BAB III METODE PENCIPTAAN
A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Lebah Madu adalah serangga kaya manfaat, dalam klasifikasi dunia binatang, lebah dimasukan dalam Ordo Hymenoptera yang artinya “sayap bening”. Dalam Ordo ini terdapat 100.000 spesies serangga, termasuk lebah, tawon, semut dan rayap. Secara taksonomi, lebah madu merupakan hewan kelas serangga bersayap bening dan bertubuh sedang. Hewan yang dalam bahasa Inggris disebut Honey Bee ini terdiri atas tujuh jenis yang kesemuanya mampu memproduksi dan menyimpan madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Lebah adalah jenis insekta yang hidup secara berkelompok (koloni) seperti bangsa semut, rayap dan sejenisnya. Menurut Marcel Danesi Pada zaman mesir kuno banyak ada beberapa serangga yang digunakan sebagai tanda atau simbol, contohnya kumbang tanduk yang disimbolkan sebagai kekuatan dan lebah madu sebagai simbol kesuburan. Pernyataan Marcel Danesi tersebut dapat diartikan bahwa lebah madu pada zaman mesir kuno diibaratkan sebagai sosok ibu lewat kata kesuburan itu karena lebah madu yang dapat bertelur hingga jutaan dalam sekali bertelur dan juga semua hal yang berhubungan dengan lebah madu dapat dimanfaatkan mulai dari sengatnya, madunya bahkan juga sarangnya tak heran jika lebah madu disimbolkan sebagai kesuburan. Banyaknya keunikan yang ada pada lebah madu dan sifatnya yang cukup unik pula ketika melindungi sarangnya dapat dianalogikan sebagai sosok ibu. Penulis mengangkat tema lebah dan menggunakan serangga ini untuk dijadikan sebagai 26
27 simbol karena menurutnya serangga ini lah yang cocok karena banyaknya fungsi yang di dapat dari serangga ini dan juga terpengaruh oleh hubungan lebah madu dengan masa kecil penulis. Tidak sedikit seniman yang mencoba mengungkapkan dunia internal mereka; seperti rasa sakit, jiwa yang terpuruk, rasa gembira, cinta ada yang mencoba lebih detail menggambarkan kenyataan-kenyataan dunia mimpi, fantasi alam bawah sadar, alam spiritual, dan alam yang tak terbayangkan sebelumnya sampai pada senimanseniman yang menggunakan metafora, humor, tragedi satire, dan paradoks (Susanto, 2002: 11) Hubungan antara penulis dengan lebah madu serta sosok seorang ibu menurutnya dijadikan latar belakang masalah dalam penciptaan karya seni grafis ini. Penulis menjadikan lebah madu sebagi bentuk simbol seorang ibu karena menurutnya lebah madu yang begitu banyak manfaatnya bisa diartikan atau dianalogikan sebagai sosok seorang ibu. 2. Konsepsi A) Simbol Simbol merupakan cara paling tepat untuk membahasakan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan mudah. Simbol adalah gambar, bentuk, atau benda yang mewakili suatu gagasan, benda, ataupun jumlah sesuatu atau juga bisa diartikan sebagai penunjuk singkat yang ditujukan kepada sesuatu tentang bermacam macam hal. (Berger, 1984: 31-33) Penulis menjadikan Lebah madu sebagai Simbol Ibu karena menurutnya lebah madu begitu mirip dengan sifat seorang ibu yang mana ibarat hidup dan mati seorang ibu hanya di habiskan untuk anaknya mulai dari
28 ketika proses melahirkan sampai merawatnya hingga dewasa. Dan juga hubungan dari pengalaman masa kecil penulis dengan serangga ini. B) Konsep Bentuk 1. Garis Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar. Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah, bisa panjang, pendek, halus, tebal, berombak melengkung, serta lurus. Hal inilah yang menjadi ukuran garis. Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi, yakni ukuran yang panjangpendek, tinggi-rendah, besar-kecil, tebal-tipis. Sedangkan arah garis ada tiga: horizontal, vertikal, diagonal, meskipun garis bisa melengkung, bergerigi maupun acak (Susanto, 2002: 148). Dalam karya ini terdapat perpaduan dari beberapa garis sebagai efek background dalam bidang karya. Diantaranya horizontal, veertikal dan diagonal. Serta penggunaan garis-garis rapi untuk penekanan bentuk Lebah. 2. Bidang Ruang atau bidang adalah suatu yang mempunyai keleluasaan yang digolongkan dalam bentuk ruang atau bidang positif dan negatif. Ruang positif adalah ruang yang dibatasi oleh suatu batas tepi berupa garis, sedangkan ruang negatif adalah ruang yang berada disekitar ruang positif, keduanya saling berinteraksi atau dengan yang lainya menyebabkan adanya hubunganhubungan ruang atau bidang dalam suatu susunan. (Susanto, 2002: 97) Dalam karya ini penulis menggunakan 2 bidang atau ruang yaitu positif dan negatif karena dengan berbagai pertimbangan terhadap bentuk Lebah tersebut.
29 3. Tekstur Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang ditampilkan pada sebuah karya. Berdasarkan macamnya tekstur dibagi menjadi dua yaitu, tekstur nyata, nilai permukaan yang sama secara visual mata dengan rabanya. Tekstur semu, nilai permukaan yang berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari, 2008: 101). Tekstur yang penulis tampilkan adalah tekstur nyata karena dalam karya ini tekstur yang ditampilkan dapat di raba rasakan tinggi rendahnya cat hasil cetakan dari Linoleun yang telah diberi cat berbasis minyak dan tekstur kertas daur ulang yang ketika penyajiannya tidak diberi kaca sehingga pengunjung dapat merasakan tekstur yang ada pada karya. 4. Warna Tanpa adanya cahaya maka tidak akan terjadi warna, itu pun berlaku pada karya seni, tanpa adanya cahaya maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna. Warna merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto, 2009: 12). Penulis menggunakan warna Monochrome dalam karya ini. Karena warna ini dirasa cocok dengan latar belakang penciptaan dan penemuan ide dari judul ini yakni masa lalu dari penulis. Serta penulis merasa lebih bebas ketika menggunakan warna ini.
30
B. Implementasi Visual 1. Media Media yang digunakan penulis dalam pembuatan karya yang berjudul Seni Grafis: Lebah sebagai simbol metafor ibu adalah linoleum sebagai bahan utama yang nantinya akan dicetak pada kertas daur ulang menggunakan cat berbasis minyak. Penulis memilih linoleum sebagai bahan utama dalam pembuatan karya seni grafis cetak tinggi ini karena menurutnya linoleum ini adalah bahan yang mudah untuk ditemui dan juga bahan utamanya yakni karet sehingga mudah untuk dicukil atau engraving, serta dibandingkan dengan hardboard yang tebuat dari kayu yang mana ketika dicukil akan menghasilkan debu sehingga membuat penulis tidak nyaman ketika penulis mengerjakan. Sedangkan kenapa penulis lebih memilih membuat kertas daur ulang dibandingkan membeli kertas jadi atau buatan pabrik? karena menurutnya kertas daur ulang lebih praktis dari segi biaya dan keunggulannya serta penulis mencoba untuk memanfaatkan limbah kertas yang tidak terpakai menjadi barang yang siap pakai lagi. Keunggulan kertas daur ulang ini yaitu dapat lebih mudah menyerap cat berbasis minyak dan warnanya dapat dengan mudah merata ketika di gosok, dan juga tingkat kecepatan kertas menyerap cat lebih cepat dibanding kertas biasa maka cat akan lebih mudah menempel dan cepat kering, sehingga penulis akan lebih cepat saat menggerjakan dan tidak perlu lama menunggu kering cat tersebut. Tidak hanya dari segi keunggulan sifat kertasnya saja kertas daur ulang juga memunculkan segi visual yang lebih menarik ketimbang kertas biasa yang mana pada kertas daur ulang ini memiliki tekstur nyata yang menarik.
31 2. Proses Adapula proses pengerjaan karya seni grafis dengan menggunakan teknik cetak tinggi adalah sebagai berikut : 1. Terlebih dahulu penulis melakukan perenungan dan penemuan konsp serta bentuk yang tepat untuk karyanya. 2. Membuat kertas daur ulang menggunakan kertas bekas yang di blender, kemudian di campur dengan air yang sudah dicampur menggunakan tawas dan lem putih serta campur menjadi satu di bak yang besar. Lalu cetak kertas yang sudah diblender tersebut menggunakan screen dan tiriskan airnya, setelah itu letakan cetakan tersebut pada selembar kain lalu press hingga airnya keluar semua setelah itu anggkat dan tungg kering. 3. Proses sketsa bentuk lebah madu sebagai simbol ibu. 4. Pemindahan sketsa pada media linoleum untuk kemudian dicukil. Karena lino berwarna hitam sehingga ketika proses pemindahan sketsa ke lino diharapkan menggunakan pensil ataupun spidol berwarna putih agar sketsa terlihat jelas. 5. Mulai menggerjakan cukilan berulang ulang menggunakan alat cukil hingga yang bentuk yang diinginkan, penulis menggunakan merk alat cukil Sakura karena kualitasnya yang bagus. kemudian siapkan cat dengan Roll, lalu roll cat tersebut pada lino yang sudah dicukil tersebut kemudian cetak pada kertas daur ulang yang telah dibuat tadi, agar tidak meleset pada cetakan kedua nanti buat mal-malan (acuan agar tidak meleset). Gosok menggunakan sendok pada kertas nya (posisi kertas berada di atas Lino) atau juga bias menggunakan mesin press untuk yang lebih mudah. Kalau sudah angkat perlahan kertas dan lihat apakah cetakan sudah rata jika belum gosok atau press hingga warna yang diinginkan merata.
32 6. Gantung sampai kering, lakukan proses nomer 5 tersebut sampai warna yang diinginkan cukup. Pada saat proses pencetakan kedua, ketiga, keempat dan seterusnya tunggu sampai kering terlebih dahulu cetakan sebelumnya agar nantinya warna yang dinginkan tercetak dengan sempurna. 7. Ketika sudah kering angkat dari gantungan dan bersihkan menggunakan kuas agar sisa sia debu yang menempel hilang. Jika sudah tulis keterangan karya yang berisi teknik, edisi, judul karya, nama seniman, dan tahun pembuatan pada bawah karya, maka karya siap untuk disajikan menggunakan bingkai. 3. Penyajian Dalam dunia seni rupa penyajian suatu karya adalah salah satu hal yang sangat penting sebab dengan penyajian yang menarik dan bagus karya yang biasa saya dapat terlihat begitu mewah dan indah, begitu pula sebaliknya. Penyajian yang digunakan penulis untuk karyanya ini penulis menggunakan bingkai kayu dengan bentuk menyerupai Baki yang telah di haluskan dan di vernis sehingga mengkilap dan masing masing sisinya diberi jarak kurang lebih 10cm dari ukuran karya, karya ditempel pada tengah bingkai, hal ini bertujuan untuk menampilkan sisi-sisi kertas daur ulang yang tidak rata agar terlihat lebih estetis. Bingkainya sendiri tidak diberi kaca agar penikmat dapat melihat dan meraba tekstur karya yang dihasilkan dari tekstur kertas daur ulang yang digunakan sebagai media mencetaknya. penyajian yang digunakan penulis untuk memamerkan karyanya tidak hanya dengan digantung pada tembok, penulis menoba untuk menyajikan suatu karya dua dimensi dengan cara diletakkan pada sebuah box kayu dengan kemiringan kurang lebih 120 derajat dengan karya menghadap keatas dan pada sisi-sisi
33 bingkai diberi instalasi dengan tema lebah yang terbuat dari busa yang dibentuk dan cita menyerupai lebah. Penulis memilih cara penyajian seperti ini karena penulis ingin menampilkan karyanya dengan cara yang berbeda. Dalam penyajian ini penulis juga menggambil filosofi dari baki yang fungsi utamanya untuk menyajikan sebuah hidangan, hidangan dalam hal ini adalah karya penulis.