2016 Laporan Kinerja DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN KINERJA (LAKIN) DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TAHUN ANGGARAN 2016
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
PENGANTAR asa syukur mari kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
R
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat melaksanakan tugasdan fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) selama tahun
2016 dan sekaligus menjadi bagian dari proses transformasi kelembagaan Kementerian Keuangan menuju perbaikan organisasi. Laporan Kinerja (LAKIN) DJBC Tahun Anggaran 2016 disusun sebagai pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah
serta
Peraturan
Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Review atas Laporan Kinerja. Sejak tahun 2007 dengan dimulainya program reformasi birokrasi yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/KMK.01/2007 tentang Reformasi Birokrasi Departemen Keuangan,DJBC sebagai salah satu unsur Kementerian Keuangan telah menerapkan sistem pengelolaan kinerja
PENGANTAR berbasis Balanced Scorecards (BSC) sehingga kinerja DJBC diukur atas dasar penilaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian sasaran strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam Kontrak Kinerja antara Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan Menteri Keuangan pada tahun 2016. LAKIN DJBC Tahun 2016 merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi DJBC dalam rangka pencapaian Sasaran Strategis DJBC pada Tahun Anggaran 2016 yang tercermin dalam capaian IKU Kemenkeu-One DJBC Tahun 2016 serta merupakan realisasi dari Rencana Kerja (Renja)Tahun Anggaran 2016 yang mengacu kepada Rencana Strategis (Renstra) DJBC Tahun 2015-2019. Laporan ini disajikan secara sistematis agar dapat memberikan gambaran yang jelas, obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan kepada pimpinan dan publik tentang kinerja DJBC baik keberhasilan yang telah dicapai maupun kendala yang dihadapi selama Tahun Anggaran 2016. LAKIN DJBC setiap tahun dilakukan evaluasi oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Hasil evaluasi yang dilaksanakan pada tahun 2016 untuk LAKIN DJBC Tahun 2015 memperoleh nilai 91,30 (kategori A/Sangat Baik). Hal ini menunjukkan ada perbaikan dari tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2015 untuk LAKIN DJBCTahun 2014memperoleh nilai85,04 (kategori A/Sangat Baik), pada tahun 2014 untuk hasil evaluasiLAKIP DJBC 2013 memperoleh nilai 83,91 (kategori A/Sangat baik), pada tahun 2013untuk hasil evaluasi LAKIP DJBC 2012 memperoleh nilai 79,77 (kategori A/Sangat Baik), dan pada tahun 2012 untuk hasil evaluasi LAKIP DJBC 2011memperoleh nilai 78,48 (kategori A/ Sangat Baik). Pada tahun 2016 ini beberapa capaian berhasil dicapai oleh DJBC dengan hasil yang baik, hal ini merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu kita syukuri bersama. Keberhasilan ini tidak terlepas dari hasil kerja keras dan upaya optimal seluruh jajaran DJBC. Oleh karena itu selaku pimpinan DJBC kami mengucapkan selamat, disertai ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada segenap jajaran DJBC di seluruh Indonesia atas
ii
LAKIN DJBC TAHUN 2016
1
PENGANTAR
keberhasilan yang telah dicapai dalam pelaksanaan tugas yang dipercayakan kepada DJBC.Harapan ke depan capaian yang baik ini perlu dipertahankan, ditingkatkan, dan disempurnakan guna meraih hasil kerja yang lebih baik lagi. Dalam rangka mewujudkan harapan tersebut, DJBCakan terus melakukan reformasi di bidang kepabeanan dan cukai melalui upaya penataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis, serta penerapan dan pengembangan Indikator Kinerja Utama di lingkungan DJBC yang dilakukan secara konsisten. Pada Tahun 2016 ini DJBCmasih melanjutkan inisiatif-inisiatif strategis jangka pendek, jangka menegah, dan jangka panjang dalam cetak biru transformasi kelembagaanDJBC yang telah disusun pada tahun 2013bersama dengan konsultan McKinsey & Companysebagai pedoman DJBC dalam melakukan transformasi kelembagaan. LAKIN
Tahun
Anggaran
2016
ini
disampaikan sebagai
wujud
akuntabilitas pelaksanaan tugas kepada Menteri Keuangan RI dengan harapan semoga bermanfaat sebagai kelengkapan bahan dalam perumusan kebijakan Kementerian Keuangan pada khususnya dan menjadi sumber informasi bagi masyarakat pada umumnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing kita dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pada tahuntahun berikutnya.
Direktur Jenderal
Heru Pambudi
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
iii
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
RINGKASAN EKSEKUTIF A. SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DJBC TAHUN 2016 Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Tahun Anggaran 2016 adalah wujud pertanggungjawaban atas pencapaian sasaran strategis DJBC pada tahun 2016 sebagaimana tercermin dalam capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) DJBC Tahun 2016 yang tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) DJBC Tahun 2016, sebagaimana tertuang dalam Kontrak Kinerja Tahun 2016 Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan Menteri KeuanganNomor : 4/KK/2016 tanggal 19 Januari 2016 dan addendum Kontrak Kinerja Nomor : 4A/KK/2016 tanggal 20 Juli 2016. Disamping itu LAKIN DJBC Tahun 2016 ini juga disusun sebagai bahan masukan bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan pelaksanaan kegiatan pada periode berikutnya. Tugas pokok dan fungsi yang diamanatkan oleh Undang-undang kepada DJBC sebagai institusi negara adalah bertanggung jawab dalam merumuskan
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF serta melaksanakan kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut, DJBC menetapkan landasan kerja yang akan dijadikan acuan dan tolok ukur dalam pelaksanaan tugas yaitu berupa Visi, Misi, dan Tujuan yang harus dijadikan pedoman bagi setiap pegawai DJBC dalam melaksanakan tugas. Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan tersebut DJBC telah merumuskan sasaran-sasaran strategis yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam peta strategi Kemenkeu-One Tahun 2016 berdasarkan konsep Balanced Scorecards (BSC). Implementasi konsep manajemen kinerja berbasis BSC di DJBC sejalan dengan program reformasi birokrasi Kementerian Keuangan serta didasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2012 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan yang diperbaharui melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan. Pengukuran kinerja dalam BSC merupakan hasil suatu penilaian yang didasarkan pada capaian indikator kinerja utama (pencapaian output) yang telah diidentifikasikan
untuk
tercapainya
sasaran
strategis
(pencapaian
outcome).Sasaran Strategis (SS) tersebut kemudian dipetakan dalam suatu Peta Strategi berupa kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan strategi organisasi. Peta Strategi DJBC Tahun 2016 dimaksud tertuang dalam Kontrak Kinerja Nomor: 4/KK/2016 tanggal 19 Januari 2016 yang dapat dilihat dalam diagram dibawah ini:
v
LAKIP DJBC TAHUN 2016 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
PETA STRATEGI DJBC 2016
Dalam Peta Strategi Kemenkeu-One DJBC Tahun 2015telah ditetapkan 14 (empat belas) Sasaran Strategis (SS) dan 21 (dua puluh satu) Indikator Kinerja Utama (IKU).SS dan IKU initelah dituangkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) yang merupakan kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Bea dan Cukai
LAKIP DJBC TAHUN 2016 1
vi
RINGKASAN EKSEKUTIF dengan Menteri Keuangan pada tahun 2016. Sasaran Strategis dan IKU DJBC pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Tabel Sasaran Strategis dan IKU Perjanjian Kinerja / Kontrak Kinerja DJBC Tahun Anggaran 2016 No.
Sasaran Program/Kegiatan
Indikator Kinerja
Target 1,2 hari
1.
Peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sislognas
1a-CP
Waktu penyelesaian proses kepabeanan
2.
Penegakan hukum yang efektif
2a-CP
Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh kejaksaan (P21)
60%
2b-N
Persentase kemenangan sengketa banding di Pengadilan Pajak
30%
3a-N
Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai
100%
3b-N
Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai
Rp 3 T
Kepuasan pengguna layanan yang tinggi
4a-CP
Indeks kepuasan pengguna layanan
Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi
5a-CP
Persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan
80%
5b-N
Persentase piutang bea dan cukai yang diselesaikan
82%
6a-N
Indeks penyelesaian rumusan kebijakan di bidang kepabeanan internasional
3
3.
Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal
4.
5.
6.
Analisis perumusan kebijakan yang optimal
vii
LAKIP DJBC TAHUN 2016 1
4 (Skala 5)
(Skala 4)
RINGKASAN EKSEKUTIF
No.
Sasaran Program/Kegiatan
Indikator Kinerja
Target
6b-N
Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat
5%
7.
Peningkatan pelayanan prima
7a-N
Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan
8.
Edukasi dan komunikasi yang efektif
8a-N
Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi
Peningkatan efektivitas pengawasan kepabeanan dan cukai
9a-CP
Persentase keberhasilan pelaksanaan joint audit
88,2%
9b-N
Persentase tindak lanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan cukai
80%
9c-N
Indeks efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai
4,25
9.
10.
Pengendalian mutu yang optimal
(Skala 100)
(Skala 5) 48%
10b-N
Rata-rata persentase tingkat efektivitas monitoring dan pengawasan kepatuhan internal
85%
10c-N
Persentase hit-rate dari importasi jalur merah
25%
Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency
90%
SDM yang kompetitif
11a-N
12.
Organisasi yang kondusif
12a-CP Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan
1
79
10a-CP Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti
11.
LAKIP DJBC TAHUN 2016
100%
87%
viii
RINGKASAN EKSEKUTIF
No.
Sasaran Program/Kegiatan
Indikator Kinerja 12b-N
13.
Sistem informasi manajemen yang andal
14.
Pengelolaan anggaran yang optimal
Tingkat penyelesaian pengembangan jabatan fungsional
Target 75%
13a-CP Tingkat downtime sistem TIK
1%
13b-N
75%
Persentase penyelesaian tahapan integrasi sistem kepabeanan dan cukai
14a-CP Persentase kualitas pelaksanaan anggaran
95%
Keterangan : Kode CP adalah Kode IKU yang di-cascade dari Kemenkeu-Wide
Secara umum target IKU DJBC Tahun 2016 sebagaimana tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja/Kontrak Kinerja dapat tercapai dengan baik walaupun masih terdapat beberapa IKU yang pencapaiannya berada sedikit dibawah target yang ditetapkan. Dari 24 IKU, terdapat 21 IKU berstatus “hijau” (realisasi minimal 100% dari target yang ditetapkan), 1 IKU berstatus “kuning” (realisasi minimal 80% dan kurang dari 100% dari target yang ditetapkan), 1 IKU berstatus “merah” (realisasi kurang dari 80 dari target yang ditetapkan) dan 1 IKU berstatus “abu-abu”. Satu IKU yang capaiannya “kuning” yaitu IKU “Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai“. Satu IKU dengan status capaian merah yaitu “Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai”. Sedangkan satu IKU berstatus abu-abu yaitu IKU “Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti”. Secara rinci data pencapaian target IKU Kemenkeu-One DJBC Tahun 2015 dapat disajikan sebagaimana tabel berikut :
ix
LAKIP DJBC TAHUN 2016 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Tabel Capaian Kinerja DJBC T.A. 2016 KODE SS-1 1a-CP SS-2 2a-CP 2b-N SS-3 3a-N 3b-N SS-4 4a-CP SS-5 5a-CP 5b-N SS-6 6a-N 6b-N SS-7 7a-N SS-8 8a-N SS-9
IKU
Tahun 2016 Target
Realisasi
%
Peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sislognas Waktu penyelesaian proses kepabeanan 1,2 hari 0,81 hari 120% Penegakan hukum yang efektif Persentase hasil penyidikan yang telah 60% 94,87% 120% dinyatakan lengkap oleh kejaksaan (P21) Persentase kemenangan sengketa 30% 66,94% 120% banding di Pengadilan Pajak Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai Kepuasan pengguna layanan yang tinggi Indeks kepuasan pengguna layanan Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi Persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan
100%
97,15%
97,15%
Rp 3 T
Rp854M
0%
4 (Skala 5)
4,04
101%
80%
86,94%
108,67%
93,32%
113,80%
3,67
120%
5%
2,74%
120%
100%
114,19%
114,19%
Persentase piutang bea dan cukai yang 82% diselesaikan Analisis perumusan kebijakan yang optimal Indeks penyelesaian rumusan kebijakan 3 di bidang kepabeanan internasional (Skala 4) Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat Peningkatan pelayanan prima Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan Edukasi dan komunikasi yang efektif
79 (Skala 82,43 100) Peningkatan efektivitas pengawasan Kepabeanan dan Cukai Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi
9a-CP
Persentase keberhasilan pelaksanaan Joint Audit
9b-N
Persentase tindak lanjut temuan
LAKIP DJBC TAHUN 2016 1
104,34%
88,2%
104,78%
118,80%
80%
94,75%
118,44%
x
RINGKASAN EKSEKUTIF
KODE
Tahun 2016
IKU
Target
Realisasi
%
4,25 (Skala 5)
4,50
105,88%
48%
N/A
N/A
85%
97,1%
114,24%
25%
34,70%
120%
90%
95,84%
106,49%
87%
100%
114,94%
70%
100%
120%
1%
0,30%
120%
75%
99,79%
120%
95%
97,06%
102,17%
pelanggaran kepabeanan dan cukai 9c-N
Indeks efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai
SS-10
Pengendalian mutu yang optimal
10a-CP 10b-N 10c-N SS-11 11a-N SS-12 12a-CP 12b-N SS-13 13a-CP 13b-N SS-14 14a-CP
Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti Rata-rat persentase tingkat efektivitas monitoring dan pengawasan kepatuhan internal Persentase hit rate dari importasi jalur merah SDM yang kompetitif Persentase pemenuhan standar softdan hard competency Organisasi yang kondusif Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan Tingkat penyelesaian pengembangan jabatan fungsional Sistem manajemen informasi yang andal Tingkat downtime sistem TIK Persentase penyelesaian tahapan integrasi sistem kepabeanan dan cukai Pengelolaan anggaran yang optimal Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Nilai Kinerja Organisasi (NKO)
Keterangan : CP = IKU yang di-cascade dari Kemenkeu-Wide; N= IKU Non-Cascading Indeks Capaian IKU maksimal 120%
xi
LAKIP DJBC TAHUN 2016 1
108,46
RINGKASAN EKSEKUTIF
B. KENDALA DAN STRATEGI DALAM PENCAPAIAN SASARAN Dalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan pada tahun 2015, terdapat berbagai kendala yang dihadapi baik dari faktor eksternal maupun internal terkait dengan penerimaan, pelayanan, dan pengawasan. Kendala dari faktor internal antara lain sebagai berikut: 1.
Belum optimalnya beberapa kegiatan pengawasan kepabeanan dan cukai diantaranya sebagai berikut: - penetapan nilai pabean dan tarif Pemberitahuan Impor Barang; - pengawasan laut di pesisir timur sumatera dan kawasan timur Indonesia; - pemantauan atas perusahaan yang mendapat fasilitas; - analisa/inventarisasi kapasitas produksi pabrik Barang Kena Cukai(BKC); - inventarisasi distributor/subdistributor dalam melakukan operasi pasar yang mempunya risiko tinggi atas peredaran BKC; - operasi penindakan atas sindikat pita cukai palsu dan jual beli pita cukai ilegal; - pengawasan atas peredaran barang impor dan BKC di Kawasan Bebas; - Joint Audit; dan - pengawasan ketentuan barang larangan dan pembatasan untuk impotir Very High Risk Importer (VHRI).
2.
Belum optimalnya pertukaran informasi antar unit internal DJBC, seperti: - Informasi updating Database Nilai Pabean dan klasifikasi dari unit vertikal kepada unit pengelola Database Nilai Pabean di Kantor Pusat; - Informasi updating profil dari kantor vertikal (KPU BC dan KPPBC) kepada unit pengelola profil importir di Kantor Pusat.
Sedangkan kendala dari faktor eksternal antara lain: 1.
Kondisi perekonomian global dan domestik yang masih mengalami penurunan;
LAKIP DJBC TAHUN 2016 1
xii
RINGKASAN EKSEKUTIF 2.
Meningkatnya
keikutsertaan
Indonesia
dalam
berbagai
kerjasama
perdagangan Free Trade Agreements (FTAs). Sejak ASEAN mengembangkan kerjasama perdagangan dengan mitranya, dimulai dengan Tiongkok tahun 2004, hingga kini Indonesia telah mengimplementasikan 7 kerjasama perdagangan bebas (FTA) baik dalam forum bilateral maupun regional. Saat ini terdapat6 FTA sedang dalam proses negosiasi. Dengan berlakunya berbagai skema FTA tersebut maka tarif bea masuk efektif rata-rata akan cenderung terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun; 3.
Impor barang modal, bahan baku dan pendukung industri relatif turun, secara umum impor barang modal, bahan baku dan barang penolong/ pendukung industri berkontribusi besar terhadap penerimaan bea masuk;
4.
Harga komoditas ekspor yang rendah;
5.
Penerimaan Bea Keluar hanya berasal dari komoditas bungkil kelapa sawit, kakao, kayu dan kulit yang nilainya relatif kecil serta dari komoditas konsentrat mineral;
6.
Peningkatan produksi MMEA di semester I 2016 akibat rencana kenaikan tarif cukai MMEA impor pada semester II 2016;
7.
Perubahan pola pembayaran cukai (dampak PMK 20 tahun 2015);
8.
Adanya ketentuan di bidang kesehatan (PP 109 dan Permenkes 28);
9.
Peredaran rokok ilegal;
10. Luasnya wilayah pengawasan DJBC dibandingkan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sarana prasarana yang ada; 11. Meningkatnya kejahatan lintas negara (transnational crime) yang pencegahan dan penindakannya memerlukan kerjasama lintas negara, terutama kerjasama internasional dengan administrasi pabean negara lain, baik kerjasama bilateral, regional, maupun multilateral; 12. Terus meningkatnya harapan masyarakat akan kualitas pelayanan yang tinggi, efektif, dan efisien, sementara sumber daya yang ada cukup terbatas. Untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam pencapaian sasaran strategis di tahun 2016, DJBC telah melakukan strategi-strategi sebagai berikut :
xiii
LAKIP DJBC TAHUN 2016 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
1.
Melakukan upaya optimalisasi penerimaan melalui kebijakan tarif, yaitu intensifikasi melalui penyesuaian tarif cukai dengan tetap memperhatikan petani tembakau dan keberlangsungan industri rokok;
2.
Melakukan penyesuaian tarif Minuman yang Mengandung Etil Alkohol Impor;
3.
Melakukan peningkatan implementasi pintu tunggal nasional Indonesia (Indonesia National Single Window) dan Indonesia Single Risk Management;
4.
Pembentukan Pusat Logistik Berikat
5.
Penurunan Dwelling Time pada pelabuhan Tanjung Priok dan pelabuhan besar lainnya;
6.
Melakukan implementasi penuh sistem pembayaran penerimaan negara melalui Billing System Modul Penerimaan Negara Generasi 2;
7.
Melakukan sinergi dengan Direktorat Jenderal Pajak berupa integrasi Nomor Identitas Kepabeanan (NIK) dan Nomor Pokok Wajib Pajak serta pertukaran data;
8.
Meningkatkan penegakan hukum di bidang cukai khususnya terkait rokok dan minuman mengandung etil alkohol ilegal;
9.
Melakukan intensifikasi penindakan pelanggaran kepabeanan dengan patroli laut;
10. Optimalisasi pengawasan ekspor melalui pengawasan modus antar pulau, penguatan fungsi laboratorium dan audit eksportir; Selain itu,DJBC juga terus berupaya meningkatkan kemampuan organisasi melalui
pelaksanaan
Program
Reformasi
Birokrasi
dan
Transformasi
Kelembagaan Kementerian Keuangan yang diwujudkan dalam pelaksanaan 10 (sepuluh) Inisiatif Strategis (IS) yang dimiliki DJBC sebagaimana ditetapkan dalam blueprint Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan.
LAKIP DJBC TAHUN 2016
xiv
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
DAFTAR ISI PENGANTAR .................................................................. i
RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................... ..iv A. SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DJBC TAHUN 2016 ...................................................................................
iv
B. KENDALA DAN STRATEGI DALAM PENCAPAIAN SASARAN.........
xii
DAFTAR ISI ..................................................................... xv
xv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .................................................. 1 A. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI ...........................
1
1. Tugas dan Fungsi ................................................................................
1
2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia ..............................
2
B. PERAN STRATEGIS ORGANISASI.......................................................
5
C. SUMBER DAYA ORGANISASI..............................................................
8
D. SISTEMATIKA PELAPORAN ...............................................................
11
BAB II PERENCANAAN KINERJA ................................ 13 A. RENCANA STRATEGIS ........................................................................
13
1. Visi dan Misi .......................................................................................
14
2. Fungsi Utama .....................................................................................
15
3. Tujuan dan Sasaran ............................................................................
16
4. Program dan Kegiatan .......................................................................
19
B. PERJANJIAN KINERJA .........................................................................
20
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ............................ 25 A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI .....................................................
25
B. EVALUASI DAN ANALISIS KINERJA ................................................
29
SS-1 PENINGKATAN KELANCARAN ARUS BARANG DALAM
xvi
RANGKA MENDUKUNG SISLOGNAS ......................................
29
1a-CP Waktu Penyelesaian Proses Kepabeanan .....................
30
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
DAFTAR ISI
SS-2
PENEGAKAN HUKUM YANG EFEKTIF ................................
39
2a-CP Persentase Hasil Penyidikan yang Dinyatakan Lengkap oleh Kejaksaan (P-21) ...................................... 2b-N
39
Persentase Kemenangan Sengketa Banding di Pengadilan Pajak.........................................................
SS-3
SS-4
SS-5
42
PENERIMAAN NEGARA DI SEKTOR KEPABEANAN DAN CUKAI YANG OPTIMAL..................................................
45
3a-N Persentase Realisasi Penerimaan Bea dan Cukai ............
45
3b-N Jumlah Peningkatan Penerimaan Bea dan Cukai ...........
48
KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN YANG TINGGI .........
50
4a-CP Indeks Kepuasan Pengguna Layanan ...........................
50
KEPATUHAN PENGGUNA LAYANAN YANG TINGGI ......
57
5a-CP Persentase Kepatuhan Importir Jalur Prioritas Kepabeanan ..................................................................... 5b-N
SS-6
57
Persentase Piutang Bea dan Cukai yang Diselesaikan .....................................................................
60
ANALISIS PERUMUSAN KEBIJAKAN YANG OPTIMAL .....
64
6a-N
Indeks Penyelesaian Rumusan Kebijakan di Bidang Kepabeanan Internasional ..............................................
6b-N
SS-7
Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat. ................................................................................
67
PENINGKATAN PELAYANAN PRIMA ..................................
69
7a-N
SS-8
Rata-Rata Persentase Realisasi Janji Layanan Unggulan .........................................................................
69
EDUKASI DAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF ....................
76
8a-N
76
Indeks Efektivitas Edukasi dan Komunikasi ................
LA LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
64
xvii
DAFTAR ISI
SS-9
PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN KEPABEANAN DAN CUKAI .....................................................
80
9a-CP Persentase Keberhasilan Pelaksanaan Joint Audit ........
81
9b-N
Persentase Tindak Lanjut Temuan Pelanggaran Kepabeanan dan Cukai ..................................................
9c-N
84
Indeks Efektivitas Pelaksanaan Audit Kepabeanan dan Cukai .........................................................................
88
SS-10 PENGENDALIAN MUTU YANG OPTIMAL ...........................
91
10a-CP Persentase Rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti ........................................
91
10b-N Rata-rata Persentase Tingkat Efektivitas Monitoring dan Pengawasan Kepatuhan Internal ...........................
93
10c-N Persentase Hit Rate dari Importasi Jalur Merah ...........
96
SS-11 SDM YANG KOMPETITIF ..........................................................
99
11a-N Persentase Pemenuhan Standar Soft dan Hard Competency ...................................................................... SS-12 ORGANISASI YANG KONDUSIF ..............................................
99 103
12a-CP Persentase Implementasi Inisiatif Transformasi Kelembagaan ...................................................................
103
12b-N Tingkat Penyelesaian Pengembangan Jabatan Fungsional .........................................................
110
SS-13 SISTEM MANAJEMEN INFORMASI YANG ANDAL..........................................................................................
112
13a-CP Tingkat Donwtime Sistem TIK ........................................
112
13b-N Persentase Penyelesaian Tahapan Integrasi Sistem Kepabeanan dan Cukai...................................................
xviii
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
114
DAFTAR ISI
SS-14 PENGELOLAAN ANGGARAN YANG OPTIMAL .................
116
14a-CP Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran ..................
116
C. KINERJA LAINNYA ..............................................................................
119
D. AKUNTABILITAS KEUANGAN ..........................................................
128
BAB IV PENUTUP .......................................................... 129
LAMPIRAN Lampiran I : Pengukuran Kinerja Tahun 2016 Lampiran II : Matriks Rencana Kerja dan Anggaran DJBC Tahun 2016 Lampiran III : Matriks Kinerja Rencana Strategis DJBC Tahun 2015-2019 (Rencana Kerja DJBC 2016) Lampiran IV : Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Bea dan Cukai Tahun 2016 Nomor : 4/KK/2016 Lampiran V : Adendum Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Bea dan Cukai Tahun 2016 Nomor : 4A/KK/2016 Lampiran VI : Nilai Kinerja Organisasi (NKO) DJBC 2016
LA LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
xix
BAB I LAKIN DJBC 2016
PENDAHULUAN A. B. C. D.
Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Peran Strategis Organisasi Sumber Daya Organisasi Sistematika Pelaporan
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
A. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI
1.
Tugas dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, DJBC mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Bab I Pendahuluan
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, DJBC menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan kebijakan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai; c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai; d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai; e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai; f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; dan g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan.
2.
Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.3/PMK.01/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, struktur organisasi DJBC sampai dengan 31 Desember 2016 dapat dikelompokkan sebagai berikut :
11 Unit Eselon II di lingkungan Kantor Pusat (Sekretariat DJBC, Direktorat Teknis Kepabeanan, Direktorat Fasilitas Kepebeanan, Direktorat Teknis dan Fasilitas Cukai, Direktorat Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga, Direktorat Keberatan Banding dan Peraturan, Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai, Direktorat Kepatuhan Internal, Direktorat Audit
LAKIN DJBC TAHUN 2016
2 1
Bab I Pendahuluan
Kepabeanan dan Cukai, Direktorat Penindakan an Penyidikan, dan Direktorat Penerimaan dan Perencanaan Strategis);
3 Tenaga Pengkaji pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Tenaga Pengkaji Bidang Pengawasan dan Penegakan Hukum Kepabeanan dan Cukai, Tenaga Pengkaji Bidang Pelayanan dan Penerimaan Kepabeanan dan Cukai, dan Tenaga Pengkaji Bidang Pengembangan Kapasitas dan Kinerja Organisasi);
16 Kantor Wilayah Bea dan Cukai (KWBC Aceh, KWBC Sumatera Utara, KWBC Riau dan Sumatera Barat, KWBC Khusus Kepulauan Riau, KWBC Sumatera Bagian Selatan, KWBC Banten, KWBC Jakarta, KWBC Jawa Barat, KWBC Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, KWBC Jawa Timur I, KWBC Jawa Timur II, KWBC Bali, NTB dan NTT, KWBC Kalimantan Bagian Barat, KWBC Kalimantan Bagian Timur, KWBC Sulawesi, dan KWBC Maluku, Papua dan Papua Barat);
3 Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai (KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok, KPU Bea dan Cukai Tipe B Batam, dan KPU Bea dan Cukai Tipe C Soekarno Hatta);
117 Kantor Pelayanan, yang terdiri dari 3 KPPBC Tipe Madya Cukai, 7 KPPBC Tipe Madya Pabean, 10 KPPBC Tipe Madya Pabean A, 21 KPPBC Tipe Madya Pabean B, 26 KPPBC Tipe Madya Pabean C, 50 KPPBC Tipe Pratama;
148 Kantor Bantu Layanan Bea dan Cukai;
692 Pos Pengawasan Bea dan Cukai;
5 Pangkalan Sarana Operasi, yang terdiri dari 1 Tipe A dan 4 Tipe B; dan
3 Balai Pengujian dan Identifikasi barang yang terdiri dari 1 Tipe A dan 2 Tipe B. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.01/2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, struktur organisasi instansi vertikal DJBC akan mengalami reorganisasi pada tahun 2017 (mulai berlaku pada tanggal diundangkan) yaitu antara lain : 1. Kantor Wilayah Bea dan Cukai yang sebelumnya berjumlah 16 akan menjadi 20 Kantor Wilayah Bea dan Cukai.
LAKIN DJBC TAHUN 2016
3 1
Bab I Pendahuluan
2. KPPBC yang sebelumnya 117 Kantor Pelayanan dengan rincian : - 3 KPPBC Tipe Madya Cukai - 7 KPPBC Tipe Madya Pabean - 10 KPPBC Tipe Madya Pabean A - 21 KPPBC Tipe Madya Pabean B - 26 KPPBC Tipe Madya Pabean C - 50 KPPBC Tipe Pratama menjadi 104 Kantor Pelayanan dengan rincian : - 3 KPPBC Tipe Madya Cukai - 7 KPPBC Tipe Madya Pabean - 10 KPPBC Tipe Madya Pabean A - 21 KPPBC Tipe Madya Pabean B - 63 KPPBC Tipe Madya Pabean C
LAKIN DJBC TAHUN 2016
4 1
Bab I Pendahuluan
B. PERAN STRATEGIS ORGANISASI Berdasarkan Rencana Strategis DJBC 2015-2019, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah salah satu institusi pemerintah yang mempunyai peran yang sangat penting dalam menggerakkan roda perekonomian nasional, terutama memperlancar arus barang untuk mendukung Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS), melindungi masyarakat dan industri dalam negeri, menjaga wilayah perbatasan negara, serta melaksanakan pemungutan terhadap barangbarang impor maupun ekspor yang dikenakan pungutan berdasarkan undangundang. Peran tersebut memiliki kontribusi yang signifikan dalam pencapaian pertumbuhan
ekonomi
yang
tinggi
terutama
dalam
menggerakkan
pertumbuhan di sektor riil melalui kebijakan fiskal yang diarahkan terutama untuk meningkatkan dan melindungi industri dan investasi dalam negeri serta meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP - 105/BC/2014 tentang Visi, Misi, dan Fungsi Utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, DJBC memiliki 3 Misi yaitu : 1.
Kami memfasilitasi perdagangan dan industri.
2.
Kami menjaga perbatasan dan melindungi masyarakat Indonesia dari penyelundupan dan perdagangan ilegal.
3.
Kami optimalkan penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai. Terkait 3 (tiga) misi tersebut, DJBC memiliki langkah-langkah untuk
mewujudkan melalui pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang merupakan fungsi utama dari DJBC, antara lain: 1.
Meningkatkan pertumbuhan industri dalam negeri melalui pemberian fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai yang tepat sasaran.
2.
Mewujudkan
iklim
usaha
dan
investasi
yang
kondusif
dengan
memperlancar logistik impor dan ekspor melalui penyederhanaan prosedur kepabeanan dan cukai serta penerapan sistem manajemen risiko yang andal. 3.
Melindungi masyarakat, industri dalam negeri, dan kepentingan nasional melalui pengawasan dan/atau pencegahan masuknya barang impor dan
LAKIN DJBC TAHUN 2016
5 1
Bab I Pendahuluan
keluarnya barang ekspor yang berdampak negatif dan berbahaya yang dilarang dan/atau dibatasi oleh regulasi. 4.
Melakukan pengawasan kegiatan impor, ekspor, dan kegiatan di bidang kepabeanan dan cukai lainnya secara efektif dan efisien melalui penerapan manajemen risiko yang andal, intelijen, dan penyidikan yang kuat, serta penindakan yang tegas dan audit kepabeanan dan cukai yang tepat.
5.
Membatasi, mengawasi, dan/atau mengendalikan produksi, peredaran dan konsumsi barang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik dapat membahayakan
kesehatan,
lingkungan,
ketertiban,
dan
keamanan
masyarakat melalui instrumen cukai yang memperhatikan aspek keadilan dan keseimbangan. 6.
Mengoptimalkan penerimaan negara dalam bentuk bea masuk, bea keluar, dan cukai guna menunjang pembangunan nasional. Sebagai salah satu institusi pendukung pemerintah, DJBC memiliki peran
dalam mewujudkan 2 (empat) dari 9 (sembilan) agenda prioritas pemerintah (NAWA CITA) yaitu : a.
Nawa Cita (1) Menghadirkan Kembali Negara untuk Melindungi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh Warga Negara. DJBC berperan dalam rangka memperkuat jati diri sebagai negara maritim. Sasaran yang ingin diwujudkan adalah menguatnya keamanan laut dan daerah perbatasan dalam rangka menjamin kedaulatan dan integritas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta mengamankan sumber daya alam dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
b. Nawa Cita (3) Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa Dalam Rangka Kerangka Negara Kesatuan. DJBC berperan dalam rangka Pengembangan Kawasan Perbatasan. Sasaran yang ingin diwujudkan adalah meningkatnya kerjasama dan pengelolaan perdagangan perbatasan dengan negara tetangga, ditandai dengan meningkatnya perdagangan ekspor-impor di perbatasan, dan menurunnya kegiatan perdagangan ilegal di perbatasan.
LAKIN DJBC TAHUN 2016
6 1
Bab I Pendahuluan
Sejalan dengan hal tersebut, DJBC juga berkomitmen untuk mendukung pencapaian 2 (dua) dari 7 (tujuh) tujuan strategis yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Keuangan 2015-2019 yaitu : a.
Tujuan kedua : Optimalisasi penerimaan negara dan reformasi administrasi perpajakan serta reformasi kepabeanan dan cukai. Kondisi yang ingin dicapai dalam optimalisasi penerimaan negara dan reformasi administrasi perpajakan serta reformasi kepabeanan dan cukai adalah penerimaan pajak negara yang optimal, penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal dan peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sistem Logistik Nasional.
b. Tujuan keenam : Peningkatan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai serta perbatasan. Kondisi yang ingin dicapai dalam rangka peningkatan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai serta perbatasan adalah optimalisasi pengawasan dalam rangka mendukung fungsi community protection serta melaksanakan fungsi sebagai border management.
LAKIN DJBC TAHUN 2016
7 1
Bab I Pendahuluan
C. SUMBER DAYA ORGANISASI
Dalam menjalankan tugasnya, per 21 Desember 2016 DJBC didukung oleh 13.896 orang pegawai yang tersebar di seluruh Indonesia, bekerja di Kantor Pusat, Kantor Wilayah, Kantor Pelayanan Utama, Kantor Pengawasan dan Pelayanan, Balai Pengujian dan Identifikasi Barang, Pangkalan Sarana Operasi, serta Kantor Bantu Layanan dan Pos Pengawasan. Komposisi pegawai DJBC berdasarkan jabatan, jenis kelamin, golongan kepangkatan, dan pendidikan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Data Pegawai DJBC Berdasarkan Jabatan dan Jenis Kelamin Tahun 2016 Jenis Kelamin Jabatan
Jumlah Laki-laki
Perempuan
Eselon I
1
-
1
Eselon II
32
1
33
Eselon III
220
11
231
Eselon IV
1.144
111
1.255
Eselon V
1.517
242
1.759
PFPD (Fungsional)
209
18
227
Auditor (Fungsional)
293
12
305
31
11
42
-
8
8
8.640
1.395
10.035
12.087
1.809
13.896
Pranata Komputer Tenaga Medis (Fungsional) Pelaksana Total
Sumber data : Bagian Kepegawaian Sekretariat DJBC
LAKIN DJBC TAHUN 2016
8 1
Bab I Pendahuluan
Tabel Data Pegawai DJBC Berdasarkan Pangkat dan Golongan Tahun 2016 Pangkat/ Golongan Ruang Jumlah
Persentase
A
B
C
D
E
Golongan IV
423
141
23
6
-
593
4,27%
Golongan III
1.104
2.302
873
1.010
-
5.289
38,06%
Golongan II
3.301
1.458
1.916
1.338
-
8.013
57,66%
Golongan I
-
-
-
1
-
1
0,01%
Total
13.896
100%
Sumber data : Bagian Kepegawaian Sekretariat DJBC
Tabel Data Pegawai DJBC Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2016 Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase
S3
12
0,07%
S2
1.313
9,31%
D.IV/S1
3.443
24,82%
D.III
1.701
12,91%
D.I
4688
33,74%
SMA
2.605
18,75%
SMP
105
0,76%
29
0,21%
13.896
100%
SD Total
Sumber data : Bagian Kepegawaian Sekretariat DJBC
LAKIN DJBC TAHUN 2016
9 1
Bab I Pendahuluan
Komposisi pegawai DJBC terdiri atas pegawai laki-laki sejumlah 12.087 orang (86,98%) dan pegawai perempuan sejumlah 1.809 orang (13,02%). Jumlah pegawai berdasarkan pangkat dan golongan adalah pegawai Golongan IV sejumlah 593 orang (4,27%), Golongan III sejumlah 5.289 orang (38,06%), Golongan II sejumlah 8.013 orang (57,66%), dan Golongan I sejumlah 1 orang (0,01%). Sedangkan jumlah pegawai berdasarkan pendidikannya adalah pegawai yang memiliki gelar S3 sejumlah 12 orang (0,09%), gelar S2 sejumlah 1.313 orang (9,45%), gelar S1/Diploma IV (D.IV) sejumlah 3.443 orang (24,78%), Diploma III (D.III) sejumlah 1.701 orang (12,24%), Diploma I (D.I) sejumlah 4.688 orang (33,74%), SMA sejumlah 2.605 orang (18,75%), SMP sejumlah 105 orang (0,76%), dan pendidikan tingkat SD sejumlah 29 orang (0,21%).
LAKIN DJBC TAHUN 2016
10 1
Bab I Pendahuluan
D. SISTEMATIKA PELAPORAN Laporan Kinerja (LAKIN) DJBC Tahun 2016 ini disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut : Bab I
Pendahuluan Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek peran strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi, adapun poin-poin yang ditampilkan adalah sebagai berikut: A.
Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi;
B.
Peran Strategis Organisasi;
C.
Sumber Daya Organisasi;
D.
Sistematika Pelaporan.
Bab II Perencanaan Kinerja Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar Perjanjian Kinerja atau Kontrak Kinerja Kemenkeu-One tahun 2016, sebagai berikut: A.
Rencana Strategis Pada sub bab ini disajikan pernyataan visi dan misi, penetapan tujuan dan sasaran, serta program dan kegiatan.
B.
Penetapan Perjanjian Kinerja Pada sub bab ini disajikan Peta Strategi DJBC tahun 2016 dan rincian Sasaran Strategis dan IKU sesuai dengan Kontrak Kinerja tahun 2016.
Bab III Akuntabilitas Kinerja A.
Capaian Kinerja Organisasi Pada sub bab ini disajikan ikhtisar capaian kinerja organisasi sesuai dengan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Tahun 2016 yang memuat penjelasan umum terkait status capaian kinerja organisasi.
LAKIN DJBC TAHUN 2016
11 1
Bab I Pendahuluan
B.
Evaluasi dan Analisis IKU Tahun 2016 Pada sub bab ini disajikan pengukuran capaian kinerja organisasi sesuai dengan konsep BSC dengan cara membandingkan antara realisasi IKU yang terdapat dalam Peta Strategi DJBC tahun 2016 dengan
targetnya
serta
analisa
atas
ketercapaian
atau
ketidaktercapaian target. C.
Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Lainnya Pada sub bab ini diuraikan capaian-capaian organisasi selama satu tahun, berupa kegiatan-kegiatan ad hoc dan kinerja yang tidak terukur di dalam BSC.
D.
Realisasi Anggaran Pada sub bab ini disajikan alokasi dan sumber pembiayaan beserta realisasi anggaran untuk membiayai program dan kegiatan DJBC selama Tahun Anggaran 2016.
Bab IV Penutup Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah-langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk dapat meningkatkan kinerjanya.
LAKIN DJBC TAHUN 2016
12 1
BAB II LAKIN DJBC 2016
PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis B. Perjanjian Kinerja
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
A. RENCANA STRATEGIS
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional setiap Kementerian diwajibkan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kementerian/Lembaga yang disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra KL) untuk periode lima
tahun
dan
menyusun
Rencana
Pembangunan
Tahunan
Kementerian/Lembaga yang disebut Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL) untuk periode satu tahun. Sebagai
tindak
lanjut
undang-undang
tersebut
dan
dengan
memperhatikan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor
Bab II Perencanaan Kinerja 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga 2015-2019, Kementerian Keuangan telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Keuangan tahun 2015-2019 yang merupakan penjabaran visi dan misi Kementerian Keuangan yang berisi tujuan, sasaran dan kebijakan Kementerian Keuangan untuk periode lima tahun sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.01/2015 tanggal 27 Maret 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019. Sebagai bagian dari Kementerian Keuangan, DJBC juga telah menyusun Renstra tahun 2015-2019 yang meliputi rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi dan kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Renstra DJBC Tahun 2015-2019 telah ditetapkan dengan KEP-77/BC/2015 tanggal 27 April 2015 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tahun 20152019. Kemajuan pencapaian target Renstra DJBC Tahun 2015-2019 pada tahun 2016 ini dapat dilihat pada Lampiran III. 1.
Visi dan Misi Memperhatikan dinamika lingkungan yang dihadapi, Visi dan Misi DJBC
telah mengalami penyempurnaan sehingga mampu mencerminkan cita-cita tertinggi DJBC, mengurangi keambiguan prioritas antar mandat, dan menanamkan kebanggaan dalam jiwa seluruh Sumber Daya Manusia DJBC. Pernyataan visi dan misi yang jelas juga akan memastikan DJBC untuk memprioritaskan inisiatif transformasi yang selaras dengan aspirasi jangka panjang DJBC dan Kementerian Keuangan untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional. Visi, Misi DJBC yang telah disempurnakan tersebut telah ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-105/BC/2014 tanggal 29 Agustus 2014 tentang Visi, Misi, dan Fungsi Utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pernyataan Visi DJBC adalah: “Menjadi institusi kepabeanan dan cukai yang terkemuka di dunia” Visi ini bermakna suatu pandangan ke depan dan cita-cita untuk menempatkan DJBC dalam jajaran institusi kepabeanan dan cukai yang
LAKIN DJBC TAHUN 2016
14 1
Bab II Perencanaan Kinerja terkemuka di dunia, yang mampu menyeimbangkan antara pelayanan dan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk, bea keluar, dan cukai. Sebagai sebuah institusi pemerintah, DJBC memiliki sesuatu yang harus diemban dan dilaksanakan sesuai dengan visi yang telah ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik yang berupa misi Direktorat Jenderal. Pernyatan Misi DJBC yaitu: a. Kami memfasilitasi perdagangan dan industri; b. Kami melindungi perbatasan dan masyarakat Indonesia dari penyelundupan dan perdagangan ilegal; c. Kami optimalkan penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai. 2.
Fungsi Utama Fungsi utama merupakan bentuk penjabaran/artikulasi dari 3 (tiga) misi
DJBC yang menggambarkan fungsi-fungsi utama (core business) yang menjadi wewenang DJBC. Fungsi utama DJBC yaitu: a. Meningkatkan pertumbuhan industri dalam negeri melalui pemberian fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai yang tepat sasaran. b. Mewujudkan iklim usaha dan investasi yang kondusif dengan memperlancar logistik impor dan ekspor melalui penyederhanaan prosedur kepabeanan dan cukai serta penerapan sistem manajemen risiko yang andal. c. Melindungi masyarakat, industri dalam negeri, dan kepentingan nasional melalui pengawasan dan/atau pencegahan masuknya barang impor dan keluarnya barang ekspor yang berdampak negatif dan berbahaya yang dilarang dan/atau dibatasi oleh regulasi. d. Melakukan pengawasan kegiatan impor, ekspor, dan kegiatan di bidang kepabeanan dan cukai lainnya secara efektif dan efisien melalui penerapan manajemen risiko yang andal, intelijen dan penyidikan yang kuat, penindakan yang tegas, dan audit kepabeanan dan cukai yang tepat. e. Membatasi, mengawasi, dan/atau mengendalikan produksi, peredaran dan konsumsi barang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik dapat
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
15
Bab II Perencanaan Kinerja membahayakan
kesehatan,
lingkungan,
ketertiban,
dan
keamanan
masyarakat melalui instrumen cukai yang memperhatikan aspek keadilan dan keseimbangan. f. Mengoptimalkan penerimaan negara dalam bentuk bea masuk, bea keluar, dan cukai guna menunjang pembangunan nasional. 3.
Tujuan dan Sasaran Dalam Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2015 – 2019, telah
ditetapkan 7 (tujuh) tujuan Kementerian Keuangan. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bertanggung-jawab pada pencapaian 2 (dua) tujuan Kementerian Keuangan yaitu: a.
Tujuan kedua : Optimalisasi penerimaan negara dan reformasi administrasi perpajakan serta reformasi kepabeanan dan cukai; dan
b.
Tujuan keenam : Peningkatan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai serta perbatasan. Dalam rangka mendukung dua tujuan sebagaimana disebutkan di atas,
DJBC telah menetapkan sasaran strategis sebagai berikut: a.
Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam tujuan optimalisasi penerimaan negara dan reformasi administrasi perpajakan serta reformasi kepabeanan dan cukai adalah: 1) Peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sistem Logistik Nasional, dengan indikator percepatan waktu penyelesaian proses kepabeanan (customs clearance time) untuk mendukung upaya penurunan rata-rata waktu bongkar kontainer/peti kemas dari kapal hingga keluar dari pelabuhan (dwelling time). 2) Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal, dengan indikator pencapaian target penerimaan bea dan cukai yang ditetapkan dalam APBN/APBN-P.
b. Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam tujuan peningkatan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai serta perbatasan adalah optimalisasi pengawasan dalam rangka mendukung fungsi community protection serta
LAKIN DJBC TAHUN 2016
16 1
Bab II Perencanaan Kinerja melaksanakan fungsi sebagai border management, dengan indikator proses tindak lanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan cukai. c.
Selain sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Keuangan 2015-2019, dalam rangka mendukung pencapaian tujuan dan kinerja organisasi, DJBC telah menetapkan pula beberapa sasaran strategis sebagaimana tercantum juga pada Peta Strategi Direktur Jenderal tahun 2016 serta penjelasan dalam Manual IKU yaitu: 1) Sasaran strategis penegakan hukum yang efektif. Penegakan hukum adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin terpenuhinya ketaatan terhadap peraturan yang berlaku di bidang kepabeanan dan cukai. Penegakan hukum yang efektif bertujuan untuk pengamanan hak keuangan negara dan perlindungan masyarakat, industri dalam negeri dan kepentingan nasional, dengan indikator keberhasilan penyidikan di bidang kepabeanan dan cukai dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P-21). 2) Sasaran strategis kepuasan pengguna layanan yang tinggi terhadap pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai yang diukur berdasarkan hasil survei kepuasan pengguna layanan oleh lembaga independen. 3) Sasaran strategis kepatuhan pengguna layanan kepabeanan dan cukai yang tinggi dalam menaati setiap peraturan di bidang kepabeanan dan cukai yang telah ditetapkan. 4) Sasaran strategis analisis perumusan kebijakan yang optimal dalam upaya pengkajian dan proses penelaahan atas situasi dan kondisi yang berkembang di organisasi dan proses perencanaan langkah-langkah organisasi ke depan, serta perumusan kebijakan atas proses penelaahan permasalahan di bidang kepabeanan dan cukai yang didasari pada pertimbangan kepentingan nasional dan keselarasan dengan standar internasional. 5) Sasaran
strategis
peningkatan
pelayanan prima
dalam
rangka
pelaksanaan tugas pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai dengan mengutamakan kepentingan pengguna layanan (customer) dan mengacu
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
17
Bab II Perencanaan Kinerja kepada standar waktu layanan dalam rangka mendukung industri dan memfasilitasi perdagangan. 6) Sasaran strategis edukasi dan komunikasi yang efektif untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi atas peraturan
dan
perundang-undangan
yang
berlaku
di
bidang
kepabeanan dan cukai yang pada akhirnya akan memperlancar proses pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai. 7) Sasaran strategis pengendalian mutu yang optimal dalam rangka mengawasi, mengamati, mengecek dengan cermat, memantau pekerjaan maupun laporan agar pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku. 8) Sasaran strategis Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompetitif dalam upaya membentuk SDM DJBC yang memiliki nilai kompetensi sama atau di atas Standar Kompetensi Jabatan Kementerian Keuangan, baik hard maupun soft competencies untuk kepentingan jangka panjang. 9) Sasaran strategis organisasi yang kondusif dalam rangka membentuk organisasi baik tingkat pusat, instansi vertikal maupun unit pelaksana teknis yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan pelaksanaan tugas dan tuntutan masyarakat. 10) Sasaran strategis sistem informasi manajemen yang andal yang merupakan perwujudan suatu kesatuan sistem informasi yang utuh dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem, serta mengoptimalkan penggunaan sistem informasi dan sumber daya yang ada secara keseluruhan. 11) Sasaran strategis pengelolaan anggaran yang optimal dalam rangka pengelolaan sumber daya organisasi berupa dana yang tersedia dalam dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA) yang harus dikelola dengan optimal
sesuai
rencana
yang
telah
ditetapkan
dan
dipertanggungjawabkan.
LAKIN DJBC TAHUN 2016
18 1
dapat
Bab II Perencanaan Kinerja 4.
Program dan Kegiatan Pelaksanaan tujuan dan sasaran strategis DJBC yang telah ditetapkan
secara lebih rinci diterjemahkan dalam Rencana Kerja (Renja) DJBC, yang merupakan penjabaran secara tahunan dari kegiatan dalam Rencana Strategis DJBC tahun 2015-2019. Renja DJBC berisi program, kegiatan, Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dan output beserta targetnya. Rincian program dan kegiatan DJBC pada tahun 2016 tertuang dalam matriks kinerja Renja DJBC tahun 2016 sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran II.
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
19
Bab II Perencanaan Kinerja
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja (PK) pada dasarnya
adalah
pernyataan
komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja secara jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun. Perjanjian kinerja disusun dengan menetapkan sasaran yang mencerminkan sesuatu yang akan
dicapai
secara
nyata
dari
pelaksanaan program dalam rumusan yang
spesifik,
berorientasi
pada
terukur, hasil
dan
(outcome).
Dalam penyusunan perjanjian kinerja juga ditetapkan ukuran-ukuran kinerja yang jelas berupa indikator kinerja serta penetapan rencana tingkat capaian untuk masing-masing indikator. Perjanjian Kinerja Tahun Anggaran 2016 DJBC disusun dengan mendasarkan pada sistem pengelolaan kinerja berbasis Balanced Score Cards (BSC) sehingga kinerja DJBC diukur atas dasar penilaian Indikator Kinerja Utama (sebagai cerminan pencapaian output) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian sasaran-sasaran strategis (sebagai cerminan pencapaian outcome) sebagaimana telah ditetapkan dalam Kontrak Kinerja antara Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan Menteri Keuangan tahun 2016. Perjanjian Kinerja yang berisi Peta Strategi, Sasaran Strategis (SS), Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Kontrak Kinerja dalam konsep BSC telah sejalan dengan Permenpan RB Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Reviu Atas Pelaporan Kinerja.
LAKIN DJBC TAHUN 2016
20 1
Bab II Perencanaan Kinerja Dalam konsep BSC, Sasaran Strategis (SS) tersebut kemudian dipetakan dalam suatu Peta Strategi berupa kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan strategi organisasi. Peta Strategi DJBC Tahun 2016 tertuang dalam Kontrak Kinerja Nomor : 4/KK/2016 tanggal 19 Januari 2016 dan addendum Kontrak Kinerja Nomor : 4A/KK/2016 tanggal 20 Juli 2016 yaitu sebagaimana dalam diagram berikut: Diagram PETA STRATEGI DJBC Tahun 2016
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
21
Bab II Perencanaan Kinerja Peta Strategi terdiri dari sejumlah SS yang dikelompokkan dalam berbagai perspektif. Perspektif merupakan cara pandang yang digunakan dalam BSC untuk mengelola kinerja organisasi. Sesuai dengan perspektif dalam BSC Kemenkeu, terdapat 4 perspektif pada DJBC yaitu Stakeholder Perspective, Customer Perspective, Internal Process Perspective, dan Learning and Growth Perspective. Dalam Peta Strategi DJBC Tahun 2016 telah ditetapkan 14 (empat belas) Sasaran Strategis (SS) dan 24 (dua puluh empat) Indikator Kinerja Utama (IKU). Sasaran Strategis dan IKU beserta targetnya (sebagaimana juga tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja/Kontrak Kinerja DJBC Tahun 2016) adalah sebagai berikut : Tabel Sasaran Strategis dan IKU DJBC Tahun 2016 No.
Sasaran Program/Kegiatan
Indikator Kinerja
Target 1,2 hari
1.
Peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sislognas
1a-CP
Waktu penyelesaian proses kepabeanan
2.
Penegakan hukum yang efektif
2a-CP
Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh kejaksaan (P21)
60%
2b-N
Persentase kemenangan sengketa banding di Pengadilan Pajak
30%
3a-N
Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai
100%
3b-N
Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai
Rp 3 T
Kepuasan pengguna layanan yang tinggi
4a-CP
Indeks kepuasan pengguna layanan
4
Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi
5a-CP
3.
4.
5.
Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal
(Skala 5)
Persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan
LAKIN DJBC TAHUN 2016
22 1
80%
Bab II Perencanaan Kinerja No.
6.
Sasaran Program/Kegiatan
Analisis perumusan kebijakan yang optimal
Indikator Kinerja 5b-N
Persentase piutang bea dan cukai yang diselesaikan
6a-N
Indeks penyelesaian rumusan kebijakan di bidang kepabeanan internasional
Target 82% 3 (Skala 4)
6b-N
Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat
5%
100%
7.
Peningkatan pelayanan prima
7a-N
Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan
8.
Edukasi dan komunikasi yang efektif
8a-N
Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi
Peningkatan efektivitas pengawasan kepabeanan dan cukai
9a-CP
Persentase keberhasilan pelaksanaan joint audit
88,2%
9b-N
Persentase tindak lanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan cukai
80%
9c-N
Indeks efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai
4,25
9.
10.
Pengendalian mutu yang optimal
79 (Skala 100)
(Skala 5)
10a-CP
Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti
48%
10b-N
Rata-rata persentase tingkat efektivitas monitoring dan pengawasan kepatuhan internal
85%
10c-N
Persentase hit-rate dari importasi jalur merah
25%
11.
SDM yang kompetitif
11a-N
Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency
90%
12.
Organisasi yang kondusif
12a-CP
Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan
87%
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
23
Bab II Perencanaan Kinerja No.
13.
14.
Sasaran Program/Kegiatan
Sistem informasi manajemen yang andal
Pengelolaan anggaran yang optimal
Indikator Kinerja
Target
12b-N
Tingkat penyelesaian pengembangan jabatan fungsional
75%
13a-CP
Tingkat downtime sistem TIK
1%
13b-N
Persentase penyelesaian tahapan integrasi sistem kepabeanan dan cukai
75%
14a-CP
Persentase kualitas pelaksanaan anggaran
95%
Keterangan : Kode CP adalah Kode IKU yang di-cascade dari Kemenkeu-Wide
LAKIN DJBC TAHUN 2016
24 1
BAB III LAKIN DJBC 2016
AKUNTABILITAS KINERJA A. B. C. D.
Capaian Kinerja Organisasi Evaluasi dan Analisis Kinerja Kinerja Lainnya Akuntabilitas Keuangan
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Pengukuran tingkat capaian kinerja DJBC tahun 2016 sesuai dengan konsep BSC dilakukan dengan cara membandingkan antara capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang terdapat dalam Peta Strategi Kemenkeu-One DJBC Tahun 2016 dengan targetnya. Secara umum target IKU DJBC Tahun 2016 sebagaimana tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja/Kontrak Kinerja dapat tercapai dengan baik walaupun masih terdapat 4 IKU yang pencapaiannya berada di bawah target yang ditetapkan. Dari 24 IKU, terdapat 21 IKU berstatus “hijau” (realisasi
Bab III Akuntabilitas Kinerja
minimal 100% dari target yang ditetapkan), 1 IKU berstatus “kuning” (realisasi minimal 80% dan kurang dari 100% dari target yang ditetapkan), 1 IKU berstatus “merah” (realisasi kurang dari 80% dari target yang ditetapkan) dan 1 IKU berstatus “abu-abu”. Satu IKU dengan capaian “kuning” yaitu IKU “Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai “. Satu IKU dengan capaian “merah” yaitu IKU “Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai”. Sedangan satu IKU yang berstatus “abu-abu” yaitu IKU “Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti”. Rincian status IKU tersebut dapat dilihat pada diagram berikut: 1 IKU Kuning, 1 IKU Abu-abu, , 4% 4% 1 IKU Merah, 4%
21 IKU Hijau, 88% Gambar 3.1 Rincian Status Capaian Kinerja DJBC T.A 2016 Capaian Tahun 2016, dari 24 IKU terdapat:
IKU berstatus Hijau : 21 IKU Berstatus Kuning : 1 IKU Berstatus Merah : 1 IKU Berstatus Abu-Abu : 1 Secara rinci data pencapaian target IKU Kemenkeu-One DJBC Tahun
2016 dapat disajikan sebagaimana tabel berikut :
26
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.1 Capaian Kinerja DJBC T.A. 2016 Tahun 2016 KODE SS-1 1a-CP SS-2
IKU
Target
Realisasi
%
Peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sislognas Waktu penyelesaian proses kepabeanan
1,2 hari
0,81 hari
120%
Penegakan hukum yang efektif
2a-CP
Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh kejaksaan (P21)
60%
94,87%
120%
2b-N
Persentase kemenangan sengketa banding di Pengadilan Pajak
30%
66,94%
120%
SS-3
Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal
3a-N
Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai
3b-N SS-4 4a-CP SS-5
Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai Kepuasan pengguna layanan yang tinggi Indeks kepuasan pengguna layanan
100%
97,15%
97,15%
Rp 3 T
Rp854 M
0%
4 (Skala 5)
4,04
101%
Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi
5a-CP
Persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan
80%
86,94%
108,67%
5b-N
Persentase piutang bea dan cukai yang diselesaikan
82%
93,32%
113,80%
SS-6
Analisis perumusan kebijakan yang optimal
6a-N
Indeks penyelesaian rumusan kebijakan di bidang kepabeanan internasional
3 (Skala 4)
3,67
120%
6b-N
Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat
5%
2,74%
120%
SS-7
Peningkatan pelayanan prima
7a-N
Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan
100%
114,19%
114,19%
SS-8
Edukasi dan komunikasi yang efektif 82,43
104,34%
88,2%
104,78%
118,80%
80%
94,75%
118,44%
8a-N SS-9
79 Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi (Skala 100) Peningkatan efektivitas pengawasan Kepabeanan dan Cukai
9a-CP
Persentase keberhasilan pelaksanaan Joint Audit
9b-N
Persentase tindak lanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan cukai
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
27
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tahun 2016 KODE
IKU
9c-N
Indeks efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai
SS-10
Pengendalian mutu yang optimal
10a-CP 10b-N 10c-N SS-11 11a-N SS-12 12a-CP
Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti Rata-rat persentase tingkat efektivitas monitoring dan pengawasan kepatuhan internal Persentase hit rate dari importasi jalur merah SDM yang kompetitif Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency Organisasi yang kondusif Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan
12b-N
Tingkat penyelesaian pengembangan jabatan fungsional
SS-13
Sistem manajemen informasi yang andal
Target
Realisasi
%
4,25 (Skala 5)
4,50
105,88%
48%
N/A
N/A
85%
97,1%
114,24%
25%
34,70%
120%
90%
95,84%
106,49%
87%
100%
114,94%
70%
100%
120%
13a-CP
Tingkat downtime sistem TIK
1%
0,30%
120%
13b-N
Persentase penyelesaian tahapan integrasi sistem kepabeanan dan cukai
75%
99,79%
120%
SS-14
Pengelolaan anggaran yang optimal 95%
97,06%
102,17%
14a-CP
Persentase kualitas pelaksanaan anggaran
Nilai Kinerja Organisasi (NKO)
108,46
Keterangan : CP = IKU yang di-cascade dari Kemenkeu-Wide; N= IKU Non-Cascading Indeks Capaian IKU maksimal 120%
28
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
B. EVALUASI DAN ANALISIS KINERJA SS-1 PENINGKATAN KELANCARAN ARUS BARANG DALAM RANGKA MENDUKUNG SISLOGNAS Kelancaran
arus
barang
adalah
variabel
yang
penting
dalam
meningkatkan kemampuan daya saing produsen dalam negeri, untuk itu Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang tugas dan fungsinya memiliki peran strategis dalam memastikan terwujudnya kelancaran arus barang masuk dan keluar Daerah Pabean berusaha untuk selalu meningkatkan kinerjanya yang berpengaruh
pada
kelancaran
arus
barang.
Capaian
Sasaran
Strategis
Peningkatan Kelancaran Arus Barang Dalam Rangka Mendukung Sislognas pada tahun 2016 sebesar 120%. Capaian ini diperoleh dari indeks capaian IKU Waktu Penyelesaian Proses Kepabeanan.
Gambar 3.2 Pelabuhan Bongkar Muat
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
29
Bab III Akuntabilitas Kinerja
1a-CP Waktu Penyelesaian Proses Kepabeanan IKU Waktu Penyelesaian Proses Kepabeanan (Customs Clearance Time) bertujuan untuk mempercepat kinerja proses pengeluaran barang impor sebagai upaya untuk memberikan pelayanan yang lebih baik serta untuk mengukur kehandalan sistem yang telah diterapkan dalam rangka mendukung sistem logistik nasional (sislognas). Customs merupakan
clearance
salah
satu
time mata
rantai dalam proses pergerakan arus barang sebagai bagian dari dwelling
time.
Dwelling
time
adalah lama waktu sejak barang impor dibongkar dari kapal sampai dengan barang keluar dari
Gambar 3.3 Proses Bongkar Muat Barang
pelabuhan.
Indikasi
perhitungan dwelling time adalah lamanya kontainer impor ditumpuk di pelabuhan (waktu penumpukan kontainer di pelabuhan).
Gambar 3.4 Komponen Dwelling Time Barang Impor Dwelling time dapat dibagi menjadi pre-clearance, custom clearance dan postclearance. Aktivitas pre-clearance adalah proses sejak kedatangan sarana pengangkut hingga peti kemas diletakkan di tempat penimbunan sementara (TPS) dan peninjauan nomor pendaftaran Pemberitahuan Impor Barang (PIB). Customs Clearance Time khususnya untuk kegiatan impor dimulai dari waktu
30
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
importir/PPJK melakukan loading Pemberitahuan Impor Barang (PIB) ke sistem in house Bea Cukai sampai dengan waktu penerbitan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB). Aktivitas post-clearance adalah peti kemas diangkut keluar pelabuhan dan pembayaran ke operator pelabuhan. Dalam proses dwelling time, DJBC berkontribusi terhadap kinerja Customs clearance time untuk mempercepat proses penyelesaian kewajiban kepabeanan barang impor sehingga waktu barang impor keluar dari pelabuhan juga menjadi lebih cepat yang diharapkan dapat mendukung distribusi logistik nasional Indonesia. Setiap barang impor yang masuk ke dalam daerah pabean dilakukan pemeriksaan secara selektif dengan mempertimbangkan tingkat risiko yang melekat pada importir dan barang. Perpaduan antara profil importir dan profil komoditi tersebut yang menghasilkan penjaluran barang impor. Jenis penjaluran barang impor antara lain jalur merah, jalur kuning, jalur hijau, jalur Mitra Utama (MITA) Non Prioritas, dan jalur MITA Prioritas. Tiap-tiap jalur tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, untuk jalur merah dilakukan proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dengan dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen sebelum penerbitan SPPB. Untuk jalur kuning adalah proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik, tapi dilakukan penelitian dokumen sebelum penerbitan SPPB. Adapun jalur hijau merupakan proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik, tapi dilakukan penelitian dokumen setelah penerbitan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB). Sedangkan dua jalur prioritas, yaitu MITA Non Prioritas dan MITA Prioritas memungkinkan proses pengeluaran barang impor tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen. Perbedaannya pada importir jalur MITA Non Prioritas tetap akan dilakukan pemeriksaan untuk barang ekspor yang diimpor kembali (reimpor), barang yang terkena pemeriksaan acak, atau barang impor sementara. Penjaluran ini merupakan proses pengawasan yang dilakukan petugas Bea Cukai dalam
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
31
Bab III Akuntabilitas Kinerja
pelayanan kegiatan impor agar tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab Waktu
penyelesaian
proses
kepabeanan
yang
diukur
meliputi
penyelesaian seluruh dokumen impor yang meliputi jalur merah, jalur kuning, jalur hijau, dan jalur Mitra Utama karena merepresentasikan seluruh pengguna jasa yang terlibat dalam proses importasi di pelabuhan. Hal ini sejalan dengan pengukuran dwelling time yang mengukur waktu pengeluaran kontainer sejak dibongkar dari kapal sampai dengan kontainer keluar dari pelabuhan untuk semua jalur. Monitoring terhadap Customs Clearance Time dilakukan terhadap kegiatan layanan importasi pada seluruh kantor pelayanan Bea dan Cukai. Guna mendukung alokasi sumber daya secara optimal dan fokus terhadap importasi yang mendorong perekonomian nasional, Customs Clearance Time secara khusus dimonitor dengan pengukuran pencapaian IKU Customs Clearance Time terhadap kegiatan layanan importasi pada kantor pelayanan Bea dan Cukai di 4 (empat) pelabuhan utama, yaitu: 1.
Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok,
2.
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Perak,
3.
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Belawan, dan
4.
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Emas. Keempat pelabuhan tersebut memiliki persentase kagiatan importasi
terbear secara nasional. Hal ini dapat terlihat dari besarnya kontribusi total jumlah dokumen PIB (69,8%) dan total jumlah TEU (92,7%) keempat pelabuhan tersebut dibandingkan data importasi nasional. Adapun rincian kontribusi dimaksud adalah sebagai berikut :
32
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.2 Kontribusi Jumlah Dokumen PIB dan Jumlah Teus Pada 4 Pelabuhan Utama Tahun 2016 Nama Kantor
Jumlah PIB
Jumlah TEU
%
%
KPU Tanjung Priok
555.748
49,4%
1.505.821
57,7%
KPPBC Tanjung Perak
128.673
11,4%
559.860
21,5%
KPPBC Tanjung Emas
62.791
5,6%
195.068
7,5%
KPPBC Belawan
38.441
3,4%
157.276
6,0%
TOTAL Nasional
69,8% 1.124.674
92,7% 2.608.272
Sumber data : Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai Catatan : 1. Angka persentase dihasilkan dengan membandingkan antara jumlah PIB/TEU tiap kantor dan jumlah PIB/TEU secara nasional 2. Ukuran muatan dalam pembongkaran/pemuatan kapal peti kemas dinyatakan dalam TEU (twenty foot equivalent unit). Oleh karena ukuran standar dari peti kemas dimulai dari panjang 20 feet, maka satu peti kemas 20’ dinyatakan sebagai 1 TEU dan peti kemas 40’ dinyatakan sebagai 2 TEU atau sering juga dinyatakan delam FEU (fourty foot equivalent unit)
Pada awalnya (Januari 2016) Customs Clearance Time khususnya untuk kegiatan impor dimulai dari waktu importir/PPJK melakukan
loading
Pemberitahuan Impor Barang (PIB) ke sistem in house Bea Cukai sampai dengan waktu penerbitan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB). Sehingga dapat disebutkan
bahwa
parameter
penyelesaian
kepabeanan
adalah
tanggal
penyelesaian SPPB. Sejak September 2016 dengan berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor PER-16/BC/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Barang Impor untuk Dipakai, definisi waktu penyelesaian proses kepabeanan untuk kegiatan impor yang sebelumnya dimulai dari waktu importir/PPJK melakukan loading PIB ke sistem in house Bea dan Cukai diubah menjadi dimuali dari waktu penetapan jalur pengeluaran barang impor. IKU ini merupakan IKU dengan polarisasi minimize (semakin kecil realisasinya dibandingkan target, semakin baik). Pada tahun 2016 realisasi IKU
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
33
Bab III Akuntabilitas Kinerja
ini adalah 0,81 hari dari target yang ditetapkan sebesar 1,2 hari. Rata-rata waktu penyelesaian proses kepabeanan pada 4 (empat) kantor besar, secara rinci dapat
HARI
dilihat dalam tabel berikut : 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
Jan
Feb
mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sept
Okt
Nov
Des
1.2
1.2
1.2
1.2
1.2
1.2
1.2
1.2
1.2
1.2
1.2
1.2
Realisasi 1.25
1.16
0.86
0.91
1.03
0.95
0.76
1.07
0.85
0.56
0.62
0.81
Target
Target
Realisasi
Gambar 3.5 Rata-rata Customs Clearance Time di 4 Pelabuhan Utama Tahun 2016
Realisasi IKU 0,81 hari telah melebihi target yang telah ditetapkan pada Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2016, yaitu 1,4 hari. Target Customs Clearance Time tahun 2016 meningkat dibandingkan dengan target tahun 2015 yaitu 1,5 hari. Realisasi IKU ini juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 yaitu 1,20 hari. Tabel 3.3 Perbandingan Realisasi IKU Tahun 2014 s.d 2016 Kantor Tg. Priok Belawan Tg. Emas Tg. Perak Target Capaian (rata-rata)
Realisasi 2014 1,24 hari 1,38 hari 2,05 hari 0,97 hari (3 hari) 1,41 hari
Realisasi 2015 0,98 hari 1,26 hari 1,75 hari 0,81 hari (1,5 hari)
Realisasi 2016 0,78 hari 0,79 hari 1,51 hari 0,61 hari (1,2 hari)
1,2 hari
0,81 hari
Sumber : Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal) dan LAKIN 2014 & 2015
34
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
PERBANDINGAN REALISASI IKU TAHUN 2014 S.D 2016 Target
Realisasi
3.5 3 2.5 2
1.5 1 0.5 0 TAHUN 2014
TAHUN 2015
TAHUN 2016
Gambar 3.6 Realisasi Waktu Penyelesaian Kepabeanan 2014-2016 Hal ini menunjukkan bahwa terdapat tren peningkatan percepatan Customs Clearance Time sehingga proses pengeluaran barang impor di pelabuhan menjadi lebih cepat yang sejalan bahkan lebih cepat dari target sampai dengan tahun 2019 pada Rencana Strategis Kementerian Keuangan yang menjadi 1 hari.
Kantor
Jalur Hijau
Jalur Kuning
Jalur Merah
Total Dokumen
Jalur Mita
Total Waktu (hari)
Tabel 3.4 Waktu Penyelesaian Proses Kepabeanan Tahun 2016 Ratarata waktu total
Target Waktu
Ratarata waktu
∑ dok
Ratarata waktu
∑ dok
Ratarata waktu
∑ dok
Ratarata waktu
∑ dok
Tg. Priok
0,057
109.165
0,07
322.922
2,5
89.391
4,9
35.927
432.188 557.405
0,78
0,98 hari
Belawan
0,024
723
0,02
18.269
1,0
13.390
2,7
6.259
30.573
38.641
0,79
1,27 hari
Tg. Emas
0,020
312
0,07
24.034
1,9
23.200
3,2
15.439
95.245
62.985
1,51
1,75 hari
Tg. Perak
0,010
9.024
0,03
82.589
1,5
27.066
3,5
10.393
78.926
129.072
0,61
0,81 hari
636.932 788.103
0,81
1,2 hari
Rata-Rata
Catatan : Satuan waktu dalam hari (Polarisasi Minimize) Rata-rata waktu Januari – Agustus : waktu load PIB s.d. waktu SPPB Rata-rata waktu September – Desember : waktu ambil jalur s.d. waktu SPPB (sesuai ketentuan Per-16/BC/2016) Sumber : Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal)
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata waktu penyelesaian proses kepabeanan pada 4 kantor yang mengawasi pelabuhan utama mencapai
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
35
Bab III Akuntabilitas Kinerja
0,81 hari, dengan waktu paling cepat 0,78 hari pada KPU BC Tipe A Tanjung Priok, dan waktu terlama 1,51 hari pada KPPBC Tipe Madya Pabean Tanjung Emas. Hal ini disebabkan karena pada KPPBC Tipe Madya Pabean Tanjung Emas belum diberlakukan pelayanan 24/7 (24 jam dalam 7 hari seminggu). Rata-rata
waktu
penyelesaian
proses
kepabeanan pada KPU Tanjung
Priok
sesuai
dengan perhitungan IKU pada tahun 2016 yaitu 0,78
hari.
Sesuai
karakteristiknya,
Gambar 3.7 Penimbunan Barang di TPS
penyelesaian
Customs
Clearance di jalur kuning dan jalur merah lebih lama dibandingkan dengan jalur Mitra Utama atau pun jalur hijau. Untuk itu dilakukan evaluasi atas importansi di kedua jalur tersebut. Hasil evaluasi di jalur kuning berupa usulan untuk upgrade dan downgrade dengan kriteria sebagai berikut : 1) Jenis Importir (IP/IU); 2) Volume Importansi; 3) Jumlah Notul; 4) Uji Eksistensi; 5) Nature of Business; 6) Jumlah PPJK yang mengurus; 7) Tunggakan, tagihan dan keberatan; 8) Hasil surveillance dan Nota Hasil Intelijen (NHI); dan 9) Pengaduan. Sedangkan upaya untuk menurunkan dwelling time di jalur merah diawali dengan mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam menurunkan Customs Clearance yaitu : 1) Masih lamanya penarikan kontainer untuk periksa fisik; dan
36
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
2) Lamanya pengurus perusahaan barang siap dalam pendampingan periksa fisik. Berdasarkan hasil identifikasi kendala pelaksanaan Customs Clearance, maka disusun langkah-langkah kegiatan yang diharapkan dapat mempercepat proses Customs Clearance di jalur merah yaitu sebagai berikut : 1. Integrasi sistem antara bebrapa tempat Tempat Penimbunan Sementara (TPS) dalam hal penarikan kontainer untuk periksa fisik dari terminal bongkar; 2. Percepatan eksekusi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dokumen yang disaksikan oleh kuasa importir (pengusaha TPS) tanpa harus menunggu pengurus barang hadir menyaksikan pemeriksaan fisik. Ini merupakan implementasi Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor Per12/BC/2016 tentang Pemeriksaan Fisik Barang Impor. Dari sisi pencapaian IKU, rata-rata waktu penyelesaian proses kepabeanan telah melebihi target yang ditetapkan. Walaupun demikian, dalam pemenuhan target dwelling time yang ditetapkan pemerintah masih terdapat kendala yang dihadapi DJBC di Pelabuhan Tanjung Priok antara lain : 1.
Belum optimalnya sinergi para stakeholder di pelabuhan;
2.
Masih lamanya waktu penarikan kontainer jalur merah oleh pihak TPS ke area pemeriksaan;
3.
Masih lamanya waktu penyerahan hardcopy PIB yang dilakukan oleh pihak importir/PPJK. Terkait hal tersebut, di tahun 2016 ini DJBC baik secara mandiri maupun
melalui kerja sama dengan instansi lain di pelabuhan telah melakukan berbagai macam upaya untuk percepatan dweling time nasional, baik yang bersifat operasional maupun yang bersifat kebijakan. 1.
Upaya-upaya meliputi: a.
Pre Customs Clearance: - Koordinasi dengan importir untuk percepatan penyampaian PIB; - Mendorong tingkat pemanfaatan fasilitas pre-notification untuk jalur prioritas;
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
37
Bab III Akuntabilitas Kinerja
- Pengusulan perbaikan sistem INSW; - Koordinasi terkait percepatan proses pemeriksaan Karantina dan Lartas; - Koorinasi dengan Shipping Line terkait kode timbun; - Mendorong mekanisme pembayaran 24/7 (e-billing, perbankan, pelayaran); dan - Melakukan pendampingan terhadap PIB Jalur Hijau. b. Customs Clearance: - Percepatan penyerahan hardcopy PIB; - Percepatan penarikan kontainer dari TPS ke TPFT; - Percepatan penelitian dokumen oleh PFPD, saldo nol; - Evaluasi dan Upgrade Importir Jalur Kuning ke Hijau; - Peningkatan janji layanan terkait Dwelling Time (redress, empty container, BC 2.3, PLP, BC 1.1a, BC 1.2) c.
Post Customs Clearance: - Mendorong pemanfaat 24/7 TPS, Shipping Line, Trucking, dan Depo Kontainer; dan - Audiensi dengan importir, PKB dan asosiasi terkait.
38
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
SS-2 PENEGAKAN HUKUM YANG EFEKTIF Penegakan hukum adalah
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
menjamin
terpenuhinya
ketaatan
terhadap
peraturan yang berlaku di dan
bidang
kepabeanan
cukai.
hukum
Penegakan
yang
bertujuan Gambar 3.8 Press Release Tersangka
efektif untuk
pengamanan
hak
keuangan
dan
negara
bertujuan untuk pengamanan hak keuangan negara dan perlindungan masyarakat. Capaian Sasaran Strategis penegakan hukum yang efektif dalam rangka perlindungan masyarakat pada tahun 2016 adalah sebesar 120%. Capaian Sasaran Strategis tersebut diperoleh dari indeks capaian IKU Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P-21) dan IKU Persentase kemenangan sengketa banding di pengadilan pajak. 2a-CP Persentase Hasil Penyidikan yang Telah Dinyatakan Lengkap oleh Kejaksaan (P-21) IKU ini bertujuan untuk mendorong kinerja penyidikan kasus tindak pidana kepabeanan dan cukai sampai dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan yang berasal dari Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP). Tindak Pidana Kepabeanan dan Cukai adalah segala perbuatan yang berhubungan dengan Kepabeanan dan Cukai yang atas perbuatan tersebut diancam dengan pidana. Penerbitan SPDP menandai dimulainya kegiatan penyidikan dengan pemberitahuan secara resmi kepada Kejaksaan. Penyidikan merupakan tahap dimana penyidik berupaya mengungkapkan fakta-fakta dan
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
39
Bab III Akuntabilitas Kinerja
bukti-bukti atas terjadinya suatu tindak pidana serta menemukan tersangka pelaku tindak pidana tersebut. Status P-21 merupakan status dimana berkas perkara pidana yang dilakukan penyidik DJBC dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan dan siap untuk dilimpahkan ke pengadilan untuk menjalani proses persidangan. Status SP3 berarti proses penyidikan dinyatakan dihentikan karena tidak cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum sesuai Pasal 109 ayat (2) KUHAP. IKU Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P21) tidak termasuk Indikator Kinerja Program (IKP) pada Rencana Strategis Kementerian Keuangan tahun 2015-2019. Namun IKU ini mendukung pencapaian sasaran strategis Penegakan Hukum yang Efektif pada Peta Strategi Kemenkeu-Wide tahun 2016. Pada tahun 2016 realisasi IKU ini adalah 96,45% dari target yang ditetapkan sebesar 60%. Realisasi tahun 2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 90,27%. Tabel 3.5 Perbandingan Realisasi IKU Tahun 2011 – 2016 Tahun
SPDP
P-21
Realisasi
Target
2011 2012 2013 2014 2015 2016
121 150 159 128 113 197
96 118 130 102 102 190
79,34% 78,67% 81,76% 80,31% 90,27% 96,45%
50% 50% 55% 60% 60% 60%
Sumber : 1. LAKIN DJBC Tahun 2015 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal)
Realisasi IKU ini secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.6 Hasil Penyidikan yang berstatus P-21 Tahun 2016 No. 1 2 3 4 5
40
Unit Kerja Kantor Pusat KPU Tg. Priok KPU Batam KPU Soekarno Hatta NAD
SPDP
P-21
Persentase
9 6 2 3 12
7 6 2 3 12
78,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
No.
Unit Kerja
SPDP
P-21
Persentase
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sumut Riau & Sumbar Khusus Kepri Sumbagsel Banten Jakarta Jabar Jateng & DIY Jatim I Jatim II Bali, NTB, NTT Kalbagbar Kalbagtim Sulawesi Maluku, Papua & Papua Barat
25 12 53 5 2 7 11 12 10 4 3 11 6 3 1
23 11 53 5 2 7 11 12 9 4 3 11 6 2 1
92,00% 92,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 90,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 67,00% 100,00%
197
190
96,45%
JUMLAH (SP3 dikeluarkan dari perhitungan)
Sumber : 1. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal) 2. Hasil Rekonsiliasi Data Direktorat P2 dengan Data Kanwil dan KPU
Tercapainya target tahun 2016 tidak lepas dari upaya DJBC untuk meningkatkan profesionalisme para penyidik DJBC di seluruh wilayah Indonesia, hal ini bisa terjadi berkat asistensi dan workshop yang diadakan terkait dengan kegiatan penyidikan. Selain itu, tingkat kecepatan penyelesaian penyidikan yang masih bervariasi antar wilayah juga berdampak pada capaian IKU yang terlihat kurang cepat, hal ini disebabkan kurang lengkapnya data/berkas serta syarat formal dan materiil dari unit yang melakukan penindakan, masih minimnya pemahaman sebagian jaksa terhadap tindak pidana kepabeanan dan cukai di beberapa daerah, belum optimalnya koordinasi antara DJBC dengan Kejaksaan, dan belum adanya kurikulum tindak pidana kepabeanan dan cukai di Universitas serta lembaga pendidikan di Indonesia sehingga berakibat pada minimnya pemahaman masyarakat terhadap hal tersebut. Strategi-strategi yang dilakukan DJBC untuk mendukung ketercapaian target capaian IKU pada tahun 2016 ini diantaranya melalui asistensi penyelesaian SPDP pada unit kerja yang mengalami kesulitan administrasi dan
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
41
Bab III Akuntabilitas Kinerja
teknis dalam penyelesaian penyidikan (P21), pelaksanaan workshop administrasi penyidikan, dan pelaksanaan pra-seleksi bagi peserta yang akan mengikuti Diklat Penyidikan. 2b-N
Persentase Kemenangan Sengketa Banding di Pengadilan Pajak IKU ini bertujuan sebagai alat untuk mengukur tingkat efektifitas
penanganan sidang banding atas pokok sengketa klasifikasi dan nilai pabean di bidang kepabeanan di Pengadilan Pajak sehingga jumlah sengketa banding dimenangkan dapat untuk meningkatkan mutu secara optimal. Formula dalam IKU ini adalah jumlah putusan Pengadilan Pajak dalam pokok sengketa klasifikasi dan nilai pabean di bidang kepabeanan yang bandingnya ditangani Direktorat KBP yang amarnya memenangkan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dibandingkan dengan total jumlah berkas putusan Pengadilan Pajak dalam pokok sengketa klasifikasi dan nilai pabean di bidang kepabeanan di Pengadilan Pajak yang bandingnya ditangani Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Gambar 3.9 Ilustrasi Persidangan Sengketa pajak dalam proses banding atau sering disebut sengketa banding adalah sengketa yang timbul dalam bidang kepabeanan antara wajib pajak dengan pihak DJBC mengenai keputusan keberatan yang tidak disetujui
42
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
oleh wajib pajak. Seperti halnya dengan keberatan, wajib pajak atau penanggung pajaklah yang harus mengajukan permohonan banding. Sengketa banding bisa menyangkut masalah formal maupun material, namun
kebanyakan
wajib
pajak
menyangka
sengketa
banding
hanya
menyangkut sengketa material, sehingga seringkali tidak disadari bahwa sengketa mungkin sudah berawal saat pihak DJBC mulai melaksanakan pemeriksaan terhadap wajib pajak yang bersangkutan. Capaian IKU tahun 2016 sebesar 66,94% dari target 30%, pokok perkara yang digunakan untuk perhitungan IKU meliputi sengketa tarif dan nilai pabean yang putusan pengadilan pajaknya diterima Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tahun 2016. IKU ini adalah IKU baru di tahun 2016 yang dimunculkan pada addendum Kontrak Kinerja Direktur Jenderal setelah adanya reorganisasi pada DJBC. Periode April s.d. Desember 2016 terdapat 81 putusan nilai pabean dan klasifikasi yang menang dari 121 putusan yang diterima. Adapum rincian realisasi IKU ini secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.7 Sengketa Banding Yang Dimenangkan Tahun 2016
No.
Jumlah Amar Putusan yang diterima
Bulan
Klasifikasi
Nilai Pabean
Klasifikasi
Nilai Pabean
(c)
(d)
(e)
(f)
(b)
(a)
Jumlah Amar Putusan yang menang
Realisasi Kuartalan
% Capaian pada bulan pelaporan
(g)
(h)=(e)+(f)/(c)+(d)
1
April*)
6
1
5
0
71,43%
2
Mei
6
2
1
2
3
Juni
7
2
2
0
22,22%
4
Juli
5
4
4
0
44,44%
5
Agustus
3
0
3
0
6
September
5
6
5
4
81,82%
7
Oktober
5
3
2
2
50,00%
8
Nopember
42
4
41
1
9
Desember
12
8
2
7
41,67%
55,32%
66,94%
37,50%
100%
91,30% 45,00%
Jumlah Amar Putusan yang menang
(i)=(e)+(f)
81
Jumlah Amar Putusan yang diterima
(j)=(c)+(d)
121
(k)=(i)/(j) Capaian IKU 2016 Sumber : Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal) *) IKU Addendum Kemenkeu One sejak April 2016
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
66,94%
43
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Permasalahan penanganan IKU Persentase kemenangan sengketa banding di pengadilan pajak antara lain: Pengambilan barang contoh tidak sesuai dengan yang sedang disengketakan, dan kurangnya alat bukti dalam melakukan penetapan
Kepabeanan
(antara
lain:
tidak
dapat
membuktikan
yang
mengakibatkan nilai pabean digugurkan dan tidak dapat diterima sebagai nilai transaksi, PIB pembanding untuk menetapkan nilai pabean dan lain-lain). Tindakan yang telah dilaksanakan antara lain: penyelesaian draft RPMK Keberatan di bidang Kepabeanan dan Cukai, melakukan pengumpulan alat bukti baik melalui surat maupun penelitian di lokasi, menghadirkan Ahli pada sidang banding di Pengadilan Pajak, menyusun aplikasi keberatan dan banding (SiAP TANDING) dan melakukan bedah kasus atas sengketa banding yang masih dalam proses sidang dengan unit terkait.
44
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
SS-3 PENERIMAAN NEGARA DI SEKTOR KEPABEANAN DAN CUKAI YANG OPTIMAL Pendapatan
yang
optimal
adalah tingkat pencapaian penerimaan bea masuk, bea keluar, dan cukai sesuai
dengan
target
sebagaimana
tercantum dalam APBN atau APBN-P. Pemungutan pendapatan negara yang optimal ini merupakan wujud fungsi DJBC sebagai revenue collector. Salah satu fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Gambar 3.10 Ilustrasi Penerimaan DJBC
Cukai yang utama yang dapat diukur outcome-nya
(hasil)
adalah
pendapatan negara yang optimal, sehingga tingkat pencapaian jumlah penerimaan bea cukai yang sesuai dengan target menjadi salah satu fokus utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam melaksanakan tanggungjawabnya. Capaian Sasaran Strategis penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal pada tahun 2016 sebesar 58,29% yang merupakan pembagian dari jumlah persentase IKU Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai dan IKU Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai. Capaian Sasaran Strategis tersebut diperoleh dari indeks capaian dua IKU yaitu: 1.
Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai (97,15%).
2.
Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai (0%).
3a-N Realisasi Realisasi Penerimaan Bea dan Cukai DJBC sepanjang tahun 2016 berhasil menyumbang penerimaan negara sebesar Rp. 178,7 Triliun atau sebesar 97,15% dari target APBNP (Rp. 183,9 Trilliun). Disamping penerimaan dari bea masuk, bea keluar dan cukai sebesar Rp. 178,7 Triliun, DJBC juga melakukan pungutan negara atas Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) dan PPN hasil tembakau (PPN HT) sebesar Rp. 165,05 Triliun.
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
45
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.8 Realisasi Penerimaan DJBC Tahun 2016 dan 2015
No.
1 1 2
3
Realisasi Tahun 2016
% Pencapa ian Target
Jenis Penerimaan
Target APBN-P
2 BEA MASUK CUKAI Hasil Tembakau
3 33,371.50 148,091.23
5 32,221.00 143,507.78
8 (5/3) 96.55% 96.90%
11 31,212.82 144,641.30
12 (5-11) 1,008.18 (1,133.52)
13 (12/11) 3.23% -0.78%
141,700.00
137,957.91
97.36%
139,926.74
(1,968.83)
-1.41%
Ethil Alkohol
151.55
171.13
112.92%
154.15
16.98
11.02%
MMEA Pendapatan Cukai Lainnya BEA KELUAR
5,239.68
5,304.65
101.24%
4,560.41
744.24
16.32%
1,000.00
74.08
7.41%
0.00
74.08
2,500.00
2,998.37
119.93%
3,727.15
(728.78)
-19.55%
183,962.73
178,727.15
97.15%
179,581.27
(854.12)
-0.48%
122,775.23
130,124.71
(7,349.48)
-5.65%
4,295.38
4,008.31
287.07
7.16%
37,977.97
40,259.37
(2,281.40)
-5.67%
165,048.58
174,392.39
(9,343.81)
-5.36%
343,775.73
353,973.66
(10,197.93)
-2.88%
TOTAL PPN Impor PPn BM Impor PPh Pasal 22 Impor Total PDRI
TOTAL DJBC + PERPAJAKAN
Realisasi Tahun 2015
Pertumbuhan
%
Catatan: 1. Data realisasi penerimaan s.d. 31 Desember pukul 15.00 WIB 2. Sumber data: CEISA (Des) dan Buku Merah (1 Jan – 30 Nov)
Pada tahun 2016, target IKU ini sebesar 100% sesuai dengan target yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019. Realisasi IKU ini hanya sebesar 97,15% atau defisit sebesar 2,85%. Dari sisi target, tahun 2016 jumlah penerimaan yang dibebankan kepada DJBC mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara dari sisi pencapaian, persentase capaian penerimaan mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Dari sisi persentase target, target yang ditetapkan pada Renstra Kementerian Keuangan sampai dengan tahun 2019 adalah sebesar 100%. Hal ini merupakan cerminan salah satu mandat yang dibebankan kepada DJBC yaitu untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor bea masuk, bea keluar, dan cukai guna menunjang pembangunan nasional. Sehubungan dengan telah ditetapkannya Undang-undang Tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016,
46
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
target penerimaan negara yang dibebankan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mengalami penurunan sebesar Rp11,034 Trilliun atau 5.66% dari APBN-P 2015. Tabel 3.9 Perbandingan Alokasi Target Penerimaan DJBC pada APBN-P 2015 dan APBN-P 2016
dalam Miliar rupiah
No Jenis Penerimaan 1 Bea Masuk 2
Bea Keluar
3
Cukai
APBN-P 2015 37.203,87
APBN-P 2016 33.371,50
12.053,02
2.500,00
(9.553,02)
-79,26%
145.739,92
148.091,23
2.351,31
1,61%
194.996,81
183.962,73
(11.034,08)
-5,66%
Total
Kenaikan Persentase (3.832,37) -10,30%
Ket : Bea Masuk termasuk BM-DTP
Dari data pada tabel di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Terjadi penurunan target penerimaan DJBC sebesar Rp 11,034 Triliun dibanding dengan APBN-P 2015.
Target penerimaan Bea Keluar turun sebesar 79,26% atau nominalnya turun sebesar Rp 9,6 Triliun.
Target penerimaan Bea Masuk turun sebesar 10,30% atau nominalnya turun sebesar Rp 3,8 Triliun.
Target penerimaan Cukai naik sebesar 1,61% atau nominalnya naik sebesar Rp 2,5 Triliun. Total realisasi penerimaan Kepabeanan dan Cukai (BM, BK, dan Cukai)
s.d. 31 Desember 2016 sebesar Rp 178,7 Triliun atau sebesar 97,15% dari target tahunan APBN-P 2016. Secara nominal, capaian ini menunjukan penurunan dibandingkan tahun 2015. Selama 5 (lima) tahun terakhir rata-rata peningkatan realisasi DJBC sebesar 8,32% setiap tahun. Tabel 3.10 Data Realisasi DJBC 5 tahun terakhir (dalam Triliun) Jenis Penerimaan Bea Masuk Cukai Bea Keluar Total
2012
2013
2014
2015
2016
28,2 95,0 21,2 144,5
31,5 108,4 15,8 155,8
32,9 118,1 11,3 162,3
31,48 144,67 3,69 179,84
32,22 143,51 2,99 178,72
Sumber: Direktorat PPS
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
47
Bab III Akuntabilitas Kinerja
3b-N Jumlah Peningkatan Penerimaan Bea dan Cukai Jumlah
peningkatan
penerimaan bea dan cukai adalah jumlah
selisih
antara
jumlah
realisasi penerimaan bea masuk (BM), bea keluar (BK), dan cukai tahun 2016 dibandingkan dengan realisasi penerimaan bea masuk, bea keluar, dan cukai tahun 2015. Gambar 3.11 Ilustrasi Peningkatan Penerimaan
Penerimaan bea dan cukai adalah realisasi penerimaan bea masuk,
bea keluar, dan cukai. Formula pengukuran IKU ini adalah sebagai berikut : Formula: Jumlah peningkatan Penerimaan Bea dan Cukai = (Realisasi BM + BK + Cukai (Tahun 2016)) - (Realisasi BM + BK + Cukai (Tahun 2015))
Persentase realisasi penerimaan DJBC tahun 2016 adalah 97,15% (Rp178,7 Triliun) dari target tahunan. Realisasi ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar 92,23%. Target penerimaan DJBC di atas tidak tercapai didominasi oleh tidak tercapainya penerimaan Cukai serta penerimaan lainnya sehingga berdampak pada capaian IKU peningkatan penerimaan DJBC yang belum dapat memenuhi target APBN-P yang telah ditetapkan (Rp183,9 Triliun) (shortfall 854,1 Miliar dari Tahun 2015). Realisasi capaian IKU ini pada tahun 2016 adalah sebesar Rp 854 Miliar dari target yang ditetapkan sebesar Rp 3 Triliun dengan indeks capaian 0%. Akar masalah dari pencapaian IKU ini yaitu cukai plastik belum dapat direalisasikan pada tahun 2016 (shortfall 1 Triliun). Secara rinci jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai dapat dilihat pada tabel berikut:
48
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.11 Perbandingan Data Penerimaan Tahun 2015 – 2016
No.
Jenis Penerimaan
Realisasi Tahun 2016
Realisasi Tahun 2015
1 1 2
2 BEA MASUK CUKAI Hasil Tembakau
5
11
3
32,221.00 143,507.78 137,957.91
31,212.82 144,641.30 139,926.74
Pertumbuhan
12 (5-11) 1,008.18 -1,133.52 -1,968.83
Ethil Alkohol
171.13
154.15
16.98
MMEA Pendapatan Cukai Lainnya BEA KELUAR
5,304.65
4,560.41
744.24
TOTAL
74.08
0.00
74.08
2,998.37
3,727.15
-728.78
178,727.15
179,581.27
-854.12
Sumber data : Dit. PPS
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
49
Bab III Akuntabilitas Kinerja
SS-4 KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN YANG TINGGI Kepuasan
pengguna
layanan yang tinggi adalah kepuasan pengguna layanan terhadap pelayanan di bidang kepabeanan
dan
cukai.
Kepuasan pengguna layanan yang
tinggi
berdasarkan
Gambar 3.12 Ilustrasi Kepuasan Customer
hasil
diukur survei
kepuasan pengguna jasa oleh
lembaga independen. Capaian sasaran strategis kepuasan pengguna layanan yang tinggi pada tahun 2016 sebesar 101%. Capaian tersebut diperoleh dari capaian IKU Indeks kepuasan pengguna layanan. 4a-CP Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Kepuasan pengguna layanan atas pelayanan yang diberikan oleh DJBC diukur melalui Indeks Kepuasan Pengguna Layanan yang diperoleh melalui survei. IKU ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna layanan terhadap layanan unggulan yang diberikan oleh DJBC. Indeks kepuasan pengguna layanan merupakan tingkat kepuasan pengguna jasa atas pelayanan yang diberikan oleh DJBC. Layanan DJBC yang diukur dalam survey 2016 ini mencakup 12 jenis layanan yaitu: 1.
Pelayanan pembebasan bea masuk atas impor barang berdasarkan kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract) minyak dan gas bumi;
2.
Pelayanan penyelesaian barang impor untuk dipakai jalur MITA prioritas dengan PIB (Pemberitahuan Impor Barang) yang disampaikan melalui sistem PDE (Pertukaran Data Elektronik) Kepabeanan;
3.
Pelayanan penyelesaian barang impor untuk dipakai jalur hijau dengan PIB yang disampaikan melalui sistem PDE Kepabeanan;
4.
Pelayanan pengembalian bea masuk berdasarkan putusan pengadilan pajak
50
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok; 5.
Pelayanan pemberian persetujuan pemberitahuan pendahuluan (PreNotification);
6.
Pelayanan pemesanan pita cukai hasil tembakau (CK-1) secara elektronik;
7.
Pelayanan
pemberitahuan
pemasukan
barang
impor
ke
Tempat
Penimbunan Berikat (TPB); 8.
Pelayanan pengujian laboratoris dan identifikasi barang bagi pengguna layanan eksternal DJBC;
9.
Pelayanan dokumen impor;
10. Pelayanan dokumen ekspor; 11. Pemberitahuan Pabean Free Trade Zone (PPFTZ); 12. Pelayanan izin penimbunan barang untuk pemeriksaan fisik barang di tempat lain di kawasan pabean (Gudang/Lapangan Milik Pengusaha). Indeks diperoleh melalui survei yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan terhadap pengguna jasa di setiap Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan dengan memakai jasa konsultan dari pihak eksternal. Survei kepuasan pengguna layanan tahun 2016 dilaksanakan oleh Tim Peneliti dari Universitas Gajah Mada (UGM) yang dilaksanakan di 6 kota besar yaitu Medan, Batam, Jakarta, Surabaya, Balikpapan, dan Makasar. Survei kepuasan penguna layanan dilaksanakan dengan menilai aspekaspek sebagai berikut: 1.
Keterbukaan/kemudahaan akses informasi; Aspek ini diukur dengan 6 (enam) item pengukuran, yaitu : a. Akses informasi tentang prosedur layanan mudah diperoleh; b. Akses
informasi
mengenai
ada/tidaknya
biaya
atas
layanan
disampaikan secara terbuka; c. Akses informasi mengenai besarnya standar waktu proses layanan disampaikan secara terbuka; d. Akses informasi mengenai hasil layanan disampaikan secara terbuka; e. Akses komunikasi bagi pengguna untuk menyampaikan keluhan (complaint); dan
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
51
Bab III Akuntabilitas Kinerja
f. Akses informasi mengenai besarnya standar tarif/biaya resmi atas layanan disampaikan secara terbuka (khusus untuk layanan yang mengenakan biaya).
2.
Informasi layanan; Aspek ini diukur dengan 7 (tujuh) item pengukuran, yaitu : a. Informasi layanan memuat semua persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh layanan; b. Informasi layanan memuat semua petunjuk pengisian dokumen layanan; c. Informasi layanan memuat semua informasi terkait jenis/tipe layanan; d. Informasi layanan memuat semua informasi terkait standar waktu proses layanan; e. Informasi layanan memuat semua informasi terkait standar hasil layanan; f. Informasi layanan menggunakan bahasa yang mudah dipahami pengguna layanan; dan g. Informasi layanan memuat semua informasi terkait standar tarif/biaya resmi layanan (khusus untuk layanan yang menggunakan biaya).
3.
Kesesuaian prosedur dengan ketentuan yang ditetapkan; Aspek ini diukur dengan 3 (tiga) item pengukuran, yaitu : a. Pelayanan diberikan secara adil sesuai prosedur/ketentuan; b. Proses/tahapan atau alur layanan bersifat sederhana sesuai dengan prosedur/ketentuan; dan c. Pelayanan diberikan sesuai standar operasional prosedur (SOP) layanan ini.
4.
Sikap pegawai; Aspek ini diukur dengan 6 (enam) item pengukuran, yaitu :
52
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
a. Pegawai bersedia membantu pengguna layanan sesuai tugas yang diatur dalam ketentuan resmi; b. Pegawai bersikap sopan kepada pengguna layanan; c. Pegawai mau mendengarkan dengan baik informasi dari pengguna layanan; d. Pegawai cepat tanggap dalam memberikan layanan; e. Pegawai siap melayani pada waktu dan tempat yang sesuai ketentuan; dan f. Pegawai berpenampilan profesional/rapi.
5.
Kemampuan dan keterampilan pegawai; Aspek ini diukur dengan 4 (empat) item pengukuran, yaitu : a. Pegawai dapat diandalkan dalam memberikan layanan; b. Pegawai cekatan dalam memberikan layanan; c. Pegawai memiliki keahlian yang baik dalam memberikan layanan; dan d. Pegawai memiliki pemahaman yang baik terhadap substansi/peraturan terkait layanan.
6.
Lingkungan pendukung; Aspek ini diukur dengan 4 (empat) item pengukuran, yaitu : a. Layanan didukung dengan sarana dan prasarana yang baik; b. Layanan didukung desain tata ruang tempat layanan yang baik; c. Layanan memiliki sistem teknologi informasi yang baik; dan d. Layanan berada di lingkungan yang nyaman.
7.
Akses terhadap layanan; Aspek ini diukur dengan 4 (empat) item pengukuran, yaitu : a. Layanan dapat diperoleh di lokasi/tempat yang mudah dijangkau oleh penggunanya; b. Waktu/jam operasional layanan yang sudah sesuai dengan kebutuhan penguna layanan;
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
53
Bab III Akuntabilitas Kinerja
c. Layanan mudah diakses dengan berbagai cara sesuai ketentuan (misalnya via surat, telepon, tatap muka, online, dan lain-lain); dan d. Kualitas akses online terhadap layanan (khusus untuk layanan yang menyediakan layanan online).
8.
Waktu penyelesaian layanan; Aspek ini diukur dengan 4 (empat) item pengukuran, yaitu : a. Jadwal waktu pelayanan yang pasti; b. Layanan diberikan secara tepat waktu sesuai standar waktu yang ditetapkan; c. Layanan
dapat
dipantau
penggunanya
tentang
proses/tahapan
penyelesainnya; dan d. Sistem untuk memonitor tahapan proses penyelesaian layanan yang sedang dilalui (khusus layanan yang menggunakan sistem/aplikasi).
9.
Pembayaran biaya sesuai aturan/ketentuan yang ditetapkan; Aspek ini diukur dengan 4 (empat) item pengukuran, yaitu : a. Terdapat kejelasan informasi jumlah tarif resmi/biaya layanan ini; b. Besarnya tarif resmi/biaya layanan ini sesuai dengan aturan/ketentuan; c. Besarnya tarif resmi/biaya sesuai kewajaran; dan d. Besarnya tarif resmi/biaya sesuai dengan layanan yang dijanjikan.
10. Pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran terhadap ketentuan layanan (syarat/prosedur); Aspek ini diukur dengan 8 (delapan) item pengukuran yang terbagi menjadi 3 (tiga) item pengukuran khusus layanan yang memiliki sanksi dan 5 (lima) item pengukuran khusus layanan yang memiliki denda, yaitu : a. Pengenaan sanksi sesuai standar operasional prosedur (SOP) (khusus untuk layanan yang memilik sanksi); b. Tersedia mekanisme untuk pengajuan keberatan/banding terhadap sanksi yang diberikan (khusus untuk layanan yang memilik sanksi);
54
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
c. Aturan mengenai pengenaan sanksi dikomunikasikan secara transparan (khusus untuk layanan yang memilik sanksi); d. Pengenaan denda sesuai standar operasional prosedur (SOP) (khusus untuk layanan yang memilik denda); e. Tersedia mekanisme untuk pengajuan keberatan/banding terhadap denda yang diberikan (khusus untuk layanan yang memilik denda); f. Aturan mengenai pengenaan denda dikomunikasikan secara transparan (khusus untuk layanan yang memilik denda); g. Pembayaran denda sesuai dengan ketentuan layanan ini (khusus untuk layanan yang memilik denda); dan h. Bilamana terdapat kelebihan pembayaran denda oleh pengguna layanan, maka pengguna layanan dapat mudah untuk menagih kembali (khusus untuk layanan yang memilik denda).
11. Keamanan lingkungan dan layanan; Aspek ini diukur dengan 4 (empat) item pengukuran, yaitu : a. Kantor layanan memiliki lingkungan yang nyaman; b. Kantor layanan memiliki petugas satuan keamanan yang baik; c. Kantor layanan memiliki sarana dan prasarana untuk mendukung keamanan; dan d. Kantor layanan memiliki sistem yang andal untuk memastikan keamanan layanan (proses, dokumen dan hasil layanan).
Berdasarkan
hasil
survei
kepuasan pengguna layanan tahun 2016 yang dilaksanakan oleh Tim UGM, DJBC memperoleh indeks 4,04 (skala 5). Dengan demikian indeks capaian IKU Gambar 3.13 Ilustrasi Best Service
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
ini pada tahun 2016 adalah 101%, yaitu
55
Bab III Akuntabilitas Kinerja
memperoleh indeks 4,04 dari target 4. Rincian capaian dari 11 unsur yang dinilai adalah sebagai berikut :
4.04
INDEKS KEPUASAN LAYANAN
4.19 4.16
Keamanan Lingkungan dan Layanan 3.90
Pengenaan Sanksi/Denda atas…
4.30
3.95 4.30 4.28
Pembayaran Biaya Sesuai Aturan… 3.88
Waktu Penyelesaian Layanan
4.09 4.00
Akses Terhadap Layanan
4.19 4.07
Lingkungan Pendukung
4.19
3.99
Kemampuan dan Keterampilan…
4.20 4.11
Sikap Pegawai
4.30
4.03
Kesesuaian Prosedur dengan…
4.01
Informasi Layanan
3.97
Keterbukaan/Kemudahan Akses… 3.60
3.70 DJBC
3.80
3.90
4.00
4.23 4.17 4.16
4.10
4.20
4.30
4.40
Kementerian Keuangan
Gambar 3.14 Diagram Indeks Kepuasan Layanan DJBC Pelaksanaan survei pada tahun 2016 dilaksanakan oleh Tim Peneliti dari UGM yang mana sebelumnya dilaksanakan oleh Tim Peneliti dari IPB (tahun 2011-2014) dan Tim Peneliti dari UI (tahun 2010). Dari sisi capaian, capaian tahun 2016 mengalami kenaikan dari tahun 2015 (indeks 3,89). Selain survey dari pihak eksternal, DJBC juga melakukan survey secara internal yang memiliki capaian lebih tinggi dibandingkan survey oleh eksternal yaitu indeks 4,18 (skala 5). Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil tersebut adalah responden survei kepuasan layanan yang dilakukan oleh Tim Peneliti dari UGM di 6 kota mencakup seluruh importir termasuk importir dengan profil high risk.
56
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
SS-5 KEPATUHAN PENGGUNA LAYANAN YANG TINGGI Kepatuhan yang tinggi dari pengguna jasa kepabeanan dan cukai
adalah
kepatuhan
dari
pengguna jasa dalam menaati setiap
peraturan
di
bidang
kepabeanan dan cukai yang telah ditetapkan. Capaian sasaran strategis tingkat Gambar 3.15 Ilustrasi Kepatuhan
kepatuhan
pengguna
layanan
yang tinggi tahun 2016 sebesar 111,24%. Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian 2 (dua) IKU yaitu : 1. Persentase Kepatuhan Importir Jalur Prioritas Kepabeanan (108,67%); dan 2. Persentase piutang bea dan cukai yang diselesaikan (113,80%). 5a-CP Persentase Kepatuhan Importir Jalur Prioritas Kepabeanan IKU ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepatuhan
sekaligus
sebagai media evaluasi importir jalur prioritas. Importir Jalur Prioritas (IJP)
adalah
Importir
yang ditetapkan sebagai importir fasilitas
penerima jalur
untuk pelayanan sehingga Gambar 3.16 Ilustrasi Kegiatan
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
importasinya
prioritas
mendapatkan khusus penyelesaian dapat
57
Bab III Akuntabilitas Kinerja
dilakukan dengan lebih sederhana dan cepat berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal (P-11/BC/2005 tentang Jalur Prioritas jo. P-06/BC/2006). Adapun kriteria untuk ditetapkan sebagai Importir Jalur Prioritas antara lain mempunyai reputasi yang sangat baik yang tercermin dari profil perusahaan, mempunyai bidang usaha (nature of bussiness) yang jelas dan spesifik, serta berdasarkan audit oleh Kantor Akuntan Publik tidak pernah mendapatkan opini disclaimer atau adverse. Sedangkan kriteria Importir Jalur Prioritas yang tidak patuh adalah : 1. Importir Jalur Prioritas yang berdasarkan laporan dari unit terkait (antara lain kantor pelayanan, kantor wilayah, dan Direktorat terkait) telah terbukti melanggar ketentuan sebagai berikut: a. Mempunyai tunggakan utang berupa kekurangan pembayaran Bea Masuk (termasuk Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan dan Bea Masuk Imbalan) kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) (termasuk penundaan pembayaran berkala); atau b. Meminjamkan modul ke pihak lainnya. 2. Importir Jalur Prioritas yang berdasarkan laporan dari unit terkait (antara lain kantor pelayanan, kantor wilayah, dan Direktorat terkait) dan setelah melalui penelitian lebih lanjut di bawah koordinasi Direktorat Teknis Kepabeanan terbukti melanggar ketentuan sebagai berikut: a. Menyalahgunakan fasilitas di bidang kepabeanan selama satu tahun terakhir; b. Salah dalam memberitahukan jumlah barang, jenis barang, dan/atau nilai pabean selama satu tahun terakhir Importir Jalur Prioritas yang patuh adalah importir jalur prioritas yang tidak terbukti melakukan pelanggaran tersebut pada butir 1 dan 2 di atas. Realisasi IKU Persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan tahun 2016 adalah sebesar 86,94% dengan rincian sebagai berikut:
58
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.12 Realisasi IKU Kepatuhan Importir Jalur Prioritas Tahun 2016 Triwulan
Jumlah Importir Jalur Prioritas
Jumlah Importir Jalur Prioritas Yang Tidak Patuh
Realisasi
Q1
113
13
88,50%
Q2
113
14
87,61%
Q3
113
16
85,84%
Q3
113
16
85,84%
Realisasi 2016 (Rata-rata Realisasi Triwulan)
86,94%
Target IKU 2016
80%
Indeks Capaian IKU
108,67%
Sumber : 1. Direktorat Teknis Kepabeanan; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal).
Realisasi sebesar 86,94% telah melebihi target yang telah ditetapkan pada Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2016, yaitu sebesar 80% sehingga indeks capaian IKU ini sebesar 108,67%. Target tahun 2016 masih sama dengan target tahun 2015 sebesar 80% sedangkan dari sisi realisasi mengalami penurunan jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 yaitu sebesar 90,43%. Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab ketidakpatuhan Importir Jalur Prioritas pada tahun 2016 antara lain adanya human error/kelalaian manusiawi, Gambar 3.17 Ilustrasi Jenis Profil Importir
kelemahan
karena
masih pada
kesalahan terdapatnya Sistem
Pengendalian Internal perusahaan,
kurangnya pemahaman IJP terhadap ketentuan yang ada, dan pengaturan gradasi sanksi terhadap IJP yang tidak patuh masih perlu disempurnakan. Selain penyebab tersebut di atas, kendala-kendala yang muncul di lapangan antara lain terbatasnya SDM serta kapasitas unit yang mengelola IJP,
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
59
Bab III Akuntabilitas Kinerja
dan
mekanisme
monitoring
dan
evaluasi
IJP
yang
masih
perlu
penyempurnaan. Terkait hal tersebut, upaya yang telah dilakukan DJBC untuk mendukung pencapaian target IKU tahun 2016 dilakukan melalui: 1.
Menyusun lebih lanjut PMK Nomor 229/PMK.04/2015 tentang Mitra Utama Kepabeanan yang didalamnya sudah memuat sanksi termasuk kesalahan mayor maupun kesalahan minor (dalam proses penyusunan Rancangan Peraturan Direktur Jenderal);
2.
Penyusunan
Gradasi
Sanksi
(Surat
Peringatan,
Pembekuan
dan
Pencabutan); 3.
Peningkatan peran Client Coordinator untuk melakukan asistensi, konsultasi, bimbingan, serta monitoring dan evaluasi terhadap perusahaan IJP;
4.
Peningkatan sosialisasi dan asistensi kepada IJP dan calon perusahaan IJP;
5b-N Persentase Piutang Bea dan Cukai yang Diselesaikan Tujuan IKU ini adalah untuk mengukur
tingkat
ketertagihan
piutang di DJBC. Piutang adalah piutang
yang
pendapatan
timbul
atas
sebagaimana
diatur
dalam Kepabeanan Gambar 3.18 Ilustrasi Piutang
undang-undang dan
Cukai,
yang
belum diselesaikan sampai akhir
periode Laporan Keuangan. Jumlah Piutang adalah akumulasi jumlah saldo awal piutang macet per 1 Januari 2016 (piutang outstanding) dan jumlah piutang lancar. Piutang macet adalah jumlah piutang yang terbit sebelum tanggal 1 Januari 2013 (lebih dari 3 tahun) dan belum diselesaikan sampai akhir periode Laporan Keuangan tahun 2015 (31 Desember 2015), telah dilimpahkan ke KPKNL, piutang dari perusahaan pailit, serta piutang dari likuidasi dan tidak ditemukan. Sedangkan piutang lancar adalah jumlah piutang yang terbit sejak 1 Januari 2013 s.d. 31
60
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Desember 2015 dan piutang yang terbit sejak 1 Januari s.d. 31 Oktober 2016 ditambah piutang yang terbit 1 November s.d. 31 Desember 2016 dalam hal piutang tersebut telah diselesaikan di tahun 2016. Jumlah
piutang
yang diselesaikan adalah jumlah piutang yang telah diselesaikan pada tahun 2016
baik
penyelesaian
untuk piutang macet dan piutang
Gambar 3.19 Profil Pemilik Piutang
lancar.
Penyelesaian
piutang
selama
berjalan
tahun
(mutasi sebagaimana
piutang dimaksud
pada P-47/BC/2011 sebagaimana telah diubah terakhir dengan P-31/BC/2013) terdiri dari beberapa mekanisme sesuai dengan Pasal 9 yang dapat berupa : a. Pembayaran/pelunasan; b. Penundaan pelunasan piutang; c. Pengangsuran pembayaran tagihan utang cukai; d. Pengalihan piutang pajak ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP); e. Penggunaan kompensasi cukai; f. Penggunaan kompensasi PPN; g. Keputusan Dirjen atas Keberatan; h. Pengajuan banding ke Pengadilan Pajak; i. Pembatalan surat penetapan tagihan karena adanya persetujuan Direktur Jenderal untuk mengurangi dan menghapus tagihan dalam surat penetapan; j.
Pembatalan surat penetapan tagihan karena adanya persetujuan Direktur Jenderal untuk mengurangi atau menghapus sanksi administrasi berupa denda;
k. Keputusan tentang pembebasan atau keringanan bea masuk;
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
61
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Pengukuran IKU persentase penyelesaian piutang bea dan cukai diukur dari dua parameter yaitu penyelesaian piutang lancar (dengan bobot 95%) dan penyelesaian piutang macet (dengan bobot 5%). Pada tahun 2016 realisasi IKU ini adalah sebesar 93,32% dari target yang ditetapkan sebesar 82%. Jika dibandingkan dengan tahun 2015, secara target mengalami peningkatan dari target sebesar 80% sedangkan dari sisi realisasi mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 93,85%. Piutang bea dan cukai yang dapat diselesaikan pada tahun 2016 adalah sebesar Rp164.684.702.472.739 dari total piutang lancar (tingkat penyelesaian 98,22%) dan sebesar Rp4.634.250.905 dari total piutang macet (tingkat penyelesaian 0,24%). Rincian realisasi penyelesaian piutang bea dan cukai pada tahun 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 3.13 Persentase Piutang Bea dan Cukai yang Diselesaikan Unit Kerja
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19
Kanwil DJBC Aceh Kanwil DJBC Sumatera Utara Kanwil DJBC Riau dan Sumatera Barat Kanwil DJBC Khusus Kep Riau Kanwil DJBC Sumbagsel Kanwil DJBC Banten Kanwil DJBC Jakarta Kanwil DJBC Jawa Barat Kanwil DJBC Jateng dan DIY Kanwil DJBC Jawa Timur I Kanwil DJBC Jawa Timur II Kanwil DJBC Bali, NTB dan NTT Kanwil DJBC Kalbagbar Kanwil DJBC Kalbagtim Kanwil DJBC Sulawesi Kanwil DJBC MPP KPU Tipe A Tanjung Priok KPU Tipe B Batam KPU Soekarno Hatta
Jumlah
Penyelesaian Piutang Macet Penyelesaian Piutang Lancar (bobot 5%) (bobot 95%) Persentase penyelesaian Jumlah piutang Jumlah piutang Persentase Jumlah piutang Persentase Jumlah piutang lancar piutang macet macet yang capaian lancar yang capaian (terbit 1 Januari 2013 s.d. keseluruhan (terbit sebelum 1 diselesaikan s.d. penyelesaian diselesaikan s.d. penyelesaian 31 Desember 2016) Januari 2013) bulan pelaporan piutang macet bulan pelaporan piutang lancar 0,00% 70,36% 393.304.652 7.125.593.000 5.277.191.000 74,06% 55.173.821.692
-
0,00%
923.345.961.289
859.913.179.094
93,13%
88,47%
7.868.102.789
9.850.000
0,13%
317.479.065.380
309.266.925.459
97,41%
92,55%
11.961.229.675
-
0,00%
16.490.364.148
16.490.364.148
100,00%
95,00%
5.413.601.607
-
0,00%
181.558.624.914
170.959.607.200
94,16%
89,45%
133.332.830.939 146.467.798.786
1.585.520.000
0,00% 1,08%
1.487.414.646.341 227.923.004.166
1.485.201.775.341 224.333.679.027
99,85% 98,43%
94,86% 93,56%
63.425.904.492
1.119.824.648
1,77%
22.614.000.566.285
22.534.924.766.224
99,65%
94,76%
58.236.251.698
89.269.830
0,15%
36.321.421.976.766
36.299.762.500.916
99,94%
94,95%
149.241.019.442
45.265.290
0,03%
49.122.481.490.214
48.820.308.856.497
99,38%
94,42%
46.230.013.301
232.200.197
0,50%
35.048.993.602.914
35.025.260.198.750
99,93%
94,96%
715.276.672
-
0,00%
81.002.371.700
76.137.488.700
93,99%
89,29%
7.559.616.807
-
0,00%
17.303.483.307
16.919.416.807
97,78%
92,89%
113.247.403.291
-
0,00%
193.197.122.853
161.019.604.890
83,34%
79,18%
11.385.529.106
162.226.440
1,42%
48.444.040.077
46.624.783.077
96,24%
91,50%
1.088.693.400
5.000.000
0,46%
47.184.907.948
47.118.651.948
99,86%
94,89%
551.872.690.631
0,00%
15.651.873.820.101
13.782.922.399.100
88,06%
83,66%
134.517.218.069
-
0,00%
53.740.873.022
51.176.769.022
95,23%
90,47%
433.493.243.901
1.385.094.500
0,32%
5.302.430.737.604
4.751.084.315.539
89,60%
85,14%
1.931.623.550.950
4.634.250.905
0,24%
167.663.412.252.028 164.684.702.472.739
98,22%
93,32%
Sumber : 1. Direktorat Penerimaan dan Perencanaan Strategis; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal).
62
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian IKU persentase penyelesaian piutang bea dan cukai adalah beberapa KWBC yang belum dapat melakukan
penagihan
terutama
untuk
piutang
macet,
karena
masih
terbatasnya jumlah juru sita pada KWBC, tidak ditemukannya alamat perusahaan yang berutang, serta putusan pengadilan niaga yang mempailitkan perusahaan. Selain itu ada hal lain di bidang cukai yang mempengaruhi yaitu peningkatan pengajuan CK-1 meningkat menjelang akhir tahun dikarenakan para pengusaha CHT mengantisipasi rencana kenaikan tarif cukai pada awal tahun 2017 dengan menambah pengajuan CK-1. Langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka pencapaian target penangihan piutang bea dan cukai adalah sebagai berikut: a) Memberikan asistensi kepada KWBC dan KPPBC yang memiliki piutang yang belum tertagih; b) Mengoptimalkan penagihan terutama piutang yang sedang dalam proses penagihan atau penagihannya sudah berjalan; c)
Terhadap perusahaan-perusahaan yang masih memiliki utang dan belum diblokir dilakukan pemblokiran;
d) Terhadap perusahaan yang masih memiliki utang dan tidak ditemukan lagi eksistensinya atau dinyatakan pailit oleh pengadilan, dilakukan penelitian dan pembuktian sesuai dengan ketentuan yang berlaku; e) Menerapkan sistem aplikasi untuk memonitoring piutang secara real time yaitu SAPP/CEISA perbendaharaan; f)
Melaksanakan diklat juru sita DJBC;
g) Melakukan joint collection dengan intansi terkait, misal dengan DJP; h) Sisa piutang yang belum tertagih akan dimaksimalkan penagihannya pada tahun 2017.
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
63
Bab III Akuntabilitas Kinerja
SS-6 ANALISIS PERUMUSAN KEBIJAKAN YANG OPTIMAL Kajian/analisis adalah
proses
penelaahan atas situasi dan
kondisi
yang
berkembang
di
organisasi dan proses perencanaan langkah
langkahorganisasi
kedepan. Gambar 3.20 Ilustrasi Perumusan Kebijakan
Rumusan kebijakan adalah hasil
dari proses penelaahan permasalahan di bidang kepabeanan dan cukai yang didasari pertimbangan kepentingan nasional dan keselarasan dengan standar internasional. Kebijakan yang berkualitas adalah kebijakan yang sesuai dengan amanah Undang-Undang Kepabeanan dan Cukai dan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Adapun capaian sasaran strategis analisis perumusan kebijakan yang optimal pada tahun 2016 adalah sebesar 120%. Capaian sasaran strategis ini diperoleh dari indeks capain 2 IKU yaitu : 1.
Indeks penyelesaian rumusan kebijakan di bidang kepabeanan internasional (120%);
2.
Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat (120%).
6a-N Indeks Penyelesaian Rumusan Kebijakan di Bidang Kepabeanan Internasional Perwujudan kerja sama internasional yang efektif didasarkan optimalisasi rumusan kebijakan atas isu-isu kerja sama internasional di bidang kepabeanan untuk mendorong tercapainya optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi DJBC. Penyelesaian rumusan kebijakan di bidang kepabeanan internasional merupakan kegiatan penyusunan rumusan kebijakan sesuai dengan tugas dan fungsi
64
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Kepabeanan Internasional dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kepabeanan internasional, melalui harmonisasi antara ketentuan/standar internasional dan kepentingan nasional. Rumusan kebijakan tersebut disusun sebagai bahan untuk menyediakan dasar-dasar kebijakan yang berkenaan dengan kerja sama internasional di bidang kepabeanan yang memungkinkan DJBC bekerja dalam konteks global baik dalam bentuk ketentuan kerja maupun standar pelayanan yang diberikan, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. Rumusan kebijakan kerja sama internasional terdiri dari rumusan kebijakan kerja sama multilateral, bilateral, dan regional yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan/atau oleh Menteri Keuangan. Rumusan kebijakan yang dihasilkan harus memenuhi kriteria-kriteria, antara lain adanya informasi terkait kerja sama internasional di bidang kepabeanan yang juga memuat analisa/masukan/posisi/ rekomendasi/ inisiatif atau hal lain yang dapat disetarakan, yang
disampaikan
Jenderal
Bea
dan
oleh
Direktur
Cukai
kepada:
Menteri Keuangan/instansi nasional terkait/administrasi lain/organisasi
pabean
negara
internasional/unit-
unit eselon II di lingkungan DJBC dan/atau
yang
diteruskan
oleh
Menteri Keuangan kepada instansi Gambar 3.21 WCO
nasional terkait.
Pada tahun 2016 rata-rata realisasi indeks rumusan kebijakan adalah 3,67 dari target yang ditetapkan sebesar 3 sehingga indeks capaian IKU ini sebesar 120%. Rincian Indeks rumusan kebijakan yang telah diselesaikan selama tahun 2016 adalah sebagai berikut:
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
65
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.14 Indeks Rumusan Kebijakan di Bidang Kepabeanan Internasional Rumusan Kebijakan Tahun 2016
No 1
Penambahan dan Penguatan Atase Bea dan Cukai di Luar Negeri.
2
Persetujuan Pemberlakuan Amandemen ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) terkait implementasi Electronic ATIGA Certificate of Origin Form D (e-ATIGA Form D).
3
Proses penyiapan tahapan ratifikasi Protocol on the Legal Framework to Implement the ASEAN Single Window.
Keterangan
Indeks
- Telah disampaikan Surat Direktur Jenderal kepada Menteri Keuangan hal Penyampaian Hasil Kajian Penguatan Tugas dan Fungsi Atase Bea dan Cukai serta Potensi Pengembangannya. - Telah dilaksanakan rapat koordinasi dengan Unit Eselon I lainnya yang dipimpin oleh Wakil Menteri Keuangan. Telah mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui disposisi nota dinas nomor ND-233/BC/2016 tanggal 30/09/2016 hal Pemberlakuan Amandemen the Operational Certification Procedure for the Rules of Origin of ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA OCP) terkait Implementasi Electronic ATIGA Certificate of Origin Form D (e-ATIGA Form D) Telah disampaikan ijin prakarsa ratifikasi Protocol on The Legal Framework to Implement ASEAN Single Window kepada Presiden RI.
3
Rata-rata Indeks
4
3,67
Sumber : 1. Direktorat Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal).
66
4
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
6b-N Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat Deviasi proyeksi perencanaan kas adalah gap antara perkiraan/proyeksi dengan realisasi yang merupakan gabungan dari penerimaan dan pengeluaran.
Data
proyeksi
yang
dimaksud
bukan
merupakan data yang terdapat pada target APBN/P, namun Gambar 3.22 Ilustrasi Proyeksi merupakan proyeksi riil terhadap pendapatan/belanja/pembiayaan yang dapat dieksekusi. Rencana penerimaan kas adalah rencana penerimaan kas (cash inflows) yang berasal dari pendapatan negara dan hibah serta pembiayaan. Sedangkan realisasi penerimaan kas adalah realisasi penerimaan kas (cash inflows) yang berasal dari pendapatan negara dan hibah serta pembiayaan. Perencanaan penerimaan kas dinyatakan akurat apabila standar deviasi antara realisasi penerimaan kas dan rencana penerimaan kas dalam suatu waktu tertentu ≤ 5%. IKU ini bertujuan untuk merefleksikan sejauh mana gap penyimpangan antara realisasi dan proyeksi perencanaan kas. Pada Tahun 2016 capaian IKU ini adalah 2.74% dari target 5%. IKU ini merupakan IKU dengan polarisasi minimize (semakin kecil realisasinya dibandingkan target, semakin baik). IKU ini merupakan IKU baru pada tahun 2016. Realisasi deviasi proyeksi rata-rata tiap bulan tahun 2016, yaitu sebagai berikut:
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
67
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.15 Realisasi Deviasi Proyeksi Penerimaan No
Bulan
a
Proyeksi Penerimaan
Realisasi
bulan berjalan
penerimaan
(juta rupiah)
(juta rupiah)
c
d
b
Capaian IKU
Capaian IKU
Capaian
bulanan
Triwulanan
2016
e=|(c-d)/c*100%|
f
1
Januari
-
4.165.808,26
-
2
Februari
4.026.593,49
4.221.423,35
4,84%
3
Maret
8.696.908,26
8.337.667,27
4,13%
4
April
13.758.305,79
13.988.706,44
1,67%
5
Mei
12.248.466,10
12.222.009,81
0,22%
6
Juni
18.215.853,19
18.262.108,05
0,25%
7
Juli
12.474.082,46
12.113.579,36
2,89%
8
Agutus
14.950.763,72
15.212.945,18
1,75%
9
September
14.217.241,66
15.072.731,03
6,02%
10 Oktober
12.465.692,54
11.939.226,85
4,22%
11 November
17.813.977,28
18.103.227,60
1,62%
12 Desember
45.289.071,67
44,928,025.83
0,80%
4,48%
0,71%
2,74% 3,55%
2,21%
Sumber : 1. Direktorat Penerimaan dan Perencanaan Strategis; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal).
68
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
SS-7 PENINGKATAN PELAYANAN PRIMA Salah satu fungsi dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah sebagai Industrial Assistance. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai selain melakukan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai juga bisa memberikan pelayanan yang prima kepada pengguna jasanya demi kelancaran arus barang. Adapun capaian sasaran strategis peningkatan pelayanan prima pada tahun 2016 sebesar 114,19%. Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian IKU Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan.
Gambar 3.23 Kegiatan Pelayanan di Kantor Pelayanan
7a-N Rata-Rata Persentase Realisasi Janji Layanan Unggulan Tujuan IKU ini adalah untuk mengetahui apakah pelayanan yang diberikan di bidang Kepabeanan dan Cukai kepada para pengguna jasa sudah sesuai dengan Standard Operating Procedures (SOP). Janji layanan unggulan adalah standar prosedur operasi yang disusun dan diimplementasikan dalam rangka pelayanan kepada pihak eksternal dengan limit waktu tertentu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 187/KMK.2010 tentang SOP
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
69
Bab III Akuntabilitas Kinerja
(Standard Operating Procedure) Layanan Unggulan di Lingkungan Kementerian Keuangan. Realisasi janji pelayanan adalah banyaknya dokumen yang diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Jumlah total dokumen adalah jumlah dokumen yang dilayani yang termasuk dalam kategori janji pelayanan. Layanan unggulan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 187/KMK.01/2010 yang diukur capaiannya pada IKU Kemenkeu-One DJBC Tahun 2016 adalah: a) Layanan Unggulan Direktorat Fasilitas Kepabeanan meliputi: 1. Layanan pemberian pembebasan bea masuk atas impor bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian, pertanian, peternakan, atau perikanan (PMK-105/PMK.04/2007), dengan janji layanan 5 (lima) hari kerja; 2. Layanan pemberian pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor tidak dipungut atas impor barang berdasarkan kontrak bagi hasil (Production
Sharing
Contracts)
minyak
dan
gas
bumi
(PMK-
20/PMK.010/2005) dengan janji layanan 5 (lima) hari kerja. b) Layanan Unggulan Direktorat Teknis dan Fasilitas Cukai : Pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol Asal Impor (P3C MMEA) paling lama 11 (sebelas) hari kerja. c) Layanan Unggulan KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok : 1. Penyelesaian barang impor untuk dipakai jalur MITA prioritas paling lama 20 (dua puluh) menit; 2. Penyelesaian barang impor untuk dipakai jalur hijau paling lama 30 (tiga puluh) menit; 3. Pengembalian bea masuk berdasarkan putusan pengadilan pajak paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja; 4. Pemberian izin impor dengan penangguhan pembayaran bea masuk, pajak dalam rangka impor dan/atau cukai (vooruitslag) paling lama 17 (tujuh belas) jam; 5. Pemberian persetujuan pemberitahuan pendahuluan (pre-notification) paling lama 17 (tujuh belas) jam.
70
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
d) Layanan Unggulan KPPBC Tipe Madya Cukai Kudus meliputi: 1. Permohonan Penyediaan Pita Cukai Hasil Tembakau (P3C) Pengajuan Awal Secara Elektronik paling lama 60 (enam puluh) menit; 2. Permohonan Penyediaan Pita Cukai Hasil Tembakau (P3C) Pengajuan Tambahan Secara Elektronik paling lama 60 (enam puluh) menit; 3. Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau (CK-1) Secara Elektronik paling lama 20 (dua puluh) menit. e) Layanan Unggulan BPIB Jakarta meliputi: 1. Pengujian Laboratoris dan Identifikasi Barang bagi Pengguna Jasa Internal DJBC (khusus barang impor) paling lama 3 (tiga) menit; 2. Pengujian Laboratoris dan Identifikasi Barang bagi Pengguna Jasa Eksternal DJBC paling lama 3 (tiga) hari kerja. Realisasi IKU ini diukur dengan melakukan penilaian tehadap dokumen tepat waktu dengan bobot 70% dan penilaian terhadap rata-rata waktu penyelesaian dokumen dengan bobot 30%. Formula pengukuran IKU ini adalah sebagai berikut : Formula:
Catatan dari formula di atas adalah : 1. Bobot 70 dan 30 diambil berdasarkan rentang bobot kualitas IKU E/L (Exact/Low) dan A/H (Activity/High); 2. Rata-rata waktu penyelesaian dapat dicapai maksimum 120%; 3. Apabila capaian parameter "∑ dokumen tepat waktu" adalah 100% maka dikonversi menjadi 120%. Jika capaiannya ≤100% maka tidak dikonversi ke 120%; 4. Pengecualian perhitungan jika: a) layanan yang output per jenis layanannya <10 dokumen dan/atau b) layanan yang targetnya menggunakan tanggal.
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
71
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Untuk kedua kondisi tersebut, penghitungan capaian diukur melalui indeks (tidak menggunakan rumus di atas), tetapi dengan rumus :
5. Untuk kondisi ke-4, penentuan indeks adalah dengan ketentuan berikut: a) Layanan yang outputnya <10 dokumen dan target menggunakan hari : Indeks 100 diperoleh jika memenuhi target penyelesaian. Jarak antar indeks ditentukan dengan= Target hari/6. Apabila hasil pembagian berbentuk koma, maka dibulatkan ke bawah. Penghitungan capaian menggunakan interpolasi dengan rumus. Contoh: Target
Indeks
Contoh
=Target hari - (Target hari/6)
120
≤ 20 hari
=Target hari
100
24 hari
=Target hari + (Target hari/6)
80
28 hari
=Target hari + (2*(Target hari/6))
60
32 hari
=Target hari + (3*(Target hari/6))
40
36 hari
=Target hari + (4*(Target hari/6))
20
40 hari
=Target hari + (5*(Target hari/6))
0
≥ 44 hari
Contoh: Layanan "Pemberian izin usaha perusahaan pembiayaan" dengan target 24 hari. Indeks 100 = 24 hari. Jarak antar indek adalah: =(24/6) Range indeks adalah seperti di samping. Misal: rata-rata realisasi waktu adalah 22 hari, maka capaiannya adalah: =(100+[(120-100)/(24-20)*(22-20)] = 110
b) Layanan yang outputnya <10 dokumen dan target menggunakan tanggal. Indeks
100
diperoleh
apabila
sesuai
dengan
target
tanggal
penyelesaian. Penentuan besaran range batasan tanggal penyampaian adalah sesuai kebijakan
masing-masing
unit
dengan
mempertimbangkan
konsistensi jarak (gap) antar tanggal penyampaian.
72
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja Tanggal Penyampaian
Indeks
Contoh
=TP - x
120
≤ 10 Ags
=target penyelesaian (TP)
100
11 Ags
=TP + x
80
12 Ags
=TP + 2x
60
13 Ags
=TP + 3x
40
14 Ags
=TP + 4x
20
15 Ags
=TP + 5x
0
≥ 16 Ags
Contoh: IKU "Indeks Ketepatan Waktu Penyusunan NK & RAPBN beserta RUU-nya" dengan target 11 Agustus. Catatan: dikatakan selesai jika sudah ditetapkan oleh Menteri. Indeks 100 = 11 Ags. Jarak (gap) antar tanggal adalah 1. Misal: NK&RAPBN beserta RUU diselesaikan tanggal 12 Ags, maka capaian IKU tersebut adalah 80.
Adapun realisasi IKU Rata-Rata Persentase Realisasi Janji Layanan Unggulan pada tahun 2016 adalah 114,19% dari target tahun 2016 yaitu sebesar 100%. Untuk lebih jelasnya realisasi janji layanan unggulan ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 3.16 Realisasi Janji Layanan Unggulan Tahun 2016
No
Janji Layanan Unggulan
Penyelesaian
Waktu Penyelesaian
(Bobot 70%)
(Bobot 30%)
Target Dok dilayani
1
Capaian
PIC
Pembebasan BM Impor Bibit dan Benih untuk Pembangunan dan Pengembangan Industri Pertanian, Peternakan dan Perikanan
TOTAL tepat waktu
Capaian
Standar
Rata-rata Capaian
22
22
100,00%
5 Hari
3,22
120%
120,00%
759
759
100,00%
5 Hari
3,45
120%
120,00%
163
163
100,00%
11 Hari
8,95
76%
119,59%
106693
106050
99,40%
1200 detik
88,8
120%
105,58%
315485
313993
99,53%
1800 detik
67,8
120%
105,67%
1372
1372
100,00%
30 hari
19,98
120%
120,00%
Dit. Fasilitas Kepabeanan 2
Pembebasan BM dan PDRI tidak dipungut atas impor barang berdasarkan kontrak bagi hasil minyak dan gas bumi
3
Dit Teknis dan Fasilitas Cukai
P3C MMEA Impor
4
Penyelesaian Barang Impor untuk Dipakai Jalur MITA Prioritas
5
Penyelesaian Barang Impor untuk Dipakai Jalur Hijau
6
Pengembalian BM Berdasarkan Putusan Pengadilan Pajak
KPU Tg. Priok
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
73
100%
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Janji Layanan Unggulan
No
Penyelesaian
Waktu Penyelesaian
(Bobot 70%)
(Bobot 30%)
Capaian
PIC
Target Dok dilayani
TOTAL tepat waktu
Capaian
Standar
Rata-rata Capaian
7
Pemberian Izin Impor Dengan Penangguhan Pembayaran BM, PDRI Dan/Atau Cukai (Vooruitslag)
20
20
100,00%
72 jam
4,21
120%
120,00%
8
Pemberian Persetujuan Pre-Notification
536
536
100,00%
24 jam
2,68
120%
120,00%
9
P3C Pengajuan Awal Secara Elektronik
819
819
100,00%
60 Menit
1,88
120%
120,00%
10
P3C Pengajuan Tambahan Secara Elektronik
569
569
100,00%
60 Menit
1,09
120%
120,00%
11
CK-1 Secara Elektronik
5800
5546
95,62%
20 Menit
5,07
120%
102,93%
12
Pengujian Laboratoris dan Identifikasi Barang bagi Pengguna Jasa Internal (khusus barang impor)
6954
6853
98,55%
3 Hari
1,45
120%
104,98%
241
240
99,59%
3 Hari
1,48
120%
105,71%
KPPBC Kudus
BPIB Jakarta
13
Pengujian Laboratoris dan Identifikasi Barang bagi Pengguna Jasa Eksternal
RATA-RATA 114,19% Sumber : Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal). Penyedia Data : 1. Direktorat Fasilitas Kepabeanan 2. Direktorat Teknis dan Fasilitas Cukai 3. KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok 4. KPPBC Tipe Madya Cukai Kudus 5. BPIB Jakarta
Realisasi IKU Rata-rata persentase janji layanan unggulan pada tahun 2016 114,19% lebih rendah dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 sebesar 114,83% dari target yang ditetapkan 100%. Hal ini disebabkan karena belum semua
layanan
unggulan memiliki sertifikat ISO dan sering
terjadi
gangguan jaringan Gambar 3.24 Ilustrasi Service Excellent 74
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
intranet dan gangguan pada Aplikasi CEISA, Sistem Aplikasi Cukai (SAC), dan sistem Aplikasi Perijinan SO-Fast. Walaupun demikian, realisasi tahun ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun 2012 dan 2013. Berikut ini data capaian tahun 2012 sampai dengan 2016 sebagaimana tersebut pada tabel berikut : Tabel 3.17 Rata-Rata Janji Layanan Unggulan Tahun 2012 – 2016 Tahun
Target
Realisasi
Indeks Capaian
2012
100%
113,99%
113,99%
2013
100%
114,07%
114,07%
2014
100%
116%
116%
2015
100%
114,83%
114,83%
2016
100%
114.19%
114.19%
Sumber : 1. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal); 2. LAKIN DJBC 2012 s.d. 2015.
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
75
Bab III Akuntabilitas Kinerja
SS-8
EDUKASI DAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Sasaran Strategis ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dari
kegiatan edukasi maupun komunikasi terkait update maupun perubahan pada peraturan-peraturan di bidang kepabeanan dan cukai. Edukasi maupun komunikasi yang dilakukan oleh DJBC kepada pihak eksternal DJBC (stakeholders) melalui pelatihan/sosialisasi/workshop. Adapun
capaian
sasaran
strategis
peningkatan
efektifitas
dan
komunikasi pada tahun 2016 sebesar 104,34%. Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian IKU Indeks efektifitas edukasi dan komunikasi.
Gambar 3.25 Sosialisasi kepada Pengguna Layanan 8a-N Indeks Efektivitas Edukasi dan Komunikasi Indeks Efektivitas Edukasi dan Komunikasi merupakan bentuk pengukuran
tingkat
pemahaman
peserta
dari
pihak
eksternal
DJBC
(stakeholders) terhadap substansi/materi pelatihan/sosialisasi/workshop yang dilakukan oleh DJBC. Pengukuran IKU ini dilakukan berdasarkan standardisasi kuesioner yang
76
kemudian
diedarkan
kepada
peserta
yang
mengikuti
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
pelatihan/sosialisasi/ workshop yang dilakukan oleh DJBC. Adapun variabel yang diukur dalam kuesioner tersebut sebagai berikut: a) Materi (bobot 30%), b) Acara (bobot 20%), dan c) Narasumber (bobot 50%). Dalam hal ini untuk menjaga keabsahan dari penilaian yang dilakukan, Direktorat Kepatuhan Internal selaku unit pengelola kinerja organisasi melakukan pendampingan terhadap tim sosialisasi Direktorat Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga dalam melakukan penyebaran dan penghitungan kuesioner sosialisasi. Realisasi IKU ini pada tahun 2016 adalah sebesar 82,43 dari target yang ditetapkan yaitu 79 dari skala 100. Untuk lebih jelasnya, penjelasan mengenai realisasi IKU ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.18 Realisasi Indeks Efektivitas Edukasi dan Komunikasi Tahun 2016 No
Sosialisasi
Lokasi
Waktu
Indeks Efektivitas
Auditorium Sabang KP DJBC
02-Feb-16
80,70
Aula KPPBC TMP Ngurah Rai Aula GKN Medan
02-Mar-16
84,33
02-Nov-16
80,08
Yogyakarta
07-Apr-16
83,79
Balikpapan
21-Apr-16
80,40
Kunjungan Mahasiswa Undip
KP DJBC
19-Apr-16
83,90
7
Sosialisasi Pusat Logistik Berikat
Manado
28-Apr-16
81,76
8
Sosialisasi Pusat Logistik Berikat
Palembang
12-May-16
80,78
9
Sosialisasi Pusat Logistik Berikat
Medan
20-May-16
77,91
Jakarta
19-May-16
KP DJBC
03-Jun-16
1
Sosialisasi PMK 224, 226, Pencantuman Kode HS Pada Barang Lartas, Pemeriksaan Laboratorium BPIB, dan AEO
2
Sosialisasi Peraturan di Bidang Kepabeanan
3
Sosialisasi Peraturan di Bidang Kepabeanan
4
Sosialisasi Pusat Logistik Berikat
5
Sosialisasi Pusat Logistik Berikat
6
10 11
Sosialisasi PMK No. 34/PMK. 04/2016 dan No. 67/PMK.04/2016 Kunjungan Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI
12
Bimbingan Teknis Ekspor Badan Ekonomi Kreatif
13
Bimbingan Teknis Ekspor Badan Ekonomi Kreatif
14
Sosialisasi dan Pelatihan Pemberitahuan Pabean Impor
15
Kunjungan KMBC Goes To School
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Hall Bukalapak, Plaza City View, Jakarta The Alana Hotel and Convention Center, Solo KP DJBC
80,76 83,32 81,54
22-Jun-16
81,03 28-Jul-16
16 dan 18-Aug-16
SMA Negeri 6 Jakarta
22-Aug-16
SMA Negeri
25-Aug-16
84,8 83,46
77
Bab III Akuntabilitas Kinerja
No
Sosialisasi
Lokasi
Waktu
Indeks Efektivitas
3 Jakarta 16 17 18 19 20
Kunjungan Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Universitas STIEI Rawamangun Sosialisasi Penetapan Mitra Utama Kepabeanan Sosialisasi Penetapan Mitra Utama Kepabeanan Sosialisasi Penetapan Mitra Utama Kepabeanan Sosialisasi Penetapan Mitra Utama Kepabeanan
KP DJBC
23-Aug-16
KP DJBC
14-Sep-16
KP DJBC
15-Sep-16
KP DJBC
16-Sep-16
KP DJBC
21-Sep-16
86,95 81,7 82,67 83,64 81,8
21
Sosialisasi Peraturan di Bidang Ekspor
KP DJBC
22-Sep-16
80,86
22
Kunjungan Mahasiswa Universitas Airlangga
KP DJBC
28-Sep-16
84,88
23
Sosialisasi PER-34/BC.05/2016
24
Sosialisasi PER-34/BC.05/2016
25
Sosialisasi PEB
Surabaya
29-Sep-16
78,29
26
Sosialisasi PEB
Makasar
29-Sep-16
82,84
27
Sosialisasi PEB
Balikpapan
06-Oct-16
80,58
28
Sosialisasi PEB
Semarang
06-Oct-16
81,42
29
Sosialisasi Tarif Cukai Hasil Tembakau
Malang
27-Oct-16
84,42
30
Sosialisasi FTA
KP DJBC
08-Nov-16
86,526
31
Sosialisasi Penyempurnaan Prosedur Importasi Tekstil dan Produk Tekstil Serta Deklarasi Anti Korupsi
Kementerian Keuangan
10-Nov-16
Kanwil DJBC Sulawesi Kanwil Jawa Timur I
82,84 29-Sep-16 29-Sep-16
77,84
87,68
32
Sosialisasi Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kepada Media Antusiast 2016
KPU BC Tipe C Soekarno Hatta dan KPPBC TMP Cikarang
33
SHARING SESSION AND COACHING CLINIC WITH CUSTOMS ADMINISTRATION OF THE NETHERLANDS
KP DJBC
22-Nov-16
34
Sosialisasi Barang Kiriman
KP DJBC
28-Nov-16
87,10
29-Nov-16
Tidak ada kuesioner
35
Sosialisasi Barang Kiriman
36
Sosialisasi Barang Bawaan Penumpang dan Barang Kiriman
37
Sosialisasi Peraturan Kepabenan di Bidang Ekspor
38
Sosialisasi Registrasi
39
Sosialisasi Evaluasi Perusahaan MITA KPUBC Tipe A Tanjung Priok Semester II tahun 2016
15 dan 17-Nov-16
79,44
KPU BC Tipe C Soekarno Hatta dan KPPBC TMP Cikarang Universitas Udayanan KPPBC TMP B Dumai Aula Merauke Aula Merauke
29-Nov-16
82,01 83,28
01-Dec-16 07-Dec-16 14-Dec-16
Rata-Rata Indeks
82,52 82,12
82,43
Sumber : 1. Direktorat Kepabeanan Internsaiona dan Antar Lembaga; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal)
78
Tidak ada kuesioner
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Terjadi peningkatan realisasi IKU pada tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015 dari indeks 80,61 menjadi 82,43. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja dari pencapaian IKU ini antara lain: a. penyampaian materi presentasi dilakukan oleh narasumber yang memiliki kompetensi dan pengalaman yang cukup di bidangnya; dan b. kondisi tempat penyelenggaran kegiatan yang representatif dan nyaman. Sementara kendala dari pencapaian IKU ini adalah masih terdapatnya beberapa kesalahpahaman antara aparat DJBC dengan pengguna jasa terkait beberapa ketentuan/peraturan yang ada, adanya peraturan / kebijakan baru atau perubahan peraturan /kebijakan yang belum tersosialisasikan dengan baik dan frekuensi penerbitan dan/atau perubahan peraturan/kebijakan yang cukup tinggi. Sedangkan tindakan yang telah dilaksanakan untuk menggapai sasaran ini antara lain menyelenggarakan sosialisasi/penyuluhan terkait peraturan/kebijakan baru maupun perubahan peraturan/kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai kepada stakeholder DJBC terkait serta melakukan pengukuran efektivitas kegiatan sosialisasi/penyuluhan melalui penyebaran kuesioner.
Berikut ini tabel data capaian tahun 2013 sampai dengan 2016 sebagaimana tersebut pada tabel berikut: Tabel 3.19 Indeks Efektivitas Edukasi dan Komunikasi Tahun 2013 - 2016 Tahun
Target
Realisasi
Indeks Capaian
2013
78
79,90
102,44%
2014
78
80,43
103,12%
2015
78
80,61
103,35%
2016
79
82,43
104,34%
Sumber : 1. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal); 2. LAKIN DJBC 2013 s.d 2015.
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
79
Bab III Akuntabilitas Kinerja
SS-9
PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN
KEPABEANAN
DAN CUKAI Kegiatan
pengawasan
kepabeanan
dan
cukai
adalah
kegiatan
pengawasan yang dilakukan DJBC dalam rangka memastikan dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai secara efektif. Capaian Sasaran Strategis peningkatan efektivitas pengawasan kepabeanan dan cukai pada tahun 2016 sebesar 114,37%. Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian dari 3 (tiga) IKU yaitu: 1. Persentase keberhasilan pelaksanaan Joint Audit (118,80%); 2. Persentase tindak lanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan cukai (118,44%); 3. Indeks efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai (105,88%).
Gambar 3.26 Kegiatan Patroli Laut
80
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
9a-CP Persentase Keberhasilan Pelaksanaan Joint Audit Joint Audit adalah kegiatan pemeriksaan
pajak,
audit
kepabeanan, dan/atau audit cukai yang antara
dilakukan pemeriksa
bersama-sama pajak
dan
auditor bea dan cukai terhadap Gambar 3.27 Ilustrasi Rapat Pembahasan Kegiatan
Wajib Pajak/Auditee yang telah ditentukan oleh Komite Joint Audit,
yang dilaksanakan sesuai dengan pedoman pelaksanaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 351/KMK.09/2012 tanggal 5 November 2012. IKU Persentase Keberhasilan Pelaksanaan Joint Audit merupakan IKU Mandatory yang mana target dan Manual IKU-nya ditetapkan oleh PUSHAKA selaku Pengelola Kinerja Organisasi level Kementerian Keuangan. IKU ini merupakan penggabungan dua parameter yaitu "Persentase Pelaksanaan Joint Audit" dan "Persentase Joint Audit yang Berhasil". Realisasi IKU ini dihitung berdasarkan formula sebagai berikut: 1. Target Penerbitan ST Join Audit
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑇 𝐽𝑜𝑖𝑛𝑡 𝐴𝑢𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑇 𝐽𝑜𝑖𝑛𝑡 𝐴𝑢𝑑𝑖𝑡
𝑥 100%
2. Nilai penyelesaian penugasan Unsur ini diukur dengan Rasio Laporan Joint Audit (LJA) yang diselesaikan tepat waktu, dengan formula sebagai berikut:
𝐿𝐽𝐴 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑆𝑇 + 𝑆𝑇 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 −𝑆𝑇 𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑜 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐿𝐽𝐴𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 − 𝑆𝑇 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑡𝑎𝑙𝑘𝑎𝑛
3. Nilai Hasil Audit
Dihitung apabila terdapat nilai pajak, bea dan cukai yang dihasilkan oleh joint audit atau terdapat penegakan hukum. Formula nilai hasil audit berdasarkan nilai tambah bayar:
=
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘, 𝑏𝑒𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑐𝑢𝑘𝑎𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝐽𝑜𝑖𝑛𝑡 𝐴𝑢𝑑𝑖𝑡 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙
x 100%
Jika terdapat indikasi pelanggaran pidana maka nilai penegakan hukum bernilai 100.
Persentase Keberhasilan Pelaksanaan Joint Audit = (Target penerbitan ST Joint Audit * 10%) + (Nilai Penyelesaian Penugasan * 30%) + (Nilai Hasil Audit * 60%)
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
81
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Realisasi IKU ini pada tahun 2016 adalah sebesar 104,78% dari target yang ditetapkan yaitu 88,2% dengan indeks capaian 118%. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 sebesar 101,4%, maka realisasi tahun 2016 mengalami peningkatan. Adapun rincian persentase keberhasilan joint audit dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.20 Persentase Keberhasilan Pelaksanaan Joint Audit
Sumber : 1. Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal);
82
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Kendala dan strategi dalam pencapaian sasaran yang telah dilakukan pada tahun 2016 antara lain : 1.
Identifikasi masalah : Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan Joint Audit DJP-DJBC, yaitu: belum ada target waktu terkait penyusunan obyek audit / pemeriksaan dan pemaksimalan Pertukaran Data dan pelaksanaan Joint Completion. Solusi masalah : a) Menyusun target waktu terkait penyusunan obyek audit / pemeriksaan. b) Memperkuat Joint Analysis terkait targetting penentuan obyek, Pertukaran Data terkait dengan pelaksanaan audit / pemeriksaan, dan Joint Completion terkait penyelesaian audit / pemeriksaan yang terkonsolidasi dan selaras. c)
Secara rutin melakukan pelatihan atau workshop terkait dengan penyelarasan program audit / pemeriksaan dan teknik analisis audit / pemeriksaan.
2.
Identifikasi masalah : Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan Joint Audit DJP-DJBC, yaitu: diberlakukannya
Undang-Undang
Nomor
11
Tahun
2016
tentang
Pengampunan Pajak dan Instruksi Direktur Jenderal Pajak Nomor INS03/PJ/2016 tentang Kebijakan Pemeriksaan Dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan
Undang-Undang
Nomor
11
Tahun
2016
tentang
Pengampunan Pajak menimbulkan dampak terhadap pelaksanaan joint audit yaitu tidak dapat diterbitkannya 8 penugasan pada semester II sehingga tidak tercapainya target penerbitan Surat Perintah Joint Audit dan berpengaruh juga terhadap capaian IKU efektifitas pelaksanaan Joint Audit. Solusi masalah : a) Melakukan penyesuaian terhadap IKU efektifitas pelaksanaan Joint Audit sebagai antisipasi terhadap capaian/realisasi pelaksanaan Joint Audit dikarenakan beberapa Wajib Pajak/Auditee berpotensi untuk memanfaatkan kebijakan Pengampunan Pajak.
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
83
Bab III Akuntabilitas Kinerja
b) Melaksanakan
progress
report
secara
rutin
untuk
mengawasi
perkembangan penyelesaian penugasan yang masih dalam proses. c)
Menetapkan batas waktu penyelesaian untuk penugasan yang masih dalam proses paling lambat sampai dengan program pengampunan pajak berakhir yaitu 31 Maret 2017.
3.
Identifikasi masalah : Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan Joint Audit DJP-DJBC, yaitu: terjadinya pemindahan tugas berurutan Para Pejabat di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada periode Maret s.d. Mei tahun 2016 menjadi hambatan dalam penyelesaian penugasan joint audit. Solusi masalah : a) Menerbitkan
perubahan
Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
142/KM.04/2016 tentang Penetapan Susunan Keanggotaan Komite, Pengawas Mutu, dan Pelaksana Joint Audit antara Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tahun 2016. b) Meningkatkan monitoring dan evaluasi atas penyelesaian penugasan joint audit yang masih dalam proses dengan cara menginstruksikan kepada Tim Pelaksana untuk membuat laporan kemajuan pelaksanaan joint audit secara berkala setiap dua minggu. c)
9b-N
Melaksanakan progress report secara rutin.
Persentase Tindak Lanjut Temuan Pelanggaran Kepabeanan dan Cukai IKU ini bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan penindakan
pelanggaran kepabeanan dan cukai. Pelanggaran kepabeanan dan cukai adalah pelanggaran kepabeanan dan cukai yang berhasil ditindak oleh petugas KP DJBC, Kanwil DJBC, KPU, dan KPPBC di seluruh Indonesia pada tahun 2016. Tindak lanjut temuan pelanggaran merupakan tindak lanjut terhadap temuan pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai sebagai berikut :
84
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
1.
Tindak lanjut temuan pelanggaran sesuai dengan Pasal 84 huruf a sampai dengan h Perdirjen Nomor: P-53/BC/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan, yang dapat berupa: a.
pengenaan sanksi andministrasi berupa denda,
b. penyidikan, c.
penetapan barang sebagai Barang Dikuasai Negara (BDN) atau Barang Milik Negara (BMN),
d. pemblokiran, e.
rekomendasi audit,
f.
reekspor,
g. rekomendasi tidak dilayani pemesanan pita cukai, h. pelimpahan ke Instansi terkait; 2.
Pembekuan NPPBKC;
3.
Pencabutan NPPBKC;
4.
Pemusnahan Barang Kena Cukai.
Gambar 3.28 Pelaksanaan Pemusnahan Barang Kena Cukai Ilegal
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
85
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Kegiatan
penindakan
adalah
kegiatan
penindakan
pelanggaran
kepabeanan dan cukai yang dilakukan oleh unit penindakan DJBC selama tahun 2016 dan dibuktikan dengan dokumen Surat Bukti Penindakan (SBP). Pengukuran IKU ini dengan cara membandingkan antara jumlah temuan pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai yang ditindaklanjuti dengan jumlah kegiatan penindakan yang dilakukan (SBP yang terbit). Apabila satu kegiatan penindakan menghasilkan lebih dari satu jenis tindak lanjut maka untuk perhitungan capaian IKU diperhitungkan sebagai satu tindak lanjut. Selama tahun 2016 terdapat 15.080 kegiatan penindakan yang dilakukan dan menghasilkan temuan sebanyak 14.289 kegiatan penindakan ini meningkat 38,90% dibandingkan tahun 2015 sebanyak 10.857 kegiatan dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.21 Data Capaian Penindakan DJBC Tahun 2016 Unit Kerja (KP/KWBC/KPU)
Jumlah SBP 2016
Tindak Lanjut SBP 2016
% Realisasi IKU
Kantor Pusat (Direktorat P2)
189
164
86,77%
Aceh
183
183
100,00%
Sumut
618
559
90,45%
Riau & Sumbar
385
326
84,68%
Khusus Kepri
272
272
100,00%
Sumbagsel
593
555
93,59%
Banten
94
94
100,00%
Jakarta
1.240
1.169
94,27%
727
727
100,00%
Jateng & DIY
1.261
1.207
95,72%
Jatim I
1.356
1.216
89,68%
Jatim II
475
467
98,32%
Bali, NTB & NTT
2.136
1.944
91,01%
Kalbagbar
1.936
1.933
99,85%
Kalbagtim
984
968
98,37%
Sulawesi
523
522
99,81%
MPPB
115
114
99,13%
Tanjung Priok
879
759
86,35%
Jawa Barat
86
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Unit Kerja (KP/KWBC/KPU)
Jumlah SBP 2016
Tindak Lanjut SBP 2016
% Realisasi IKU
Batam
348
345
99,14%
Soekarno Hatta
766
165
99,87%
15.080
14.289
94,75%
Jumlah
Sumber : 1. Data Penindakan Dit. P2 dan Akumulasi Data Penindakan Kanwil dan KPU 2016; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal);
Realisasi tahun 2016 sebesar 94,75% telah melebihi target yang telah ditetapkan pada Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2016, yaitu sebesar 80%. Kinerja ini diharapkan dapat terus dipertahankan mengingat sampai dengan tahun 2019 target yang ditetapkan pada Rencana Strategis Kementerian Keuangan sebesar 80%. Faktor yang mempengaruhi pencapaian IKU ini yaitu terjadinya peningkatan kegiatan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai pada seluruh unit pengawasan di tingkat Kantor Pusat DJBC (Direktorat Penindakan dan Penyidikan), Kantor Wilayah DJBC, Kantor Pelayanan Utama DJBC dan Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai di seluruh Indonesia. Terkait hal tersebut, strategi-strategi yang telah dilakukan DJBC pada tahun 2016 untuk mendukung ketercapaian IKU ini diantaranya melalui peningkatan
kemampuan
petugas
DJBC
dalam
melakukan
kegiatan
penindakan, melakukan updating berbagai modus pelanggaran pada database penindakan DJBC, melakukan asistensi percepatan proses penanganan pasca penindakan, meningkatkan koordinasi antar unit pengawasan di lingkungan DJBC, meningkatkan koordinasi dengan instansi penegak hukum lainnya antara lain dengan BNN, BIN, dan POLRI, meningkatkan akurasi informasi intelijen DJBC, serta melaksanakan tindak lanjut berupa : pengenaan sanksi administrasi berupa denda, penyidikan, penetapan sebagai BDN/BMN, pemblokiran, rekomendasi audit, re-ekspor, tidak dilayani pemesanan pita cukai, pelimpahan ke instansi terkait, pembekuan NPPBKC, pencabutan NPPBKC, pemusnahan BKC, pembatalan ekspor.
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
87
Bab III Akuntabilitas Kinerja
9c-N Indeks Efektivitas Pelaksanaan Audit Kepabeanan Dan Cukai IKU
ini
mengukur
bertujuan
keberhasilan
untuk
pelaksanaan
Audit di bidang kepabeanan dan cukai yang
dilakukan
oleh
Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai. Laporan Hasil Audit
(LHA)
kegiatan
adalah
audit
yang
laporan telah
atas
selesai
dilaksanakan sesuai dengan surat tugas Gambar 3.29 Ilustrasi Audit
berdasarkan DROA, Joint Audit, dan
Audit Sewaktu-Waktu (SWW) yang pelaksanaannya berdasarkan permintaan unit lain yang tidak termasuk dalam DROA namun sifat auditnya menyeluruh seperti pelaksanaan audit berdasarkan DROA. Kriteria penilaian dari Indeks efektivitas audit ini ditampilkan pada tabel berikut: Jumlah LHA yang dihasilkan: 400 LHA - bobot 50% Formula: Indeks 5 : X ≥ 500 Indeks 4 : 400 ≤ X < 500 Indeks 3 : 300 ≤ X < 400 Indeks 2 : 200 ≤ X < 300 Indeks 1 : 100 ≤ X < 200 Indeks 0 : X < 100
ACR (Audit Coverage Ratio) Fasilitas: 5 % (dari total 2.094 perusahaan penerima fasilitas) - bobot 25 % Formula : Indeks 5 : X ≥ 5,5% Indeks 4 : 4,5% ≤ X < 5,5% Indeks 3 : 3,5% ≤ X < 4,5% Indeks 2 : 2% ≤ X < 3,5% Indeks 1 : 1% ≤ X < 2% Indeks 0 : X < 1%
ACR (Audit Coverage Ratio) dari importir aktif selain High Risk Importir (HRI) yang memiliki NIK tahun 2014: 3.3% (dari total, 5.948 importir) - bobot 25% Formula: Indeks 5 : X ≥ 2.75% Indeks 4 : 2.25% ≤ X < 2.75% Indeks 3 : 1,75% ≤ X < 2.25% Indeks 2 : 1.25% ≤ X < 1,75% Indeks 1 : 0.75% ≤ X < 1.25% Indeks 0 : X < 0.75%
Jenis Fasilitas : a. Penangguhan bea masuk (TPB) b. Pembebasan bea masuk (Pertambangan, KITE, BKPM) c. Pengembalian Bea Masuk (KITE) d. Pembebasan Cukai
88
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Formula perhitungan realisasi IKU ini adalah sebagai berikut: Formula: Indeks = 50% (indeks LHA) + 25% (indeks ACR Penerima Fasilitas) + 25% (indeks ACR Importir aktif)
Realisasi capaian IKU ini pada tahun 2016 adalah sebesar 4,5 dari target yang ditetapkan yaitu 4,25. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2015, realisasi tahun 2016 tidak mengalami perubahan. Sementara dari sisi target, di tahun 2016 target yaitu indeks 4,25 mengalami kenaikan dibanding tahun 2015 yaitu indeks 4. Tabel 3.22 Perbandingan Realisasi IKU Tahun 2014 s.d 2016 Tahun
Indeks LHA
2014 2015 2016
3 4 4
Indeks ACR Fasilitas 5 5 5
Indeks ACR HRI 5 5 5
Realisasi IKU 4 4,5 4,5
Sumber : 1. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal); 2. LAKIN DJBC Tahun 2014 dan 2015.
Rincian realisasi Indeks Efektivitas Pelaksanaan Audit Kepabeanan dan Cukai pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.23 Indeks Efektivitas Pelaksanaan Audit Kepabeanan dan Cukai 2016 LHA yang diselesaikan
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan pelaporan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
(bobot 50%)
ACR Perusahaan Penerima Fasilitas
ACR importir aktif selain High Risk Improtir (HRI)
(bobot 25%)
(bobot 25%)
Jumlah ST yang Terbit Jumlah Perusahaan
Jumlah LHA
Indeks
57
0
39
9
91 128 171 209 255
0 1 1 2 2
20 33 33 47
287 341 374 415 451 475
2 3 3 4 4 4
79 110 113 148 161 161 207 256 316 355 358
56 56 63 110 116 145 145
ACR Fasilitas (dari total 2094 perusahaan) 0,43% 0,96% 1,58% 1,58% 2,24% 2,67% 2,67% 3,01% 5,25% 5,54% 6,92% 6,92%
Indeks
0 0 1 1 2 2 2 2 4 4 5 5
Indeks IKU Jumlah ACR Importir Importir aktif selain HRI Indeks aktif selain (dari total 5948 HRI perusahaan) 33 64 93 94 112 134 134 176 209 250 282 282
0,55% 1,08% 1,56% 1,58% 1,88% 2,25% 2,25% 2,96% 3,51% 4,20% 4,74% 4,74%
0
0,00 0,25 1,25 1,25 2,25 2,50
1 2 2 3 4 4 5 5 5 5 5
2,5 3,25 3,75 4,25 4,50 4,50
Sumber : Sumber : Sumber Sumber Data : Direktorat Audit 1. Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal). LAKIN DJ
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
89
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Indeks efektivitas audit meliputi gabungan dari tiga unsur penilaian sebagai berikut: 1. Jumlah LHA yang diselesaikan dengan bobot 50% (LHA yang diselesaikan sampai bulan Desember 2015 adalah sebanyak 475 LHA dengan indeks 4); 2. Audit Coverage Ratio (ACR) perusahaan penerima fasilitas dengan bobot 25% (Jumlah Surat Tugas (ST) yang diterbitkan pada bulan pelaporan adalah sebanyak 145 ST dari 2.094 perusahaan penerima fasilitas dan ACR sebesar 6,92% sehingga mendapatkan indeks 5); 3. Audit Coverage Ratio (ACR) importir aktif selain Very High Risk Improtir (VHRI) dengan bobot 25%, pada tahun ini terdapat 282 yang diaudit dari 5.948 perusahaan atau 4,5% sehingga mendapatkan indeks 5).
90
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
SS-10 PENGENDALIAN MUTU YANG OPTIMAL Kegiatan pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan dalam rangka
mengawasi, mengamati,
mengecek
dengan
cermat,
memantau suatu pekerjaan maupun laporan yang
Gambar 3.30 Ilustrasi Pengendalian
agar
pekerjaan/laporan
dilakukan
tersebut
sesuai
dengan ketentuan/peraturan yang berlaku. Capaian sasaran strategis
pengendalian mutu yang optimal pada tahun 2016 sebesar 117,12%. Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian dari 3 (tiga) IKU, yaitu : 1. Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti (status abu-abu/tidak ada capaian); 2. Rata-rata
persentase
tingkat
efektivitas
monitoring
dan
pengawasan
kepatuhan internal (114,24%); dan 3. Persentase hit rate dari importasi jalur merah (120%).
10a-CP Persentase Rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti IKU ini bertujuan Untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara. Tindak lanjut Pemerintah terhadap Temuan Pemeriksaan (TP) BPK atas LKPP dan LK BUN perlu diselesaikan sebagaimana yang direkomendasikan oleh BPK. Setiap K/L dan Pengguna Anggaran
BUN diwajibkan menyampaikan
Tindak Lanjut atas rekomendasi terkait. TP BPK tersebut setiap akhir bulan Maret, Juli, dan November. Pengukuran penyelesaian rekomendasi adalah temuan yang telah selesai ditindaklanjuti terhadap
temuan/rekomendasi BPK sebagaimana action plan
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
91
Bab III Akuntabilitas Kinerja
dengan timeframe yang ditetapkan pemerintah dengan menggunakan dua kriteria, yaitu: a) rekomendasi yang ditindaklanjuti merupakan rekomendasi yang diusulkan selesai kepada BPK. Status rekomendasi BPK yang diusulkan selesai, ditetapkan pada forum pembahasan bersama DJPB, Itjen, unit eselon I terkait dan Auditor BPK. b) rekomendasi yang diselesaikan merupakan rekomendasi yang dinyatakan tuntas oleh BPK dan tercantum dalam LHP. Formula perhitungan IKU ini adalah sebagai berikut: Semester I Capaian = Semester II Capaian =
Keterangan : a = Jumlah rekomendasi BPK dalam "LHP Tindak Lanjut dalam Hasil Pemeriksaan LKPP tahun 2015" yang dinyatakan selesai b = Jumlah outstanding rekomendasi BPK dalam "LHP Tindak Lanjut dalam Hasil Pemeriksaan LKPP tahun 2015" c = Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LKPP yang diusulkan selesai dalam tahun 2016 d = Jumlah outstanding rekomendasi BPK dalam LHP LKPP 2015 e = Jumlah rekomendasi BPK dalam "LHP Tindak Lanjut dalam Hasil Pemeriksaan BUN tahun 2015" yang dinyatakan selesai f = Jumlah outstanding rekomendasi BPK dalam "LHP Tindak Lanjut dalam Hasil Pemeriksaan BUN tahun 2015" g = Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP BUN yang diusulkan selesai dalam tahun 2016 h = Jumlah outstanding rekomendasi BPK dalam LHP BUN 2015 Catatan: Dalam LHP tindaklanjut LKPP/LK BUN sudah terangkum rekomendasi tahun-tahun sebelumnya yang belum selesai ditindaklanjuti
Berdasarkan Rekap Penyelesaian Rekomendasi BPK s.d. Semester I Tahun 2016 dan LHP BPK atas LKPP dan LKBUN 2015 yang disampaikan oleh DJPB, tidak ada temuan yang menjadi tanggung jawab DJBC.
92
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
10b-N Rata-Rata Persentase Tingkat Efektivitas Monitoring dan Pengawasan Kepatuhan Internal IKU ini bertujuan untuk mengukur Rata-rata persentase realisasi atas 3 (tiga) kegiatan yang meliputi: 1.
Persentase
tindak
lanjut
atas
rekomendasi
pengawasan
kepatuhan
pelaksanaan tugas. Pelaksanaan kegiatan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas yang terkait dengan penegakan kepatuhan internal/disiplin merupakan upaya pengawasan
(monitoring)
dan
penguatan
kepatuhan
internal
yang
berlandaskan pada manajemen risiko yang dilaksanakan dengan harapan dapat menimbulkan efek penangkal (deterrent effect) yang pada akhirnya diharapkan akan meminimalisir terjadinya pelanggaran kode etik dan disiplin pegawai. Rekomendasi tindak lanjut atas pelaksanaan pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas diterbitkan setelah dilakukan kegiatan PKPT, antara lain: pengawasan
(monitoring),
spot
check
(pemeriksaan
mendadak)
dan
penguatan (konsolidasi) kepatuhan internal yang dilaksanakan berdasarkan manajemen risiko. Rekomendasi diterbitkan atas kegiatan PKPT yang dilakukan sepanjang tahun 2016. Rekomendasi dianggap telah ditindaklanjuti apabila tanggapan/ tindaklanjut
dari
Unit
Kerja
tempat
dilaksanakannya
PKPT
telah
disampaikan kepada Direktorat Kepatuhan Internal dengan surat kepala Unit Kerja terkait. 2.
Persentase tindak lanjut atas rekomendasi evaluasi pengelolaan IKU Pengelolaan kinerja organisasi yang optimal adalah proses penataan dan penilaian pelaksanaan tugas unit atau individu yang disesuaikan dengan standar/target kinerja atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya secara optimal dalam rangka mewujudkan pengukuran dan pengelolaan kinerja yang valid untuk tercapainya tujuan organisasi. Evaluasi
pengelolaan
IKU
dilaksanakan
dengan
berpedoman
pada
Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-154/BC/2014
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
93
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tentang Pedoman Evaluasi Pengelolaan IKU di Lingkungan DJBC. Rekomendasi tindak lanjut atas evaluasi pengelolaan IKU diterbitkan setelah dilakukan evaluasi pengelolaan IKU Kemenkeu-Two di lingkungan DJBC yang dilakukan pada tahun 2016. Rekomendasi
dianggap
telah
ditindaklanjuti
apabila
tanggapan/
tindaklanjut dari Unit Kerja tempat dilaksanakannya Evaluasi pengelolaan IKU telah disampaikan kepada Direktorat Kepatuhan Internal dengan surat kepala Unit Kerja terkait. 3.
Persentase tindak lanjut penyelesaian pengaduan masyarakat Pengaduan masyarakat adalah informasi yang disampaikan masyarakat dan dikelola melalui aplikasi SIPUMA yang ditangani oleh Unit Kepatuhan Internal diseluruh unit kerja DJBC berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-154/BC/2012 tanggal 12 Oktober 2012 tentang Tata Cara Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan DJBC. Jenis pengaduan masyarakat terdiri dari: a) Pengaduan bersifat non-operasional yaitu pengaduan yang berisi permasalahan pelanggaran disiplin dan kode etik pegawai Bea Cukai. b) Pengaduan
bersifat
operasional
yaitu
pengaduan
yang
berisi
permasalahan teknis kepabeanan dan cukai dan permasalahan teknis lainnya (unit penunjang). Jumlah pengaduan yang diterima adalah seluruh jenis pengaduan yang dikelola dalam Sistem Aplikasi Pengaduan Masyarakat (SIPUMA) pada periode 1 Januari s.d. 30 November 2016 ditambah saldo pengaduan tahun 2015 yang masih belum selesai diproses, ditambah pengaduan masyarakat yang diterima pada bulan Desember 2016 dalam hal sudah selesai diproses pada tahun 2016. Jumlah pengaduan yang selesai diproses adalah jumlah pengaduan yang dianggap selesai diproses pada tahun 2016 dari pengaduan yang diterima. Tanggung Jawab tindak lanjut : c) PUSKI KC (kemudian diganti dengan Direktorat Kepatuhan Internal) bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan dan tindak lanjut
94
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
seluruh pengaduan masyarakat non-operasional (pelanggaran disiplin dan kode etik) yang diterima oleh DJBC; d) Kantor Wilayah DJBC bertanggung jawab untuk tindak lanjut seluruh pengaduan masyarakat non-operasional (pelanggaran disiplin dan kode etik pada Kantor Wilayah) dan melakukan pemantauan tindak lanjut pada Kantor-kantor pengawasan dan pelayanan di wilayah kerjanya; e) KPUBC,
KPPBC,
BPIB
dan
PSO
bertanggung
jawab
untuk
menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait pelanggaran disiplin dan kode etik dan pengaduan yang bersifat operasional di unit kerjanya masing-masing; Formula perhitungan IKU ini adalah sebagai berikut: Σ Rekomendasi yang ditindaklanjuti objek PKPT Σ Rekomendasi Pengawasan X 100% + Kepatuhan Pelaksanaan Tugas yang disampaikan oleh PUSKI KC
Σ Rekomendasi yang telah ditindaklanjuti Σ Rekomendasi yang disampaikan kepada unit terkait
∑ pengaduan yang selesai diproses X 100% +
∑ pengaduan yang diterima
x 100%
3
Realisasi IKU ini pada tahun 2016 adalah sebesar 97,10% dari target yang ditetapkan yaitu 85%. Target dan capaian IKU pada tahun 2016 mengalami peningkatan dibandingkan dengan capaian IKU pada tahun 2015 yaitu target 70% dan capaian IKU 84,45%. Berikut ini data capaian tahun 2015 dan 2016 sebagaimana tersebut pada tabel berikut: Tabel 3.24 Efektivitas Monitoring dan Pengawasan Kepatuhan Internal 2015 - 2016 Tahun
Target
Realisasi
Indeks Capaian
2015
70%
84,45%
120,00%
2016
85%
97,10%
114,24%
Sumber 1. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal); 2. LAKIN DJBC Tahun 2015.
Adapun rincian realisasi IKU ini pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
95
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.25 Realisasi IKU Tingkat Efektivitas Monitoring Dan Pengawasan Kepatuhan Internal Per Kegiatan Target
Kegiatan Rekomendasi Tindak Lanjut Penegakan Kepatuhan Pelaksanaan Tugas
Realisasi 100,00%
Rekomendasi Tindak Lanjut Evaluasi Kinerja
85%
100,00% 91,30%
Rekomendasi Tindak Lanjut Pengaduan Masyarakat
97,10%
Realisasi IKU Sumber 1. Direktorat Kepatuhan Internal; 2. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal).
Kendala utama dalam pencapaian target sasaran ini adalah kurangnya kesadaran pegawai dalam melaksanakan pengelolaan kinerja.
Namun
demikian, penyebab tersebut dapat diminimalkan dengan upaya-upaya antara lain sebagai berikut : 1. Kegiatan Penegakan Kepatuhan Pelaksanaan Tugas pada beberapa unit; 2. Evaluasi Pengelolaan IKU pada beberapa unit Eselon II Kantor Pusat, Kanwil DJBC, dan KPU BC; 3. Asistensi penanganan pengaduan masyarakat yang diterima pada Aplikasi SIPUMA; dan 4. Rapat Koordinasi Kepatuhan Internal dengan jajaran unit Kepatuhan Internal vertikal. 10c-N Persentase Hit Rate dari Importasi Jalur Merah Tujuan IKU ini adalah untuk mengukur importir
efektifitas jalur
merah
penetapan agar
tepat
sasaran. Hit rate diukur dari jumlah penerbitan SPTNP (Surat Penetapan Tarif dan Nilai Pabean) atas PIB jalur
Gambar 3.31 Ilustrasi Tepat Sasaran
96
merah. SPTNP tersebut diterbitkan atas temuan pemeriksaan fisik dan
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
penelitian PFPD (Pejabat Fungsional Pemeriksa Dokumen) yang meliputi kesalahan jumlah dan/atau jenis barang, tarif, dan nilai pabean. Sama halnya dengan IKU Waktu Penyelesaian Proses Kepabeanan, Pengukuran IKU ini dilakukan pada 4 (empat) kantor besar yaitu KPU Bea dan Cukai Tanjung Priok, KPPBC Tanjung Perak, KPPBC Belawan, dan KPPBC Tanjung Emas. Keempat pelabuhan tersebut memiliki persentase kegiatan importasi terbesar secara nasional. Hal ini dapat terlihat dari besarnya kontribusi
total
jumlah
dokumen
PIB
keempat
pelabuhan
tersebut
dibandingkan data importasi nasional. Realisasi IKU ini pada tahun 2016 adalah sebesar 34,7% dari target yang ditetapkan yaitu 25%. Target sebesar 25% merupakan target hasil pembahasan dengan PUSHAKA selaku pengelola kinerja organisasi Kementerian Keuangan yang meningkat dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 12%. Dari sisi realisasi, capaian tahun 2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan realisasi tahun 2015 sebesar 25,2%. Untuk lebih jelasnya, realisasi pada masingmasing kantor pelayanan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.26 Persentase Hit Rate dari Importasi Jalur Merah ∑ Persentase hitdokumen rate
Target Tahun 2016
Kantor
Σ SPTNP
Σ NPBL
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)=(b+c)/d*100%
(f)
KPU Tg. Priok
5.034
401
32.870
15,3%
15%
KPPBC Belawan
1.891
162
6.058
31,2%
27%
KPPBC Tg. Emas
8.721
1.036
15.229
57,3%
37%
KPPBC Tg Perak
3.355
548
9.636
34,8%
21%
Total
19.001
2.147
63.793
34,7%
25%
Sumber Data: Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai. Keterangan : Σ SPTNP (Surat Penetapan Tarif dan Nilai Pabean) merupakan jumlah SPTNP dari Jalur Merah (Januari s.d Agustus) dan dari Jalur Merah (MH dan MM) (September s.d Desember). Σ NPBL (Nota Pemberitahuan Barang Larangan / Pembatasan) merupakan jumlah NPBL atas PIB Jalur Merah (MH dan MM) bulan September s.d Desember. Σ Dokumen PIB Jalur Merah terdiri atas : a. Semua dokumen PIB Jalur Merah bulan Januari s.d Agustus. b. PIB Jalur Merah (MH dan MM) bulan September s..d Desember.
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
97
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.27 Perbandingan Realisasi IKU Tahun 2015 dan 2016 Kantor
Realisasi 2015
Realisasi 2016
KPU Tg. Priok
11,00%
15,3%
KPPBC Belawan
28,40%
31,2%
KPPBC Tg. Emas
38,86%
57,3%
KPPBC Tg Perak
22,56%
34,8%
Rata-rata
25,2%
34,7%
Sumber 1. Laporan Capaian Kinerja DJBC Tahun 2016 (Direktorat Kepatuhan Internal); 2. LAKIN DJBC Tahun 2015.
Beberapa tindakan yang telah dilakukan dalam rangka pencapaian target IKU ini adalah sebagai berikut : 1.
Telah dilaksanakan percepatan respon upgrade/downgrade importir jalur kuning terkait pemutakhiran profil importir; dan
2.
Telah dilakukan pembahasan penajaman definisi hit rate antara MKO DJBC dengan
unit
terkait
pemilik
IKU
yang
salah
satu
hasilnya
menyempurnakan definisi “hit rate” adalah ketika terdapat hasil analisa yang menyatakan bahwa barang impor masih memerlukan pemenuhan ketentuan larangan dan pembatasan, dalam bentuk Surat Pemberitahuan Barang Larangan dan/atau Pembatasan (SPBL).
98
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
SS-11 SDM YANG KOMPETITIF Pengembangan dan pembinaan SDM bertujuan untuk meningkatkan integritas dan kompetensi SDM DJBC sehingga dalam melaksanakan kewajiban/ tugas berpedoman pada prinsip Good Governance. Pembentukan SDM adalah upaya untuk menyiapkan SDM yang berkompetensi tinggi untuk kepentingan jangka panjang. Capaian Sasaran Strategis SDM yang kompetitif pada tahun 2016 sebesar 106,49%. Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian IKU Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency.
Gambar 3.32 Fokus dalam melaksanakan tugas 11a-N Persentase Pemenuhan Standar Soft dan Hard Competency Tujuan IKU ini adalah untuk melihat ketersediaan pejabat yang mempunyai kompetensi sesuai jabatannya baik secara soft maupun hard competency untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Terdapat beberapa unsurunsur yang mempengaruhi IKU ini, antara lain : 1. Standar Kompetensi Jabatan (SKJ), terdiri dari dua : a. SKJ Manajerial, yaitu jenis dan level kompetensi manajerial yang menjadi syarat keberhasilan pelaksanaan tugas suatu jabatan.
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
99
Bab III Akuntabilitas Kinerja
b. SKJ Teknis, yaitu jenis kompetensi yang diperlukan dalam keberhasilan pelaksanaan pekerjaan. 2. Kompetensi, terdiri dari dua : a. Kompetensi Manajerial, yaitu kompetensi yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan tentang pelaksanaan assessment center Kementerian Keuangan. b. Kompetensi Teknis, yaitu pengetahuan dasar di bidang kepabeanan dan cukai
yang
harus
dimiliki
oleh
setiap
pegawai
DJBC
dalam
melaksanakan tugasnya. 3. Job Person Match (JPM), terdiri dari dua : a. JPM Manajerial ditentukan dari indeks kesesuaian antara kompetensi pejabat dengan SKJ Manajerial yaitu sebesar 72%. b. JPM Teknis ditentukan dari keikutsertaan dan kelulusan pegawai dalam mengikuti pendidikan dasar kepabeanan dan cukai. Formula Penghitungan JPM :
JPM Manajerial = JPM Teknis
{
∑
(
Level kompetensi pejabat Standar Kompetensi Jabatan
)
: ∑ Kompetensi dalam SKJ
}
X100%
= Telah mengikuti dan lulus pendidikan dasar kepabeanan dan cukai
4. Pendidikan dasar adalah pendidikan formal maupun informal yang memberikan pengetahuan kepabeanan dan cukai seperti DTSD, DPT II, Program Diploma I Kepabeanan dan Cukai, dan Program Diploma III Kepabeanan dan Cukai. Pengukuran realisasi IKU persentase pemenuhan standar soft dan hard competency dengan cara mancari rata-rata anatar jumlah persentase pejabat yang memenuhi JPM Manajerial dan persentase pejabat yang memenuhi kompetensi teknis.
100
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Formula Perhitungan IKU ini adalah sebagai berikut : Jumlah Pejabat (Eselon II s.d. IV) di lingkungan DJBC yang memiliki JPM Total 72% Persentase Pejabat yang memenuhi JPM manajerial
x100% Jumlah Pejabat (Eselon II s.d. IV) di lingkungan DJBC yang telah mengikuti assessment center Jumlah Pejabat (Eselon II s.d. pelaksana) di lingkungan DJBC yang telah mengikuti dan lulus pendidikan dasar kepabeanan dan cukai
Persentase Pejabat yang memenuhi kompetensi teknis
x100% Jumlah Pejabat (Eselon II s.d. pelaksana) di lingkungan DJBC
Contoh perhitungan: JPM manajerial = (level kompetensi1 / skj1 + level kompetensi2 / skj2 + ....................) / jumlah kompetensi = (1/2 + 3/4 + 3/2 + 2/3 + 3/4 + 1/2 + 3/3 + 2/3 + 2/3 ) = 77,78 % (Pejabat telah memenuhi SKJ) Setjen (Biro SDM) menyediakan data JPM manajerial eselon II dan III masing-masing unit eselon I. Data JPM manajerial eselon IV disediakan oleh Bagian Kepegawaian masing-masing unit eselon I Formula: Rata-rata (Persentase Pejabat yang memenuhi JPM manajerial + Persentase Pejabat yang memenuhi kompetensi teknis)
Realisasi IKU ini di tahun 2016 adalah 95,84% dari target 90%, dengan indeks capaian 106,49%. Realisasi tahun 2016 ini secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.28 Realisasi Pemenuhan Soft dan Hard Competency Pemenuhan Soft Competency
Pemenuhan Hard Competency
Es. IV
Total
h
i
j
k=j/i*100%
l=(h+k)/2
96.22%
13888
13258
95.46%
95.84%
Data
Es. II
Es. III
PBC Setingkat Es. III
a
b
c
d
e
f
g=b+c+d+e+f
∑ Pejabat pada Periode Pelaporan
(i)
33
232
23
1251
237
1776
∑ Pejabat yang mengikuti Assessment Center
(ii)
33
C
23
1176
237
1695
Pejabat yang Memiliki Job Person Match (JPM) Minimal 72%
(iii)
33
223
20
1120
235
1631
% Realisasi Pemenuhan Soft Competency per Jabatan
(iv)= (iii)/(ii)
100%
####
86.96%
####
99.16%
96.22%
Jumlah Pegawai
Jumlah Pegawai Yang lulus diklat dasar
% Realisasi Pemenuhan Hard Competency
Sumber Data: Biro SDM Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan dan Bagian Kepegawaian Sekretariat DJBC
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
% Capaian IKU
PBC Setingkat Es. IV
% Realisasi Pemenuhan Soft Competency Total
101
Bab III Akuntabilitas Kinerja
IKU ini merupakan IKU baru pada tahun 2016 sehingga tidak dapat dibandingkan dengan pencapaian pada tahun-tahun sebelumnya. Pengukuran hard competency adalah dengan menggunakan data historis keikusertaan dan kelulusan pegawai pada Diklat Kepabeanan dan Cukai sehingga sangat dimungkinkan data pemenuhan hard competency tersebut di atas tidak menggambarkan kompetensi Kepabeanan dan Cukai pegawai DJBC saat ini. Selain itu, terdapat kompetensi-kompetensi teknis lainnya yang ikut menentukan keberhasilan suatu pekerjaan tidak termasuk dalam komponen yang diukur. Kendala-kendala dalam pencapaian target IKU ini adalah belum adanya standar kompetensi teknis yang dibutuhkan pada tiap-tiap pekerjaan dan belum tersedianya metode untuk mengukur kompetensi teknis yang dimaksud. Dalam menghadapi kendala-kendala tersebut, beberapa tindakan telah dilaksanakan pada tahun 2016, antara lain : a.
Penyusunan Standar Kompetensi Teknis dan Kamus Kompetensi Teknis Rumpun jabatan pengawasan;
b. Penyusunan dan uji coba metode pengukuran Standar Kompetensi Teknis rumpun jabatan pengawasan; c.
Pembentukan assessor teknis untuk assessment teknis jabatan pemeriksa bea dan cukai sub unsur Kepatuhan Internal (KI) dan Penindakan & Penyidikan (P2);
d. Uji coba assessment teknis untuk jabatan pemeriksa bea dan cukai sub unsur audit; e.
Uji coba assessment teknis untuk jabatan pemeriksa bea dan cukai sub unsur KI; dan
f.
Uji coba assessment teknis untuk jabatan pemeriksa bea dan cukai sub unsur P2.
102
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
SS -12 ORGANISASI YANG KONDUSIF Penataan organisasi adalah penyempurnaan struktur organisasi dan proses bisnis DJBC berdasarkan perkembangan dan kebutuhan DJBC. Organisasi yang kondusif tercermin dengan adanya perilaku anggota organisasi yang memiliki komitmen kuat terhadap organisasi, hubungan yang harmonis di antara setiap anggota organisasi, serta motivasi dan etos kerja yang tinggi. Organisasi kondusif dapat tercipta jika beberapa faktor berikut dapat berjalan dengan baik antara lain pola komunikasi dan hubungan-hubungan dalam interaksi antarpersonal yang mempengaruhi suasana kerja; program pengembangan SDM dan kualitas kerja; alur dan prosedur pelaksanaan kegiatan, model jalur koordinasi dan konsultasi dalam pelaksanaan kerja; mekanisme
penyampaian
pendapat
dan
tingkat
kebebasan
dalam
menyampaikan pendapat; serta program peningkatan kesejahteraan (termasuk pola jenjang karir). Dengan organisasi yang kondusif, pencapaian tujuan organisasi akan berjalan dengan baik. Capaian sasaran strategis organisasi yang kondusif pada tahun 2016 sebesar 117,77%. Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian 2 (dua) IKU yaitu: 1. Persentase Implementasi Inisiatif Transformasi Kelembagaan (114,94%); 2. Tingkat Penyelesaian Pengembangan Jabatan Fungsional (120%).
12a-CP Persentase Implementasi Inisiatif Transformasi Kelembagaan Perbaikan internal organisasi Kementerian Keuangan dilakukan melalui program Transformasi Kelembagaan (TK). Program tersebut mendasarkan pada blueprint TK yang didalamnya berisi berbagai inisiatif strategis yang diimplementasikan mulai tahun 2014 dan tahun-tahun berikutnya untuk unit eselon I Kementerian Keuangan.
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
103
Bab III Akuntabilitas Kinerja
IKU ini mengukur pelaksanaan Inisiatif Strategi (IS) yang jatuh tempo pada tahun 2016. Pencapaian Tranformasi Kelembagaan pada DJBC diukur dari pelaksanaan 10 Inisiatif Strategis (IS) sebagai berikut: Inisiatif 1 - Memperbaiki Sistem Manajemen Kinerja; Inisiatif 2 – Pilot kantor pelayanan modern 2.0 untuk mengurangi Dwelling Time; Inisiatif 3 – Meluncurkan Customs Call Center; Inisiatif 4 – Memulai External Stakeholder Lab untuk mengurangi waktu impor; Inisiatif 5 – Future proofing Kawasan berikat; Inisiatif 6 – Memperbaiki layanan dan mengoptimasi pengawasan impor melalui Kantor Pos; Inisiatif 7 – Otomasi proses pelayanan dan pengawasan; Inisiatif 8 – Meningkatkan citra dengan mengoptimasi kegiatan kehumasan; Inisiatif 9 – Integrasi Manajemen Risiko; Inisiatif 10 – Menyelaraskan fondasi dengan mandat; Dari 10 IS tersebut di atas terdapat beberapa IS yang telah diselesaikan pada tahun sebelumnya yaitu IS 3, IS 4 dan IS 8 sehingga inisiatif pada unit DJBC yang jatuh tempo pada tahun 2016 serta yang belum diselesaikan pada tahun sebelumnya adalah IS 1, IS 2, IS 5, IS 6, IS 7, IS 9 dan IS 10 Tahapan inisiatif tahun 2016 mengacu pada dokumen blueprint transformasi kelembagaan. Formula yang digunakan pada IKU ini adalah : Capaian IS = ∑ tahapan inisiatif tahun 2016 yang dilaksanakan ∑ tahapan inisiatif tahun 2016 yang direncanakan
x 100%
Realisasi IKU = Rata-rata persentase Capaian IS
Berdasarkan aplikasi MITRA dari Central Transformation Office (CTO), realisasi inisiatif Transformasi Kelembagaan DJBC di tahun 2016 ini adalah sebesar 100% dari target tahun 2016 sebesar 87%. Jika dibandingkan dengan
104
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
realisasi tahun sebelumnya yang memiliki capaian sebesar 83,56%, realisasi tahun ini mengalami kenaikan. Realisasi IKU Tranformasi Kelembagaan (TK) ini diukur dari outcome utama
yang
diselesaikan
dibandingkan
dengan
outcome
utama
yang
direncanakan dari inisiatif transformasi kelembagaan DJBC di tahun 2016. Berikut adalah outcome dan tindakan utama dalam IS yang telah dilaksanakan pada tahun 2016: Tabel 3.29 Rincian Realisasi IS Transformasi Kelembagaan DJBC Tahun 2016 IS 1
2
3
Key Outcomes/
Acceptance Criteria
Capaian
Implementasi otomasi sistem manajemen kinerja (PERFORMA)
Terbangunnya sistem aplikasi yang dapat digunakan untuk otomasi sistem pengelolaan kinerja telah dibangun
100%
Penyelesaian aplikasi Mobile CEISA untuk penggunaan tablet
Terbangunnya aplikasi mobile CEISA untuk penggunaan tablet
100%
Piloting 24/7
Terbentuknya UPT setingkat eselon III
Hasil Utama
ISO Inbound Call CRM Kantor Vertikal
100%
Dwi Bahasa Indonesia-English 4
IS ini telah diselesaikan pada tahun sebelumnya
5
Implementasi penuh aplikasi layanan dan perijinan KB
Aplikasi layanan dan perijinan KB telah diimplementasikan
6
Sistem komputer pelayanan / Aplikasi barang kiriman
Sistem komputer pelayanan barang kiriman dan ketersediaan
NA 100%
100%
informasi untuk pengguna jasa yang terintegrasi 7
Sistem Otomasi Kawasan Berikat (lanjutan); Pembangunan Sistem Otomasi Barang Kiriman
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Terotomasinya pelayanan dan pengawasan Cukai (LACK) dan Kawasan Berikat
100%
105
Bab III Akuntabilitas Kinerja
IS
Key Outcomes/
8
IS ini telah diselesaikan pada tahun sebelumnya
9
Bertransformasi menjadi IS Baru RBTK : Sistem Kepatuhan Pengguna Jasa
10 Penyusunan Naskah Akademik, Implementasi program pemenuhan gap (Action Plan); dan Survey Kepuasan Pegawai 2016
Acceptance Criteria
Sistem manajemen risiko operasional yang terintegrasi dan handal
Capaian N/A
-
Organisasi, SDM dan infrastruktur selaras 100%
RATA-RATA CAPAIAN INISIATIF STRATEGIS TAHUN 2016
100%
Gambar 3.33 Progres Inisiatif Strategis Transformasi Kelembagaan DJBC Sumber : Aplikasi MITRA PMO DJBC.
106
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Summary Capaian Program TKII DJBC s.d. Semester 2016 Updated : 31 Desember 2016
IS #1 : 100% (CLOSED) MANAJEMEN KINERJA Outcome Tahun 2016: Implementasi otomasi sistem manajemen kinerja (PERFORMA)
IS #2 : 100% (USUL CLOSED) KANTOR MODERN 2.0 Outcome Tahun 2016: Penyelesaian aplikasi Mobile CEISA untuk penggunaan tablet
IS #6 : 100% (USUL CLOSED) OPTIMASI PENGAWASAN IMPOR VIA KANTOR POS Outcome Tahun 2016: Sistem komputer pelayanan / Aplikasi barang kiriman
IS #7 : 100% (USUL CLOSED) OTOMASI PROSES PELAYANAN DAN PENGAWASAN Outcome Tahun 2017: Sistem Otomasi Kawasan Berikat (lanjutan); Pembangunan Sistem Otomasi Barang Kiriman
IS #3 : (100%) CUSTOMS CONTACT CENTER
IS #9 : INTEGRASI MANAJEMEN RISIKO
Outcome Tahun 2016:
Bertransformasi menjadi IS Baru RBTK : Sistem Kepatuhan Pengguna Jasa
Piloting 24/7 ISO Inbound Call CRM Kantor Vertikal Dwi Bahasa Indonesia-English
IS #5 : (100%) PENYEMPURNAAN KAWASAN BERIKAT Outcome Tahun 2016: Implementasi penuh aplikasi layanan dan perijinan KB
IS #10 : 100% MENYELARASKAN FONDASI DENGAN MANDAT Outcome Tahun 2016: Penyusunan Naskah Akademik ; Implementasi program pemenuhan gap (Action Plan); dan Survey Kepuasan Pegawai 2016;
Gambar 3.34 Progres Inisiatif Strategis Transformasi Kelembagaan DJBC
Penjelasan capaian tahun 2016: 1.
Untuk IS 1, di tahun 2015 proses pengembangan aplikasi terhambat karena struktur bisnis proses yang cukup rumit dan server PUSINTEK yang mengalami gangguan. Sementara yang telah dilakukan di tahun 2016 sehingga target tercapai adalah :
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
107
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Telah dilaksanakan sosialisasi Aplikasi Performa. Implementasi Otomasi Sistem Manajemen Kinerja (Aplikasi Performa). 2.
Untuk IS 2, di tahun 2015 pemanfaatan teknologi dalam proses pemeriksaan barang mengalami beberapa kendala diantaranya aplikasi mobile untuk pemeriksaan belum tersedia, jumlah perangkat keras yang terbatas, dan koneksi internet di lapangan yang kurang memadai. Sementara yang telah dilakukan di tahun 2016 sehingga target tercapai adalah :
Telah diselesaikan pengembangan aplikasi mobile CEISA untuk penggunaan tablet, tahapan-tahapan yang telah dilaksanakan yaitu: - Dilakukan UAT (User Acceptance Test) aplikasi pada 14 Desember 2016. - Dilakukan UAT Tahap II untuk penyempurnaan aplikasi mobile CEISA pada tanggal 23 Desember 2016. 3.
Untuk IS 3, di tahun 2016 status sudah selesai dengan capaian yang dihasilkan antara lain : Penerapan ISO untuk Inbound Call (sertifikat) Piloting 24/7 a.l. pengadaan infrastruktur IT, Benchmarking ke contact center yang menyelenggarakan 24/7 Penghargaan pada Contact Center World Award 2016: - Gold for Best Contac Center Leader; - Silver for Best Small Contact Center; dan - 4th place for Best Contact Center Design.
4.
Untuk IS 5, di tahun 2015 implementasi penuh aplikasi layanan dan perijinan kawasan berikat masih menunggu Perdirjen sebagai payung hukum. Sementara yang telah dilakukan di tahun 2016 sehingga target tercapai adalah : a. telah diterbitkan peraturan terkait Kawasan Berikat: PER-13/BC/2016 (BC 2.3); PER-14/BC/2016 (BC 2.5); PER-15/BC/2016 (BC 2.6.1 dan BC 2.6.2); dan PER-26/BC/2016 (BC 2.7) dan PER-27/BC/2016 (BC 4.0 dan BC 4.1). b. Telah dilaksanakan sosialisasi PDJ.
108
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
c. Telah dilaksanakan implementasi penuh aplikasi layanan dan perizinan KB meliputi Aplikasi layanan BC 2.3, BC 2.5, BC 2.6.1/2.6.2, 2.7 & 4.0/4.1 melalui kegiatan sebagai berikut: Pelaksanaan piloting aplikasi (UAT); TOT Perdirjen dan SKP Tahap I dan II; dan Mandatory SKP (Tahap I dan II). 5.
Untuk IS 6, telah disusun RPMK proses bisnis barang kiriman yang mengatur kenaikan batas nilai barang yang dikenakan Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor (deminimise value) namun belum bisa dilakukan sosialisasi karena RPMK belum disahkan. Sementara yang telah dilakukan di tahun 2016 sehingga target tercapai adalah : Penyempurnaan proses bisnis barang kiriman selesai dan disetujui dalam bentuk finalisasi PMK dan Perdirjen Penyelesaian aplikasi impor barang kiriman
6.
Untuk IS 7, aplikasi sistem otomasi kawasan berikat untuk BC 2.3 dan BC 2.5 sudah diselesaikan, akan tetapi aplikasi tersebut belum bisa diimplementasikan dikarenakan belum adanya Perdirjen sebagai payung hukum. Sementara yang telah dilakukan di tahun 2016 sehingga target tercapai adalah : Telah diselesaikan : - pembangunan Sistem Otomasi Kawasan Berikat (lanjutan) meliputi BC 2.7, BC 4.0 dan BC 4.1 sudah selesai dilakukan; - pembangunan Sistem Otomasi Barang Kiriman; dan - penyelesaian aplikasi LHP (Mobile CEISA).
7.
Untuk IS 9, pengintegrasian sistem manajemen risiko mengalami kendala karena proses bisnis yang kompleks dan beragam. Sementara yang telah dilakukan pada tahun 2016 yaitu sedang dilakukan pengembangan design baru Sistem Kepatuhan Pengguna Jasa untuk menyempurnakan konsep system manajemen risiko sebelumnya dan sudah diajukan menjadi Inisiatif Baru Program RBTK 2016-2019 Sistem Kepatuhan Pengguna Jasa.
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
109
Bab III Akuntabilitas Kinerja
12b-N Tingkat Penyelesaian Pengembangan Jabatan Fungsional Tujuan dari IKU adalah untuk menciptakan jabatan-jabatan fungsional core business baru untuk mendukung program transformasi kelembagaan di lingkungan Kementerian Keuangan. Tingkat penyelesaian pengembangan jabatan fungsional meliputi pembentukan dan penyempurnaan jabatan-jabatan fungsional dalam bidang yang terkait dengan pelaksanaan tugas utama Kementerian Keuangan yaitu di bidang pengelolaan keuangan dan kekayaan negara. Jabatan fungsional yang akan dikembangkan tersebut merupakan tindak lanjut dari hasil identifikasi dan kajian. Penetapan target IKU sebesar 75% didasarkan atas pertimbangan besarnya effort yang dapat dilakukan oleh unit eselon I sampai dengan proses ekspos. Proses selanjutnya sangat bergantung pada keputusan KemenPAN apakah usulan Jabatan Fungsional dapat dilanjutkan atau tidak. Apabila pada tahapan ekspos naskah akademis sudah dilakukan namun KemenPAN menyatakan tidak dapat dilanjutkan, maka realisasi sudah mencapai 70%. Formula perhitungan IKU ini adalah sebagai berikut : Formula: Tahapan pembentukan dan penyempurnaan jafung yaitu: a. Penyusunan Naskah Akademis b. Ekspose Naskah Akademis c. Penyusunan matriks butir kegiatan d. Uji petik beban kerja dan Pengolahan data e. Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB f. Persetujuan MenpanRB terhadap Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB Total
: : : : : :
35% 35% 5% 7,5% 2,5% 15%
: 100%
Tingkat penyelesaian = Jumlah persentase seluruh tahapan pembentukan dan penyempurnaan jafung yang telah diselesaikan
Realisasi IKU ini di tahun 2016 adalah 100% dari target 70%, dengan indeks capaian 120%. Realisasi tahun 2016 ini secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
110
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.30 Pengembangan Jabatan Fungsional Progress penyelesaian pengembangan jabatan fungsional
Bulan
Januari s.d.
Penyelesaian Naskah Akademis Jabatan Fungsional
Persentase Capaian IKU
Keterangan
35%
Mei 1.
Penyelesaian Naskah Akademis Jabatan Fungsional
Juni s.d. Agustus
September
2.
Ekspose Naskah Akademis
1.
Penyelesaian Naskah Akademis Jabatan Fungsional
2.
Ekspose Naskah Akademis
3.
Ekspose oleh KemenPAN RB
4.
Pelaksanaan Uji Petik
70%
75%
Surat Sekretaris DJBC Nomor: Oktober s.d. November
Telah disampaikan RPermenPAN-RB tentang JFPBC ke KemenPAN-RB dan BKN
85%
Desember
Telah diterbitkan PerMenPAN-RB Nomor 31 Tahun 2016 TENTANG Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai tanggal 29 Desember 2016
100%
S-3020/BC.01/2016 Hal Penyampaian Rpermenpan-RB tentang JFPBC
PerMenPAN-RB Nomor 31 Tahun 2016 tanggal 29 Desember 2016
IKU ini sesuai dengan isu utama yang berkembang yaitu dengan telah ditandatanganinya Peraturan MenPAN RB Nomor 31 Tahun 2016 pada tanggal 29 Desember 2016 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai sebagai pengganti PerMenPAN Nomor 32 tahun 2003 Jo. PerMenPAN 18 tahun 2013 tentang JFPBC dan angka kreditnya.
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
111
Bab III Akuntabilitas Kinerja
SS-13 SISTEM MANAJEMEN INFORMASI YANG ANDAL Perwujudan sistem teknologi informasi dan komunikasi ditujukan untuk mendorong pembangunan sistem pelayanan DJBC yang andal dan terintegrasi dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kepada publik. Sistem Informasi Manajemen yang andal akan terwujud dengan adanya pengelolaan layanan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang andal yaitu dengan penyediaan dan pemenuhan layanan TIK, serta penyelesaian gangguan layanan TIK kepada pengguna layanan TIK sesuai ketentuan yang disepakati pada Katalog Layanan TIK, SLA, dan atau Business Impact Analysis (BIA). TIK yang andal adalah TIK yang mampu mengelola data dan informasi yang memenuhi kriteria lengkap, akurat, mutakhir, dan terpercaya. Capaian
sasaran
strategis
sistem manajemen informasi yang andal pada tahun 2016 sebesar 120%. Capaian
tersebut
diperoleh
dari
indeks capaian 2 (dua) IKU yaitu IKU Tingkat Downtime Sistem TIK Gambar 3.35 Sistem CEISA
(120%)
dan
IKU
Persentase
Penyelesaian Tahapan Integrasi Sistem Kepabeanan dan Cukai (120%). 13a-CP Tingkat Downtime Sistem TIK IKU ini bertujuan untuk mengukur ketersediaan sistem pelayanan dalam rangka meningkatkan pelayanan TIK dengan tingkat downtime yang seminimal mungkin. Tingkat downtime sistem TIK adalah terhentinya layanan TIK yang memiliki tingkat kritikalitas sangat tinggi dari masing-masing Unit Eselon I yang disebabkan oleh gangguan pada infrastruktur TIK ataupun core system layanan TIK meliputi: Layanan Internet, Layanan Intranet, Server/Operating System (OS), Aplikasi, dan Database yang dikelola oleh unit TIK Pusat dan unit TIK Eselon I.
112
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Layanan TIK dengan tingkat kritikalitas sangat tinggi ditentukan berdasarkan dampak terhadap kelangsungan operasional organisasi dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Potensi kerugian finansial; 2. Potensi tuntutan hukum; 3. Citra Kemenkeu;dan 4. Jumlah pengguna yang dirugikan. Perhitungan
downtime
layanan
tidak
termasuk
downtime
yang
direncanakan (Planned Downtime) dan disetujui unit Eselon I terkait untuk tujuan pemeliharaan (Preventive Maintenance). Penentuan waktu ketersediaan layanan TIK disesuaikan dengan karakteristik masing-masing layanan TIK. Pengukuran IKU tingkat downtime sistem TIK dengan cara membuat persentase antara jumlah downtime seluruh layanan TIK dengan jumlah layanan TIK. IKU ini merupakan IKU dengan polarisasi minimize (semakin kecil realisasinya dibandingkan target, semakin baik). Pada tahun 2016 realisasi capaian IKU ini adalah sebesar 0,30% dari target yang ditetapkan sebesar 1%. Untuk penjelasan terkait downtime tiap layanan TIK dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.31 Tingkat Downtime Sistem TIK No.
Bulan
Nama Layanan TIK
Berjalan
Total Waktu
Total Waktu
Pelayanan (Jam)*)
Downtime
Persentase
s.d Desember
(Jam) s.d
Downtime
2016
Desember 2016
d
e
a
b
c
1
Target s.d.
Impor
142.640
770,50
0,54%
Desember
Ekspor
572.520
1.488,00
0,26%
2016 : 1%
Inward
562.176
1.479,00
0,26%
Outward
553.392
1.479,00
0,26%
BC.23
66.752
276,00
0,41%
Cukai
77.088
448,50
0,58%
KITE
29.640
172,50
0,58%
2.004.208
6.083,50
0,30%
Total Capaian Tahun 2016
f = e/d*100%
*) Total waktu pelayanan untuk masing-masing layanan TIK diambil dari 102 Kantor Bea dan Cukai
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
113
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Faktor yang mempengaruhi pencapaian IKU ini adalah kapasitas sistem TIK sudah overload, sistem layanan TIK tidak berjalan normal, sistem TIK rawan downtime, dan perbaikan serta uji fungsi sistem TIK pasca recovery downtime tidak dapat diselesaikan dengan cepat. Langkah-langkah yang telah dilaksanakan dalam rangka pencapaian IKU ini antara lain : 1.
Monitoring ketersediaan space database;
2.
Pentahapan/penundaan implementasi aplikasi;
3.
Identifikasi query dengan resource database terbesar;
4.
Penyesuaian database;
5.
Identifikasi dan penyelesaian tiket insiden;
6.
Penetapan perkiraan space yang aman untuk database dan evaluasi per 6 bulan;
7.
Pelaksanaan housekeeping database;
8.
Monitoring database growth yang tidak wajar pada SOADB;
9.
Penambahan kapasitas storage pada DBOLTP;
10.
Monitoring utilisasi CPU dan memory server database;
11.
Analisis dan recovery terhadap application server, database server, storage, network, dan power;
12.
Analisis untuk database recovery;
13.
Recovery data dari resource asal; dan
14.
Pembuatan tool recovery untuk kasus spesifik.
13b-N Persentase Penyelesaian Tahapan Integrasi Sistem Kepabeanan dan Cukai Integrasi sistem kepabeanan dan cukai adalah integrasi sistem TIK kepabeanan dan cukai yang meliputi perangkat keras, perangkat jaringan, perangkat lunak, sumber daya manusia, serta prosedur dan/atau aturan, yang diorganisasikan secara terpadu untuk mengolah data menjadi informasi yang berguna dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
114
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Persentase penyelesaian tahapan integrasi sistem kepabeanan dan cukai adalah perbandingan antara jumlah persentase tahapan integrasi sistem kepabeanan dan cukai yang telah diselesaikan dengan jumlah persentase integrasi sistem kepabeanan dan cukai yang ditargetkan akan diselesaikan. Integrasi sistem kepabeanan dan cukai yang ditargetkan pada tahun 2016 terdiri atas : 1. TPS Online Udara dan CEISA IMPOR; 2. Billing Pajak dan CEISA EKSPOR; 3. NPWP dan Sistem Layanan beberapa aplikasi (ekspor, impor dan TPB). Persentase penyelesaian tahapan integrasi sistem kepabeanan dan cukai dirumuskan sebagai berikut : a.
Perancangan : 35%
b. Pengembangan : 40% c.
Pengendalian Mutu : 25% Realisasi IKU ini pada tahun 2016 adalah sebesar 99,79% dari target 75%,
dengan indeks capaian 120%. Penjelasan dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 3.32 Penyelesaian Tahapan Integrasi Sistem Kepabeanan dan Cukai 2016 No. 1
Sistem Kepabeanan dan Cukai Terintegrasi
% Realisasi
TPS Online Udara dengan CEISA IMPOR -
Capaian tahapan perancangan 35% dari 35%
-
Capaian tahapan pengembangan 40% dari 40%
-
Capaian tahapan pengendalian mutu 25% dari 25%
2
100%
Billing Pajak dengan CEISA EKSPOR -
Capaian tahapan perancangan 35% dari 35%
-
Capaian tahapan pengembangan 40% dari 40%
-
Capaian tahapan pengendalian mutu 24,38% dari 25%
3
99,38%
NPWP dengan Sistem Layanan beberapa aplikasi (impor, ekspor dan TPB) -
Capaian tahapan Perancangan 35% dari 35%
-
Capaian tahapan Pengembangan 40% dari 40%
-
Capaian tahapan Pengendalian Mutu 25% dari 25%
Realisasi IKU
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
100%
99,79%
115
Bab III Akuntabilitas Kinerja
SS -14 PENGELOLAAN ANGGARAN YANG OPTIMAL Salah satu sumber daya organisasi adalah dana. Dana yang tersedia dalam dokumen pelaksanaan anggaran, harus dikelola dengan optimal sesuai rencana yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dokumen yang dipakai dalam pengelolaan dana adalah DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran). DIPA merupakan dokumen pelaksanaan anggaran yang sesuai ketentuan menjadi dasar pengelolaan belanja negara. Dalam tercapainya dibutuhkan anggaran
rangka
menunjang
tujuan
organisasi
adanya yang
perencanaan optimal
dan
pengelolaan anggaran yang efisien Gambar 3.36 Ilustrasi Anggaran
dan
efektif
yaitu
menggunakan
dengan prinsip
Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK). Capaian sasaran strategis pengelolaan anggaran yang optimal pada tahun 2016 sebesar 102,17% 102,26% . Capaian tersebut diperoleh dari indeks capaian IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran.
14a-CP Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran IKU ini bertujuan mengukur pengelolaan anggaran dari 3 parameter yaitu Penyerapan Anggaran, Efisiensi, dan Pencapaian Keluaran sesuai dengan Surat Edaran Menteri Keuangan nomor 32/MK.1/2015 tentang Tata Cara Pengukuran Indikator Kinerja Utama Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja di Lingkungan Kementerian Keuangan. -
Penyerapan Anggaran (bobot 11,86%) Parameter ini mengukur kesesuaian realisasi belanja Belanja Barang dan Belanja Modal yang dilaksanakan dibandingkan pagu Belanja Barang dan Belanja Modal yang telah ditetapkan di lingkungan Kementerian Keuangan (BA 015). Belanja pegawai tidak diukur karena penyerapannya relatif mudah
116
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
tercapai. Pengukuran penyerapan anggaran mengacu kepada realisasi anggaran non belanja pegawai pada Sistem Akuntansi Umum (SAU). Efisiensi (bobot 34,96%)
-
Parameter ini membandingkan antara hasil lebih atau sisa dana kontrak dengan pagu kontrak. Hasil lebih atau sisa dana diperoleh setelah pelaksanaan dan/atau penandatanganan kontrak dari suatu kegiatan yang target sasarannya telah dicapai (pencapaian outputnya lebih besar atau sama dengan 100%) dan sisa dana tersebut tidak dialihkan untuk kegiatan atau belanja lainnya. Apabila output tidak mencapai 100% maka unsur efisiensi tidak diukur. Pencapaian Keluaran (bobot 53,18)
-
Output belanja adalah output yang terdapat pada Rencana Kerja dan Anggaran K/L. Pengukuran pencapaian output belanja berpedoman pada Lampiran SE-32/MK.1/2015. Realisasi IKU Persentase Kualitas Pelakasanaan Anggaran pada tahun 2016 adalah sebesar 97,06% dari target 95%, dengan indeks capaian 102,17%. IKU ini tidak beda dengan IKU sebelumnya yang berbunyi Persentase Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja namun memiliki dasar perhitungan/formula
IKU
yang
sama
sehingga
realisasi
tahun
2016
dibandingkan dengan tahun 2015 mengalami penurunan. Penjelasan lebih lanjut, dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut : Tabel 3.33 Realisasi IKU Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja Tahun 2015 Penyerapan Anggaran (Bobot 11,86%) No.
Belanja
1
Barang
2
Modal
Pagu 2015
Realisasi
Penyerapan
Rp 3.410 M
Rp 3.181 M
93,27%
Efisiensi
Pencapaian
(Bobot
Output
34,96%)
(53,18%)
88,69%
103,58%
Target
95%
Realisasi IKU 2016 : 97,15% Sumber Data: Bagian Keuangan Sekretariat DJBC
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
117
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.34 Realisasi IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Tahun 2016 Penyerapan Anggaran (Bobot 11,86%) No.
Belanja
1
Barang
2
Modal
Pagu 2016
Realisasi
Penyerapan
Rp 2.626 M
Rp 2.508 M
95,51%
Efisiensi
Pencapaian
(Bobot
Output
34,96%)
(53,18%)
90,92%
101,45%
Target
95%
Realisasi IKU 2016 : 97,06% Sumber Data: Bagian Keuangan Sekretariat DJBC
120.00% 97.06%
100.00% 75.72%
80.00% 62.77% 53.61%
60.00%
47.59%
40.63% 40.00%
29.11%
20.00% 4.93% 0.00%
8.70%
1.50% 6.50% Jan Feb
11.63%
16.81% 16.50%
9.00% Mar
Apr
21.67%
95.00%
75.00%
62.00% 53.00%
45.00% 37.50%
29.00% 20.00% Mei
Jun
Jul
Target
Agu
Sep
Okt
Nov
Realisasi
Sumber Data: Diolah dari Database Kemenkeu-One 2016
Gambar 3.37 Grafik Realisasi IKU Sepanjang Tahun 2016 Dalam rangka memantau penyerapan anggaran dan pencapaian output, DJBC telah melaksanakan beberapa kegiatan diantaranya: 1.
Monitoring dan evaluasi percepatan realisasi anggaran dan mendorong satker untuk melaksanakan penyerapan anggaran sesuai Rencana Umum Pengadaan (RUP).
2.
Re-assessment optimalisasi anggaran belanja.
118
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Des
Bab III Akuntabilitas Kinerja
C. KINERJA LAINNYA Capaian kinerja DJBC selama tahun 2016 yang tidak terukur dalam Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJBC Tahun 2016 antara lain sebagai berikut : 1.
Modernisasi Kehumasan Organisasi yang ideal adalah organisasi yang setiap unsur internalnya
menyadari bahwa setiap anggota organisasi sesungguhnya merupakan humas bagi organisasi. Dengan adanya kesadaran tersebut, maka setiap anggota organisasi akan konsisten menjalankan peran kehumasan, baik dengan menghindari perbuatan yang akan berdampak negatif terhadap citra organisasi maupun aktif mengkomunikasikan hal-hal yang sifatnya positif sehingga mampu membangun citra organisasi di mata pihak eksternal. Seiring dengan kesadaran bahwa humas memegang peranan yang sangat penting dalam membangun citra organisasi, keberadaan humas di DJBC dirasakan oleh jajaran pimpinan DJBC sebagai suatu kebutuhan yang harus diprioritaskan. Sesuai dengan PMK nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, unit organisasi kehumasan DJBC yang sebelumnya berada di Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai (PPKC) dan bernama Subdirektorat Hubungan Masyarakat dan Penyuluhan kemudian beralih di Direktorat Kepabeanan Internasional dan Antar Lambaga dan berganti nama menjadi Subdirektorat Komunikasi dan Publikasi. Keberadaan humas sangat dibutuhkan untuk membangun dan menjaga adanya saling pengertian antar instansi pemerintah dengan stakeholder dan masyarakat umum, dengan tujuan menyangkut tiga hal yaitu maintenance, reputasi, dan citra, menjadi jembatan komunikasi dan mutual benefit relationship. Untuk berkomunikasi dengan publik, Humas mendekatkan diri melalui media, baik melalui iklan, media sosial ataupun dengan menyediakan layanan informasi berupa Contact Center Bravo Bea Cukai 1500225 yang diperuntukan
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
119
Bab III Akuntabilitas Kinerja
bagi stakeholder ataupun masyarakat umum yang ingin menyampaikan keluhan dan pertanyaannya di bidang kepabeanan dan cukai. Dunia kehumasan akan selalu bergerak dinamis seiring perubahan di tengah masyarakat. Perubahan yang terjadi baik dalam skala kecil maupun skala besar harus menjadi perhatian seluruh praktisi kehumasan agar peran humas kian konstekstual namun tetap profesional. Seperti yang saat ini telah dilakukan oleh Humas Bea Cukai dengan melakukan rebranding. Dengan rebranding, selain bermakna upaya mengaktualisasikan visi dan misi Bea dan Cukai juga bertujuan untuk membentuk persepsi di kalangan pegawai Bea Cukai bahwa semua harus bekerja dengan paradigma baru dan semangat baru. Rebranding itu salah satunya dengan membentuk tagline, sebagai ekspresi atau sebuah ide yang mudah diingat, atau biasa disebut juga denga jargon atau slogan. Bea Cukai Makin Baik, begitulah jargon baru dari DJBC. Jargon ini mengandung artian proses yang tidak pernah berhenti dan dinamis. Tentunya melalui rebranding akan mambawa semangat perubahan, karena itu perlu sinergi dengan seluruh unsur termasuk di daerah. Selain membuat tagline, Humas Bea Cukai juga melakukan modernisasi organisasi dengan membentuk Kanal Radio dan Kanal TV. Pembentukan Kanal Radio dan Kanal TV dimaksudkan sebagai pilihan media Bea Cukai yang efektif, efisien, dan ekonomis. Jadi jika orang tidak sempat membaca berita di website maupun Warta Bea Cukai, mereka masih bisa mendengarkan radio dan tv. Sejauh ini penyampaian pesan-pesan telah dilakukan secara masif, baik melalui pemasangan iklan DJBC, kerjasama program reality show, distribusi WBC ke pihak internal dan eksternal , dan diseminasi media sosial dan website Bea dan Cukai. Rebranding DJBC mengedepankan 4 unsur yang tidak terlepas dari tugas dan fungsi DJBC, meliputi services, facilitation, community protection, dan revenue. Dengan demikian, pesan yang disampaikan kepada publik akan berfokus pada layanan yang cepat dan transparan, kemudian stakeholder untuk memperoleh fasilitas, serta tugas Bea Cukai dalam melindungi masyarakat dari barangbarang ilegal. Di samping itu, dalam mengedepankan fungsi Bea Cukai dalam
120
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
mengoptimalkan penerimaan negara, Bea Cukai juga berperan mendorong terciptanya keadilan bagi perindustrian dan perekonomian negara. 2.
Fasilitasi Perdagangan a. Pusat Logistik Berikat (PLB) Masih banyaknya kendala yang membayangi kondisi logistik nasional
membuat Presiden Joko Widodo mengimplementasikan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II, September 2015 yang salah satunya adalah Pusat Logistik Berikat. Presiden secara langsung meresmikan PLB di Cakung, Jakarta pada tanggal 10 Maret 2016. Sesuai arahan Presiden, PLB diharapkan kedepannya dapat menjadi tempat penimbunan barang-barang impor yang diperlukan untuk industri dan juga manjadi tempat penimbunan barang-barang ekspor, dengan diberikan penundaan pembayaran pengutan impor serta penundaan pemenuhan ketentuan pembatasan impor. Pada prinsipnya, apapun yang bisa dilakukan di luar negeri akan bisa dialihkan tempatnya dengan adanya PLB. Keberadaan PLB diharapkan dapat menurunkan biaya logistik nasional, menurunkan
dwelling
time
di
pelabuhan,
menarik
investasi
untuk
pertumbuhan ekonomi nasional, serta akan manjadi Hub Logistik Asia Pacific. Pemerintah berkomitmen menjadikan Indonesia sebagai hub logistik tidak hanya nasional tetapi juga menjadi hub logistik regiona melalui PLB. Mengutip Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 85 Tahun 2015 yang merivisi PP 32 Tahun 2009 tentang Tempat Penimbunan Berikat, setidaknya ada lima jenis insentif yang disediakan pemerintah bagi perusahaan pengguna PLB. Pertama, perusahaan yang menyimpan barang ke dalam PLB dari tempat lain di luar daerah pabean dalam jangka waktu tertentu berhak mendapat penangguhan BM. Kedua, perusahaan tersebut tidak dipungut pajak dalam rangka impor (PDRI). Ketiga, DJBC diminta membebaskan cukai bagi perusahaan yang ingin masuk ke kawasan PLB. Keempat, barang yang dipindahkan dari kawasan PLB satu ke PLB lainnya juga berhak mendapatkan fasilitas serupa ditambah pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
121
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Kelima, barang yang dimasukkan dari tempat lain dalam daerah pabean maupun ari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Bebas, atau Kawasan ekonomi lainnya ke kawasan PLB yang ditujukan untuk ekspor, tidak akan dipungut PPN dan PPnBM. PLB merupakan fasilitas yang diberikan pemerintah untuk menarik kegiatan penumpukan barang (inventory) yang selama ini berpusat di luar negeri, seperti Singapura dan Malaysia. Dengan adanya PLB diharapkan perusahaan-perusahaan asing dapat mendirikan perusahaan atau membuka perwakilan perusahaannya di Indonesia sehingga ada potensi penerimaan negara dari sektor perpajakan dan mengurangi beban penimbunan barang, dan juga dapat menurunkan angka dwelling time di pelabuhan. Dengan demikian pelaku usaha juga diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas tersebut untuk menimbun barang sehingga tidak menumpuk barang di pelabuhan. Dengan berkurangnya penumpukan barang dipelabuhan dapat juga mengurangi dwelling time karena barang dapat langsung keluar ke PLB dan barang tidak perlu ditimbun dengan jangka waktu yang lama di pelabuhan. 3.
Penandatangan MOU DJBC dan Customs Administration of Netherland Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) melakukan penandatanganan
nota kesepahaman (MoU) di bidang capacity building dan pertukaran informasi dengan institusi bea dan cukai Belanda, Customs Administration of the Netherlands
(CAN).
Penandatanganan dilakukan
pada
Jumat
(11/3) di Tax and Customs Museum
Rotterdam,
Belanda. Di bidang capacity building, kerja sama DJBC dan
CAN
meliputi
pelatihan anjing pelacak narkotik (K-9) serta on job training (OJT) di bidang
122
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
teknik audit kepabeanan, ekstensifikasi cukai, postal and courier package, Inward Processing Relief (IPR) best practices, fasilitas kepabeanan, sumber daya manusia, Authorized Economic Operator (AEO), dan kehumasan. Sementara itu, kerja sama di bidang pertukaran informasi lebih difokuskan pada pertukaran data reputable traders (importir/eksportir) kedua negara. Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi dalam sambutannya mengungkapkan bahwa pelaksanaan penandatanganan MoU ini pada dasarnya dilakukan untuk mempererat hubungan kerja sama dan pertukaran informasi yang telah terjalin baik antara kedua institusi kepabeanan ini. Terlebih, aturan kepabeanan yang digunakan oleh keduanya pun tidak jauh berbeda. Turut hadir dalam acara penandatanganan MoU ini Duta Besar Indonesia untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja, Deputy Head & First Secretary of the Economic Section, Embassy of the Netherlands in Indonesia Tess van der Zee, dan jajaran direktur CAN. 4.
Sinergi DJBC dengan Instansi Lain Pada Tahun 2016
a.
Kunjungan ke Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia Untuk memperkuat penegakan hukum khusunya di bidang kepabeanan dan cukai, DJBC mempererat kerjasama dan komunikasi dengan Kepolisain Republik Indonesia (Polri). Kunjungan ini dilakukan pada 22 Januari 2016 dilakukan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi, S.E., LLM dengan didampingi oleh tujuh pejabar eselon II dan diterima langsung oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Badrodin Haiti beserta jajaran antara lain Wakabareskrim Polri Irjen Syahrul Mamma dan Kepala Divisi Hukum Polri Irjen Pol. Mochammad Iriawan. Kunjungan tersebut bertujuan untuk mempererat kerjasa dan komunikasi antara DJBC dengan Polri dalam hal penegakan hukum sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo terkait penyelundupan barang, langkah strategis dalam upaya penurunan dwelling time dan upaya untuk mendukung investasi di Indonesia. Terkait penyelundupan barang, upaya untuk
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
123
Bab III Akuntabilitas Kinerja
memutus rantai penyelundupan memerlukan koordinasi yang baik antara DJBC dan Polri. Koordinasi yang dijalankan melalui pertukaran data dan informasi terkait penyelundupan barang serta kesiapan aparat dalam rangka melakukan upaya penindakan terhadap pelanggaran kepabeanan dan cukai. Berdasarkan tugas yang telah diamanatkan undang-undang, DJBC berharap Polri selalu siap memberikan dukungan/ backup khususnya dalam rangka penindakan di lapangan apabila diperlukan. Di sisi lain upaya peningkatan investasi di Indonesia sebagai salah satu pendorong ekonomi nasional juga menjdai fokus DJBC. Upaya yang dilakukan DJBC sejalan dengan misi DJBC salah satunya memfasilitasi perdagangan dan industri serta proteksi terhadap dunia industri berupa perlindungan terhadap penyelundupan dan perdagangan ilegal. Penindakan yang dilakukan DJBC selama setahun sebelumnya didominasi oleh penindakan tekstil dan sembako. Data tersebut menunjukan bahwa DJBC serius dalam melindungi industri dan masyarakat dari kegiatan ekonomi yang melanggar aturan. Dan untuk terus melakukan penindakan tersebut, mutlah diperlukan sinergi dengan berbagai pihak terutama dengan Polri.
124
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
b. Kerjasama DJBC dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Upaya
peningkatan
kinerja
penindakan
khusunya
minuman
beralkohol, DJBC dalam hal ini oleh KPPBC TMP A
Jakarta
melakukan
sosialisai bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dalam sosialisasi yang diselenggarakan di Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta pada hari Rabu, 02 Februari 2016 ini dihadiri Gubernur DKI Jakarta beserta jajaran dan Pengusahan MMEA di Jakarta. Sosialisasi ini bermaksud mengajak para pengusaha dan asosiasi di bidang minuman keras (miras) di DKI Jakarta bersama-sama melakukan bisnis secara tertib dan nyaman. Praktik tersebut akan lebih memberikan kepastian bisnis dan usaha para pengusaha MMEA. Selain itu, dengan sinergi tersebut, diharapkan dapat menciptakan integrasi administrasi cukai dengan administrasi perpajakan dari Direktorat Jenderal pajak mapupun administrasi perpajakan dengan Pemerintah Provinsi. Upaya
DJBC
dalam
mensosialisasikan
peraturan
MMEA
untuk
menanggulangi peredaran miras ilegal ditanggapi serius oleh jajaran Pemprov DKI Jakarta dengan menawarkan sebuah solusi dengan pembukaan layanan di kantor-kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang sudah terdapat sebanyak 318 kantor PTSP sehingga diharapkan mampu mengakomodasi keinginan DJBC untuk pengintegrasian data. Diharapkan sosialisasi tersebut dapat membantu para pengusaha untuk mendapat keterangan yang jelas mengenai mekanisme pengurusan izin sehingga tak lagi ditemukan pelanggaran.
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
125
Bab III Akuntabilitas Kinerja
c.
Bangun Sinergi antara DJBC dengan KPK DJBC laksanakan kunjungan ke KPK sebagai bentuk keseriusan DJBC dalam mencegah korupsi. Kunjungan ini dilaksanakan pada Jumat, 29 Januari 2016 bertempat di Kantor KPK. Kunjungan tersebut sekaligus menjelaskan langkah-langkah DJBC dalam upaya pemberantasan korupsi di lingkungan DJBC. Beberapa langkah yang diambil oleh DJBC diantaranya perbaikan tata organisasi seperti adanya Subdirektorat Pencegahan, yang salah satunya berfungsi untuk mencegah gratifikasi, penandatangan komitmen pengendali gratifikasi oleh seluruh jajaran DJBC, penendatangan pakta integritas oleh seluruh pejabat dan pegawai, penandatangan deklarasi pengendalian gratifikasi bersama stakeholder DJBC, otomasi sistem pelayanan yang berfungsi mempercepat proses dan mengurangi interaksi langsung pegawai dengan pengguna jasa, sosialisasi program pengendalian gratifikasi kepada pejabat, serta pegawai dan stakeholder menjalin kerjasam kemitraan dengan stakeholder melalui forum diskusi dengan tujuan untuk menekan angka KKN antara DJBC dengan stakeholder.
126
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
Bab III Akuntabilitas Kinerja
5.
Kinerja DJBC Dalam Penindakan Barang Ilegal Selama Tahun 2016 Membuka awal tahun 2016, DJBC langsung menorehkan prestasi dengan
menggagalkan penyelundupan mutiara ke Hongkong sebanyak 114 kg dengan nilai kurang lebih 45 Miliar. Penyelundupan ini bermula saat eksportir mengajukan PEB sebagai beads (manik-manik) yang dikemas dalam 5 boks kayu dengan berat bruto 116,5 kilogram pada 2 Desember 2015. Selanjutnya berdasarkan informasi Kementerian KKP dan hasil analisa intelijen, ada indikasi pelanggaran berupa pemalsuan dokumen yaitu barang tidak sesuai dengan
PEB.
Dalam
rangka
melindungi
masyarakat
dan
mencegah
penyelundupan dan peredaran barang ilegal, DJBC terus melakukan penindakan dan meningkatkan pengawasan di laut. Upaya ini juga sejalan dengan perintah Presiden Joko Widodo untuk menghentikan penyelundupan dan peredaran barang ilegal. Pelanggaran yang kerap dilakukan adalah penyalahgunaan
fasilitas
pembebasan/keringanan
perpajakan
yang
mengganggu industri dalam negeri seperti industri tekstil.
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
127
Bab III Akuntabilitas Kinerja
D. AKUNTABILITAS KEUANGAN Anggaran yang digunakan sebagai penunjang dalam pencapaian tujuan dan sasaran untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh DJBC pada tahun 2016 bersumber dari Program Pengawasan, Pelayanan, dan Penerimaan di Bidang Kepabeanan dan Cukai Kementerian Keuangan dengan pagu anggaran sebesar Rp3.509.566.207.000. Realisasi anggaran belanja DIPA pada tahun 2016 adalah sebesar Rp3.308.459.897.453 atau sebesar 94,27%. Data realisasi anggaran untuk masing-masing jenis belanja DIPA dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.35 Realisasi Penyerapan Anggaran Belanja DIPA DJBC Tahun 2016 No.
JENIS BELANJA
1
BELANJA BARANG
2
BELANJA MODAL
3
BELANJA PEGAWAI
PAGU ANGGARAN
REALISASI S/D
2016
DESEMBER 2016
JUMLAH 1+2
JUMLAH 1+2+3
SISA
%
2.103.807.280.000
2.002.856.185.024
100.951.094.976
95,20%
561.973.797.000
523.305.158.750
38.668.638.250
93,12%
2.665.781.077.000
2.526.161.343.774
139.619.733.226
94,76%
843.785.130.000
782.298.553.679
61.486.576.321
92,71%
3.509.566.207.000
3.308.459.897.453
201.106.309.547
94,27%
Sumber Data: Bagian Keuangan Sekretariat DJBC
Diagram Penyerapan Anggaran DJBC Tahun 2016
Belanja Barang
Belanja Modal
95,20%
Rp2.002,9 M Keterangan Realisasi
128
Belanja Pegawai
92,71%
93,12%
Rp523,3 M
Rp782,3 M
: Sisa
LAKIN DJBC TAHUN 2016 1
BAB IV LAKIN DJBC 2016
PENUTUP
LAKIP DJBC TAHUN 2016 1
Pencapaian kinerja DJBC pada tahun 2016 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan dan juga membanggakan. Dari 24 IKU yang dimiliki DJBC, 21 IKU memiliki realisasi capaian yang melebihi target walaupun masih terdapat 3 IKU yang capaiannya di bawah target dengan rincian sebagai berikut : 1. Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti (IKU ini berstatus abu-abu atau tidak ada capaian dikarenakan selama tahun 2016 tidak ada temuan di DJBC); 2. Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai (IKU ini berstatus kuning); dan 3. Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai. Pada tahun 2016 penerimaan bea dan cukai yang dibebankan oleh negara tercapai 97,15% dari target penerimaan sebesar Rp 183,9 Triliun. Walaupun persentase realiasi penerimaan DJBC terhadap target APBN meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang hanya 92,23%, namun dari sisi nominal,
BAB IV PENUTUP
sebesar Rp 178,72 Triliun, menunjukkan penurunan sekitar 1,1 Triliun dibanding tahun 2015. Terkait waktu penyelesaian proses kepabeanan di 4 pelabuhan utama, pada tahun 2016 ini DJBC mampu mencapai rata-rata waktu 0,81 hari dari target 1,2 hari. Hal ini berkontribusi terhadap penurunan waktu dwelling time terutama dari sisi customs clearance yang merupakan tanggung jawab DJBC sehingga diharapkan dapat mendukung distribusi logistik nasional. Sedangkan dari sisi kepuasan pengguna layanan DJBC, hasil survei tahun 2016 menunjukkan hasil yang baik yaitu sebesar 4,01 (kategori sangat puas). Indeks hasil survei mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (3,90). Sehingga menunjukkan bahwa DJBC berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan dalam upaya memberikan pelayanan yang prima kepada pengguna layanan DJBC. Dari sisi penegakan hukum di bidang kepabeanan dan cukai, di tahun 2016 DJBC telah melakukan penindakan sebanyak 15.080 kegiatan penindakan dan menghasilkan temuan sebanyak 14.289, kegiatan penindakan ini meningkat 38,9% dibandingkan tahun 2015 sebanyak 10.857 kegiatan. Hal ini menunjukkan komitmen DJBC untuk terus berupaya untuk mengintensifkan kegiatan pengawasan dan penindakan. DJBC juga terus berupaya melaksanakan program Transformasi Kelembagaan sejak tahun 2014 melalui implementasi 10 (sepuluh) Inisiatif Strategis (IS) yang dimiliki DJBC sebagaimana ditetapkan dalam blueprint Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan. Dari 10 Inisiatif Strategis DJBC, di tahun 2016 semua IS sudah terselesaikan. Selain itu, DJBC juga telah merumuskan strategi antisipatif yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis DJBC 2015-2019 sebagai berikut: 1. Penguatan Legal framework dengan program antara lain: penyelesaian petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis UU Kepabeanan dan UU Cukai, penyempurnaan penerapan aturan pemasukan barang larangan dan/atau pembatasan, dan pengelolaan barang milik negara;
LAKIP DJBC TAHUN 2016
130 1
BAB IV PENUTUP
2. Penyelarasan Organisasi, Sumber Daya Manusia dan Anggaran dengan program antara lain: revitalisasi struktur di Kantor Pusat, optimalisasi pengawasan DJBC di laut, evaluasi Kantor Modern, capacity building, pembentukan role model untuk implementasi Nilai-nilai Kementerian Keuangan,
pengembangan
jabatan
fungsional
DJBC,
peningkatan
implementrasi anggaran berbasis kinerja, transformasi kelembagaan sesuai dengan blueprint yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36/KMK.01/2014 Tentang Cetak Biru Program Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan 2014 – 2025; 3. Penyelarasan sarana dan prasarana dengan program antara lain: penyusunan website DJBC versi bahasa Inggris, peningkatan kualitas perencanaan sarana operasi (kapal patroli, alat pemindai, senjata api dan anjing pelacak narkotika); 4. Perbaikan sistem dan prosedur dengan program antara lain: profiling Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan, perluasan pengembangan otomasi sistem pelayanan dan pengawasan di bidang Kepabeanan dan Cukai, pengembangan rencana strategic Authorized Economic Operator (AEO), pengembangan tempat pemeriksaan fisik dalam Tempat Pemeriksaan Sementara (TPS) untuk meningkatkan kelancaran customs clearance, dan penyempurnaan sistem dan prosedur pelayanan dan pengawasan di Kantor Pos dan terhadap Perusahaan Jasa Titipan (PJT). 5. Di bidang TIK, peran TIK DJBC diharapkan tidak hanya sebagai alat bantu (supporting) tetapi mampu mendorong organisasi untuk menciptakan proses bisnis yang lebih efisien dan tepat guna dengan bantuan kemampuan TIK. Dalam rangka meningkatkan kemampuan TIK, DJBC memberikan perhatian yang lebih pada pengembangan TIK yaitu dengan investasi infrastruktur TIK, pembenahan tata kelola dan pengembangan kapasitas SDM yang dituangkan dalam perencanaan pengembangan TIK jangka pendek (IT PLAN) dan perencanaan pengembangan TIK jangka panjang (IT Blueprint). Pembenahan tata kelola (IT Governance) menjadi fokus perhatian pada kebijakan TIK DJBC
LAKIP DJBC TAHUN 2015
131 1
BAB IV PENUTUP
tahun 2015 s.d. 2019 hal ini selaras dengan kebijakan di Kementerian Keuangan untuk infrastruktur TIK akan dikelola oleh Unit TIK Pusat Kementerian keuangan sedangkan pengelolaan proses bisnis dikelola pada masing-masing unit Eselon I termasuk DJBC. Dengan tata kelola TIK yang lebih baik diharapkan kualitas layanan semakin meningkat dan mampu memnuhi kebutuhan organisasi dan masyarakat pengguna jasa secara luas. Tahun 2016 ini adalah tahun yang menentukan bagi DJBC karena merupakan tahun awal pelaksanaan Rencana Strategis 2015-2019. Diharapkan capaian pada tahun 2016 ini dapat menjadi pijakan untuk periode berikutnya dalam pencapaian tujuan, sasaran, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam Renstra DJBC 2015-2019. Akhirnya dengan disusunnya LAKIN DJBC tahun 2016 ini diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada pimpinan, masyarakat, dan seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi DJBC sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk untuk merumuskan kebijakan serta peningkatan kinerja pada periode berikutnya.
LAKIP DJBC TAHUN 2016
132 1
LAMPIRAN LAKIN DJBC 2016
Lampiran I
:
Pengukuran Kinerja Tahun 2016
Lampiran II
:
Matriks Rencana Kerja DJBC Tahun 2016
Lampiran III
:
Kontrak Kinerja DJBC Tahun 2016
Lampiran IV
:
Adendum Kontrak Kinerja
Lampiran V
:
Nilai Kinerja Organisasi DJBC 2016
Lampiran I PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2016 Unit Organisasi : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tahun Anggaran : 2016 Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Realisasi
%
Ket
PIC IKU
Penyedia Data
Stakeholder Perspective
SS-1
Peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sislognas
1a-CP
2a-CP SS-2
Penegakan hukum yang efektif 2b-N
SS-3
Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal
Waktu penyelesaian proses kepabeanan Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh kejaksaan (P21) Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh kejaksaan (P21)
KPU BC T.Priok, Polarisasi KPPBC T.Emas, Minimize KPPBC T. Perak, KPPBC Belawan
1,2 hari
0,81 hari
120.00%
60%
96.45%
120.00%
Dit. P2
Dit. P2
30%
66.94%
120.00%
Dit. KBP
Dit. KBP
Kanwil DJBC, KPU Bea dan Cukai
Dit. PPS, Dit. IKC
Dirjen BC
Dit. PPS, Dit. IKC
3a-N
Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai terhadap target
100%
97.15%
97.15%
3b-N
Jumlah peningkatan penerimaan bea dan cukai
Rp 3 T
RP 854 T
0.00%
4a-CP
Indeks kepuasan pengguna layanan
Target APBN-P 2016 Target APBN-P 2016
Dit. IKC
Customer Perspective SS-4
Kepuasan pengguna layanan yang tinggi
SS-5
Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi
5a-CP 5b-N
Persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan Persentase piutang bea dan cukai yang diselesaikan
4 (Skala 5)
4.04
101.00%
Dirjen BC
80%
86.94%
108.67%
Dit. Teknis Kepabeanan
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan Dit. Teknis Kepabeanan
82%
93.32%
113.80%
Dit. PPS
Dit. PPS
Page 1 of 3
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Realisasi
%
3 (Skala 4)
3.67
120.00%
5%
2,74%
120.00%
Ket
PIC IKU
Penyedia Data
Dit. KIAL
Dit. KIAL
Dit. PPS
Dit. PPS Dit. Cukai, Dit. Fasilitas, KPU Tanjung Priok, KPPBC Kudus, BPIB Jakarta
Internal Business Process Perspective
SS-6
Analisis perumusan kebijakan yang optimal
6a-N 6b-N
Indeks penyelesaian rumusan kebijakan di bidang kepabeanan internasional Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat
SS-7
Peningkatan pelayanan prima
7a-N
Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan
SS-8
Edukasi dan komunikasi yang efektif
8a-N
Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi
9a-CP
Persentase keberhasilan pelaksanaan Joint Audit
9b-N
Persentase tindak lanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan cukai
SS-9
Peningkatan efektivitas pengawasan kepabeanan dan cukai
9c-N 10a-CP SS-10
Pengendalian mutu yang optimal
10b-N 10c-N
Indeks efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti Rata-rata persentase tingkat efektivitas monitoring dan pengawasan kepatuhan internal Persentase hit rate dari importasi jalur merah
Polarisasi Minimize
100%
114.19%
114.19%
Dit. Cukai, Dit. Fasilitas, KPU Tanjung Priok, KPPBC Kudus, BPIB Jakarta
79 (Skala 100)
82.43
104.34%
Dit. KIAL
Dit. KIAL
88.2%
104.78%
118.80%
Dit. Audit
Dit. Audit
80%
94.75%
118.44%
Dit. P2
Dit. P2
4.25 (Skala 5)
4.50
105.88%
Dit. Audit
Dit. Audit
48%
N/A
N/A
Dit. KI
Dit. KI
85%
84.45%
120.00%
Dit. KI
Dit. KI
25%
34.70%
114.24%
Dirjen BC
Dit. IKC
90.00%
95.84%
106.49%
Learning and Growth Perspective SS-11 SDM yang kompetitif
11a-N
Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency
Page 2 of 3
Sekretariat DJBC Sekretariat DJBC
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja 12a-CP
SS-12
Organisasi yang adaptif 12b-N
Persentase Implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan Tingkat penyelesaian pengembangan jabatan fungsional
13a-CP Tingkat downtime sistem TIK Sistem informasi manajemen SS-13 yang terintegrasi
SS-14
Pelaksanaan anggaran yang optimal
Target
Realisasi
%
87%
100%
70%
PIC IKU
Penyedia Data
114.94%
Sekretariat DJBC
Sekretariat DJBC, Dit. PPS
100.00%
120.00%
Sekretariat DJBC Sekretariat DJBC
1%
0.30%
120.00%
Dit. IKC
Dit. IKC
Dit. IKC
Dit. IKC
13b-N
Persentase penyelesaian tahapan integrasi sistem kepabeanan dan cukai
75%
99.79%
120.00%
14a-CP
Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja
95%
97.06%
102.17%
atau
94.27%
Keterangan : CP = IKU yang di-cascade dari Kemenkeu-Wide; N = IKU non-cascading Indeks Capaian IKU maksimal 120%
Jumlah Anggaran Program Tahun 2016
:
Rp3,509,566,207,000
Realisasi Pagu Anggaran Program Tahun 2016 :
Rp3,308,459,897,453
Page 3 of 3
Ket
Sekretariat DJBC Sekretariat DJBC
Lampiran II
MATRIKS RENCANA KERJA DAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TAHUN 2016 No
KODE 015.05
Program/ Kegiatan/ Output
Target 2016
DITJEN BEA DAN CUKAI
3,922,732,348,000
Program Pengawasan, Pelayanan, dan Penerimaan di Bidang Kepabeanan dan Cukai a) Optimalisasi pengawasan dalam rangka mendukung fungsi community protection 015.05.13 serta melaksanakan fungsi sebagai border management. b) Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal dan Peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sistem Logistik Nasional.
3,922,732,348,000
80% 100% 1,4 Hari 80% 4,00
Persentase tindaklanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan cukai Persentase realisasi penerimaan bea dan cukai terhadap target Waktu penyelesaian proses kepabeanan (customs clearance) Persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan Indeks kepuasan pengguna layanan DJBC. 1
2
3
1671
1672
1673
Peningkatan Pelayanan Kepabeanan dan Cukai di Daerah Persentase jumlah pengajuan yang dapat terlayani untuk pengujian laboratories dan identifikasi barang
1674
1675
80%
Layanan Perkantoran
12
11,066,189,000
Layanan Identifikasi dan Klasifikasi Barang
Bulan Layanan
12
4,313,078,000
Unit
4
M2
1000
505,223,000 4,751,680,000 44,239,820,000
Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Gedung/Bangunan Perumusan Kebijakan dan Pelaksanaan Audit Bidang Kepabeanan dan Cukai Indeks penyelesaian rumusan kebijakan di bidang audit Indeks efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai Persentase perencanaan dan evaluasi audit yang tepat waktu Kebijakan Pelaksanaan Audit di Bidang kepabeanan dan cukai LHA Dokumen perencanaan, koordinasi, monitoring, dan evaluasi audit Perumusan Kebijakan dan Bimbingan Teknis Bidang Cukai Indeks penyelesaian rumusan peraturan di bidang cukai Indeks kepatuhan pengusaha BKC yang dimonitor Rata-rata waktu pelayanan pengambilan pita cukai Pita Cukai Laporan sosialisasi, workshop, monitoring, dan asistensi Perumusan Kebijakan dan Bimbingan Teknis Fasilitas Kepabeanan Indeks penyelesaian rumusan peraturan di bidang fasilitas dan kepabeanan Rata-rata presentase realisasi dari jani layanan fasilitas kepabeanan Rumusan Peraturan dan kebijakan teknis fasilitas komputerisasi
5
20,636,170,000
Bulan Layanan
Rumusan Peraturan
4
Laporan sosialisasi, workshop, monitoring, dan asistensi Dokumen fasilitas kepabeanan Perumusan Kebijakan dan Pengembangan Teknologi Informasi Kepabeanan dan Cukai
3 4 90% Kebijakan
2
Dokumen
500
Dokumen
575
Layanan Perkantoran
1676
Layanan pemeliharaan sarana dan prasarana komputerisasi Aplikasi yang tersentralisasi Perumusan Kebijakan dan Evaluasi Pelaksanaan Kerja Sama Internasional Indeks penyelesaian rumusan kebijakan kerjasama internasional Persentase partisipasi dalam rangka pembahasan kerjasama internasional di Bidang Kepabeanan dan Cukai Rumusan kebijakan kerjasama internasional Laporan sosialisasi, workshop, monitoring, dan asistensi Dokumen laporan dan kerjasama internasional
Page 1 of 3
16,320,000 41,037,580,000 3,185,920,000 358,706,379,000
3 3,8 90 Rumusan Peraturan
12
Lembar
201,687,000
Laporan
2560
833,818,000 353,755,617,000 4,116,944,000 3,252,051,000
3 92% Rumusan Peraturan
7
736,100,000
Laporan
44
Dokumen
2560
1,342,369,000 1,173,582,000 202,953,095,000
Bulan Layanan
12
131,586,250,000
Dokumen
5
Aplikasi
2
67,504,814,000 3,862,034,000 4,149,509,000
Rumusan Kebijakan
10
1,115,567,000
Laporan
15
Dokumen
44
1,171,460,000 1,862,482,000
70% 1% 85%
Persentase penyelesaian tahapan integrasi system kepabeanan dan cukai Persentase downtime sistem pelayanan Persentase pengembangan sistem aplikasi sesuai dengan proses bisnis
6
Alokasi 2016 (Juta)
3 90%
MATRIKS RENCANA KERJA DAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TAHUN 2016 No
KODE
7
1677
Program/ Kegiatan/ Output Perumusan Kebijakan dan Peningkatan Pengelolaan Penerimaan Bea dan Cukai Persentase penyelesaian peraturan pelaksanaan UU Kepabeanan dan UU Cukai Persentase penyelesaian piutang bea dan cukai yang diselesaikan Persentase penanganan bantuan hukum, perkara, dan keberatan banding Persentase berita negatif oleh media nasional yang terpercaya Peraturan dan perundang-undangan kepabeanan dan cukai Laporan sosialisasi, workshop, monitoring, dan asistensi Laporan rekonsiliasi data penerimaan dan piutang
8
1678
12
1681
1682
1,788,396,000
44
3,496,600,000
3
4,536,009,000 4,473,083,000
Laporan publikasi dan kehumasan
36
19,301,241,000
Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan Atas Pelanggaran Peraturan Perundangan, Intelijen dan Penyidikan Tindak Pidana Kepabeanan dan Cukai Persentase hasil penyelidikan yang dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P21)
60%
Persentase operasi yang menghasilkan penindakan NPP (Narkotika- Psikotropika, dan Prekursor)
50%
Persentase operasi pengawasan yang menghasilkan penindakan barang larangan dan pembatasan
65%
380,181,648,000
Bulan Layanan
12
150,338,268,000
Laporan
20
Unit
172
390,900,000 206,769,130,000
Laporan (25) (FREK) Laporan (122) (FREK)
Perumusan Kebijakan dan Bimbingan Teknis Bidang Kepabeanan Indeks penyelesaian rumusan peraturan di bidang teknis kepabeanan Indeks ketepatan waktu pemutakhiran database nilai pabean Persentase jumlah pelaksanaan validasi terhadap jumlah permohonan pengajuan sebagai AEO yang memenuhi syarat administrasi Rumusan peraturan dan kebijakan
11
45
8
Laporan pelaksanaan kegiatan pengawasan dan penindakan
1680
Peraturan (36) (FREK) Laporan (10) (FREK) Laporan (3) (FREK)
Laporan (36) (FREK)
Laporan pelaksanaan pengawasan dan penindakan NPP
10
33,595,329,000 100% 78% 77% 18%
Laporan (8) (FREK)
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Penyidikan Sarana operasi
1679
Alokasi 2016 (Juta)
Laporan penanganan bantuan hukum, perkara, keberatan banding dan peningkatan kesadaran hukum pegawai
Layanan Perkantoran
9
Target 2016
Laporan sosialisasi, workshop, monitoring, dan asistensi Laporan updating database nilai pabean Laporan pelaksanaan validasi, monitoring dan evaluasi, serta sosialisasi AEO Pembinaan Penyelenggaraan Kepabeanan dan Cukai di Daerah Persentase jumlah penerimaan Kepabeanan dan Cukai Persentase hasil penyidikan yang dinyatakan lengkap oleh kejaksaan (P21) Layanan Perkantoran Laporan pelaksanaan kegiatan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai Laporan Pembinaan Teknis Satuan Kerja Vertikal Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Gedung/Bangunan Peningkatan Pengawasan dan Pelayanan Kepabeanan dan Cukai di Daerah Persentase jumlah penerimaan kepabeanan dan cukai Persentase tindak lanjut atas temuan pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai Waktu penyelesaian proses kepabeanan (customs clearance) Layanan Perkantoran Laporan pelaksanaan kegiatan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai Layanan penyelesaian proses kepabeanan dan cukai (customs clearance) Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Gedung/Bangunan Pembinaan Penyelenggaraan Kepabeanan dan Cukai di Utama Persentase jumlah penerimaan kepabeanan dan cukai Waktu penyelesaaian proses kepabeanan (custom clearance)
Page 2 of 3
4,150,000,000
200
18,533,350,000 4,111,054,000
3 3,1 50% Rumusan Peraturan
10
783,897,000
Laporan
112
Laporan
12
Laporan
30
2,293,719,000 65,016,000 968,422,000 290,794,464,000
100% 60% Bulan Layanan
12
Laporan
16
Laporan
32
Unit
260
Unit
434
M2
22112
218,464,973,000 1,428,000,000 2,951,244,000 2,102,466,000 3,115,880,000 62,731,901,000 1,242,262,395,000
100% 80% 1,4 hari Bulan Layanan
12
Laporan
45
Bulan Layanan
6
Unit
101399
Unit
3019
M2
24562
1,088,529,805,000 1,317,464,000 150,000,000 16,405,189,000 15,151,921,000 120,708,016,000 218,799,655,000
100% 1,4 Hari 80%
Persentase tindak lanjut atas temuan pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai Layanan Perkantoran Laporan pelaksanaan kegiatan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai Laporan penyelesaian proses kepabeanan (customs clearance) Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Gedung/Bangunan
25
Bulan Layanan
12
Laporan
6
Laporan
6
Unit
91
Unit
218
M2
10793
183,031,772,000 5,548,104,000 100,000,000 1,031,335,000 3,912,052,000 25,176,392,000
MATRIKS RENCANA KERJA DAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TAHUN 2016 No
KODE
13
1683
14
1684
Program/ Kegiatan/ Output Peningkatan Pelayanan Pangkalan Sarana Operasi Persentase jumlah kapal patroli yang laik laut Indeks kepuasan unit pengguna sarana operasi Layanan Perkantoran Laporan pelaksanaan patroli laut Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Gedung/Bangunan Peningkatan Pengawasan dan Pelayanan Kepabeanan dan Cukai pada Perwakilan Luar Negeri
Target 2016
151,801,165,000 75% 3,8 Bulan Layanan
12
Laporan
4
Unit
19
M2
1200
15
1685
Bulan Layanan
12
Unit
5
16
1686
Page 3 of 3
9,311,155,000 50,000,000 7,559,954,000
3 85%
Rata-rata persentase tingkat efektivitas kegiatan monitoring dan pengawasan kepatuhan internal Rumusan Peraturan Laporan sosialisasi, workshop, asistensi, koordinasi Laporan monitoring dan pengawasan kepatuhan internal Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya DJBC Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja Persentase implementasi inisiatif transformasi kelembagaan Persentase pegawai yang memenuhi standar jamlat Layanan Perkantoran Dokumen perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Laporan pelaksanaan pengelolaan dan pemusnahan arsip Laporan pelaksanaan pengelolaan dan pemeliharaan BMN Dokumen penyelesaian/penyempurnaan SOP Laporan kegiatan penataan organisasi Laporan pembinaan SDM Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
78,443,505,000 38,364,430,000 426,000,000 34,567,230,000 9,361,155,000
80%
Persentase rumusan masukan untuk kerjasama internasional di bidang kepabeanan dan cukai Layanan Perkantoran Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Perumusan Kebijakan di Bidang Kepatuhan Internal Indeks penyelesaian rumusan peraturan di bidang kepatuhan internal
Alokasi 2016 (Juta)
Dokumen
6
Dokumen
18
Laporan
78
22,300,000 3,509,052,000 4,028,602,000 950,328,502,000
95% 100% 50% Bulan Layanan
12
Dokumen
175
Laporan
4
Laporan
3
Dokumen
250
Laporan
2
Laporan
55
Unit
453
Unit
1180
884,050,194,000 6,185,979,000 1,098,150,000 179,879,000 1,099,347,000 2,055,285,000 21,927,735,000 22,788,810,000 10,943,123,000
Lampiran III
Lampiran IV
Lampiran V
NILAI KINERJA ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TAHUN 2016 SASARAN STRATEGIS
IDENTITAS IKU NO
KODE IKU
Jenis Cascading
CAPAIAN IKU
NAMA IKU
POLARI SASI
TARGET
REALISASI
SATUAN
STAKEHOLDER PERSPECTIVE Peningkatan kelancaran arus barang dalam rangka mendukung Sislognas Nilai
Warna
120.00%
Hijau
Penegakan hukum kepabeanan dan cukai yang efektif
Nilai
Warna
120.00%
Hijau
Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal Nilai
Warna
48.58%
Merah
1
1a-CP
CP
2
2a-CP
CP
3
2b-N
N
4
3a-N
N
5
3b-N
N
Waktu penyelesaian proses kepabeanan
INDEKS CAPAIAN
96.18% Minimize
1.2
0.81
Hari
120.00%
60%
96.45%
Persen
120.00%
30%
66.94%
Persen
120.00%
Persentase realisasi penerimaan Maximize bea dan cukai terhadap target
100%
97.15%
Persen
97.15%
Jumlah peningkatan penerimaan Maximize bea dan cukai
3
(854 M)
Triliun Rupiah
0.00%
Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap Maximize oleh Kejaksaan (P21) Persentase kemenangan sengketa banding di Pengadilan Maximize Pajak
Page 1 of 4
SASARAN STRATEGIS
IDENTITAS IKU NO
KODE IKU
Jenis Cascading
CAPAIAN IKU
NAMA IKU
POLARI SASI
TARGET
REALISASI
SATUAN
CUSTOMER PERSPECTIVE Kepuasan pengguna layanan yang tinggi Nilai
Warna
101.00%
Kuning
Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi
Nilai
Warna
111.24%
Hijau
106.12%
6
4a-CP
CP
Indeks kepuasan pengguna layanan
Maximize
4
4.04
Indeks
101.00%
7
5a-CP
CP
Persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanan
Maximize
80%
86.94%
Persen
108.67%
8
5b-N
N
Persentase piutang bea dan cukai yang diselesaikan
Maximize
82%
93.32%
Persen
113.80%
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE 9
6a-N
N
10
6b-N
N
Analisis perumusan kebijakan yang optimal
Nilai
Warna
120.00%
Hijau
INDEKS CAPAIAN
114.00%
Indeks penyelesaian rumusan kebijakan di bidang kepabeanan Maximize internasional Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat
Page 2 of 4
Minimize
3
3.67
Indeks
120.00%
5%
2.74%
Persen
120.00%
SASARAN STRATEGIS
IDENTITAS IKU NO
KODE IKU
Jenis Cascading
Peningkatan pelayanan 10 prima
7a-N
Nilai
Warna
114.19%
Hijau
Edukasi dan komunikasi 11 yang efektif Nilai
Warna
104.34%
Hijau
CAPAIAN IKU
NAMA IKU
POLARI SASI
TARGET
REALISASI
SATUAN
INDEKS CAPAIAN
N
Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan
Maximize
100%
114.19%
Persen
114.19%
8a-N
N
Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi
Maximize
79
82.43
Indeks
104.34%
88.20%
104.78%
Persen
118.80%
80%
94.75%
Persen
118.44%
Persentase keberhasilan Maximize pelaksanaan Joint Audit Persentase tindak lanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan Maximize cukai
Peningkatan efektivitas pengawasan Kepabeanan dan Cukai 13
12 9a-CP
CP
9b-N
N
14
9c-N
N
Indeks efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai
Maximize
4.25
4.5
Indeks
105.88%
15 10a-CP
CP
Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang ditindaklanjuti
Maximize
48%
N/A
Persen
N/A
16 10b-N
N
Rata-rata persentase tingkat Maximize efektivitas monitoring dan pengawasan kepatuhan internal
85%
97.10%
Persen
114.24%
17
N
25%
34.70%
Persen
120.00%
Nilai
Warna
114.37%
Hijau
Pengendalian mutu yang optimal
Nilai
Warna
117.12%
Hijau
10c-N
Persentase hit rate dari importasi jalur merah
Page 3 of 4
Maximize
SASARAN STRATEGIS
IDENTITAS IKU NO
KODE IKU
Jenis Cascading
CAPAIAN IKU
NAMA IKU
POLARI SASI
TARGET
REALISASI
SATUAN
LEARNING AND GROWTH PERPECTIVE SDM yang kompetitif
17 11a-N
N
18 12a-CP
CP
19 12b-N
N
Sistem informasi 20 13a-CP manajemen yang andal
CP
Nilai
Warna
106.49%
Hijau
Organisasi yang kondusif
Nilai
Warna
117.47%
Kuning
Nilai
Warna
120.00%
Hijau
Pengelolaan anggaran yang optimal Nilai
Warna
102.17%
Hijau
21 14a-CP
CP
INDEKS CAPAIAN
111.53% Persentase pemenuhan standar Maximize soft dan hard competency
90%
95.84%
Persen
106.49%
Maximize
87%
100.00%
Persen
114.94%
Maximize
70%
100.00%
Persen
120.00%
Tingkat downtime sistem TIK
Minimize
1%
0.30%
Persen
120.00%
Persentase penyelesaian tahapan integrasi sistem Kepabeanan dan Cukai
Maximize
75%
99.79%
Persen
120.00%
Persentase kualitas pelaksanaan Maximize anggaran
95%
97.06%
Persen
102.17%
Persentase implementasi inisiatif transformasi kelembagaan Tingkat penyelesaian pengembangan jabatan fungsional
NILAI
108.46%
Page 4 of 4
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kantor Pusat : Jalan Jenderal A. Yani By Pass Jakarta Timur - Indonesia 13013 Telp. (021) 4890308 Fax. (021) 4892859 Pusat Kontak Layanan 1500225 www.beacukai.go.id