1. Sebagai pihak penyelenggara, bisakah dijelaskan visi dan misi konferensi IC-THuSI ini? Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih kepada anda dan rekan-rekan semuanya. Berdasarkan Kitab Suci Al Qur’an dan Falsafah dari diutusnya para Nabi, kami meyakini bahwasanya di utusnya Nabi Muhammad SAW yang kemudian menyampaikan ajaran Islam sebagai paling sempurna tentang kehidupan yang merupakan hadiah bagi umat manusia yang bersumber dari Allah SWT dan menjalankan semua perintah dan hukum-hukum yang lengkap ini menjadikan kita memperoleh kehidupan yang bahagia dan sejahtera baik di dunia maupun di akhirat. Agama Islam dapat memainkan peranan dalam memajukan peradaban kehidupan manusia sebagaimana yang kita lihat pada abad ke 5 hingga 8 HQ kita dapat saksikan pula berkembangnya peradaban Islam di belahan dunia Islam. Muncul dan berkembangnya sebuah peradaban dapat dimungkinkan melalui berkembang dan majunya dunia keilmuan dan pengetahuan di segala bidang. Salah satu diantara ilmu tersebut adalah ilmu-ilmu humaniora dimana secara langsung membahas tentang ilmu humaniora. Ilmu-ilmu humaniora dalam sebuah definisi diartikan sebagai sebuah ilmu yang secara khusus membahas dan mengkaji tentang tingkah laku, pandangan-pandangan, perasaan dan pemikiran manusia itu sendiri. Sebagai contoh misalnya dalam ilmu ekonomi, kita mencoba mengamati pola perilaku ekonomi pada manusia; dalam ilmu sosiologi kita akan mengakaji tentang pola sosial pada manusia; begitu juga dengan olmu psikologi kita akan mengkaji tentang pikiran dan jiwa pada manusia, oleh karena itu kebahagiaan sejati manusia tidaklah mungkin selain dengan pengamalan terhadap ajaran Islam secara komprehensif dan menyeluruh (Berdasarkan ayat Al Qur’an). Pengamalan secara sempurna ajaran Islam yaitu memprogramkan peradaban islam dan memprogramkan sebuah peradaban yang berorientasi pada nilai-nilai keilmuan. Begitu juga tanpa adanya hubungan dengan ilmu humaniora yang sesuai dan berdasarkan ajaran islam tidak akan bisa pula di hasilkan sebuah peradaban Islam yang utuh di dalam menerapkam hukum-hukum, akidah dan aturan-aturan Nya secara sempurna di dalam kehidupan.
Di sisi lain dunia modern terutama dalam ilmu-ilmu Humaniora dan masalah-masalah antropomorfisme lainya dihadapkan pada persoalan-persoalan keyakinan. Selalu mencari resep baru untuk mengobati berbagai penyakit yang di alami persoalan manusia masa kini.Maka dari itu saya berpandangan pemaparan dan penejelasan yang komprehensif ilmu-ilmu humaniora yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman dapat di jadikan obat untuk menyelamatkan persoalan manusia di era peradaban masa kini. Seminar ini diadakan melihat pentingnya Ilmu-ilmu humaniora Islami untuk bagaimana masyarakat akademisi dan para cendikiawan di negara-negara muslim di antaranya para ilmuwan indonesia menjadi bahan kajian dan dengan sumbangsihnya mencoba merumuskan, mendefinisikan serta memberi penjelasan dan sekaligus menghasilkan model kajian ilmu-ilmu humaniora islami bagi dunia pendidikan dan universitas di Indonesia.
2. Setiap disiplin ilmu memiliki pra-asumsi. Bagaimana Anda melihat relevansi filsafat Islam dengan konstruksi Islamic Human Scineces? Sebagaimana yang kita fahami tentang pembahasan dari ilmu Filsafat (dengan makna yang spesifik), yaitu membahas tentang “ada”, maka dari itu filsafat juga merupakan induk dari semua ilmu, seperti contoh misalnya jika kita ingin mengkaji tentang pola tingkah laku manusia sebelum itu kita diharuskan untuk membuktikan keberadaan manusia itu sendiri, dan membahas serta mendiskusikan tentang keberadaan manusia dari sudut pandang yang berbeda.Dari sisi lain semua ilmu pengetahuan diantaranya ilmu humaniora memiliki doktrin atau sebagai pra asumsi ilmu itu sendiri, dan dalam ilmu tersebut dijadikan sebagai sandaran referensi. Doktrin-doktrin dalam pembahasan ilmu tersebut biasanya juga di yakinkan dengan ilmu lainnya, kemudian yang paling mendasar dan mengakar dalam doktrin-doktrin sebuah pembahasan ilmu dapat kita yakinkan lewat ilmu filsafat, oleh karena itu setiap bidang ilmu memerlukan juga doktrin-doktin pembahasan ilmu, maka dari tiu ada hubungan antara filsafat dengan ilmu lainnya.Keterkaitan lainnya antara filsafat dengan ilmu lainnya adalah dalam kajian metodologi dan epistemologi. Sebelum kita membahas tentang definisi dari sebuah ilmu kita diharuskan untuk meyakini tentang konsep kemungkinan-epistemologi, apa itu epistemologi, keberadaannya dan hakikatnya.Oleh karena itu anda dapat melihat bahwa semua pandangan-pandangan ilmiah tentang ilmu-ilmu Humaniora ataupun ilmu-ilmu dasar, seni dan sebagainya didasarkan pada sebuah ajaran dan pandangan filsafat tertentu di hasilkan.Sebagai contoh misalnya kita dapat lihat dalam kajian filsafat empirisme dan rasionalisme, maka dari itu kita tidak dapat membahas dan mengkaji tenatang islamisasi Ilmu-ilmu Humaniora tanpa melihat kepada filsafat islam. Filsafat Islam sebagai Induk ilmu pengetahuan dapat menjadi instrumen bagi para cendekiawan didalam upayanya menjelaskan ilmu-ilmu humaniora dan sangat membantu sekali dan kita haru tahu bahwasanya ilmu filsafat merupakan salah satu ilmu dimana para cendekiawan muslim telah menghasilkan sumbangan ilmu yang sangat besar sekali dijamannya.
3. Saat ini, Islamic Human Saciences secara metodologis belum ada, kecuali doktrin-doktrin pokok tentang sosial. Strategi apa yang perlu kita lakukan untuk membangun (metodologi) Islamic Human sciences? Kita harus melihat pengalaman Barat dalam kajian metodologi ilmu humaniora, metodologi bukanlah dilihat sebagai sesuatu ketentuan yang harus kita jalankan. Metodologi yang benar dalam produktivitas ilmu humaniora bukanlah seperti sebuah obat yang di masukan melalui selang kemudian disuntikan kepada pasien yang sakit dan kemudian meyebabkan kesembuhan bagi pasien tersebut. Metodologi ilmu humaniora di barat berdasarkan fondasi ontologi, antropologi dan epistemologi yang dipahami. Berdasarkan fondasi tersebut dibangunlah cara berikir tentang ilmu tersebut. Memahami metodologi yang benar dalam produktivitas ilmu humaniora adalah sebuah langkah awal yang harus kita jalankan. Jika anda perhatikan dengan baik misalnya akan dapat kita lihat bahwa para ilmuwan barat yang berhasil dalam bidang ilmu humaniora bahkan dalam bidang filsafat mereka selalu bergulat dalam proses pencarian konsep metodologi yang benar dimana kebanyakan dari mereka dikenal sebagai filosof atau memiliki pandangan filsafatnya sendiri, pandangan filsafat disini adalah sebuah gerakan rasionalitas yang berdasarkan pada fondasi ontologi dalam proses produktifitas keilmuan. Akan tetapi disayangkan sekali diantara para ilmuwan ilmu humaniora seperti dalam bidang ekonomi, manajemen, sosiologi, politik, psikologi, filsafat Islam dan lain sebagainya tidak kita lihat adanya kedekatan antara satu sama lain. Maka dari itu, menurut hemat saya paling baiknya jalan untuk mendapatkan metodologi ilmu humaniora islami dalah dengan merujuk kepada fondasi dasar ontologi dan epistemologi filsafat Islam. 4. Menurut Bapak, apakah selama ini, Islamic Economics sebagai doktrin atau sebagai ilmu? Dengan upaya keras para ilmuwan ekonomi Islam dan juga melihat betapa pentingnya permasalahan-permasalahan ekonomi bagi kehidupan umat Islam. Ilmu ekonomi islam sebagaimana ilmu humaniora lainnya telah tumbuh sejak satu abad terakhir dan telah mampu menghasilkan terobosan baru dalam praktik dan aplikasinya tapi sejak saat itulah ekonomi Islam dihadapkan pada masalah fondasi dasar ilmu tersebut. Para ilmuwan ekonomi Islam dengan usaha mereka telah merumuskan tentang konsep Fiqh Ekonomi serta mencoba untuk mencari sarana/ alat untuk dapat diaplikasikan dalam sistem pasar modal dan keuangan berdasarkan hukum yurispredensi islam dan tentu saja ini merupakan sebuah keberhasilan yang banyak telah didapatkan. Namun dari sanalah ekonomi menjadi sebuah kumpulan lembaga-lembaga, saranasarana,aturan-aturan dan analisa-analisa ekonomi dan semuanya tidaklah tercapai tanpa adanya konsentrasi dari salah satu bagian dari ilmu ekonomi itu sendiri untuk mendapatkan konsep ekonomi islam. Oleh karena itu, berdasarkan definisi ilmu ekonomi rasanya terlalu cepat untuk bisa mengklaim ilmu ekonomi islam saat ini dan untuk mendapatkan ilmu ekonomi Islam membutuhkan proses yang panjang dan sulit yang akan kita hadapi ke depannya.
5. Apa rencana ke depan setalah penyelenggaraan IC-THuSI? Tujuan kami dengan diadakannya seminar ilmu humaniora Islam setiap tahunnya melalui kerjasama dengan kementerian pendidikan nasional dan kementerian agama Republik Indonesia, pelbagai universitas, dan pusat-pusat riset dan pendidikan keislaman di indonesia serta dengan mengharap taufik dan rahmat Allah SWT tiap tahunnya kita akan menyelenggarakan seminar internasional yang membahas tentang kajian ilmu-ilmu humaniora dan diharapkan dengan adanya kegiatan ini akan didapatkan wacana tentang konsep Islamisasi ilmu sebagai langkah awal dalam upayanya menyebarluaskan peradaban Islami bagi dunia akademis di Indonesia. Insya Allah pada tahun ini di bulan November pertama kalinya seminar internasional akan diselenggarakan. Sebelum acara puncak itu akan diselenggaraan beberapa agenda seminar pra-konferensi dengan tema yang sama di berbagai universitas di Indonesia. Seminar prakonferensi yang pertama akan diselenggarakan di kampus Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra di Jakarta dalam bulan Mei 2014 dengan kehadiran sejumlah sarjana Muslim internasional seperti Dr. Karim Douglas Crow dari Malaysia, Prof. Ali Reza A’rafi dari Iran, dan Dr. Mohamad Jafar Elmi, rektor ICAS-London.