EX-CC-AAJI-06-001
Republika - 24/06/2016, hal. 14 OJK Akan Atur Permodalan Fintech
Fitri Sartina Dewi Rabu, 22/06/2016 18:49 WIB Kinerja Asuransi: Premi Asuransi Jiwa Tumbuh 4,4% http://finansial.bisnis.com/read/20160622/215/560337/kinerja-asuransi-premi-asuransi-jiwa-tumbuh44
Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang kuartal I/2016, industri asuransi jiwa mencatatkan pertumbuhan pendapatan premi sebesar 4,4%. Berdasarkan data kinerja industri asuransi jiwa pada kuartal I/2016 yang dipaparkan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), total pendapatan industri asuransi jiwa mencapai Rp48,94 triliun atau tumbuh 9,2% jika dibandingkan total pendapatan pada kuartal I/2015 yaitu Rp44,8 triliun. Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim mengatakan total pendapatan industri asuransi jiwa disokong sebesar 70,3% oleh pertumbuhan pendapatan premi yang terdiri dari premi bisnis baru dan premi lanjutan. Adapun, total pendapatan premi industri pada kuartal I/2016 mencapai Rp34,4 triliun atau tumbuh 4,4% dari total pendapatan premi pada periode yang sama tahun lalu yaitu Rp32,95 triliun. “Dari total pendapatan premi tersebut, premi bisnis baru berkontribusi sebesar 55,6% atau mencapai Rp19,13 triliun, sedangkan kontribusi dari premi lanjutan sebesar 44,4% sebesar Rp15,28 triliun,” kata Hendrisman, Rabu (22/6/2016). Kendati premi bisnis baru merupakan kontributor utama, pertumbuhan premi terbesar justru berasal dari premi lanjutan dengan pertumbuhan sebesar 7,3% secara year on year (yoy), sedangkan premi bisnis baru hanya bertumbuh sebesar 2,2%. Hendrisman menuturkan, masih rendahnya pertumbuhan premi asuransi jiwa disebabkan kondisi perekonomian yang masih menunjukkan perlambatan. Kendati demikian, dia mengungkapkan, sampai dengan akhir tahun ini pertumbuhan premi industri asuransi jiwa diprediksi bisa mencapai 20% dari total pendapatan premi pada tahun lalu. Pada tahun lalu, pendapatan premi industri asuransi jiwa mencapai Rp128,6 triliun atau tumbuh sebesar 5,8% jika dibandingkan pendapatan premi pada 2014 yaitu Rp121,62 triliun.
Rabu, 22 Juni 2016, 11:46 WIB Pendapatan Asuransi Jiwa Melonjak 9,2 Persen Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/16/06/22/o95p9a382-pendapatan-asuransi-jiwamelonjak-92-persen
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat pendapatan industri asuransi jiwa kuartal I 2016 mengalami peningkatan sebesar 9,2 persen menjadi Rp 48,94 triliun dibandingkan dengan Rp 44,80 triliun di kuartal I 2015. Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim mengatakan, pertumbuhan pendapatan industri asuransi jiwa tersebut merupakan bukti nyata kekuatan industri untuk tetap bertumbuh, dan senantiasa memberikan perlindungan jangka panjang bagi masyarakat Indonesia. "Kami mencatat bahwa peningkatan total pendapatan industri asuransi jiwa di kuartal I-2016 ini didukung oleh beberapa aspek seperti pertumbuhan total pendapatan premi, yang terdiri dari pertumbuhan total premi bisnis baru dan total premi lanjutan," ujarnya di Kantor AAJI Jakarta, Rabu (22/6). Menurutnya, pertumbuhan industri asuransi jiwa pada kuartal I-2016 ini juga terjadi dalam berbagai aspek lain, seperti pertumbuhan hasil investasi, aset, total tertanggung, dan jumlah tenaga pemasar berlisensi. Berdasarkan data yang dihimpun dari laporan keuangan un-audited 54 perusahaan asuransi jiwa anggota AAJI, tercatat total pendapatan industri asuransi jiwa disokong sebesar 70,3 persen oleh pertumbuhan pendapatan premi yang terdiri dari premi bisnis baru dan total premi lanjutan. Total pendapatan premi bisnis baru meningkat 2,2 persen menjadi Rp 19,13 triliun pada kuartal-2016. Pendapatan premi bisnis baru masih menjadi kontributor utama dari total pendapatan premi dengan porsi sebesar 55,6 persen pada kuartal I 2016. Sementara itu, premi lanjutan mengalami peningkatan sebesar 7,3 persen menjadi Rp 15,28 triliun pada kuartal I 2016 dari Rp 14,23 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Premi lanjutan memberikan kontribusi sebesar 44,4 persen terhadap total pendapatan premi pada kuartal I 2016. Hendrisman menambahkan, pertumbuhan dalam berbagai aspek tersebut menunjukkan bahwa industri asuransi jiwa terus menjalankan komitmennya untuk tumbuh dalam kondisi pertumbuhan ekonomi yang masih lambat. "Pertumbuhan ini juga kami syukuri sebagai indikasi kesadaran masyarakat untuk berasuransi dan kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi jiwa semakin meningkat," katanya.
Rabu, 22 Juni 2016 - 18:32 wib AAJI: Pendapatan Asuransi Jiwa Meningkat 9,2% http://economy.okezone.com/read/2016/06/22/320/1422507/aaji-pendapatan-asuransi-jiwa-meningkat-9-2
JAKARTA - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat total pendapatan industri asuransi jiwa pada kuartal I-2016 meningkat 9,2 persen menjadi Rp48,94 triliun dari Rp44,80 triliun pada periode yang sama 2015. "Kami mencatat bahwa peningkatan total pendapatan industri asuransi jiwa kuartal I-2016 meningkat di beberapa aspek, seperti pertumbuhan total pendapatan premi yang terdiri dari pertumbuhan premi bisnis baru dan premi lanjutan," kata Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim pada paparan kinerja di Jakarta, Rabu. Hendrisman mengatakan data kinerja ini berdasarkan laporan keuangan (un-audited) 54 perusahaan asuransi jiwa dari total 55 perusahaan di bawah keanggotaan AAJI. Adapun kontribusi terbesar pendapatan industri berasal dari pertumbuhan pendapatan premi sebesar 70,3 persen yang terdiri dari premi bisnis baru dan total premi lanjutan. Pendapatan premi bisnis baru meningkat 2,2 persen sebesar Rp19,13 triliun dan memberikan kontribusi utama terhadap total pendapatan premi dengan porsi sebesar 55,6 persen pada kuartal I-2016. Sementara itu, premi lanjutan meningkat 7,3 persen menjadi Rp15,28 triliun dari Rp14,23 persen pada periode yang sama serta menyumbang kontribusi 44,4 persen terhadap total pendapatan premi. Hendrisman menjelaskan pertumbuhan industri asuransi jiwa juga terjadi pada aspek lain, seperti hasil investasi yang meningkat 24,6 persen menjadi Rp13,01 triliun dari Rp Rp10,44 triliun (yoy). Sementara itu, jumlah investasi juga mengalami peningkatan sebesar 4,7 persen menjadi Rp346,79 triliun dari Rp331,12 triliun (yoy). Pertumbuhan jumlah investasi ini turut berpengaruh pada jumlah aset yang tumbuh sebesar 4,3 persen menjadi Rp397,25 triliun dari Rp380,82 triliun. "Kenaikan hasil investasi ini menggembirakan setelah perlambatan signifikan pada 2015. Pada kuartal I2015 hasil investasi melambat -12,5 persen, sedangkan pada kuartal I-2016 tumbuh 24,6 persen. Hal ini menunjukkan perbaikan iklim investasi Indonesia," ujar Hendrisman. (rai)
Rabu, 22 June 2016 22:59 WIB Penulis: Antara Pendapatan Asuransi Jiwa Kuartal I 2016 Naik 9,2 Persen http://www.mediaindonesia.com/news/read/52537/pendapatan-asuransi-jiwa-kuartal-i-2016-naik-9-2persen/2016-06-22
ASOSIASI Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat pertumbuhan bisnis asuransi jiwa di Indonesia mulai menunjukkan pertumbuhan. Hal itu bisa dilihat dari pendapatan industri asuransi jiwa di kuartal I 2016 yang mengalami peningkatan sebesar 9,2%, atau naik Rp4,14 triliun menjadi Rp48,94 triliun jika dibandingkan dengan Rp44,80 triliun pada kuartal yang sama tahun lalu. "Kami mencatat bahwa peningkatan total pendapatan industri asuransi jiwa kuartal I 2016 meningkat di beberapa aspek, seperti pertumbuhan total pendapatan premi yang terdiri atas pertumbuhan premi bisnis baru dan premi lanjutan," kata Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim pada paparan kinerja di Jakarta, Rabu (22/6). Hendrisman menambahkan, data kinerja ini berdasarkan laporan keuangan (unaudited) 54 perusahaan asuransi jiwa dari total 55 perusahaan di bawah keanggotaan AAJI. Adapun kontribusi terbesar pendapatan industri berasal dari pertumbuhan pendapatan premi sebesar 70,3% yang terdiri atas premi bisnis baru dan total premi lanjutan. Pendapatan premi bisnis baru meningkat 2,2% sebesar Rp19,13 triliun dan memberikan kontribusi utama terhadap total pendapatan premi dengan porsi sebesar 55,6% pada kuartal I 2016. Adapun premi lanjutan meningkat 7,3% menjadi Rp15,28 triliun dari Rp14,23 triliun pada periode yang sama serta menyumbang kontribusi 44,4% terhadap total pendapatan premi. Hendrisman menjelaskan pertumbuhan industri asuransi jiwa juga terjadi pada aspek lain, seperti hasil investasi yang meningkat 24,6% menjadi Rp13,01 triliun dari Rp Rp10,44 triliun (year on year/yoy). Sementara itu, jumlah investasi juga mengalami peningkatan sebesar 4,7% menjadi Rp346,79 triliun dari Rp331,12 triliun (yoy). Pertumbuhan jumlah investasi itu turut berpengaruh pada jumlah aset yang tumbuh sebesar 4,3% menjadi Rp397,25 triliun dari Rp380,82 triliun. "Kenaikan hasil investasi ini menggembirakan setelah perlambatan signifikan pada 2015. Pada kuartal I 2015 hasil investasi melambat -12,5%, sedangkan pada kuartal I-2016 tumbuh 24,6%. Hal ini menunjukkan perbaikan iklim investasi Indonesia," ujar Hendrisman. (Ant/OL-5)
22 Juni, 2016 - 15:50 Industri Asuransi Tetap Tumbuh http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2016/06/22/industri-asuransi-tetap-tumbuh-372610
Ketua Umum Asosiasi asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim mengungkapkan, di tengah perlambatan ekonomi, pendapatan industri asuransi pada kuartal I tahun 2016 mencapai Rp 48,94 triliun atau meningkat 9,2 persen dibanding tahun lalu yang mencapai Rp 44,80 triliun. "Pertumbuhan pendapatan industri asuransi bukti nyata kekuatan industri, tetap tumbuh. Hal itu didukung pula oleh adanya kesadaran masyarakat untuk berasuransi," kata Hendrisman pada acara paparan kinerja AAJI kuartal I tahun 2016 di Jakarta, Rabu 22 Juni 2016. Dikatakan, untuk total premi pada kuartal I tahun mencapai Rp 34,4 triliun atau meningkat 2,2 persen dari tahun lalu yang mencapai Rp 32,95 triliun. Pendapatan premi ini berasal dari premi bisnis baru yang mencapai Rp 19,13 triliun dan pendapatan premi lanjutan Rp 15,28 triliun. "Pendapatan premi industri asuransi jiwa sebesar 70,3 persen yang berasal dari. Premi bisnis baru dan premi lanjutan," tegasnya. Adapun hasil investasi pada kuartal I tahun ini mencapai Rp 13,01 triliun atau meningkat 24,6 persen dari tahun lalu yang mencapai Rp 10,44 triliun. Sedangkan jumlah investasi industri asuransi jiwa mengalami peningkatan sebesar 4,7 persen menjadi Rp 346,79 triliun dibanding tahun lalu yang mencapai Rp 331,12 triliun. Sementara jumlah investasi berdasarkan pertumbuhan jumlah aset sebesar 4,3 persen menjadi Rp 397,25 triliun dari Rp 380,82 triliun tahun 2015. Sementara itu, Ketua Bidang Kanal Distribusi AAJI Rinaldi Mudahar mengatakan, untuk klaim dan manfaat yang dibayarkan industri asuransi jiwa mengalami penurunan 4,8 persen dari Rp 22,64 triliun pada kuartal I tahun 2015 menjadi Rp 21,55 triliun pada tahun 2016. Dikatakan, dari angka tersebut klaim penarikan sebagian mengalami penurunan yang signifikan yakni sebesar 48,3 persen menjadi Rp 3,31 triliun sementara tahun lalu mencapai Rp 6,41 triliun. Klaim lainnya juga mengalami penurunan sebesar 21,5 persen dari 0,78 triliun tahun lalu menjadi Rp 0,61 triliun tahun ini. Adapun klaim meningkal dunia mengalami peningkatan sebesar 17,2 persen menjadi Rp 2 triliun. Sedangkan klaim polis menjadi Rp 10,74 triliun. "Kenaikan klaim investasi kesehatan yang tinggi dan klaim meninggal dunia semakin nyata kebutuhan akan perlindungan kesehatan," tegasnya. Di tempat sama Kepala Departemen Komunikasi AAJI, Nini Sumahandoyo mengatakan, jumlah yang tertanggung mencapai 55,34 juta orang atau meningkat 1,2 persen dari tahun lalu yang mencapai 54,66/ juta orang. Dengan rincian jumlah tertanggung individu mencapai 18,07 juta orang serta tertanggung kumpulan mencapai 37,26 juta orang. "Jumlah tertanggung individu ini untuk asuransi jiwa penetrasinya mencapai 7 persen dari jumlah penduduk. Memang masihg kecil, tgapi sudah meningkat dibanding beberapa tahun lalu yang hanya 2 persen.
Rabu, 22 Juni 2016 / 12:40 WIB Pendapatan Industri Asuransi Rp48,94 T http://krjogja.com/web/news/read/786/home3.html
Pendapatan industri asuransi pada kuartal I tahun 2016 mencapai Rp 48,94 triliun atau meningkat 9,2 persen dibanding tahun lalu yang mencapai Rp 44,80 triliun. "Pertumbuhan pendapatan industri asuransi bukti nyata kekuatan industri tetap tumbuh dan adanya kesadaran masyarakat untuk berasuransi," kata Ketua Umum Asosiasi asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim pada acara paparan kinerja AAJI kuartal I tahun 2016 di Jakarta, Rabu (22/06/2016). Dikatakan, untuk total premi pada kuartal I tahun mencapai Rp 34,4 triliun atau meningkat 2,2 persen dari tahun lalu yang mencapai Rp 32,95 triliun. Pendapatan premi ini berasal dari premi bisnis baru yang mencapai Rp 19,13 triliun dan pendapatan premi lanjutan Rp 15,28 triliun. "Pendapatan premik industri asuransi jiwa sebesar 70,3 persen yang berasal dari. Premi bisnis baru dan premi lanjutan," tegasnya. Adapun hasil investasi pada kuartal I tahun ini mencapai Rp 13,01 triliun atau meningkat 24,6 persen dari tahun lalu yang mencapai Rp 10,44 triliun. Sedangkan jumlah investasi industri asuransi jiwa mengalami peningkatan sebesar 4,7 persen menjadi Rp 346,79 triliun dibanding tahun lalu yang mencapai Rp 331,12 triliun. Sementara jumlah investasi berdasarkan pertumbuhan jumlah aset sebesar 4,3 persen menjadi Rp 397,25 triliun dari Rp 380,82 triliun tahun 2015. (Lmg/Ati)
Ekonomi Wednesday, 22 June 2016, 12:36 WIB Klaim Asuransi Jiwa Kuartal I 2016 Turun Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/16/06/22/o95rkk382-klaim-asuransi-jiwakuartal-i-2016-turun
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat total klaim dan manfaat yang dibayarkan oleh industri asuransi jiwa pada kuartal I 2016 turun 4,8 persen, dari Rp 22,64 triliun di kuartal I 2015 menjadi Rp 21,55 triliun. Angka ini menunjukkan semakin banyak nasabah yang menjaga nilai polis untuk tujuan jangka panjang. Dari angka tersebut, klaim penarikan sebagian mengalami penurunan yang signifikan, yaitu sebesar minus 48,3 persen menjadi Rp 3,31 triliun pada kuartal I 2016 dari Rp 6,41 triliun di kuartal I 2015. Klaim lain-lain juga mengalami penurunan sebesar 21,5 persen menjadi Rp 0,61 triliun di kuartal I 2016 dari Rp 0,78 triliun di kuartal I 2015. Ketua Bidang Kanal Distribusi AAJI, Rinaldi Mudahar mengatakan, penurunan klaim penarikan sebagian yang signifikan merupakan kabar gembira bagi industri asuransi jiwa. "Angka tersebut menunjukkan bahwa kesadaran nasabah untuk terus menjaga nilai tunai polisnya demi mencapai tujuan keuangan jangka panjang mereka meningkat,"kata Rinaldi di Kantor AAJI Jakarta, Rabu (22/6). Sementara catatan klaim yang terlihat mengalami peningkatan antara lain klaim kesehatan (medical) meningkat 47,6 persen dari Rp 1,86 triliun di kuartal I 2015 menjadi Rp 2,74 triliun di kuartal I 2016. Kemudian klaim maturity meningkat 38,8 persen dari Rp 1,55 triliun di kuartal I 2015 menjadi Rp 2,15 triliun di kuartal I 2016. Untuk klaim meninggal dunia mengalami peningkatan sebesar 17,2 persen menjadi Rp 2 triliun di kuartal I 2016 dibandingkan dengan Rp 1,7 triliun pada kuartal I 2015. Sedangkan klaim polis yang ditebus mengalami peningkatan sebesar 3,8 persen jika dibandingkanan dengan kuartal I 2015, yaitu dari Rp 10,34 trilun menjadi Rp 10,74 triliun di kuartal I 2016. Rinaldi menambahkan, meski klaim polis yang ditebus meningkat dibanding kuartal 2015, namun pihaknya melihat tren penurunan secara berkelanjutan sepanjang 2015. "Hal ini menjadi indikasi meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mempertahankan polisnya demi tujuan jangka panjang," ujarnya. Untuk total tertanggung asuransi di Kuartal 2016 meningkat 1,2 persen, menjadi 55,34 juta orang dari 54,66 juta orang di kuartal I 2015. Peningkatan ini terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah tertanggung individu sebesar 10,5 persen dari 16,36 juta di kuartal I 2015 menjadi 18,07 juta di kuartal I 2016. Namun tertanggung kumpulan mengalami sedikit penurunan, yaitu sebesar 2,7 persen dari 38,30 juta orang di kuartal I 2015 menjadi 37,26 juta orang.
By Apriyani on June 22, 2016 3 Bulan, Asuransi Jiwa Bayar Klaim Rp21,5 T http://infobanknews.com/3-bulan-asuransi-jiwa-bayar-klaim-rp215-t/
Jakarta – Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) membayar klaim Rp21,55 triliun di sepanjang kuartal satu 2016. Pembayaran klaim terbesar berasal dari klaim penarikan sebagian. Ketua bidang kanal distribusi AAJI Rinaldi Mudahar menyebut, klaim penarikan sebagian atau partial withdrawal mengalami penurunan sebesar 48,3% menjadi Rp3,3 triliun. Begitu juga klaim lain-lain yang mengalami penurunan 21,5% menjadi Rp610 miliar. “Klaim medical atau kesehatan naik 47,6% menjadi Rp2,74 triliun. Angka ini juga menunjukkan kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi,” sebut Renaldi, Rabu 22 Juni 2016. Rinaldi melanjutkan, klaim maturity atau akhir kontrak meningkat 38,8% menjadi Rp2,15 triliun. Sedangkan klaim meninggal dunia sebesar Rp2 triliun. “Klaim polis ditebus naik 3,8% menjadi Rp10,74 trilun,” tambahnya. Angka ini, kata Rinaldi, menggambarkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mencapai keuangan jangka panjang.(*)
Media Indonesia - 24/06/2016, hal.19 Bumi Asih Jaya Pailit, OJK Koordinasi Bantu Nasabah
Bisnis Indonesia – 24/06/2016, hal. 11 Bumi Asih Ajukan PK, Proses Kepailitan Berlanjut
Harian Kontan – 12/06/2016, hal. 21 Bumi Asih Ajukan PK, Kurator Jalan Terus
Bisnis Indonesia – 24/06/2016, hal. 21 Commonwealth Pacu Produktivitas Agen
Harian Kontan – 14/06/2016, hal. 17 Commonwealth Life Buka Bersama Anak Yatim
Harian Kontan – 24/06/2016, hal. 24 (Berita Photo) Perubahan Nama Asuransi Chubb
Kamis, 23 Juni 2016 - 11:15 wib BNI Perkuat Sinergi Anak Usaha http://economy.okezone.com/read/2016/06/23/320/1423080/bni-perkuat-sinergi-anak-usaha
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memperkuat sinergi bisnis anak usahanya atau konglomerasi bisnis dalam BNI Financial Services Group (BFG). Salah satu langkahnya dengan menggelar BNI Subsidiaries Ramadhan Bazaar 2016 untuk pameran produk seluruh perusahaan anak BNI. Beragam produk unggulan ditampilkan dalam pameran yang berlangsung selama tiga hari, antara 22-24 Juni 2016 ini. Acara ini juga dimeriahkan oleh hadirnya rekanan bisnis perusahaan anak BNI yang menawarkan berbagai produk mereka. Direktur Keuangan BNI Rico Rizal Budidarmo mengungkapkan, Visi BNI adalah menjadi lembaga keuangan yang unggul dalam layanan dan kinerja. Sebagai lembaga keuangan, BNI tidak hanya melayani produk dan jasa perbankan, namun juga meliputi layanan keuangan non-bank. ”Bazar ini digelar juga seiring dengan momentum meningkatnya daya beli masyarakat menjelang Hari Raya Idul Fitri 2016. Acara ini diharapkan akan meningkatkan sinergi perusahaan anak dan awareness segenap pegawai BNI terhadap keberadaan dan produk perusahaan anak,” ujar Rico dalam siaran pers. Pelayanan non-bank diakomodir oleh perusahaan-perusahaan anak BNI, yaitu BNI Syariah (perbankan syariah), BNI Life Insurance (asuransi), BNI Multifinance (pembiayaan), BNI Securities (brokerage ), dan BNI Asset Management (manajer investasi). BNI dan perusahaan anak senantiasa bersinergi baik dalam model bisnis, bundling produk, maupun program pemasaran bersama (joint-marketing). Hal ini untuk memberikan layanan yang terbaik bagi nasabah. ”Sinergi bisnis tersebut diwujudkan dalam layanan terhadap berbagai segmen nasabah BNI antara lain korporasi, menengah-kecil, dan ritel, baik dalam bentuk funding, lending, maupun jasa keuangan lainnya,” ujarnya. Sebagai salah satu bentuk sinergi, BNI bersama perusahaan anak mengadakan event bersama tahunan dalam rangka pengenalan dan edukasi yang berkesinambungan atas layanan dan jasa keuangan BNI dan perusahaan anak kepada masyarakat. Ini juga dilakukan sebagai bentuk dukungan terhadap program literasi keuangan yang telah dicanangkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Event tahunan BNI tersebut diwujudkan dalam bentuk BNI Subsidiaries Ramadan Bazaar 2016. ”Sejak tahun 2015 BNI juga telah memiliki BNI Financial Center (BFC) yang mengakomodir seluruh Perusahaan Anak dalam satu outlet di Kantor Cabang BNI Jakarta Pusat,” paparnya. (dni)
Bisnis Indonesia – 24/06/2016, hal. 21 Modal dan Teknologi Jadi Kunci
Kamis, 23/06/2016 20:15 WIB BUMN Reasuransi Bantu Jokowi Pangkas Defisit Transaksi Berjalan Eduardo Simorangkir - detikfinance http://finance.detik.com/read/2016/06/23/201557/3240822/6/bumnreasuransi-bantu-jokowi-pangkas- defisit-transaksi-berjalan
Jakarta -Saat ini defisit transaksi berjalan Indonesia yang bernilai triliunan rupiah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa salah satu pemicu defisit karena ketimpangan antara jumlah premi asuransi yang disebar ke luar negeri dengan pembayaran premi reasuransi ke luar negeri. Capital outflow premi reasuransi lebih dari Rp 20 triliun per tahun. Alhasil, pembentukan Perusahaan Reasuransi Nasional (PRN) dengan dilakukannya penggabungan Reasuransi Internasional Indonesia ke dalam Indonesia Re, diharapkan membantu pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengurangi angka capital outflow. "Ke depan kita sudah proyeksikan bahwa maksimum yang bisa kita lakukan adalah mencapai sekitar 85%, ditahan di dalam negeri. Sekarang ini antara 40-50%. Jadi kita mau turunkan dari 40-50% menjadi sekitar 15%. Artinya kita menarik 35%. 35% kita pakai angka 2013 aja (Rp 20 triliun) itu adalah Rp 7 triliun di tahun 2013. Jadi memang sudah terlihat ada efektifitas dari usaha kita menarik reasuransi yang tadinya ke luar negeri menjadi ke dalam negeri," kata Presiden Direktur PT Indonesia Re, Frans Sahusilawane di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (23/06/16). Masalah perusahaan reasuransi di Indonesia selama ini adalah aliran dana ke luar negeri yang selama terjadi sangat besar. Frans mengatakan defisit transaksi berjalan yang dialami oleh perusahaan reasuransi dapat mencapai US$ 1 miliar per tahunnya atau sekitar Rp 13 triliun. Dengan adanya aliran dana ke luar negeri atau capital outflow ini, ternyata juga membuat penerimaan pajak bagi negara hilang. Sehingga jika perusahaan reasuransi dapat menekan defisit transaksi berjalan, maka akan ada dua manfaat yang dirasakan, yaitu menekan capital outflow dan menghasilkan pajak yang selama ini hilang. "Yang kita hilang juga adalah penerimaan pajak negara. Reasuransi yang keluar itu nggak bayar pajak. Jadi produksinya di sini, dibuang keluar, negara nggak dapat apa-apa. Kalau kita bisa kembalikan itu ke dalam, kita akan menghasilkan pajak kepada negara," imbuhnya.
Melalui Indonesia Re, Frans menargetkan pihaknya mampu menahan dana keluar Rp 7 triliun per tahun. "India, Singapura, Thailand, Malaysia, China menahan 90%. Kita juga harusnya maksimum. Tapi kan kita di daerah bencana. Kita harus membayar premi untuk proteksi bencana yaitu 5% sehingga maksimum kita itu nahan 85%, itu saja sudah Rp 7 triliun. Kalau kita mau tahan Rp 7 triliun kita harus punya modal," tuturnya Ia menambahkan bahwa selama ini memang perusahaan reasuransi lokal di Indonesia termasuk kecil. Hingga 2014, total ekuitas dari ke empat perusahaan reasuransi nasional hanya sekitar Rp 1 triliun. "Sekarang kita sendiri aja konsolidasinya sudah Rp 2,2 triliun. Itu kenapa dulu ada keraguan, wah ini kalau modalnya segitu kuat nggak? Nah itulah yang ditutup dengan komitmen pemerintah sampai nanti 10 triliun. Itulah yang tadi saya sebut impian perusahaan reasuransi kita itu ingin punya perusahaan reasuransi yang besar," tambahnya. Indonesia Re, lanjut Frans, berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi, kapabilitas, dan melakukan pengembangan teknologi informasi secara terintegrasi sehingga kualitas pelayanan kepada para nasabah menjadi lebih baik. Dengan penggabungan ReINDO ke Indonesia Re ini, total aset yang dimiliki adalah Rp 6 triliun. "Dari total aset yang sekitar Rp 6 triliun, dana investasinya Rp 4 triliun. Itu menunjukkan kesolidan dana reasuransi ini dan kekuatan finansialnya. Kekuatan finansialnya menunjang operasionalnya dengan sangat baik," pungkasnya.
Kamis, 23/06/2016 18:36 WIB Resmi Merger, BUMN Reasuransi Ini Siap Go Internasional Eduardo Simorangkir - detikfinance http://finance.detik.com/read/2016/06/23/183629/3240765/6/resmimerger-bumn-reasuransi-ini-siap- ltigtgoltigt-internasional
Jakarta -Setelah diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham, hari ini PT Reasuransi Internasional Indonesia resmi masuk ke dalam PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau dikenal dengan brand Indonesia Re. Ini merupakan hasil tindak lanjut pembentukan Perusahaan Reasuransi Nasional (PRN). Acara penandatanganan merger dua perusahaan yang dilakukan di Kementerian BUMN ini disaksikan oleh Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Jasa Konsultasi, Gatot Trihargo dan Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Firdaus Jaelani. "Ini momen yang menjadi sejarah. Kita ingin memiliki sebuah perusahaan asuransi BUMN yang besar. Nanti secara bertahap pemerintah berkomitmen untuk membesarkan Indonesia Re," kata Firdaus Jaelani dalam sambutannya di acara penandatanganan penggabungan PT Reasuransi Internasional Indonesia ke dalam PT Reasuransi Indonesia Utama di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (23/06/16). Pasca penggabungan ReINDO ke dalam Indonesia Re, maka Indonesia Re akan mulai beroperasi menjalankan kegiatan bisnis reasuransi didukung oleh dua anak perusahaan yaitu PT Asuransi Asei Indonesia di bidang usaha asuransi umum dan PT Reasuransi Syariah Indonesia (ReINDO Syariah) di bidang usaha reasuransi syariah. Pembentukan PRN ini merupakan kebijakan pemerintah untuk mengatasi defisit transaksi berjalan. Dengan adanya perusahaan reasuransi nasional yang besar dan kuat, diharapkan dapat mengurangi capital outflow premi reasuransi yang saat ini nilainya mencapai lebih dari Rp 20 triliun per tahun. Sehingga ke depan, masalah beban defisit transaksi berjalan neraca pembayaran Indonesia di sektor jasa keuangan dan potensi kehilangan penerimaan pajak dari premi asuransi ke luar dapat diatasi. "Langkah pertama kami dalam merger ini adalah masuknya ReINDO, yang menjadi roh dari Indonesia Re ini. Orang-orangnya semua sistemnya ditarik ke Indonesia Re. Jadi bajunya Indonesia Re yang dulu namanya ASEI, isinya/manusianya itu adalah ReINDO. ReINDO adalah perusahaan reasuransi yang memiliki kapabilitas terbaik di Indonesia, yang akan kita tingkatkan menjadi regional internasional, sudah ada dalam roadmap. Tinggal kami melaksanakan," ungkap Presiden Direktur Indonesia Re, Frans Sahusilawane di lokasi yang sama. (feb/feb)
Kamis, 23 Juni 2016 / 15:01 WIB OJK Susun Izin Satu Pintu Penerbitan Bancassurance http://keuangan.kontan.co.id/news/ojk-susun-izin-satu-pintu-penerbitan-bancassurance
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berencana menerbitkan izin terpusat untuk produk bancassurance. Ketentuan berbentuk Peraturan OJK (POJK) tersebut akan berisi tentang perizinan terintegrasi untuk produk bancassurance agar lebih mudah dan sederhana. "Nanti akan dikeluarkan POJK mengenai perizinan terintegrasi. Kita mau atur kalau bancassurance itu nanti izinnya cuma satu pintu," jelas Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (INKB) Firdaus Djaelani pada acara buka puasa bersama OJK di Jakarta, Rabu (22/6). Latar belakang hadirnya POJK mengenai perizinan terintegrasi produkbancassurance adalah selama ini izin diajukan ke dua pengawas. Bank atau asuransi yang akan menerbitkan produk bancassurance harus mengajukan izin ke pengawas Industri Keuangan NonBank (IKNB) maupun perbankan. "Selama ini, asuransi izin ke IKNB kemudian ke perbankan. Ke depan, izinnya terintegrasi," ungkap Firdaus. Dengan hadirnya POJK tersebut, maka izin hanya diajukan ke satu pengawas. Kemudian, pengawas baik IKNB atau perbankan, akan saling berkoordinasi tentang penjualan produk bancassurance yang diajukan. Firdaus mengungkapkan, POJK ini diharapkan bakal memudahkan pelaku dan indsutri jasa keuangan terkait perizinan. Pasalnya, perizinan akan semakin ringkas, cepat, dan sederhana. "Insya Allah akan lebih cepat ke pelaku jasa keuangan. Tidak perlu izin ke sana-sini," imbuh Firdaus. Meskipun demikian, Firdaus tidak menjelaskan secara terperinci terkait progres penyusunan maupun kapan POJK tersebut akan terbit. Akan tetapi, ia mengatakan aturan tersebut tengah dimatangkan. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)
Kamis, 23 Juni 2016 - 11:05 wib OJK Akan Tentukan Batas Modal Minimum Fintech http://economy.okezone.com/read/2016/06/23/320/1423072/ojk-akan-tentukan-batas-modal-minimumfintech
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menentukan batas modal minimal industri keuangan berbasis teknologi (financial technology/fintech) untuk memastikan perlindungan bagi konsumen. "Ini lagi kita bahas, bukan hanya soal sektor IKNB (industri keuangan non bank), tapi juga di sektor perbankan, pasar modal juga. Tapi kita atur sederhana saja karena banyaknya startup company. Kita persyaratkan modal, tapi juga sedikit saja," kata Kepala Eksekutif Pengawasan IKNB OJK Firdaus Djaelani di Jakarta, Kamis. Menurut Firdaus, perusahaan fintech bukan merupakan deposit taker atau perusahaan yang mengumpulkan dana dari masyarakat, melainkan menggunakan modal sendiri, sehingga untuk awal mula tidak perlu dipersyaratkan harus bermodal besar. Namun, untuk nominalnya, Firdaus tidak menyebutkan secara detil. "Yang ringan-ringan dulu. Nanti awal-awal gitu, kalo udah baru kita tingkatkan yang agak besar atau bagaimana gitu. Yang penting concern kita adalah bagaimana agar tidak merugikan konsumen," ujar Firdaus. Kendati bukan merupakan deposit taker, lanjutnya, sebagai perusahaan fintech juga tentunya memerlukan tempat misalnya untuk server yang tentunya juga memerlukan biaya. Oleh karena itu, penetapan batas modal minimum tetap diperlukan. "Jadi misalnya kira-kira berapa ya, sewa ruko dan lain-lain. Sewa ruko paling murah Rp100 juta, apa Rp500 juta atau Rp1 miliar atau berapa," ujarnya. Firdaus juga menekankan pentingnya keberadaan semacam lembaga kustodi yang menyimpan data digital nasabah, seperti pada asuransi digital di mana polis yang disampaikan ke nasabah tidak dalam bentuk cetak. "Misalnya nasabah agak nakal, jadi diubah-ubah sedikit, lalu nanti terjadi sengketa yang di sini begini tapi di sana berbeda. Nah kalau misalnya terjadi sengketa, kita lihat ke kustodinya karena kan dia juga punya yang digital," kata Firdaus. Selain itu, perlu ditekankan juga bagaimana perjanjian fintech dengan perusahaan asuransi terkait pertanggungjawaban kepada nasabah selaku tertanggung. Hal-hal tersebut, akan menjadi poin-poin yang akan diatur dalam aturan mengenai fintech.