuersetin menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji mengadung senyawa kuersetin sebesar 4,0798 % sedangkan ekstrak daun beluntas sebesar 5,0686% (tabel 1). Tabel 1 menujukkan bahwa kadar kuersetin yang terkandung dalam daun beluntas lebih tinggi dibanding ekstrak daun jambu biji. Langkah selanjutnya adalah pengukuran aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase melalui metode spektrofotometri.
dari standar kuersetin. Artinya kuersetin memiliki efektifitas baik dalam menghambat aktivitas xantin oksidase, diikuti ekstrak daun jambu biji, dan yang terendah adalah ekstrak daun beluntas (tabel 2). Data tersebut menunjukkan bahwa daun jambu biji dan daun beluntas memiliki potensi sebagai anti gout melalui penghambatan enzim xantin oksidase. Tabel 2. Hasil pengukuran aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase dan kadar kuersetin
Bahan
Kadar kuersetin (%)
IC 50 (bpj)
-
8,9679
Esktrak daun jambu biji
4,0798
17,9054
Ekstrak daun beluntas
5,0686
15,8108
Kuersetin
KESIMPULAN Tabel 1. Hasil pengukuran kadar kuersetin dalam ekstrak Konsentrasi Bobot baku Jenis Kuersetin yangditambah Ekstrak dalam larutan kan (µg) uji (µg/mL)
Kadar kuersetin dalam ekstrak (%)
0 Daun jambu biji
Daun beluntas
2,06 3,2848
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun beluntas memiliki kandungan senyawa kuersetin lebih tinggi (4,0798 %) dibanding daun jambu biji (5,0686 %). Aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase ekstrak daun beluntas (IC50 : 15,8108 bpj) juga lebih tinggi dibanding ekstrak daun jambu biji (IC50 : 17,9054 bpj). Aktivitas tersebut meningkat seiring dengan meningkatnya kandungan kuersetin dalam ekstrak.
4,0798
4,12
DAFTAR PUSTAKA
6,18
Nagao A, Seki M, Kobayashi H., 1999 : Inhibition of xanthine oxidase by flavonoids, JBiochem, 63(10), 1787-1790.
8,24 8,0062
5,0686
10,30
Berdasarkan hasil penetapan aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase,nilai IC50 dari ekstrak daun jambu biji dan daun beluntas lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai IC50
Patcher P, Nivorozhkin A, Szabo C., 2006, Therapeutic effects of xanthine oxidase inhibitors : renaissance half a century after the discovery of allupurinol ,JPharmacol, Rev. 59(1): 87-114.
Dipublikasikan pada Seminar Nasional Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Bandung, 26 November 2015
4
Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses – proses penyakit buku 2 edisi 4 Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 1995. h. 1242 – 1244.
Dalimartha S., 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2, Jakarta, Trubus Agriwidya, 71-77.
Dalimartha S, 1999,Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 1, Jakarta, Trubus Agriwidya, 18-21.
Dipublikasikan pada Seminar Nasional Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Bandung, 26 November 2015
5