Atas
: Tulus Wulan Juni (Sulawesi Selatan) terpilih sebagai Pustakawan Terbaik yang mewakili Indonesia untuk CONSAL Outstanding Librarian Tengah : Kepala Perpustakaaan Nasional RI beserta Para Pejabat dan Peserta Pemilihan Pustakawan Utusan Indonesia untuk CONSAL Bawah : Kepala Pusat Pengembangan Pustakawan dan Dewan Juri dan Peserta Pemilihan Pustakawan Utusan Indonesia untuk CONSAL
dari redaksi Salam Pustakawan! Pembaca yang budiman, bahagia sekali kami dapat hadir kembali menyapa anda semua. Pada edisi kali ini kami tampil dengan ‘wajah’ baru. Hal ini sebagai bentuk kreasi dan inovasi dari kami, semoga dengan tampilan baru, Media Pustakawan makin dicintai dan dirindukan oleh pembaca setia majalah ini. Tak terasa pula di awal tahun ini pucuk pimpinan Pusat Pengembangan Pustakawan berganti. Ibu Opong Sumiati menjadi Kepala Pusat Pengembangan Pustakawan yang baru, menggantikan Bapak Widiyanto yang ditugaskan menjadi Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan. Tentu dengan berbangga hati kami mengucapkan, “Selamat Bertugas” kepada Ibu Opong Sumiati dan Bapak Widiyanto. Semoga bisa mengemban amanah yang diberikan, memajukan dan menorehkan prestasi yang lebih baik lagi bagi Perpustakaan Nasional dan dunia kepustakawanan. Pada edisi kali ini, kami ucapkan terima kasih kepada para penulis dan kontributor Media Pustakawan yang telah mengirimkan artikelnya, yaitu: Supriyanto (Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional), Rochani Nani Rahayu (Pustakawan Madya PDII LIPI) , Nurhayati (Pustakawan Penyelia PDII-LIPI), Danuar (Pustakawan Muda BPAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung), Yasin Setiawan (Pustakawan Pertama Universitas Riau), Kamaludin (Pustakawan Madya UPT Balai Informasi LIPI Bandung), Indah Purwani (Pustakawan Pertama Perpustakaan Nasional), Mariana Ginting (Pustakawan Madya Perpustakaan Nasional) dan Herwan Juwandi (Pustakawan Pertama BPPT Maluku Utara). Semoga artikel yang kami muat dapat menjadi bahan diskusi kita semua. Tak lupa kami mengingatkan bahwa saat ini Media Pustakawan memiliki email baru yang digunakan untuk korespondensi dan menerima artikel tulisan para Pustakawan. Silahkan kirimkaan artikel anda ke email kami di
[email protected]. Selamat membaca!
daftar isi
06 15
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
Motivasi Menulis Bagi Pustakawan Supriyanto (Pustakawan Utama pada Perpustakaan Nasional RI; Dewan Pembina PP-IPI)
Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (OLDI) 2008 – 2013: Analisis bibliometrika Rochani Nani Rahayu dan Nurhayati (Pustakawan Madya dan Pustakawan Penyelia pada Perpustakaan PDII-LIPI)
24
Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa Berbasis Motivasi Total (Total Motivation): Penerapan di Perpustakaan Atap Langit, Desa Air Mesu Timur, Kabupaten Bangka Tengah Danuar (Pustakawan Muda pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung)
29
Rekayasa Software Book Check Out Security Terintegrasi dengan Otomasi untuk Meningkatkan Keamanan Bahan Pustaka di Perpustakaan Yasin Setiawan (Pustakawan Pertama pada Universitas Riau)
39
Analisis Kebutuhan Pustakawan pada UPT Balai Informasi Teknologi-LIPI Kamaludin (Pustakawan Madya Pada Perpustakaan UPT Balai Informasi Teknologi LIPI, Bandung)
47
Menguak Tabir Informasi Koleksi Langka dan Antik (Rare and Atiquarian Collections) Perpustakaan Nasional RI Indah Purwani dan Mariana Ginting (Pustakawan Pertama dan Pustakawan Madya pada Perpustakaan Nasional RI)
55 Utara)
Pemanfaatan Perpustakaan BPTP Maluku Utara Herwan Junaidi (Pustakawan Pertama pada BPPT Maluku
BULETIN MEDIA PUSTAKAWAN
Penasehat Kepala Perpustakaan Nasional RI, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Penanggung jawab Kepala Pusat Pengembangan Pustakawan, Redaktur Opong Sumiati, Penyunting Opong Sumiati, Lily Suarni, Catur Wijiadi, Harjo, Novi Herawati, Sadarta, Redaktur Pelaksana Rohadi, Sri Sumiarsi, Akhmad Priangga, Desain Grafis Rudianto, Sekretariat Ferico Hardiyanto, Ismawati, Dede Sumarti, Sutarti, Istilah Daerah, Etika Wahyuni, Triningsih, Suripto, Alamat Redaksi Pusat Pengembangan Pustakawan Perpustakaan Nasional RI, Jl. Medan Merdeka Selatan No.11, Jakarta Pusat, Tlp.(021) 3812136,3448813,375718, Ext. 218,220 Fax. : 345611, Email :
[email protected], ISSN : 1412-8519
Cover Depan: Penandatanganan Peraturan Bersama antara Perpustakaan Nasional RI dan Badan Kepegawaian Negara tentang ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 9 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional pustakawan dan Angka Kreditnya di Jakarta.
KONTEN NASKAH DILUAR TANGGUNG JAWAB REDAKSI Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
3
Revolusi Mental Kepustakawanan: Sebuah keniscayaan
P
emerintahan baru telah dipilih oleh rakyat Indonesia. Genderang “Revolusi Mental” didengungkan di mana-mana. Hal ini berarti permasalahan bangsa ini secara fundamental adalah terkait dengan permasalahan mental. Benarkah? Bagaimana dengan pustakawan? Apakah mentalitas pustakawan Indonesia juga bermasalah? Sebagai seorang pustakawan atau sarjana perpustakaan mari bersamasama merenung mengenai diri dan profesi kita. Pertanyaannya akan dimulai dari siapakah pustakawan? Bila merujuk pada UU No. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan dengan sangat mudah akan menemukan definisi seorang pustakawan, yaitu seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Dahulu ada sebuah joke bahwa bila seorang pegawai bermasalah atau kurang berprestasi lebih baik ditempatkan di perpustakaan saja. Namun kini, menurut anggapan sebagian besar pengamat dan akademisi perpustakaan, pandangan tersebut keliru dan tidaklagi demikian. Benarkah? Marilah berkaca pada diri kita sendiri, terutama para pustakawan yang dari lulusan diklat CPTA/CPTT, Benarkah profesi “pustakawan” adalah profesi yang diinginkan? Untuk para sarjana perpustakaan, apakah hanya dengan belajar 4 tahun dan gelar sarjana perpustakaan serta bekerja di perpustakaan merasa pantas menyandang gelar pustakawan? Memaknai konsep pustakawan haruslah jadi yang pertama dilakukan oleh pustakawan. Definisi terhadap pustakawan boleh dibatasi oleh Undang-Undang dan pendapat para ahli tapi pemaknaan setiap pustakawan terhadap “pustakawan” haruslah tak terbatas dan terus digali oleh pustakawan. Salah satu fungsi perpustakaan yang sering dikibarkan adalah perpustakaan sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat. Pertanyaannya sudahkah seorang pustakawan menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat? Sebagai seorang profesional yang mengelola perpustakaan tentulah seorang pustakawan wajib menjadi representasi pembelajar sepanjang hayat. Sudahkah
4
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
kita menjadi representasi pembelajar sepanjang hayat? Pustakawan sebagai seorang pembelajar sepanjang hayat tentu tidak hanya membaca tapi juga menulis. Sikap membaca dan menulis perlu ditunjukkan oleh segenap pustakawan, terlebih oleh individu yang menyandang gelar “pustakawan” menurut Permenpan RB Nomor 9 tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya. Yang dimaksud pustakawan pada Permenpan Nomor 9 tahun 2014 adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak untuk melaksanakan kegiatan kepustakawanan. Pada catatan redaksi Media Pustakawan, sejak tahun 19932015 tidak lebih dari 150 Pejabat Fungsional Pustakawan pernah menjadi kontributor pada media pustakawan. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar pustakawan belum menjadi representasi “pembelajar sepanjang hayat”. Budaya kerja yang hanya mengerjakan kegiatan rutin perlulah berubah. Selain itu, karya-karya tulis mengenai atau yang menggunakan pendekatan bibliometrik juga jarang dilakukan, sehingga pustakawan dianggap seperti alergi terhadap angka-angka dan statistik. Media Pustakawan kali ini, Supriyanto, Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional RI, dalam artikel yang berjudul “Motivasi Menulis Bagi Pustakawan” menjelaskan mengenai dorongan-dorongan yang membuat seorang pustakawan menulis dan panduan-panduan yang perlu diperhatikan dalam membuat tulisan ilmiah, selain itu beliau pun menyatakan bahwa kepustakawanan tidak hanya dihubungkan dengan pekerjaan teknis atau rutin. Artikel ini perlu dibaca dan diresapi oleh tiap pustakawan dan calon pustakawan agar mampu mengubah mentalitas diri dalam memahami makna pustakawan. Selanjutnya, artikel dari Rochani dan Nurhayani, Pustakawan PDII LIPI, yang berjudul “Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (ODLI) 2008-2013: analisis bibliometrika” menerangkan mengenai beberapa hal mengenai Jurnal ODLI seperti persebaran instansi penulis, perbandingan jenis kelamin penulis, dan jumlah referensi yang digunakan. Dalam beberapa tahun terakhir artikel Rochani dan Nurhayani merupakan artikel pertama di Media Pustakawan yang menggunakan pendekatan
bibliometrik. Harapan kami artikel ini mampu mengobati “kealergian” pustakawan terhadap angka. Selanjutnya, kita tentu menyadari bahwa pustakawan adalah sebuah profesi. Profesi menurut Sulistyo-Basuki (1991) merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan ketrampilan khusus yang diperoleh dari teori dan bukan hanya saja dari praktik dan diuji dalam bentuk ujian dari sebuah universitas atau lembaga yang berwenang serta memberikan hak pada orang yang bersangkutan untuk berhubungan dengan nasabah (pengguna). Hal ini menjadikan profesi lebih menekankan pada pemberian jasa dibandingkan produksi barang. Salah satu ukuran keberhasilan dari sebuah layanan jasa adalah kepuasan penggunanya. Hal ini membuat organisasi yang bergerak di bidang jasa harus memiliki berbagai inovasi. Perpustakaan adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa, yang mana pustakawan sebagai motor penggerak organisasi tersebut. Artinya, pustakawan haruslah banyak berimprovisasi, berinovasi dan membuat terobosan-terobosan baru dalam memberikan layanan kepada masyakarat. Sudah kah kita melakukan inovasi atau setidaknya sedikit berimprovisasi? Apakah berani keluar dari zona nyaman “tugas rutin”? Setidaknya dapat meniupkan hal-hal baru terhadap tugas rutin sehari-hari. Danuar, peraih Peringkat Harapan I Pustakawan Berprestasi Tingkat Nasional, dalam artikel yang berjudul “Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa Berbasis Motivasi Total (Total Motivation): penerapan di Perpustakaan Atap Langit, Desa Air Mesu Timur, Kabupaten Bangka Tengah” memaparkan sebuah
pendekatan atau strategi baru dalam mengembangkan perpustakaan. Bila kita akrab dengan SLiMS atau Inlis dalam otomasi pengelolaan perpustakaan, artikel Yasin Setiawan, Peringkat Harapan II Pustakawan Berprestasi Tingkat Nasional, dengan judul “Rekayasa Software Book Check Out Security Terintegrasi dengan Otomasi untuk Meningkatkan Keamanan Bahan Pustaka di Perpustakaan” merupakan bacaan yang cukup menarik. Yasin menjelaskan tentang sebuah perangkat lunak sebagai wujud dari inovasi Yasin terhadap otomasi perpustakaan. Revolusi Mental Kepustakawanan akan dimulai dari tiap-tiap pustakawan yang berani dan mau melakukan hal-hal baru yang berada di luar zona nyamannya. Redaksi secara khusus mengingatkan diri sendiri dan secara umum mengajak rekan-rekan pustakawan untuk menjadi lebih banyak menulis dan mengikuti kegiatan ilmiah lainnya terkait kepustakawanan. Pemaknaan terhadap makna dari pustakawan haruslah digali terus agar tidak terjebak dalam pekerjaan rutin yang sangat berpotensi mematikan kreativitas dan inovasi yang dapat kita ciptakan. Selain itu sebagai seorang pustakawan, perlu memecahkan kekakuan yang mungkin selama ini masih menjadi image pustakawan di mata sebagian pengguna. Inovasi merupakan hal yang cukup jarang ada di dunia Perpustakaan di Indonesia, dengan berlatih menulis kiranya akan banyak muncul ide-ide baru terkait inovasi yang dapat kita lakukan di perpustakaan-perpustakaan kita. Terakhir, kami ucapkan selamat membaca, semoga artikel-artikel yang kami pilihkan mampu mengispirasi rekan-rekan pustakawan setanah air untuk terus berkembang dan memberikan yang terbaik bagi institusi dan Bangsa Indonesia. Salam Pustakawan !!! (KAM)
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
5
Oleh: Supriyanto2 Email:
[email protected]
Motivasi Menulis Bagi Pustakawan1 Abstrak Menulis apapun bentuknya dari kelas yang sederhana sampai yang rumit akan menghasilkan “sesuatu” yang bermakna bagi penulisnya maupun pembacanya. Bagi seseorang calon penulis menjadi penulis yang awalnya “nothing” menjadi “something”, dan bagi pembacanya merupakan “something” yang tidak terbantahkan. Berawal dari gagasan, oleh karena pembaca belum tentu penulis, tetapi penulis pastilah pembaca, sehingga sesuatu itu akan bermakna bagi gagasan berikut yang selalu muncul kapan saja, di mana saja, untuk penulisan berikutnya. Terlebih bisa dilengkapi dengan “meneliti” hasilnya akan lebih obyektif, valid dan reliabel. Bagi pustakawan pekerjaan menulis tidaklah terbatas pada golongan menengah dan atas saja, tetapi juga golongan bawah sekalipun dibenarkan untuk menulis, dengan kata lain “menulis adalah merupakan kemampuan yang harus dimiliki pustakawan sebagai tenaga profesional mulai dari jenjang pangkat/ jabatan terendah sampai tertinggi. Belum lagi penulisan karya ilmiah bukan saja menghasilkan sesuatu, tetapi juga perolehan angka kredit bagi kenaikan pangkat dan/atau jabatan pustakawan untuk meniti karier lebih baik. Kata Kunci: pustakawan, pengembangan profesi, karya tulis ilmiah, karier
Latar Belakang Mengarang yang dahulu waktu sekolah dasar (SD) kita kenal, dan sekarang kita sebut dengan istilah menulis, adalah merupakan ketrampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai, setelah seseorang terlebih dahulu terampil mendengarkan (menyimak), berbicara dan membaca. Kepandaian seseorang dalam menulis tidak selalu ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat pendidikan, tetapi lebih banyak ditentukan oleh kuat dan kerasnya kemauan, banyak latihan (rutin), dan tentu saja faktor bakat juga mempengaruhi “jadinya” seseorang membentuk dirinya sebagai penulis. Namun demikian, bahwa faktor bakat yang tidak dikembangkan, maka ia bagaikan ”mutiara yang terpendam di dasar laut”. Tugas kita bagaimana melakukan penyelaman dengan peralatan dan perbekalan yang cukup, menemukan mutiara itu untuk kita gosok hingga bercahaya dan memikat bagi siapa saja yang melihatnya. Dengan perkataan lain, untuk sebuah tulisan bagaimana susunan, bahasa, struktur dan lain-lain yang terkandung dalam tulisan mampu
1
2
menarik perhatian sehingga calon pembaca mau menjadi pembacanya. Menurut penulis Pambudi (dalam Mohammad Siddik, 2009) menyatakan bahwa menjadi penulis, calon harus belajar sendiri dan salah satu caranya mulai menulis dan meneruskannya sampai jadi, artinya kepandaian menulis hanya diperoleh dengan cara banyak melatih diri untuk menulis. Sekalipun demikian tidak salah, harus banyak mengkaji atau menelaah buku-buku atau bahan bacaan yang membicarakan atau memberi arahan tentang kegiatan tulis menulis. Pada dasarnya keempat keterampilan menulis tersebut, yaitu keterampilan mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca dan berujung pada ketrampilan menulis adalah merupakan satu kesatuan atau catur tunggal (Tarigan, dalam Muhammad Sidik, 2009). Menulis dengan tujuan tertentu memperoleh kevalidan misalnya dilakukan dengan metode penelitian
Makalah pernah disampaikan pada “Kegiatan Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah”. Diselenggarakan Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Musi Banyuasin. Sekayu, 20-21 Mei 2013. Pustakawan Utama, Perpustakaan Nasional RI; Dewan Pembina PP-IPI.
6
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
yang merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapat tujuan tertentu. Dengan cara ilmiah diharapkan data yang diperoleh adalah data yang obyektif, valid dan reliable. Obyektif berarti semua orang akan memberikan penafsiran yang sama, valid berarti adanya ketepatan antara data yang terkumpul oleh peneliti dengan data yang terjadi pada obyek yang sesungguhnya, dan reliable berarti adanya ketetapan/keajegan/konsisten data yang didapat dari waktu ke waktu. Kegiatan penelitian menurut Sugiyono (2000) dilakukan dengan tujuan tertentu, dan pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) hal utama yaitu untuk menemukan, membuktikan, dan mengembangkan pengetahuan tertentu. Dengan ketiga hal tersebut, maka implikasi dari hasil penelitian akan dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Penelitian dasar atau murni, menurut Jujun S. Suriasumanatri (dalam Sugiyono, 2000), adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Sedangkan penelitian terapan adalah bertujuan untuk mempergunakan pengetahuan ilmiah yang telah diketahui untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis. Motivasi bagi Pustakawan Menulis berarti mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui suatu lambang (tulisan), tentu saja tulisan yang dipakai haruslah merupakan hasil kesepakatan para pemakai bahasa yang satu dengan yang lainnya saling memahami. Untuk itulah perlu dorongan dan kemauan yang kuat, dan salah satu berwujud “motivasi”. Motivasi menurut Siswanto (2006), dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan (moves), dan mengarah atau menyalurkan perilaku kearah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidak seimbangan. Lebih jauh dinyatakan, bahwa kebutuhan tersebut timbul akibat adanya berbagai hubungan. Kebutuhan dapat berwujud fisik biologis serta sosial ekonomis. Akan tetapi yang lebih penting adalah adanya kebutuhan (needs) yang bersifat sosial psikis, misalnya penghargaan, pengakuan, keselamatan, perlindungan, keamanan, jaminan sosial, dsb. Secara singkat motivasi dapat diartikan sebagai bagian integral hubungan kerja dalam rangka proses pembinaan, pengembangan dan pengarahan sumber daya manusia. Sejalan dengan itu, nampaknya tenaga pengelola perpustakaan atau pustakawan khususnya perlu memperoleh motivasi yang dimaksud dengan harapan untuk bekal pengembanagan profesi, dirinya
dan tentu saja pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran perpustakaan yang hendak dicapai. Pada umumnya motivasi seseorang akan ditentukan stimulusnya. Stimulus yang dimaksud merupakan mesin penggerak motivasi, meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Kinerja (achievement), yaitu seorang egawai yang ingin memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu kebutuhan (needs) dapat mendorong menjadi sasaran. Tingkat need of achievement telah menjadi naluri kedua (second nature) adalah merupakan kunci keberhasilan. 2) Penghargaan (recognition) atas kinerja yang telah dicpai merupakan stimulus yang kuat. Pengakuan atas kinerja memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi daripada penghargaan dalam materi atau hadiah. 3) Tantangan (challenge), dimaksud adanaya tantangan yang dihadapi merupakan stimulus yang kuat untuk mengatasinya. Sasaran yang tidak menantang dan murah dicapai biasanya tidak mampu menjadi stimulus. 4) Tanggungjawab (responsibility). 5) Pengembangan (development,. 6) Keterlibatan (involvement). 7) Kesempatan (opportunity). Motivasi bagi Pustakawan di lingkungan pemerintah khususnya, cermati sejak diterbitkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) No. 18 Tahun 1988 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya, sudah diakui sebagai jabatan profesi. Artinya dalam tataran aturan dan etika kepegawaian negeri sipil (PNS) Pustakawan sudah diakui sebagai jabatan fungsional. Sudah disempurnakan Keputusan MENPAN No. 33/MENPAN/1998 dan terakhir dengan Keputusan MENPAN No. 132/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya. Pada kenyataannya memang belum semua institusi mengakui hal yang sama, semoga dengan diundangkannya UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, berharap perpustakaan dengan pustakawannya lebih baik, lebih berdaya guna dan berhasil guna. Dengan kata lain kegiatan menulis dan meneliti bukan saja kegiatan yang dapat menghasilkan “sesuatu” tetapi juga yang pertama memperoleh poin (angka kredit) untuk kenaikan pangkat, promosi, karier dan seterusnaya. Kedua, koin (material) bisa dalam bentuk uang, penghargaan, nama, prestisius, dan sebagainya. Dikehendaki
dalam
Keputusan
MENPAN
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
No.
7
132/2002 tersebut, Pasal 11 ayat (2) “Pustakawan Madya yang akan naik pangkat menjadi Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b s/d Pustakawan Utama, golongan ruang IV/e, diwajibkan mengumpulkan angka kredit sekurang-kurangnya 12 (duabelas) dari unsur pengembangan profesi”. Sudah wajar kesiapan sebelum golongan IV (Pustakawan Madya) khususnya, dan umumnya jajaran pustakawan harus mempersiapan diri bagi penyusunan atau pembuatan karya tulis/karya ilmiah. Bukan sekedar perolehan angka kredit, lebih dari itu dibarengi dengan kinerja/prestasi kerja. Disamping itu penulisan karya ilmiah (pengembangan profesi) sebagai salah satu indikator kinerja. Lebih lanjut cermati Lampiran I Keputusan MENPAN tersebut, terdapat “Rincian Kegiatan Pustakawan Tingkat Terampil dan Angka Kreditnya”, dan Lampiran II “Rincian Kegiatan Pustakawan Tingkat Ahli dan Angka Kreditnya”. Kalau hanya mencermati ayat (2) semata, bisa dipastikan bahwa yang diwajibkan untuk menulis karya imiah adalah terbatas golongan IV saja. Tatkala mau mencermati lebih lanjut, khususnya No. IV Unsur: Pengembangan Profesi; Sub unsur; butir kegiatan; satuan hasil, angka kredit, dan pelaksana. Bahwa pelaksana adalah semua jenjang, artinya siapa saja bisa menulis atau menyusun karya ilmiah, dari pangkat/jabatan terendah sampai tertinggi. Tugas-Tugas Kepustakawanan Lebih lanjut dalam Keputusan MENPAN, khususnya pada Bab I Ketentuan Umum: Pejabat Fungsional Pustakawan yang selanjutnya disebut Pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumen tasi dan informasi instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya. (Pasal 1, nomor urut 1). Kepustakawanan adalah ilmu dan profesi di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi. (Perpusdokinfo). (Nomor urut 2) Pekerjaan kepustakawanan adalah “kegiatan utama dalam lingkungan unit perpusdokinfo yang meliputi kegiatan pengadaan, pengolahan dan pengelolaan bahan perpustakaan/sumber informasi, pendayagunaan dan pemasyarakatan informasi baik dalam bentuk karya cetak, karya rekam maupun multi media, serta kegiatan pengkajian atau kegiatan lain untuk pengembangan perpusdokinfo, termasuk pengembangan profesi”. (Nomor urut 8)
8
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
Pustakawan adalah “pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana penyelenggara tugas utama kepustakawanan pada unit-unit perpusdokinfo pada instansi pemerintah”. (Pasal 3 ayat (1). Nampak jelas bahwa tugas-tugas kepustakawanan seperti tersebut diatas, tatkala mau dirinci dalam unsur dan sub unsur kegiatan kepustakawanan yang dapat dinilai angka kreditnya adalah 5 (lima) unsur utama dan 1 (satu) unsur penunjang, sebagai berikut: 1. Pendidikan 2. Pengorganisasian dan pendayagagunaan koleksi bahan perpustakaan/sumber informasi. 3. Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi. 4. Pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi. 5. Pengembangan profesi, dan 6. Unsur penunjang tugas pustakawan Mencermati tugas tersebut, bagi pustakawan terampil urut 2 dan 3, pustakawan ahli urut 2, 3 dan 4 mutlak dikerjakan sebagai pekerjaan sehari-hari. Sementara urut 5 sekalipun bukan wajib tapi bisa menjadi keuntungan, karena setiap pekerjaan dapat dinilai angka kredit (bahkan relatif lebih besar) sehingga memperlancar kenaikan pangkat dan/atau jabatan. Untuk itu bermakna sekalipun tidak wajib, bagi yang mau meniti karier lebih baik, adalah masa persiapan (kesiapan) untuk belajar menulis. Sementara itu menurut Purwono (2012) kepustakawanan menerjemahkan kata librarianship, berintikan sebuah profesi pustakawan. Secara sempit kepustakawanan sering hanya dihubungkan dengan kegiatan teknis yang dilakukan pustakawan, ini adalah pandangan yang salah. Oleh karena profesi ini memegang teguh nilai-nilai tentang kualitas, kehormatan dan kebersamaan. Dalam konferensi IFLA di New Delhi pada 24 – 28 Agustus 1992 terlihat dengan jelas betapa kepustakawanan diartikan secara lebih luas, sebagai berikut: a. Pustakawan bekerja berdasarkan etos-etos kemanusiaan, humanistic ethos yang dianggap sebagai kepustakawanan, sebagai lawan dari kegiatan pertukangan. b. Pustakawan sebagai fasilitator kelancaran arus informasi dan pelindung hak asasi manusia dalam akses ke informasi. c. Pustakawan memperlancar proses transformasi dari informasi dan pengetahuan menjadi kecerdasan sosial atau social intelligence. d. Berbicara tentang kepustakawanan tidak terlepas
dari perpustakaan dan pustakawan. Perpustakaan memungkinkan peradaban itu tetap berlangsung, baik dengan memper- tahankan peran buku, maupun dengan memanfaatkan teknologi informasi terbaru. Kepustakawanan senantiasa terus berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan TIK. Menyikapi salah satu kegiatan pustakawan penelusuran informasi, seperti melalui penyusunan literatur sekunder: bibliografi, direktori, indek, abstrak, dan sejenisnya, bahkan dimungkinkan melalui pengkajian dan pengembangan profesi. Fenomena semacam ini mau tidak mau, menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pustakawan untuk selalu melakukan transformasi, dan salah satunya MENULIS. Pengembangan Profesi Pustakawan Kegiatan pengembangan profesi meliputi membuat karya tulis ilmiah, menyusun pedoman/petunjuk teknis, menerjemahkan/menyadur buku, melakukan tugas sebagai ketua kelompok/koordinator atau memimpin unit perpustakaan, menyusun kumpulan tulisan (bunga rampai), dan memberi konsultasi kepustakawanan yang berifat konsep. Lebih lanjut yang dimaksud dengan “karya tulis ilmiah, kegiatan ini meliputi penulisan karya ilmiah di bidang perpusdokinfo, laporan hasil kegiatan ilmiah, makalah ilmiah, tulisan ilmiah popular, makalah prasaran, buku dan artikel majalah yang hasilnya dipublikasikan dan/atau diterbitkan melalui media tertentu”. Beberapa pengertian didalamnya, menurut Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI No. 2 Tahun 2008, antara lain: 1. Karya tulis ilmiah di bidang perpusdokinfo adalah karya tulis berupa laporan hasil kegiatan ilmiah atau tinjauan atau ulasan ilmiah bidang perpusdokinfo yang disajikan dengan menggunakan kerangka isi, aturan dan format tertentu yang membahas suatu pokok bahasan dengan menuangkan gagasangagasan tertentu melalui identifikasi dan deskripsi permasalahan, analisis permasalahan dan saran-saran pemecahannya. 2. Laporan hasil kegiatan ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang berisi sajian hasil pengkajian, pengembangan atau evaluasi yang disajikan dengan menggunakan kerangka isi, aturan atau format penulisan ilmiah. Laporan umumnya dipresentasikan dalam suatu pertemuan dan dipublikasiakan secara terbatas dalam bentuk artikel di majalah atau dalam bentuk buku. 3. Makalah ilmiah adalah karya tulis ilmiah di bidang perpusdokinfo yang ditulis berdasarkan analisis dan sintesis data hasil kajian atau pemikiran yang belum pernah ditulis dan dipublikasikan orang lain
4.
5. 6.
7.
minimal 3.000 kata dalam format baku yang meliputi: judul, abstrak, pendahuluan, isi pokok, penutup dan daftar pustaka yang disampaikan pada seminar dan pertemuan sejenisnya. Makalah prasaran adalah karya tulis bersifat deskriptif informatif di bidang perpusdok info yang ditulis dalam format tertentu dan disampaikan pada pertemuan/ diklat, dll. Buku yang diterbitkan adalah karya tulis di bidang perpusdokinfo yang berisi minimal 15.000 kata dan diterbitkan oleh instansi pemerintah atau swasta. Bila buku yang dihasilkan tidak diterbitkan untuk dapat diperhitungkn angka kreditnya buku tersebut harus didokumentasikan di perpustakaan dimana pustakawan bekerja. Artikel majalah adalah karya tulis minimal 1.000 kata dan dimuat dalam majalah di bidang perpusdokinfo yang diterbitkan oleh organisasi profesi, instansi pemerintah atau swasta di bidang perpusdokinfo baik dalam bentuk tercetak maupun elektronik.
Contoh Kegiatan Karya Tulis/Karya Ilmiah, Satuan Hasil dan Angka Kredit, (Lihat Lampiran I dan II Keputusan MENPAN No. 132/2002) unsur Pengembangan Profesi, sebagai berikut: 1. Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang perpustakaan dokumentasi dan informasi. a. Karya tulis/karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian survey dan/atau evaluasi di bidang perpusdokinfo yang dipublikasikan. (Adalah laporan hasil pengkajian nyang disajikan secara tertulis dan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kegiatan). Karya tulis ilmiah ini dapat dalam bentuk/bukti fisik berupa: 1) Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional. Bentuk satuan hasil Judul, perolehan angka kredit (AK) 12,500, untuk semua jenjang. 2) Dalam bentuk makalah yang diakui oleh instansi yang berwenang. Bentuk satuan hasil Naskah, perolehan AK 6, untuk semua jenjang. b. Karya tulis/karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian survey dan atau evaluasi di bid. perpusdokinfo yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan. 1) Dalam bentuk buku. Satuan hasil Judul, perolehan AK 8, untuk semua jenjang. 2) Dalam bentuk makalah. Satuan hasil Naskah, perolehan AK 4, untuk semua jenjang. c. Karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri di bidang
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
9
perpusdokinfo yang dipublikasikan. (Adalah karya tulis ilmiah yang membahas suatu pokok bahasan tentang hal-hal yang baru di bidang perpusdokinfo atau meninjau ulang hasil karya yang sudah ada). 1) Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional. Bentuk satuan hasil Judul, perolehan AK 8, untuk semua jenjang. 2) Dalam bentuk makalah yang diakui oleh instansi yang berwenang. Bentuk satuan hasil Naskah, perolehan AK 4, untuk semua jenjang. d. Makalah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dan analisis hasil uji coba dalam bidang perpusdokinfo yang tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan. (Adalah karya tulis yang disusun seseorang yang membahas tentang bidangb perpusdiokinfo berupa tinjauan/ulasan terhadap karya yang sudah ada dan/atau laporan analisis uji coba suatu system yang dicetak terbatas untuk kelangan tertentu yang dipakai sebagai bahan diskusi atau keperluan lain dan didokumentasikan di perpustrakaan). Bentuk fisik makalah asli, surat tugas dan surat keterangan bahwa karya tersebut di dokumentasikan di perpustakaan, satuan hasil Naskah, perolehan AK 3,500, untuk semua jenjang. e. Karya tulis/karya ilmiah popular di bidang perpusdokinfo setiap tulisan yang merupakan satu kesatuan yang disebarluaskan melalui media massa. (Adalah karya ilkmiah yang menyajikan pandanagan, gagasan, komentar atau ulasan terhadap suatu permasalahan di bidang perpusdokinfo yang ditulis dalam kerangka isi yang lebih bebas dan bertujuan agar menarik dan mudah dipahami oleh pembacanya dan diterbitkan di majalah/jurnal). Bentuk fisik artikel asli (guntingan media massa yang memuat), satuan hasil Naskah, perolehan AK 2, untuk semua jenjang. f. Karya tulis berupa prasaran tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah, diklat dan sejenisnya. Bentuk fisik makalah, dan surat tugas, satuan hasil Naskah, perolehan AK 2,500, untuk semua jenjang. 2. Menyusun pedoman/petunjuk teknis perpustakaan, dokumentasi dan informasi. a. Menyusun pedoman standar penyelenggaraaan perpusdokinfo yang diakui oleh Perpustakaan Nasional RI dan diedarkan secara nasional. Bentuk satuan hasil Naskah, perolehan AK 5, untuk semua jenjang.
10
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
b. Menyusun pedoman umum petunjuk teknis perpusdokinfo. Bentuk satuan hasil Naskah, perolehan AK 3, untuk semua jenjang. 3. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lain bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Terjemahan/saduran di bidang perpusdokinfo yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional. Bentuk satuan hasil Judul, perolehan AK 7, untuk semua jenjang. b. Dalam bentuk makalah yang diakui oleh instansi yang berwenang. Bentuk satuan hasil Naskah, perolehan AK 3,500, untuk semua jenjang. 4. Menyusun kumpulan tulisan untuk dipublikasikan Menghimpun dan menyusun naskah-naskah. Bentuk satuan hasil Judul, perolehan AK 3, untuk semua jenjang. Penulisan Karya Ilmiah Membuat karya ilmiah, adalah karya tulis hasil kegiatan ilmiah yang dipublikasikan sesuai dengan kaidah dan etika keilmuan. Pada Ketentuan umum yang dikehendaki Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI No. 2 Tahun 2008, dalam membuat karya ilmiah sedikitnya memenuhi 3 (tiga) syarat, yaitu: a) Subyek di bidang perpusdokinfo b) Langkah penulisan menggunakan metode ilmiah, yang ditandai dengan adanya: 1. Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan. 2. Dukungan fakta empiris. 3. Analisis kajian yang memperatautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empiris terhadap permasalahan terhadap permasalahan yang dikaji. c) Penyajiannya sesuai dan memenuhi persyaratan sebagai tulisan ilmiah, yang ditandai dengan: 1. Isi sajian berada pada kawasan keilmuan. 2. Penulisan dilakukan secara cermat, akurat dan logis dan menggunakan sistematika yang umum dan jelas. 3. Tidak bersifat subyektif, emosional, atau memuat pandangan-pandangan tanpa fakta rasional dan akurat. Beberapa istilah, berkenaan dengan karya ilmiah, sebagai berikut: 1. Penelitian, Ipah (2006: 2 dalam Ade, 2009) menjelaskan “istilah penelitian biasanya dikenal sebagai suatu kerja ilmiah, maka dari itu laporan yang dibuat harus
mengikuti tata aturan penulisan karya ilmiah”, seperti berupa makalah, kertas kerja, skripsi, tesis, disertasi, dlsb. 2. Tinjauan literatur, adalah pandangan kritis terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan secara signifikan dengan penelitian yang sedang/akan dilakukan. Dalam pemahaman ini, literature atau pustaka berarti karya-karya yang menjadi rujukan untuk memahami dan menyelidiki masalah penelitian, dapat berupa publikasi, seperti artikel jurnal, buku, prosiding konferensi, laporan pemerintah dan/atau perusahaan, surat kabar, dsb. 3. Semi ilmiah, karangan yang disajikan dalam bahasa yang sederhana, jelas, menarik, hidup, segar, popular dan komunikatif dengan tetap mengandung gagasan aktual atau kontroversial yang ditulis orisinal dan referensial. Tulisan yang tergolong karangan semi ilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini, feature, dan reportase. 4. Dan sejenisnya apapun namanya sesuai yang dikehendaki dalam kegiatan pengembangan profesi pustakawan seperti tersebut diatas, pada prinsipnya dapat dikerjakan oleh semua jenjang/tingkatan apapun pangkat dan/atau jabatan seorang pustakawan. Untuk itu “menulis adalah merupakan kemampuan yang harus dimiliki pustakawan sebagai tenaga professional mulai dari jenjang pangkat/jabatan terendah sampai tertinggi”. Bahan Penulisan Artikel/Makalah Ilmiah Mencermati pemahaman dan kegiatan dalam pengembangan profesi penulisan karya ilmiah apapun bentuknya pada prinsipnya sama yaitu memenuhi kaidah dan etika keilmuan. Untuk itu, sebagai contoh pada kesempatan ini mengambil penulisan karya ilmiah sebagai pengantar lebih merujuk pada makalah atau artikel ilmiah. Artikel Ilmiah, Ilmiah bermakna “bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan (KUBI, 2007: 423). Dengan demikian artikel ilmiah “adalah artikel yang bersifat ilmu, atau artikel yang disusun berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan”. Artikel ilmiah berbeda dengan artikel popular seperti yang terdapat di surat kabar atau majalah popular. Perbedaan tersebut terletak pada gaya dan sistematika penulisan. Menurut Soeparno (2000:36) Artikel ilmiah harus memiliki gagasan atau ide ilmiah dan alur berpikir dalam artikel tersebut. Biasanya tulisan ilmiah tidak akan menarik bila tidak dengan bahasa popular. Artikel ilmiah yang popular harus dapat menyampaikan konsep, gagasan atau ide dengan santun, hormat dan anggun. Pengertian lain mengenai karya ilmiah, salah
satu diantaranya dikemukakan Firman (2004:1 dalam Ade, 2009) bahwa “Karya Ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan”. Tahapan penulisan karya/artikel ilmiah Menulis artikel ilmiah melalui tahapan yang menunjukkan alur berpikir sistematis, Tanjung (2007: 128-147) menyampaikan tahapan menulis karya atau artikel ilmiah, sebagi berikut: a. Menangkap gagasan, sangat penting untuk disegerakan mencatat biar tidak lepas dari aktivitas yang lain. Dari beberapa banyak gagasan, mana yang harus didahulukan. Biasanya gagasan ada yang memerlukann referensi, tetapi banyak juga yang memerlukan referensi yang banyak dan kompleks. Gagasan muncul tidak mengenal tempat, waktu kapan saja bisa hadir, dan tentu tidak harus menunggu gagasan muncul, gagasan bisa dicari dan ditelusuri. “Pikiran mendahului, badan mengikuti, tangan menjalakannya”. b. Membuat sketsa tulisan/Perencanaan penulisan naskah, bila permasalahan yang ada dalam gagasan sudah ditetapkan menjadi priortitas pertama maka segera membuat sketsanya, bukan sekedar outline semata tetapi masing-masing bagian diuraikan bila perlu disertai catatan, lebih lanjut membagi menjadi tiga bagian, yaitu: b.1. Pendahuluan, merupakan awal atau pembuka untuk menarik minat, terutama me- nyampaikan latar belakang mengapa permasalahan itu penting untuk diketengah kan, tujuan ditulis, manfaat bagi pembaca, dan sebagainya yang dianggap penting. b.2. Bagian inti, merupakan bagian isi bisa dipecahpecah menjadi sub-sub bagian sesuai dengan kebutuhan yang penting mencakup segala hal yang relevan dengan permasalahan yang disampaikan dalam bagian pertama pendahuluan, artinya bagian ini harus lebih dinamis. b.3. Penutup, bagian ini bergaya pamit isinya menyimpulkan inti dari tulisan disertai rekomendasi yang penting sebagai saran pemecahan perbaikan terhadap permasalahan yang dibahas. c. Mencari/mengumpulkan literatur, mengumpulkan literarur sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas berupa buku, artikel dalam jurna, majalah, surat kabar bahkan penelusuran
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
11
informasi lewat internet dan sejenisnya. Literature ini penting bagi pengembangan dan perluasan wawasan mengenai pokok permasalahan serta bermanfaat sebagai dasar dalam pengembangan tulisan sehingga padat informasi. Jelasnya buah pikiran atau gagasan yang terdapat dalam literatur dapat dijadikan rujukan untuk mendukung gagasan penulis, d. Mengembangkan gagasan, topik dan gagasan hendaknya ditemukan dan direnungkan terlebih dahulu, dan kemudian disampaikan lewat tulisan kepada pembaca/pendengar. Setelah menemukan topik atau gagasan utama seorang penulis harus menuangkan dan mengembangkan gagasan tersebut ke dalam bentuk tulisan. Kata lain menguraikannya ke dalam kata-kata dan menyusunnya menjadi rangkaian kata yang memiliki makna. Menuangkan topik/gagasan diartikan sebagai merinci gagasan, lalu menyusunnya ke dalam urutan logis. Kegiatan banyak bergantung pada 2 (dua) hal pokok (Laksmi, 2009), yaitu: a. Keluasan wawasan, yang diperoleh dari pengalaman empiris, pengetahuan yang diperoleh dari bahan perpustakaan yang dibaca, jenis, jumlah maupun subyek dalam berbagai bidang. Keluasan wawasan memudahkan melihat permasalahan secara jernih dan mendalam, serta dapat menentukan alur secara logis dan bahkan dapat membuat permasalahan tersebut menjadi menarik. Sebaliknya jika seseorang memiliki pengetahu an yang sempit ia akan menuangkan gagasan dengan penjelasan yang berputar-putar, sehingga tulisan yang dihasilkan menjadi klise, dangkal, dan membosankan, dan b. Kepekaaan dalam melihat suatu masalah, ada 2 (dua) jenis kepekaan yang diperlukan terutama, yaitu: b.1. Kepekaaan berbahasa, yaitu dapat memahami makna kata, kiasan, kalimat, paragraph, tanda baca. Bahasa, sebagai ekspresi manusia yang paling utama seringkali dimanipulasi untuk kepentingan-kepentingan tertentu, seperti menutupi kesalahan yang sudah diperbuat, menyamarkan rasa takut, dan lain sebagainya, serta b.2. Kepekaan membaca teks, kepekaan terhadap aspek-aspek dalam masalah yang akan ditulis, baik aspek sosial, budaya, politik, waktu, tempat, serta aspek-aspek dalam kehidupan lainnya. Pandangan lain tentang penulisan karya ilmiah dikemukakan oleh Utomo (1998: 3 dalam Ade, 2009) bahwa untuk mempermudah penulisan karya ilmiah bagi seseorang yang belum terbiasa menulis dapat dibantu
12
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
melalui tahapan-tahapan cara penulisan karya ilmiah, sedangkan bagi seseorang yang telah terbiasa menulis tahapan-tahapan yang dilaluinya sering tidak teratur, misalnya begitu ada ide atau gagasan yang muncul tentang suatu fenomena dia langsung menuangkan secara analitis dalam tulisan dan setelah itu baru mencarikan konteks (latar belakang) yang sesuai dengan ide dan gagasan tersebut, dan seterusnya. Menurut Keene dan Adam (dalam Ade, 2009) sekurang-kurangnya ada 5 (lima) tahapan dalam kegiatan penulisan karya ilmiah, yaitu: 1) Tahap persiapan (prewriting), tahap ini penulis melakukan persiapan awal dengan cara menentukan topik penulisan, menyeleksi informasi yang akan disajikan, dan memper- timbangkan siapa yang akan menjadi pembacanya, dan pertimbangan lain. Setelah banyak pertimbangan langkah berikut menggali fakta yang dapat mendukung topik. Beberapa kegiatan yang perlu dialakukan, seperti mendaftar (listing) semua jenis fakta, menulis bebas (freewriting), mengulang (looping), mengajukan pertanyaan W5H (siapa, apa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana), pola pengembangan paragraph, melakukan observasi, wawancara, mencari literatur, dan melakukan diskusi bebas. 2) Tahap perencanaan (planning), memilih ide utama dan membuat pemetaan secara visual kerangka penulisan. Kegiatan yang perlu dilakukan seperti menentukan ide utama atau tesis; menentukan kerangka penulisan; membuat perencanaan: (membuat diagram cluster, membuat kerangka topik, membuat kerangka formal tulisan); 3) Tahap pembuatan tulisan awal (drafting), perlu dipertimbangkan seperti jangan terlalu berharap sempurna, mencoba membayangkan siapa yang akan menjadi pembacanya, hindari menatap halaman kosong, jangan terpaku untuk memulai dari bagian pertama, cobalah dengan iringan musik atau apa saja yang menggugah selera dan gagasan. 4) Tahap peninjauann ulang/perbaikan (revising), meninjau ulang hasil tulisan dengan tujuan membuat draft tersebut menjadi sebuah karya tulis ilmiah yang lebih baik. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melihat kembali hasil penulisan yang dimulai dari tesis yang dibuat, kerangka tulisan, hubungan antar paragraf, dan terakhir membaca kalimat-kalimat secara menyeluruh; dan 5) Tahap penyelesaian (finishing), pada akhirnya menyelesaikan penulisan hasil revisi dengan membaca dan mengoreksi hasil (proofreading), seperti membaca dengan nyaring (read out loud), membaca paragraf-
paragraf yang rusak, menggunakan penggaris atau pensil sebagai tanda dan membuat daftar kesalahan umum, dan perhatikan tulisan akhir dengan mengikuti standar khusus yang ditentukan. Untuk melihat apakah baik atau tidaknya karya ilmiah tersebut, beberapa pertanyaan yang perlu diajukan secara sitematik ketika memeriksanya, adalah: 1) Bagian Pendahuluan a. Siapakah pembaca yang menjadi sasaran penulisan karya tersebut? b. Apa tujuan (kalimat topik/rumusan penulisan? c. Apakah latar belakang sudah cukup memberi alasan untuk tujuan penulisan (kalimat topik/ rumusan masalah)? d. Apakah tersedia kerangka yang jelas dan logis? Apakah kerangka sesuai tujuan? e. Apakah penulis memang benar-benar menulis sesuai rencana? 2) Bagian Isi (Tubuh Tulisan) a. Apakah isi sudah mendukung tujuan? b. Apakah semua pertanyaan sudah terjawab? c. Apakah ada hal-hal baru yang disumbangkan oleh tulisan tersebut? d. Apakah bagian isi memberikan bukti atau contoh dari berbagai macam sumber yang bisa dipercaya (memiliki kredibilitas)? e. Apakah materi dan number informasi ditulis dalam kombinasi antara ringkasan, parafrasa, dan kutipan langsung? f. Apakah masih ada kesenjangan dalam argument yang masih perlu disisi dengan penelitian lebih lanjut? Apakah masih ada bukti yang masih belum cukup terdukung? g. Apakah semua yang tidak relevan sudah dikeluarkan dari tulisan? h. Apakah ada pertanyaan dan pendapat tanpa landasan? 3) Bagian Penutup (Rangkuman, Kesimpulan, Rekomendasi) a. Apakah tujuan (kalimat tesis/kalimat topik) dinyatakann ulang dibagian penutup untuk mengingatkan? b. Apakah penutup sudah merangkum seluruh butir utama? c. Apakah kesimpulan menunjukkan ketuntasan pembahasan? Apakah kesimpulan mengalir dari isi (tubuh tulisan) atau tidak ada hubungan dengan isi?
Contoh Sistematika Penulisan Makalah Ilmiah, sebagaimna dikehendaki dalam Peraturan Kepala Perputakaan Nasional RI, No. 2 Tahun 2008, sebagai berikut: a) Judul, (Nama penulis dibawah judul), b) Abstrak (sari) c) Pendahuluan d) Isi Pokok e) Penutup f ) Daftar pustaka (rujukan/literatur). Disamping itu penulis harus mengetahui, memahami, dan memegang teguh etika menulis, agar tidak terjebak/ terjerumus dalam penjiplakan (plagiarisme). Penutup Semua berawal dari gagasan, dari gagasan kemudian muncul ide, inovasi, kreasi, pemikiran, pemahaman dan tidak kalah menariknya muncul dalam sebuah tulisan. Penulis pastilah pembaca (belum tentu pembaca itu penulis). Pembaca yang baik adalah yang memiliki kemampuan literasi (information literation), yaitu kemampuan memaknai apa yang dibaca. Bukan sekedar menghafal, mengingat, tapi juga mampu membandingkan, membedakan, mengekplor, mengkaji, mengklarifikasi dan seterusnya, sehingga menarik untuk menjadi ide, inovasi-inovasi yang baru, bahkan dalam bentuk tulisan ilmiah atau tulisan populer lainnya yang bermanfaat bagi pembacanya. Belajar menulis yang paling sederhana, misalnya dengan menyusun 3.000 kata atau dalam bahasa “Tim Penilai Jabatan Fungsional Pustakawan Pusat”, Perpustakaan Nasional RI sebanyak 10 (sepuluh) lembar ditambah lengkap dengan referensi sudah bisa disebut karya ilmiah, tentu saja yang bermakna isinya mengandung kaidah dan etika keilmuan. Pada akhirnya belajar dari yang kecil atau sederhana menjadi yang besar, dari tidak ada “nothing” menjadi ada sesuatu “something”. “Lebih baik menyalakan lilin, dari pada menggerutu di kegelapan”. Selamat dan sukses.
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
13
Daftar Pustaka Hak, Ade Abdul. (2009). Praktik Penulisan Karya Ilmiah; Bahan Ajar Diklat Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Laksmi. (2009). Teknik Penuangan Gagasan; Bahan Ajar Diklat Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Perpustakaan Nasional. (2008). Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional. Perpustakaan Nasional. (2010). Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 132/KEP/M. PAN/12/2002 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka Kreditnya. Jakarta: Perpustakaan Nasional.
14
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
Perpustakaan Nasional. (2008). Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI No. 2 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya. Jakarta: Perpustakaan Nasional. Pranoto E. (2013). Menulis Artikel Ilmiah untuk Majalah. Media Pustakawan Vol. 20 No. 1. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Siddik M, Musaba Z. (2009). Dasar-Dasar Menulis; Dengan Penerapannya. Samarinda: Tunggal Mandiri. Sugiyono. (2000). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta.
Oleh: Rochani Nani Rahayu1 dan Nurhayati2 Email:
[email protected] dan
[email protected]
Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (OLDI) 2008 – 2013: Analisis bibliometrika Abstrak Penelitian ditujukan untuk mengetahui: 1) Jumlah artikel jurnal OLDI 2008 – 2013; 2) Jumlah referensi yang digunakan dalam artikel; 3) Komposisi artikel berbahasa Inggris dan Indonesia; 4) Jenis kelamin penulis artikel; 5)Tingkat kolaborasi penulis; 6) Instansi tempat bekerja penulis. Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan sumber data jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (OLDI) periode 2008 – 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat variabel yang diteliti secara manual ke dalam lembar kerja, kemudian data diolah secara distribusi frekuensi dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil penelitian: 1) Terdapat 180 judul artikel dan rata-rata per tahun 30 judul. Jumlah per tahun 2008 – 2013 berturut-turut 28; 27; 28; 33; 35 dan 29 judul; 2) Sejumlah 4.670 referensi digunakan pada 180 artikel, dengan rata-rata per tahun adalah 25,94 referensi. Tahun 2008-, 2013 jumlah referensi berturut–turut adalah 23,50; 25,66; 23,14; 26,39; 28,20; 28,03 ;3) Sebanyak 162 artikel (90%) berbahasa Indonesia dan 18 judul (10%) berbahasa Inggirs; 4) Total penulis 321 orang terdiri atas laki-laki 212 orang (66,04%) dan perempuan 109 orang (33,95%); 5) Tingkat kolaborasi penulis 2008 – 2013 adalah 0,61, 0,44, 0,50, 0,27, 0,34, 0,52, secara rata-rata adalah 0,45;6) Dijumpai tiga besar instansi tempat penulis bekerja yaitu Pusat Penelitian Oseanologi muncul 208 kali (64,20%), Pusat Penelitian Limnologi 57 kali (17,59%) dan Institut Pertanian Bogor sebanyak 16 kali (4,94%), dan 6 instansi (1,85%) dari Jepang. Kesimpulan: 1) Empat periode menunjukkan jumlah artikel berada di bawah rata-rata dan dua periode di atas rata-rata; 2) Tiga periode menunjukkan jumlah referensi yang digunakan di atas rata-rata dan tiga periode di bawah rata-rata.; 3)Artikel berbahasa Indonesia lebih banyak dibandingkan artikel berbahasa Inggris; 4) Penulis laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penulis perempuan; 5) Penulis individu lebih banyak dibandingkan dengan penulis berkolaborasi; 6) Instansi tempat bekerja penulis terbanyak adalah tempat jurnal OLDI diterbitkan. Kata kunci: Collaboration measure, journals, bibliometric, oceanolog, limnology. Latar belakang Ilmuwan adalah seseorang yang tidak bekerja sendirian atau terisolasi dan secara umum seluruh ilmuwan merupakan suatu komunitas dunia yang bekerja bersama-sama untuk suatu penyelidikan, belajar mengerti perihal yang masih bersifat misteri di alam ini, serta menyediakan basis teori sehingga memunculkan suatu struktur teknologi baru. Walaupun dinamika organisasi penelitian ilmiah di suatu negara dipengaruhi oleh faktor politik serta infrastruktur sosioekonomi, namun
1 2
ilmu pengetahuan (sains) tidak dipengaruhi oleh situasi tersebut, karena dia bersifat immutable (kekal) dan selalu bersifat supra-nasional. Berbeda dengan teknologi yang merupakan aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk mendapatkan suatu tujuan pragmatis dapat diwarnai dengan beberapa pertimbangan khususnya dampak dari teknologi terhadap berbagai faktor lingkungan misalnya ilkim, cuaca dan sumber daya alam. Ilmu pengetahuan bersifat universal dan adanya
Pustakawan Madya pada Perpustakaan PDII-LIPI Pustakawan Penyelia pada Perpustakaan PDII-LIPI
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
15
saling ketergantungan dari ilmuwan lain dari berbagai kultur dan geografi yang berbeda, mampu menyediakan suatu tatanan baru untuk mempelajari adanya suatu perkembangan ilmu pengetahuan. (Subramanyan, K. 1983). Adanya saling ketergantungan di antara para ilmuwan satu sama lain menimbulkan suatu komunikasi di antara mereka. Terdapat norma-norma tertentu yang diterima secara luas dan diikuti oleh ilmuwan di seluruh dunia. Setiap norma yang diaplikasikan memiliki peran dari para ilmuwan terdahulu. Melvin Weinstock dalam K. Subramanyan (1983), menyatakan bahwa terdapat banyak alasan mengapa para ilmuwan sering menyitir publikasi terdahulu. Salah satunya adalah sitiran referensi dapat dianalisis untuk mengetahui fenomena dari perkembangan ilmu pengetahuan, bagaimana menyebarluaskannya dan penggunaannya. (Subramanyan, K.1983) Komunikasi dan kolaborasi di antara peneliti sangat penting dalam pengembangan suatu subyek ilmu dan berperan dalam menyebarluaskan hasil penelitian mereka. Sebagai contoh kasus diambil komunikasi peneliti di bidang kelautan mengingat negara Indonesia merupakan negara kelautan yang membutuhkan keberadaan peneliti di bidang kelautan. Para peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI melakukan komunikasi ilmiah bidang osenologi salah satunya melalui Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia yang biasa disingkat menjadi (OLDI). Jurnal OLDI tidak hanya memuat tulisan hasil penelitian yang bersifat perairan kelautan, namun juga memuat tulisan hasil penelitian dari perairan darat. Jurnal OLDI diterbitkan atas kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi dan Pusat Penelitian Limnologi yang berada di bawah struktur kelembagaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Kedua pusat penelitian tersebut sama-sama bergerak di dalam penelitian perairan. Untuk Oseanogrfi khusus perairan laut dan Limnologi khusus perairan darat. Pada tahun 2013 jurnal OLDI sudah diterbitkan sampai dengan volume 39, dengan frekuensi terbit adalah 3 kali dalam satu tahun. Jurnal OLDI sudah mendapatkan status terakreditasi secara nasional yang harus diperbaharui setiap tiga tahun sekali. Pada tahun 2012 tercantum nomor akreditasi OLDI adalah 435/AU/2/P2MI-LIPI/08/2012. Adanya persyaratan akreditasi dimaksudkan untuk menjaga kualitas jurnal. Secara umum untuk mengetahui kualitas dari suatu publikasi dapat dilihat dari analisis bibliometrika. Adapun sebagai indikator bibliometrika digunakan quantity indicator yang dapat digunakan untuk mengukur produktivitas dari peneliti. Jumlah artikel yang dimuat merupakan salah satu indikator, jumlah referensi yang digunakan juga merupakan indikator kualitas artikel
16
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
yang dimuat, demikian pula dengan instansi tempat bekerja penulis dan tingkat kolaborasi penulis/peneliti (Durieux, Valerie dan Gevenois, Pierre Alain; 2010) Permasalahan Setelah dilakukan penelusuran pendahuluan mengenai apakah sudah ada kajian tentang indikator bibliometrika terhadap jurnal OLDI selama 2008 – 2013 penulis tidak menemukannya. Oleh karena itu diperlukan analisis tentang hal-hal tersebut untuk mengetahui kualitas jurnal tersebut. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Jumlah artikel jurnal OLDI 2008 – 2013 2. Jumlah referensi yang digunakan dalam artikel OLDI 2008 – 2013 3. Komposisi artikel berbahasa Inggris dan Indonesia OLDI 2008 - 2013 4. Jenis kelamin penulis artikel OLDI 2008 - 2013 5. Tingkat kolaborasi penulis artikel OLDI 2008 - 2013 6. Instansi tempat bekerja penulis Jurnal Oseanologi dan Limnologi Oseanologi dan Limnologi di Indonesia merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Oseanografi dan Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dengan frekuensi terbit sebanyak 3 nomor setiap tahun yaitu pada bulan April, Agustus dan Desember. Sampai akhir tahun 2013, majalah OLDI telah mencapai volume 39. Selain dalam bentuk tercetak majalah OLDI juga diterbitkan secara elektronik yang dapat diakses melalui alamat http://www: limnologi.lipi.go.id Seperti yang tercermin dalam nama majalahnya, maka bidang tulisan yang dimuat di dalam majalah ini adalah tulisan yang berhubungan dengan berbagai kegiatan penelitian perairan laut maupun perairan darat. Tipe manuskrip yang dimuat merupakan hasil-hasil penelitian, hasil-hasil studi pustaka mengenai perairan di Indonesia meliputi oseanorafi, limnologi, biologi perairan, produktivitas perairan, pencemaran perairan serta masalah-masalah yang berkaitan dengan hal-hal tersebut. Artikel yang dimuat di dalam jurnal OLDI dapat ditulis dalam bahasa Indonesia dengan mengacu kepada ejaan yang disempurnakan dan juga bisa menggunakan bahasa Inggris dengan mengacu kepada ejaan dari Oxford Dictionary. (Anonim: 2012)
Terbitan berkala ilmiah Terbitan berkala merupakan salah satu sumber informasi yang sering digunakan sebagai referensi dalam suatu penulisan artikel. Di Indonesia melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2011 keberadaan tentang terbitan berkala tersebut diatur. Di dalam Pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan terbitan berkala adalah suatu bentuk pemberitaan atau komunikasi yang memuat karya ilmiah dan diterbitkan secara berjadwal dalam bentuk tercetak dan/atau elektronik. Terbitan berkala dapat diterbitkan oleh perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan atau organisasi profesi. (Pasal 2), sehingga artikel yang dimuat di dalamnya adalah hasil tulisan penulis yang dapat berafilias dengan perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, organisasi profesi atau industri. Adapun tujuan diterbitkannya terbitan berkala menurut Pasal 3 adalah untuk meregistrasi kegiatan kecendekiaan, menyertifikasi hasil kegiatan yang memenuhi persyaratan ilmiah, mendiseminasikannya secara meluas kepada khalayak ramai, dan mengarsipkan semua temuan hasil kegiatan kecendekiaan ilmuwan yang dimuatnya. Guna meningkatkan mutu/kualitas dan relevansi serta meningkatkan daya saing ilmuwan Indonesia maka perlu dilakukan akreditasi terbitan ilmiah di Indonesia. Akreditasi terbitan berkala ilmiah dilakukan berdasarkan penilaian terpenuhinya persyaratan mutu minimum yang ditentukan untuk dimensi substansi, fisik, penampilan dan pengelolaan sesuai dengan pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah. Untuk melengkapi secara fisik dari suatu tertian berkala diperlukan identitas yang biasa disebut dengan International Standard Serial Number (ISSN), dan untuk mendapatkan nomor tersebut penerbit dapat mendaftarkan ke Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI. Sebagai contoh terbitan berkala ilmiah yang terbit di dunia di antaranya, The Journal of Psychology, Journal of Social Works, Journal of Corrosion Scince, dll Untuk terbitan berkala Indonesia beberapa diantaranya adalah BACA, Oseana, VISI PUSTAKA, dll. (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2011) Bagi terbitan berkala non ilmiah/popular/semipopuler belum ada aturan baku yang dapat dijadikan acuan untuk membahas terbitan berkala non ilmiah, namun terbitan ini dapat diketahui dari isi yang terkandung di dalamnya. Majalah popular biasanya memuat kejadian-kejadian terkini, menggunakan bahasa popular dan disajikan oleh
para jurnalis. Sebagai contoh salah satu judul majalah (magazine) yang memenuhi kriteria tersebut adalah National Geographic. Serupa dengan terbitan berkala ilmiah maka untuk yang non ilmiah juga dapat didaftarkan nomor serialnya (ISSN). Bibliometrika Biblometrika adalah satu set metode matematika dan statistika yang digunakan untuk menganalisis dan mengukur kuantitas dan kualitas dari buku-buku, artikel-artikel serta berbagai bentuk publikasi lainnya. Diketahui terdapat tiga jenis indikator bibliometrika yaitu: a) indikator kuantitas, digunakan untuk mengukur produktivitas dari seorang peneliti/penulis.; b) indikator kualitas digunakan untuk mengukur kinerja atau output dari seorang peneliti; c) indikator struktural yang digunakan untuk mengukur hubugan antara publikasi, penulis, dan bidang riset/penelitian. Indikator bibliometrika sangat penting bagi peneliti maupun organisasi karena dapat digunakan untuk menentukan pembiayaan/anggaran, penunjukkan dan promosi bagi para peneliti serta organisasi. Selebihnya indikator bibliometrika juga dapat digunakan untuk mengetahui asal-usul geografi dari penelitian serta mendeteksi pertumbuhan maupun penurunan dari scientific impact suatu negara. Indikator bibliometrika juga dapat digunakan untuk mengetahui fokus suatu riset serta mendeteksi jika ada kesalahan alokasi anggaran maupun sumber daya lainnya. Manfaat lainnya adalah untuk memperkirakan sukses atau tidaknya suatu penelitian. Dengan semakin banyaknya temuan hasil penelitian yang disebarluaskan, dipublikasikan kemudian dibaca serta disitir oleh para peneliti lainnya menambah pentingnya peran indikator bibliometrik. (Durieux, Valerie dan Gevenois, Pierre Alain; 2010). Jumlah artikel dan kolaborasi penulis Jumlah artikel atau publikasi merupakan salah satu bentuk indikator kuantitatif untuk mengukur produktivitas dari seorang peneliti maupun suatu kelompok peneliti. Metode pengukurannya sederhana yaitu dengan menghitung jumlah artikel yang dipublikasikan oleh seorang peneliti maupun sekelompok peneliti selama kurun waktu tertentu (Durieux, Valerie dan Gevenois, Pierre Alain; 2010). Jumlah artikel yang dipublikasikan ke dalam suatu jurnal yang telah terakreditasi tentu berbeda nilainya dengan artikel yang dimuat dalam jurnal yang belum terakreditasi. Kolaborasi penulis merupakan salah satu indikator dalam suatu hasil karya penelitian dalam suatu bidang
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
17
tertentu. Kolaborasi penulis dapat menggambarkan adanya tingkat kesulitan suatu penelitian dari suatu subyek tertentu. Subramanyam, K. (1983) melaporkan bahwa kolaborasi penulis juga mempengaruhi kinerja dan produktivitas ilmuwan. Berdasarkan tingkat partisipasi penulis jenis kolaborasi dibedakan menjadi enam yaitu kolaborasi antara guru-murid, kolaborasi di antara para kolega, kolaborasi antara pengawas dan asistennya, kolaborasi antara organisasi nasional dan internasional. Menurutnya derajat kolaborasi bervariasi dari satu disiplin ilmu ke disiplin ilmu yang lainnya. Secara umum derajat kolaborasi tinggi pada ilmu-ilmu sains dan ilmu-ilmu keteknikan, namun rendah pada ilmu-ilmu humaniora. Menurut Lawani (1972) dalam Harande, Y.I. (2001) jika indeks kolaborasi dari sekumpulan makalah kertas kerja tinggi maka proporsi dari kualitas makalah juga tinggi, sehingga indeks kolaborasi dapat digunakan untuk mengukur kualitas dari sekumpulan makalah. Hasil penelitian Harande, Y.I (2001) pada Current Technology Index (CTI) yang memuat abstrak dari literatur bidang teknologi periode 1993 – 1995 menunjukkan bahwa derajat koaborasai penulis pada literatur teknologi tergolong rendah. Penulis individu mendominasi dari kajian yang dilakukannya Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa telah terjadi kecenderungan kenaikan kolaborasi peneliti dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil penelitian dari 5 judul majalah internasional bidang perpustakaan dan informasi penulis tunggal menempati 86,46% (Raptis, 1992 dalam Sri Purnomowati, 2000) dan menurut penelitian Gupta penulis tunggal berjumlah 60,48% (Gupta, 1977 dalam Sri Purnomowati, 2000). Kajian yang dilakukan oleh Elango and Rajendran (2012) pada Indian Journal of Marine Science periode 2001 – 2010 sebanyak 40 terbitan ditemukan bahwa penulis berkolaborasi lebih banyak dibandingkan dengan penulis tunggal adapun jumlah penulis per artikel adalah 3,4. Selanjutnya berdasarkan Kajian yang berjudul Analisis Abstrak Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X tahun 2012, diketahui bahwa dari 110 orang penulis yang menulis secara individu berjumlah 18 orang (16,36%) selebihnya sebanyak 83,64 % menulis secara kolaborasi (Rahayu et al, 2013). Berikutnya berdasarkan penelitian yang berjudul Tingkat Kolaborasi dan Produktivitas Pengarang Majalah BACA Periode 1995 - 2000 diketahui bahwa selama 1995 – 2000 dimuat sebanyak 52 judul artikel dengan jumlah penulis sebanyak 35 orang. Rata-rata artikel setiap tahun yang dimuat dalam majalah BACA berjumlah 8,6 judul. Tingkat kolaborasi penulis tergolong rendah yaitu
18
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
pada angka 0,153. Hal ini menunjukkan bahwa penulis individu lebih banyak dibandingkan dengan penulis yang berkolaborasi. (Rahayu, Rochani Nani dan Nurhayati; 2013). Mencermati hasil penelitian Rochani Nani Rahayu dan Eti Budiartini yang berjudul; Kolaborasi penulis pada Prosiding Hasil Penelitian Terbaik 2012 Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, 2014 disebutkan bahwa dari 33 artikel yang dimuat di dalam prosiding, ditulis oleh 101 orang penulis dengan tingkat. Kolaborasi penulis diperoleh 0,89, hal ini menunjukkan bahwa penulis yang menulis secara kolaborasi lebih banyak dibandingkan dengan penulis yang menulis secara individu. Adanya kolaborasi antar peneliti tidak hanya membawa manfaat bagi si peneliti tersebut, namun juga bagi instansi tempat peneliti tersebut bekerja. Hasil penelitian Maryono dan Sri Juhandi (2012) menunjukkan bahwa pada bidang kimia di Indonesia yang diwakili oleh Indonesian Journal of Chemistry antara 2007 – 2011 dijumpai adanya kecenderungan kenaikan tingkat kolaborasi penulis dari tahun ke tahun yaitu sebagai berikut. Pada tahun 2007 tingkat kolaborasi penulis adalah 0,77 kemudian di 2008 sebesar 0,75, selanjutnya pada 2009 sebesar 0,81, berikutnya pada 2010 dan 2011 berturut-turut adalah 0,85 dan 0,92. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa selama 2007 – 2011 terdapat 342 artikel yang ditulis oleh 1.042 penulis, sehingga rata-rata jumlah penulis per artikel adalah 3,046. Hal ini menyatakan bahwa penulis lebih banyak bekerja secara kolaborasi dibandingkan dengan bekerja secara individu. Adapun cara untuk menghitung tingkat kolaborasi penulis mengikuti Subramanyam, K; (1983). Nm C = ----------Nm +Ns C = tingkat kolaborasi Nm = total hasil penelitian yang dilakukan secara kolaborasi Ns = total hasil penelitian yang dilakukan secara individu Jika dijumpai nilai C = 0, hal ini berarti bahwa hasil penelitian pada bidang tersebut seluruhnya dilakukan secara individual. Apabila nilai C berkisar 0 < 0,50 maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian lebih banyak dilakukan secara individual dibandingkan dengan cara kolaborasi dan jika nilai C > 0,50 maka penelitian lebih
banyak dilakukan secara kolaborasi demikian pula apabila nilai C = 1 maka hasil penelitian seluruhnya dilakukan secara kolaborasi. Jenis kelamin penulis Berdasarkan perbedaan jenis kelamin penulis dapat diketahui seberapa besar peran penulis laki-laki dibandingkan dengan penulis perempuan dalam penulisan artikel hasil penelitian yang mereka sumbangkan ke berbagai publikasi ilmiah baik jurnal, prosiding, atau terbitan lainnya. Mengacu pada penelitian yang berjudul Tingkat Kolaborasi dan Produktivitas Pengarang Majalah BACA Periode 1995 -2000 diketahui bahwa selama 1995 – 2000 dimuat sebanyak 52 judul artikel dengan jumlah penulis sebanyak 35 orang, terdiri atas penulis laki-laki berjumlah 20 orang (57,14%), dan penulis perempuan 15 orang (42,86%). Hal ini menunjukkan bahwa penulis lakilaki lebih dominan dibanding dengan penulis perempuan (Rahayu, Rochani Nani dan Nurhayati; 2013). Pada penelitian yang dilakukan oleh Rochani Nani Rahayu dan Yupi Royani yang berjudul Produktivitas Pengarang pada Majalah Visi Pustaka 2008 – 2012 pada 2013 menunjukkan bahwa penulis laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penulis perempuan. Hal ini diketahui dari 96 artikel yang dimuat ditulis oleh 62 penulis laki-laki (60,9%) dan 40 penulis perempuan (39,22%). Pada Analisis Abstrak Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2012 diketemukan bahwa dari 45 judul makalah yang ditulis oleh 110 orang penulis sebanyak 66 orang adalah laki-laki (60,00%) dan 44 orang sisanya adalah penulis perempuan (40,00%). Adapun penelitian dari Rochani Nani Rahayu dan Eti Budiartini yang berjudul Kolaborasi penulis pada Prosiding Hasil Penelitian Terbaik 2012 Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan yang dilakukan pada 2014 menemukan bahwa dari sebanyak 101 orang penulis yang berpartisipasi dalam seminar tersebut sebanyak 59 orang (58,41%) adalah laki-laki dan 42 orang adalah perempuan (41,59%). Berdasarkan hasil Kajian Prosiding Seminar Nasional Matematika Universitas Parahiyangan 2008 – 2011 dijumpai bahwa dari jumlah makalah sebanyak 210 judul ditulis oleh penulis laki-laki sebanyak 193 orang (58,84%) dan perempuan 135 orang (41,16%) (Rahayu, Rochani Nani dan Hendiyarto Putroutomo; 2014). Dari beberapa kajian di atas dapat diketahui baik hasil penelitian yang disebarluaskan melalui jurnal maupun prosiding keduaduanya lebih banyak memuat hasil penelitian yang ditulis oleh laki-laki dibandingkan dengan penulis perempuan.
Metodologi Penelitian menggunakan metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak memberikan perlakuan apapun terhadap data yang ada. Oleh karena itu hasil yang didapat juga merupakan gambaran apa adanya dari obyek yang diteliti. Sumber data Sebagai sumber data adalah seluruh terbitan jurnal OLDI periode 2008 – 2013. Seperti diketahui untuk setiap tahun jurnal OLDI terbit sebanyak 3 nomor. Oleh karena itu secara rinci sumber data adalah jurnal OLDI volume 34 nomor 1,2,3 tahun 2008, kemudian volume 35 nomor 1, 2, 3 tahun 2009, volume 36 nomor 1, 2, 3 tahun 2010, volume 37 nomor 1, 2, 3 tahun 2011, dan volume 38 nomor 1, 2 dan 3. Pengumpulan dan pengolahan data Data dikumpulkan dari setiap jurnal dengan mengamati satu-persatu jumlah artikel yang dimuat, jumlah penulis, jenis kelamin penulis, bahasa yang digunakan dalam penulisan artikel dan instansi tempat bekerja penulis. Selanjutnya data yang dikumpulkan direkam dalam lembar kerja di bawah ini. (Tabel 1). Tabel 1. Lembar kerja pengumpulan data jurnal OLDI 2008 - 2013 Vol……..No…...Tahun…… Judul
Jumlah Bhs. Bhs. Penulis Instansi L P Ref. Indonesia Inggris
Data yang telah dikumpulkan dikelompokkan ke dalam masing-masing variabel sesuai lembar kerja, kemudian disajikan dalam tabel dan gambar menurut distribusi frekuensi dan dilengkapi dengan prosentase dari masing-masing variabel. Adapun untuk menghitung tingkat kolaborasi digunakan rumus dari Subramanyan, K. Setelah dilakukan pengolahan data dilanjutkan dengan pembahasan dan penarikan kesimpulan. Hasil dan Pembahasan Jumlah artikel jurnal OLDI 2008 - 2013 Untuk mengetahui jumlah artikel yang dimuat dalam jurnal OLDI 2008 – 2013 dapat dilihat dari Tabel 2 berkut ini. Di tahun 2008 tercatat sebanyak 28 judul artikel (15,55%), kemudian pada tahun 2009 dijumpai 27 judul (15%), berikutnya pada 2010 sebanyak 28 judul, (15,55%), pada 2011 sebanyak 33 judul (18,33%) dan pada tahun 2012 dijumpai sebanyak 35 judul (19,44%) dan pada 2013 terdapat sejumlah 29 judul (16,11%).
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
19
Tabel 2. Jumlah artikel jurnal OLDI 2008 - 2013
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah Rata-rata
Artikel 28 27 28 33 35 29 180 30
Prosentase 15,55 15,00 15,55 18,33 19,44 16,11 100 16,67
Gambar 2. Jumlah referensi yang digunakan dalam artikel ODI 2008 -2013 Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah referensi yang digunakan pada tahun 2008 adalah 658 judul (14,09%), tahun 2009 berjumlah 693 judul (14,84%), pada tahun 2010 berjumlah 648 judul (14,64%), berikutnya pada tahun 2011 dijumpai 871 judul referensi (18,65%) dan pada tahun 2012 berjumlah 987 judul (21,13%) dan di tahun 2013 berjumlah 17,40%. Gambar 1. Jumlah artikel jurnal OLDI 2008 – 2013 Setelah dilakukan penghitungan rata-rata jumlah artikel yang dimuat dalam OLDI adalah 30 judul. Jumlah artikel 2008, 2009, 2010, dan 2013 berada di bawah jumlah rata-rata dan untuk 2011 dan 2012 berada di atas nilai rata-rata. Jumlah referensi yang digunakan dalam artikel OLDI 2008 – 2013 Untuk mengetahui jumlah referensi dalam maupun luar negeri yang digunakan dalam artikel yang dimuat dalam OLDI 2008 – 2013 dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Jumlah referensi yang digunakan dalam artikel OLDI 2008 - 2013 Tahun
Jumlah referensi
Prosentase (%)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah Rata-rata
658 693 648 871 987 813 4670 778
14,09 14,84 14,64 18,65 21,13 17,40 100 16,65
20
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
Jumlah referensi rata-rata yang digunakan adalah 778 judul, sehingga jumlah referensi pada tahun 2008, 2009 dan 2010 berada di bawah nilai rata-rata dan untuk tahun 2011, 2012 dan 2013 jumlah referensi yang digunakan lebih besar dari jumlah rata-rata. Untuk mengetahui jumlah referensi yang digunakan setiap tahun dapat dilihat dari Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Jumlah referensi per artikel 2008 – 2013 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah Rata-rata
Jumlah referensi 658 693 648 871 987 813 4670 778
Jumlah artikel 28 27 28 33 35 29 180 30
Jumlah ref./ artikel 23,50 25,66 23,14 26,39 28,20 28,03 154,82 25, 94
Jumlah referensi yang digunakan dalam 180 artikel adalah 4.670 judul sehingga satu judul artikel menggunakan 25,94 referensi. Komposisi artikel berbahasa Inggris dan Indonesia Walaupun jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia adalah terbitan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia namun di jurnal tersebut dimuat artikel
dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Untuk mengetahui komposisi antara artikel yang berbahasa Inggris dan artikel yang berbahasa Indonesia dapat dilihat dari Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Artikel berbahasa Indonesia vs Inggris
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah Rata-rata
Inggris 3 (1,66%) 4 (2,22%) 5 (2,77%) 3 (1,66%) 2 (1,11%) 1(0,55%) 18(10%) 3
Indonesia 25 (13,88%) 23 (12,77%) 23 (12,77%) 30 (16,66%) 33 (18,33%) 28 (15,55%) 162 (90,0%) 27
Jumlah 28 (15,55%) 27 (15,00%) 28 (15,55%) 33 (18,33%) 35 (19,44%) 29 (16,11%) 180 (100%)
Secara keseluruhan dijumpai sebanyak 180 artikel dengan komposisi berbahasa Inggris sebanyak 18 judul (10,00%) dan yang berbahasa Indonesia berjumlah 162 judul (90,00%). Jika dibandingkan dari tahun 2008 sampai tahun 2013, maka terlihat bahwa jumlah artikel berbahasa Inggris terbanyak berada pada tahun 2010 yaitu sebanyak 5 judul (2,27%), diikuti oleh tahun 2009 pada posisi kedua dengan jumlah 4 judul (2,22%), pada tempat ketiga adalah
berada di atas jumlah rata-rata. Jenis kelamin penulis artikel 2008 - 2013 Berdasarkan Tabel 5 berikut ini secara keseluruhan dapat diketahui bahwa dari total penulis sebanyak 321 orang terdiri atas 212 orang laki-laki (66,04 %) dan perempuan 107 orang (33,95%). Jika dicermati setiap tahunnya maka pada 2008 terdapat 56 orang (17,44%) penulis terdiri atas 41 laki-laki (12,77%) dan perempuan sebanyak 15 orang (4,67%). Tabel 6. Jenis kelamin penulis artikel OLDI 2008 - 2013 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah Rata-rata
Laki-laki Perempuan 41(12,77%) 15 (4,67%) 28 (8,72%) 20 (6,23%) 40 (12,46%) 16 (4,98%) 27 (8,41%) 20 (6,23%) 34 (10,59%) 17 (5,29%) 42 (13,08%) 21(6,54%) 212 (66,04%) 109 (33,95%) 35,33 18,17
Jumlah 56 (17,44%) 48 (14,95%) 56 (17,44%) 47 (14,64%) 51 (15,89%) 63(19,63%) 321(100%) 53,50
Gambar 5. Jenis kelamin penulis artikel OLDI 2008 - 2013
Gambar 4. Artikel berbahasa Inggris vs bahasa Indonesia OLDI 2008 - 2013 tahun 2011 dan 2008 dengan jumlah artikel 3 judul (1,66%), pada posisi ke empat berada pada tahun 2012 yaitu sebanyak 2 judul (1,11%) dan posisi terakhir adalah pada tahun 2013 dengan jumlah artikel sebanyak 1 judul (0,55%). Selama 2008 – 2013 rata-rata artikel berbahasa Inggris adalah 3 judul dan artikel berbahasa Indonesia berjumlah 27 judul. Pada 2012 dan 2013 artikel berbahasa Inggris lebih sedikit dari rata-rata dan untuk tahun 2009 – 2010 ≥ nilai rata-rata. Adapun untuk yang berbahasa Indonesia tahun 2008, 2009, 2010 berada di bawah jumlah rata-rata dan untuk tahun 2011, 2012 dan 2013
Berikutnya untuk tahun 2009 dijumpai sebanyak 48 orang (14,95%) terdiri atas 28 laki-laki (8,72%), perempuan 20 orang (6,23%). Pada tahun 2010 jumlah penulis adalah 56 orang (17,44%), terdiri atas 40 orang laki-laki (12,46%) dan 16 orang perempuan (4,98%). Pada tahun 2011 penulis berjumlah 47 orang (14,64%) terdiri atas 27 orang laki-laki (8,41%), dan 20 orang perempuan (6,23%). Pada tahun 2012 dijumpai sebanyak 51 orang penulis (15,89%) terdiri atas 34 orang laki-laki (10,59%) dan 17 orang perempuan (5,29%). Pada tahun 2013 dari 63 penulis (19,63%), terdapat penulis laki-laki sebanyak 42 (13,08%) dan perempuan sebanyak 21orang (6,54%). Dari pengamatan diketahui bahwa jumlah penulis terbanyak adalah pada tahun 2013 yaitu 63 orang (19,63%), kemudian pada tempat kedua adalah pada tahun 2008 dan
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
21
2010 yaitu masing-masing berjumlah 56 orang (17,44%), posisi ketiga 2012 yaitu sebanyak 51 orang (15,89%) dan pada posisi keempat adalah tahun 2009 yaitu sebanyak 48 orang (14,95%), berikutnya pada tahun 2011 berada di posisi kelima yaitu 47 orang (14,64%).
Berdasarkan Gambar 7 artikel individu terus bergerak naik dan turun dimulai sejak tahun 2008. Selama 5 tahun artikel yang ditulis secara individu berjumlah 101 judul dan artikel yang ditulis secara kolaborasi berjumlah 79.
Untuk penulis laki-laki rata-rata selama 6 tahun adalah 35,33 orang dan untuk tahun 2008, 2010 dan 2013 adalah tahun dengan jumlah penulis laki-laki di atas ratarata.Untuk penulis dengan jumlah penulis rata-rata lebih rendah berada pada tahun 2009, 2011 dan 2014. Untuk penulis perempuan, rata-rata berjumlah 18,17 orang dengan demikian pada tahun 2008, 2011, dan 2013 berada di atas rata-rata dan untuk 2009, 2011 dan 2013 penulis perempuan berada di bawah rata-rata. Kolaborasi penulis OLDI 2008 – 2013 Untuk mengetahui penulis yang melakukan kolaborasi dapat dilihat dari tingkat kolaborasi dengan menggunakan rumus Subramanyam di atas. Setelah dilakukan resume tingkat kolaborasi penulis selama 2008 – 2013 maka telah terjadi kecenderungan penurunan nilai tingkat kolaborasi masing-masing 0,61 di tahun 2008, kemudian menurun menjadi 0,44 pada tahun 2009, berikutnya pada tahun 2010 sedikit meningkat menjadi 0,50, kemudian pada tahun 2011 kembali menurun menjadi 0,27 dan sedikit meningkat pada tahun 2012 menjadi 0,34 dan naik kembali menjadi 0,52 pada 2013. Kecenderungan penurunan ini seharusnya dihindari mengingat hasil tulisan yang dikerjakan oleh lebih dari satu orang diharapkan menghasilkan tulisan yang memilki kualitas yang lebih baik dibandingkan apabila ditulis seorang diri. Tabel 7. Tingkat kolaborasi penulis jurnal OLDI 2008 - 2013
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rata – rata
Artikel kolaborasi 17 12 14 9 12 15 79
Artikel individu 11 15 14 24 23 14 101
Tingkat kolaborasi 0,61 0,44 0,50 0,27 0,34 0,52 79/180 = 0,45
Secara rata-rata tingkat kolaborasi selama periode 2008 – 2013 adalah sebesar 0,45. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah artikel yang ditulis secara individu masih lebih banyak dibandingkan artikel yang ditulis secara kolaborasi.
22
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
Gambar 7. Artikel kolaborasi vs individu OLDI 2008 – 2013 Walaupun tingkat kolaborasi penulis <0,50 namun nilai tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rochani Nani Rahayu dan Nurhayati (2013) yang berjudul Tingkat Kolaborasi dan Produktivitas Pengarang Majalah BACA Periode 1995 - 2000; diketahui bahwa tingkat kolaborasi penulis tergolong rendah yaitu pada angka 0,153. Instansi tempat penulis bekerja tahun 2008 – 2013 Selama 2008 – 2013 dijumpai 26 instansi dengan frekuensi masing-masing adalah sebagai berikut. (Tabel 8). P2O sebanyak 208 kali (64,20%), P2Limnologi 57 kali (17,59%), IPB 16 kali (4,94%) P2Biologi 10 kali (3,09%), Universitas Negeri Jakarta, FMIPA UI, P2Bioteknologi, Balai Benih Ikan Pantai Belitung – DKP, Bapeda Cianjur, UNAS, UNHAS, Marine Affairand Fishery Agent, WWF, dan STIP Kutai masing-masing 1 kali (0,30%). Adapun BRKP –DKP, UNIKA ATMAJAYA dan Universitas Nusa Bangsa Bogor, Balit Pemeliharaan dan Konservasi Sumberdaya Ikan, masing-masing 2 kali (0,76%), UNPAD, Pusat Riset Tangkap DKP dan UNPATI masing-masing 3 kali (0,92%). Terdapat pula instansi dari luar negeri yaitu Jepang sebanyak 5 institusi yaitu Takehara Marine Science Statistic Hiroshima University Japan Agency for MarineEarth Science Technology, Japan Agency for MarineEarth Science Technology, School of Marine Bioscienses Kitasato University, College of Bioresources Science Nihon University masing-masing sebanyak 1 kali (0,30%) dan Balit Pemeliharaan dan Konservasi Sumberdaya Ikan sebanyak 2 kali (0,60%).
Tabel 8. Instansi tempat penulis bekerja tahun 2008-2013 Instansi
P2O – LIPI P2Limnologi LIPI IPB P2Biologi LIPI Pusat Riset Perikanan TangkapDKP Uiversitas Negeri Jakarta FMIPA UI P2Bioteknologi LIPI Balai Benih Ikan Pantai Belitung – DKP BRKP –DKP Bapeda Kabupaten Cianjur UNIKA ATMAJAYA UNAS UNHAS UNPATI UNPAD Universtas Nusa Bangsa Bogor Marine Affair and Fishery Agent Indonesia WWF Indonesia STIP Kutai Timur Kalimantan Timur Balit Pemeliharaan Konservasi Sumberdaya Ikan Takehara Marine Sci. Stat. Hiroshima Univ. Atmosphereic & Ocean Res. Inst. Univ.of Tokyo Japan Agency for Marine-Earth Sci. Technology School of Marine Bioscienses Kitasato Univ. College of Bioresources Sci. Nihon Univ. Jumlah
Jumlah Prosentase 208 64, 20 57 17,59 16 4,94 10 3,09 3 0,92 1 1 1 1
0,30 0,30 0,30 0,30
2 1 2 1 1 3 3 2 1
0,60 0,30 0,60 0,30 0,30 0,92 0,92 0,60 0,30
1 1
0,30 0,30
2
0,60
1
0,30
2
0,60
1
0,30
1
0,30
1
0,30
324
100
Secara berurutan posisi tiga besar adalah sebagai berikut: Posisi pertama adalah Pusat Penelitian Oseanologi yaitu 208 kali (64,20%), P2Limnologi sebanyak 57 kali (17,59%) dan Institut Pertanian Bogor sebanyak 16 kali (4,94%). Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan bahwa: 1. Empat periode menunjukkan jumlah artikel berada di bawah rata-rata dan dua periode di atas rata-rata. 2. Tiga periode menunjukkan jumlah referensi yang
3. 4. 5. 6.
digunakan di atas rata-rata dan tiga periode di bawah rata-rata. Artikel berbahasa Indonesia lebih banyak dari artikel berbahasa Inggris. Penulis laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penulis perempuan. Penulis individu lebih banyak dibandingkan dengan penulis berkolaborasi. Instansi tempat bekerja penulis terbanyak merupakan instansi penerbit jurnal OLDI yaitu yaitu Pusat Peneltian Oseanologi pada posisi pertama dan Pusat Penelitian Limnologi pada posisi kedua. Terdapat penulis dari luar negeri (Jepang).
Daftar Pustaka Anonim. (2012). Jurnal Oseanologi dan Limnologi, 38 (3) Durieux, Valerie dan Gevenois, Pierre Alain. (2010). Bibliometric Indicators: Quality Measurement of Science Publication. Radiology, 255 (2) 342-351 Elango, B and Rajendran, P. (2012). Authorship Trends and Collaboration Pattern in the Marine Science Literatur: A scientometric study. International Journal of Information Dissemination and Technology; 2 (3)166-169. Harande, Y.I. (2001). Author Productivity and Collaboration: An Investigation of the Relationship using the Literature of Technology; Libri; 51: 124-127. Maryono dan Sri Junandi. (2012). Indonesian Journal of Chemistry 2007 – 2011: Analisis kolaborasi dan institusi; Visi Pustaka 14 (3) Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2011. Jakarta Rahayu, Rochani Nani. (2013). Analisis Abstrak Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X tahun 2012. Laporan penelitian; Jakarta: Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI. Rahayu, Rochani Nani dan Nurhayati. (2013). Tingkat Kolaborasi dan Produktivitas Pengarang Majalah BACA Periode 1995 -2000. Laporan penelitian; Jakarta; Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI. Rahayu; Rochani Nani dan Eti Budiartini. (2014). Kolaborasi penulis pada Prosiding Hasil Penelitian Terbaik 2012 Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan; Jakarta; Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI. Sri Purnomowati dan Yuliastuti, Rini. (2000). Pola Kepengarangan dalam majalah BACA tahun 1974 – 1999. BACA, 25 (1-2): 13-24. Subramanyan. K. (1983). Bibliometric studies of research collaboration: A review. Journal of Information Science, 6, 33-38.
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
23
Oleh: danuar1 Email:
[email protected]
Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa Berbasis Motivasi Total (Total Motivation): Penerapan di Perpustakaan Atap Langit, Desa Air Mesu Timur, Kabupaten Bangka Tengah Abstrak Perkembangan perpustakaan desa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih belum menjanjikan. Kendala yang sering ditemui adalah masalah dana, kurang dan lemahnya kompetensi SDM perpustakaan desa, minimnya minat baca, dan kurangnya kepedulian pihak penentu kebijakan. Menurut penulis, hal utama yang menjadi permasalahan adalah karena dasar pengembangannya tidak didasari motivasi yang kuat. Penerapan motivasi total yang dilakukan oleh pustakawan sangat mendukung pengembangan perpustakaan desa. Motivasi total merupakan kegiatan memotivasi dan mempengaruhi orang lain (stakeholders) secara terus menerus, intensif, dan kontinyuitas. Untuk menerapkan motivasi total, pustakawan harus memiliki berbagai kemampuan dasar, diantaranya 1). Kepemimpinan 2). Komunikasi Asertif 3). Inovasi dan Kreativitas 4). Soft Skill 5). Komunikasi Persuasif. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah bagaimana strategi pengembangan perpustakaan desa berbasis motivasi total di Perpustakaan Atap Langit Desa Air Mesu Timur? Hasil yang ingin dicapai adalah lahirnya perhatian besar dari penentu kebijakan dan masyarakat, minat baca yang tinggi, jumlah koleksi perpustakaan yang terus meningkat, dan motivasi para pengelola perpustakaan yang terus terjaga. Kata Kunci: pengembangan perpustakaan, motivasi total, desa, pustakawan, komunikasi Pendahuluan Bila dinilai dari tatanan legalitas, perpustakaan di Indonesia sudah menggembirakan dengan lahirnya undang-undang UU Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan dan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2014 tentang pelaksanaan undang-undang tersebut. Namun demikian pada tataran operasional dan lapangan masih menemukan banyak kendala. Begitu juga halnya 1 2
dengan perpustakaan desa/kelurahan, dengan lahirnya Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 3 Tahun 2001 mengenai Perpustakaan Desa/Kelurahan, dimana aspek-aspek pengembangan perpustakaan dan kepustakawanan sudah dikaji dan diatur rapi secara terperinci dalam pasal-pasal perundangundangan tersebut.
Pustakawan Muda pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Pemenang Harapan Pertama pada Pemilihan Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat Nasional 2014
24
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
Di antara kendala yang sering dipaparkan dari hasil berbagai penelitian adalah masalah dana, kurang dan lemahnya kompetensi SDM, minimnya minat baca, dan kurangnya kepedulian pihak penentu kebijakan. Tetapi dibalik semua kendala tersebut, karya ilmiah ini meyakini bahwa ada satu penyebab dasar (root of the problem) yang menyebabkan kurang berkembanganya program pengembangan perpustakaan desa. Permasalahannya adalah karena dasar pengembangannya tidak didasari pada motivasi yang kuat, tetapi lebih banyak berdasarkan tahapan atau konsep-konsep teoritis atau prosedur pengembangan perpustakaan semata (library development concepst/procedures). Pengembangan perpustakaan desa tidak bisa lagi hanya menunggu nasib dari Sang Penentu Kebijakan, “konsep cantik” tapi hanya sekedar bahan bacaan, maupun cita-cita tinggi tanpa ada tindakan. Pengembangan perpustakaan desa butuh sesuatu yang berbeda, sesuatu yang menggairahkan yang sifatnya jangka panjang. Sesuatu yang menggairahkan itu tentunya butuh kerja keras dari stakeholder perpustakaan desa. Sesuatu itu adalah motivasi total. Motivasi berasal dari kata lain “movere” yang berarti dorongan atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktorfaktor lain, baik faktor eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi. Jucius (2007) menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga bisa dalam bentuk usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Motivasi total yang dimaksud adalah sebuah istilah yang digunakan oleh penulis untuk mewakili 5 (lima) kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh pustakawan. Peran pustakawan dalam memberikan motivasi memiliki nilai yang sangat strategis. Metode tersebut merupakan motivasi untuk diri sendiri dan orang lain. Namun bukan motivasi yang tanpa tujuan dan landasan seperti semangat membara berumur pendek. Metode ini menekankan pentingnya motivasi berbasis kemampuan dasar yang mumpuni. Sebab berbagai kemampuan dasar tersebut merupakan modal
bagi pustakawan untuk memajukan perpustakaan desa. Motivasi total bukanlah motivasi sesaat tanpa action. Motivasi total adalah adalah tindakan nyata penulis sebagai salah satu Dewan Pembina Perpustakaan Desa Air Mesu Timur. Motivasi total dalam pengembangan perpustakaan desa merupakan kegiatan memotivasi dan mempengaruhi orang lain secara terus menerus, intensif, kontinyuitas, bahkan masif baik dalam mengajak maupun proses pendampingan. Dalam konteks ini, pihak yang akan dipengaruhi dan didampingi adalah stakeholder perpustakaan desa, yaitu: masyarakat, pemerintah terkait (kepala desa, camat dan bupati), pengusaha dan masyarakat demi perpustakaan desa yang maju dan berkembang. Tindakan nyata yang penulis maksud adalah awal semua keinginan akan terwujud sebesar apapun. Tanpa motivasi, aksi juga hanya sekedar retorika. Tak akan terwujud walau sering diucapkan dan dipikirkan. Untuk itu dalam pengembangan perpustakaan desa membutuhkan strategi. Strategi layaknya sebuah strategi perang, merupakan kumpulan dari metode, pelaku, kemampuan, teknik, sasaran, dan capaian akhir yang ditentukan sesuai tujuan dari penggunaan strategi pengembangan. Karena tujuan dari strategi yang ingin dicapai adalah lahirnya perhatian besar dari penentu kebijakan dan masyarakat, minat baca yang tinggi, jumlah koleksi perpustakaan yang terus meningkat, dan motivasi para pengelola perpustakaan yang terus terjaga. Pertanyaan dari karya ilmiah ini adalah bagaimanakah strategi pengembangan perpustakaan desa berbasis motivasi total di Perpustakaan Atap Langit Desa Air Mesu Timur? Pembahasan Dalam menerapkan strategi pengembangan perpustakaan desa berbasis motivasi total, ada 5 (lima) dan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh pustakawan untuk ikut terlibat dalam pengembangan perpustakaan desa, diantaranya, yaitu: Kepemimpinan (leadership) Kepemimpinan adalah masalah hubungan antara yang dipimpin dan pemimpin. Dalam hal ini kepemimpinan pada umumnya berfungsi atas dasar kemampuan mengajak dan menggerakkan orang lain untuk melakukan kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan lembaga. Menurut penulis, kepemimpinan juga sebagian dari seni mempengaruhi, yaitu seni mengubah sikap dan tindakan orang lain untuk berbuat hal positif. Dalam hal ini, pustakawan (sebagai dewan pembina) memotivasi, ikut mempengaruhi, mengendalikan situasi,
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
25
bertanggung jawab, adil, dan percaya diri membantu pengelola Perpustakaan Desa Atap Langit. Banyak teori yang dikemukakan tentang efektivitas kepemimpinan ini dan tidak ada sifat tunggal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Akan tetapi, terdapat sejumlah ciri umum yang telah diidentifikasi dimiliki oleh seorang pemimpin. Dalam hal ini Swastha (1996), menyatakan bahwa efektivitas seorang pemimpin dapat dilihat dari karakteristiknya, seperti kecerdasan, percaya diri, dominan, orientasi pada kenyataan, konsisten, dan sikap hubungan kemanusiaan. Dalam hal ini Rodger D. Callons dalam Timpe (1993: 38-40), mengemukakan teori bahwa kepemimpinan yang efektif dimiliki oleh mereka pemimpin yang memilki sifat-sifat sebagai berikut: 1. Kelancaran berbicara 2. Kemampuan untuk memecahkan masalah 3. Kesadaran akan kebutuhan 4. Keluwesan 5. Kecerdasan 6. Kesediaan menerima tanggung jawab 7. Keterampilan sosial 8. Kesadaran akan diri dan lingkungan Ciri-ciri yang digambarkan tersebut merupakan ciri kepemimpinan yang diinginkan. Efektifnya seorang pemimpin tergantung dari ciri pribadi, ciri dari tugas yang dibebankan, Hicks (1996), mengemukakan teori bahwa efektivitas kepemimpinan idealnya harus memiliki suatu kombinasi dari kebanyakan sifat-sifat berikut: 1. Kemampuan untuk memusatkan perhatian 2. Penekanan pada nilai yang sederhana 3. Selalu bergaul dengan orang 4. Menghindari profesionalisme tiruan 5. Mengelola perubahan 6. Memilih orang 7. Menghindari untuk mengerjakan semua tugas sendirian 8. Kemampuan menghargai kegagalan. Dengan memiliki berbagai kemampuan di atas, pustakawan diharapkan mampu bermasyarakat dan bekerjasama dalam mengembangkan perpustakaan desa. Komunikasi Asertif (assertive communication) Komunikasi asertif muncul dari arti kata to assert yang artinya menyatakan pendapat. Jadi komunikasi asertif berarti mengutarakan isi hati dengan tetap, tidak agresif dan pasif. Dikatakan komunikasi asertif apabila pustakawan secara langsung mengungkapkan perasaan secara spontan dan sesuai dengan kondisi yang sedang dirasakan, tanpa menyalahkan para pengelola
26
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
perpustakaan desa yang sedang diajak bicara. Bersikap asertif sangat berguna dalam membangun interpersonal skill pustakawan. Interpersonal skill dapat dibangun dari sikap paling dasar yaitu kejujuran. Pustakawan harus terus membangun komunikasi yang asertif bagi para pengelola perpustakaan desa dan masyarakat Desa Mesu Timur dengan bentuk komunikasi yang saling berempati atau saling memahami. Asertif berarti mampu secara aktif menyatakan gagasan, harapan atau perasaan baik yang positif maupun negatif secara langsung dan apa adanya, tanpa menyerang atau merugikan orang lain. Berkomunikasi secara asertif merupakan cara yang efektif untuk menyampaikan kebutuhan pengembangan perpustakaan desa dan ideide pustakawan dengan tetap menghormati masyarakat setempat. Berkomunikasi secara asertif akan meningkatkan efektivitas dan dapat berdampak positif terhadap hasil komunikasi pustakawan itu sendiri. Hal itu tentu memerlukan keterampilan khusus agar pustakawan terbiasa melakukan komunikasi asertif pada saat berinteraksi dengan para pengelola perpustakaan desa dan masyarakat. Esensi komunikasi asertif adalah pustakawan mampu menyatakan sikap dalam berkomunikasi dengan cara langsung, jujur tanpa melukai perasaan, dan bahkan membantu para pengelola perpustakaan dan masyarakat merasa terhormat. Inovasi dan Kreativitas Seorang pustakawan juga harus mempunyai jiwa yang inovatif dan kreatif agar dapat ditularkan kepada para pengelola perpustakaan desa. Yaitu kemampuan inovatif dan kreatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumberdaya untuk mencari peluang menuju perpustakaan yang sukses. Kreativitas adalah kemampuan mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang. Inovasi adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang Peranan seorang pustakawan sebagai penggerak sekumpulan orang dalam perpustakaan atau lingkungannya untuk mencapai tujuan bersama sangatlah penting. Pemimpin adalah orang yang menjadi penggerak dan sumber motivasi bagi pengikutnya untuk mencapai tujuan. Menurut Purbayu Budi Santosa dalam Endang Fatmawati (2010), performa kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan, dengan ciri-ciri: 1. Penuh percaya diri, indikatornya penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin bertanggung jawab. 2. Memiliki inisiatif, indikatornya adalah penuh energi,
cekatan dalam bertindak dan aktif. 3. Memiliki motif berprestasi, indikatornya terdiri atas orientasi pada hasil dan wawasan ke depan. 4. Memiliki jiwa kepemimpinan, indikatornya adalah berani tampil beda, dapat dipercaya, dan tangguh dalam bertindak. 5. Berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan, oleh karena itu menyukai tantangan. Kemauan dan kemampuan pustakawan untuk maju juga bagian dari jiwa inovatif dan kreatif pustakawan. Berani melawan tantangan adalah hal yang sangat dibutuhkan tetapi hanya sedikit pustakawan yang berani menghadapi tantangan karena ketidakmampuan atau karena kekhawatiran yang terlalu dibesarkan. Dengan berinovasi dan berkreativitas, maka kegiatan di perpustakaan desa akan menjadi lebih hidup dan masyarakat tidak akan mudah bosan. Hal ini sudah penulis praktikkan di Perpustakaan Atap Langit dengan membuat lomba mewarnai untuk anak-anak, story telling, games, dan acara menonton bersama. Soft Skill Sebagai seorang pustakawan, sudah tentu banyak sekali kejadian maupun pengalaman pada saat berinteraksi dengan masyarakat, baik menyenangkan maupun menjengkelkan. Padahal pustakawan juga dituntut mampu mengenali perasaannya sendiri dan orang lain. Hal ini penting agar pustawakan mampu survive mengatasi tantangan dan tekanan baik dari dalam maupun luar perpustakaan, salah satunya menghadapi masyarakat yang multi karakter dan basis adat yang cukup kuat. Dari kesadaran itulah, pentingnya pustakawan dan para pengelola perpustakaan desa memiliki kecerdasan emosi (emotional quotient). Setiap pustakawan harus mengembangkan dirinya dan mempunyai berbagai macam keahlian (multi-skill). Keahlian pustakawan dapat berupa kecakapan dan dapat juga berupa wawasan kepustakawanan, penguasaan pengetahuan dan lain-lain. Untuk menghadapi kemampuan mengembangkan perpustakaan desa, pustakawan harus mempunyai kemampuan melihat dunia dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Pustakawan harus sudah memiliki kemampuan soft skill guna menciptakan masyarakat desa yang gemar membaca. Pustakawan yang berhasil menerapkan motivasi total pada pengembangan perpustakaan desa adalah pustakawan yang tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja tetapi juga piawai dalam aspek soft skill-nya. Oleh karena itu pustakawan idealnya juga harus mau melengkapi dirinya dengan penguasaan soft skill.
Soft Skill bersifat tidak kelihatan, tidak nampak (invisible) dan tidak segera. Beberapa contoh elemen soft skill diantaranya, yaitu: 1. Memiliki kecerdasan emosional (emotional quotient) 2. Berkemampuan mengelola diri 3. Memiliki rasa solidaritas 4. Mampu merasakan seperti apa yang dirasakan orang lain (emphaty) 5. Kemampuan membantu kepercayaan diri (self confidence) 6. Kecakapan beradaptasi 7. Memiliki kemampuan mendengarkan 8. Kemampuan public speaking 9. Kemampuan bekerjasama di dalam suatu tim (team work) 10. Kemampuan berorganisasi 11. Kemampuan bernegosiasi 12. Sikap sopan dan santun dalam berperilaku, dan 13. Kemampuan mempromosikan, “membujuk” dan memperkenalkan perpustakaan Komunikasi Persuasif Memiliki kemampuan komunikasi persuasif sangat dibutuhkan dalam membujuk masyarakat Desa Air Mesu Timur yang memiliki latar belakang pendidikan dan sifat yang berbeda-beda. Teknik ini paling banyak digunakan untuk membujuk (to persuade) orang sehingga secara tidak sadar mengikuti keinginan komunikator yang menyampaikan bujukan. Dengan metode persuasi, seseorang atau sekelompok orang tidak merasa bahwa perubahan dalam dirinya adalah akibat pengaruh dari luar. Dia yakin bahwa dorongan merubah sikap, pendapat atau perilakunya memang sudah lama ada dalam dirinya. Kemampuan ini khususnya diterapkan saat pustakawan dan pengelola perpustakaan desa menyodorkan proposal bantuan kepada pengusaha desa dan pihak perusahaan agar dapat ikut serta membantu memberikan dana dalam pengembangan perpustakaan desa. Penerapan selanjutnya dalam penggunaan metode ini adalah mengajak masyarakat desa untuk datang dan memanfaatkan koleksi yang tersedia. Dua hal ini sangat saling terkait. Tidaklah mungkin bila kita mengajak masyarakat memanfaatkan perpustakaan tetapi perpustakaan desa tidak memiliki koleksi yang memadai. Bila perpustakaan desa memiliki koleksi dan layanan yang baik, tentu perpustakaan desa memiliki modal yang dapat ‘dijual’. Karena melibatkan donatur, penggunaan metode ini harus sangat cermat mengemas pesan sehingga tidak muncul sekali kesan atau “rasa” disuruh, diperintah, atau dipaksa. Komunikasi persuasi adalah metode yang
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
27
terbukti paling ampuh dalam mendorong perubahan dan mempertahankan perubahan itu dalam jangka yang sangat lama. Dalam mendukung komunikasi persuasi, juga dibutuhkan kemampuan negosiasi. Negosiasi merupakan kemampuan pustakawan yang didapatkan dari kepemimpinan. Komunikasi persuasif sebagai sebuah metode atau cara yang dipilih sebagai strategi terakhir karena tujuan dari komunikasi yang dilakukan adalah tersedianya koleksi yang memadai dan lahirnya minat kunjung perpustakaan dan minat baca. Minat (interest) dalam pengertian umum adalah kecenderungan perilaku yang berasal dari dalam diri individu yang dapat mengambarkan sikap dan pendapat seseorang terhadap sebuah objek sebagai sebuah awal sebelum akhirnya menjadi sebuah tindakan. Dengan pengertian lain, bahwa minat selalu muncul dari
dalam diri seseorang yang bangkit atau dibangkitkan karena ketertarikan pada sesuatu di luar dirinya. Penutup Dalam pengembangan perpustakaan desa, pustakawan juga mempunyai tanggung jawab dan peran penting dalam pengembangan tersebut. Dengan penerapan motivasi total, diharapkan perpustakaan desa di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan terus maju dan berkembang. Perpustakaan Desa Atap Langit di Desa Air Mesu Timur Kabupaten Bangka Tengah adalah contoh nyata bahwa perpustakaan desa masih bisa maju dan dapat memberikan kontribusi besar bagi masyarakat. Tentunya motivasi tersebut juga tetap harus didukung peran bersama stakeholder agar perpustakaan desa tetap eksis, dan tetap menjadi tempat belajar sepanjang hayat.
Daftar Pustaka Alwi, Hasan. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Fatmawati, Endang. (2010). The Art of Library. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hicks, Herbert. G dan Gullet, Ray G. (1996). Organisasi Teori dan Tingkah Laku. Jakarta: Bumi Aksara. Indonesia. (2007). Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional.
28
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
Jucius, Michel J. (2007: 11) dalam buku Malayu S.P. Hasibuan. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi 9. Jakarta: Bumi Aksara. Swastha, Basu. (1999). Asas-Asas Pemasaran, Edisi Ketiga. Yogyakarta: Liberty. Timpe, A. Dale. (1993). Kinerja Seri Ilmu dan Segi Manajemen Bisnis. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Oleh: Yasin Setiawan1 Email:
[email protected]
Rekayasa Software Book Check Out Security Terintegrasi dengan Otomasi untuk Meningkatkan Keamanan Bahan Pustaka di Perpustakaan Abstrak Peningkatan jumlah kunjungan pemustaka di perpustakaan menyebabkan angka sirkulasi bahan pustaka menjadi tinggi. Tingginya angka sirkulasi ini mengakibatkan tinggi pula resiko kehilangan bahan pustaka. Studi kasus di Perpustakaan Universitas Riau, Pekanbaru, angka kunjungan terjadi peningkatan dari 186 orang perhari di tahun 2013 menjadi 415 orang di tahun 2014. Dari peningkatan angka tersebut dapat diprediksi angka resiko kehilangan bahan pustaka juga berpotensi meningkat. Cara efektif untuk menghindari kehilangan bahan pustaka adalah pengecekan di pintu keluar terhadap aset perpustakaan yang dibawa oleh pemustaka. Namun agar pengecekan atau validasi dapat dilakukan dengan akurat maka diperlukan sistem yang dapat melakukan validasi secara otomatis dan terintegrasi dengan sistem otomasi yang telah ada. Pada kasus ini, sistem otomasi yang sedang berjalan adalah jenis web base, maka perancangan sistem pendukung ini juga harus dikembangkan dengan teknologi web base, yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware), perencanaan perangkat lunak (software) serta perancangan jaringan komputer (netware). Perangkat keras yang disiapkan adalah perangkat server yang terdiri dari mesin server yang didukung oleh software LAMP (Linux, Apache MySQL and PHP). Di sisi pengguna (client) terdiri dari PC (Personal Computer), Barcode Reader, Gate dan Networking Infrastructure. Dari hasil rancangan dalam penelitian ini, diperoleh prototype book Check Out Security yang berhasil diterapkan di Perpustakaan. Kata Kunci : perpustakaan, otomasi, Check Out, sirkulasi, teknologi informasi Pendahuluan Layanan perpustakaan yang paling utama dan langsung dirasakan oleh pemustaka adalah layanan sirkulasi bahan pustaka. Sirkulasi bahan pustaka adalah kegiatan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka untuk jangka waktu tertentu, kemudian untuk dikembalikan lagi ke perpustakaan guna dipinjam oleh anggota perpustakaan yang lain.
1 2
Dengan banyaknya jumlah transaksi sirkulasi maka semakin besar jumlah bahan pustaka yang silih berganti berada di tangan banyak pemustaka. Peredaran keluar masuk bahan pustaka yang besar berpeluang meningkatkan resiko kehilangan bahan pustaka akibat ulah orang-orang yang kurang bertanggung jawab, dengan mengambil bahan pustaka tanpa melalui proses sirkulasi perpustakaan. Untuk mengantisipasi terjadinya
Pustakawan Pertama pada Universitas Riau. Pemenang Harapan Kedua Pemilihan Pustakawan Berprestasi terbaik Tingkat Nasional Tahun 2014.
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
29
kehilangan bahan pustaka tersebut, atau sekurangkurangnya untuk menurunkan angka kehilangan bahan pustaka, maka perlu ada pengecekan di pintu keluar sirkulasi, guna proses validasi bahan pustaka. Untuk menjamin pengecekan dilakukan dengan cepat dan akurat, maka perlu dibangun sistem yang memiliki fungsi khusus untuk melakukan pengamanan bahan pustaka terutama buku, yang kemudian dikenal dengan Book Check Out Security System. Check Out bahan pustaka, terutama buku, di perpustakaan pada umumnya menggunakan pemeriksaan manual oleh petugas sirkulasi maupun petugas pengamanan perpustakaan. Namun permasalahan muncul, ketika jumlah buku yang keluar masuk ruang sirkulasi menjadi sangat banyak seiring dengan peningkatan jumlah kunjungan ke perpustakaan, maka pemeriksaan secara manual tidak lagi efektif, di mana akan memakan waktu lama, membutuhkan sumber daya manusia yang banyak dan membutuhkan ketelitian yang tinggi. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dibangun suatu mekanisme bersistem, yang memiliki tugas mengecek bahan pustaka yang akan keluar dari ruang sirkulasi secara cepat dan akurat, yaitu sebuah sistem pengecekan bahan pustaka berbasis komputer dan terintegrasi dengan sistem yang sedang berjalan. Dalam penelitian rekayasa ini dirancang sebuah sistem yang dapat digunakan sebagai alat pengecekan bahan pustaka di pintu keluar ruang sirkulasi perpustakaan. Hasil rekayasa dalam penelitian ini nantinya difungsikan sebagai mesin Check Out bahan pustaka ruang sirkulasi berbasis komputer. Pada penelitian ini, peneliti berencana untuk dapat memaksimalkan fungsi otomasi web base yang sedang berjalan dengan menambah perangkat yang dapat melakukan pengecekan secara otomatis di pintu keluar, tanpa perlu campur tangan petugas perpustakaan. Literatur Dalam penelitian di bidang teknologi informasi ini ada beberapa istilah spesifik di bidang ICT yang berkaitan erat dengan penelitian ini. Untuk memudahkan memahami dan untuk menyamakan persepsi, perlu dijelaskan secara singkat beberapa istilah yang digunakan dalam artikel ini. 1. System Development Life Cycle (SDLC) System Development Life Cycle (SDLC) merupakan kerangka berpikir standar dalam mengembangkan sebuah sistem berbasis teknologi informasi, yang terdiri dari serangkaian kegiatan yang mengikuti siklus hidup
30
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
pengembangan software, dari lahir, tumbuh, berkembang dan menghasilkan perkembangan software di siklus berikutnya. SDLC terdiri dari tahapan kegiatan sebagai berikut: 1) Analisis sistem (system analysis) Terdiri dari : studi pendahuluan, studi kelayakan, identifikasi permasalahan dan kebutuhan pemakai memahami sistem yang ada menganalisis hasil penelitian. 2) Perancangan sistem (system design) Terdiri dari perancangan awal dan perancangan rinci. 3) Implementasi sistem (system implementation) 4) Operasi dan perawatan sistem (system operation and maintenance). Margaret (2014) memberikan penjelasan mengenai SDLC, juga dikemukakan oleh Hasbrouck (2014). Informasi tentang SDLC selengkapnya dapat ditelusuri melalui website http://www.sdlcpartners.com/. 2. LAMP (Linux, Apache, MySQL, PHP) LAMP (Linux, Apache, MySQL, PHP) adalah sebuah bundle atau serangkaian perangkat lunak yang saling mendukung untuk membangun aplikasi web base, yang terdiri dari: Linux adalah sebuah sistem operasi bersifat terbuka. Ia merupakan sistem operasi yang memiliki kemiripan dengan sistem operasi yang telah dikembangkan sejak tahun 70-an yang disebut UNIX. Linux memiliki banyak keunggulan, di antaranya dapat diperoleh secara terbuka, stabil dan memiliki banyak kelebihan jika dipakai untuk keperluan server maupun sebagai sistem operasi untuk komputer pribadi. Penjelasan tentang linux dapat diawali melalui tulisan “What Is Linux: An Overview of the Linux Operating System” yang di-publish oleh Linux Community Team (2009). Selain melalui http://linux.com, untuk mengetahui tentang karakteristik linux, perkembangan serta segala hal yang berhubungan dengan linux, juga dapat dipelajari melalui web resmi linux core yaitu http://www.linux.org. Apache adalah sebuah aplikasi yang berfungsi sebagai web server yang dapat berjalan di berbagai sistem operasi, terutama Linux yang merupakan sistem operasi yang konsisten mendukung perkembangan Apache. Apache merupakan satu web server yang bersifat terbuka yang dikembangkan oleh Apache Software Foundation. Segala hal mengenai Apache web server dapat ditemukan di web resmi Apache Software Foundation dengan alamat http:// www.apache.org.
MySQL adalah sebuah perangkat lunak sistem manajemen basis data SQL atau dikenal dengan istilah Database Management System (DBMS). Dibandingkan dengan DBMS lain, MySQL termasuk yang memiliki performance yang baik, terutama dalam hal kecepatan query. Untuk mengetahui lebih banyak tentang MySQL dapat diperoleh informasi melalui situs resmi MySQL yaitu http://www.mysql.com. PHP adalah sebuah bahasa pemrograman yang bersifat opensource dan banyak digunakan sebagai bahasa pemrograman untuk pengembangan software berbasis web. PHP adalah satu dari beberapa bahasa pemrograman yang dari awal perkembangannya sudah didukung oleh sistem operasi linux, namun juga dapat berjalan pada platform sistem operasi yang lain. Informasi lebih banyak tentang PHP dapat ditelusuri melalui web resmi PHP yaitu http://www.php.net. 3. Barcode Barcode dapat diartikan sebagai kumpulan kode yang berbentuk garis, di mana ketebalan setiap garis berbeda sesuai dengan isi kodenya. Barcode pertama kali diperkenalkan dan dipatenkan di Amerika oleh Norman Joseph Woodland dan Bernard Silver mahasiswa Drexel Institute of Technology pada akhir 40-an. Implementasi Barcode kemudian dikembangkan oleh Raymond Alexander dan Frank Stietz. Sampai akhirnya pada tahun 1966 Barcode digunakan untuk kepentingan komersial. Barcode adalah informasi terbacakan mesin (machine readable) dalam format visual yang tercetak. Barcode dibaca dengan menggunakan sebuah alat baca Barcode atau lebih dikenal dengan Barcode Reader. Beberapa perusahaan mengembangkan Barcode Reader yaitu DATALOGIC PSC,HHP, CHIPERLAB, ZEBEX, kemudian disusul oleh banyak perusahaan lain seiring perkembangan penggunaan barcode di dunia bisnis. Dengan semakin bertambahnya penggunaan Barcode, kini Barcode tidak hanya bisa mewakili karakter angka saja tapi sudah meliputi seluruh kode ASCII. Kebutuhan akan kombinasi kode yang lebih rumit itulah yang kemudian melahirkan inovasi baru berupa kode matriks dua dimensi (2D Barcodes) yang berupa kombinasi kode matriks bujur sangkar. 2D Barcode ini diantaranya adalah PDF Code, QRCode dan Matrix Code. Dengan menggunakan 2D code karakter yang bisa kita masukkan ke Barcode bisa semakin banyak, dengan 1D Barcode biasanya kita hanya memasukkan kode 5-20 digit tetapi dengan 2D Barcode kita bisa memasukkan sampai ratusan digit kode. Informasi lengkap tentang Barcode dapat ditelusuri
melalui website GSI, yaitu laman resmi pengembang standar Barcode yang dikenal dengan “The Global Language of Business” pada alamat http://www.gs1.org/Barcodes. 4. Otomasi Perpustakaan (Library Automation) Menurut Subrata (2012:1) otomasi perpustakaan adalah sebuah proses pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi (TI). Dengan bantuan teknologi informasi maka beberapa pekerjaan manual dapat dipercepat dan diefisienkan. Selain itu proses pengolahan data koleksi menjadi lebih akurat dan cepat untuk ditelusur kembali. Dengan demikian para pustakawan dapat menggunakan waktu lebihnya untuk mengurusi pengembangan perpustakaan karena beberapa pekerjaan yang bersifat berulang (repetable) sudah diambil alih oleh komputer. Di era informasi, kehadiran teknologi informasi dan komunikasi sudah tidak dapat ditolak lagi bahkan cenderung menjadi kebutuhan sehari-hari, termasuk di bidang perpustakaan. Hal ini disebabkan karena perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh bidang teknologi informasi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Salah satu peralatan teknologi informasi adalah berupa komputer. Sekarang, komputer bukan lagi sebagai alat hitung semata sebagaimana awal ditemukannya, melainkan sudah berubah fungsi menjadi alat pengolah, penyimpan dan penyampai data dan informasi yang canggih. Data yang diolahpun tidak hanya berupa angka dan teks semata tapi juga sudah berupa gambar dan suara (Mahmun, 2010:1). Manuel (2014) menjelaskan bahwa otomasi perpustakaan adalah dasar perubahan peradaban cara manusia mencari informasi, diawali dari sistem pencarian informasi berbasis komputer, menuju penulisan, publikasi sharing informasi secara otomatis, termasuk dalam model layanan perpustakaan yang bergerak dari manual menuju serba otomatis. Dari literatur yang diperoleh ditemukan bahwa dibandingkan dengan cara tradisional, maka ada beberapa keunggulan sistem otomasi, sehingga terus dikembangkan terutama di bidang perpustakaan. Kelebihan itu antara lain : a).Kemudahan pengaksesan informasi tanpa batasan tempat dan waktu; b).Dapat saling bertukar informasi secara bersamaan; c).Mempercepat proses pelayanan; dan d).Efektifitas biaya dan sumber daya lain yang digunakan. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah System Development Life Cycle (SDLC), yang merupakan kerangka berpikir standar dalam mengembangkan
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
31
sebuah sistem berbasis teknologi informasi. SDLC untuk pengembangan Book Check Out Security berbasis komputer dalam penelitian ini mengikuti langkahlangkah sebagai berikut: 1. Analisis Sistem Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap perkembangan teknologi di bidang komunikasi dan informasi dikaitkan dengan perkembangan kegiatan perpustakaan. Dari hasil studi pendahuluan ditemukan asumsi bahwa teknologi informasi yang sekarang ada dan dikuasai, dapat diterapkan untuk membangun Book Check Out Security perpustakaan berbasis komputer, terutama di Perpustakaan Universitas Riau sebagai tempat penelitian ini dilakukan. a. Studi pendahuluan Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap perkembangan teknologi di bidang komunikasi dan informasi dikaitkan dengan perkembangan kegiatan perpustakaan. Dari hasil studi pendahuluan ditemukan asumsi bahwa teknologi informasi yang sekarang ada dan dikuasai, dapat diterapkan untuk membangun sistem Book Check Out Security perpustakaan berbasis komputer, terutama di Perpustakaan Universitas Riau sebagai tempat penelitian ini dilakukan. b. Studi kelayakan Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap kelayakan untuk dilakukan pengembangan sistem. Studi kelayakan ini meliputi analisis kelayakan di sisi ketersediaan sumber daya manusia (brainware), perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan perangkat jaringan (netware). Dari hasil studi kelayakan terhadap ketersediaan sumber daya mansia, ketersediaan perangkat keras, ketersediaan perangkat lunak serta ketersediaan perangkat jaringan, ditemukan bahwa sistem ini layak untuk dikembangkan di Perpustakaan Universitas Riau. c. Identifikasi permasalahan dan kebutuhan Pada tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan dan kebutuhan sistem. Kebutuhan sistem meliputi infrastruktur yang dibutuhkan untuk membangun sistem yang akan dibangun. Dari hasil identifikasi ini ditemukan bahwa kebutuhan dasar untuk membangun sistem ini adalah : a).Tersedianya perangkat server standar otomasi; b).Tersedianya perangkat client / workstation; c).Tersedianya perangkat jaringan komputer baik intranet maupun internet; d).Tersedianya perangkat lunak pemprograman; e).Tersedianya Programmer; f ).Tersedianya Network administrator; g).Tersedianya Server administrator; h).Tersedianya Operator komputer;
32
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
i). Memahami sistem yang ada. Pada kasus ini dilakukan penelaahan terhadap kesiapan sistem yang ada, dengan tujuan bahwa sistem yang akan dibangun harus dapat berjalan beriringan dengan sistem yang sedang berjalan. Hal ini juga ditujukan untuk menjamin bahwa aturan-aturan yang berlaku dalam sistem yang dikembangkan nantinya akan mendukung aturan-aturan yang berlaku pada sistem yang sedang berjalan. d. Analisis karakteristik sistem Karakteristik sistem yang akan dirancang dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Jenis aplikasi yang digunakan adalah aplikasi berbasis web, berjalan di web browser. 2) Bahasa pemrograman yang digunakan adalah PHP, Javascript dan beberapa utilitas tambahan seperti JQuery dan AJAX. 3) Jenis database yang digunakan adalah MySQL. 4) Sebagai web server bagi aplikasi ini digunakan Apache. Web server ini dapat berjalan di lingkungan sistem operasi Windows maupun Linux, sehingga aplikasi ini dapat diinstall pada sistem Windows maupun Linux. 5) Karena menggunakan web server apache, maka aplikasi ini dapat berjalan pada jaringan komputer, baik intranet maupun internet. 2. Perancangan Sistem a. Model yang diharapkan Alat yang akan dikembangkan dalam perancangan ini adalah sebuah alat pengecekan bahan pustaka otomatis oleh komputer. Cara kerja alat ini adalah mengambil data bahan pustaka melalui pembaca kode bahan pustaka, baik menggunakan Barcode maupun menggunakan teknologi RFID, kemudian menganalisis kode yang diterima dan mengambil keputusan hasil analisis terhadap kode yang diberikan oleh pengguna sistem, dengan hasil validasi yang menunjukkan apakan bahan pustaka dimaksud sah atau tidak pemustaka yang bersangkutan membawa bahan pustaka meninggalkan ruang sirkulasi. Input yang digunakan user untuk memasukkan kode anggota adalah menggunakan peralatan Barcode reader atau RFID reader di pintu keluar ruang sirkulasi. Untuk teknologi barcoding, alat ini membaca kode bar yang tertera pada bahan pustaka, yang terletak di halaman judul buku, atau di sisi dalam sampul buku. Data diterima oleh alat dan diteruskan ke dalam sistem, kemudian sistem melakukan analisis terhadap masukan yang diberikan kemudian memberikan respon dengan memberi jawaban atas keabsahan bahan pustaka tersebut
untuk dibawa keluar dari ruang sirkulasi, menggunakan media teks, suara maupun kode digital untuk membuka pintu keluar sirkulasi. b. Perancangan software Pada penelitian ini, peneliti berniat menindak lanjuti penelitian sebelumnya(Setiawan, 2013). Perancangan pada sistem ini adalah sebagai peningkatan fasilitas otomasi yang telah dibangun sebelumnya sehingga metode yang digunakan sama yaitu SDLC. Dalam perancangan aplikasi Check Out bahan pustaka ruang sirkulasi ini digunakan metode perancangan SDLC meliputi kegiatan analisa, perancangan, implementasi, serta evaluasi. Hasil perancangan Book Check Out security sirkulasi ini dapat dipresentasikan dengan logika bisnis sistem berupa diagram alir yang mempresentasikan proses yang terjadi di dalam sistem. Diagram alir atau flowchart yang menjelaskan logika bisnis sistem dapat dilihat pada lampiran 1 artikel ini. c. Rancangan kebutuhan perangkat 1. Server; Perangkat server yang dibutuhkan untuk mendukung layanan perpustakaan adalah server yang telah mendukung sistem otomasi yang sedang berjalan di perpustakaan. Karena sistem otomasi adalah berbasis web atau web base, maka server yang digunakan adalah server yang memiliki kemampuan untuk melayani sistem berbasis web, atau sekurang-kurangnya memiliki dukungan penuh terhadap teknologi LAMP (Linux, Apache, MySQL, PHP). 2. Client; Perangkat komputer yang digunakan sebagai client adalah perangkan Personal Computer standar, dilengkapi dengan aksesoris yang dapat difungsikan sebagai pelengkap Check Out Security, meliputi dukungan barcoding, dukungan RFID dan dukungan suara. 3. Netware; Netware adalah perangkat yang digunakan untuk mengkoneksikan komputer server ke mesin client Check Out Security di pintu keluar sirkulasi. Netware terdiri dari NIC Port (RJ 45), RJ45 Switch head, UTP Cable, Switch/Hub serta Router. 4. Server; Pada perangkat server, software yang harus tersedia dan siap untuk dijalankan adalah software pendukung teknologi pemprograman PHP (webbase), pada kasus ini disiapkan server yang memiliki dukungan teknologi LAMP (Linux, Apache, MySQL, PHP). Untuk server terdapat banyak pilihan software, namun untuk keperluan perpustakaan, diperlukan beberapa kelompok aplikasi dasar yang secara garis besar
meliputi operating system (Linux, digunakan Ubuntu server), web server (digunakan Apache2), database server (digunakan MySQL) dan programming language (digunakan PHP5). 5. Client; Client atau workstation memiliki software berjalan yang mampu mendukung kinerja sistem yang telah dikembangkan berupa aplikasi web base, secara garis besar terdiri dari operating system (Linux, digunakan Ubuntu server atau Windows, digunakan Windows 7), web browser (digunakan browser yang memiliki dukungan yang baik terhadap teknologi Ajax yaitu Chrome atau Chromium), Barcode Driver (digunakan Plug and Play Barcode reader driver) serta RFID Driver (digunakan ACS 120 Driver). 6. Netware; Untuk keperluan networking, digunakan standar linux networking IPv4, untuk keperluan system security digunakan Linux Firewall, sedang untuk keperluan routing digunakan Linux Router OS, kelompok distro ClearOS. d. Perencanaan Infrastruktur 1) Server a. Sistem Otomasi; Otomasi yang digunakan di perpustakaan tempat dilakukan penelitian ini adalah sistem otomasi SLIMS (Senayan Library Information Management Sistem). Sistem ini memiliki fasilitas meliputi OPAC, sirkulasi, bibliografi, keanggotaan, setting sistem dan laporan. Teknologi yang digunakan dalam sistem otomasi yang telah berjalan tersebut adalah LAMP yang dapat dijalankan pada server yang sama dengan aplikasi yang akan dikembangkan, sehingga antara sistem otomasi dan aplikasi yang dirancang dapat saling integrasi. b. Sistem Server; Server di sini merupakan perangkat komputer dengan spesifikasi tinggi untuk memberikan layanan kepada banyak pengguna dalam waktu yang sama. Selain perangkat keras, dalam server juga diperlukan perangkat lunak yang mendukung kinerja dan layanannya. Sistem pada server yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama dengan yang digunakan oleh perpustakaan tempat penelitian, yaitu teknologi LAMP, yang merupakan kolaborasi teknologi Linux sebagai sistem operasi, Apache sebagai web server, MySQL server sebagai pelayan database dan PHP merupakan bahasa pemrograman yang dipakai untuk menyusun aplikasi.
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
33
2) Client/ Workstation a. PC (Personal Computer); PC adalah personal computer yang digunakan sebagai client (workstation), yang nantinya akan difungsikan sebagai mesin pelayan sirkulasi. Spesifikasi PC yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Processor: Intel Dual Core 2.9 Ghz Chipset: Intel Memory: 2 GB DDR3 Hard Disk: 500GB SATA (7200rpm) Operating Sistem: Windows 7 Monitor: 21.5 inch LED Optical Drive: Integrated DVD reader/writer
Connectivity:802.11b/g/n Wi-Fi, 10/100/1000M LAN Bluetooth® 2.1 optional Ports / Slots:4xUSB2.0; 2x USB3.0 (optional), 6 in 1 (SD, SDHC, SDXC,MMC, MS, MS-Pro) Multi-card reader, headphone, mic, HDMI
Gambar 1. Personal Computer untuk Client/ Workstation beserta spesifikasinya b. Barcode; Barcode adalah kode bar atau kode garis-garis yang secara standar dapat mewakili karakter digital. Ada beberapa jenis Barcode dan dalam penelitian ini digunakan Barcode jenis code128.
Gambar 2. Standar Barcode Code128 c. Barcode reader; Barcode reader adalah alat yang dapat digunakan untuk membaca Barcode dan kemudian menghasilkan karakter digital. Karakter digital yang dihasilkan diinputkan otomatis ke dalam komputer. Barcode reader ada berbagai macam dan dalam penelitian ini digunakan Barcode reader dengan spesifikasi sebagai berikut :
Type Width Depth Height Weight Barcode interface type Minimum bar width Scan field width Scan Element Type Light source wave length Scan Mode Scan Speed Max Working Distance Skew (degrees) Pitch (degrees) Print Contrast Signal (PCS) Decode Capability TTL Decoding Connectivity Technology OK Notification Interface Cables Included
34
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
Laser Barcode scanner-desktopstationary 8cm 10.5cm 15cm 0.4kgs USB 5.2 mil 6-10.5cm Visible laser diode 650mm Single -pass 1200 line/ sec 25cm 60 60 35% Code39,Code39FullAXCii,EAN/ JAN-8,EAN/JAN-13,HPC-A,UPCE,Codabar,Code128,Code 11,Inter leaved 2 of 5,MSI-Plessey, ITF Decoded Wired Beeper, LED indicator 1*USB-4 PIN USB Type A 1*USB cable
Operating Temperature Humidity Range Operating Drop Specification
0-40°C 5-95% 1m
Gambar 3. Barcode reader beserta spesifikasi 3) Netware a) Perangkat jaringan Router; di sini digunakan untuk menghubungkan jaringan server yang menyediakan aplikasi terlayan, dalam hal ini sistem otomasi perpustakaan, dengan jaringan di bawahnya, yaitu menuju jaringan client yang memiliki segmen jaringan berbeda. Router yang digunakan dalam penelitian ini adalah PC Router, yaitu komputer yang difungsikan sebagai router menggunakan sistem operasi khusus router, yaitu Clear OS.
b) Skema Jaringan Infrastruktur jaringan yang telah dipersiapkan disusun menurut peta keterhubungan peralatan sesuai kaidah yang berlaku dalam Computer Networking, yang dirancang dan digambarkan dalam sebuah skema jaringan. Skema ini menjadi dasar berfikir sederhana dalam memahami model jaringan yang diberlakukan di dalam sistem secara keseluruhan dalam cara yang sederhana.
Gambar 5. Skema jaringan sistem
(Sumber: http://www.clearfoundation.com/docs/_media/ howtos/clearosasinlinebridge.png?w=550)
Gambar 4. PC Router dengan ClearOS
Switch; Switch yang digunakan dalam penelitian ini adalah switch standar port RJ-45 dengan kecepatan 100 Mbps. Untuk memenuhi kebutuhan jaringan digunakan switch dengan jumlah port minimal 4 port. Dalam penelitian ini digunakan switch 8 port.
Cable UTP; Kabel UTP untuk jaringan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kabel UTP Cat-6. Kabel UTP jenis ini memiliki kelebihan delay data yang mendekati nol, juga jarak maksimal yang dapat ditempuh untuk satu segmen kabel dapat mencapai 100 meter, sehingga kecepatan dan kapasitas data lebih baik dibandingkan dengan kabel UTP Cat -5 yang biasa digunakan dalam pembangunan jaringan komputer di instansi tempat penelitian.
3. Implementasi Sistem 1) Infrastruktur fisik Book Check Out Security Satu paket mesin security bahan pustaka (Check Out) sirkulasi Perpustakaan Universitas Riau terdiri dari sebuah PC yang disambungkan dengan jaringan intranet yang di dalamnya ada layanan Check Out. Mesin itu mengakses halaman Check Out di server melalui web browser. Mesin dilengkapi dengan Barcode reader yang dapat menerima masukan input dari kartu Barcode.
Gambar 6. Bentuk fisik Book Check Out Security System
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
35
2) Integrasi Book Check Out Security dengan sistem otomasi Perangkat yang dipresentasikan dalam gambar 6 di atas, adalah bagian dari sistem secara keseluruhan, di mana sistem Book Check Out Security sebenarnya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem otomasi perpustakaan secara keseluruhan. Untuk menggambarkan hubungan perangkat di sisi client, server, router serta jaringan antara keduanya termasuk jaringan luas yang tersambung ke internet, maka secara sederhana dapat dipresentasikan melalui diagram ini.
prosedur peminjaman maka sistem akan memberi pemberitahuan bahwa bahan pustaka yang bersangkutan legal untuk dilewatkan. h. Jika bahan pustaka itu, oleh sistem dianggap tidak legal, maka sistem akan memberikan peringatan dan membunyikan alarm di pintu keluar. 4) Interface System Halaman Utama; Halaman utama merupakan interface yang terdiri dari papan input kode buku dan keterangan proses sistem yang terpasang di bawahnya. Isian terhadap papan input kode buku ini menunggu masukan dari Barcode reader yang terhubung dengan mesin. Di mana begitu ada input kode buku yang terbaca oleh Barcode reader, akan diterima oleh interface dan dikirimkan ke server melalui jaringan. Setelah itu server melakukan analisis dan memberikan respon kembali ke mesin.
Gambar 7. Diagram koneksi perangkat dalam System 3) Kinerja Sistem Secara singkat urutan aktivitas dari mesin security dan absensi pengunjung dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Mesin menampilkan halaman depan, yaitu halaman Selamat Datang dengan splash suara. b. Pemustaka melakukan scanning bahan pustaka, dalam hal ini, bahan pustaka buku. c. Mesin akan melakukan cek input data dari pemustaka. d. Server menganalisis masukan yang diberikan oleh mesin client melalui jaringan computer yang telah dilengkapi sistem pengamanan data. e. Web server memberikan respon hasil analisis data, yang memutuskan apakah bahan pustaka yang bersangkutan sah ataupun tidak, respon ini dikirimkan kembali ke client. f. Client memberikan respon kepada pengguna dengan bahasa dan kode yang dimengerti oleh manusia, sistem ini dilengkapi respon suara menggunakan suara manusia. g. Jika bahan pustaka itu benar sudah melalui
36
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
Gambar7. Halaman utama Halaman Respon Valid; Halaman Respon Valid merupakan interface yang menampilkan respon dari server, dengan status validitas 1, atau dalam bahasa manusia dapat diartikan sebagai “bahan pustaka sah sudah mengikuti prosedur sirkulasi yang telah ditetapkan”.
Gambar 8. Halaman respon valid
Halaman Respon Invalid; Halaman Respon Invalid merupakan interface yang menampilkan respon dari server, dengan status validitas 2, atau dalam bahasa manusia dapat diartikan sebagai “bahan pustaka tidak sah, atau tidak mengikuti prosedur sirkulasi yang telah ditetapkan, atau ada upaya penggelapan bahan pustaka”.
Gambar 9. Halaman Respon Invalid
Penutup Setelah dilakukan analisis, perancangan, implementasi dan evaluasi berupa prototype alat yang berhasil dimplementasikan, diperoleh seperangkat sistem pengamanan bahan pustaka di pintu keluar ruang sirkulasi perpustakaan. Perangkat ini, yang kemudian oleh peneliti diberi nama Book Check Out Security, memiliki fungsi yang penting, untuk menjamin tidak ada lagi kehilangan bahan pustaka dari ruang sirkulasi. Secara teoritis, sistem ini akan efektif menghentikan upaya pencurian bahan pustaka dari ruang sirkulasi, namun alat hasil perancangan ini masih terus dikembangkan agar kinerjanya lebih baik lagi. Sampai saat penulisan artikel ini, alat telah dimplementasikan selama 13 bulan di perpustakaan Universitas Riau, tempat penulis bertugas, serta sudah mengalami beberapa penyempurnaan. Demikianlah, penelitian ini terus mengalami penyempurnaan dan akan terus disempurnakan, yang akhirnya sampai kepada keyakinan bahwa “penelitian yang sebenarnya, tidak pernah berakhir”.
Daftar Pustaka Chris Hasbrouck. (2014). A Treasure Chest of Skeletons: Should Upper Management Use Bug Tracking Info in their Decision Making. SDLC Headquarters. Diakses 03 Desember 2014 dari http://www.sdlcpartners. com/2014/01/30/a-treasure-chest-of-skeletons-shouldupper-management-use-bug-tracking-info-in-theirdecision-making/ Linux Community Team. (2009). What Is Linux: An Overview of the Linux Operating System. Diakses 03 Desember 2014 dari https://www.linux.com/learn/new-userguides/376-linux-is-everywhere-an-overview-of-thelinux-operating-system Mahmun Thoha. (2010). Otomasi Perpustakaan (Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Kendalanya). Jurnal Univ PGRI Palembang. Diambil 01 Desember 2014 from http:// univpgri-palembang.ac.id:2095/penelitian/Otomasi%20 Perpustakaan.pdf,
Rouse Margaret. (2014). Systems Development Life Cycle (SDLC). Diakses 3 Februari 2015 dari http:// searchsoftwarequality.techtarget.com/definition/ systems-development-life-cycle Setiawan Yasin. (2013) Rekayasa Sistem Pelayanan Mandiri Berbasis Komputer Di Perpustakaan Universitas Riau. Diakases 3 Februari 2015 dari http://download. portalgaruda.org/article.php?article=163431&val= 2293&title=Rekayasa%20Sistem%20Pelayanan%20 Mandiri%20Perpustakaan%20Berbasis%20Komputer. Subrata Gatot . (2009). Otomasi Perpustakaan, Repository Universitas Negeri Malang. Diambil 03 Desember 2014 from http://repository.um.ac.id/images/stories/ pustakawan/kargto/Automasi %20Perpustakaan.pdf
Manuel Filipe dos Santos Bento. (2013). Going Beyond the Bibliographic Catalog: The Basis for a New Participatory Scientific Information Discovery and Sharing Model, IGI Global, University of Aveiro. Diambil 01 Desember 2014 from http://e-resources.pnri.go.id:2179/gateway/ chapter/full-text-html/69262
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
37
Lampiran 1. Flowchart Book Check Out Security System (Mesin security check bahan pustaka)
38
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
Oleh: Kamaludin1 Email:
[email protected]
Analisis Kebutuhan Pustakawan pada UPT Balai Informasi Teknologi-LIPI Abstrak Tercapainya layanan yang baik kepada pemustaka adalah cita-cita setiap penyelenggara perpustakaan, untuk mencapai cita-cita tersebut pustakawan dituntut untuk bekerja professional, disamping itu perlu perencanaan sumber daya manusia yang baik. Namun masalah yang terjadi adalah perencanaan formasi pegawai belum sepenuhnya dilakukan. Berkaitan dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan sumber daya manusia pengelola perpustakaan dalam menjalankan tugasnya pada Seksi Pendayagunaan Koleksi Informasi Teknologi – UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Bandung. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Selanjutnya data dianalisis dengan metoda perhitungan berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004, dengan memperhatikan Perka PNRI nomo 64 tahun 2006. Dari penelitian diketahui bahwa tugas pokok pegawai pada Seksi ini dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan. Penggunaan waktu kerja telah digunakan dengan baik, jumlah kebutuhan pegawai diketahui 17 orang, yang ada saat ini 10 orang, sehingga kekurangan 7 orang. Diketahui juga dalam 7 tahun kedepan akan pensiun 7 orang. Implikasi dari kekurangan pegawai tersebut adalah tidak tercapainya kinerja secara maksimal, upaya yang telah dilakukan yaitu dalam jangka pendek adalah rangkap jabatan dan jangka panjang mengusulkan penambahan pegawai. Kata kunci : Pustakawan, manajemen sumber daya manusia, UPT Balai Informasi Teknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pendahuluan Perpustakaan sebagaimana disebutkan dalam Undangundang RI, nomor 43 Tahun 2007, adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Sedangkan tujuannya disebutkan pada pasal 4 yaitu bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementar itu pada pasal 14 ditegaskan bahwa layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi kepentingan pemustaka (Perpustakaan Nasional RI, 1
2008). Achnes (2011) menyebutkan bahwa pelayanan adalah suatu proses kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan bantuan seoptimal mungkin kepada pihak lain yang memerlukan baik diminta atau tidak diminta. Sementara itu Septina (2011) menyebutkan pelayanan berarti suatu kegiatan yang bertujuan untuk membantu pengguna jasa layanan. Prima berarti terbaik atau bagus. Jadi, apabila digabungkan, pelayanan prima bermakna sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membantu memberikan layanan yang terbaik bagi pengguna.
Pustakawan Madya Pada Perpustakaan UPT Balai Informasi Teknologi LIPI, Bandung
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
39
Dari dua pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa untuk memberikan pelayanan yang baik diperlukan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang baik. Kualitas yang baik yang diperlukan oleh pustakawan adalah kemampuan dalam mengelola dan melayani pemustaka secara profesional, sementara kuantitas pustakawan diperlukan untuk perbaikan dalam pelaksanaan manajemen kepegawaian kearah yang lebih baik, terarah, mempunyai pola yang jelas, serta berkesinambungan. UPT Balai Informasi Teknologi LIPI berdiri sejak tanggal 12 Juni 2002, memiliki tugas melaksanakan pengembangan, pelayanan informasi, dan kepustakaan di bidang teknologi. Dengan fungsinya adalah (a) Penyiapan dan penyusunan program, pengadaan, pengolahan, dan pendayagunaan sumber-sumber informasi dengan menggunakan teknologi informasi; (b) Pengelolaan sarana dan pengembangan sistem informasi teknologi; (c) Pengkajian, pengolahan, dan pengemasan serta pengembangan pemanfaatan informasi teknologi; (d) Pelaksanaan kerjasama dan pemasyarakatan informasi teknologi; dan (e) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. UPT Balai Informasi Teknologi LIPI dipimpin oleh Kepala UPT yang membawahi satu bagian tata usaha, tiga seksi serta kelompok jabatan fungsional. Salah satu seksi yang mengurusi perpustakaan dan kepustakawanan adalah Seksi Pendayagunaan Koleksi Informasi Teknologi. Seksi ini mempunyai tugas melakukan perencanaan untuk pengadaan, pengolahan, dan pendayagunaan sumbersumber informasi teknologi. Dan tidak hanya kegiatan kepustakaannya saja yang ada dalam seksi ini, tetapi juga kegiatan kepustakawanan. Mengingat penelitian ini berkaitan dengan perpustakaan dan kepustakawanan, maka penelitian ini dilaksanakan pada Seksi Pendayagunaan Koleksi Informasi Teknologi - UPT Balai Informasi Teknologi LIPI, waktu penelitian dilakukan pada bulan bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2014, berlokasi di Bandung. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan sumber daya manusia pengelola perpustakaan dalam menjalankan tugasnya. Sedangkan rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Apa saja tugas pokok pegawai Seksi Pendayagunaan Koleksi Informasi Teknologi 2. Bagaimana gambaran penggunaan waktu kerja oleh pegawai 3. Berapa jumlah kebutuhan pegawai pada Seksi
40
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
Pendayagunaan Koleksi Informasi Teknologi, Bandung 4. Bagaimanakah implikasi manajerial serta solusi yang dapat dilakukan. Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia adalah suatu cara mengatur hubungan dan peranan sumber daya atau tenaga kerja yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan organisasi. Widodo (2009) menyebutkan sumber daya manusia merupakan perpaduan antara motivasi yang ada pada diri seseorang dan kemampuannya dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa sumber daya manusia dapat mencapai hasil yang memuaskan dalam bekerja tergantung dari perilaku karyawan dalam melaksanakan pekerjaan. Sementara itu Purwanto (2005) menyebutkan manajeman sumber daya manusia, seperti juga manajemen umum tentunya juga merupakan suatu proses perencanaan, penetapan apa yang harus dilakukan dalam proses pengorganisasian. Dalam hal ini proses dan praktik manajemen sumber daya manusia berkisar pada masalah perencanaan dan penugasan kelompok kerja, penyusunan personalia, melalui proses penarikan, seleksi, penempatan, pengembangan, pemberian kompensasi, penilaian proses kerja, pengarahan, kepemimpinan, pengelolaan konflik, motivasi, pengawasan dan pemberian motivasi untuk mencapai tujuan, baik tujuan individu maupun tujuan perusahaan atas penyelenggaraan manajemen personalia. Definisi lain diberikan oleh Abdullah (2012) yaitu manajemen sumber daya manusia, dapat diartikan sebagai pengelolaan individu-individu yang bekerja dalam organisasi berupa hubungan antar pekerja dengan pekerja, terutama untuk menciptakan dan memanfaatkan individuindividu secara produktif sebagai usaha mencapai tujuan organisasi dan dalam rangka perwujudan kepuasaan kerja dan pemenuhan kebutuhan individu-individu tersebut. Sementara itu refleksi dari peran sumber daya manusia disebutkan oleh Rodiah (2004) bahwa revitalisasi peran sumber daya manusia dalam organisasi antara lain : a) manusia tidak lagi dianggap sebagai biaya tetapi sebagai aset, b) pegawai tidak selalu dituntut pada kepatuhan tetapi dikembangkan komitmennya pada pekerjaan atau hasil pekerjaan c) orientasi pegawai tidak saja pada dirinya tetapi difokuskan pada kerja sama untuk kepentingan bersama.
Efektivitas manajemen sumber daya manusia dipengaruhi oleh kapabilitas pelakunya atas 5 aspek: (1) Personal credibility; (2) Ability to manage change; (3) Ability to manage culture; (4) Ability to deliver human resource practices; (5) Understanding of the business process, demikian pernyataan Ulrich yang dikutif oleh Willy (2011).Pakaya (2011) manajemen sumber daya manusia strategis merupakan keterkaitan dari sumber daya manusia dengan tujuan dan sasaran strategis untuk meningkatkan kinerja organisasi dan pengembangkan kultur organisasi yang mendorong inovasi sesuai dengan perubahan lingkungannya, atau dengan kata lain, merupakan pola penyebaran sumber daya manusia dari kegiatan-kegiatan terencana yang dimaksudkan untuk memberikan kemampuan sebuah organisasi untuk mencapai tujuannya. Hasil akhir dari manajemen sumber daya manusia strategis khususnya dalam organisasi bisnis adalah kemampuannya secara terus menerus meningkatkan atau mempertahankan kepuasan dan loyalitas konsumen, pangsa pasar yang tinggi. Pada bagian lain Edwin B. Flippo sebagaimana dikutif Walidun (2011) menyebutkan manajemen kepegawaian dirumuskan sebagai berikut: “Personnel management is the planning, organizing, directing and controlling of the procurement, development, compensation, integration, and maintenance of people for the purpose of contributing to organizational, individual, and societal goals. Definisi ini menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan manajemen kepegawaian atau managemen sumber daya manusia meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dari pada pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi dan pemeliharaaan orang-orang untuk tujuan membantu. menunjang tujuan-tujuan organisasi, individu, dan sosial. Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi dan peran perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Tidak terhindarkan pula pada organisasi perpustakaan, tercapainya layanan yang baik kepada pemustaka sebagai tujuan perpustakaan ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas serta jumlah yang memadai. Metoda Penelitian Metode yang dilakukan pada peneltian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu kajian terhadap sikap pegawai dalam melakukan tugastugasnya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dan wawancara untuk mendapatkan informasi yang akurat. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui pengamatan terhadap aktifitas pegawai selama bekerja, serta kegiatan wawancara dilakukan untuk menguatkan data yang diperoleh melalui pengamatan. Sementara itu data sekunder dikumpulkan melalui studi kepustakaan, dokumen yang dimiliki oleh institusi serta memperhatikan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI nomor 64 tahun 2006. Untuk selanjutnya data-data dianalisis dengan metoda perhitungan sesuai Keputusan Meteri Pendayagunaan Aparatur Negara, nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004. Hasil Dan Pembahasan Koleksi Perpustakaan UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Perpustakaan UPT Balai Informasi Teknologi LIPI pada saat penelitian ini dilakukan mempunyai berbagai jenis koleksi, yaitu buku dan jurnal ilmiah tercetak, buku dan jurnal ilmiah dalam media digital, informasi ilmiah dalam media film dan koleksi keliping. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Koleksi Perpustakaan UPT Balai Informasi Teknologi LIPI
No. 1 2 3 4
Jenis koleksi perpustakaan Buku & Jurnal ilmiah tercetak Buku & Jurnal ilmiah digital Informasi ilmiah dalam media film Keliping Jumlah
Jumlah 34.195 7.523 186 27.320 69.224
Tugas-tugas pokok pekerjaan pegawai Seksi PKIT UPT BIT LIPI Seksi Pendayagunaan Koleksi Informasi Teknologi - UPT Balai Informasi Teknolgi LIPI (PKIT UPT BIT LIPI) mempunyai tugas melakukan perencanaan untuk pengadaan, pengolahan, dan pendayagunaan sumbersumber informasi teknologi. Untuk melaksanakan tugas tersebut sumber daya manusia yang berada dalam seksi PKIT ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan. Tugas pokok fungsional pustakawan Pustakawan yang bertugas pada Seksi ini telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 9 Tahun 2014, sebagaimana tertulis pada pasal 4, tugas pokok pustakawan yaitu melaksanakan kegiatan dibidang kepustakawanan yang meliputi pengelolaan perpustakaan,
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
41
pelayanan perpustakaan, dan pengembangan sistem kepustakawanan. Rincian tugas pustakawan telah sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) Rincian kegiatan Pustakawan Tingkat Terampil telah sesuai jenjang jabatan, sebagai berikut: a). Pustakawan Pelaksana, meliputi 17 kegiatan; b). Pustakawan Pelaksana Lanjutan, meliputi: 17 kegiatan; c). Pustakawan Penyelia, meliputi 15 kegiatan, untuk tugas-tugas Pustakawan Pelaksana dan Pelaksana Lanjutan mengingat tidak ada Pejabatnya maka tugasnya dirangkap. Sedangkan rincian kegiatan Pustakawan Tingkat Ahli telah sesuai jenjang jabatan, sebagai berikut: a). Pustakawan Pertama, meliputi 31 kegiatan; b). Pustakawan Muda, meliputi 27 kegiatan; c). Pustakawan Madya, meliputi 26 kegiatan; dan d). Pustakawan Utama, meliputi:10 kegiatan. Pejabat Pustakawan Pertama dan Pustakawan Utama pada saat penelitian ini dilakukan tidak ada, sehingga dilakukan rangkap tugas. Tugas pokok tenaga teknis perpustakaan Jabatan tenaga teknis perpustkaan yang ada dalam seksi PKIT terdiri dari lima jabatan. Uraian tugas-tugas pokok dari setiap jabatan dapat dilihat pada tabel 2 sampai tabel 6, sebagai berikut : No. 1 2 3 4 5
Tabel 2 Tugas pokok jabatan dokumentalis
Uraian Tugas Melaksanakan kegiatan penentuan subjek, deskriptor dan klasifikasi bahan pustaka Melaksanakan kegiatan penentuan katagori bidang keilmuan bahan pustaka Melaksanakan kegiatan penyuntingan data cantuman pangkalan data Menyusun Katalog Dalam Terbitan bahan pustaka Melakukan Pengawasan Kualitas data Katalog
Tabel 3 Tugas pokok jabatan Pembantu Dokumentalis
No. 1 2 3
No. 1 2
42
Uraian Tugas Membantu pelaksanaan kegiatan pengkatalogan dan pengindeksan di Sub Bidang Pengolahan Literatur Membantu pelaksanaan kegiatan penyuntingan data cantuman pangkalan data Membantu pelaksanaan kegiatan pemberian Katalog Dalam Terbitan bahan pustaka
Tabel 4 Tugas pokok jabatan Penata Usaha Pengembangan Koleksi Perpustakaan
Uraian Tugas Menyusun perencanaan kegiatan akuisisi dan pengelolaan koleksi Merumuskan sasaran kegiatan akuisisi dan pengelolaan koleksi
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
3 4 5 6 7 8 9 10
Mengkoordinasikan kegiatan seleksi bahan pustaka Mengkoordinasikan kegiatan pembelian dan penerimaan bahan pustaka Mengkoordinasikan kegiatan distribusi hadiah bahan pustaka Mengkoordinasikan kegiatan tukar menukar bahan pustaka Mengkoordinasikan kegiatan penyiangan koleksi bahan pustaka Mengkoordinasikan kegiatan penyimpanan koleksi bahan pustaka Mengkoordinasikan kegiatan penerimaan wajib simpan bahan pustaka Mengkoordinasikan kegiatan pelatihan dan pendidikan akuisisi dan pengelolaan koleksi
Tabel 5 Tugas pokok jabatan Penatausaha Preservasi Dokumen
No. Uraian Tugas 1 Membuat rencana kegiatan Memeriksa kualitas dokumen hasil preservasi 2 (ketajaman, kekontrasan, posisi dan clearisity gambar/image) Mempelajari dan mengusulkan pengembangan 3 peralatan preservasi 4 Menyusun panduan kerja 5 Menyiapkan bahan dan memeriksa peralatan 6 Melakukan perekaman/pemotretan dokumen Melakukan proses pencucian dan pengembangan 7 film 8 Melakukan penjaketan mikrofis Melakukan editing/cropping/formatting/transfer 9 dokumen digital 10 Mengelola digital file Melakukan restorasi, perbaikan, dan penjilidan 11 dokumen 12 Menyusun laporan kegiatan
Tabel 6 Tugas pokok jabatan Pembantu Layanan Informasi Ilmiah
No. Uraian Tugas 1 Menyediakan bahan pustaka sesuai permintaan pengunjung perpustakaan 2 Mengembalikan bahan pustaka yang sudah selesai dibaca ke rak koleksi 3 Menjajarkan kembali bahan pustaka di rak koleksi 4 Mencatat jumlah bahan pustaka yang telah selesai dibaca pengunjung perpustakaan 5 Melakukan penggandaan bahan pustaka sesuai dengan permintaan pengunjung perpustakaan 6 Mencatat jumlah kertas yang digunakan untuk penggandaan bahan pustaka 7 Mencatat jumlah pengunjung yang datang ke perpustakaan
8 9 10 11 12 13 14 15 16
Membuat daftar pengguna layanan penelusuran Mengirimkan hasil penelusuran sesuai permintaan pengguna Melakukan penggandaan dokumen pesanan pengguna Membuat daftar pengguna layanan penggandaan dokumen Mengirimkan hasil penelusuran dan pesanan dokumen/ literatur kepada pengguna jasa Membuat daftar penerima kiriman kemasan informasi Menyiapkan kemasan informasi yang akan didiseminasikan Mengirmkan pesanan kemasan informasi sesuai permintaan/pesanan pengguna Mencatat dan mengirim pesanan/permintaan ISSN
Analisa kebutuhan Pustakawan dan Tenaga Teknis Perpustakaan Analisis jumlah kebutuhan pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan pada Seksi Pendayagunaan Koleksi Informasi Teknologi UPT Balai Informasi Teknologi LIPI (PKIT UPT BIT LIPI) dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban kerja. Pekerjaan tenaga fungsional pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan pada Seksi PKIT UPT BIT LIPI memiliki jenis kerja yang beragam sebagaimana diuraikan terdahulu. Oleh karena itu, pendekatan perhitungan jumlah kebutuhan pegawai menggunakan pendekatan tugas per tugas jabatan. Langkah-langkah perhitungan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban kerja dengan pendekatan tugas per tugas jabatan sesuai Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004, dengan memperhatikan Peraturan Kepala PNRI nomor 64 tahun 2006, sebagai berikut : Pendekatan tugas per tugas jabatan Metoda pendekatan tugas per tugas jabatan adalah metoda untuk menghitung kebutuhan pegawai pada jabatan yang hasil kerjanya abstrak atau beragam. Hasil beragam artinya hasil kerja dalam jabatan banyak jenisnya. Informasi yang diperlukan untuk dapat menghitung dengan metoda ini adalah: uraian tugas beserta jumlah beban untuk setiap tugas; waktu penyelesaian tugas; jumlah waktu kerja efektif per hari rata-rata. Rumusnya adalah:
Σ Waktu penyelesaian tugas Σ Waktu kerja efektif
Waktu Penyelesaian Tugas disingkat WPT. Sedangkan Waktu Kerja Efektif disingkat WKE. Menetapkan waktu kerja Waktu kerja yang secara efektif digunakan untuk bekerja terdiri terdiri dari hari kerja efektif dan jam kerja efektif. Hari kerja efektif dapat dihitung dengan langkahlangkah berikut, diketahui jumlah hari berdasarkan kalender 2014 adalah sebanyak 365 hari, 52 minggu. Jumlah hari sabtu dan minggu adalah sebanyak 103 hari dalam setahun. Kemudian hari libur nasional pada tahun 2014 adalah sejumlah 16 hari dan cuti bersama tahunan. Total hari libur diperoleh dengan menjumlahkan hari sabtu dan minggu ditambah hari libur nasional dan cuti bersama tahunan yaitu sebesar 119 hari. Hari kerja efektif diperoleh dengan mengurangi jumlah hari pada kalender 2014 dikurangi total hari libur, diperoleh hari kerja efektif yaitu sebanyak 246 hari. Pejabat fungsional pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan bekerja selama 8,5 jam per hari atau sebanyak 2550 menit per minggu (8,5 jam dikalikan dengan 5 hari kerja dikalikan 60 menit). Jam kerja efektif adalah jumlah jam kerja formal dikurangi dengan waktu kerja yang hilang karena tidak bekerja (allowance) seperti buang air, melepas lelah, istirahat makan, dan sebagainya. Allowance diperkirakan rata-rata sekitar 30% dari jumlah jam kerja. Dengan demikian, jam kerja efektif fungsional pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan setelah dikurangi allowance menjadi 1785 menit per minggu ( 2550-765 (30%=1785)) kali 52 minggu atau 92.820 menit per tahun. Menyusun waktu penyelesaian tugas Setiap tugas pokok memiliki beban kerja yang menggambarkan seberapa banyak tugas tersebut dilakukan dalam satuan hasil dan jangka waktu tertentu. Dari data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan Jabatan yang memuat uraian tugas, satuan hasil, waktu penyelesaian tugas (WPT), waktu kerja efektif (WKE), beban kerja (BK), yang pada akhirnya akan menunjukkan pegawai yang dibutuhkan (PYD) dalam jabatan tersebut. Menghitung Jumlah Kebutuhan Pegawai Dalam Perka PNRI 64 tahun 2006 disebutkan bahwa formasi jabatan fungsional pustakawan adalah jumlah dan susunan pangkat/jenjang jabatan fungsional pustakawan yang diperlukan dalam suatu satuan unit organisasi perpustakaan, dokumentasi dan informasi untuk mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu tertentu. Kebutuhan pegawai (PYD) pada jenjang jabatan
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
43
fungsional pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan dapat dilihat pada Tabel 7 : Tabel 7 Pegawai yang dibutuhkan
No. Jenjang Jabatan 1 Pustakawan Utama 2 Pustakawan Madya 3 Pustakawan Muda 4 Pustakawan Pertama 5 Pustakawan Penyelia 6 Pustakawan Pelaksana Lanjutan 7 Pustakawan Pelaksana 8 Penata Usaha Informasi Ilmiah 9 Dokumentalis 10 Penata Usaha Pengembangan Koleksi Perpustakaan 11 Penatausaha Preservasi Dokumen 12 Pembantu Dokumentalis 13 Pembantu Layanan Informasi Ilmiah 14 Operator Data Entry Jumlah
WPT WKE PYD Dibulatkan 80760 92820 0.87 1
Tabel 8 Perbandingan jumlah kebutuhan pegawai dengan jumlah pegawai existing No.
Jenjang Jabatan
1 2 3 4 5 6
Pustakawan Utama Pustakawan Madya Pustakawan Muda Pustakawan Pertama Pustakawan Penyelia Pustakawan Pelaksna Lanjutan Pustakawan Pelaksana Penata Usaha Informasi Ilmiah Dokumentalis Penata Usaha Pengembangan Koleksi Perpustakaan Penatausaha Preservasi Dokumen Pembantu Dokumentalis Pembantu Layanan Informasi Ilmiah Operator Data Entry Jumlah
162000
92820 1.74
2
97500
92820 1,05
1
90000
92820 0.96
1
257400
92820 2.77
3
60012
92820 0,64
1
100000
92820 1.07
1
60000
92820 0.64
1
11
105000 109800
92820 1.13 92820 1.18
1 1
12 13
7 8 9 10
14 82800
92820 0.89
1
90000
92820 0.96
1
127200
92820 1,37
1
105400
92820 1.13
1 17
Perbandingan Jumlah Kebutuhan Karyawan terhadap Kondisi Saat ini Berdasarkan hasil pembahasan sebagaimana terlihat pada tabel 7, dapat disimpulkan bahwa analisis kebutuhan sumber daya manusia dengan pendekatan tugas per tugas jabatan memberikan gambaran mengenai jumlah pegawai pada Seksi Pendayagunaan Koleksi Informasi Teknologi (PKIT). Adapun jumlah karyawan yang saat ini terdapat pada Seksi PKIT dan perbandingan dengan pegawai yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 8.
SDM PYD Kurang existing 0 1 1 1 2 1 1 1 0 0 1 1 3 3 0 0 1 1 0 1
1 1
1 0
1 0
1 1
0 1
1
1
0
0 1
1 1
1 0
1 10
1 17
0 7
Usia pegawai PKIT berdasarkan jabatan dibandingkan dengan batas usia pensiun Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI), nomor 21 tahun 2014, tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang Mencapai Batas Usia Pensiun bagi Pejabat Fungsional, Bab II, Pasal 2, ayat (1) Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional yang telah mencapai Batas Usia Pensiun diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. ayat (2) Batas Usia Pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu: huruf a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat fungsional Ahli Muda dan Ahli Pertama serta Pejabat fungsional Keterampilan; huruf b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku: (1) Jabatan Fungsional Ahli Utama dan Ahli Madya; Sedangkan pada Bab III Ketentuan Peralihan Pasal 3 ayat (1) Pegawai Negeri Sipil yang pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini sedang menduduki Jabatan Fungsional Ahli Muda, Ahli Pertama, dan Penyelia selain Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b, yang sebelumnya batas usia pensiunnya dapat diperpanjang sampai dengan 60 (enam puluh) tahun, batas usia pensiunnya yaitu 60 (enam puluh) tahun. Dari sepuluh pegawai yang bekerja pada Seksi Pendayagunaan Koleksi Informasi Teknologi - UPT
44
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
Balai Informasi Teknologi - LIPI (PKIT UPT BIT LIPI), diketahui bahwa Batas Usia Pensiun (BUP) untuk jabatan fungsional pustakawan madya 60 tahun sedangkan untuk jabatan tenaga teknis perpustakaan 58 tahun, mengacu pada (PPRI), nomor 21 tahun 2014 tersebut maka terdapat 1 orang yang masa kerjanya tinggal 1 tahun, 2 orang pegawai yang masa kerjanya tinggal 2 tahun, 1 orang pegawai yang masa kerjanya tinggal 5 tahun, 1 orang pegawai yang masa kerjanya tinggal 6 tahun, 2 orang pegawai yang masa kerjanya tinggal 7 tahun dan 3 orang pegawai yang masa kerjanya masih 10 tahun. Selengkapnya dapat pada tabel 9. Tabel 9 Usia pegawai pegawai dibandingkan dengan batas usia pensiun pada Seksi PKIT
No. 1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
11 12 13 14
Jenjang Jabatan
SDM USIA BUP Sisa existing Tahun masa kerja Pustakawan Utama 0 Pustakawan Madya 1 53 60 7 Pustakawan Muda 1 47 60 13 Pustakawan 0 Pertama Pustakawan 3 59 60 1 Penyelia 58 2 53 7 Pustakawan 0 Pelaksna Lanjutan Pustakawan 0 Pelaksana Penata Usaha 1 34 58 24 Informasi Ilmiah Dokumentalis 1 56 58 2 Penata Usaha 0 Pengembangan Koleksi Perpustakaan Penatausaha 1 52 58 6 Preservasi Dokumen Pembantu 0 Dokumentalis Pembantu Layanan 1 53 58 5 Informasi Ilmiah Operator Data 1 45 58 13 Entry
Implikasi manajerial atas kekurangan pegawai dan solusi yang telah dilakukan Perencanaan sumber daya manusia merupakan langkah awal dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkompeten sesuai bidangnya, sehingga efisiensi dan efektifitas kerja dapat terwujud dan tujuan perusahaan dapat tercapai (Mangkuprawira, 2003). Kekurangan
sumber daya manusia tersebut berakibat pada pencapaian kinerja yang tidak maksimal. Kekurangan pegawai ini telah diantisipasi dua cara, yaitu pertama dalam jangka pendek dengan cara rangkap tugas dan dilaksanakan oleh pegawai lainnya, yang kedua dalam jangka panjang telah dilakukan permintaan penambahan pegawai secara bertahap kepada Pejabat berwenang. Kesimpulan Tugas-tugas pokok pegawai pada Seksi Pendayagunaan Koleksi Informasi Teknologi UPT Balai Informasi Teknologi LIPI (PKIT UPT BIT LIPI) Bandung, dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok pegawai yang menduduki jabatan fungsional pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan. Penggunaan waktu kerja oleh pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan telah direncanakan dengan baik, mengikuti Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, nomor : KEP/75/M. PAN/7/2004, serta memperhatikan Perka PNRI nomor 64 tahun 2006. Jumlah kebutuhan pejabat fungsional pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan pada Seksi PKIT UPT BIT LIPI dengan metoda perhitungan berdasarkan Keputusan Meteri Pendayagunaan Aparatur Negara, nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004, diketahui sebanyak tujuh belas orang, sedangkan pegawai yang ada pada saat ini sebanyak sepuluh orang, dengan demikian masih diperlukan tambahan pegawai sebanyak tujuh orang. Disamping itu dalam tujuh tahun kedepan akan terjadi pensiun pegawai sejumlah tujuh orang. Implikasi dari kekurangan pegawai tersebut adalah tidak tercapainya kinerja secara maksimal, upayaupaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan pegawai ini ada dua, yaitu dalam jangka pendek telah dilakukan rangkap tugas dan jangka panjang dengan cara mengusulkan penambahan pegawai kepada pejabat berwenang. Saran Tugas-tugas pokok yang telah ditetapkan saat ini, disarankan untuk selalu dievaluasi disesuaikan dengan tuntutan pemustaka serta perkembangan teknologi yang berkaitan dengan kegiatan perpustakaan dan memprioritaskan pelayanan kepada pemustaka. Penggunaan waktu kerja oleh pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan yang telah direncanakan dengan baik, disarankan untuk dilakukan pengawasan dalam pelaksanaannya, sehingga efisiensi dan efektifitas dalam mencapai kinerja yang optimal dapat dicapai.
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
45
Mengingat tugas-tugas pokok yang ada pada Seksi Pendayagunaan Koleksi Informasi Teknologi begitu penting dalam mencapai tugas UPT Balai Informasi Teknologi LIPI, yaitu melaksanakan pengembangan, pelayanan informasi, dan kepustakaan dibidang teknologi, sementara itu kondisi pegawai yang kurang, maka
disarankan untuk segera mengusulkan kebutuhan dengan argumentasi yang kuat dan signifikan. Disamping itu pegawai yang ada saat ini disarankan untuk ditingkatkan pengetahuannya, sehingga dapat mengimbangi dan memenuhi tuntutan serta kebutuhan pemustaka, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja.
Daftar Pustaka Achnes, Sofia (2011), Pelayanan Prima Sebagai Upaya Pelaksanaan Good Government, Jurnal Kebijakan Publik, vol 2, no 2. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004, tentang Pedoman perhitungan kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi Pegawai Negeri Sipil Mangkuprawira, S. (2003) : Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta. Pakaya, Abd. Rahman (2011) Pengaruh manajemen sumber daya manusia strategis dan manajemen transformasi terhadap keunggulan bersaing, Jurnal Inovasi, vol. 08, no. 03. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI, nomor : 9 tahun 2014, tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, nomor 21 tahun 2014, tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang Mencapai Batas Usia Pensiun bagi Pejabat Fungsional Perpustakaan Nasional RI. (2008) : Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 64 tahun 2006 tentang Pedoman penyusunan formasi jabatan fungsional pustakawan, Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
46
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
Perpustakaan Nasional RI. (2008) : Undang-undang Republik Indonesia, nomor 43 tahun 2007, tentang Perpustakaan, Jakarta : Perpustakaan Nasional RI. Purwanto (2005) : Arti dan peranan sumber daya manusia, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, vol. 2 no. 2. Septina, Ane Dwi (2011) : Keaktifan pustakawan dalam pemasyarakan perpusdokinfo guna meningkatkan perkembangan dan citra positif perpustakaan, Jurnal Pustakawan Indonesia, vol 11, no 1. Walidun Husain (2011) : Perencanaan pengembangan sumber daya manusia di Provinsi Gorontalo, Jurnal Inovasi, vol. 08, no. 03. Widodo (2009) : Upaya peningkatan kinerja sumber daya manusia melalui komitmen dan orientasi belajar, Media ekonomi, vol 9, no 1. Willy Susilo, Eriyatno, M. Joko Affandi, D. Agus Goenawan (2011) : Rancang Bangun Model Audit Manajemen Sumber Daya Manusia, Menggunakan Pendekatan Sistem, Manajemen IKM. Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah, vol 6, no. 2.
Oleh: Indah Purwani2 dan Mariana Ginting2 Email:
[email protected]
Menguak Tabir Informasi Koleksi Langka dan Antik (Rare and Atiquarian Collections) Perpustakaan Nasional RI Abstrak Tabir yang menyelimuti koleksi langka dan antik Perpustakaan Nasional RI dirasa masih kurang dipahami oleh sebagian besar masyarakat, karena kekurangan informasi apa dan bagaimana sebenarnya koleksi langka itu. Buku langka dan antik merupakan sebagian besar dari koleksi yang ada di Perpustakaan Nasional RI sekarang ini sebenarnya dihimpun dan dikumpulkan sejak jaman penjajahan Belanda. Dari sebagian besar koleksi tersebut berisi berbagai disiplin ilmu yang bisa dijadikan sebagai bahan acuan penelitian bagi generasi yang akan datang. Dengan jumlah koleksi yang cukup fantastik lebih kurang satu setengah juta judul, generasi muda diharapkan mampu menguak tabir informasi yang terkandung didalamnya karena, sejuta informasi yang sangat berharga ada didalam koleksi tersebut dan berbagai tantangan dalam penelusurannya juga merupakan satu kendala karena bahasa yang notabene bahasa Belanda, Jepang, Inggris, Arab, Kamboja. Semua koleksi langka dan antik ditampung dan dikelola oleh perpustakaan Nasional RI dengan sistem penyimpanan tersendiri dan mempunyai ciri khas dalam penelusurannya. Kendala dalam mengelola koleksi langka dan antik masih ditemui dilapangan karena masih banyak orang yang belum paham akan arti koleksi langka dan antik serta bagaimana cara merawatnya terutama pada koleksi pribadi, tetapi disisi lain belum mau menyerahkan kepada Perpustakaan Nasional RI karena ada nilai informasi atau sejarah dan nilai nominal yang tak ternilai di dalamnya. Perpustakaan Nasional RI sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam mengelola dan menangani koleksi langka tersebut harus tetap eksis dalam penanganannya agar prospek kedepan tetap lestari dan tabir yang selama ini melingkupi koleksi langka dan antik segera terkuak dan bisa didayagunakan lebih optimal oleh pemustaka, masyarakat dan generasi penerus sebagai bahan penelitian. Kata Kunci: Buku langka dan antik, Perpustakaan Nasional, koleksi langka Koleksi Langka dan Antik Perpustakan Nasional RI Koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan Nasional lebih dari 1,8 juta judul sebagian besar berbentuk buku, majalah, microfilm dan manuscript mempunyai keunikan tersendiri. Di antara koleksi-koleksi tersebut adalah koleksi buku langka dan buku dalam kategori antik karena usia dari penerbitan koleksi tersebut sudah melebihi di 1 2
atas lima puluh tahun, hal ini sesuai dengan standar batas ukuran buku atau koleksi yang masuk golongan buku langka atau antik. Tidak sedikit orang yang tidak paham akan pengertian buku langka atau antik karena mungkin usia buku yang sudah sangat tua sehinga kurang diminati oleh masyarakat awam yang kurang mengerti informasi apa dibalik keunikan buku langka dan antik.
Pustakawan Pertama pada Perpustakaan Nasional RI Pustakawan Madya pada Perpustakaan Nasional RI
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
47
Sebenarnya koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) sudah berkembang dari koleksi Perpustakaan Museum Pusat yang awalnya dikembangkan dan dikelola oleh Bataviaasch Genootschap van Kunstenen Wetenschappen, perkumpulan kaum elite intlektual yang berdiri tahun 1778, koleksinya merupakan berbagai jenis bahan perpustakaan karya bangsa Indonesia maupun asing, baik yang diterbitkan di dalam maupun di luar negeri sejak abad ke - 16 yang dikumpulkan berdasarkan undang-undang deposit yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Koleksi langka yang ada dan dimiliki oleh Perpusnas memiliki keunikan dan sangat penting karena berisi koleksi sejarah bangsa, literature dan karya anak bangsa tentang adat istiadat, budaya, agama dan hukum yang ada di Indonesia dan koleksi langka ini memuat hampir seluruh disiplin ilmu, hal ini serupa dengan apa yang dikemukakan oleh The “International Review Team for Conservation and Preservation” pada tahun 1989 yang menyatakan bahwa “National Library of Indonesia” from its establishment in 1778, there are collections more 1.881.456 titles in addition to it book, periodical, microfilm and manuscript collections over 10.000 codices which uniquely important for the nation past history, literature, religion, law, costume, etc. are recorded. (IRT,1989).
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen sejak tahun 1936 berusaha melengkapi buku-buku Nederlands Oost Indie (Indonesia) dengan membuat peraturan wajib serah simpan karya cetak yang zaman sekarang disamakan dengan Undang-undang No.4 Tahun 1990. Kemudian tahun 1942 selama pendudukan Jepang Perpustakaan Museum Nasional menjadi Perpustakaan Deposit dari Pemerintah Jepang sampai pada tahun 1948 ditunjuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai deposit bagi terbitan Perserikatan Bangsa-Bangsa beserta cabang-cabangnya. (Subadio,1992:4 dalam Sumarsih) yang dikelompokkan dalam koleksi buku terjilid dan koleksi non buku. Berdasarkan pendataan menjelang pembentukan Perpustakaan Nasional, koleksi majalah Perpustakaan Museum Nasional mencapai 11.000 judul berasal dari berbagai Negara di dunia, mencakup semua disiplin ilmu yang ditulis dalam berbagai bahasa dan aksara. Buku langka di Indonesia di antaranya adalah kitab Negarakertagama yang ditulis pada masa Pemerintahan Hayam Wuruk tahun 1363 dan menurut Mr. Muh.Yamin, Kertagama adalah merupakan intan berkilauan bagi perpustakaan kita, selain itu ada buku antik lain terbitan Venesia pada tahun 1556 berbahasa Italia yakni “Delle Navigation et Viaggi, karya Don Christoforo Colombo Genovese” (Hartoyo dalam Sumarsih, 1998).
Koleksi langka yang ada di Perpusnas bisa digambarkan sebagai koleksi yang merefleksikan keadaan dan situasi negara Indonesia pada saat itu. Hal ini terdapat dalam sebuah illustrasi lukisan-lukisan seperti misalnya situasi Istana Bogor yang terkena gempa pada 10 Oktober tahun 1834 dan pamflet yang mendorong masyarakat untuk menggunakan hak suaranya pada Pemilihan Umum pertama di Indonesia pada tahun 1950 semua informasi ini terdapat dalam koleksi “VARIA” gambaran lain tentang budaya bangsa Indonesia banyak terekam dalam buku langka lainnya seperti History van Java (Rafless), in kedaton Jogyakarta: Oepatjara Ampilan en Tooneldansen (J. Groneman), serta lukisan cair yang menggambarkan masyarakat Papua pada tahun 1887. Yeri (2008). Koleksikoleksi langka tersebut terutama publikasi Indonesia sebelum perang dunia ke-II. Buku yang memperkenalkan Indonesia diabad 16 dan peta dunia yang terbit tahun 1154 merupakan bahan acuan penelitian untuk generasi yang akan datang.
Keberadaan koleksi-koleksi tersebut sebagian besar diperoleh dari pembelian dan hadiah. Ada kecenderungan bahwa para pemilik lebih senang menjual ke luar negeri daripada menghibahkan ke Perpusnas dengan “Mas Kawin”, yang tentunya bernilai lain bila menggunakan ukuran US $ (Dolar Amerika), £ (Poundsterlling) dan Ringgit. Kalau merujuk pada Negara Barat keberadaan koleksi langka memang biasanya diperoleh dari seseorang yang sedang mengadakan penelitian sebagai contohnya John Davis Batchelder (1872-1958) selama dalam tahuntahun penelitian asing dan perjalanan mengumpulkan buku, manuscript, buku jilid dan cetak, peta serta mata uang yang melukiskan sejarah kebudayaan Western. Koleksi tersebut disumbangkan ke perpustakaan pada tahun 1936, ditempatkan untuk yang bagian dalam buku langka dan koleksi khusus. Dari jumlah 1,499 volume termasuk buku anak-anak terbitan pertama Amerika incunabula, dan karya satra yang signifikan dari Shakespeares ‘Romeo and Juliet’ (1623).
Koleksi langka terkumpul berkat adanya semacam peraturan serah simpan karya cetak yang dikeluarkan oleh pemerintah Kolonial Belanda yang dimuat dalam Bijblad dan Staatblad No. 7981 Drukwerken Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen Besluit. No. 19 Buitenzorg den 28sten November 1913. Kepala
Beberapa buku dan bentuk non buku telah dikoleksi karena hubungannya dengan orang-orang yang terkenal pada jaman tersebut. Bagaimana dengan koleksi buku langka dan antik yang dimiliki oleh Perpusnas mencakup terbitan zaman kolonial sejak abad ke-16 merupakan berbagai disiplin ilmu, antara lain matematika,
48
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
astronomi, meteorologi, arsitektur dan ilmu hewan serta kesusasteraan. Ada beberapa catatan tentang koleksi langka yang ada di Perpusnas di antaranya koleksi yang bisa dikategorikan koleksi unik dan langka adalah: Koleksi Ster (*) atau Bintang Koleksi ini memiliki keunikan tersendiri karena ukurannya yang besar jika dibandingkan dengan ukuran koleksi monograf pada umumnya. Koleksi Ster mempunyai ukuran rata-rata 40,5 X 25,5 cm dan ukuran yang terbesar adalah 74,5 X 61 cm dengan judul Platen van Nederlandsch Oost – en West Indie (nomor koleksi 76*B, terbitan 1913). Koleksi Ster (*) berjumlah sekitar 1000 entri berisi antara lain kisah perjalanan di antaranya ke Indonesia (terbitan mulai abad 17) yang ditulis secara detail meliputi sumber daya alam, keadaan geografis, dan etnologi. Karya perjalanan diantaranya ditulis oleh Francois Valentijn, John Nieuhof, Joseph Harris, M.T.H. Perlaer, dan Cornelis de Bruijns. Koleksi Ster (*) yang tak kalah penting adalah Borobudur, Wayang Purwa, Krakatau dan beberapa karya sastra dunia. Koleksi Varia Koleksi Varia adalah koleksi yang tidak bisa dikategorikan sebagai koleksi monograf karena bentuknya yang beragam seperti surat beriluminasi beraksara Arab Melayu, foto kuno, lukisan cat air, reproduksi lukisan, poster, selebaran, dan peta. Koleksi yang berjumlah 2884 entri ini diantaranya mengandung sumber informasi mengenai Indonesia pada kurun waktu 1600-1950. Koleksi Varia sebagian besar telah mengalami restorasi, kerjasama antara Perpustakaan Nasional RI dan Rijksmuseum Amsterdam (2004-2008). Untuk pertama kalinya Koleksi Varia dipamerkan di Erasmus Huis pada bulan Oktober 2007.
Fakta Sejarah Keberadaan Buku Langka dan Antik (Rare and Antikuarian Book) Apabila berbicara masalah buku langka dan antik pasti masyarakat awam akan berpikir bahwa itu adalah buku-buku kuno dan berdebu, tidak terawat dengan baik sehingga enggan menyentuh apalagi membacanya karena biasanya buku langka berbahasa asing, tetapi dibalik itu semua mungkin banyak orang yang tidak tahu bahwa itu koleksi punya nilai informasi yang tinggi dan sangat berharga karena sudah masuk kategori koleksi langka, bahkan mungkin hanya ada satu-satunya didunia ini. Buku langka dapat diuraikan secara garis besar adalah buku yang terbit pada tahun 1900 atau dikatakan sebagai terbitan pada abad 19, 18, 17, 16, dan 15. Buku-buku antik menarik karena terbit dalam edisi perdana atau cetakan pertama, tetapi meskipun sedikit jumlahnya bisa dikategorikan sebagai buku langka oleh para ahlinya. Sebagai gambaran, buku-buku Eropa dibuat sebelum tahun 1455 dan semuanya dibuat dengan tulisan tangan. Yang sangat menarik di dalam buku antik tersebut adalah keindahannya dalam penjilidan buku dengan kertas yang berkualitas tinggi. Beberapa buku yang dicetak pada tahun 1770 tidak gampang diperoleh karena harga dan nilai historisnya, sebagai gambaran contohnya adalah buku “Paradise Lost” (1667) oleh John Milton edisi pertama harganya setara dengan pembayaran uang muka sebuah rumah pada saat itu. Bahkan baru-baru ini ada salah satu situs berita di Indonesia memunculkan artikel dengan tajuk “Buku Kuno Termahal di Dunia, Tebak Berapa Harganya?” buku tersebut berhasil dijual oleh Balai lelang Sotheby dengan harga termahal didunia yakni mencapai harga Rp 167 Miliar (tv.detik.com,28 November 2013).
Koleksi Braill Koleksi khusus untuk penyandang cacat tuna netra ini berjumlah sekitar 300 entri berisi antara lain buku teks pelajaran, ensiklopedia, dan kamus. Koleksi Deposit Sebelum UU No. 4 Tahun 1990 Merupakan koleksi deposit terbitan sekitar tahun 1924-1989 berjumlah sekitar 68.000 eksemplar. Menurut sumber lisan ada dua pendapat yang berbeda mengenai sejarah koleksi ini. Koleksi ini dikategorikan menjadi koleksi buku langka karena merupakan koleksi eks Museum Nasional. Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa koleksi ini merupakan koleksi yang pada awalnya milik Kantor/Bidang Bibliografi dan Deposit, Pusat Pembinaan Perpustakaan yaitu salah satu dari empat komponen yang berintegrasi menjadi Perpusnas.
Gambar 1: Buku Paradaise Lost ( 1667)
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
49
Apa yang menjadikan sebegitu penting dan mahalnya sebuah buku kuno dan langka, orang menilai apakah itu buku penting tidaknya bukan hanya dipandang dari segi isinya saja tetapi juga dari segi karakteristik fisik. Buku yang terbit edisi pertama sangat penting karena ada nilai sejarah pengerjaannya, dan ilustrasi buku tersebut memberi interpretasi baru terhadap teks ataupun pengerjaan seni estimatinya sangat bernilai sekali. Karakter fisiknya bisa terlihat misalnya dari cara penjilidannya, penggunaan dan proses percetakan, pada masa awal ataupun marginal anotasinya oleh orang yang sangat terkenal, itu merupakan kontribusi bagi pentingnya buku langka dan harga pasarannya. Tetapi tidak semua buku lama itu dikategorikan sebagai buku langka dan punya nilai tinggi, ada beberapa alasan mengapa kitab suci agama tertentu tidak masuk dalam katagori buku langka atau ensiklopedi Britanica bukan termasuk buku langka, hanya saja secara umum dikatakan sebagai buku langka adalah buku yang terbit atau di cetak sebelum tahun 1501, di Inggris sebelum tahun 1641 dan Amerika sebelum tahun 1801. Sementara kalau di Indonesia buku yang usianya sudah lebih dari 50 tahun sudah masuk dalam kategori buku langka. (Kunto dalam Sumarsih, 1998). Fungsi dari buku langka bagi sebuah perpustakaan adalah merupakan bukti sejarah adanya peradaban, sejarah suatu bangsa di masa lalu. Buku langka mempunyai nilai dan arti sendiri bagi orang-orang tertentu yang mengerti isi informasi dari buku langka tersebut. Yang menarik dari buku langka biasanya adalah sebelumnya dimiliki oleh orang terkenal di negerinya atau orang yang memiliki status tinggi dari keluarga raja atau kaum bangsawan. Penulis pertama Inggris Caxton edisi buku pertamanya pada abad 15, tetapi kadang-kadang edisi 16 yang serupa dengan buku Caxton nampak muncul diantara dealer dan lelang buku antik dengan menarik harga yang sangat tinggi. Karya Shakepeare terahir untuk folio pertama tahun 1623 (edisi pertama kumpulan karya william Shakepeare) berhasil mengumpulkan catatan pemecah rekor dengan harga 5,5 juta dolar pada tahun 2006. Karya terakhir William Shakespeare yang masih bisa di beli dengan memasang harga seperti satu buah rumah kecil, tetapi agak lebih mudah mendapatkannya, sedangkan hampir semua koleksi masih tersedia hanya dalam bentuk copy edisi pertama yang dimiliki oleh perpustakaan, museum dan atau universitas. Kalau melihat seperti apa bentuk koleksi langka itu biasanya buku langka dijilid dengan menggunakan kulit. Kulit merupakan bahan tradisional yang dipakai dalam
50
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
penjilidan di beberapa Negara tertentu. Hal ini karena bahan kulit sangat lentur dan mudah digunakan juga bahan kulit masih merupakan pilihan yang baik bagi para penjilid dalam membuat pekerjaaanya. Sebagian besar penjilidan tradisional dengan menggunakan bahan kulit kambing biasa disebut Morocco dan sebutan Morocco merupakan jenis kulit yang dipakai dalam menjilid buku. Perbedaan warna kulit bisa dimunculkan dalam berbagai abstrak dan desain secara natural, dekorasi bunga atau potret orang. Hal ini menjadikan hasil yang fantastik dan biasanya dijadikan sebagai tanda mata, atau hadiah yang menakjubkan dan spesial bila diberikan sebagai hadiah. Sebagai catatan, jumlah koleksi langka pada umumnya sangat sedikit dan terbatas, sehingga beberapa copy yang dipajang langsung terjual dengan sangat cepat. Contoh gambar buku langka seperti dibawah ini. Kepemilikan Buku Langka Apabila kita mempunyai buku langka dan antik yang kira-kira memiliki nilai informasi yang berharga, apabila ingin menjualnya bisa ke tempat penjualan buku melalui rumah lelang profesional atau penjualan langsung secara online, mana yang terbaik silahkan menentukan sendiri tergantung dari sejauh mana kelangkaan dan nilai dari buku tersebut, lokasi dan lama waktu yang diinginkan dalam proses penjualan dan waktu yang tersedia untuk memasarkan barang tersebut. Direktori tempat penjualan buku-buku langka mungkin di Indonesia masih jarang tetapi kalau di Amerika ada semacam situs Web yang bisa membantu mengidentifikasi kualitas pedagang bukubuku langka dan antik atau bisa bertanya pada badan yang secara resmi menerima penjualan buku-buku langka dan antik. Beberapa penjualan buku langka sekarang sudah banyak yang mempunyai katalog yang bisa ditelusur dan database dalam world wide web (www). Beberapa buku walaupun terbitan lama tetapi bukan termasuk buku langka atau antik yang masuk golongan buku tersebut diantaranya adalah: Bible atau Kitab Suci Agama tertentu karena tidak memiliki nilai nominal yang signifikan, demikian juga dengan buku ceramah/khotbah kegamaan yang ditujukan untuk peredaran secara meluas, sehingga sebisa mungkin di cetak dengan harga yang murah. Jika ada kumpulan karya dari penulis-penulis terkenal biasanya penerbit akan menawarkan dalam edisi spesial dengan diberi tanda tangan langsung oleh sang penulis tetapi koleksi seperti ini jarang dikategorikan sebagai koleksi langka, kecuali oleh sang kolektor dengan alasan nilai historisnya saja. Ensiklopedi dalam edisi modern nilai nominalnya tidak terlalu tinggi walaupun
artikel-artikel didalamnya sangat menarik kecuali Encyclopedia Britanica yang terbit pada tahun 1911 bisa dikatakan sebagai koleksi langka. Sistem penyimpanan koleksi buku langka masih mewarisi sistem yang digunakan oleh perpustakaan Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (KBGKW ) yaitu berdasarkan fixed location yaitu dengan kode angka romawi dan latin yang mencerminkan isi/subyek koleksi, perinciannya sebagai berikut:
a. Judul majalah: Annales: Academiae Lugduna Batavae Negara tempat terbit: Negeri Belanda Kode penempatan sesuai Negara tempat terbit : A Nomor untuk judul majalah 1 Kode untuk Vol., th. Tidak tercantum Nomor majalah tidak tercantum, karena annales adalah terbitan tahunan Tahun terbit : 1815-1816
Sistem Penyimpanan Berdasarkan Fixed Location Sistem penomoran majalah koleksi Perpusnas menggunakan sistem campuran (alfanumerik). Huruf digunakan untuk kode negara dimana majalah diterbitkan, dan angka merupakan kode judul majalah secara kronologis, satu judul mendapatkan satu nomor.
Kode penempatan menjadi : A:11815-1816
Tabel 1 merupakan daftar huruf sebagai kode negara dimana terbitan majalah koleksi Perpusnas diterbitkan. No 1 2 3 4 5 6 7
Kode aksara / huruf A B C D E F G
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
H I J K L M N O P Q QQ BO BO : 1-26
Nama negara tempat terbit majalah Negeri Belanda dan Curacao Indonesia Belgia Perancis Swis Inggris Asia, Afrika, Australia dan Negara Pasifik Jerman, Austria dan Polandia Cekoslovakia Rusia, Finlandia Denmark Swedia, Norwegia Italia Portugal Spanyol Amerika Serikat Surat Kabar Tabloit, proteveille Staatblad / Berita Negara Bijblad van staatblad
Tabel 1: Penyimpanan Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Nasional RI Berikut contoh penerapan nomor penempatan koleksi majalah terjilid yang tersimpan di Perpusnas. 1. Kode A digunakan untuk kode majalah terbitan negeri Belanda. Dalam rak A tersimpan majalah berkode A: 1 sampai dengan A:1329, ini berarti bahwa majalah terjilid terbitan negeri Belanda dan Curacao ada 1329 judul.
Keunikan Nomor Panggil Koleksi langka Berdasarkan sejarah atau asal usul bahasa, jenis dan isinya koleksi majalah langka Perpusnas dapat dikelompokkan dan diberi kode yang digunakan sebagai nomor panggil untuk kepentingan penyimpanan dan temu kembali. Beragamnya koleksi Perpusnas dalam fungsi dan jenisnya, berdampak pada sistem penomoran bahan perpustakaan. Seperti perpustakaan yang lain, untuk monograf dan sejenisnya sebagai koleksi umum, Perpusnas menerapkan penomoran sistem alfanumerik yang didahului dengan nomor klasifikasi DDC. Sistem alfanumerik yang didahului dengan tahun terbit digunakan untuk penomoran koleksi deposit, sedangkan sistem alfanumerik yang didahului dengan huruf (A,B,C, dst) untuk koleksi majalah terjilid, peta dan foto album. Untuk buku langka berdasarkan fixed location yaitu dengan kode angka romawi dan latin yang mencerminkan isi/subyek dari bahan pustaka. Sistem penyimpanan koleksi buku langka masih mewarisi sistem yang digunakan oleh perpustakaan Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (KBGKW ) yaitu berdasarkan fixed location yaitu dengan kode angka romawi dan latin yang mencerminkan isi/subyek koleksi, perinciannya sebagai berikut:
No.
Tabel 2: Sistem Penyimpanan Berdasarkan Fixed Location
Nomor
1.
V&5
2. 3. 4. 5.
VI & 6 IX & 9 XI & 11 XII & 12
Subyek
Lokasi/Lantai Penyimpanan Matematika, astronomi, V C mekanik Ilmu militer VC Meteorologi VC Pertanian VC Arsitektur VC
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
51
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
52
XIII & 13
Industri, perdagangan, Teknik XIV & 14 Ilmu Pengetahuan Alam XV & 15 Geologi XVI & 16 Ilmu tumbuhtumbuhan XVII & 17 Ilmu hewan XIX &19 Antropologi XX & 20 Kedokteran XXI & 21 Etnologi, geografi XXII & 22 Sejarah dan perjalanan XXIII & Biografi 23 XXIV & Arkeologi 24 XXV & 25 Numismatik XXVI & Ilmu sosial dan politik 26 XXVII & Ilmu hukum 27 XXVIII Filsafat & 28 XXIX & Kristiani 29 XXX & 30 Ilmu pendidikan, olah raga, dan permainan XXXI & Agama Islam dan 31 agama lainnya selain Kristen XXXII & Kesusasteraan 32 Indonesia dan Melayu XXXIII Kesusasteraan Jawa & 33 XXXIV Kesussateraan daerah & 34 lainnya XXXV & Kesusasteraan Sanskrit 35 XXXVI Kesusasteraan Arab & 36 XXXVII Kesussateraan Asia & 37 lainnya XXXVIII Kesusasteraan Cina dan & 38 Jepang XXXIX Kesusasteraan Latin & 39 dan Yunani XL & 40 Kesusasteraan Belanda XLI & 41 Kesusasteraan Barat lainnya XLII & 42 Bibliografi dan Ilmu Perpustakaan XLIII & 43 Kamus dan ensiklopedia XLIV & 44 Buku tahunan dan almanak
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
VC VC VC VC VC VC VC VC VC VC VC VC VC VI B VI B VI B VI B VI B VI B VI B VI B VI B VI B VI B VI B VI B VI B VI B VI B VI B VI B
37. XLV & 45 Kesenian 38. XLVI & 46 Linguistik 39. XLVII & Aneka ragam 47
VI B VI B VI B
Sumber: Perpustakaan Nasional RI
Penanganan Koleksi Langka dan Antik Perpusnas Perpusnas memiliki peran penting dalam melaksanakan pemeliharaan dan memudahkan penggunaan warisan kekayaan intelektual bangsa Indonesia dalam format analog maupun digital. Sedemikian pentingnya sehingga International Revew Team for Conservation and Preservation pada tahun 1989 mengadakan penelitian guna membantu kegiatan pelaksanaan preservasi serta mengeluarkan rekomendasi mengenai langkah-langkah dalam upaya pelestarian semua bahan perpustakaan tentang Indonesia yang diterbitkan di dalam maupun di luar negeri. Salah satu rekomendasinya adalah bahwa Perpustakaan Nasional RI ditetapkan sebagai Pusat Preservasi Nasional (National Preservation Centre). Tetapi di sisi lain Perpustakaan Nasional RI belum mempunyai kebijakan secara rinci tentang preservasi yang dibuat oleh Tim perumus kebijakan Perpusnas. Dalam wawancara penelitian penulis pernah mendapatkan informasi bahwa: “Perpustakaan Nasional belum mempunyai kebijakan yang baku dalam artian dibuat oleh orang-orang Perpusnas sendiri, yang ada selama ini hanya sebatas buku pedoman umum tentang preservasi yang mengadopsi tulisan Clement & Dureau dan untuk kegiatann konservasi selama ini menggunakan buku pedoman konservasi yang ditulis oleh Bapak M. Razak ...” (Wawancara, Juli 2000). Pada dasarnya pelaksanaan preservasi itu sendiri tidak bisa dilakukan dengan secara sederhana, tetapi harus mengacu pada berbagai aspek kegiatan perpustakaan (Feather,1991:49). Tanpa perencanaan yang baik kegiatan ini tidak mungkin mencapai sasaran yang sesuai dengan tujuan preservasi yang dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan perencanaan kegiatan. Dengan demikian kebijakan preservasi bahan perpustakaan bukan hanya menjadi tanggung jawab pihak Preservasi saja, tetapi juga bagian-bagian lain yang berada dalam satu Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dalam penyusunan kebijakan preservasi tidak bisa disusun secara terpisah melainkan harus menyatu dengan kebijakan lain seperti kebijakan pengembangan koleksi, pengelolaan tempat penyimpanan koleksi dan metodenya. Semuanya harus tertuang dalam kebijakan secara tertulis yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.
Tidak bisa dipungkiri dari sekian banyak jumlah koleksi langka yang ada di Perpustakaan Nasional RI sangat disayangkan sudah banyak yang mengalami kerusakan dan sebagian ada yang hancur karena faktor usia dan faktor perusak bahan perpustakaan itu sendiri baik internal maupun eksternal. Walaupun dalam setiap tahunnya Perpustakaan Nasional RI telah memprogramkan pelestarian dengan berbagai daya upaya konservasi dan alih media baik itu microfilm maupun digital tetapi masih ditemui kendala penanganan pelaksanaannya dengan masalah pengelolaan unsur 5 M (man, material, machine, methode, money) serta dipengaruhi adanya Keppres No.11/1989 dan UU No.4 /1990 yang berhubungan langsung dengan masalah penyediaan anggaran dana yang disediakan oleh lembaga Institusi. Sejauh ini anggaran dana yang tersedia tidak bisa secara maksimal sehingga ada ketidakseimbangan antara koleksi yang rusak dengan tingkat laju kerusakan yang mengakibatkan semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Sebagai solusi maka perlu dilakukan pengambilan kebijakan penetapan atau penentuan skala prioritas preservasi karena hal ini akan memberikan dampak yang cukup penting bagi koleksi. Bagaimana kita bisa menjaga koleksi tersebut senantiasa dalam keadan terpelihara dengan baik, jika penanganannya tidak dilakukan dengan serius dan benar. Kemudian sistim penyimpanan yang baik apakah sudah dilaksanakan yaitu dengan menyimpan koleksi didalam ruangan yang dingin, sejuk dan kering serta penerangan yang rendah. Begitupun dalam menata didalam rak shelving sebaiknya tidak langsung berhadapan dengan sinar atau cahaya, tidak dianjurkan pula melapisi koleksi dengan kertas koran atau plastik. Apabila memutuskan untuk menjilid ulang harus benar-benar di teliti jangan sampai menghilangkan nilai informasi asli dari koleksi langka tersebut, konsultasikan dengan ahlinya atau pihak konservator. The International Review Team for Conservation and Preservation pada tahun 1989 juga merekomendasikan agar Perpustakaan Nasional RI perlu mengirimkan staf Konservasi maupun yang lain guna mendapatkan training atau pendidikan preservasi secara profesional agar menghasilkan sumber daya manusia yang cukup handal dalam bidangnya, hal ini tentu saja akan berimbas pada masalah pemberian jasa layanan perpustakaan. Sebutan seorang konservator itu adalah seseorang yang mempunyai profesionalisme dalam mengkonservasi obyek tertentu, mampu mengidentifikasi kerusakan, dan paham terhadap masalah kerusakan secara kimiawi maupun fisika.
Semua penerapan metode kerja harus dengan lemah lembut, bisa dibolak-balik dan bisa dilacak (gentle, reversible, dan traceable) Idealnya seorang konservator mendapatkan program pelatihan/training terlebih dahulu. Lembaga pendidikan dan preservasi yang ada diluar negeri misalnya American Institue for the Conservation of Historic and Artistic Work (http;//aic.standford.edu/); International Centre for the study of Preservervation and Restoration of Cultural Property (ICCROM) (http;//www. iccrom.org.) dan The Northeast Document Conservation Center ( NEDCC); The Institute for Conservation of Historic and Artistic Works (http;//www.iiconservation. org./) dll. Untuk kepentingan ke depan sudah seharusnya memikirkan bahwa semua koleksi langka dan naskah kuno segera dialihmediakan dalam format digital karena semakin lama kita berpacu dengan waktu dan tingkat kerusakan koleksi-koleksi tersebut secara otomatis akan bertambah jumlahnya. Memang menjadi suatu kendala bagi Perpustakaan Nasional RI dalam alih media digital karena berbagai faktor yang melingkupi khususnya masalah anggaran dan sumber daya manusia, tetapi semua itu harus dijalani kalau tidak ingin koleksi langka dan antik akan hancur dengan sendirinya. Selain itu kita juga akan berhadapan dengan masalah perawatan koleksi secara digital (Digital Preservation) karena koleksi yang sudah dialih mediakan dari bentuk analog ke bentuk digital perlu dilestarikan guna keperluan kedepannya, maka semakin komplit permasalahan yang akan kita hadapi di masa yang akan datang. Sebagai gambaran perbandingan, perpustakaan yang telah mengkoleksi buku hibah dari John Davis Batcheldeseperti:Inauguration Ball, March 4th 1881. Regulations for the Orderand Discipline of the Troops of the United States Part 1; Philadelphia: Printed by Stynerand Cist, in Second street 1774; [Charles Dickens’strave lingkit]. [186?]; Charles Dickens’s Walking Cane]. [186?] Hero of Alexandria. Spiritali di Herone Alessandrino, ridotti in lingua volgare da Alessandro Giorgi. Vrbino, Appresso B. e S. Ragusij fratelli,1592, sudah dialih bentuk dalam format digital. Di Perpustakaan Cornell University Amerika, semua unit preservasi senantiasa berkonsentrasi penuh dalam penanganan/treatment fisik terhadap bahan perpustakaan yang dilakukan oleh bagian konservasi di bawah pengawasan direktur dan secara konsisten melakukan penanganan/treatment yakni pencegahan terhadap kerusakan, menangani perbaikan terhadap buku langka dan antik serta koleksi Arsip dengan pembagian tugas secara terpisah antara konservator buku, kertas dan photo. Bagaimana dengan perpustakaan Nasional
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
53
RI, kita masih dalam proses pengerjaan yang cukup panjang karena keterbatasan sumber daya manusia juga kelengkapan sarana dan prasarana yang masih menghadang didepan mata.
Biasanya koleksi yang sudah mengalami kerusakan akan terlihat seperti contoh gambar 4 dibawah ini.
Dari hasil temuan survey The International Revew Team (IRT) pada tahun 1989 saja menunjukkan bahwa 13,3% dari koleksi eks. Museum dalam kondisi baik dan tidak perlu penanganan lebih lanjut, 46,6% dalam kondisi cukup dan beberapa bagian memerlukan perhatian, dan 40,1 % dalam kondisi jelek dan memerlukan penanganan segera, sedangkan 17,2% dari koleksi Deposit dalam kondisi baik , 42,3 % dalam kondisi cukup, sisanya dalam kondisi kurang baik.
Gambar 4: buku yang kertasnya kena jamur dan jilidan rusak
Survei kondisi dilakukan kembali pada tahun 2013 yang meliputi pencatatan baik dari segi dimensi maupun kondisi koleksi fisik yang dijadikan bahan sampel atau contoh dan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kerusakan koleksi Perpustakaan Nasional RI. Dari hasil analisa data survey koleksi diketahui sebanyak 58.32 % dari jumlah koleksi mengalami kerusakan. Informasi yang didapatkan akan membantu dalam menentukan karakteristik kondisi secara umum dari koleksi dan kebutuhan dalam treatment penanganannya. Personal yang terlibat dalam survey kondisi adalah petugas bagian preservasi bekerjasama dengan para pustakawan bidang layanan yang mengambil sampel random dari koleksi buku langka dan koleksi khusus seperti naskah, koleksi audio Visual dan dipastikan semakin besar jumlahnya mengingat pertambahan usia koleksi yang semakin tua. Kerusakan koleksi yang ditemui disebabkan oleh karena faktor biologi, faktor kimia dan faktor lingkungan.
Butuh keuletan dan perjuangan yang keras guna mengapresiasi keberadaan koleksi langka dan antik diperpustakaan kita agar senantiasa dapat di akses informasinya dan digunakan oleh para generasi penerus bangsa sebagai bahan penelitian di masa yang akan datang. Karena kegiatan preservasi itu cukup luas tafsirannya, diantaranya meliputi kegiatan pemeliharaan, perawatan, pengawetan, perbaikan dan reproduksi, maka setiap perpustakaan yang bernaung di bawah Perpustakaan Nasional RI berkewajiban melaksanakan pelestarian koleksinya agar selalu tersedia dalam keadaan baik dan memelihara bahan pustaka deposit sebagai konsekwensi adanya Undang-Undang No.4 Tauhun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, sementara disisi lain sumber daya manusia yang melaksanakan kegiatan konservasi sangat terbatas jumlahnya, tentu saja hal ini menjadikan suatu hal yang perlu dipikirkan bersamasama.
Daftar Pustaka Conservation.http;//www.library.cornell.edu/preservation/ operation/conservation.html diakses pada 30/01/2013 Conservator –restorer.2005.http;//en.wikipedia.org/wiki/ Conservator_(museum) diakses pada 24/7/2012. Sumarsih, Endang.(1998). Kontribusi Koleksi Buku Langka dalam memenuhi kebutuhan informasi bagi pengguna Perpustakaan Nasional RI. Jatinangor :Universitas Padjadajran (skripsi) Grifin, Melanie. (2011). Rare Books and Manuscript. American Library Associasion. .http;//www.ala.org. diakses pada 19 /09/2013. Indah Purwani. (2001). Kebijakan Skala Prioritas Preservasi Dalam Upaya Perlindungan Nilai Informasi Koleksi Perpustakaan. Jatinangor : Universitas Padjadjaran (skripsi).
54
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
John Davis Batchelder. Collection, Books, manuscripts,andothermaterials. Http://hdl.loc.gov/loc. rbc/batchelder diakses pada 19/09 /2013 Perpustakaan Nasional RI. (1989). Conservation and preservation at the National Library of Indonesia:A report by the International Review Team for conservation and preservation. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Perpustakaan Nasional RI.(2009). Pedoman Penyusunan Nomor Panggil Bahan Perpustakaan:majalah terjilid, peta dan album foto Perpustakaan Nasional Perpustakaan Nasional RI.(2013). laporan Hasil pemetaan Pelestarian koleksi Perpustakaan Nasional RI Thurn James. . (2007). Survey of Pre-1801 Law Library Books Library of Congress http://www.loc.gov/preservation/conservators/lawsurvey/ diakses 06 Februari 2014
Oleh: Herwan Junaidi1 Email:
[email protected]
Pemanfaatan Perpustakaan BPTP Maluku Utara Abstrak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara merupakan perpanjangan tangan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) untuk menyampaikan hasil-hasil teknologi inovasi pertanian yang telah dihasilkan Balitbangtan. Perpustakaan BPTP Maluku Utara memiliki fungsi sebagai instalasi pendukung dalam keberhasilan pencapaian visi, misi, dan tupoksi BPTP Maluku Utara, guna memenuhi kebutuhan referensi para peneliti dan penyuluh dalam melakukan penelitian, pengkajian, dan diseminasi spesifik lokasi. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui pemanfaatan perpustakaan BPTP Maluku Utara dalam upaya menyediakan dan menyebarkan informasi inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi yang telah dihasilkan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara. Pengkajian dilaksanakan pada bulan Januari – Juni 2014 di perpustakaan BPTP Maluku Utara. Hasil pengkajian menunjukan bahwa pengguna yang berkunjung dan memanfaatkan fasilitas perpustakaan BPTP Maluku Utara sebanyak 88 orang. Rata-rata pengunjung adalah sebanyak 14 orang per bulan. Pengguna yang pinjam koleksi perpustakaan 2 orang per bulan. Koleksi perpustakaan yang dilayankan 3 koleksi per bulan. Kata kunci : Perpustakaan, penyebaran informasi, inovasi teknologi, akses informasi Pendahuluan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 16/Permentan/ OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006 dimana dalam perubahan lingkungan strategis dan internal, maka harus diikuti dengan system manajemen organisasi yang baik. Visi BPTP Maluku Utara merupakan bagian integral dari visi Badan Litbang Departemen Pertanian Republik Indonesia, Pertanian Pedesaan 2020, dan visi pembangunan pertanian provinsi Maluku Utara. Visi BPTP Maluku Utara dirumuskan sebagai sumber nilai, motivasi untuk menyamakan persepsi, pola tindak yang sama menuju masa depan pembangunan pertanian dan perdesaan yang diinginkan. Berdasarkan hal tersebut, BPTP Maluku Utara menetapkan visi : Menjadi lembaga pengkajian pertanian terdepan di Maluku Utara dalam menghasilkan, menyediakan, melayani informasi, teknologi inovasi tepat guna spesifik lokasi sesuai dinamika kebutuhan masyarakat pertanian (BPTP Malut,
1 2
2006). Untuk mencapai visi tersebut maka perlu didukung dengan fasilitas riset yang memadai seperti halnya perpustakaan digital (digital library). Perpustakaan digital merupakan instalasi pendukung untuk menghasilkan riset yang berkualitas. Dukungan tersebut berupa fasilitas penyediaan literatur yang disesuaikan dengan program penelitian dan pengkajian (Suryantini dkk, 2006). Dalam era teknologi informasi yang semakin maju dan berkembang, peran perpustakaan sebagai sarana pencarian referensi dan situs web sebagai media informasi, komunikasi serta promosi sudah merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi UK/UPT Badan Litbang Pertanian. Keberadaan perpustakaan dan situs web akan sangat berarti tidak hanya pengguna tetapi juga bagi unit kerja dalam memberikan layanan informasi yang bermutu dan promosi yang efektif (Litbang Pertanian, 2011).
Pustakawan Pertama pada BPPT Maluku Utara Pemenang Harapan Ketiga pada Pemilihan Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat Nasional 2014
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
55
Perpustakaan mempunyai peranan penting sebagai jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan yang sekaligus menjadi tempat rekreasi yang menyenangkan, menyegarkan, dan mengasyikan. Membangun citra perpustakaan yang positif, akan membawa dan mengembangkan citra institusinya, baik di dalam maupun di luar lembaga induknya (Ismuharty, 2014). Dalam mengembangkan citra, perpustakaan BPTP Maluku Utara berusaha meningkatkan layanan yang sesuai dengan sistem management mutu (Quality Management System). Upaya meningkatkan keakuratan penyediaan informasi untuk para pemustaka (peneliti, penyuluh, dan pengguna lainnya) sangat penting. Pengembangan otomasi perpustakaan diharapkan dapat mempermudah proses penyediaan informasi, seperti penelusuran, dan penyajian. Pemberian jasa perpustakaan dapat lebih ditingkatkan kecepatannya, sehingga dapat memberikan kepuasaan kepada pengguna dan mampu meningkatkan keakuratan penyediaan informasi untuk kebutuhan perencanaan dan pengembangan perpustakaan. Selain untuk mempermudah dan mempercepat proses temu kembali informasi, terkelolanya informasi digital juga akan mempermudah proses pertukaran dan pengiriman informasi (Information Exchange) antar instansi, terutama lingkup Kementerian Pertanian. Kerjasama pertukaran informasi hasil-hasil penelitian yang terdigitasi diharapkan dapat meningkatkan kecepatan layanan informasi dan pengembangan koleksi informasi digital. Perpustakaan yang baik bukan hanya dinilai dari banyaknya koleksi tetapi sejauh mana koleksi yang tersedia dapat dimanfaatkan penggunanya. Perpustakaan Istilah perpustakaan berasal dari kata dasar “pustaka”. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia arti pustaka adalah kitab, buku. Dalam Bahasa Inggris dikenal istilah library, yang berasal dari bahasa latin liber atau libri yang berarti buku. Dari kata tersebut terbentuklah istilah libraries yang berarti tentang buku (Opong dan Nurahmah, 2010). Perpustakaan menurut Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi, para pemustaka. Perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun jenis-jenis perpustakaan yaitu: 1. Perpustakaan Nasional,
56
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
2. Perpustakaan Umum, 3. Perpustakaan Sekolah/Madrasah, 4. Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan 5. Perpustakaan Khusus. Perpustakaan Khusus Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 7496:2009, Perpustakaan khusus adalah institusi/unit kerja pengelola karya tulis, karya cetak, dan karya rekam yang dikelola secara profesional berdasarkan sistem yang baku untuk mendukung kelancaran/keberhasilan pencapaian visi, misi, dan tujuan instansi induk yang menaunginya. Perpustakaan khusus instansi pemerintah adalah salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh lembaga pemerintah yang menangani atau mempunyai misi bidang tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan materi perpustakaan/informasi di lingkungannya dalam rangka mendukung pencapaian misi instansi induknya. Perpustakaan khusus merupakan unit kerja dan perangkat pendukung dalam pencarian referensi dari lembaga/institusi yang bersangkutan. Memiliki tujuan menyediakan koleksi perpustakaan untuk menunjang keberhasilan proses pengkajian dan penelitian serta diseminasi para peneliti dan penyuluh. Dapat dikatakan juga bahwa perpustakaan tersebut sebagai jantungnya pelaksanaan unit kerja pada suatu lembaga/institusi. Perpustakaan khusus mempunyai karakteristik tersendiri dilihat dari fungsi, subjek yang ditangani, koleksi yang dikelola, pengguna yang dilayani dan kedudukannya (Vivit dalam Murphy, 1991). Beberapa hal yang membedakan perpustakaan khusus dengan perpustakaan umum adalah: 1. Koleksi buku yang terbatas pada disiplin ilmu tertentu saja, 2. Keanggotaan terbatas tergantung kebijakan perpustakaan atau kebijakan badan induk, 3. Titik berat koleksi bukan buku, melainkan pada jurnal, majalah, prosiding, laporan hasil penelitian, dan abstrak. Umumnya informasi diperpustakaan khusus lebih mutakhir, dan 4. Perpustakaan lebih mengutamakan kebutuhan pengguna (user oriented). Perpustakaan sebagai sistem pengelolaan rekaman gagasan, pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan umat manusia, mempunyai fungsi utama melestarikan hasil budaya umat manusia tersebut, khususnya yang berbentuk dokumen karya cetak dan karya rekam lainnya, serta menyampaikan gagasan, pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan umat manusia itu kepada generasi-
generasi selanjutnya. Sasaran dari pelaksanaan fungsi ini adalah terbentuknya masyarakat yang mempunyai budaya membaca dan belajar sepanjang hayat. Di sisi lain, perpustakaan berfungsi untuk mendukung Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana diatur dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Perpustakaan merupakan pusat sumber informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, dan kebudayaan. Selain itu, perpustakaan sebagai bagian dari masyarakat dunia ikut serta membangun masyarakat informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Sebagaimana telah dituangkan dalam deklarasi World Summit of Information Society – WSIS, tanggal 12 Desember 2003 di Geneva, Switzerland, deklarasi WSIS bertujuan membangun masyarakat informasi yang inklusif, berpusat pada manusia, dan berorientasi secara khusus pada pembangunan. Setiap orang dapat mencipta, mengakses, menggunakan, dan berbagi informasi serta pengetahuan hingga memungkinkan setiap individu, komunitas, dan masyarakat luas menggunakan seluruh potensi mereka untuk pembangunan berkelanjutan yang bertujuan pada peningkatan mutu hidup (UndangUndang Nomor 43 tahun 2007). Pustakawan Menurut Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 tahun 2007 definisi Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Vivit dalam Murphy (1991) mendefinisikan pustakawan yang berada pada perpustakaan khusus lebih spesifik dengan menyatakan bahwa sorang pustakawan pada perpustakaan khusus memiliki kemampuan khusus. Kemampuan khusus tersebut bersifat unik dan saling mempengaruhi satu sama yang lain, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), keahlian (skills), dan perilaku (attitudes). Kompetensi khusus dan unik tersebut termasuk didalamnya penguasaan secara mendalam pengetahuan berbagai informasi khusus sesuai subjek spesialisnya, berbagai informasi maupun pengetahuan baik tercetak maupun elektronik yang dapat mempertemukan user atau pengguna dengan informasi yang dibutuhkannya. BPTP Maluku Utara yang memiliki tugas pokok melaksanakan pengkajian, perakitan, pengembangan, dan diseminasi hasil teknologi pertanian spesifik lokasi. Memiliki fungsi:
1. Pelaksanaan penyusunan program pengkajian, perakitan, pengembangan, dan diseminasi hasil teknologi pertanian spesifik lokasi, 2. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian spesifik lokasi, 3. Pelaksanaan penelitian, pengkajian, perakitan, pengembangan, dan diseminasi teknologi pertanian spesifik lokasi, 4. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, 5. Pemberian pelayanan pengkajian, perakitan, pengembangan, dan diseminasi teknologi pertanian spesifik lokasi, 6. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga, dan perlengkapan BPTP. Sejalan dengan tupoksi BPTP Maluku Utara, Vivit dalam Bottazo (2005) menyatakan bahwa pustakawan (librarian) atau information specialist di perpustakaan khusus yang telah mengaplikasikan teknologi informasi adalah (1) memahami dengan baik informasi yang dibutuhkan untuk organisasinya, (2) harus dapat memahami dan kemudian mengevaluasi sumber-sumber informasi yang dimiliki dan relevan dengan organisasinya serta sekaligus juga membina kerjasama informasi dengan sumber-sumber informasi tersebut, (3) pustakawan harus menjadi promotor yang menentukan dalam organisasi untuk pengadaan materi informasi perpustakaan, indeksing, berita dan aktivitas lain. Pustakawan di BPTP Maluku Utara diharapkan dapat menjadi konsultan informasi dibidang pertanian sehingga keahlian yang dibutuhkan bukan hanya memahami teknis pengelolaan informasi saja namun terlebih lagi dapat menguasai informasi inovasi teknologi pertanian dengan baik yang dibutuhkan oleh pengguna dan instansi. Metode Pengkajian ini dilakukan di perpustakaan BPTP Maluku Utara pada bulan Januari – Juni 2014. Hasil data yang dikumpulkan meliputi: 1. Jumlah pemustaka yang datang ke perpustakaan, 2. Bentuk koleksi perpustakaan, 3. Jenis koleksi perpustakaan yang dipinjam, 4. Karakter pemustaka yang datang ke perpustakaan, 5. Tujuan pemustaka berkunjung ke perpustakaan. Keseluruhan data diperoleh dari daftar buku tamu dan daftar buku peminjaman koleksi perpustakaan yang telah disediakan oleh petugas perpustakaan/pustakawan. Data yang telah diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sederhana, kemudian dianalisis secara deskriptif.
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
57
Hasil dan Pembahasan Perpustakaan khusus BPTP Maluku Utara melayani pengguna peneliti, penyuluh, dan pegawai internal. Perpustakaan BPTP Maluku Utara dapat juga dimanfaatkan oleh stakeholder, mahasiswa, dan masyarakat pengguna lainnya yang membutuhkan informasi inovasi teknologi pertanian. Jumlah Pemustaka yang Datang ke Perpustakaan Tabel 1. Pemustaka yang datang ke Perpustakaan BPTP Maluku Utara NO 1 2 3 4
PENGUNJUNG PENELITI PENYULUH UMUM STAF JUMLAH
JANUARI 3 2 1 6
FEBRUARI 1 45 4 50
disebabkan karena adanya tugas mengkaji atau mengawal teknologi di lapangan oleh peneliti dan penyuluh. Koleksi Perpustakaan BPTP Maluku Utara Koleksi tercetak yang dimiliki oleh perpustakaan BPTP Maluku Utara sampai dengan saat ini berjumlah 1.834 judul dan 2.625 eksemplar sedangkan koleksi yang tidak tercetak berjumlah 87 keping, meliputi: (1) tercetak : buku, skripsi, tesis, jurnal, prosiding, laporan hasil penelitian, laporan tahunan, abstrak, peta, brosur, leaflet, majalah, dan surat kabar, (2) tidak tercetak : DVD,
BULAN MARET 10 1 6 17
Pada Tabel 1 terlihat jumlah pemustaka yang datang ke perpustakaan BPTP Maluku Utara pada bulan Januari – Juni 2014 sebanyak 88 orang terdiri dari peneliti 24 orang, penyuluh 4 orang, umum 56 orang, dan staf 4 orang. Rata-rata pengunjung perbulan sebanyak 14 orang. Jumlah kunjungan yang terbanyak adalah pada bulan Februari yaitu 50 orang dan jumlah kunjungan yang terendah adalah pada bulan April sebanyak 1 orang.
APRIL 1 1
MEI 5 2 7
JUNI 5 2 7
JUMLAH 24 4 56 4 88
CD, dan kaset. Seluruh koleksi bahan perpustakaan yang dikelola dan dilayankan oleh perpustakaan BPTP Maluku Utara dapat digunakan oleh pemustaka. Informasi yang dilayankan berupa abstrak dan teks yang lengkap, sedangkan format file yang dilayankan berupa alamat URL (Uniform Resource Locator atau home page), PDF (Portable Document Format), dan Microsoft Word (Etty dan Tuti, 2012).
Tabel 2. Pemustaka yang meminjam koleksi perpustakaan NO 1 2 3 4
PENGUNJUNG PENELITI PENYULUH UMUM STAF JUMLAH
JANUARI 1 1 2
BULAN FEBRUARI MARET 1 1 1 1 1 4 1
Sedangkan pada Tabel 2 terlihat Pemustaka yang meminjam koleksi perpustakaan BPTP Maluku Utara pada bulan Januari – Juni 2014 sebanyak 13 orang terdiri dari peneliti 6 orang, penyuluh 2 orang, umum 3 orang, dan staf 2 orang. Rata-rata pemustaka yang pinjam koleksi perpustakaan BPTP Maluku Utara perbulan adalah 2 orang. Jumlah pemustaka yang meminjam koleksi perpustakaan yang terbanyak adalah pada bulan Februari yaitu 4 orang dan jumlah pemustaka yang meminjam koleksi perpustakaan yang terendah adalah pada bulan Maret dan April masing-masing 1 orang. Relatif kurangnya pemustaka yang berkunjung dan meminjam buku di perpustakaan BPTP Maluku Utara antara lain
58
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
APRIL 1 1
MEI 2 1 3
JUNI 1 1 2
JUMLAH 6 2 3 2 13
Gambar 7. Jenis koleksi perpustakaan yang dipinjamkan
Jenis koleksi perpustakaan BPTP Maluku Utara yang dipinjam pada bulan Januari – Juni 2014 sebanyak 21 koleksi terdiri dari buku 18 koleksi, majalah 1 koleksi, jurnal 1 koleksi, dan prosiding 1 koleksi. Rata-rata jenis koleksi perpustakaan yang dipinjam perbulan adalah sebanyak 3 koleksi. Jumlah koleksi perpustakaan yang terbanyak dipinjam adalah pada bulan Januari dan Februari yaitu masing-masing 5 koleksi dan jumlah koleksi perpustakaan yang terendah dipinjam adalah pada bulan Maret 1 koleksi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 7. Tabel 3. Jumlah koleksi perpustakaan yang dipinjamkan NO 1 2 3 4
PENGUNJUNG PENELITI PENYULUH UMUM STAF JUMLAH
JANUARI 3 2 5
FEBRUARI 1 1 2 1 5
Gambar 8. Tujuan pemustaka datang ke perpustakaan BULAN MARET 1 1
Koleksi perpustakaan BPTP Maluku Utara yang dipinjamkan pada bulan Januari – Juni 2014 sebanyak 21 koleksi terdiri dari peneliti 12 koleksi, penyuluh 3 koleksi, umum 4 koleksi, dan staf 2 koleksi seperti terlihat pada Tabel 3. Rata-rata koleksi perpustakaan BPTP Maluku Utara yang dilayankan perbulan adalah sebanyak 3 koleksi. Jumlah koleksi perpustakaan yang dilayankan terbanyak adalah pada bulan Februari yaitu 5 koleksi dan jumlah koleksi perpustakaan yang dilayankan terendah adalah pada bulan Maret 1 koleksi. Tujuan Pemustaka Secara umum perpustakaan berfungsi sebagai sarana penyimpanan dan pelestarian, pendidikan, penyediaan materi penelitian, informasi, rekreasi dan kultural serta pengambilan keputusan/kebijakan. Pemustaka yang datang ke perpustakaan sudah pasti memiliki tujuan salah satunya adalah rekreasi. Di perpustakaan BPTP Maluku Utara selain baca buku pemustaka dapat rekreasi dengan bebas karena perpustakaan BPTP Maluku Utara menyediakan fasilitas komputer yang terkoneksi dengan jaringan internet yang diperuntukkan bagi pemustaka. Perpustakaan BPTP Maluku Utara juga terbuka untuk umum. Dalam hal menerima tamu yang berkunjung ke perpustakaan BPTP Maluku Utara tidak membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, dan agama serta status sosial ekonomi. Siapa saja boleh memanfaatkan fasilitas perpustakaan BPTP Maluku Utara dengan memperhatikan tata tertib yang telah dibuat oleh pengelola/pustakawan.
APRIL 3 3
MEI 2 1 3
JUNI 3 1 4
JUMLAH 12 3 4 2 21
Pemanfaatan perpustakaan BPTP Maluku Utara pada bulan Januari – Juni 2014 oleh pemustaka lebih memilih memanfaakan fasilitas internet. Dapat dilihat dari gambar 2 yang meliputi: baca buku 21 orang, pinjam buku 13 orang, internet 45 orang, dan studi literatur 9 orang.
Gambar 9. Pemustaka yang datang ke perpustakaan menurut jenis kelamin Pada gambar 9 dapat diketahui bahwa pemustaka yang datang ke perpustakaan BPTP Maluku Utara pada bulan Januari – Juni 2014 sebanyak 88 orang terdiri dari lakilaki 45 orang dan perempuan 43 orang. Rata-rata masingmasing pemustaka yang berkunjung ke perpustakaan BPTP Maluku Utara perbulan adalah sebanyak 7 orang. Kesimpulan Perpustakaan BPTP Maluku Utara telah dimanfaatkan oleh pengguna internal BPTP Maluku Utara, stakeholder, mahasiswa, pelajar, dan masyarakat umum pengguna
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
59
lainnya. Perpustakaan BPTP Maluku Utara sangat berperan penting dalam menyebarkan informasi terkait inovasi teknologi pertanian yang telah dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). BPTP Maluku Utara dapat memberikan informasi terkait inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi yang telah dihasilkan oleh para peneliti dan penyuluh BPTP Maluku Utara. Rata-rata pengunjung perpustakaan BPTP Maluku Utara setiap bulannya sebanyak 14 orang. Jumlah pengunjung yang terbanyak adalah pada bulan Februari yaitu 50 orang dan jumlah pengunjung yang terendah adalah pada bulan April 1 orang.
Pemustaka yang datang berkunjung ke perpustakaan BPTP Maluku Utara tidak hanya meminjam buku, namun juga dapat melakukan rekreasi dengan fasilitas yang telah tersedia di perpustakaan BPTP Maluku Utara. Jenis koleksi perpustakaan BPTP Maluku Utara yang sudah dipinjamkan pada bulan Januari – Juni 2014 dinilai cukup bervariatif mulai dari fiksi, majalah, prosiding, dan jurnal penelitian pertanian.
Daftar Pustaka Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. (2011). Panduan Operasional Template CMS Versi 2.1. Pengelolaan Situs Web UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian. Jakarta: Kementan. Badan Standarisasi Nasional. (2009). SNI Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah: SNI 7496: 2009. Jakarta: BSN. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara. (2006). Rencana Strategis Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara 2006-2009. Ternate: BPTP Maluku Utara. BPS Kabupaten Halmahera Utara. (2011). Kabupaten Halmahera Utara dalam Angka 2011. Tobelo: Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Utara. Dewan Ketahanan Pangan. (2009). Indonesia Tahan Pangan dan Gizi 2015. Jakarta: Kementerian Pertanian. Etty dan Tuti. (2012). Pengelolaan Literatur Kelabu (Grey Literature) di Perpustakaan Lingkup Badan Litbang Pertanian. Jurnal Perpustakaan Pertanian 21 (2) : 46-52. Hanani, N et al. (2009). Roadmap Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur.
60
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
Ismuharty. (2014). Penyelenggaraan Perpustakaan Dokumentasi dan Informasi. Rencana Operasional Diseminasi Hasil Pertanian (RODHP). Solok: Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Opong dan Nurahmah. (2010). Pengantar Ilmu Perpustakaan (Bahan Ajar Diklat Calon Pustakawan Tingkat Ahli). Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Suryantini, Heryati, Eko Sri Mulyani, Surya Mansjur, Eka Kusmayadi. (2006). Pemanfaatan Jasa Informasi Terseleksi oleh Peneliti. Jurnal Perpustakaan Pertanian 15 (1): 7-10. Undang-Undang Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Vivit W. R. 2009. Kompetensi Pustakawan Perpustakaan Khusus (Studi Kasus Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Bogor). Jurnal Perpustakaan Pertanian 18 (1): 7-14.
PETUNJUK UNTUK PENULIS Judul Artikel1 (Setiap kata diawali huruf kapital, 14 pt, bold, centered)
Penulis Pertama2, Penulis Kedua3 dan Penulis Ketiga3 (penulis tanpa gelar 12 pt) (kosong satu spasi tunggal, 12 pt)
E-mail:
[email protected] (11 pt, italic) (kosong dua spasi tunggal, 12 pt)
Abstrak (12 pt, bold) (kosong satu spasi tunggal, 12 pt)
Abstrak harus dibuat dalam bahasa Indonesia. Jenis huruf yang digunakan Times New Roman, ukuran 10 pt, spasi tunggal dan rata kiri-kanan. Abstrak sebaiknya meringkas isi yang mencakup latar belakang, tujuan penelitian, metode penelitian (teknik pengumpulan dan analisis data), serta hasil analisis yang disampaikan tidak lebih dari 250 kata. (kosong satu spasi tunggal, 12 pt)
Kata Kunci: maksimum 5 kata kunci (10 pt, italic) (kosong tiga spasi tunggal, 12 pt)
Pendahuluan (12 pt, bold) Naskah ditulis dengan Times New Roman ukuran 12 pt, spasi tunggal dan rata kiri. Naskah ditulis pada kertas ukuran A4 (210 mm x 297 mm) dengan margin atas 3,5 cm, bawah 2,5 cm, kiri dan kanan masingmasing 2 cm. Panjang naskah hendaknya tidak melebihi 15 halaman termasuk gambar dan tabel. Apabila halaman naskah jauh melebihi jumlah tersebut maka dianjurkan untuk dibuat dalam dua naskah terpisah. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk istilah asing ditulis miring (italic). Judul naskah hendaknya singkat dan informatif serta tidak melebihi 20 kata. Kata kunci ditulis di bawah abstrak untuk mendeskripsikan isi naskah. (kosong satu spasi tunggal, 12 pt)
Penulisan heading dan subheading diawali huruf besar tanpa diberi penomoran. Kata pertama pada setiap awal paragraf menjorok 0.5 inch /1,27 cm. Sistematika penulisan sekurang-kurangnya mencakup Pendahuluan, Metode Penelitian, Analisis dan Interpretasi Data, Kesimpulan dan/atau Diskusi, serta Daftar Pustaka. Sebaiknya penggunaan subheadings dihindari, apabila diperlukan maka gunakan outline numbered yang terdiri dari angka Arab.
Daftar Pustaka (12 pt, bold) (kosong satu spasi tunggal, 12 pt)
Penulisan daftar pustaka mengadopsi format APA (American Psychological Association). Daftar pustaka sebaiknya menggunakan sumber primer (jurnal atau buku). Daftar pustaka diurutkan secara alfabetis berdasarkan nama keluarga/nama belakang pengarang. Secara umum, urutan penulisan daftar pustaka adalah nama pengarang, tanda titik, tahun terbit yang ditulis dalam kurung, tanda titik, judul tulisan, tempat terbit, tanda titik dua/colon, nama penerbit. Paling banyak nama 3 (tiga) orang pengarang yang dituliskan, apabila lebih dari 4 orang digunakan kata dkk. Nama keluarga Tionghoa dan Korea tidak perlu dibalik karena nama keluarga telah terletak di awal. Tahun terbit langsung diterakan setelah nama pengarang agar memudahkan penulusuran kemutakhiran bahan acuan. Apabila pengarang yang diacu menulis dua atau lebih tulisan dalam setahun maka pada saat penulisan tahun terbit diberi tanda pemerlain agar tidak membingungkan pembaca tentang tulisan yang diacu, misalnya: Miner (2004a), Miner (2004b). Makalah pernah dipresentasikan/disampaikan pada acara… (bila ada) Pustakawan Muda pada Perpustakaan X 3 Pustakawan Pertama pada Perpustakaan X 1 2
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
61
Contoh penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut: Rujukan dari buku:
Lofland, Lyn. (1999). A World of Strangers: Order and action in urban public space. New York: Basic Books.
Rujukan bab dalam buku:
Markus Hazel Rose, Kitayama Shinobu, Heiman Rachel H. (1996). Culture and basic psychological principles. Dalam E.T. Higginss & A.W. Kruglanski (EDS.), Social psychology: Handbook of basic principles. New York: The Guilford Press.
Rujukan dari dokumen online:
Van Wagner, Kendra. (2006). Guide to APA format. About Psychology. Diakses November 16, 2006 dari http://psychology.about.com/od/apastyle/guide\
Rujukan artikel dalam jurnal:
McCright, Aaron M. & Dunlap, Riley E. (2003). Defeating Kyoto: The concervative movement’s impact on U.S. climate change policy. Social Problems, 50, 348-373.
Rujukan dari jurnal online:
Jenet, B.L. (2006). A meta-analysis on online social behavior. Journal of internet Psychological, 4. Diambil 16 November 2014 from http://www.journalofinternetpsychology.com/archives/ volume4/3924.html
Artikel dari database:
Henriques, Jeffrey B. & Davidson, Richard J. (1991). Left frontal hypoactivation in depression. Journal of Abnormal Psychology, 100, 535-545. Diambil 16 November 2014 dari PsychINFO database
Online Forums, Discussion Lists or Newgroups:
Leptkin, J. L. (2006, November 16). Study tips for psychology students [Msg.11]. Pesan disampaikan dalam http://groups.psychelp.com/forums/messages/48382.html.
Rujukan dari makalah:
Santamaria, J.O. (September 1991). How the 21st century will impact on human resource development (HRD) professional and practitioners in organizations. Makalah dipresentasikan pada International Confrence on Education, Bandung, Indonesia.
Rujukan dari tugas akhir, skripsi, tesis dan disertasi:
Santoso, Guritnaningsih A. (1993). Faktor-faktor sosial-psikologis yang berpengaruh terhadap tindakan orang tua untuk melanjutkan pendidikan anak ke sekolah lanjutan tingkat pertama (Studi lapangan di pedesaan Jawa Barat dengan analaisis model persamaan struktural). Disertasi Doktor , Program Pascasarjanana Universitas Indonesia, Jakarta.
Rujukan dari laporan penelitan:
Villegas, Martha & Tinsley, Jeanne. (2003). Does education play a role in body image dissastification? Laporan Penelitian, Buena Vista University. Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia. (2006). Survei nasional penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba pada kelompok rumah tangga di Indonesia, 2005. Depok: psat Penelitian UI dan badan Narkotika Nasional.
Rujukan dari ensiklopedia atau kamus:
Sadie, Stanley. (Ed.). (1980). The new Grove dictionary of music and musicians (6th ed., Vols. 1-20). London: Macmillan.
Lampiran Lampiran/Appendices hanya digunakan jika benar-benar sangat diperlukan untuk mendukung naskah, misalnya kuesioner, kutipan undang-undang, transliterasi naskah, transkripsi rekaman yang dianalisis, peta, gambar, tabel/bagian hasul perhitungan analisis, atau rumus-rumus perhitungan. Lampiran diletakkan setelah Daftar Pustaka. Apabila memerlukan lebih dari satu lampiran, hendaknya diberi nomor urut dengan angka Arab.
1. 2.
3. 4.
62
Catatan: Untuk menghindari andanya duplikasi tulisan dan pelanggaran etika keilmiahan, penulis tidak diperkenankan untuk mengirimkan dan mempublikasikan naskah yang sama pada penerbitan jurnal ilmiah yang lain. Mohon cantumkan kutipan dengan jelas, baik di dalam artikel dan terdaftar dalam daftar pustaka. Format kutipan: Nama penulis yang dikutip (tahun publikasi: halaman berapa kata/kalimat yang akan dikutip) - Kutipan tidak langsung: Seperti definisi X menurut Arif (2011:11) adalah sesuatu yang hidup dan berkembang biak di alam Y. - Kutipan langsung: Menurut Sunderland (1979:12): “Pendirian lembaga maupun jurnalnya dapat dilihat sebagai upaya pihak kolonial untuk melanggengkan jajahannya.” Hindari copy paste dari artikel lain, blog pribadi seseorang, Wikipedia, ataupun situs yang tidak jelas, karena tidak bisa dijadikan sebagai rujukan. Redaksi berhak menolak atau mengembalikan naskah artikel yang tidak memenuhi petunjuk penulisan ini.
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
Vol. 22 No. 1 Tahun 2015
Kegiatan Sarasehan dan Silaturahmi Pustakawan di Lingkungan Perpustakaan Nasional RI, Jakarta 2014
63
Kegiatan Rapat Koordinasi Kerjasama Pengembangan Jabatan Fungsional Pustakawan dengan Instansi Terkait dan 22 No. 1 Tahun 2015 64 Vol. Temu Kerja Pustakawan Madya & Utama, Jakarta 2014