Caring, Vol.1, No.2, Maret 2015
THE DIFFERENCES OF BODY TEMPERATURE IN WOMEN WHO ARE MENSTRUATING AND MENSTRUAL WOMEN WHO DO NOT MENSTRUATE AFTER ERGOCYCLE TEST IN MEDICAL FACULTY OF UNLAM BANJARMASIN STUDENTS Dona Marisa1, Huldani2
ABSTRACT Background: Body temperature is the result of the resultant balance between heat production and heat loss of the body. There are several factors that affect a person's body temperature, one of that is menstruation. Objective: This study aimed to determine differences of body temperature in women who are menstruating and menstrual women who do not menstruate after ergocycle test in Medical Faculty of Unlam Banjarmasin students. Methods: This research is a descriptive analytic cross-sectional approach . Purposive sampling technique by sampling a number of 60 student is 30 female students were menstruating and 30 female students were not menstruating. The instrument used to measure body temperature is a digital thermometer and for the exercise used ergocycle in 3 minutes. The data obtained were analyzed using Unpaired Test-T. Result: The results showed a body temperature average value of Medical Unlam Banjarmasin students who are menstruating is 36,8°C, whereas a student who is not menstruating is 36,7°C. Statistical analysis showed no significant differences in body temperature in Medical Faculty of Unlam Banjarmasin students who menstruation and not menstruation p=0.0625 (p>0,05). Conclusions obtained in this study is there no significant difference in body temperature values menstrual and non- menstrual students.
Key Words: menstruation, body temperature, ergocycle
Perbedaan Suhu Tubuh SesudahTes Ergocycle pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Unlam yang Menstruasi dan Tidak Menstruasi
101
Caring, Vol.1, No.2, Maret 2015
PERBEDAAN SUHU TUBUH SESUDAH TES ERGOCYCLE PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM YANG MENSTRUASI DAN TIDAK MENSTRUASI
Dona Marisa1, Huldani2
INTISARI Latar Belakang: Suhu tubuh merupakan hasil dari resultan keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas tubuh. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh seseorang, salah satunya adalah menstruasi Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan suhu tubuh wanita yang menstruasi dan tidak menstruasi setelah dilakukan tes ergocycle pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Unlam Banjarmasin Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling sejumlah 60 mahasiswi yaitu 30 mahasiswi yang menstruasi dan 30 mahasiswi yang tidak menstruasi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh adalah termometer digital sedangkan untuk pembebanannya dengan sepeda ergocycle selama 3 menit. Data yang didapatkan dianalisis menggunakan Uji-T tidak berpasangan. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai suhu tubuh mahasiswi Fakultas Kedokteran Unlam Banjarmasin yang menstruasi adalah 36,8°C sedangkan mahasiswi yang tidak menstruasi adalah 36,7°C. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang tidak bermakna suhu tubuh pada mahasiswi FK Unlam Banjarmasin yang menstruasi dan tidak menstruasi dengan nilai p=0,625 (p>0,05). Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang tidak bermakna suhu tubuh wanita yang menstruasi dan wanita yang tidak menstruasi.
Kata Kunci: menstruasi, suhu tubuh, ergocycle
1 2
PENDAHULUAN Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
Perbedaan Suhu Tubuh SesudahTes Ergocycle pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Unlam yang Menstruasi dan Tidak Menstruasi
102
Caring, Vol.1, No.2, Maret 2015
PENDAHULUAN Suhu tubuh merupakan hasil dari resultan keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas tubuh. Suhu tubuh manusia secara normal berkisar antara 36°C–37,5°C.Secara fisiologis peningkatan suhu tubuh dapat disebabkan oleh peningkatan produksi panas dari hasil metabolisme sel-sel tubuh, aktivitas fisik dan kecepatan metabolisme (Schmidt RF, 1989 dan Guyton and Hall, 1997). Zat besi diketahui memiliki pengaruh dalam melakukan aktivitas fisik karena zat besi merupakan salah satu komponen penting dalam pembentukan hemoglobin dan myoglobin. Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke sel-sel yang membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak dan protein menjadi energi, sedangkan myoglobin akan berikatan dengan oksigen, berfungsi menerima, menyimpan dan melepaskan oksigen ke dalam sel-sel otot. Menurunnya kadar zat besi dalam tubuh dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja maupun penurunan kekuatan otot dan daya tahan terhadap keletihan (Mayes PA, 2000, Almatsier S, 2001, dan Munoz M, 2009). Menstruasi adalah peluruhan lapisan jaringan pada uterus yaitu endometrium bersama dengan darah. Bagi sebagian wanita, menstruasi menjadi penghambat dalam melakukan aktivitas-aktivitas olahraga tidak seperti pada wanita- wanita yang tidak sedang menstruasi dikarenakan pada saat menstruasi wanita kehilangan zat besi cukup banyak yang keluar bersamaan dengan darah. Volume darah yang hilang selama menstruasi berkisar 25-30 cc perbulan. Jumlah ini mencerminkan kehilangan zat besi sebanyak 12,5-15 mg per bulan atau 0,4-0,6 mg per hari selama menstruasi (Sutresna, 2012 dan Johnson TD, 2011). Pada saat menstruasi terjadi penurunan kadar esterogen. Estrogen memiliki peran dalam meningkatkan kekuatan otot (Lowe DA, 2011).
Kecepatan metabolisme akan meningkat apabila terdapat kerja keras dari otot seperti aktivitas yang dilakukan diluar dari kebiasaan yang nantinya akan meningkatkan produksi panas tubuh (Guyton and Hall, 1997). Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan umpan balik, dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak di hipotalamus. Agar mekanisme umpan balik ini dapat berlangsung, harus juga tersedia pendetektor suhu untuk menentukan kapan suhu tubuh menjadi sangat panas atau sangat dingin. Area preoptik-hipotalamus anterior diketahui mengandung sejumlah besar neuron yang sensitif terhadap panas. Neuron-neuron ini diyakini berfungsi sebagai sensor suhu untuk mengontrol suhu tubuh. Apabila area preoptik dipanaskan, kulit di seluruh tubuh dengan segera mengeluarkan banyak keringat, sementara pembuluh darah kulit di seluruh tubuh menjadi vasodilatasi. Hal ini merupakan reaksi yang timbul segera untuk menyebabkan tubuh kehilangan panas, dengan demikian suhu tubuh kembali normal. Di samping itu, pembentukan panas tubuh yang berlebihan dihambat (Guyton and Hall, 1997). Pada wanita yang sedang menstruasi kadar progesteron dan esterogen berada di titik terendah. Pada saat tidak menstruasi yaitu hari ketiga setelah menstruasi berakhir, kadar esterogen dan progesteron sedikit lebih tinggi. Menurut penelitian Nisha Charkoudian peningkatan kadar hormon esterogen mempengaruhi sensitivitas respon vasokonstriktor dengan cara meningkatkan pelepasan neurotransmiter vasokonstriksi selain norepinefrin yaitu neuropeptida yang akan meningkatkan vasokontriksi pembuluh darah kulit. Pembuluh darah kulit sulit bervasodilatasi sehingga saat terjadi peningkatan suhu tubuh misalnya karena adanya aktivitas fisik, proses kehilangan panas (berkeringat) untuk menormalkan suhu
Perbedaan Suhu Tubuh SesudahTes Ergocycle pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Unlam yang Menstruasi dan Tidak Menstruasi
103
Caring, Vol.1, No.2, Maret 2015
terganggu. Namun pada saat menstruasi kadar hormon esterogen berada pada titik terendah sehingga tidak mempengaruhi sistem vasokontriktor sehingga pembuluh darah kulit dapat bervasodilatasi untuk menormalkan suhu apabila terjadi peningkatan suhu tubuh contohnya karena aktivitas fisik (Charkoudian, 2003). Dari teori diatas dapat disimpulkan apabila wanita yang menstruasi dan tidak menstruasi diberikan aktivitas (ergocycle) dan diukur suhunya setelah melakukan aktivitas tersebut, maka suhu pada wanita yang menstruasi lebih rendah daripada yang tidak menstruasi (Charkoudian, 2003). Berdasarkan alasan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang perbedaan suhu tubuh pada wanita menstruasi dan tidak menstruasi setelah dilakukan olahraga (exercise) ergocycle.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode deskriptif analitik yang menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat pada bulan Juli hingga Oktober 2013. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yang berada pada semester ganjil. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling, sampel penelitian diambil dari seluruh populasi dengan besar sampel minimal 30 orang masing-masing kelompok. Sampel penelitian bersedia dan dapat bekerjasama untuk dilakukan pemeriksaan suhu tubuh, diambil dari seluruh populasi dengan kriteria inklusi yaitu: tidak dalam keadaan puasa, IMT normal (18.5-23,0), tidak terdapat gangguan menstruasi hipermenore
(perdarahan menstruasi yang sangat banyak dengan kriteria menggunakan lebih dari 5 pembalut perhari), bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent dan kooperatif, tampak dalam keadaan sehat (suhu tubuh 3637,5ºC), tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya yang menimbulkan kelelahan seperti berlari dan olahraga, tidak rutin melakukan kegiatan olahraga minimal 3 kali dalam seminggu, dan tidak memiliki riwayat penyakit genetik seperti asma. Instrumen yang digunakan penelitian ini adalah kursi dan timbangan berat badan, termometer merek Abadi Nusa, dan ergocycle Relent.
dalam meja, digital merek
Prosedur penelitian meliputi 2 tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pengukuran. Pertama ruangan untuk pengukuran suhu tubuh dipersiapkan dengan syarat suhu ruangan berkisar antara 25ºC-28ºC dengan melihat pada termometer dinding air raksa. Cuaca dalam keadaan terang, tidak berawan dan tidak hujan. Ruangan mempunyai ventilasi yang baik dan tidak terdapat kipas angin atau air contitioner (AC). Kedua, peneliti mengukur suhu tubuh sesudah tes ergocycle pada mahasiwi FK Unlam yang menstruasi dan tidak menstruasi dengan menggunakan termometer digital. Adapun langkah kerjanya adalah sebgai berikut: pada saat menstruasi, subjek penelitian dipersilahkan menganyuh ergocycle dengan kecepatan rata-rata 50 rpm dengan beban sebesar 1 kp selama 3 menit lalu suhu tubuh probandus diukur dengan menggunakan termometer digital secara oral. Dan dilakukan hal yang sama pada subjek penelitian yang tidak menstruasi. Data yang diperoleh didiskripsikan dan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara statistik dengan komputerisasi menggunakan program statistik komputer dengan tingkat kepercayaan 95%. Data dianalisis menggunakan metode statistik
Perbedaan Suhu Tubuh SesudahTes Ergocycle pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Unlam yang Menstruasi dan Tidak Menstruasi
104
Caring, Vol.1, No.2, Maret 2015
uji t tidak berpasangan karena telah memenuhi syarat dengan dilakukan uji normalitas Kolmogorov Smirnov terlebih dahulu.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai perbedaan suhu tubuh sesudah tes ergocycle pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yang menstruasi dan tidak menstruasi telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013, dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 60 mahasiswi yang telah memenuhi kriteria inklusi. Subjek penelitian kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang sedang menstruasi sebanyak 30 mahasiswi dan kelompok yang tidak sedang menstruasi sebanyak 30 mahasiswi. Pengukuran suhu tubuh pada penelitian ini menggunakan termometer merek Abadi Nusa, pengukuran dilakukan secara oral setelah sebelumnya dilakukan pendataan terlebih dahulu untuk mengetahui keadaan sampel yang sedang menstruasi atau tidak sedang menstruasi. Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan suhu tubuh sesudah tes ergocycle pada mahasiswi FK Unlam yang menstruasi dan tidak menstruasi, dari hasil tersebut diperoleh nilai suhu tubuh ratarata subjek penelitian yang menstruasi sesudah tes ergocycle adalah 36,8°C sedangkan suhu tubuh rata-rata subjek penelitian yang tidak menstruasi sesudah tes ergocycle adalah 36,7°C, seperti terlihat pada grafik berikut.
Gambar 1. Rata-rata Suhu Tubuh Sesudah Tes Ergocycle pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Unlam yang Menstruasi dan Tidak Menstruasi
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa rata-rata suhu tubuh pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yang sedang menstruasi lebih tinggi 0,1°C dibandingkan dengan rata-rata mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yang tidak sedang menstruasi. Data yang telah didapat ini kemudian diuji normalitas dengan menggunakan uji Test of Normality Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui sebaran datanya. Dari hasil uji tes normalitas tersebut didapatkan nilai signifikansi suhu tubuh sebesar p = 0,070. Berdasarkan uji normalitas tersebut diperoleh nilai p>0,05 yang berarti bahwa sebaran data suhu tubuh pada masingmasing kelompok berdistribusi normal. Karena syarat distribusi data normal terpenuhi, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji t tidak berpasangan. Dari hasil uji tersebut didapatkan nilai sig = 0,625. Karena nilai p>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai suhu tubuh yang bermakna antara kelompok mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yang menstruasi dan yang tidak menstruasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Yoshiyuki Fukuoka et al. mengenai efek latihan terhadap respon suhu tubuh pada wanita, dikatakan bahwa sensitifitas tubuh untuk berkeringat yang berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah kulit tidak terdapat perbedaan di setiap fase menstruasi. Sehingga perbedaan suhu tubuh antara wanita yang menstruasi dan yang tidak menstruasi tidak terlihat
Perbedaan Suhu Tubuh SesudahTes Ergocycle pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Unlam yang Menstruasi dan Tidak Menstruasi
105
Caring, Vol.1, No.2, Maret 2015
perbedaan yang bermakna (Fukuoka Y, 2002). Menurut Nisha Charkoudian, kemungkingan peran esterogen untuk mempengaruhi aktivitas sistem vasokonstriktor sehingga dapat mempengaruhi suhu tubuh hanya sekitar kurang dari 2% (Charkoudian, 2003). Ryzsard Grucza et al. mengatakan bahwa sensitifitas berkeringat pada fase luteal (esterogen dan progesteron meningkat) lebih baik daripada fase folikular (esterogen dan progeteron berada pada kadar yang rendah) (Grucza R, 1993). Hal ini juga didukung oleh penelitian Nathasa Simic et al. tentang perbedaan suhu tubuh pada fase-fase menstruasi didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan suhu tubuh yang bermakna antara fase menstruasi dan fase proliferasi (folikular awal). Hasil dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Simic N, 2013). Gambar 2. Suhu Tubuh pada Fase-fase Menstruasi
Zat besi (Fe) yang keluar akibat menstruasi ternyata tidak berpengaruh terhadap suhu tubuh, karena zat besi yang keluar pada saat mentruasi hanya sedikit yaitu sekitar 0,4-0,6 mg/hari (Sutresna, 2012 dan Johnson TD, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Krumel dan Ehterton kebutuhan zat besi pada kondisi fisiologis wanita diperkirakan sekitar 1,9 mg/ hari, berdasarkan rata-rata kebutuhan untuk tumbuh 0,5 mg, kehilangan basal 0,75 mg, dan kehilangan darah pada saat menstruasi 0,6 mg. Apabila angka kecukupan gizi (AKG) zat besi 15 mg/hari, dengan asumsi
penyerapan 10-15%, akan menghasilkan asupan zat besi 1,5-2,2 mg/ hari. Jumlah ini cukup untuk mempertahakan keseimbangan zat besi di dalam tubuh. Jumlah zat besi dalam tubuh terutama diatur oleh penyerapan yang bervariasi. Apabila penyerapan zat besi dalam tubuh berkurang maka penyerapan akan meningkat. Mekanisme kompensasi homeostatik ini merupakan proteksi terhadap kemungkinan kurangnya zat besi karena konsumsi makanan yang kurang mengandung zat besi. Kemungkinan kurangnya zat besi karena rendahnya zat besi dalam makanan, infestasi parasit dan menstruasi pada wanita (Krumel DA, 1996). Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti tidak mengukur volume darah yang keluar dan asupan nutrisi subjek penelitian.
KESIMPULAN Kesimpulan untuk penelitian kali ini adalah tidak terdapat perbedaan suhu tubuh yang bermakna pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Unlam yang sedang menstruasi dan yang tidak sedang menstruasi. Suhu tubuh rata-rata pada mahasiswi FK Unam Banjarmasin yang sedang menstruasi adalah 36,8ºC. Suhu tubuh rata-rata pada mahasiswi FK Unlam Banjarmasin yang tidak sedang menstruasi adalah 36,7°C. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada suhu tubuh mahasiswi FK Unlam yang menstruasi dan tidak menstruasi sesudah tes ergocycle diketahui karena esterogen dan zat besi tidak berpengaruh terhadap perubahan suhu tubuh pada saat wanita menstruasi. Saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perbedaan suhu tubuh pada wanita yang menstruasi dan yang tidak menstruasi pada sampel yang sama dengan menggunakan metode statistik uji t berpasangan.
Perbedaan Suhu Tubuh SesudahTes Ergocycle pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Unlam yang Menstruasi dan Tidak Menstruasi
106
Caring, Vol.1, No.2, Maret 2015
DAFTAR RUJUKAN Schmidt RF, Thews G. Human physiology. Berlin: Springer-Verlag, 1989. Guyton and Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta: Penerbit EGC, 1997. Mayes PA. Nutrition. In Muray K. Harper’s Biochemistry. 25th Ed. California: Appleton and Lange, 2000: 623-31. Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2001. Munoz M, Villar I, Garcia-Erce JA. An update on iron physiology. World J Gastroenterol 2009; 15(37): 4617 – 26.
why. Mayo Clinic 2003;78:603612. Fukuoka Y, Kaneko Y, Takita C, Hirakawa M, et al. The effects of exercise intensity on thermoregulatory responses to exercise in woman. Physiol Behav 2002;76:567-574. Grucza R, Pekkarinen H, Titov EK, et al. Influence of the menstrual cycle and oral contraceptives on thermoregulatory responses to exercise in young women. Eur J Appl Physiol 1993;67:279-285. Simic N, Ravlic A. Changes in body temperature and reaction times during menstrual cycle. Arh Hig Rada Toksikol 2013;64:99-106. Krumel DA, Kris-Etherton PM. Nutrition in women’s health. USA: An Aspen, 1996.
Sutresna, Nina. Daya Tahan Atlet Pada Siklus Menstruasi; Pre Menstruasi; Hari Kedua dan Hari Kelima. FPOK UPI; (online), (http://fpok.upi.edu/artikel/dayatahan-atlet-pada-siklusmenstruasi,prementruasi-harikedua-dan-hari-kelima-studideskriptif-pada-atlet-sepak-bolaputri/, diakses 14 Desember 2012.) Johnson TD, Graham DY. Diagnosis and management of iron deficiency anemia in the 21st century. Therapeutic Advances in Gastroenterology 2011; 4(3): 177184. Lowe DA, Baltgalvis KA, Greising SM. Mechanisms behind esterogen beneficial effect on musle strength in females. NIH Public Access 2010; 38(2):61-67. Charkoudian, Nisha. Skin blood flow in adult human thermoregulation: how it works, when it does not, and
Perbedaan Suhu Tubuh SesudahTes Ergocycle pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Unlam yang Menstruasi dan Tidak Menstruasi
107