DOMINASI IDELOGI ISLAM DI MEDIA (STUDI KRITIS BERITA ISU SUAP SERTIFIKASI MUI DI TABLOID SUARA ISLAM)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Andy Syaiful Fahmi NIM: 1110051100105
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H./2015 M.
DOMINASI IDEOLOGI ISLAM DI MEDIA (STUDI KRITIS BERITA ISU SUAP SERTIFIKASI MUI DI TABLOID SUARA ISLAM)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Andy Syaiful Fahmi NIM: 1110051100105
Pembimbing
Dr. Tantan Hermansah, S.Ag, M.Si NIP. 19760617 200501 1 006
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H./2014 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 05 Januari 2015
Andy Syaiful Fahmi
ABSTRAK Andy Syaiful Fahmi Dominasi Ideologi Islam di Media (Studi Kritis Berita Isu Suap Sertifikasi MUI di Tabloid Suara Islam) Tabloid Suara Islam merupakan media cetak dwimingguan yang menurunkan berita yang dekat dengan permasalahan Ummat Islam. Media ini berusaha membangun isu atau citra mengenai kebaikan-kebaikan Islam, dan juga mengcounter isu-isu yang merugikan umat Islam. Salah satunya dari isu yang dipandang menjelekkan Islam adalah isu suap sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh MUI, yang disorot oleh Majalah Tempo. Sebagai counter atas pemberitaan tersebut, Suara Islam mengangkat isu ini pada edisi 176 14-28 Maret 2014. Penelitian ini berupaya mengetahui bagaimana tabloid Suara Islam mengonstruksi berita isu suap sertifikasi MUI?, bagaimana proses produksi dan konsumsi berita isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara ISLAM? dan bagaimana sosio-kultural teks berita isu suap sertifikasi MUI di tabloid Suara Islam? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian analisis wacana kritis oleh Norman Fairclough. Fairclough membagi analisis wacana ke dalam tiga bagian yaitu text, discourse practice dan sociocultural practice. Kerangka analisis teks wacana yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisisi framing oleh Gamson dan Modigliani. Analisis discourse practice merupakan proses produksi dan konsumsi teks. Sedangkan analisis sociocultural practice merupakan konteks sosial yang berada di luar media yang memengaruhi wacana yang muncul dalam teks. Tabloid Suara Islam mengonstruksikan berita isu suap sertifikasi MUI sebagai perbuatan anti Islam. Dalam pemberitaan mengenai isu suap sertifikasi MUI, tabloid Suara Islam merepresentasikan MUI sebagai korban atas laporan majalah Tempo. Laporan majalah Tempo ini dilabeli dengan kata-kata yang buruk seperti “sangatlah serius dan berbahaya”. Kata-kata ini seolah mengasosiasikan laporan Tempo sebagai laporan yang mengancam kepercayaan masyarakat kepada MUI. Proses produksi dan konsumsi teks Suara Islam ini sangat dipengaruhi oleh ideologinya, yang dipraktikkan dalam bentuk keberpihakan kepada umat Islam. Pada sosio-kultural konteks yang memengaruhi wacana ini muncul karena reaksi dari laporan majalah Tempo mengenai suap sertifikat MUI. Tabloid Suara Islam berusaha mengcounter informasi dari media lain yang merugikan umat Islam. Karena bagi Suara Islam, MUI adalah representasi dari Ummat Islam. Kata kunci: Tabloid Suara Islam, MUI, Isu, Suap, Sertifikasi, Tempo,
i
KATA PENGANTAR Assalamualaikim Wr. Wb. Alhamdulillah segala puji serta syukur bagi Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia yang telah diberikan-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Dominasi Ideologi Islam di Media (Studi Kritis Berita Isu Suap Sertifikasi MUI di Tabloid Suara Islam). Shalawat dan salam selalu tertuju kepada manusia pembawa berita kebenaran yakni Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Penyelesaian skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terimaksih kepada: 1. Dr. H. Arief Subhan, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D., selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si, selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, M.Ag., selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. 3. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Kholis Ridho, M.Si. dan Sekretaris Konsetrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. 4. Dosen Pembimbing Dr. Tantan Hermansah, S.Ag, M.Si., yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan perhatian kepada peneliti.
ii
5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya kepada Fita Fathurokhmah, SS, M.Si, atas ilmu dan dedikasi yang diberikan kepada peneliti. 6. Kedua orangtua tercinta, Abdul Mukti Nur (Alm.) dan Nur Khotimah (Almh.) atas kasih sayang dan didikannya selama ini dan saudaraku Laila Faridah, Taufik, Rahmat Mukti, Neneng Marlina, Husammudin, dan Ahmad Zacky atas perhatiannya kepada peneliti. 7.
Sri Adyanti Sudharmono, atas doa dan sumbangsihnya kepada peneliti.
8.
Kekasih tersayang Dira Astirindi, yang selalu memberi motivasi dan doa kepada peneliti.
9. Shodiq Ramadhan, selaku Sekretaris Redaksi tabloid Suara Islam yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai. 10. Teman seperjuangan Jurnalistik C 2010 Kenwal Lamanda, Ali Rahman Mutajalli, Annisa Putri H, Isye Naisila Zulmi, Devi Suhailiah, Rosalia Nilam Sentika Sari, Irma Voni Parlina Widya Mardhotillah, Regita Rafinna, Achamd Fauzi, Kaka Silmy Kaafah, Meylisa Agustina, Ririn Sefrina, Nisa Chaerani Hisan, Aji Sasongko, Muhamad Nandri Prilatama, Ambar Putra Wandani, Megawati Agustini, Fitrianingsih, Fakhri Hermansyah, Siti Ufi Nurlutfiyah, Arsitta Aghniya Mursalati, Muhammad Irwan, Ardiansyah Pratama, Iqbal Putra, Ravi Verdian RY, Ernawati Kurniawan, Muhammad Rahimi, Nour Zainab, dan Ahmad Syahyunas Harya.
iii
11. Teman SMP Plus Babussalam, Yana Mad Yana, Restu Pradika, Fawwaz Ibrahim, Alief Akbar Musaddad, dan Fitri. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ciputat, 05 Januari 2015 Peneliti
Andy Syaiful Fahmi
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………………………… i KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. ii DAFTAR ISI …………………………………………………………………….….. v DAFTAR TABEL ………………………………………………………………… viii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………………...... 1 B. Batasan dan Perumusan Masalah ……………………………………. 4 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 5 D. Manfaat Penelitian …………………………………………………... 5 E. Metodologi Penelitian ……………………………………………….. 6 1. Paradigma Penelitian ………………………………………..…... 6 2. Pendekatan Penelitian …………………………………………… 6 3. Metode Penelitian ...……………………………………………... 7 4. Subjek dan Objek Penelitian …………………………………….. 8 5. Teknik Pengumpulan Data …………………………………….... 8 6. Teknik Analisis Data …………………………………………... 10 7. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………...... 11 v
8. Pedoman Penulisan …………………………………………….. 11 F. Tinjauan Pustaka …………………………………………………… 12 G. Sistematika Penelitian ……………………………………………… 13
BAB II
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Analisis Wacana ………………………………... 15 1. Pengertian Wacana …………………………………………...... 15 2. Analisis Wacana Kritis ………………………………………… 20 3. Karakteristik Wacana Kritis ………………………………….... 21 4. Varian Analisis Wacana ……………………………………….. 23 5. Model Analisis Wacana Norman Fairclough ………………….. 25 B. Analisis Framing ………………………………………………….... 30 1. Pengertian Analisis Framing …………..……………………...... 30 2. Framing model William A. Gamson …………………………... 32 C. Ruang Lingkup Tentang Media Cetak …………………………....... 34 1. Pengertian Media Cetak ………………………………………... 34 2. Majalah …………………………………………………............ 36 3. Tabloid …………………………………………………............. 38 4. Berita …………………………………………………................ 40 D. Ideologi Media ……………………………………........................... 45
vi
BAB III
GAMBARAN UMUM A. Profil Tabloid Suara Islam ................................................................ 47 1. Sejarah Berdirinya Tabloid Suara Islam ..................................... 47 2. Visi dan Misi Tabloid Suara Islam .............................................. 49 3. Struktur Redaksional ................................................................... 50
BAB IV
ANALISIS DAN TEMUAN DATA A. Analisis Teks ......…………………………………………………... 54 B. Analisis Discourse Practice ……………………………………….. 85 C. Analisis Sociocultural Practice ……………………………………. 91
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………………… 95 B. Saran ……………………………………………………………….. 96
vii
DAFTAR TABEL 1. Tabel 1.1 Kerangka Analisis Norman Fairclough .................................... 10 2. Tabel 2.1 Definisi Wacana ....................................................................... 17 3. Tabel 2.2 Analisis Teks Norman Fairclough ........................................... 27 4. Tabel 2.3 Perangkat Framing dan Penalaran ............................................ 33 5. Tabel 4.1 Perangkat Framing dan Penalaran ............................................ 65 6. Tabel 4.2 Perangkat Framing dan Penalaran ............................................ 72 7. Tabel 4.3 Perangkat Framing dan Penalaran ............................................ 80 8. Tabel 4.4 Perangkat Framing dan Penalaran ............................................ 85
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sejak munculnya media elektronik (televisi) ada ramalan yang mengatakan bahwa media cetak (koran, tabloid, majalah) akan mati atau gulung tikar karena kalah persaingan oleh televisi. Televisi memberikan hal yang baru yakni audio dan visual. Dibanding koran yang memberikan visual saja dan radio yang memberikan audio saja. Namun ramalan ini belum terbukti sepenuhnya di Indonesia, meski televisi sudah banyak dimiliki masyarakat namun koran, majalah, dan tabloid masih terbit. Masyarakat masih mengonsumsi berita dari media cetak meski telah memiliki televisi dirumahnmya. Para pengiklan pun masih memasang bisnisnya di media cetak.1 Tak hanya di situ saja memasuki media baru yakni media siber di mana masyarakat dapat mengakses informasi yang dibutuhkan dengan cepat melalui internet.2 Semua informasi yang dicari akan langsung keluar, bahkan peristiwa yang baru saja terjadi bisa langsung dikirim ke internet dan 1
Bila dilihat pertumbuhan menurut jenis media, di kuartal pertama tahun ini belanja iklan televisi tumbuh sebesar 19%, surat kabar tumbuh sebesar 9% - dengan kontribusi terbesar juga dari organisasi politik dan pemerintahan - sementara majalah dan tabloid justru mengalami penurunan sebesar 1%. Artikel diakses pada November 2014 dari http://www.nielsen.com/id/en/pressroom/2014/nielsen-pertumbuhan-belanja-iklan-berjalan-perlahan.html 2 “Internet merupakan sekumpulan jaringan yang berskala global”, dalam Jonathan Sarwono. Strategi Penelitian di Internet. Yogyakarta:Graha Ilmu, 2006 h. 1.
1
2
masyarakat pun dapat melihatnya. Dari kelebihan media siber tersebut media cetak tetap eksis sampai saat ini. Tabloid produk media cetak yang masih terbit sampai saat ini. Bentuk tabloid memang hampir sama dengan surat kabar harian/koran, namun yang membedakannya tabloid biasanya terbit seminggu sekali atau dua minggu sekali bahkan sebulan sekali. Berita yang diturunkan tabloid lebih mendalam dibanding surat kabar harian. Tabloid merupakan surat kabar yang terbit seminggu sekali atau dua minggu sekali bukan harian. Berita tabloid berbeda dengan koran harian, biasanya tabloid mengulas berita lebih dalam dibanding berita harian. Karena terbit seminggu sekali atau dua minggu sekali perkembangan berita dapat diinformasikan secara tuntas. Tabloid mengandung konotasi rendahan untuk koran yang menampilkan judul-judul yang mentereng dan menarik, tetapi orang-orang koran menggunakan kata itu dalam pengertian netral untuk menyebut koran separuh ukuran yang nyaman untuk dipegang.3 Terkadang kita menyaksikan peristiwa yang sama namun kita memperoleh informasi yang berbeda. Hal ini dikarenakan media berbeda pula dalam melihat peristiwa yang terjadi. Misalnya mahasiswa demo atas kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM),
3
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, ed. 8 penerjemah TrioWibowo B.S (Jakarta: Kencana, 2008) h. 73-74.
3
dapat kita peroleh informasi yang berbeda pula seperti kerusuhan demo, macet akibat demo, dan kontra dengan kenaikan BBM. Tabloid Suara Islam salah satu media cetak yang bernuasa Islam di Indonesia. Tabloid Suara Islam rutin terbit dalam dua pekan sekali pada hari Jumat atau sebulan dua kali di pekan pertama dan ketiga, terbit sejak tahun 2006. Tabloid ini berdiri dibawah Yayasan Amal Media Suara Islam, dengan pemimpin umumnya oleh Muhammad Al-Khaththath. Tabloid Suara Islam banyak memberitakan pembelaan terhadap umat Islam atas ketidak berimbangan media lain. Salah satu contohnya pada edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H / 14-28 Maret 2014 Tabloid Suara Islam memberitakan soal laporan majalah TEMPO yang mengatakan kalau Majelis Ulama Indonesia (MUI) terima suap 820 Miliar. Tabloid Suara ISLAM menanggapi laporan tersebut dengan menurunkan berita dengan judul cover ‘TEMPO Anti Islam: MEMBUSUKKAN MUI MENYERANG ISLAM’ berita tersebut diangkat oleh tabloid Suara Islam atas pemberitaan majalah TEMPO edisi 24 Februari-2 Maret 2014 dengan judul cover „ASTAGA! LABEL HALAL‟ serta gambar kaleng bertuliskan „Halal‟ dan ada gambar babi serta logo MUI. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil dengan judul skripsi DOMINASI IDEOLOGI ISLAM DI MEDIA (STUDI
4
KRITIS BERITA ISU SUAP SERTIFIKASI MUI DI TABLOID SUARA ISLAM). B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti membatasi penelitian ini pada berita isu sertifikasi MUI di rubrik suara utama Tabloid Suara ISLAM edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H / 14-28 Maret 2014. 2. Rumusan Masalah Dari batasan tersebut, maka masalah pada penilitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Bagaimana Tabloid Suara Islam mengonstruksi wacana di level teks yang terdapat dalam pemberitaan isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara ISLAM edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H / 14-28 Maret 2014?
2.
Bagaimana proses produksi dan konsumsi teks berita isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara ISLAM?
3.
Bagaimana sosio-kultural teks berita isu suap sertifikasi MUI di tabloid Suara Islam?
5
C. Tujuan Penelitian Dengan
mengacu
kepada
permasalahan
sebagaimana
peneliti
rumuskan di sebelumnya, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, diantaranya: 1. Untuk mengetahui bagaimana konstruksi wacana di level teks yang terdapat dalam pemberitaan isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara ISLAM edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H / 14-28 Maret 2014. 2. Untuk mengetahui bagaimana proses produksi, konsumsi teks dan sosio-kultural pada teks berita isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara ISLAM”. 3. Untuk mengetahui sosio-kultural pada teks berita isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara ISLAM”. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan tambahan untuk mengkaji teori-teori yang sudah ada dan bermanfaat untuk memberikan kontribusi pada disiplin ilmu jurnalistik, khususnya analisis wacana kritis pada Tabloid Suara Islam. 2. Secara Praktis Adapun manfaat Praktis dalam penelitian ini adalah:
6
1) Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi praktisi Komunikasi, terlebih mahasiswa jurusan Jurnalistik baik yang berada di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta maupun di universitas lain. 2) Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelusuran koleksi skripsi pada perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma bisa diartikan sebagai cara pandang atau sistem yang menjadi pedoman peneliti. Menurut Thomas Kuhn dalam buku Mixed Methodology: Mengombinasikan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif karya Tashakkori, konsep paradigma selalu ada dalam ilmu apa saja, muncul secara simultan, terlebih dalam ilmu yang masih belum matang. 4 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma kritis. Paradigma ini melihat bahwa media bukanlah saluran yang bebas dan netral. Media justru dimiliki oleh kelompok tertentu dan digunakan untuk mendominasi kelompok yang tidak dominan.5 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini yakni dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitataif bertujuan 4
Abbas Tashakkori dan Charles Teddlie, Mixed Methodology: Mengombinasikan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 3-4. 5 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS,2011), h. 48.
7
untuk
menjelaskan
pengumpulan
data
fenomena
dengan
sedalam-dalamnya.6
sedalam-dalamnya Pendekatan
kualitatif
melalui lebih
menekankan persoalan kedalaman data bukan banyaknya data. Metotde kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati.7 Penelitian kualitatif bersifat dinamis (mudah berubah), karena disusun sesuai dengan kenyataan di lapangan. 3. Metode Penelitian Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.8 Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis wacana kritis. Dalam analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis/CDA), wacana disini tidak dipahami semata sebagai studi bahasa. Bahasa dianalisis disini agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dianalisis dari aspek kebahasaan dan juga menghubungkan dengan konteks.9
6
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 56. Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian: dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 37. 8 Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 24. 9 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 7. 7
8
4. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah Tabloid Suara Islam. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah teks berita isu suap sertifikasi MUI di rubrik suara utama tabloid Suara Islam dan redaksi tabloid Suara Islam. 5. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini adalah observasi, wawancara mendalam (depth interview) dan dokumentasi. a. Observasi Menurut Karl Weick dalam buku Metode Penelitian Komunikasi10 mendefinisikan
observasi
sebagai
“pemilihan,
pengubahan,
pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme in situ, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris”. Dari definisi itu kita melihat tujuh karakteristik observasi: pemilihan (selection), pengubahan (provocation), pencatatan (recording), pengodean (encoding), rangkaian perilaku dan suasana (tests of behaviors and setting), in situ, dan untuk tujuan empiris.Secara sederhana observasi dapat diartikan sebagai pengamatan.
Dari
observasi
atau
pengamatan
itulah
kita
mendapatkan informasi dari yang kita amati. Fungsi dari observasi adalah 10
deskripsi,
maksudnya
berguna
untuk
menjelaskan,
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007). h. 83
9
memeriksa dan merinci gejala yang terjadi. Mengisi data maksudnya observasi dilakukan untuk memperoleh data yang dapat
diperoleh
dengan
teknik-teknik
penelitian
lainnya.
Memberikan data yang lebih dapat digeneralisasikan maksudnya ancaman terhadap validitas eksternal. Ancaman ini paling sering dialamatkan pada penelitian eksperimental. Berbagai penelitian membuktikan bahwa dalam penelitian, orang bereaksi pada peneliti.11 b. Wawancara mendalam Wawancara mendalam dilakukan secara langsung terhadap seorang nik dalam responden dengan menggunakan model “probing (pembuktian)” oleh seorang pewawancara.12 Tujuan dari depth interview ini mengetahui berbagai hal yang belum terungkap oleh
responden
seperti
gerak
gerik,
perilaku,
motivasi,
kepercayaan, perasaan mengenai topik tertentu sehingga diperoleh data untuk di analisis. Menurut Rahmat Kriyantono dalam bukunya
Teknik
Praktis:
Riset
Komunikasi13
mengatakan
wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informasi agar mendapatkan data lengkap dan medalam.Wawancara itu 11
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007). h. 84-85. 12 M. Aziz Firdaus, Metode Penelitian, (Tanggerang: Jelajah Nusa, 2012), h. 37. 13 Rakhmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group, 2007). h. 100.
10
sendiri merupakan kegiatan mendapatkan informasi dari sumber yang berkaitan dengan objek yang diteliti. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah instrument pengumpulan data yang sering digunakan
dalam
berbagai
metode
pengumpulan
data.
Dokumentasi bertujuan untuk menggali data-data masa lampau secara sistematis dan objektif dan untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data.14 Dokumentasi perlu dilakukan untuk memperkuat analisis yang dilakukan, dengan
adanya
dokumen
memperkuat
pengumpulan
data.
Pengumpulan data observasi dan wawancara biasanya dilengkapi dengan dokumentasi. 6. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis wacana kritis model Norman Fairclough, yakni bagaimana menghubungkan teks yang mikro dengan konteks masyarakat yang makro. Bahasa secara sosial dan historis adalah bentuk tindakan, dalam hubungan dialektik dengan struktur sosial. Oleh karena itu, analisis harus dipusatkan pada bagaimana bahasa itu terbentuk dan dibentuk dari relasi sosial dan konteks tertentu.15
14
Rakhmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group, 2007). h. 120. 15 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 285.
11
Tabel 1.1 Kerangka analisis Norman Fairclough:16 TINGKATAN METODE Teks Critical linguistics Discourse practice Wawancara mendalam dan news room Sosiocultural Studi pustaka, penelusuran sejarah Pada tingkatan teks Peneliti akan memperhatikan teks-teks berita isu suap sertifikasi di tabloid Suara Islam dan di majalah Tempo kemudian akan ditafsirkan oleh peneliti menggunakan analisis framing model Gamson. Pada tingkatan produksi dan konsumsi teks (discourse practice) peneliti akan mewawancarai wartawan. Dan pada tingkatan sosio-kultural peneliti akan menelurusi penyebab teks tersebut muncul. Hal ini sesuai dengan kerangka analisis wacana kritis model Norman Fairclough. 7. Waktu dan Tempat Penelitian Kantor redaksi Tabloid Suara Islam: Jalan Kalibata Tengah No. 3A Jakarta Selatan. Telepon/fax: 021-7942240. Website: www.suara-islam.com E-mail: redaksi_suaraislam.yahoo.com. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari Maret 2014 sampai penelitian ini selesai. 8. Pedoman Penulisan Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku pedoman penulisan karya Ilmiah (Skripsi, Tesisi dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and
16
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS,2011), h. 326.
12
Assurance) Universitas Islam negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. F. Tinjauan Pustaka Analisis ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan bukubuku yang membahas tentang wacana kritis. Ada beberapa penulisan skripsi terdahulu, yang pembahasannya terkait dengan penulisan dan sebagai referensi penulis, ini adalah: Skripsi karya Ruslan, mahasisa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2009 dengan judul “Analisis Wacana Islam Liberal dalam Majalah Syir‟ah Edisi Oktober 2005”. Skripsi yang ditulis Ruslan membahas tentang pengaruh Islam Liberal pada majalah Syir‟ah. Peneliti
memilih
skripsi
tersebut
untuk
dijadikan rujukan maupun
perbandingan karena adanya kesamaan dalam teknis data dan teori yang digunakan. Tentunya terdapat perbedaan antara skripsi tersebut dengan skripsi peneliti, yakni mengenai kasus yang diangkat, media massa yang dijadikan objek penelitian, konsep yang digunakan, dan temuan analisa data. Skripsi karya Haiatul Umam, Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2009 dengan judul “Analisis Wacana Teun Van Dijk terhadap scenario film „Perempuan Punya Cerita”. Skripsi karya Haiatul
13
Umam ini juga membahas mengenai analisis wacana, hal ini tentunya juga bisa menjadi bahan rujukan peneliti. Perbedaanya terletak pada kasus yang diangkat, media massa yang dijadikan objek penelitian, konsep yang digunakan,dan temuan dana analisa data. Skripsi karya Ida Nurul Huda, mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2010 dengan judul “Bangunan Wacana Menghadapi Musibah Di Media Cetak (Analisis Wacana Kritis dalam Rubrik Renungan Tabloid Robithoh Edisi 1-30 Safar 1431 H). Skripsi tersebut juga membahas mengenai analisis wacana, hal ini tentunya juga bisa dijadikan rujukan peneliti. Perbedaanya terletak pada kasus yang diangkat, konsep yang digunakan dan temuan analisis data. Dari tinjauan di atas, maka belum ditemukan adanya penelitian yang membahas tentang DOMINASI IDEOLOGI ISLAM DI MEDIA (STUDI KRITIS BERITA ISU SUAP SERTIFIKASI MUI DI TABLOID SUARA ISLAM). Inilah yang mendasari peneliti untuk meneliti hal ini. G. Sistematika Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tunjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
14
BAB II KERANGKA TEORI Bab ini akan menguraikan kajian teoritis mengenai wacana kritis, analisis wacana kritis model Norman Fairlough, teori ideologi media, media cetak, tabloid, dan berita. BAB III GAMBARAN UMUM Pada bab ini menjelaskan gambaran umum mengenai tabloid Suara Islam, Sejarah serta perkembangannya, Visi dan Misi serta Tujuan didirikan Tabloid Suara Islam, dan Struktur Redaksional Tabloid Suara Islam. BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA Bab ini berisikan tentang temuan dan analisa mengenai konstruksi wacana yang terdapat dalam teks isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara Islam edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H / 14-28 Maret 2014, proses pra produksi dan konsumsi dan konsep sociocultural practice yang diterapkan Suara Islam. BAB V PENUTUP Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari keseluruhan penelitian dan saran dari peneliti.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Tentang Analisis Wacana 1. Pengertian Wacana Dalam kamus Inggris-Indonesia karya Echols dan Shadily yang diterbitkan pertama kali oleh Cornell University Press tahun 1975, penjelasan untuk entri kata discourse (wacana) adalah sebagai berikut: (kata benda) pidato atau tulisan, percakapan, ceramah; scientific discourse: wacana ilmiah; (kata kerja intransitif) to discourse on: bercakap-cakap
mengenai.1
Dari
pengertian
ini
menggambarkan
pengertian umum tentang wacana yang sekarang dipahami kebanyakan masyarakat di Indonesia. Menurut Faucault dalam buku Teknik Praktis Riset Komunikasi karya Kriyantono mengatakan wacana sebagai bidang dari semua pernyataan (statement), kadang sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang sebagai sebuah praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan.2 Pemerintah, masyarakat, media, kelomok yang memberikan pernyataan terhadap suatu isu atau fenomena disebut wacana.
1
Herudjati Purwoko, Discourse Analysis: kajian Wacana Bagi Semua Orang, (Jakarta: Indeks, 2008), h. 1. 2 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 262.
15
16
Sedangkan menurut Riyono Praktikto dalam buku Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, karya Sobur 2009, merupakan proses berpikir seseorang sangat erat kaitannya dengan ada tidaknya kesatuan dan koherensi dalam tulisan yang disajikannya. Makin baik cara atau pola berpikir seseorang, pada umumnya makin terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi itu.3 Sebuah tulisan adalah wacana, namun wacana tak hanya sebuah tulisan saja sebuah pidato pun merupakan wacana juga. Jadi ada wacana tulis dan wacana lisan. Ini sesuai dengan pernyataan Henry Guntur Tarigan bahwa istilah wacana dipergunakan untuk mencakup bukan hanya percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan serta upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon.4 “Dari pendapat di atas Alex Sobur merangkum pengertian wacana menjadi rangkaian ujar atau rangkaian tindakan tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa.”5
Senada dengan yang lain menurut Cook wacana adalah suatu penggunaan bahasa dalam komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.6 Pada dasarnya semua setuju bahwa wacana berbentuk lisan maupun tulisan.
3
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 10. 4 Alex Sobur, Analisis Teks Media ..., h. 10. 5 Alex Sobur, Analisis Teks Media ..., h. 11. 6 Aris badara, Analisi Wacana: Teori, metode, dan Penerapannya pada Wacana media, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 16-17.
17
Namun terdapat perbedaan definisi mengenai wacana, perbedaan ini dikarenakan oleh perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memaknai istilah wacana tersebut. Berikut tabel yang menjelaskan perbedaan definisi wacana: Tabel 2.1 Definisi wacana7 Wacana: 1. Komunikasi verbal, ucapan, percakapan; 2. Sebuah perlakuan formal dari subjek dalam ucapan atau tulisan; 3. Sebuah unit teks yang digunakan oleh linguis untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat. (Collins Concise English Dictionary, 1988) Wacana: 1. Sebuah percakapan khusus yang alamiah formal dan pengungkapannya diatur pada ide dalam ucapan dan tulisan; 2. Pengungkapan dalam bentuk sebuah nasihat, risalah, dan sebagainya; sebuah unit yang dihubungkan ucapan atau tulisan. (Longman Dictionary of the English Language, 1984) Wacana: 1. Rentan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimatkalimat itu; 2. Kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis. (J. S. Badudu 200) Analisis wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam wacana seperti percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan. (Cristal 1987) Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana dibentuknya oleh tujuan sosialnya. (Hawthorn 1992) Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman. (Roger Fowler 1977) 7
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 2.
18
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semua setuju kalau wacana berbentuk lisan dan tulisan. Tetapi di sisi lain ada perbedaan penekanannya menurut Collins Concise English Dictionary menekankan kalau wacana sebuah unit teks untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat.
Sementara
Longman
Dictionary
menekankannya
pada
pengungkapannya diatur pada ide dalam ucapan dan tulisan. J.S. Badudu lebih menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya membentuk satu kesatuan. Cristal memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat pada lisan. Hawthorn memfokuskan pada sebuah aktivitas dibentuknya oleh tujuan sosialnya. Roger Fowler memusatkan pada komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari pandangan kepercayaan. Perbedaan ini terlihat dari disiplin ilmu; dalam lapangan sosiologi, wacana mengarah pada hubungan antara konteks sosial dari pemakaian bahasa. Dalam pengertian linguistik wacana merupakan unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Analisis wacana memusatkan perhatian pada level di atas kalimat seperti hubungan gramatikal yang terbentuk pada level yang lebih besar dari kalimat. Analisis wacana dalam lapangan psikologi sosial diartikan pembicaraan. Sementara dalam lapangan politik analisis wacana adalah praktik pemakaian bahasa, terutama politik bahasa.
19
Karena bahasa aspek sentral dari pendeskripsian subjek, dan lewat bahasa ideologi terserap didalamnya.8 Analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa atau pemakaian bahasa. Menurut A. S. Hikam dalam buku Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Eriyanto, 2012, mengatakan ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana yakni positivismempiris, konstruktivisme, dan kritis.9 Positivism-empiris, memandang bahasa sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Salah satu ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Analisis wacana disini dimaksudkan untuk mengambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Sementara konstruktivisme bahasa dipandang tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan. Analisis wacana disini dimaksud sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Wacana suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari yang subjek mengemukakan suatu pernyataan. Sedangkan kritis memandang bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu
8
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 3. Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 4.
9
20
analisis wacana bertujuan untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa. Dengan kata lain wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam membentuk subjek, dan tindakan representasi dalam masyarakat. Pandangan ini mengoreksi pandangn konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional.10 2. Analisis Wacana Kritis Analisis Wacana kritis menyediakan teori dan metode yang bisa digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan anatara wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam domaindomain sosial yang berbeda.11 Pendekatan kritis memandang bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam membentuk subjek serta berbagai tindakan representasi yang terdapat di masyarakat. Oleh sebab itu analisis wacana kritis yang juga menggunakan pendekatan kritis menganalisis bahasa tidak dari aspek kebahasaan saja tapi juga menghubungkan dengan konteks.12 Dari pemaparan tersebut dapat dirumuskan suatu pengertian analisis wacana yang bersifat kritis yaitu suatu pengkajian secara
10
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 3-6. Merianne W. Jorgensen dan Louse J. Philips, Analisis Wacana: Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 114. 12 Aris Badara, Analisi wacana: Teori, Metode, dan penerapannya pada Wacana media, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 25-26. 11
21
mendalam yang berusaha mengungkapkan kegiatan, pandangan, dan identitas berdasarkan bahasa yang digunakan wacana. 3. Karakteristik Analisis Wacana Kritis Analisis wacana kritis, wacana tidak dipahami semata sebagai studi bahasa. Sebab, analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis. Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks13. Konteks tersebut dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk praktik kekuasaan. “Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana sebagai bentuk dari praktik sosial. Hal ini menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana bisa jadi menampilkan efek ideologi: ia dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas melalui perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan.”14
Berikut ini karakteristik analisis wacana kritis menurut Van Dijk, Fairclough, dan Wadok:15 a. Tindakan Seseorang berbicara, menulis, dan menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Dari pemahaman ini muncul konsekuensi bagaimana wacana di 13
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 7. Aris Badara, Analisi wacana: Teori, Metode, dan penerapannya pada Wacana media, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 28-29. 15 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar …, h. 7-13 14
22
pandang. Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mendebat, membujuk, menyangga, dan berinteraksi. Kedua wacana dipahami sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu di luar kesadaran. b. Konteks Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Titik perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam proses komunikasi. c. Historis Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu. Misal kita melakukan analisis wacana teks selembaran mahasiswa menentang Soeharto. Pemahaman teks ini diperoleh dari konteks historis teks itu diciptakan. Saat melakukan analisis ini perlu tinjauan untuk mengerti mengapa wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu. d. Kekuasaan Setiap wacana yang muncul tidak dipandang sebagai sesuatu yang begitu saja, alamiah, wajar dan netral tetapi merupakan
23
bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat. e. Ideologi Ideologi konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Ideologi dibangun kelompok yang dominan dengan tujuan untuk memproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Pendekatan ini dipandang sebagai medium kelompok yang dominan mempersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar. 4. Varian Analisis Wacana Analisis wacana dalam perkembangannya terdapat beberapa model dengan berbeda pendekatan: a. Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew pendekatan mereka terkenal dengan critical linguistics. critical linguistics memandang bahasa sebagai praktik sosial, melalui mana suatu kelompok memantapkan dan menyebarkan ideologinya.16 Mereka menganggap bahwa ideologi dapat memengaruhi tata bahasa atau grammar yang digunakan. b. Theo Van Leeuwen terkenal dengan model analisis wacana untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang 16
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 133.
24
dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana.17 Biasanya kelompok yang
dominan
lebih
memegang
kendali
kekuasaan
terhadap
pemaknaan suatu peristiwa, sementara kelompok yang posisinya rendah cenderung menjadi objek pemaknaan yang buruk. Disini ditekankan antara wacana dan kekuasaan. Kekuasaan berperan penting dalam suatu wacana. c. Sara Mills titik perhatiannya pada wacana mengenai feminism atau perspektif feminis. Bagaimana wanita ditampilkan dalam teks, baik novel, gambar, foto ataupun berita.18 Wanita sering dimunculkan sebagai objek pemberitaan buruk seperti berita pemerkosaan, pelecehan, perselikuhan. Titik perhatian dari analisis ini adalah bagaimana wanita digambarkan dan dimarjinalkan dalam teks berita dan bagaimana bentuk dan pola pemarjinalan itu. d. Teun A. Van Dijk, model yang dipakainya sering disebut “kognisi sosial”. Menurutnya penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang juga harus diamati. Tetapi dilihat juga suatu teks diproduksi.19 Contoh bila ada teks yang memarjinalkan buruh, dibutuhkan penelitian yang melihat bagaimana produksi teks itu bekerja, kenapa teks tersebut memarjinalkan buruh. Proses produksi itu melibatkan suatu proses yang disebut kognisi sosial. 17
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 171. Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 199. 19 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 221. 18
25
e. Norman Fairclough, model yang dikemukakannya disebut sebagai model perubahan sosial (social change). Analisisnya memusatkan pada bahasa, bagaimana bahasa itu terbentuk dan dibentuk dari relasi sosial dan konteks sosial tertentu.20 Titik perhatiannya adalah melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. Pada penelitian ini menggunakan wacana model Norman Fairclough karena Fairclough lebih tertarik dengan faktor struktur dan praktik kerja dari media yang di dalamnya menyertakan kepentingan ekonomi dan politik pengelolanya. 5. Model Analisis Wacana Norman Fairclough Analisis Norman Fairclough didasarkan pada pertanyaan besar, bagaimana menghubungkan teks yang mikro dengan konteks masyarakat yang makro. Fairclough berusaha membangun suatu model analisis wacana yang mempunyai kontribusi dalam analisis sosial dan budaya, sehingga mengkombinasikan tradisi analisis tekstual yang selalu melihat bahasa dalam ruang tertutup dengan konteks masyarakat yang lebih luas.21 Untuk Mengetahui pamakai bahasa membawa nilai ideologis tertentu dibutuhkan analisis yang menyeluruh. Fairclough membagi analisis wacananya ke dalam tiga dimensi: teks, discourse practice, dan sociocultural practice.
20
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 285-286. Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 285.
21
26
a. Teks Teks dianalisis secara linguistik, dengan melihat kosa kata, semantik, tata kalimat, koherensi dan kohesivitas. Bagaimana antarkata atau kalimat tersebut digabung sehingga membentuk pengertian. Fairclough melihat teks dalam berbagai tingkatan. Sebuah teks bukan hanya menampilkan bagaimana suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antar objek didefinisikan. Ada tiga elemen dasar dalam model Fairclough, setiap teks dapat diuraikan dan dianalisis dari ketiga unsur tersebut.22 Tabel 2.2 Analisis Teks Model Norman Fairclough UNSUR Representasi
Relasi
Identitas
YANG INGIN DILIHAT Bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi, keadaan atau apa pun ditampilkan dan digambarkan dalam teks. Bagaimana hubungan antara wartawan, khalayak, dan partisipan berita ditampilkan dan digambarkan dalam teks. Bagaimana identitas wartawan, khalayak, dan partisipan berita ditampilkan dan digambarkan dalam teks.
“Representasi pada dasarnya ingin melihat bagaimana sesorang, kelompok, tindakan, kegiatan ditampilkan dalam teks. Fairclough membagi representasi menjadi dua hal, yakni bagaimana sesorang, kelompok, dan gagasan ditampilkan dalam anak kalimat, 22
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 289.
27
kombinasi anak antarkalimat.”23
kalimat,
dan
gabungan
atau
rangkaian
Representasi dalam anak kalimat, menurut Fairclough pada dasarnya pemakai bahasa dihadapkan pada paling tidak dua pilihan. Pertama pada tingkat kosakata (vocabulary): kosakata apa yang dipakai untuk menampilkan dan menggambarkan sesuatu, yang menunjukkan bagaimana sesuatu tersebut dimasukkan dalam satu set kategori. Kedua pada tingkatan tata bahasa (grammar).24 Representasi dalam kombinasi anak kalimat, gabungan antara satu kalimat dengan anak kalimat yang lain dapat membentuk suatu pengertian yang dimaknai. Pada dasarnya realitas pun terbentuk dari gabungan anak kalimat tersebut. Gabungan anatara anak kalimat juga akan membentuk koherensi lokal, yakni pengertian yang didapat dari gabungan anak kalimat satu dengan yang lain, sehingga kalimat itu mempunyai arti.25 Representasi dalam rangkaian antarkalimat, bagaimana dua kalimat atau lebih disusun dan dirangkai. Representasi ini berhubungan dengan bagian mana dalam kalimat yang lebih menonjol dibandingkan dengan bagian yang lain.salah satu aspek penting adalah apakah partisipan
23
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 290. Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar …, h. 290. 25 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 294. 24
28
dianggap mandiri ataukah ditampilkan memberikan reaksi dalam teks berita.26 Relasi, berhubungan dengan bagaimana partisipan dalam media berhubungan dengan bagaimaana partisipan dalam media berhubungan dan ditampilkan dalam teks. Media disini dipandang sebagai suatu arena sosial, di semua kelompok, golongan, dan khalayak yang ada dalam masyarakat saling berhubungan dan menyampaikan versi pendapat dan gagasannya.27 Identitas, bagi Fairclough aspek ini melihat bagaimana identitas wartawan ditampilkan dan dikonstruksi dalam teks pemberitaan. Yang menarik menurut Fairclough bagaimana wartawan menempatkan dan mengidentifikasi dirinya dengan masalah atau kelompok sosial yang terlkibat: ia mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari kelompok mana? Apakah sebagai khalayak ataukah menampilkan dirinya secara mandiri?.28 b. Discourse Practice Discourse practice, berhubungan dengan proses produksi dan konsumsi teks.29 Setiap media memiliki pola kerja, bagan kerja, dan rutin dalam menghasilkan berita yang berbeda, sehingga teks yang dihasilkan berbeda juga. Praktik wacana inilah yang menentukan bagaimana teks 26
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 296. Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 300. 28 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 304. 29 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 287. 27
29
terbentuk. Pada tingkatan ini terdapat tiga faktor aspek penting. Pertama, sisi individu wartawan. Faktor ini berhubungan dengan latar belakang pendidikan wartwan tersebut, perkembangan profesionalitasnya, dan keterampilan wartawan dalam menghasilkan berita yang akurat. Kedua, hubungan antara wartawan dengan struktur organisasi media. Dan ketiga, praktik kerja/rutin kerja mulai dari pencarian berita, penulisan, editing sampai siap cetak.30 c. Sosiocultural Practice Sosiocultural practice, berhubungan dengan konteks di luar teks. Konteks disini memasukkan banyak hal, seperti konteks situasi, lebih luas adalah konteks dari praktik institusi dari media sendiri dalam hubungannya dengan masyarakat atau budaya dan politik tertentu. Mislanya politik media, ekonomi media, atau budaya media tertentu yang berpengaruh terhadap teks yang dihasilkannya. Fairclough membuat tiga level analisis pada sociocultural practice: level situsional, institusional, dan social.31 Situsional, tingkatan ini teks dihasilkan dalam suatu kondisi atau suasana ang khas, unik, sehingga satu teks bisa jadi berbeda dengan teks yang lain. Institusional, pengaruh institusi organisasi dalam praktik produksi wacana. Institusi organisasi ini bisa berasal dari dalam diri media
319.
30
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 317-
31
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 320-322
30
sendiri atau dari luar media seperti ekonomi media dan politik. Sosial, wacana muncul dalam media ditentukan oleh perubahan masyarakat. Di sini dapat dilihat dari sistem politik, sistem ekonomi atau sistem budaya masyarakat keseluruhan yang memengaruhi teks. Teks berita yang dibuat wartawan dari Sistem politik otoriter dan demokrasi pasti berbeda. Wartwan dari sistem politik otoriter akan menghasilkan teks yang tidak mengkritik pemerintahan. Sedangkan wartawan dari sistem politik demokrasi akan menghasilkan teks yang mengkritik pemerintahan.32 B. Analisis Framing 1. Pengertian Analisis Framing Dalam melakukan analisis pada jenjang teks, penelitian ini menggunakan teknik analisis framing. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengonstruksi fakta.33 Dalam penelitian framing yang menjadi titik persoalan adalah bagaimana realitas / peristiwa dikonstruksi oleh media. Lebih spesifik, bagaimana media membingkai peristiwa dalam konstruksi tertentu. Sehingga yang menjadi titik perhatian bukan apakah media memberitakan negatif atau positif, melainkan bagaimana bingkai yang
32
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 322-
326 33
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 162.
31
dikembangkan oleh media.34 Peristiwa atau isu yang sama bisa jadi dibingkai secara berbeda oleh media. Perbedaan ini karena media yang satu dengan yang lain berbeda dalam memaknai, memahami peristiwa atau isu tersebut. Menurut Gamson dan Modigliani frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa berkaitan dengan objek suatu wacana.35 Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Ada dua esensi utama dari framing, pertama bagaiamana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk mendukung gagasan.36 Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau
34
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi, dan Poltik Media, (Yogyakarta: LKIS, 2007), h. 7. 35 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 162-163. 36 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi ..., h. 10-11.
32
lebih
diingat,
untuk
menggiring
interpretasi
khalayak
sesuai
perspektifnya.37 2. William A. Gamson Peneliti menggunakan analisis framing model William A. Gamson karena analisisnya lebih ke bagaimana media memframing isu. Gagasan Gamson terutama menghubungkan wacana media di suatu sisi dengan pendapat umum di sisi lain. Dalam pandangan Gamson, wacana media adalah elemen yang penting untuk memahami dan mengerti pendapat umum yang berkembang atas suatu isu atau peristiwa.38 Data survei khalayak tidak bisa dijadikan pendapat umum. Data-data itu perlu dihubungkan dan diperbandingkan dengan konstruksi oleh media. Sebab, konstruksi media menentukan pemahaman suatu isu oleh khalayak. Wacana media adalah saluran individu mengonstruksi makna, dan pendapat umum adalah bagian dari proses media membangun dan mengkonstruksi realitas yang disajikan dalam berita. Frame merupakan inti sebuah unit besar wacana publik yang disebut kemasan (package).39 Keberadaan dari suatu kemasan terlihat adanya gagasan sentral yang kemudian didukung oleh perangkatperangkat wacana seperti kata, kalimat, pemakaian gambar atau grafik
37
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 162 38 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi, dan Poltik Media, h. 253. 39 Alex Sobur, Analisis Teks Media ..., h. 177.
33
tertentu dan sebagainya. Perangkat framing yang dikemukakan oleh Gamson dan Moldigliani dapat digambarkan sebagai berikut:40 Tabel 2.3 Perangkat framing dan penalaran Frame Central organizing idea for making sense of relevant events, suggesting what is at issues Framing Devices Reasoning Device (perangkat framing) (perangkat penalaran) Methapors Roots Perumpamaan atau pengandaian Analisis kausal atau sebab akibat Catchphrases Appeals to principle Frase yang menarik, kontras, Premis dasar, klaim-klaim moral menonjol dalam satu wacana. Ini umumnya berupa jargon atau slogan. Examplaar Consequences Mengaitkan bingkai dengan contoh Efek atau konsekuensi yang didapat yang memperjelas bingkai dari bingkai. Deciption Penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif. Depiction ini umumnya berupa kosakaata, leksiokon untuk melabeli sesuatu. Visual Images Gambar, grafik, citra yang mendukung bingkai secara keseluruhan. Bisa berupa foto, kartun, ataupun grafik untuk menekankan dan mendukung pesan yang ingin disampaikan.
Gamson memahami framing sebagai seperangkat gagasan atau ide sentral ketika sesorang atau media memahami dan memaknai suatu isu. 40
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 262.
34
Ide sentral ini, akan didukung oleh perangkat wacana lain sehingga anatara satu bagian wacana dengan bagian lain saling kohesif – saling mendukung.41 Dalam peristiwa demonstrasi buruh, media membuat suatu kemasan, misalnya kekerasan dan anarkisme buruh, maka dalam teks berita itu kita bisa melihat bagaimana frame ini akan didukung oleh perangkat wacana lain. Misalnya dari pemakaian kalimat, kata, metafora, dan sebagainya, yang kesemua elemen tersebut saling dukung, saling mengisi menuju satu titik pertemuan: ide sentral dari suatu berita. Gamson membagi dua perangkat untuk menerjemahkan ide sentral ini dalam teks. Pertama, framing devices (perangkat framing). Ini berhubungan dan berkaitan langsung dengan ide sentral atau bingkai yang ditekankan dalam teks berita. Hal ini ditandai dengan pemakaian kata, kalimat, grafik/gambar dan metafora tertentu. Kedua, reasoning devices (perangkat penalaran). Ini berhubungan dengan kohesi dan koherensi dari teks tersebut ang merujuk pada gagasan tertentu.42 C. Ruang Lingkup Tentang Media Cetak 1. Pengertian Media Cetak Media
adalah
alat
atau
sarana
yang
digunakan
untuk
menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia, 41
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi, dan Poltik Media, (Yogyakarta: LKIS, 2007), h. 263. 42 Eriyanto, Analisi Framing: Konstruksi ..., h. 263-264.
35
media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindera manusia, seperti mata dan telinga.43 Mata, mulut dan telingga alat atau sarana yang kita gunakan untuk berkomunikasi. Tanpa pancaindera tersebut kita sulit melakukan komunuikasi bahkan tidak mungkin. Sementara arti harfiah bahasa Indonesia “cetak” ialah cap, acuan. Dalam bahasa Inggris, cetak, yang berkaitan dengan produksi media cetak ialah press. Press berarti mesin untuk mencetak buku, media, surat kabar.44 Menurut Kurniawan Junaedhi dalam bukunya Ensiklopedi Pers Indonesia mengatakan Media cetak adalah media massa atau penerbitan pers yang dicetak seperti surat kabar, majalah, poster, pamplet, iklan, dan lain-lain.45 Sebagaimana namanya media ini menyajikan berita jurnalistik dengan menggunakan media cetak. Baik tulisan, foto, maupun gambar yang ditampilkan, semua berupa hasil cetak.46 Media cetak atau jurnalistik cetak ialah proses mencari, mengumpulkan, menyeleksi, menulis dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak melalui media massa cetak, seperti surat kabar, majalah dan tabloid.47
43
Hafied Cengara, Pengatar ilmu komunikasi, (Jakarta: Persaada, 1998), h. 123. R. Masri Sareb Putra, Media Cetak: Bagaimana Merancang dan Memproduksi (Jakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 5. 45 Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedi Pers Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1991), h.162. 46 AA Kunto A, Cara Gampang Jadi Wartawan, (Tangerang: Indonesia Cerdas, 2006), h. 41-42 47 Jani Yosef, To Be A Journalist: Menjadi Jurnalis Tv, Radio dan Surat Kabar yang Profesional, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 13. 44
36
2. Majalah Menurut Kurniawan Junaedhie dalam Ensiklopedi Pers Indonesia majalah adalah penerbitan pers berkala yang menggunakan kertas sampul. Memuat bermcam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun fotofoto.48 Dalam buku Teori Komunikasi Massa karya John Vivian mengatakan majalah telah mengungguli media lain dengan inovasi yang signifikan dalam jurnalisme, advertising dan sirkulasi. Inovasi itu mencakup laporan investigasi, profil tokoh secara lengkap, dan fotojurnalisme.49 Keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai pada masa menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta pada tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama Pantja Raja pimpinan Markoem Djojohadisoeparto dengan prakata dari Ki Hajar Dewantoro selaku Menteri Pendidikan pertama RI.50 Majalah merupakan media yang paling simpel organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang banyak. Majalah mempunyai karakteristik tersendiri yakni:51
48
Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedi Pers, h. 154-155 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, ed. 8 penerjemah TrioWibowo B.S (Jakarta: Kencana, 2008) h. 109. 50 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu pengantar, (Bandung: Simbiosa, 2005), h. 110. 51 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, ... h. 113. 49
37
a. Penyajian lebih dalam Majalah pada umumnyaterbit mingguan, atau dwi mingguan bahkan ada yang bulanan. Majalah berita biasanya terbit seminggu sekali, sehingga para reporternya mempunyai banyak waktu untuk memahami dan mempelajari isu yang sedang berkembang. Hal ini juga yang dimanfaatkan reporter majalah untuk menganalisis peristiwa yang bersangkutan. Sehingga reporter dapat mengupas secara dalam peristiwa yang terjadi. b. Nilai aktualitas lebih lama Apabila nilai aktualitas surat kabar satu hari, maka nilai aktualitas majalah bisa satu minggu. c. Gambar/foto lebih banyak Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian beritanya yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan gambar/foto yang lengkap dengan ukuran besar dan berwarna. Daya tarik majalah selain beritanya lebih dalam majalah juga menyajikan foto-foto berita yang menarik dan banyak. d. Cover (sampul) sebagai daya tarik Selain foto cover atau sampul majalah juga merupakan daya tarik tersendiri. Cover ibarat pakaian dan akserorisnya manusia. Cover majalah biasanya menggunakan kertas yang
38
bagus dengan gamabar dan warna yang menarik pula.52 Gambar pada cover biasanya mewakili isi laporan utama atau menjadi fokus pemberitaan pada edisi tersebut. 3. Tabloid Menurut Elvinaro dan Lukiati Komala, surat kabar ditinjau dari bentuknya ada bentuk surat kabar biasa dan tabloid.53 Tabloid adalah surat kabar yang terbit dengan ukuran setengah dari ukuran surat kabar biasa. Umumnya disajikan dengan gaya jurnalistik khas. Di kalangan pers Barat, tabloid juga sering diartikan sebagai surat kabar sensasi yang menyajikan seks, kriminal, dan key hole atau berita-berita seputar dapur dan kamar tidur orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan umum. Jelasnya, sebuah surat kabar kuning.54 Di Indonesia, tabloid lebih diartikan pada pengertian ukuran atau format, bukan dalam pengertian pers Barat. Sejak 1940-an, banyak surat kabar Indonesia terbit dalam ukuran tabloid. Tabloid pertama yang populer adalah Mutiara, yang diterbitkan Sinar Harapan pada 1964. Menurut AA kunto A dalam bukunya Cara Gampang jadi Wartawan menyebutkan pengertian tabloid sebagai media yang sifatnya berbeda dengan koran. Tabloid tampil lebih ringan dengan berita-berita yang disampaikan secara lebih segar. Isi di tabloid tidak mengejar 52
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu pengantar, (Bandung: Simbiosa, 2005), h. 144. 53 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa, h. 106. 54 Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedi Pers Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1991), h. 260.
39
aktualitas karna terbit seminggu sekali atau seminggu dua kali. Seorang wartawan tabloid harus cerdik mencari angle yang lebih awet untuk disajikan tidak segera, agar berita yang disajikan berbeda dengan koran harian sehingga memberikan nilai tambah isi berita di tabloid.55 Tabloid mengandung konotasi rendahan untuk Koran yang menampilkan judul-judul yang mentereng dan menarik, tetapi orang-orang koran menggunakan kata itu dalam pengertian netral untuk menyebut koran separuh ukuran yang nyaman untuk dipegang.56 New York Daily News sebuah tabloid penuh foto, yang berdiri pada 1919. Tabloid ini lebih menekankan berita kejahatan, seks dan bencana. Hal ini pula yang membuatnya cepat meraup sukses dan mendpat penggemarnya. Karena pembaca menyukai berita-berita sensasional dan pembaca lebih suka bacaan yang pas ditangan untuk dibaca selama di bis atau kereta menuju tempat kerja. Dari kesuksesan tabloid New York Daily News beberapa koran beralih ke ukuran tabloid, seperti Christian Science Monitor, San Fransisco Examiner.
55
AA Kunto A, Cara Gampang Jadi Wartawan, (Tangerang: Indonesia Cerdas, 2006), h. 44. John Vivian, Teori Komunikasi Massa, ed. 8, Penerjemah TrioWibowo B.S (Jakarta: Kencana, 2008) h. 73-74. 56
40
4. Berita Berita adalah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi (aktual) yang disampaikan oleh wartawan dalam media massa.57 Dalam menyusun berita antara fakta kejadian dengan pendapat (opini) harus dibedakan. Jangan dicampurbaurkan yang yang satu dengan yang lain untuk mencegah berita-berita yang diputar balikan. Di dalam media cetak anatara berita dan opini dibedakan tempatnya. Opini mempunyai tempat khusus yakni dalam rubrik opini. Secara sosiologis, berita adalah semua hal yang terjadi di dunia. Dalam gambaran yang sederhana, berita adalah apa yang ditulis surat kabar, apa yang disiarkan radio, dan apa yang ditayangkan televise.58 Meski saat ini tak semua apa yang di tulis surat kabar itu berita seperti tajuk rencana, opini, surat pembaca, iklan. Namun sebagian besar isi surat kabar adalah berita. Begitu pun radio dan televisi apa yang disiarkan dan ditayangkan tidak semuanya berita ada hiburannya. Paul De Massenner dalam bukunya here’s The News: Unesco Associate mengatakan, berita adalah sebuah informasi yang penting dan
57
Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedi Pers Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1991), h. 6. AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis berita dan feature panduang Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 63. 58
41
menarik perhatian serta minat khalayak pendengar.59 Sesuatu yang penting dan menarik dapat mengubah perhatian khalayak pada hal tersebut. Senada dengan Paul De massenner, Charnley dan Jemes M. Neal menuturkan berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak. Pada umumnya khalayak mengingkan hal yang baru, oleh karena itu peristiwa yang baru saja terjadi sangat menarik untuk diketahui khalayak. a. Jenis-jenis Berita A.S haris Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia: Menulis berita dan Feature Panduan praktis jurnalis Profesional membagi jenis berita kedalam 3 kelompok yakni: elementary, intermediate, advance. Berita elemtary mencakup pelaporan berita langsung (straight news) berita mendalam (depth news report), dan berita
menyeluruh
(comprehensive
news
report).
Berita
intermediate meliputi pelaporan berita interpretatif (interpretative news report) dan pelaporan karangan-khas (feature strory report). Sedangkan untuk kelompok advance menunjuk pada laporan mendalam (depth reporting), pelaporan penyelidikan (investigative reporting) dan penulisan tajuk rencana (editorial writing).60
59
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis berita dan feature panduang Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 64. 60 A.S Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis berita dan feature panduang Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 68-69.
42
1. Straight news report atau berita langsung adalah berita yang disusun untuk menyampaikan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang secepatnya harus diketahui oleh pembaca atau anggota masyarakat.61 Jenis berita ini prinsip penulisannya adalah piramida terbalik, maksudnya unsurunsur penting terdapat di awal berita atau mencakup what, who, when, where, why, dan how (5W + 1H) di bagian pembuka. 2. Depth news report merupakan laporan yang menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan.62 Misalnya reporter akan mengangkat berita pidato calon presiden, reporter akan memasukkan
pidato
tersebut
dan
menambahkannya
penyatan-pernyataan sebelumnya yang pernah di ucapkan oleh calon presiden tersebut. Jenis laporan ini memerlukan pengalihan informasi, bukan laporan reporter. 3. Comprehensive news menurut A.S Haris Sumadiria merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh mencoba menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya 61
Abdul Chaer, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 16. A.S Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis berita dan feature panduang Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h., h. 69. 62
43
terlihat dengan jelas.63 Berita menyeluruh berbeda dengan berita langsung, karena berita langsung hanya melaporkan fakta yang terjadi pada saat peristiwa itu berlangsung sedangkan berita menyeluruh mengkaitan dengan peristiwa atau aspek lainnya untuk member penjelasan lebih terhadap pertiwa tersebut. 4. Interpretative report biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun demikian, fokus laporan beritanya masih
berbicara
mengenai fakta yang terbukti bukan opini.64 Laporan ini mempertimbangkan nilai dan fakta, sebab itulah jurnalis harus menganalisis dan menjelaskan terlebih dahulu. 5. Feature story adalah berita yang dapat menyentuh perasaan ataupun
menambah
pengetahuan.65
Jenis
berita
ini
membuat pembaca tidak bosan membacanya meski teks berita panjang. Karena penulisan berita ini mengisahkan suatu situasi, peritiwa, atau tokoh. Feature story biasanya memberitakan masalah yang riang namun penting untuk dibaca.
63
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis berita dan feature panduang Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 69-70. 64 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia ..., h. 70. 65 Abdul Chaer, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 17.
44
6. Depth reporting menurut A.S Haris Sumadiria adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau actual.66 Pelaporan mendalam di tulis oleh tim, disiapkan dengan matang, memerlukan waktu beberapa hari atau minggu, dan membutuhkan biaya peliputan cukup besar. 7. Investigative
reporting
berita
jenis
ini
biasanya
memusatkan pada masalah dan kontroversi.67 Laporan ini mengulas masalah yang tersembunyi yang tak banyak orang ketahui. Dalam pelaporan investigasi diperlukannya penyelidikan agar memperoleh fakta tersembunyi dan benar. 8. Editorial writing atau tajuk rencana diartiakan sebagai opini redaksi berisi aspirasi, pendapat dan sikap resmi media pers terhadap persoalan potensial.68 Jenis laporan ini berisikan tanggapan media terhadap isu yang sedang berkembang. Penulis editorial biasanya pemimpin redaksi atau redaktur senior, orang yang membuatnya haruslah orang yang sangat dipercaya oleh media karena editorial
66
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis berita dan feature panduang Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 70-71. 67 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia ..., h. 71. 68 AS Haris Sumadiria, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Penulis & Jurnalis Profesional (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 82.
45
adalah sikap media terhadap sebuah isu bukan sikap perorangan tetapi koletif. D. Ideologi Media Menurut Jorge Larrin istilah ideologi memang mempunyai dua pengertian yang bertolak belakang. Pertama secara positif, ideologi dipersepsi sebagai suatu pandangan dunia (worldview) yang menyatakan nilai-nilai kelompok sosial tertentu untuk membela dan memajukan kepentingankepentingan mereka. Kedua secara negatif, ideologi dilihat sebagai suatu kesadaran palsu, yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan cara memutarbalikkan pemahaman orang mengenai realitas sosial.69 “Ada banyak pengertian ideologi, dengan kata lain ideologi dipergunakan dalam arti yang berbeda-beda. Dalam pengertian umum ideologi adalah pikiran yang terorganisir, yakni nilai, orientasi, dan kecenderungan yang saling melengkapi sehingga membentuk perspektif-perspektif ide yang diungkapkan melalui komunikasi dengan media teknologi dan komunikasi antarpribadi”.70
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Greek, terdiri atas kata idea dan logia. Idea berasal dari kata idein yang berarti melihat. Sedangkan logia berarti pengetahuan atau teori. Dalam dunia jurnalistik ungkapanungkapan seperti “ideologi kapitalis” dan “ideologi sosial” dapat digunakan sebagai sinonim dari “kapitalisme” dan “sosialisme”.71 Ideologi di sini diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai individu untuk melihat realitas dan bagaimana
69
Alex Sobur, Analisis Teks Media:Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 61. 70 Alex Sobur, Analisis Teks Media ..., h. 64. 71 Alex Sobur, Analisis Teks Media ..., h. 62-64
46
mereka menghadapinya.72 Meski bersifat abstrak ideologi dapat memengaruhi pembentukkan berita. Menurut Gun Gun faktor ideologi yang dominan memengaruhi isi media. Saat ini, ideologi dominan tersebut tak lain adalah kapitalisme. Hukum pasar menjadi kenyataan sekaligus keniscayaan.73 Bagi jurnalis tantangan terbesarnya ialah menyingkapi hukum pasar adalah distorsi isi dan peran media hanya pada standar-standar ekonomi semata yakni keuntungan. Terkadang media menyampingkan idealisme dan profesionalitas hanya untuk keuntungan semata. Maka dapat disimpulkan faktor ideologi sangat berpengaruh terhadap isi teks yang dihasilkan media.
72
Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta: Lkis, 2009), h. 12 Gun Gun Heryanto, Dinamika Komunikasi politik, (Jakarta: Laswell, 2011), h. 169
73
BAB III GAMBARAN UMUM
A. PROFIL TABLOID SUARA ISLAM 1. Sejarah Berdirinya Suara Islam Suara Islam Media Group adalah media komunikasi dan informasi yang bertujuan untuk mewujudkan ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara.1 Tabloid Suara Islam (SI) merupakan bagian dari Suara Islam Media Grup dibawah Yayasan Media Suara Islam. Tabloid SI biasa terbit dua pekan sekali pada hari Jumat. Latar belakang berdirinya tabloid SI adalah lahir dari sebuah keprihatinan, saat itu tidak ada media yang pro terhadap perjuangan umat Islam. Berbagai agenda perjuangan yang dilakukan umat Islam baik dalam lingkup nasional maupun daerah tidak dapat tersampaikan dengan baik kepada umat Islam. Aspirasi dan hak-hak mereka terbengkalai. Sebaliknya, berbagai fitnah dilancarkan oleh media-media sekuler untuk menghantam umat Islam, ormas Islam dan tokoh-tokohnya. Islam nyaris tanpa pembelaan sedikit pun dari sisi media massa.2 Atas keprihatinan tersebut ulama dan habaib akhirnya berinisiatif untuk mendirikan media yang pro terhadap perjuangan umat Islam.
1
Dokumen Resmi Tabloid Suara Islam Dokumen Resmi Tabloid Suara Islam
.
2
47
48
SI berdiri sejak Juli 2006, lahir atas prakarsa para tokoh, kyai, ulama dan habaib serta pimpinan organisasi masyarakat Islam yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI).3 Para ulama sepakat untuk mendirikan media yang pro perjuangan umat Islam. Agar pemberitaan mengenai Islam dapat dinikmati khalayak atas perjuangan umat Islam selama ini. Di antara tokoh Islam yang merintis lahirnya media ini adalah K.H. Yusuf Hasyim (alm), K.H. Hussein Umar (alm), Dr. H. Ahmad Sumargono (alm), dan HM Cholil Badawi. Tabloid SI terbit di masyarakat dengan tagline “Memperjuangkan Aspirasi dan Hak-hak Umat”. Tabloid SI dengan tagline tersebut ingin membela umat Islam, terutama pemberitaan yang selama ini merugikan umat Islam. Tabloid Suara Islam tidak hanya menurunkan berita mengenai agama saja, akan tetapi masalah politik, human interest juga turut diberitakannya. Kini, seiring dengan perkembangan teknologi, selain dalam format tabloid, SI juga hadir dalam bentuk online (daring) dengan alamat www.suara-islam.com. Hadirnya Suara Islam dalam bentuk online memudahkan khalayak menikmati hasil liputan Suara Islam. Seusai dengan misi perjuangan FUI untuk mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bersyariah, maka sejak 2013 Suara Islam Online mengemban motto “Mengawal NKRI Bersyariah”.4
3
Dokumen Resmi Tabloid Suara Islam Dokumen Resmi Tabloid Suara Islam
4
49
Dasar pendirian: a. Amal Rasul yang terus-menerus sejak di Makkah hingga akhir hayat di madinah sebagai penyampai risalah Islam (Qs. An Nuur 54). b. Pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan (Qs. Al Ahzab 45-47). c. Perintah Allah untuk kelompok dakwah-dakwah (Qs. Ali Imron 104). 2. Visi dan Misi Tabloid Suara Islam Visi Tabloid Suara Islam a. Media penyampai risalah Islam. b. Media penjaga Islam dan pembela umat Islam. c. Media penyeru kepada terwujudnya kehidupan Islam. d. Media penerang sitem ajaran Islam. e. Media silaturrahmi umat Islam. f. Media penyeimbang informasi. Misi Tabloid Suara Islam a. Menyampaikan risalah Islam. b. Menjaga Islam dari rongrongan pihak manapun. c. Membela nasib umat Islam di dalam maupun luar negeri. d. Menyerukan terwujudnya sistem Islam dalam kehidupan masyarakat dalam seluruh aspeknya.
50
e. Menerangkan sistem ajaran Islam secara kaffah. f. Meningkatkan kesadaran umat Islam secara luas terhadap realitas kehidupan dan ajaran Islam sebagai solusi seluruh persoalan kehidupan. g. Memfasilitasi silaturrahmi umat Islam dan lembaga-lembaga yang dimiliki oleh umat Islam. h. Menyeimbangkan informasi media sekuler yang senantiasa miring kepada Islam dan umat Islam. 3. Struktur Redaksional Pemimpin Umum
: KH. Muhammad Al-Khaththath
Pemimpin redaksi
: HM. Aru Syeiff Assadullah
Wakil Pemimpin Redaksi
: HM. Luthfie Hakim
Dewan Redaksi
: KH. Ma’ruf Amin KH. Abdul Rasyid AS. KH. Syukron Makmun KH. Cholil Ridwan H. Rusydi Hamka Dr. Yunahar Ilyas Habib Rizieq Syihab, MA KH. Abu Bakar Ba’asyir Wahid Alwi, MA KH. Didin Hafidhuddin KH. Amrullah Achmad
51
KH. Amin Noer HM. Arifin Ilham KH. Athian Ali M. Da’i M. Amin Lubis KH. Nazri Adlani H. Chep Hernawan, SE H. Azwir Nurdiati Akma Ida Hasym Ning Irena Handono Habib Husein Al-Atthas Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan M. Amin Jamaluddin Staf Ahli
: Amran Nasution
Redaktur Senior
: Rahimi Sabirin HM Mursalin R. Mahendradatta Iskandar Zulkarnaen Joserizal Jurnalis Ummu Dilla Munarman Agus Laksono Bernard Abdul Jabbar
52
Achmad Michdan Sekretaris Redaksi
: M. Syah Agusdin M. Shodiq Ramadhan
Redaktur
: Abu Zahra Ummu Hanifah Ummu Dhuha Fachrurozi Abdul Halim Nurbowo Oma R. Rasyid Kusfiardi Mulyadi
Desain dan Pra Cetak
: Irwan Adrianto
Direktur
: H. Tabrani Sabirin, MA
Wakil Direktur
: Sudadi
Legal Officer
: H. Munarman, SH H. Wirawan Adnan, SH
Manajer Produksi
: H.M. Hijrah Dahlan
Manajer Pemasaran
: M. Shodiq Ramadhan
53
Sirkulasi
: Zulnarias (kepala) Wijo Wahono
Iklan
: Rasyidin Panggabean (kepala) Fitrah Ramdani
Hunting
:
08161384245,
SMS
center:
081218933633, Fax.: 021-7942240, Email:
[email protected]. id,
pemasaran2suara-islam.com,
facebook: Pemasaran Tabloid Suara Islam Manajer keuangan Alamat Redaksi
: Syaiful Falah : Jl. Kalibata Tengah No. 3A Jakarta Selatan,
Telpon/Fax.:
021-7942240,
website: www.suara-islam.com, E-mail:
[email protected]
BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN DATA
Tabloid Suara Islam (SI) menurunkan laporan mengenai pemberitaan mengenai isu suap sertifikasi label halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) di edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H / 14-28 Maret 2014. Judul laporan yang diturunkan di antaranya; “Tempo Anti Islam: MEMBUSUKKAN MUI MENYERANG ISLAM”, “Amidhan: El-Mouelhy Sakit Hati”, “Salah Paham Sertifikasi”, “KANTOR MEGAH LPPOM MUI NGUTANG KE BANK”, GAPMMI: KITA TIDAK BISA MELUPAKAN SEJARAH”, “SEJAK AWAL TEMPO SINIS KEPADA ISLAM”, “LPPOM MUI Benteng Halal Indonesia”, dan “Banyak yang Kami Kerjakan tapi Sedikit yang Terkabarkan”. Selain dari ke delapan laporan tersebut tabloid SI juga melengkapinya dengan tabel syarat badan sertifikasi luar negeri untuk bisa diakui MUI. A. Analisis Teks Analisis teks terhadap berita-berita di Tabloid SI dilakukan dengan menggunakan analisis framing. Analisis framing berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Gamson dan Modigliani. Edisi yang diteliti yakni pada edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H/14-28 Maret 2014 M. Peneliti menganalisis dua judul berita dari tabloid SI, yang menurut peneliti sangat penting. Teks yang pertama dianalisis berjudul “Tempo Anti Islam:
54
55
MEMBUSUKKAN MUI MENYERANG ISLAM”. Teks ini terdiri atas sebuah judul (headline), teras berita (lead) dan isi teks sebanyak 27 paragraf. 1. FRAME SUARA ISLAM: Tempo Anti Islam: MEMBUSUKKAN MUI MENYERANG ISLAM Pembahasan teks pertama akan diawali bagian judul. Dalam upaya mengungkapkan pandangan wartawan, analisis judul menjadi penting karena judul merupakan bagian dari teks berita yang pertama kali memperlihatkan kepada pembaca pilihan wujud realitas yang ingin difokuskan dan disampaikan wartawan. Dengan mengetahui wujud realitas seperti apa yang dipilih atau dibentuk untuk menjadi fokus berita, dapat diketahui pandangan seperti apa yang melatarbelakanginya. Seperti yang disebutkan sebelumnya, teks berita pertama memiliki judul “Tempo Anti Islam: MEMBUSUKKAN MUI MENYERANG ISLAM”. Wartawan memilih untuk menampilkan judul yang menggambarkan Tempo sebagai pelaku atau subjek yang melakukan tindakan tertentu yang menyebabkan sesuatu kepada partisipan, sedangkan korban atau objeknya yang ditampilkan adalah MUI dan Islam. Dipilihnya kata „anti‟ dan bukan kata lain, misalnya kata melawan atau kontra, untuk menggambarkan tindakan Tempo di atas menandakan adanya asumsi (peranggapan) dari wartawan bahwa tindakan yang dilakukan Tempo adalah tindakan yang memusuhi. Hal ini berkaitan dengan pengertian kata „anti‟ yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai bentuk terikat melawan, menentang,
56
memusuhi: gerakan antipolusi; obat antialergi, tidak setuju, tidak suka, dan tidak senang.1 Selain itu wartawan juga memilih kata „membusukkan‟ dan bukan kata lain seperti jelek atau buruk, untuk menggambarkan tindakan Tempo di atas menimbulkan asumsi dari wartawan bahwa tindakan Tempo adalah tindakan yang merusak dan menghina MUI. Hal ini berkaitan dengan pengertian kata „membusukan‟ yang dalam KBBI didefinisikan sebagai (1) membuat (menjadikan) busuk: ada bakteri yang berfungsi membantu ~ daundaun dsb yang berguguran sehingga menjadi pupuk (2) menyebabkan orang lain menganggap busuk (buruk); memburukkan; menjelekkan; memfitnah.2 Difokuskan Tempo sebagai pelaku dan sebagai pihak yang dipentingkan atau ditekankan menunjukkan bahwa melalui judul wartawan ingin membatasi perhatian pembaca pada adanya salah satu pihak yang bertindak sesuatu kepada pihak lain. Tempo yang bertindak sesuatu terhadap MUI dan Islam. Pembaca tanpa latar belakang pengetahuan tertentu terkait masalah Tempo-MUI mungkin saja langsung menerima realitas yang disuguhkan wartawan tersebut sebagai sebuah fakta bahwa Tempo pihak yang „jahat‟ karena anti Islam membusukkan MUI menyerang Islam. a. Elemen Inti Berita (Idea Element) Dalam pandangan Tabloid SI, kabar MUI memainkan harga sertifikasi label halal di luar negeri tidak benar. Bahkan kabar tersebut dikatakan sebagai 1 2
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.57. Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa ..., h. 181-182.
57
serangan menjatuhkan nama baik MUI sekaligus menyerang Islam. MUI sebagai lembaga independen yang mengurusi masalah umat Islam di Indonesia sangat penting posisinya untuk menyatukan umat Islam. Terutama permasalahan halal dan haram produk makanan dan minuman yang beredar di masyarakat. Dalam mengurusi masalah produk halal MUI membentuk Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM) MUI. Masyarakat mempercayai kerja MUI sebagai lembaga yang profesional mengurusi sertifikasi halal produk makanan dan minuman. Jika MUI bekerja tidak professional ini dapat mengurangi kepercaya masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari paragraf pertama atau lead berita berikut: “Serangan terhadap Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah upaya untuk membangun persepsi negatif terhadap lembaga Islam. Harapannya, agar kepercayaan masyarakat terhadap ulama rontok. Sungguh tidak fair dan kejam.”3
Teks itu terlihat menekankan bahwa kabar yang menyebutkan MUI memainkan harga sertifikasi itu adalah serangan yang sengaja dibuat untuk menjatuhkan nama baik MUI. MUI menganggap laporan tersebut sangatlah serius dan berbahaya. Laporan tersebut tentunya merugikan MUI selaku lembaga pemeriksa produk halal di Indonesia, yang sistem sertifikasi MUI diakui sebagai lembaga yang terbaik di dunia. Hal ini dapat dilihat dari kutipan teks berikut: “Laporan investigasi majalah Tempo edisi 24 Februari-2 maret 2014 sangatlah serius dan berbahaya. Terutama bagi mereka yang dengan mentahmentah menelan informasi yang disajikan. Dengan mengutip The Sunday 3
“Tempo Anti Islam: MEMBUSUKKAN MUI MENYERANG ISLAM,” Suara Islam, 14-28 Maret 2014, h. 4.
58
Mail, yang terbit di Brisbane pada Oktober tahun lalu, Tempo menuduh MUI telah menerima “hadiah” senilai Aus $ 78 juta atau sekitar Rp 820 miliar. Angka yang sangat fantastis untuk lembaga bernama MUI yang kantornya Cuma pinjaman dari Kementerian Agama.”4
Ide lain yang mencuat dalam teks berita SI adalah bantahan jabatan yang diemban oleh Amidhan Sabherah, Ketua MUI Bidang Ekonomi dan Produk Halal telah menjadi anggota Dewan Penasihat Halal Food Council of Europe (HFCE) dan menerima gaji bulanan US$ 5.000. Tempo menduga dari jabatan Amidhan tersebut mengandung konflik kepentingan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan teks berita sebagai berikut: “Tempo juga menunjuk hidung Amidhan, yang mereka tuduh telah menjadi anggota Dewan Penasehat Halal Food Council of Europe (HFCE), sebuah lembaga sertifikasi halal yang bermarkas di Brussels, Belgia. Atas posisinya itu, Amidhan disebut menerima gaji bulanan senilai US$ 5.000. menurut Tempo, jabatan Amidhan ini mengandung konflik kepentingaan.”5 b. Perangkat Pembingkai (Framing Devices) Perangkat ini berhubungan langsung terhadap bingkai yang ditekankan teks berita. Pemakaian kata, kalimat, gambar/foto, dan metafora digunakan wartawan untuk strategi wacana yang menekankan makna agar khalayak menerima teks yang disajikan. Teks berita tabloid SI pada judul “Tempo Anti Islam:
MEMBUSUKKAN
MUI
MENYERANG
ISLAM”,
perangkat
pembingkai itu paling tidak dipakai untuk dua tujuan.
4
“Tempo Anti Islam: MEMBUSUKKAN MUI MENYERANG ISLAM,” Suara Islam, 14-28 Maret 2014, h. 4. 5 “Tempo Anti Islam: MEMBUSUKKAN MUI MENYERANG ISLAM,” Suara Islam, 14-28 Maret 2014, h. 4.
59
Pertama memberikan citra buruk terhadap laporan majalah Tempo. Dalam teks SI laporan yang diturunkan oleh majalah Tempo dilabeli sebagai “sangatlah serius dan berbahaya”. Label ini digunakan untuk menjawab atau reaksi laporan yang diturunkan majalah Tempo terhadap MUI. Label tersebut menekankan bahwa laporan yang diturunkan Tempo membahayakan masyarakat yang membacanya. Citra ini juga dilakukan dengan pemakaian metafora seperti: “MUI ini begitu dilecehkan, apa maksudnya?. Seperti ini mestinya (pekerjaan) yang anti Islamlah”. Metafora ini dikutip untuk menekankan bahwa laporan yang diturunkan Tempo terhadap MUI seperti pekerjaan yang kontra Islam. MUI dituduh memainkan harga sertifikasi halal di luar negeri dan menerima suap. Perbuatan tersebut dianggap tidak senang terhadap MUI. Citra ini ditambah dengan bantuan foto/visual image. Foto majalah Tempo edisi 24 Februari-2 maret 2014, foto ini disajikan untuk menyakinkan pembaca bahwa memang benar adanya laporan yang diturunkan majalah Tempo. Kedua, perangkat pembingkai dipakai untuk memberi citra MUI membantah laporan Tempo. Dalam teks digambarkan MUI membantah laporan majalah Tempo. Citra ini dilakukan dengan bantuan foto/visual image. Foto Amidhan Sabherah selaku ketua MUI bidang Ekonomi dan Produk Halal, Lukman Hakim selaku ketua direktur LPPOM MUI, dan Sinansari Ecip selaku ketua MUI bidang Informasi dan Komunikasi memberi tanggapan terhadap laporan majalah Tempo. Foto tersebut diberi keterangan “Konferensi
60
pers MUI membantah laporan majalah Tempo, Rabu (26/2/2014) di kantor MUI, Jl Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat. Dari kiri ke kanan: KH Amidhan Sabherah, Lukman Hakim dan Sinansari Ecip”. Selain citra itu juga dilakukan pemberian frase yang menarik (Catchphrases). MUI sebagai korban dari pemberitaan majalah Tempo menantang majalah Tempo untuk membuktikan laporannya. Hal ini tentu MUI merasa tidak bersalah sehingga berani menantang majalah Tempo. Hal ini terlihat dari kutipan teks sebagai berikut: “MUI tegas menolak fitnah ini. Dalam mengeluarkan akreditasi atas suatu badan sertifikasi luar negeri, MUI mengaku tidak pernah menerima hadiah. Karena itu MUI meminta majalah Tempo untuk membuktikan bahwa MUI telah menerima senilai Aus$78 juta atau sekitar 820 miliar tersebut.”6 Citra itu juga dilakukan dengan memperjelas bingkai (exemplaar) “Sebagai lembaga independen, untuk menyetujui atau menolak suatu badan sertifikasi halal di luar negeri, MUI tidak menerima pembayaran”. Penjelasan ini dipakai untuk menegaskan bahwa MUI tidak menerima pembayaran atas menyetujui atau menolak sertifikasi halal di luar negeri. Dalam aturannya memang tidak ada bayaran dalam memberi izin kepada lembaga sertifikat halal luar negeri. c. Perangkat penalaran (Reasoning Device) Perangkat ini bertujuan untuk menekankan kepada khalayak bahwa berita ang disajikan wartawan adalah benar. Dalam teks berita SI, perangkat penalaran itu disajikan dengan beberapa pola. Citra buruk terhadap laporan 6
“Tempo Anti Islam: MEMBUSUKKAN MUI MENYERANG ISLAM,” Suara Islam, 14-28 Maret 2014, h. 5.
61
majalah Tempo lewat roots: laporan Tempo bertujuan menjelekan nama baik Amidhan Sabherah dan MUI. Masyarakat percaya atas kerja keras MUI selama ini menyertifikasi produk halal dengan baik. Selama ini Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetik (LPPOM) MUI dikenal baik dalam bekerja, karena kerja bagusnya LPPOM MUI dipercaya menjadi presiden World Halal Food Council (WHFC). Dari keberhasilan tersebut majalah Tempo mencari celah untuk menjatuhkan martabat MUI yang selama ini tak bermasalah. Perangkat penalaran juga dipakai untuk membuktikan kebohongan laporan majalah Tempo. The Halal Food Council of Europe (HFCE) membantah tuduhan Tempo kepada Amidhan yang dituduh menjadi salah satu penasihat di HFCE dan mendapat gaji. HFCE mengakui jika Amidhan sering memberikan masukan terhadapnya secara suka rela. Laporan majalah Tempo mengatakan bahwa MUI memainkan harga sertifikasi halal di luar negeri dan Amidhan menjabat sebagai penasihat di HFCE, mengandung konflik kepentingan. Wartawan SI menyerang argumen ini dengan memberi klaimklaim moral tertentu (appeals to principle). Kata yang dikutip dari sekretaris HFCE Rohana Mohamad “tidak ada pembayaran yang tidak sah yang dibuat untuk setiap individu. Klaim Tempo membayar ke ketua MUI tidak hanya keliru tampaknya seperti skema rahasia untuk mendiskreditkan MUI”. Pernyataan ini dibuat atas laporan majalah Tempo yang menuduh Amidhan dan MUI menerima suap. Dipilih Rohana oleh wartawan karena Rohana
62
bekerja di HFCE, lembaga yang dilaporkan Tempo memberi gaji ke Amidhan. Hal ini terlihat jelas dari kutipan teks berikut: “HFCE sendiri melalui email, pada 24 Februari 20014 telah berkirim surat yang membantah Amidhan sebagai salah satu Advisory Board HFCE. HFCE mengakui jika Amidhan sering memberikan masukan kepada HFCE, tetapi tanpa bayaran alias sukarela. HFCE menganggap pemberitaan Tempo semata untuk menjatuhkan martabat Amidhan sebgai ketua MUI dan menjatuhkan nama baik HFCE. HFCE pun mengoreksi laporan Tempo yang menulis, Mohammad Zeshan Sadek sebagai pendiri dan pemilik HFCE. Yang benar Zeshan Sadek hanyalah sebagai direktur. Chairman HFCE sejak berdiri pada 2010 hingga sekarang adalah Prof Dr Mohamed Sadek.”7 “HFCE mengakui bahwa MUI adalah satu lembaga yang kredibel di dunia. Pemberitaan miring Tempo atas MUI, dinilai HFCE sebagai upaya menciptakan kontroversi yang bisa dimaknai sebagai upaya untuk mengganggu program halal di Indonesia.”8
Tabel 4.1 Perangkat framing dan penalaran Frame: MUI Membantah Fitnah Tempo Framing Devices
Reasoning Devices
(Perangkat Framing)
(Perangkat Penalaran)
Methapors: MUI ini begitu dilecehkan, Roots: Pemberitaan Tempo semata untuk apa maksudnya?. Seperti ini mestinya menjatuhkan martabat Amidhan sebagai (pekerjaan) yang anti Islamlah. ketua MUI Catchphrases: Karena itu MUI meminta majalah Tempo untuk membuktikan bahwa MUI telah menerima senilai Aus$78 juta atau sekitar Rp820 miliar tersebut.
Appeals to principle: Sekretaris HFCE, Rohana Mohamad, dalam rilis yang diterima Suara Islam, tegas menolak klaim keliru dan palsu yang dibuat majalah Tempo.
Exemplar: Sebagai lembaga independen, untuk menyetujui atau menolak suatu badan sertifikasi halal di luar negeri, MUI tidak menerima pembayaran.
Consequences: MUI membantah seluruh tudingan majalah Tempo. Tudingan Tempo tak terbukti bahkan pihak ketiga (HFCE) tegas menolak pemeberitaan
7
“Tempo Anti Islam: MEMBUSUKKAN MUI MENYERANG ISLAM,” Suara Islam, 14-28 Maret 2014, h. 5. 8 “Tempo Anti Islam: MEMBUSUKKAN MUI MENYERANG ISLAM,” Suara Islam, 14-28 Maret 2014, h. 5.
63
Tempo. Depiction: Laporan Investigasi majalah Tempo edisi 24 Februari – 2 Maret 2014 sangatlah serius dan berbahaya. Visual Images: Foto konferensi pers di kantor MUI terlihat Amidhan Sabherah, Lukmanul Hakim dan Sianansari Ecip memberikan tanggapan atas laporan majalah Tempo. Amidhan dan Sianansari Ecip menggunakan peci hitam yang mencerminkan umat islam. Terdapat logo MUI disebelah judul. Foto majalah Tempo edisi 24 februari, foto ini sebagai bukti bahwa majalah Tempo benar-benar menurunkan laporannya yang menuding MUI menerima suap. Dan terdapat kolom tujuh syarat badan sertifikasi luar negeri untuk bisa diakui MUI, kolom ini untuk memberi informasi dari teks berita.
Pada artikel ini konsep framing dari Gamson dan Modigliani terdapat semua perangkat
yakni perangkat framing dan penalaran. Gagasan sentral yang
dikembangkan pada teks ini adalah MUI membantah fitnah Tempo. Penggunaan perumpamaan yang digunakan untuk menggambarkan perbuatan Tempo terhadap MUI dikatakan sebagai perbuatan yang anti Islam. Perbutan tersebut juga dilabeli sebagai “pemberitaan miring”, dan
“sangat serius dan berbahaya”. Frase yang
menarik disini adalah penyataan MUI yang meminta membuktikan kalau MUI terima suap. Dari frase yang menarik tersebut tersirat kalau MUI benar-benar tidak menerima suap. Selain itu ditamabah dengan bingkai kalau untuk menyetujui atau menolak badan sertifikasi luar negeri MUI tidak menerima bayaran.
64
Gagasan sentral juga didukung oleh perangkat penalaran. Seperti roots: laporan yang menyudutkan MUI itu bertujuan untuk menjatuhkan martabat Amidhan sebagai ketua MUI. SI membingkai bantahan itu tidak hanya dari pihak MUI saja tetapi pihak ketiga yakni HFCE. HFCE ikut terlibat dalam laporan Tempo dikatakan bahwa HFCE memberikan jabatan kepada Amidhan sebagai dewan penasihat HFCE. Jabatan Amidhan itu agar HFCE tidak diawasi oleh MUI. Pernytaan tersebut dibantah oleh sekretaris HFCE, Amidhan tidak menjabat sebagai dewan penasihat yang ada Amidhan hanya memberikan masukan kepada HFCE secara suka rela. 2. Frame SUARA ISLAM: Salah Paham Sertifikasi Teks selanjutnya yang dianalisis berjudul “Salah Paham Sertifikasi”. Teks berita tanggapan MUI terhadap isu suap sertifikasi MUI. Teks ini terdiri dari atas sebuah judul (headline), teras berita (lead) dan isi teks sebanyak 25 paragraf. Sama dengan analisis sebelumnya, analisis teks ini dibagi ke dalam dua kemasan (package) yakni perangkat framing dan perangkat penalaran. Pembahasan teks pertama akan diawali bagian judul. Seperti disebutkan sebelumnya, teks berita ang dianalisis berjudul “Salah Paham Sertifikasi”. Dari judul tersebut wartawan ingin membatasi fokus bahwa isu yang menyebutkan MUI menerima suap sertifikasi, bukan permasalahan sertifikasi. Disini wartawan ingin meluruskan kepada pembaca kalau isu tersebut bukan masalah sertifikasi. Di sini wartawan tidak menonjolkan penyebab atau pelaku tindakan. Hal ini akan berbeda bila wartawan memakai judul “Tempo Salah Paham terhadap Sertifikasi.”
65
a. Elemen Inti Berita (Idea Element) Dalam pandangan SI, kasus isu suap sertifikasi halal MUI itu merupakan
pemberitaan salah paham.
Salah paham
disini,
Tempo
memberitakan soal sertifikasi MUI di luar negeri seharusnya akreditasi. Akreditasi dilakukan oleh pimpinan MUI terhadap lembaga-lembaga sertifikasi halal di luar negeri. Hal ini dapat dilihat dari kutipan teks berikut: “Wah salah paham ini,... kata Lukman singkat. Dia beranjak dari meja kerjanya ke kursi sofa tamu. Diletakkannya koran Tempo edisi Jumat, 28 Februari 2014 itu di samping tempat duduk Suara Islam. “Lah kok ini yang dipersoalkan sertifikasi,” katanya kesal. Padahal, kata Lukman, beda antara akreditasi dengan sertifikasi.”9
Teks tersebut terlihat menekankan bahwa Tempo salah dalam laporannya. Tempo memberitakan soal akreditasi MUI, tetapi yang disebutkan laporannya sertifikasi. Terdapat perbedaan antara akreditasi dan sertifikasi. Dengan menempatkan Tempo salah dalam laporanya, teks secara tidak langsung mengkritik laporan Tempo. Tempo menyebut sertifikasi halal MUI di luar negeri, seharusnya akreditasi halal MUI. Sertifikasi dilakukan oleh LPPOM MUI terhadap produk yang ingin disertifikasi halal MUI. Sedangkan akreditasi dilakukan oleh pimpinan MUI terhadap lembaga sertifikasi. Hal itu tertuang jelas dari kutipan teks berikut: “Lukman kemudian menjelaskan, ada dua hal yang harus dipahami. Pertama soal, akreditasi, kedua soal sertifikasi. Akreditasi dilakukan oleh pimpinan MUI terhadap lembaga-lembaga sertifikasi halal di luar negeri, sedangkan sertifikasi dilakukan oleh LPPOM MUI terhadap perusahaan-perusahaan yang memiliki produk. Akreditasi dilakukan terhadap lembaga-lembaga halal, bukan terhadap produk. “Nah yang isu-isu tadi (soal MUI dengan
9
“Salah Paham Sertifikasi,” Suara Islam, 14-28 Maret 2014, h. 6.
66
lembaga halal Australia, red) itu adalah masalah akreditasi,”katanya meluruskan”10.
Teks tersebut menekankan beda antara akreditasi dengan sertifikasi. Tempo juga mengatakan bahwa harga untuk akreditasi yang dilakukan MUI terlalu mahal. SI melawan argumen tersebut dengan mengutip wawancara Lukmanul Hakim direktur LPPOM MUI, harga akreditasi itu normatif. Sebab biaya akreditasi itu ditanggung oleh lembaga yang ingin diakreditasi. Ada biaya transportasi, dan penginapan sesuai kesepakatan. Hal ini tertulis dari kutipan berita berikut: “Soal biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah lembaga halal bila dia diakreditasi lembaga lainnya, menurut Lukman adalah normatif. Artinya, bila pengurus MUI ingin mengakreditasi sebuah lembaga biaya itu harus ditanggung oleh lembaga sertifikasi halal tersebut. Sama halnya apabila LPPOM MUI ingin diakreditasi oleh lembaga halal di luar negeri, LPPOM juga wajib mengeluarkan biaya yang dibayarkan kepada mereka, “itu sebetulnya di dalam akreditasi itu normatif. Ada biaya transportasi. Dan itu memang ditulis secara transparan, disepakati bersama,”katanya.”11
Teks tersebut terlihat menekankan bahwa harga akreditasi tidak mahal. Dikatakan bahwa harga akreditasi normatif karena lembaga yang ingin di akreditasi hanya membayar biaya transportasi pulang pergi auditor, dan penginapan selama kunjungan tim. Biaya tersebut bisa disepakati bersama, ditulis dalam surat permohonan akreditasi. Dengan menempatkan harga akreditasi normatif, teks tersebut secara tidak langsung memberi kritikan atas laporan Tempo yang mengatakan biaya akreditasi mahal.
10
“Salah Paham Sertifikasi,” Suara Islam, 14-28 Maret 2014, h. 6. “Salah Paham Sertifikasi,” Suara Islam, 14-28 Maret 2014, h. 6.
11
67
b. Perangkat pembingkai (Framing Device) Perangkat ini berhubungan langsung terhadap bingkai yang ditekankan teks berita. Pemakaian kata, kalimat, gambar/foto dan metafora digunakan wartawan untuk strategi wacana yang menekankan makna agar khalayak menerima teks yang disajikan. Teks berita tabloid SI pada judul berita “Salah Paham Sertifikasi”, perangkat pembingkai itu paling tidak dipakai untuk tiga tujuan. Pertama, memberitakan citra beda akreditasi dengan sertifikasi. Dalam teks dikatakan akreditasi dan sertifikasi itu berbeda persoalannya. Citra ini dilakukan dengan pemberian label (depiction) atau kalimat tertentu sebagai “panjang lebar”. Label ini dipakai untuk menjelaskan persoalan akreditasi dan sertifikat. Wartawan sengaja memakai kata “panjang lebar” untuk menekankan persoalan sertifikasi ini tak mudah dibahas. Isu yang menyebutkan kalau sertifikasi halal MUI luar negeri itu bermasalah salah paham, harusnya akreditasi bukan sertifikasi. Citra itu juga dilakukan dengan memperjelas bingkai (exemplaar) kedudukan akreditasi dan sertifikasi. Akreditasi dilakukan oleh pimpinan MUI terhadap lembaga-lembaga sertifikasi halal di luar negeri. Sedangkan sertifikasi dilakukan oleh LPPOM MUI terhadap perusahaan-perusahaan yang memiliki produk. Teks ini menekankan bahwa isu soal MUI dengan lembaga sertifikasi luar negeri adalah permasalahan akreditasi.
68
Kedua, memberikan citra Tempo salah dalam pelaporannya. Dalam teks diceritakan Tempo salah dalam mengutip dan menerjemahkan. Hal ini dilakukan dengan pemberian frase yang menarik (catchphrases). Teks berita SI secara khusus memuat kesalahan yang dilakukan majalah Tempo dalam pelaporannya. Dikatakan bahwa setiap perusahaan daging Australia yang hendak mengekspor produknya ke Indonesia harus melalui sertifikat halal lembaga di Australia. Tentunya perusahaan harus membayar ke lembaga sertifikat tersebut bukan ke MUI. Namun Tempo menyebutnya kalau uang tersebut masuk ke MUI. Sehingga uang yang disebutkan 820 miliar itu bukan ke MUI melainkan ke lembaga sertifikasi halal Australia. Ketiga citra biaya akreditasi normatif. Hal ini dilakukan dengan pemberian pengumpamaan. Dalam teks diceritakan kalau biaya akreditasi itu normatif
tertanggung
kesepakatan
diantara
keduanya,
pihak
yang
mengakreditasi dan pihak yang diakreditasi. Begitu juga bila LPPOM MUI ingin diakreditasi oleh lembaga halal lain, LPPOM MUI harus mengeluarkan biaya yang disepakati. Wartawan mencontohkan saat LPPOM MUI diakreditasi oleh lembaga halal di Uni Emirat Arab (UEA). UEA meminta LPPOM MUI untuk menyetorkan sebesar 5000 dirham. Selain itu LPPOM MUI diminta juga untuk menanggung semua beban kunjungan tim UEA, termasuk biaya tiket, akomodasi dan transportasi lokal. Semua biaya tersebut dipenuhi oleh LPPOM MUI.
69
c. Perangkat penalaran (Reasoning Device) Perangkat ini bertujuan untuk menekankan kepada khalayak bahwa berita yang disajikan wartawan adalah benar. Dalam teks berita SI, perangkat penalaran itu disajikan dengan beberapa pola. Biaya akreditasi normatif ditekankan lewat roots: biaya akreditasi normatif karena atas kesepakatan bersama dan biaya ditanggung oleh pihak yang ingin diakreditasi oleh MUI. Dalam mengakreditasi sebuah lembaga halal MUI tidak mendapat dana dari APBN sehingga untuk akreditasi ditanggung oleh pihak pemohon. Tujuan dari akreditasi yakni memberi izin produk dari luar negeri yang masuk ke Indonesia, agar dapat masuk karena telah disertifikasi halal. Perangkat penalaran juga dipakai untuk melawan anggapan bahwa mengurus sertifikat halal MUI biayanya mahal. SI menyerang argumen ini dengan memberi klaim-klaim moral tertentu (Appeals to principle). Lukmanul Hakim sebagai direktur LPPOM MUI mengklaim bahwa besar kecilnya biaya yang dikeluarkan pengusaha untuk mendapatkan sertifikasi halal menjadi bervariasi. Hal tersebut tergantung dari besar kecilnya usaha yang dikelola. Namun untuk usaha kecil menengah (UKM) untuk memperoleh sertifikasi, ada kemudahan mulai dari biaya administrasi yang lebih rendah, nol sampai satu juta, biaya administrasi ditanggung oleh pemerintah setempat. Argumen tersebut ditambahkan wawancara terhadap Rachmat selaku Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI). Rahmat mengatakan hal
70
tersebut hal yang normal, semua sertifikasi itu memerlukan biaya. Sebab dalam proses sertifikasi itu ada proses audit yang dilakukan auditor, auditor itu harus dibayar. Tabel 4.2 Perangkat framing dan penalaran Frame: BEDA ANTARA AKREDITASI DAN SERTIFIKASI Framing Devices
Reasoning Devices
(Perangkat Framing)
(Perangkat Penalaran)
Methapors: Sama halnya apabila LPPOM MUI ingin diakreditasi oleh lembaga halal di luar negeri, LPPOM juga wajib mengeluarkan biaya yang dibayarkan kepada mereka.
Roots: Bila ada lembaga sertifikasi halal di luar negeri yang ingin diakreditasi oleh MUI, karena produk-produk hasil sertifikasi mereka masuk ke Indonesia, maka mereka juga harus menanggung semua beban selama kunjungan tim, tiket pulang pergi dan akomodasi selama kunjungan.
Catchphrases: Soal tuduhan Tempo terkait uang Rp 820 miliar yang dibayarkan kepada MUI, Lukman mengungkapkan bila majalah itu salah dalam mengutip dan menerjemahkan berita dari The Sunday Mail.
Appeals to principle: Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan seorang pengusaha untuk mendapatkan sertifikasi menjadi bervariasi.
Exemplar: Akreditasi dilakukan oleh pimpinan MUI terhadap lembagalembaga sertifikasi halal di luar negeri, sedangkan sertifikasi dilakukan oleh LPPOM MUI terhadap perusahaanperusahaan yang memiliki produk.
Consequences: Tempo salah dalam laporannya mengenai akreditasi yang dilakukan MUI kepada lembaga halal di luar negeri. Bukan soal sertifikasi melainkan soal akreditasi.
Depiction: Panjang lebar dia menceritakan soal sertifikasi dan hal-hal sensitif terkait proses sertifikasi.
71
Visual Images: Foto Lukmanul Hakim selaku Direktur LPPOM MUI saat diwawancara dengan backgroud logo MUI mencitrakan kalau beliau seorang yang bekerja LPPOM MUI dan juga wartawan ingin menyampaikan kalau informasi yang ia dapat hasil dari wawancara langsung kepada Direktur LPPOM MUI. Pada artikel kedua ini SI meluruskan persoalan yang disebutkan laporan Tempo bukan masalah sertifikasi melainkan akreditasi. Gagasan utama yang dibuat SI adalah beda akreditasi dan sertifikasi. SI membingkai Tempo salah paham dalam kasus akreditsi. Hal itu dilakuakan dengan memperjelas bingkai, akreditasi dilakukan oleh pimpinan MUI terhadap lembaga-lembaga sertifikasi halal di luar negeri, sedangkan sertifikasi dilakukan oleh LPPOM MUI terhadap perusahaan-perusahaan yang memiliki produk. Selain itu juga SI membingkai kalau Tempo salah dalam mengutip dan menerjemahkan berita yang Tempo ambil dari The Sunday Mail. Untuk meluruskan permasalahan soal sertifikasi diberi label “panjang lebar” hal ini dimaksudkan persoalan ini sangat serius. Perangkat penalaran sengaja diberikan untuk memberikan gagasan yang disampaikan benar. Biaya akreditasi ditanggung pihak pemohon, ditekankan lewat roots: biaya ditanggung pemohon, karena pihak pemohon ingin produknya masuknya ke Indonesia dan MUI tidak ada biaya untuk akreditasi sehingga ditanggung oleh pemohon. Selain itu ditambah oleh klaim moral bahwa biaya sertifikasi itu bervariatif tergantung produk yang dudaftarkan.
72
Selajutnya peneliti menganalisis teks majalah Tempo edisi 24 Februari-2 Maret. Menurut peneliti penting untuk dianalisis karena teks Tabloid SI muncul atas reaksi laporan Tempo yang melaporkan MUI terlibat suap akreditasi di luar negeri. Tempo menurunkan laporangnya mengenai suap akreditasi MUI sebanyak lima berita dan satu opini, kesemua berita tersebut masuk dalam laporan utamanya. Judul yang diberi diantaranya: “TRANSAKSI MAHAL LABEL HALAL”, “DUA LABEL DAGING FLEMINGTON”, PENGAKUAN „DOSA‟ PEMAIN UTAMA”, “BISNIS GLOBAL PETINGGI MAJELIS”, dan AMIDHAN SHABERAH: BUKAN PENEYENGGARA NEGARA SAYA BOLEH TERIMA GRATIFIKASI”. Sementara opini yang diturunkan berjudul “PRAKTEK HARAM UNTUK LABEL HALAL”. Peneliti hanya menganalisis dua judul berita saja dari teks majalah Tempo, yang menurut peneliti sangat penting. Teks yang pertama dianalisis berjudul “TRANSAKSI
MAHAL
LABEL
HALAL”
dan
“DUA
LABEL
DAGING
FLEMINGTON”. 3. FRAME TEMPO: TRANSAKSI MAHAL LABEL HALAL Teks selanjutnya yang dianalisis berjudul “TRANSAKSI MAHAL LABEL HALAL”. Teks ini terdiri dari atas sebuah judul (headline), teras berita (lead) dan isi teks sebanyak 31 paragraf. Sama dengan analisis sebelumnya, analisis teks ini dibagi ke dalam dua kemasan (package) yakni perangkat framing dan perangkat penalaran. Pembahasan teks pertama akan diawali bagian judul. Seperti disebutkan sebelumnya, teks berita ang dianalisis berjudul “TRANSAKSI MAHAL LABEL
73
HALAL”. Dari judul tersebut wartawan ingin membatasi fokus bahwa biaya untuk mendapat label halal mahal. a. Elemen Inti Berita Dalam pandangan majalah Tempo, MUI memainkan izin pemberian sertifikasi label halal di Australia dan negara lain. Selain itu, petinggi MUI mendapat jabatan sebagai penasihat di Halal Food Council of Europe (HFCE), di Brussel, Belgia. Dalam memberi izin sertifikat halal, MUI meminta bayaran mahal. Disebut memasang tarif mahal karena biaya transaksi untuk mendapatkan izin halal dimainkan oleh MUI. Hal ini terlihat dari paragraf pertama: “Petinggi Majelis Ulama Indonesia ditenggarai memainkan izin pemberian sertifikat halal di Australia dan negara lain. Diberi posisi penting pada sebuah perusahaan di Belgia.”12
Teks tersebut menekankan bahwa mahal dalam pengurusan izin label halal MUI diluar negeri dan petinggi MUI juga mendapat posisi penting di HFCE. Lembaga pemberi label halal di Indonesia hanya dilakukan oleh MUI. Pengusaha di luar negeri yang ingin mengekspor produknya ke Indonesia harus mendapat izin terlebih dahulu oleh MUI agar produknya dapat masuk ke Indonesia. Sebelum memberikan izin kepada pengusaha MUI melakukan audit dan pengawasan terhadap pengusaha yang hendak mendapat sertifikat halal MUI. Karena hanya satu-satunya lembaga yang mengurusi sertifikat halal, MUI memainkan izin sertifikat halal. Dengan menempatkan mahal
12
“Transaksi Mahal Label Halal,” Tempo, 2 Maret 2014, h. 33.
74
dalam pengurusan izin label halal, teks secara tidak langsung memberi penilaian negatif atas kinerja MUI sebagai lembaga pemberi label halal. Selain memainkan izin pemberian sertifikat halal, petinggi MUI juga menjabat sebagai dewan penasihat HFCE yakni Amidhan Sabherah selaku ketua MUI bidang Ekonomi dan Produk Halal. Wartawan mengindikasikan posisinya tersebut dapat mengandung konflik kepentingan. Karena Amidhan menjabat sebagai Dewan Penasihat di HFCE, maka MUI tak pernah mengaudit dan mengawasi HFCE. Hal ini dapat dilihat dari kutipan teks berikut: “NAMA Amidhan tak hanya berkibar di Australia, tapi juga di Eropa. Ia tercatat duduk di Badan Penasihat Halal Food Council of Europe (HFCE) yang berkantor di Brussel, Belgia. Keterangan ini tercantum dalam presentasi seorang Direktur HFCE tentang struktur perusahaannya. Kedudukannya ini mengandung konflik kepentingan.”13
Pemikiran atau ide lain yang mencuat dalam teks berita Tempo adalah Petinggi MUI memanfatkan jabatanya. Posisi sebagai dewan penasihat di HFCE, membuat MUI tidak melakukan pengauditan dan pengawasan terhadap produk HFCE. Hal ini terlihat dari teks berikut: “Karena tak pernah diaudit MUI, produk-produk yang mengandung gelatin babi tetap diberi label halal oleh HFCE. Misalnya produk obat dari Belgia yang ternyata mengandung trypsin, senyawa yang berasal dari babi, pada 6 Desember 2013. “Semua informasi yang anda tanyakan sangat sensitif dan bersifat rahasia,” kata Sadek melalui surat elektronik, menjawab permintaan konfirmasi Tempo.”14
Dalam bingkai Tempo, MUI menerima suap dari pengurusan izin sertifikat luar negeri. Tempo mewawancarai pengusaha yang pernah menyuap
13
“Transaksi Mahal Label Halal,” Tempo, 2 Maret 2014, h. 37. “Transaksi Mahal Label Halal,” Tempo, 2 Maret 2014, h. 37.
14
75
MUI untuk memberikan izin sertifikat halal. Hal ini tertuang dari kutipan teks berikut: “Gratis di atas kertas, tak seperti itu kenyataannya. Mouelhy punya pengalaman menyuap petinggi MUI untuk mendapat izin label. Perusahaan pria Mesir 71 tahun pemegang paspor Australia ini ingin melebarkan sayap label halal ke Indonesia, karena baru mendapat lisensi untuk produk yang diekspor ke Qatar, pada 2006.”15
Dengan membuat bingkai seperti itu, Tempo ingin memperlihatkan kepengurusan izin sertifikat halal oleh MUI banyak disalahgunakan oleh MUI. Kepengurusan izin halal resminya gratis, tapi nyatanya pengusaha harus mengeluarkan uang banyak untuk mengurus izin. Hal ini terlihat dari kutipan teks berikut: “Syahrudi berkunjung ke Melbourne untuk urusan lain. Tapi ia bersama Imran juga sedang menyiapkan perusahaan pemberi label halal di Melbourne. Menurut dia, Lotfi bertanya apakah di Indonesia hanya MUI yang berwenang mengesahkan perusahaan label halal di luar negeri. Meski resminya gratis, Lotfi mengatakan telah mengeluarkan uang banyak untuk mengurus izin. Ia menunjukkan bukti transfer ke sejumlah rekening Ketua Majelis Ulama Indonesia Amidhan Shaberah. “waktu melihatnya, saya kaget sekali.” Ujar Syahrudi.”16
b. Framing devices Perangkat ini berhubungan langsung terhadap bingkai yang ditekankan teks berita. Pemakaian kata, kalimat gamabar/foto dan metafora digunakan wartawan untuk strategi wacana yang menekankan makna agar diterima khalayak. Dalam teks berita Tempo, perangkat pembingkai itu paling tidak dipakai untuk empat tujuan.
15
“Transaksi Mahal Label Halal,” Tempo, 2 Maret 2014, h. 36. “Transaksi Mahal Label Halal,” Tempo, 2 Maret 2014, h. 34.
16
76
Pertama, memberikan citra buruk kepengurusan izin halal MUI di luar negeri. Hal ini dilakukan dengan memberikan frase yang menarik (Catchphrases). Teks tersebut menceritakan MUI menerima uang banyak untuk pengurusan izin yang semestinya gratis. Pengusaha meminta izin kepada MUI agar ditetapkan sebagai lembaga pemberi label halal di luar negeri. Tujuannya agar produknya dapat diekspor ke Indonesia. Dalam memberikan izin tersebut resminya tak ada biaya dalam pengurusan. Kedua, memberikan citra MUI menerima suap dari pengusaha label halal di luar negeri. Teks berceritakan Mouelhy pengusaha memberi suap kepada MUI untuk pengurusan izin label halal. Citra ini dilakukan dengan memberi label (depiction) atau kalimat tertentu sebagai “Sudah jadi rahasia umum di Austalia, untuk mendapatkan izin, mesti menyuap pejabat MUI”. Label ini dipakai wartawan untuk menekankan kalau di Australia MUI menerima suap sudah diketahui banyak orang. Ketiga, citra mahal dalam pengurusan label halal. Hal ini dilakukan dengan memperjelas bingkai (exemplaar). Teks bercerita MUI akan menyurvei lembaga yang akan diberikan izin halal untuk meninjau kelayakan. Dalam survei tersebut MUI meminta uang sangu Aus $ 300 per orang perhari. Padalah tarif resmi pemeriksaan hanya Aus $ 100 per orang per hari.17 Aturan ini tertera dalam surat keputusan LPPOM MUI. “Sesuai dengan aturan, sebelum memberikan izin, MUI akan menyurvei perusahaan pemohon untuk meninjau kelayakannya. Maka tanggal 17
“Agen Tunggal Pemegang Label,” Tempo, 9 Maret 2014. h. 44.
77
kunjungan ditetapkan pada 2-8 April 2006. “Di situ mereka meminta sangu Aus$ 300 per orang per hari,” katanya. “Mahal sekali.” Total ada tujuh anggota tim peninjau.”18
Keempat, memberikan citra buruk terhadap Amidhan yang menjabat sebagai penasihat HFCE. Dalam teks digambarkan Amidhan adalah anggota Advisor Board HFCE. Citra ini dilakukan dengan bantuan foto (visual image). Foto tersebut diberi keterangan “presentasi HFCE yang menyebutkan bahwa Amidhan adalah anggota Advisor board”. Pemberian keterangan ini merupakan penekanan bahwa Amidhan menjabat sebagai dewan penasihat (Advisor Board) di HFCE. Citra ini juga dilakukan dengan pemakaian perumpaan (methapor) seperti: “Nama Amidhan tak hanya berkibar di Australia, tapi juga di Eropa”. Perumpamaan ini menekankan kalau Amidhan juga terkenal di Eropa. Di sana ia menjabat sebagai dewan penasihat HFCE. c. Perangkat penalaran Perangkat ini bertujuan untuk menekankan kepada khalayak bahwa berita yang disajikan wartawan adalah benar. Dalam teks berita Tempo, perangkat penalaran itu disajikan dengan beberapa pola. Amidhan menjabat sebagai penasihat di HFCE yang mengandung konflik ditekankan lewat roots: MUI tak pernah mengaudit produk dari lembaga halal HFCE sehingga produk yang mengandung gelatin babi tetap diberi label halal oleh HFCE. Hal itu dilakukan karena Amidhan mendapat posisi sebagai penasihat di lembaga tersebut. Posisi tersebut sangat berindikasi kepentingan, HFCE memanfaatkan
18
“Transaksi Mahal Label Halal,” Tempo, 2 Maret 2014, h. 36.
78
posisi Amidhan sebagai penasihat dan diberi gaji Aus $ 5000 sehingga proses audit dan pengawasan tak dilakukan oleh MUI. Perangkat penalaran juga dipakai untuk melawan Amidhan, yang menyangkal kalau dirinya menerima suap. Amidhan mengatakan izin itu diberikan gratis. Tempo menyerang argumen ini. Teks Tempo menyerang ini dengan klaim-klaim moral tertentu (appeals to principle). Tempo makin banyak mendapat cerita seputar besel dari para pengusaha label halal kepada petinggi-petinggi Majelis Ulama Indonesia. Salah satunya dari Mouelhy, Presiden Halal Certification Authorit mengatakan sudah jadi rahasia umum di Australia, untuk mendapat izin, mesti menyuap pejabat MUI. Tabel 4.3 Perangkat framing dan penalaran Frame: MUI Terima Suap Framing Devices
Reasoning Devices
(Perangkat Framing)
(Perangkat Penalaran)
Methapors: Nama Amidhan tak hanya Roots: Karena tak pernah diaudit MUI, berkibar di Australia, tapi juga di Eropa. produk-produk yang mengandung gelatin babi tetap diberi label halal oleh HFCE Catchphrases: Meski gratis, Lotfi Appeals to principle: Tempo makin mengatakan telah mengeluarkan uang banyak mendapat cerita seputar besel dari banyak untuk mengurus izin para pengusaha label halal kepada petinggi-petinggi Majelis Ulama Indonesia. Exemplar: “Di situ mereka meminta Consequences: MUI menerima suap sangu Aus$ 300 per orang per hari,” dalam pemberian izin halal di luar negeri. katanya. “Mahal sekali.” Total ada tujuh anggota tim peninjau Depiction: Sudah jadi rahasia umum di
79
Australia untuk mendapatkan izin, mesti menyuap pejabat MUI. Visual Images: Foto struktur jabatan di HFCE dalam struktur tersebut Amidhan menjabat sebgai Advisory Board. Ini mencitrakan kalau Amidhan benar-benar menjabat sebagai Advisory Board di HFCE tentunya ini melanggar ketentuan yang berlaku.
Pada artikel ini Tempo membingkai MUI terima suap dari lembaga sertifikasi halal di luar negeri. Gagasan utama ini didukung perangkat framing terlihat dari pemakaian kata, kalimat metafora dan gambar. Pada metafora Tempo membingkai kalau Amidhan juga dikenal di Eropa sebagai dewan penasihat di HFCE. Frase yang menarik diberikan untuk menekankan kalau MUI terima uang banyak dari pengusaha dalam mengurus izin sertifikat. Selanjutkan dijelaskan dari bingkai tersebut MUI memasang tarif tidak sesuai dengan aturan yang dibuatnya. MUI menerima suap dilabeli sebagai “rahasia umum”. Pengusaha di Australia mengetahui hal tersbut. Selain itu juga dari foto yang ditampilkan Tempo terlihat nama Amdihan terpampang di dalam struktur lembaga sertifikat luar negeri yakni di HFCE. Perangkat penalaran membenarkan dari perangkat framing. Lewat roots diceritakan kalau MUI tak pernah mengaudit produk dari HFCE sehingga produk yang haram tetap diberi sertifikat halal. Selain itu Tempo mengklaim kalau hasil
80
temuan investigasinya di Australia mendapatkan hasil kalau MUI benar terima suap dari pengusaha disana. Teks Tempo di sini membingkai kalau MUI terima suap dari lembaga sertifikat luar negeri dalam mengurus izin sertifikat. Dalam teks Tempo mewawancarai pengusaha yang pernah menyuap MUI. Hasil wawancara dengan pengusaha tersebut kemudian Tempo mengkonfirmasi ke Amidhan sebagai orang yang bertanggung jawab di sertifikatsi MUI. Amidhan membantah telah terima suap dari pengusaha tersebut, namun demikian Amidhan mengaku mengenal orang tersebut. Di sisni Tempo memberikan penjelasan Amidhan hanya sedikit dibanding pengusaha tersebut. Sehingga sangat terlihat sekali Tempo sengaja memframing kalau MUI terima suap, meskipun telah dibantah yang bersangkutan. 4. FRAME TEMPO: DUA LABEL DAGING FLEMINGTON a. Elemen Inti berita Dalam pandangan Tempo, MUI tidak mengawasi lembaga sertifikat halal di luar negeri yang diakui MUI. Akibatnya lembaga tersebut menyalahi aturan, seperti pengolahan daging halal diolah di tempat yang sama dengan daging nonhalal. Standar halal yang ditetapkan MUI, daging babi dan daging halal tidak boleh diproses di tempat yang sama. Hal ini dapat dilihat dari kutipan teks berikut: “Daging yang dinyatakan halal diolah di tempat yang sama dengan produk nonhalal di Melbourne. Tetap mendapat sertifikat berstandar MUI.”19
19
“Dua Daging Flemington,” Tempo, 2 Maret 2014, h. 38.
81
Teks tersebut menekankan bahwa lemahnya pengawasan MUI terhadap lembaga halal di luar negeri yang diberi izin untuk sertifikasi halal. Di Flemington terdapat pengolahan daging halal dan nonhalal diolah ditempat yang sama. Meski melanggar standar halal MUI pengolahan tersebut mendapat sertifikasi halal dari Islamic Coordinating Council of ictoria (ICCV). ICCV lembaga halal luar negeri yang disetujui MUI di wilayah tersebut. Hal ini terlihat dari kutipan berikut: “Toh, pabrik pengolahan daging di Flemington telah mendapatkan sertifikat halal dari Islamic Coordinating Council of Victoria atau ICCV, lembaga pemberi sertifikasi halal yang disetujui MUI untuk wilayah Negara bagian itu. ICCV juga ditunjuk MUI sebagai satu-satunya lembaga coordinator untuk sertifikasi halal bagi produk-produk Australia yang masuk ke Indonesia.”20
Pemikiran atau ide lain yang mencuat dalam teks berita Tempo adalah kedekatan Amidhan Sabherah selaku ketua MUI bidang ekonomi dan produk halal dengan Esad Alagic selaku pemimpin lembaga halal ICCV. Kedekatan ini membuat MUI tak melakukan audit pada ICCV. Sehingga pengolahan daging di Flemington tetap mendapat sertifikat halal dari ICCV. Hal ini terlihyat dari kutipan tyeks berikut: “Menurut Mohamed El-Mouelhy, pemimpin Halal Certification Authority Australia yang mengaku sebagai karib Esad, ICCV mendapat keistimewaan karena kedekatan pemimpin lembaga itu dengan Amidhan. Karena kedekatan ini pula MUI tak pernah melakukan audit pada ICCV.”21
20
“Dua Daging Flemington,” Tempo, 2 Maret 2014, h. 38. “Dua Daging Flemington,” Tempo, 2 Maret 2014, h. 39.
21
82
b. Framing device Perangkat ini berhubungan langsung terhadap bingkai yang ditekankan teks berita. Pemakaian kata, kalimat gamabar/foto dan metafora digunakan wartawan untuk strategi wacana yang menekankan makna agar diterima khalayak. Dalam teks berita Tempo, perangkat pembingkai itu paling tidak dipakai untuk tiga tujuan. Pertama, memberikan citra buruk pengawasan MUI kepada lembaga halal di luar negeri. Citra ini dilakukan dengan memberi frase ang menarik (Catchphrases). Daging halal diolah di tempat yang sama dengan daging nonhalal. Hal terlarang menurut hukum Islam bila menyatukan pengolahan daging halal dengan nonhahal. Teks tersebut menekankan bahwa pengolahan daging di Flemington luput dari pengawasan MUI yang memberikan izin kepada ICCV untuk memberikan sertifikat halal pada pengolahan daging di Fleminton. Selain itu citra tersebut juga diberikan lewat penjelasan (exemplaar). Meski pengolahan daging di Flemington mengolah daging halal dan nonhalal dalam satu tempat tetapi ICCV tetap memberikan sertifikat halal terhadapnya. Disinilah kelemahn MUI tidak mengawasi dengan baik. Kedua, memberikan citra kedekat Amidhan dengan Esad yang menimbulkan masalah. Citra ini dilakukan dengan pemberian label (depiction) “perkenalan keduanya terbuhul”.
Label ini dipakai untuk menekankan
kedekatan Amidhan dengan Esad sangat erat. Kedekatan itu membuat MUI tidak pernah melakukan audit pada ICCV.
83
Ketiga, memberikan citra buruk kepada ICCV. Citra ini dilakukan dengan memberi label (depiction) “melakukan keteledoran”. Label ini dipakai untuk menekankan ICCV melakukan kesalahan. c. Perangkat penalaran Perangkat ini bertujuan untuk menekankan kepada khalayak bahwa berita yang disajikan wartawan adalah benar. Dalam teks berita Tempo, perangkat penalaran itu disajikan dengan beberapa pola. Kedekatan Amidhan dengan Esad ditekankan lewat roots: ICCV mendapat keistimewaan dari MUI karena Amidhan dekat dengan Esad pemimpin ICCV. Akibatna MUI tak melakukan audit terhadapa ICCV. Perangkat
penalaran juga dipakai
untuk
membuktikan
ICCV
bermasalah. Hal ini ditekankan lewat klaim moral. Teks tempo mengatakan bukan kali ini saja ICCV
mendapat masalah tentang sertifikasi halal.
Sebelumnya ICCV pernah memberikan sertifikasi halal kepada gerai restoran cepat saji Hungry Jack‟s. padahal menu ang disajikan gerai itu terdapat daging babi. Tabel 4.4 Perangkat framing dan penalaran Frame: MUI Tidak Mengawasi Framing Devices
Reasoning Devices
(Perangkat Framing)
(Perangkat Penalaran)
Methapors: -
Roots: ICCV mendapat keistimewaan karena kedekatan pemimpin lembaga itu dengan Amidhan.
84
Catchphrases: “daging halal” diolah di Appeals to principle: Bukan kali ini saja tempat yang sama dengan “daging ICCV mendapat masalah tentang nonhalal” hal yang terlarang menurut sertifikasi halal. banyak ahli hukum Islam. Exemplar: pabrik pengolahan daging di Consequences: MUI tak mengawasi Flemington telah mendapatkan sertifikat lembaga yang diakreditasinya. halal dari Islamic Coordinating Council of Victoria atau ICCV, lembaga pemberi sertifikasi halal yang disetujui MUI untuk wilayah Negara bagian itu Depiction: melakukan keteledoran. Perkenalan keduanya terbuhul. Visual Images: Foto Ekrem Ozyurek, Mohamed El-Moulhy, dan foto depan kantor ICCV. Foto tersebut mencitrakan kalau orang-orang tersebut yang dibicarakan dalam teks.
Dari konsep Gamson mengenai perangkat penalaran di artikel ini tidak didukung penggunaan metafora. Namun gagasan utama yang dibentuk adalah MUI tidak mengawasi. Gagasan utama ini didukung oleh penggunaan frase yang menarik yakni daging halal dan nonhalal diolah di satu tempat. Hal ini tentu bertentangan dengan aturan yang berlaku. Peran MUI sebgaia lemabaga pengawas lembaga sertifikat yang diakreditasinya tidak dijalankan. Hal ini juga diuraikan memperjelas bingkai pengolahan daging yang melanggar tersebut telah mendapat sertifikat halal
85
dari ICCV. ICCV sendiri adalah lembaga yang diakreditasi oleh MUI, bahkan ICCV ditunjuk MUI sebagai lembaga yang memberi izin kepada lembaga sertifikat di Australia. Tempo memberi cap kepada ICCV sebgai “melakukan keteledoran” karena tidak mengawasi perusahaan yang di beri sertifikat olehnya. Perangkat penalaran membenarkan gagasan utama lewat roots: ICCV mendapat
keistimewaan
dari
MUI
sehingga
MUI
tidak
mengaudit
dan
mengawasinya. Tempo mengklaim bahwa bukan kali ini saja ICCV mendapat masalah soal sertifikasi halal. Sebelumnya pernah diprotes oleh komunitas muslim Australia setelah memberikan sertifikasi halal untuk restoran yang menyajikan menu haram. Dari teks ini Tempo membingkai MUI tidak mengawasi lembaga sertifikat luar negeri yang diakreditasinya. Sehingga ada pengolahan daging yang melanggar aturan halal. Di sini Tempo menyalahkan MUI tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Tempo menduga karena kedekatan ketua MUI dengan pemimpin ICCV sehingga MUI tak melakukan audir terhadap ICCV. B. Analisis Discourse Practice Pada level ini memusatkan perhatian pada proses bagaimana produksi (di pihak media) dan konsumsi teks (di pihak khalayak). Pada proses produksi teks terdapat tiga aspek penting. Pertama dari sisi individu wartawan, kedua hubungan antara wartawan dengan struktur organisasi media, dan ketiga praktik kerja atau rutinitas kerja. Ketiga aspek ini merupakan keseluruhan dari
86
praktik wacana dalam suatu media, saling kait dalam memproduksi suatu wacana berita. Teks artikel tabloid SI ditulis oleh Shodiq Ramadhan. Bergabung di tabloid SI sudah enam tahun, pada tahun 2008. Posisinya saat ini menjabat sebagai sekretaris redaksi tabloid SI. Sebelum menjadi wartawan di SI pernah menjadi aktifis di Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) 2006-2008. Mengenyam pendidikan strata satu (SI) di UIN Malang jurusan Manajemen. Sejak SMA sudah giat menulis dan mengikuti lomba karya tulis. Saat di bangku kuliah pun terus mengasah kemampuan menulisnya. Sehingga saat kuliah pernah menjadi penanggung jawab organisasi yang menerbitkan buletin. Shodiq Ramadhan mendapat pengetahuan ilmu Jurnalistiknya di dapat dari mengikuti pelatihan jurnalistik, dan belajar dari wartawan senior di tabloid SI. “Jadi basic kepenulisan saya itu kebetulan dari sejak SMA. Saya sudah beberapa kali ikut lomba menulis karya tulis ilmiah, tapi belum mendapat hasil kemudian ketika di bangku kuliah saya beberapa kali menulis gak berhasil. Kemudian ikut pelatihan-pelatihan menulis sama pelatihan jurnalistik, jadi itu ilmu jurnalistiknya otodidak jadi dapat dari pelatihan dapat dari langsung terjun sambil belajar dari senior-senior disini. Waktu SMA malah saya ikut semacam karya tulis ilmiah KIR (Karya Ilmiah Remaja). Waktu kuliah saya punya satu organisasi ekstra gitu dan kita nerbitin buletin. Pernah jadi penanggung jawab buletin untuk sebuah organisasi di sekitar kampus.”22
Produksi teks dipengaruhi oleh pola dan rutin media itu sendiri. Pembentukan teks berita yang akan disajikan ke khalayak terjadi di meja redaksi. Proses ini melibatkan banyak orang diantaranya wartawan yang meliput di lapangan, redaktur, dan editor. 22
Wawancara Pribadi dengan Shodiq Ramadhan, Jakarta, 14 Juli 2014.
87
Tabloid SI biasa rapat seminggu sebelum terbit. Rapat tersebut menentukan topik yang akan diangkat seperti: menentukan judul, cover, sususan random suara utama dan nasional, laporan khusus, penentuan wartawan yang meliput, dan kisi-kisi untuk wartawan yang meliput. Langkahlangkah tersebut diselesaikan saat rapat tersebut. Kemudian wartawan yang mendapat tugas meliput mencari bahan dan kemudian mengolahnya. “Pada saat rapat itu menentukan judulnya begini kemudian covernya begini kemudian kita susun random suara utama ini dan nasional ini terus laporan khusus ini tema-tema ini. Kisi-kisi kita buat juga sama penulis, penulisnya sudah ditetapkan dulu artinya langkah itu sudah selesai hari itu juga. Kepada penulis itu diberikan waktu berapa hari sampai hari deadline.”23 “Jadi begitu rundown dikirim ke jurnalis mencari bahan dalam seminggu, kemudian bahan mentah tadi diolah. Karena rata-rata penulis itu kan di sini senior mereka bisa mengolah sendiri memilih dan memilah sendiri kepentingan kita.”24
Ketika wartawan selesai mengolah bahan mentah tersebut. Wartawan mengirim liputannya ke redaksi. Kemudian teks tersebut diedit oleh editor. Editor mengoreksi teks yang salah ketik, judul yang perlu diubah, isi tidak sesuai. Setelah editor mengerjakan tugasnya selanjutnya teks dikoreksi kembali oleh bagian layout. Setelah bagian layout mengoreksi teks siap dicetak. “Ketika kemudian deadline hari Kamis atau Jumat itu sudah kirim email ke redaksi pada saat itulah editor mengoreksi naskah biasanya ada salah ketik, ada judul yg perlu diubah, isi yang gak tepat biasanyakan penulis itu nulis aja tapi gak bisa datanya keliru nih dicoret atau apa kemudian setelah dikoreksi masuk ke layout setelah itu kemudian dikoreksi lagi abis itu sudah final jadi teknisnya begitu.”25
23
Wawancara Pribadi dengan Shodiq Ramadhan, Jakarta, 14 Juli 2014. Wawancara Pribadi dengan Shodiq Ramadhan. 25 Wawancara Pribadi dengan Shodiq Ramadhan. 24
88
Tabloid
SI
dalam
menentukan
topik
yang
diangkat
mempertimbangkan kedekatan masalah dengat umat. Sesuai dengan taglinenya “memperjuangkan aspirasi dan hak-hak umat”. Jika ada topik mengenai masalah umat, SI akan memilih topik yang berkaitan dengan umat untuk diangkat. Pada edisi 176 tanggal 14-28 Maret 2014 tabloid SI mengakat soal isu suap sertifikasi MUI yang dilaporkan majalah Tempo bahwa MUI memainkan izin pemberian sertifikat dan menerima suap. Hal ini tentu diangkat oleh SI karena masalah ini dekat masalah umat. “Topiknya yang sedang in kita list nah penentuan topik itu berdasarkan apa? berdasarkan kedekatan masalah itu dengan umat berdasarkan ideologi. Ini yg paling ideologi apa?.”26
SI mendapatkan data kedua artikel tersebut dari konferensi pers MUI. Selain itu untuk menambah data dilakukan wawancara langsung dengan Amidhan Sabherah selaku ketua MUI bidang ekonomi dan produk halal, Lukman Hakim sebagai direktur LPPOM MUI dan Rachmat Hidayat selaku wakil ketua umum bidang kebijkan publik GAPMMI. “Datanya premare jadi begitu Tempo ngeluarin itu kan MUI membuat sikap MUI mengundang kita.”27
Mengenai konsumsi teks. Peneliti mendapatkan informan yang berlanganan dengan tabloid SI. Peneliti sengaja mewawancarai dua informan saja, karena dalam penelitian kualitaif banyaknya data tidak dipermasalahkan. Wawancara yang dilakukan melalui tatap muka langsung terkait dengan: data informan, pengenalan informan dengan tabloid SI, pandangan informan mengenai berita isu 26
Wawancara Pribadi dengan Shodiq Ramadhan, Jakarta, 14 Juli 2014. Wawancara Pribadi dengan Shodiq Ramadhan.
27
89
suap sertifikasi dan pandangan informan mengenai berita yang diturunkan oleh tabloid SI. Informan pertama bernama Anwar Rusli (AR), pengenalan informan dengan tabloid SI pertama kali di tahun 2008. Informan melihat tabloid SI sering diedarkan di masjid biasa ia salat jamaah dari situ ia tertarik untuk membacanya. Menurut AR tabloid SI menyebarkan informasi mengenai keislaman yang jarang diliput oleh media lain. Isi yang ditawarkan pun menarik ada informasi mengenai kemajuan Islam dan ancaman terhadap umat Islam sendiri. “Jadi tabloid ini saya lihat tentang informasi-informasi keislaman, yaitu menyampaikan dakwah-dakwah Islam yang terkadang jarang di publikasikan oleh media lain. Maka tabloid Suara Islam ini yang diperkarsai oleh Forum Umat Islam (FUI) ini menyuarakan hal-hal yang sensitif, mengenai kemajuan tentang Islam, penjelasan tentang sumber-sumber Islam juga menyampaikan hal-hal yang kadang Islam itu mulai diserang. Nah jadi untuk menyadarkan umat Islam bahwa umat Islam itu keadaan seperti ini seperti itu. Kadang bagus disuarakan hal-hal baik kemajuan Islam, kadang juga ada ancaman terhadap umat Islam. Nah Suara Islam memberikan informasi kepada umat Islam agar kiranya juga mengetahui keadaan umat Islam sekarang.”28
Menurut AR isu suap sertifikasi adalah upaya untuk menjatuhkan umat Islam melalui ulamanya. Ketika umat tidak percaya ulamanya umat mudah dipengaruhi hal-hal yang dilarang Allah. "Jadi ini pengkerdilan ataupun ingin menjatuhkan ulama-ulama. Masyarakat Islam yang ingin dijatuhkan, tapi melalui jalur ulamanya di rusak. Nah ini difitnah ulama ini, agar ketika nanti ulama udah tidak
28
Wawancara Pribadi dengan Anwar Rusli, Jakarta, 20 Oktober 2014.
90
dipercaya umat Islam, maka umat Islam ini mudah diracuni, mudah dipengaruhi, mudah diajak untuk hal-hal yang tidak diridhoi Allah.”29 Begitu pula dengan informan kedua yaitu Imam Mawardi (IM) pembaca tabloid SI sejak tabloid ini terbit. Menurutnya tabloid SI, merupakan media Islam yang mengcounter permasalahan umat, yang menginformasikan secara berimbang. “Suara Islam selalu aktual, selalu mengkritisi kebijakan yang tidak menguntungkan umat Islam. Suara Islam Memberikan informasi yang ballance yang media lain kurang ballance. Suara Islam ballance perspektif sebenarnya.”30 Bagi IM isu suap sertifikasi MUI itu tidak benar. SI membela MUI secara total. “Hanya Suara Islam yang bela MUI secara telak. Harusnya media agamis menyunting dari Suara Islam.”31 Pengamatan peneliti mengenai kedua informan tersebut, informan tertarik tabloid SI bukan hanya semata karena media dakwah Islam akan tetapi isi yang diberikan tabloid SI berimbang. Dimana media lain tidak memberikan informasi yang lengkap terhadap peristiwa yang menyangkut permasalahan umat Islam. Dari pemaparan yang didapatkan dari kedua informan, peneliti dapat menemukan bahwa ketertarikan informan terhadap tabloid SI karena isi atau konten yang disajikan berimbang. Tabloid SI mengcounter isu-isu yang merugikan umat Islam. Sehingga informasi yang diturunkan SI berbeda
29
Wawancara Pribadi dengan Anwar Rusli, Jakarta, 20 Oktober 2014. Wawancara Pribadi dengan Imam Mawardi, Jakarta, 20 Oktober 2014. 31 Wawancara Pribadi dengan Imam Mawardi. 30
91
dengan media lain. Hal ini merupakan tujuan SI memengaruhi kepada pembaca. “Jadi kita ini ingin mengubah umat paradigma umat yang kita ubah informasi yang kita berikan kita ubah untuk mereka, bukan informasi mentah tetapi informasi yang sudah ideologis sudah ada muatannya, muatan Islam untuk jadi panduan bagi mereka umat Islam.”32 Hal ini dapat dimaknai media menjalankan fungsinya yakni sebagai edukasi. Pembaca tabloid SI memperoleh informasi mengenai peristiwa yang terjadi khususnya peristiwa yang merugikan umat Islam seperti isu suap sertifikasi MUI. C. Analisis Sociocultural Practice Pada level analisis makro ini didasarkan pada asumsi bahwa konteks sosial yang ada di luar media memengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam teks. Analisis sosiocultural practice dibagi menjadi tiga tingkatan. Pertama situsional, kedua institusional, dan ketiga sosial. 1. Situsional Tingkatan ini teks dihasilkan dalam suatu kondisi atau suasana yang khas, unik, sehingga satu teks bisa jadi berbeda dengan teks yang lain. Teks tabloid SI muncul atas reaksi laporan majalah Tempo mengenai suap sertifikai MUI.
Tempo menurunkan laporannya mengenai MUI yang
memainkan izin pemberian sertifikat halal di luar negeri dan Amidhan menjabatan sebagai dewan penasihat di lembaga sertifikat luar negeri serta menerima gaji bulanan. 32
Laporan Tempo tersebut SI mengecek
Wawancara Pribadi dengan Shodiq Ramadhan, Jakarta, 14 Juli 2014.
92
kebenarannya dengan
mewawancara ketua MUI bidang ekonomi dan
produk halal Amidhan Sabherah dan Lukman Hakim selaku ketua LPPOM MUI. Tabloid SI merespon laporan Tempo dengan menurunkan berita hasil konferensi pers MUI dan wawancara langsung kepada MUI. SI memframe laporan tersebut sebagai MUI membantah semua laporan yang diturunkan Tempo dan Tempo dianggap anti Islam. 2. Institusional Pada tingkatan ini pengaruh institusi organisasi dalam praktik produksi wacana. Institusi ini bisa berasal dari dalam diri media sendiri atau dari luar media seperti ekonomi media dan politik. Faktor institusi penting adalah yang berkaitan dengan ekonomi media. Faktor ekonomi media salah satunya pengiklan. Pengiklan dapat dikatakan sebagai denut nadinya media. Oleh karena pengiklan dapat memengaruhi teks. Pengiklan di tabloid SI
tidak berpengaruh sama sekali dalam menentukan isi teks
karena SI dibiaya oleh umat. Meski ada pengiklan tetapi tetap tidak memengaruhi isi teks. “Saya katakan untuk Suara Islam gak ngaruh itu. Satu-satunya yang berpengaruh di Suara Islam itu adalah ini keberpihakan kepada umat (ideologi). Iklan atau pemodal terus kemudian apa gitu sama sekali gak ngaruhin kita. Saya menulis itu selama saya kerja di Suara Islam tidak pernah saya menulis dibawah tekanan kamu harus nulis ini nulis itu nggak. Nggak ada.”33
Selain faktor ekonomi media faktor politik juga memengaruhi dalam praktik produksi wacana meski secara tidak langsung. Indonesia menganut sistem politik demokrasi, rakyat boleh menyuarakan pendapatnya tanpa 33
Wawancara Pribadi dengan Shodiq Ramadhan, Jakarta, 14 Juli 2014.
93
tekanan. Begitu juga pers bebas menyajikan teks berita sesuai dengan fakta yang terjadi. “Intervensi dari pemerintah gak ada , klo dari politik juga gak ada. Kalo sekarang itu media bebas orang kita juga belum pernah mengalami intimidasi wong media kita kemudian dibegini begini nggak.”34
3. Sosial Pada tingkatan ini sangat berpengaruh terhadap wacana yang muncul dalam pemberitaan. Di sini dapat dilihat dari sistem politik, sistem ekonomi atau sistem budaya masyarakat keseluruhan. Sistem politik di Indonesia menganut sistem demokrasi. Keberadaan perspun dianggap sangat penting, pers dianggap sebagai salah satu pilar demokrasi. Berbeda saat Indonesia menganut sistem politik otoriter, pers dikontrol oleh pemerintah. Saat ini pers bebas dalam menjalankan tugasnya yakni memberikan informasi, pendidikan, dan hiburan. Begitu juga tabloid Suara Islam tidak ada tekanan dari elit politik atau pemerintah yang berkuasa. Selama ini SI menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya tidak ada intervensi dari pemerintah. “Intervensi dari pemerintah gak ada , kalo dari politik juga gak ada. Kalo sekarang itu media bebas orang kita juga belum pernah mengalami intimidasi wong media kita kemudian dibegini begini ngga.k”35 “Politik itu akan berpengaruh ke isi jadi topik-topik tabloid itu kalo politiknya memanas kita cenderung ke politik apalagi kalo Suara Islam itu kan politik ke ummatan jadi gak jauh-jauh.”36
34
Wawancara Pribadi dengan Shodiq Ramadhan, Jakarta, 14 Juli 2014. Wawancara Pribadi dengan Shodiq Ramadhan. 36 Wawancara Pribadi dengan Shodiq Ramadhan. 35
94
Sistem ekonomi Indonesia menganut sistem demokrasi ekonomi artinya produksi dikerjakan oleh semua masyarakat, dan untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota masyarakat. Dari sistem ini tidak memengaruhi isi teks yang wartawan hasilkan. Menurut Shodiq pengaruh ekonomi bila harga cetak naik maka biaya operasional akan naik pula. Sehingga pembaca juga ikut merasakan naiknya harga tabloid. Begitu juga budaya, bila budaya membaca di Indonesia tinggi maka tinggi pula lakunya. “ekonomi ngaruhnya kalo ekonominya gak bagus ya harga cetak naik kita naik, kemudian biaya operasional jadi tinggi kan itu pengaruh langsung itu. Kalo politik itu berpengaruh ke isi kalo ekonomi itu ke operasional. Kalo budaya berpengaruh sejauh itu sebesar apa nah ini dicetakan nah kalo budaya yang membacanya tinggi lakunya tinggi.”37
Teks tabloid SI sangat dipengaruhi oleh ideologinya yakni berpihak kepada umat. Sehingga teks yang dihasilkan terlihat membela umat Islam. Terlebih ada informasi yang merugikan umat Islam, tabloid SI siap mencounter informasi tersebut. “Satu-satunya yang berpengaruh di Suara Islam itu adalah ini keberpihakan kepada umat”.38
Selain faktor ideologi tidak ada lagi yang memengaruhi isi tabloid SI karena tabloid SI sangat kental dengan ideologinya.
37
Wawancara Pribadi dengan Shodiq Ramadhan, Jakarta, 14 Juli 2014. Wawancara Pribadi dengan Shodiq Ramadhan, Jakarta, 14 Juli 2014.
38
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan teori dan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Tabloid Suara Islam (SI) mengonstruksikan berita isu suap sertifikasi MUI sebagai perbuatan anti Islam. Teks berita SI menceritakan mengenai majalah Tempo yang menuduh Majelis Ulama Indonesia (MUI) terima suap sertifikasi di luar negeri. Wacana yang dikembangkan dalam teks tersebut adalah MUI membantah laporan majalah Tempo. Laporan Tempo tersebut dikatakan sebagai fitnah yang sangat serius dan berbahaya. Wacana MUI membantah laporan majalah Tempo dapat dilihat dari bagaimana laporan Tempo ditampilkan (direpresentasikan) dalam teks. Laporan Tempo sendiri dilabeli dengan kata-kata yang buruk seperti “sangatlah serius dan berbahaya”. Kata-kata ini seolah mengasosiasikan laporan Tempo sebagai laporan yang mengancam kepercayaan masyarakat kepada MUI. 2. Pada level messo yakni produksi dan konsumsi teks sangat dipengaruhi oleh ideologi media. Ideologi SI sendiri adalah berpihak kepada umat. Pola rutin yang dilakukan SI tak berbeda dengan media lain. SI menentukan topik yang diangkat melalui 95
96
rapat redaksi yang biasanya dilakukan seminggu sebelum terbit. Rapat tersebut menentukan isu apa yang akan diangkat seperti judul cover, laporan utama, laporan khusus, laporan nasional, penentuan wartawan yang meliput, dan kisi-kisi untuk wartawan yang meliput. Setelah proses tadi selesai, wartawan mencari bahan yang dibutuhkan untuk diolah. Selesai mengolah bahan, wartawan mengirim hasil liputannnya ke bagian redaksi. Saat di bagian redaksi teks dikoreksi oleh editor, selanjutnya teks dikoreksi kembali oleh bagian layout. Selanjutnya teks siap dicetak. 3. Pada level makro yakni analisis sosiokultural teks dihasilkan dari reaksi SI terhadap laporan Tempo yang menuduh MUI menerima suap sertifikasi di luar negeri. SI merespon laporan tersebut dengan memframe MUI membantah laporan Tempo. SI menghasilkan teks tidak ada intervensi dari pengiklan, pemilik media karena modal SI dari umat sehingga yang memengaruhi isi teks hanya ideologi. Ideologi SI yakni berpihak kepada umat. Intervensi dari pemerintah dan politik pun sama sekali tidak ada. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti memberikan bebebrapa saran terkait fakta dan hasil data untuk beberapa pihak terkait untuk menjadi lebih baik, di antaranya:
97
1. Tabloid SI hendaknya terus mempertahankan eksistensinya sebagai media yang membela umat Islam dan mempertajam kualitas berita yang diturunkan. 2. Adanya tabloid SI semoga dapat mengimbangi informasi yang khalayak terima. Khalayak dapat mengetahui informasi yang disembunyuikan oleh media lain terutama terkait informasi mengenai umat Islam. 3. Masyarakat hendaknya kritis terhadap informasi yang diberikan oleh media massa. Terlebih mencari informasi atau peristiwa yang sama di media yang berbeda. 4. Tabloid SI hendaknya menurunkan berita harus breimbang (cover bothside). Dalam mewawancarai isu suap sertifikasi juga melakukan konfirmasi kepada pihak majalah Tempo.
DAFTAR PUSTAKA A, AA Kunto. Cara Gampang Jadi Wartawan. Tangerang: Indonesia Cerdas, 2006. Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Konamala Erdinaya. Komunikasi Massa: Suatu pangatar. Bandung: Simbiosa, 2005. Badara, Aris. Analisi Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta: Kencana, 2012. Chaer, Abdul. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Cengara, Hafied. Pengatar ilmu komunikasi. Jakarta: Persada, 1998. Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Poltik Media. Yogyakarta: LKIS, 2007. Erianto. Anasis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Jakarta:LKIS 2011. Heryanto, Gun Gun. Dinamika Komunikasi Politik. Jakarta: Lasswell, 2011. Jorgensen, Melirianne W. dan Louse J. Philips. Analisis Wacana: Teori dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Junaedhie, Kurniawan. Ensiklopedi Pers Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005 Kriyanto, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. 2006. M., Mahi Hikmat. Metode Penelitian: dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Merianne W. Jorgensen dan Louse J. Philips. Analisis Wacana: Teori dan Praktek. Yogyakarta:Pustaka Pelajar 2007. Purwoko, Herudjati. Discourse Analysis: kajian Wacana Bagi Semua Orang. Jakarta: Indeks, 2008.
98
Putra, R. Masri Sareb. Media Cetak: Bagaimana Merancang dan Memproduksi Jakarta: Graha Ilmu, 2007. Rakhmat, Jalaludin. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda karya. 2005. Sarwono, Jonathan. Strategi Penelitian di Internet. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006 Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan wacana. Yogyakarta: LkiS, 2009. Sumadiria, AS Haris, Jurnalistik Indonesia: Menulis berita dan feature panduang Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006. Sumadiria, AS Haris. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011. Tashakkori, Abbas dan Charles Teddie. Mixed Methodology: Mengombinasikan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010 Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana 2008. Yosef, Jani. To Be A Journalist: Menjadi Jurnalis Tv, Radio dan Surat Kabar yang Profesional, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
NON BUKU Tabloid Suara Islam edisi 176, Tanggal 12-26 Juamdil Awwal 1435 H/ 14-28 Maret 2014 M Majalah Tempo edisi 24 Februari-2 Maret 2014 Majalah Tempo Edisi 3 Maret-9 Maret 2014
99
http://www.nielsen.com/id/en/press-room/2014/nielsen-pertumbuhan-belanjaiklan-berjalan-perlahan.html
100
WAWANCARA SEKRETARIS TABLOID SUARA ISLAM
-------- Pesan asli -------Dari: Andy Myh
Tanggal: 13/05/2014 10:48 (GMT+07:00) Ke: [email protected] Subjek: Izin Penelitian Kepada Yth. Redsaksi Tabloid Suara Islam di Tempat Assalamualaikum Wr. Wb. Saya Andy Syaiful Fahmi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bermaksud akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangka penulisan skripsi berjudul "Analisis Wacana Kritis Berita "Tempo Anti Islam: Membusukkan MUI Menyerang Islam" di Tabloid Suara Islam" Sehubung dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibu/Sdr. dapat menerima/mengizinkan saya untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Demikian, atas kerjasama dan bantuannya saya ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Andy Syaiful fahmi
Pada 13 Mei 2014 14.36, redaksi_suaraislam menulis: Waalaikumsalam wr wb. Terimakasih atas rencana saudara meneliti tabloid suara islam. Selanjutnya silahkan menghubungi sdr shodiq ramadhan 081 218 933 633 untuk wawancara. Ada baiknya anda mengirim draft proposal dan daftar pwrtanyaannya. Syukran
Shodiq ramadhan
Pada Selasa, 13 Mei 2014 15:40, Andy Myh menulis: Alhamdulillah terima kasih pak atas izinnya. maaf pak sebelum melakukan wawancara boleh saya minta profil perusahaan Suara Islam untuk kepentingan bab III. yang diperlukan seperti sejarah atau latar belakang berdirinya tabloid Suara Islam, Visi dan Misi, Struktur redaksi Suara Islam. berikut saya lampirkan proposal skripsi saya.
Pada 15 Mei 2014 10.33, Suara Islam menulis:
Suara Islam Media Group Latar Belakang Suara Islam Media Group adalah media komunikasi dan informasi yang bertujuan untuk mewujudkan ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan bernegara. Berdiri sejak Juli 2006 lalu, Suara Islam lahir atas prakarsa para tokoh, kyai, ulama dan habaib serta pimpinan ormas Islam yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI). Di antara tokoh Islam yang merintis lahirnya media ini adalah KH Yusuf Hasyim (alm), KH Hussein Umar (alm), Dr H Ahmad Sumargono (alm) dan HM Cholil Badawi. Suara Islam dengan tagline "Memperjuangkan Aspirasi dan Hak-hak Umat" lahir dari sebuah keprihatinan saat itu tidak adanya media yang pro terhadap perjuangan umat Islam. Berbagai agenda perjuangan yang dilakukan umat Islam baik dalam lingkup nasional maupun daerah tidak dapat tersampaikan dengan baik kepada umat Islam. Aspirasi dan hak-hak mereka terbengkalai. Sebaliknya, berbagai fitnah dilancarkan oleh media-media sekuler untuk menghantam umat Islam, ormas Islam dan tokoh-tokohnya. Nyaris, umat Islam tanpa pembelaan sedikit pun dari sisi media massa. Kini, seiring dengan perkembangan teknologi, selain dalam format tabloid, Suara
Islam juga hadir dalam bentuk online (daring), dengan alamat www.suara-islam.com. Sesuai dengan misi perjuangan Forum Umat Islam (FUI) untuk mewujudkan NKRI Bersyariah, maka sejak 2013, Suara Islam Online mengemban motto "Mengawal NKRI Bersyariah". Dasar Pendirian: 1. Amal Rasul yang terus-menerus sejak di Makkah hingga akhir hayat di Madinah sebagai penyampai risalah Islam (Qs. An Nuur 54). 2. Pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan (Qs. Al Ahzab 45-47). 3. Perintah Allah untuk Kelompok Dakwah Dakwah (Qs. Ali Imron 104) Visi Suara Islam: 1. Media penyampai risalah Islam 2. Media penjaga Islam dan pembela umat Islam 3. Media penyeru kepada terwujudnya kehidupan Islam 4. Media penerang sistem ajaran Islam 5. Media silaturrahmi umat Islam 6. Media penyeimbang informasi
Misi Suara Islam: 1. Menyampaikan risalah Islam 2. Menjaga Islam dari rongrongan pihak manapun 3. Membela nasib umat Islam di dalam maupun luar negeri 4. Menyerukan terwujudnya sistem Islam dalam kehidupan masyarakat dalam seluruh aspeknya 5. Menerangkan sistem ajaran Islam secara kaffah 6. Meningkatkan kesadaran umat Islam secara luas terhadap realitas kehidupan dan ajaran Islam sebagai solusi seluruh persoalan kehidupan 7. Memfasilitasi silaturrahmi Umat Islam dan lembaga-lembaga yang dimiliki oleh umat Islam 8. Menyeimbangkan Informasi media sekuler yang senantiasa miring kepada Islam dan umat Islam
Untuk Susunan Redaksi Tabloid Suara Islam silahkan dilihat di box tabloid. Syukran
On 1 Jul 2014 10:29, "Andy Myh" wrote: Kepada Yth. Redaksi Tabloid Suara Islam di Tempat Assalamualaikum Wr. Wb. Saya ucapkan terimakasih kepada redaksi Tabloid Suara Islam yang telah mengirimkan profil Tabloid Suara Islam beberapa waktu lalu. selanjutnya saya akan mengirim draft pertanyaan mengenai penelitian saya "Analisis Wacana kritis berita "Tempo Anti Islam: Membusukkan MUI Menyerang Islam" di tabloid Suara Islam edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H / 14-28 Maret 2014 M. Berikut draft pertanyaan yang saya ajukan untuk penelitian.
WAWANCARA PRIBADI Narasumber
: Shodiq Ramadhan
Jabatan
: Sekretaris Redaksi Tabloid Suara Islam
Tempat
: Kantor Redaksi Tabloid Suara Islam, Jakarta Selatan
Hari/Tanggal
: Senin/14 Juli 2014
1. Apa latar belakang penulis seperti pendidikan, jabatan dalam media serta pengalaman kerjanya? Nama Shodiq Ramadhan sekeretaris redaksi. Untuk edisi ini kebetulan penulis utamanya saya, jadi saya di Suara Islam itu secara resmi sejak 2008, sudah 6 tahun. Dari dulu bertahan di sekretaris redaksi. Saya dulu S1 dari Fakultas Ekonomi UIN
Malang. Pengalaman kerja sebelum di Suara Islam saya
pernah kerja di indosat di Malang di cabang. Kemudian pindah ke Jakarta, di Jakarta saya nggak kerja tapi saya mengabdi di Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) 2006-2008 (hitungannya organisasi bukan pekerjaan khusus). Sebenarnya dari tahun 2006 sudah menulis untuk Suara Islam Cuma belum resmi. Di tahun 2008 saya baru resmi menjadi penulis di Suara Islam. Jadi basic kepenulisan saya itu kebetulan dari sejak SMA. Saya sudah beberapa kali ikut lomba menulis karya tulis ilmiah, tapi belum mendapat hasil kemudian ketika di bangku kuliah saya beberapa kali menulis gak berhasil. Kemudian ikut pelatihan-pelatihan menulis sama pelatihan jurnalistik, jadi itu ilmu jurnalistiknya otodidak jadi dapat dari pelatihan dapat dari langsung terjun sambil belajar dari senior-senior disini kebetulan di Suara Islam itu ada
mantan wartawan Tempo. Waktu SMA malah saya ikut semacam karya tulis ilmiah KIR (karya ilmiah remaja). Waktu kuliah saya punya satu organisasi ekstra gitu dan kita nerbitin buletin. Pernah jadi penanggung jawab buletin untuk sebuah organisasi di sekitar kampus.
2. Menurut bapak pemberitaan sertifikasi label halal ini seperti apa? Jadi gini, ini kan keluarnya tabloid ini karena reaksi jawaban atas saya sebut langsung saja fitnah. Jadi Tempo itu mengeluarkan suatu laporan “astaga label halal” nah ini ada covernya. Covernya ini menyakitkan, jadi ini kan sarden, halal tapi capnya babi, jadi halal cap babi. Nah ini didalamnya terutama menuding pak Amidan ini bermain di sertifikasi halal ada tudingan-tudingan bahwa dia ini menerima uang dari Australia kemudian dari Belgia. Ketika kita konfirmasi ke MUI itu gak bener. Jadi cerita tentang sertifikasi halal permainan sertifikasi halal yang di Australia itu gak bener. Jadi Tempo itu memperoleh data dari orang lain yg punya masalah secara teknis yang ada nama-namanya di dalam. Kemudian semua itu menyerang MUI begini begitu. Termasuk ada uang berapa milyar itu ya termasuk beliau dapat bulanan, itu kemudian beliau mengakunya dikonfirmasi dijadikan media itu setelah dia dapat data dia mengklarifikasi. Wawancaralah si Tempo ini ke pak Amidan sama pak ketua LPPOM itu Lukmanul Hakim di sebuah hotel kawasan bundaran HI. Panjang, panjang itu wawancaranya panjang tapi yang di muat itu sepotong sepotong. Jadi ada kalimat misalnya “saya ini bukan pejabat negara kok, jadi boleh menerima gratifikiasi”. Gak begitu kalimatnya jadi
kesannya kalau beliau itu terima. Nah termasuk bisnis bagaimana termasuk bisnis sertifikasi. Jadi dianggap sertifikasi itu mahal, kemudian sertifikasi itu ada permainan karena disertifikasi itu kan ada biaya. Jadi mana ada sekarang kalo kita sertifikasi apa gitu, gak bayar kan gak ada. Karena kan dia juga punya staf yg demikian banyak. Intinya bahwa melalui penerbitan itu kita melihat Tempo sedang – bukan hanya sekedar menyerang MUI tapi ini menyerang Islam. Jadi dari karena sisi covernya dan isinya ini meruntuhkan salah satu lembaga. Kalo MUI itu kan di sebut pak kyai Maruf Amin itu lembaga pelindung umat. Kalo lembaga pelindung umatnya sudah diserang dan dirobohkan ya roboh lah. Suara Islam karena kita itu adalah diterbitkan oleh, dulu ya latar belakang Suara Islam itu yang saya sebut itu ada Forum Umat Islam (FUI) ini kan berarti memang kepentingannya kepentingan umat. Kepentingan Islam sesuai taglinenya memperjuangkan aspirasi hak-hak umat, makanya kita lawan. Jadi apa yg dilakukan Tempo ini kita lawan kita sebut itu untuk membusukkan MUI menyerang Islam. Nah satu edisi sebelum ini sebenarnya kita sudah muat juga satu halaman siapa sebenarnya Goenawan Muammad yang dia tak lebih dari penulis yang waktu itu Cuma dihargai 50 dollar kalau sekarang sekitar 600.000, cuma segitu. Nah itu dia latar belakangnya kemudian kenapa Suara Islam mengangkat itu lalu kita terima data-datanya wawancara pak Amidhan kemudian konferensi pers wawancara khusus dengan pak Lukman Hakim. Dijelaskanlah duduk permasalahannya. Jadi tabloid Suara Islam waktu itu mereka (MUI) dibagi-bagi ke daerah kan ini menggoyahkan. Jadi laporan Tempo ini bahaya kalo ditangkap oleh orang
berkepentingan. Wah ternyata brengsek itu, ternyata sertifikasi halal itu di bisniskan, ya kepercayaannya goyah lah. Saya saja bergulat di dunia halal dengan LPPOM itu sudah dua tahun terakhir jadi saya ini punya tabloid kita punya online. Jadi yang di online itu hampir semua kegiatan-kegiatan yang terakhir halal itu selalu ada jadi setiap LPPOM ada kegiatan biasanya Suara Islam ada. Tapi kalo soal khusus menanggapi Tempo sekali ini dan ini langsung jadi cover story jadi gak main-main gitu loh rencananya waktu itu hanya laporan khusus tapi ternyata persoalan yang serius jadi laporan utama. Ini ada 10 halaman ada laporan khusus ada wawancara ada suara utama bearti semua ini kan ada 32 halaman bearti 30% lebih dari isi ini. Jadi ini serius. Edisi berikutnya tidak diangkat lagi karena sudah selesai meski Tempo masi memberitakan sampai lima edisi. Jadi kalau sudah begini begitu kita sudah jawab berarti sudah selesai. Misalnya ada serpihan-serpihan sudah kita gak angkat lagi karena jawabannya ini sudah tuntas jadi kalo masi diberitakan itu biasanya ditanggapi lagi berita-berita ringan gitu mas straight news hard news. Bagi kita persoalannya sudah selesai jawabannya.
3. Bagaimana proses pembentukkan berita di meja redaksi Suara Islam, pola dan rutinitasnya? Berita itu begini, saya ceritakan dari proses-proses bagaimana Suara Islam bisa sampai begini: satu,kita ada rapat redaksi rutin untuk menentukan topik Jumat besok kita mau mengeluarkan apa. Biasanya kita itu rapatnya pada hari
Jumat sebelumnya. Misalnya kita kan terbit minggu pertama dan ketiga bearti kita rapat itu di pekan ke dua dan ke empat harinya fleksibel aja kadang jumat biasanya. Dua, topiknya yang sedang in kita list nah penentuan topik itu berdasarkan apa berdasarkan kedekatan masalah itu dengan umat berdasarkan ideologi. Ini yg paling ideologi apa. Bukan sekedar in, in kalo ternyata isu tentang artis ya gak kita angkat, Kita angkat terus kemudian pada saat rapat itu menentukan judulnya begini kemudian covernya begini kemudian kita susun random suara utama ini, suara nasional ini, terus laporan khusus ini, tema-tema ini. Kisi-kisi kita buat juga sama penulis, penulisnya sudah ditetapkan dulu artinya langkah itu sudah selesai hari itu juga kepada penulis itu diberikan waktu berapa hari sampai yang kita sebut deadline. Nah penulis itulah beliau bertanggung jawab mendapatkan bahan. Penulis itu ya misalkan pas saya, saya yang nulis saya yang cari bahan, tapi ada penulis lain yang punya referensi misalnya disini punya beberapa reporter dari reporter-reporter itu kita mendapatkan bahan atau kalau misalnya kita kesulitan menjangkau reporter ya biasanya kita mengutip dari kantor berita resmi kaya Antara, nah itu prosesnya. Jadi begitu rundown dikirim ke jurnalis, maka jurnalis bekerja mencari bahan selama seminggu kemudian bahan mentah tadi diolah. Karena rata-rata penulis itu kan disini senior mereka bisa mengolah sendiri memilih dan memilah sendiri, sesuai misi kita kepentingan kita. Jadi unsur subjektifitas individunya itu saya katakan kecil unsur pengaruh pemodal gak ada karena gak ada pemodalnya Suara Islam itu donasi dari umat jadi dipastikan pengaruh dari mendanai tidak ada apalagi iklan tidak ada iklan perusahaan-
perusahaan besar hanya iklan biasa saja. Pengaruh keobyektifitas isi dari luar gak ada kecuali pengaruh dari luar tadi itu hasil keputusan rapat bahwa itu kepentingan umat jadi penulisnya diarahkan disitu jadi warna ideologinya itu kental. Suara Islam warna keberpihakannya kental, kalo ini Islam Islam kalo Tempo kita anggap liberal hantam. Itu dari dulu gak soal Tempo gak soal Jokowi gak soal apa begitu lihat liberal hantam. Itu sudah soal ideologi, penulis pilah pilih kemudian ditulis. Ketika sebelum deadline hari Kamis atau Jumat itu sudah kirim email ke redaksi. Pada saat itulah editor dalam hal ini dijalankan oleh pemimpin redaksi mengoreksi naskah biasanya ada salah ketik ada judul yg perlu diubah isi yang gak tepat biasanya kan penulis itu nulis aja tapi gak bisa datanya keliru nih dicoret atau apa kemudian setelah dikoreksi masuk ke layout setelah itu kemudian dikoreksi lagi abis itu sudah final masuk cetak jadi teknisnya begitu. Kalo rapat hampir semuanya dari pemimpin umum, pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi, redaktur semuanya hadir sebagian dewan redaksi sesekali hadir misalnya KH. Abdul Rasyid hadir , KH. Khalil Ridwan hadir kemudian ustad Bernad dan pak Munarman hadir sama jajaran kebawah itu hadir.
4. Pertimbangan apa yang dipakai untuk menurunkan berita, terlebih dijadikan laporan utama? Kedekatan isu dan dari idologinya. Ini kepentingan umat bukan? terkait dengan umat tidak? itu yang utama. Suara Islam cetak terkahir 18.000 eksemplar sekali edisi.
5. Bagaimana berita isu suap sertifikasi MUI di dapat, dari press release ataukah dengan wawancara? Datanya premare jadi begitu Tempo ngeluarin itu, kan MUI membuat sikap MUI mengundang kita nah satu kita dapat dari konferensi pers. Di konferensi pers itukan ada tokohnya tuh kita wawancara pak Amidhan dengan tokoh MUI yang lain. Kemudian saya juga bertemu direktur LPPOM bicara khusus, karena ini posisinya tinggal menjawab tudingan ya sudah apa yang ditudingkan oleh Tempolah yang kita jawab kita gak perlu lagi menanyakan Tempo kenapa Tempo menurunkan itu kalo soal itu sudah ideoologi ya ialah Tempo liberal memusuhi/menusuk Islam kita nggak perlu tanya dalam hal ini subyektif posisinya ngapain kita nanya pertanyaannya gak jelas, Tempo mengeluarkan laporan selalu begitu FPI selalu salah MUI selalu salah, kita yang jawab.
6. Secara sosial masalah ini akan berdampak seperti apa? Secara sosial persoalan halal ini berpengaruh terhadap umat kalo kita arahkan kesini. Maka pertimbangan kita mengangkat ini juga itu ini untuk menjaga kepercayaan umat terhadap majelis ulama. Jadi yang memengaruhi itu kalo sampai misalnya topik ini tema ini oleh Tempo berhasil memengaruhi umat dan sebagian terpengaruh. Maka itu akan berdampak tidak baik dimasyarakat
karena mereka akan berfikiran negatif “ooh ternyata lembaga MUI yang selama ini kita percaya, ternyata selama ini kemenag, kemenag juga udah dapat stigma kan kasus haji dan sebagainya artinya MUI nya juga “wah ternyata umat-umat Islam/orang-orang Islam kyai-kyainya banyak yang mau duitnya juga itu kan kondisi sosial ditengah masyarakat yang berpengaruh yang opini itu berpengaruh pada kita. Kalo tadi terkait dengan opini media Islam itu jelas iya terhadap umat Islam sudah pasti saya nggak mengatakan ini obyektif, ini subyektif itu kita berpihak, media yang tidak berpihak wong Jakarta Post juga terang-terangan berpihak sama Jokowi, Tempo terangterangan berpihak sama Jokowi maka Suara Islam juga terang-terangan berpihak pada umat. Nah itu kondisi sosialnya begitu .
7. Bagaimana teks diterima dan dikosumsi khalayak? Selama ini media itu kalau bicara kita media dengan masyarakat itu bicara, memengaruhi siapa apakah keinginan masyarakat itu yang kemudian ditangkap oleh media kemudian kita memenuhi harapan mereka atau keinginan media yang ingin merubah umat. Nah kita di yang kedua jadi kita ini ingin mengubah umat paradigma umat yang kita ubah informasi yang kita berikan kita ubah untuk mereka bukan informasi mentah tetapi informasi yang sudah ideologis sudah ada muatannya, muatan Islam untuk jadi panduan bagi mereka umat Islam. Suara Islam kalo di baca orang dipercaya loh, jadi wah begini ya begini yaa rata-rata orang kan kalo udah percaya begitu kan kecuali, apa itu Suara Islam yang begitu nggak tetapi kita pada posisi itu jadi kita
ingin mengubah umat jadi kalo mau mengubah umat misinya ada di kita dengan kondisi yang ada kemudian kita larut. Kalaupun ada yang begitu kita teruskan.
8. Situasional teks tersebut diproduksi dalam suasana apa? Jadi selalu kasustik, jadi gak ada dong cerita kalo gak ada api kalo gak ada asap. Jadi kalo yang model-model begini, kalo Tempo diem aja gak nyerang kita ya kita nggak nyerang Tempo. Ya dia buat masalah kita jawab, jadi kita selalu dalam hal ini ya ini ada aksi ada reaksi. Tetapi kalo Suara Islam sedang tidak ada begitu (reaktif) ya edukatif kita, sifatnya kalo ini kan reaktif tapi kalo misalnya gak ada apa-apa ya kita edukatif. Misalnya calon kasus halal gak ada masalah nih atau tiba-tiba memang biasanya ada masalah bakso dan sebagainya apalah lalu kita keluarkan gini loh kasus ini bagaimana panduan edukasi halal edukatif atau kasus lain misalnya umat menghadapi dalam kasus lain bagaimana memilih pemimpin Indonesia ke depan, nah ini kan edukatif perlu ada kasus dulu kan. Islam bagaimana memandang kepemimpinan bagaimana syarat-syarat kepemimpinan siapa kemudian yang cenderung dekat dengan syarat-syarat kepempinan Islam, nah itu yang kita arahkan. ada yang reaktif memang tapi ada yang edukatif juga, edukatif ini kan kita mengarahkan ke umat bagaimana kita harapkan perubahan di masyarakat, media itu kan fungsinya juga sebagai perubahan sosial juga bukan mahasiswa aja ya. Media itu penting sekarang ya katakanlah nanti tanggal 22 Juli 2014 ditetapkan pemenangnya adalah Jokowi-Jk itu peran siapa, peran media itu
yang paling dahsyat itu kalo peran partai juga mati, mesin partai gak jalan. selama ini media yang mendewakan sosok Jokowi itu media sampai pipis aja di beritain itu heheh. Nah itu namanya media alat memeprihal itu media walau gak sosial.
9. Bagaimana pengaruh institusi organisasi dalam praktik produksi? pengiklan
khalayak
persaingan
media
intervensi
institusi
ekonomi/pemilik media dan politik ? saya katakan untuk Suara Islam gak ngaruh itu. satu-satunya yang berpengaruh di Suara Islam itu adalah ini keberpihakan kepada umat. Iklan atau pemodal terus kemudia apa gitu sama sekali gak ngaruhin kita. Saya menulis itu selama saya kerja di Suara Islam tidak pernah saya menulis dibawah tekanan kamu harus nulis ini nulis itu nggak. Nggak ada. Kita menulis ya menulis, makanya saking galaknya menulis pengiklan takut. Kalo di media lain berita mas yang bukan media Islam itu di edit terlalu frontal itu kalo di Suara Islam kita menulis-menulis aja gitu sesuai dengan idealis wartawan. Sebenarnya kalo iklan untuk ini nggak tapi kalo untuk yang belakang-belakang itu kalo itu dikatakan menumpang atau apa sebenarnya nggak kalau kita mengakomodasi? Iya, karena Suara Islam seperti namanya suara umat, medianya media umat Islam jadi bukan hanya ormas tapi juga kepentingan politik, juga ada partai-partai Islam tuh seperti bulan bintang, PPP, PKS itu kita bela jadi bukan mereka menumpang di kita atau menggunakan Suara Islam sebagai memang kita dengan sadar partai Islam itu
kita bela secara politik yaa, partai Islam kita bela kita dengan senang hati tanpa ada apa-apa ya misalnya PKS nih dengan kasus sapi kita gak ada deal apa-apa dengan PKS gak dikasih apa-apa tetapi bagaimana kasus itu terjadi kita luruskan itu kita ya, misalnya bulan bintang, PPP juga gitu dalam kasus bapak Surya Dharma Ali kita juga tulis itu bagaimana sosok itu yg sebenarnya sederhana. Kalo mereka pasang iklan profesional aja mas. Kaya ini pas ada bulan bintang ya pasang aja dia gak ngaruh, eh saya ditulis yang bagus dong ya nggak. ya nggak ngaruh ya dia pasang iklan pasang aja, jangankan edisi yang terbaru edisi yang kemarin Jokowi malah hmm padahal disini Hatta Rajasa disini Jokowi. Apakah pengaruh pada isi ya nggak yang Hatta Rajasa kita juga gak ada komunikasi yang Jokowi juga pasang iklan aja. Itu politik loh. Intervensi dari pemerintah gak ada , kalo dari elit politik juga gak ada. Kalo sekarang itu media bebas orang kita juga belum pernah mengalami intimidasi, wong media kita kemudian dibegini begini nggak. Saya malah pernah mengikuti acara di undang oleh kementrian Polhukam kalo seperti Suara Islam atau media-media Islam mereka menyebut sebagai media komunitas, kalo media umum mainstream, kita sebutnya sekuler. Nah kalo ini katanya media komunitas karena ini adalah lebih pada propaganda. Nah media ini propaganda dan sifatnya komunitas aja. Nah waktu itu dari pihak kemenpolhukam itu dia buka, jadi yang diundang itu adalah media-media yang selama ini mereka pantau dan kita juga dapat laporan ada lembaga negara yang selalu memantau isi ini, mantau aja mas. Jadi mereka ingin tahu kan “oh ini yang berkembang di umat sekarang ini” yang kita tulis itu aja.
Tapi gak seperti dulu lagi, kita SIUPP udah gak ada lagi. Jadi kalo sampean aja bertiga membuat tabloid ada duit bisa kok huahaha.
10. Bagaimana pengaruh sistem politik sistem ekonomi atau sistem budaya masyarakat secara keseluruhan yang dapat memengaruhi isi berita? Ya itu ngaruh, politik itu akan berpengaruh ke isi jadi topik-topik tabloid itu kalo politiknya memanas kita cenderung ke politik. Apalagi kalo Suara Islam itu kan politik ke ummatan jadi gak jauh-jauh kalo Suara Islam ngambil topik ekonomi gak laku mas jatuh itu jadi saya itu diredaksi itu waaah ekonomi ya udahlah gak usah diangkat down ternyata semua media begitu kalo topik yang menarik di Suara Islam itu apa social, keagamaan, aliran sesat, pemurtadan, tinggi itu, kasus-kasus permutadan kemudian isu-isu keumatan, begitu ekonomi down, ekonomi ngaruhnya apa? kalo ekonominya gak bagus ya harga cetak naik kita naik kemudian biaya operasional jadi tinggi kan itu pengaruh langsung itu kalo politik itu berpengaruh ke isi kalo ekonomi itu ke operasional kalo budaya berpengaruh sejauh itu sebesar apa nah ini di cetakan. Nah kalo budaya yang membacanya tinggi lakunya tinggi. Ada cerita bos media umum di Jawa Tengah itu heran, kenapa media umat Islam itu tidak besar bahkan tumbang. Sabili yang jadi legenda itu tumbang, kenapa? padahal umat Islam indonesia mayoritas dari 240 juta katakanlah 200 jutanya umat Islam. kalo diambil 1 % nya aja berapa? dua juta, harusnya Suara Islam tirasnya 2 juta dong tiap terbit nyatanya ngak cuma 18ribu. Artinya apa budaya baca masayarakat kita rendah, rendah sekali. jadi kalo budayanya
tinggi ya oplahnya tinggi. Sebagaimana dulu di Amerika itu kan ada koran cetaknya saja sampai dua kali sehari. Disini cetak sekali aja gak habis-habis. Kalau itu budayanya baik berpengaruh, masyarakat akan cerdas akan kritis dan beli. Paling tinggi cetak 20 ribu eksemplar, dulu kita pernah tembus 30 ribu, kalau cetak segitu ada pesanan. Biasanya pemasang iklan pesan minta dikirim 2 ribu eksemplar. Seperti kasus FPI tinggi, Ahmadiyah tinggi cetaknya karena banyak yang cari. Kalau kemarin tentang Prabowo tinggi. Ada satu agen dari 200 di Yogyakarta itu hampir 90 % bahkan 95 % habis. Kalau di jakarta hebat itu habis.
Shodiq Ramadhan
WAWANCARA PRIBADI Narasumber
: Anwar Rusli
Profesi
: Guru
Tempat
: Madrasah Tsanawiyah Asy-Syafiiah 01 Jakarta
Hari/Tanggal
: Senin/20 Oktober 2014
1. Perkenalan informan dengan suara islam? Suara Islam ini dua minggu sekali atau sebulan dua kali. Sering diedarkan di Masjid Albarkah Asyafiiyah, saya selalu juga kadang beli kadang tidak. Saya pribadi kenal Suara Islam di tahun 2008.
2. Perbedaan Tabloid Suara Islam dengan media Islam lainnya? Jadi tabloid ini saya lihat tentang informasi-informasi keislaman, yaitu menyampaikan dakwah-dakwah Islam yang terkadang jarang di publikasikan oleh media lain. Maka tabloid Suara Islam ini yang diperkarsai oleh Forum Umat Islam (FUI) ini menyuarakan hal-hal yang sensitif, mengenai kemajuan tentang Islam, penjelasan tentang sumber-sumber Islam juga menyampaikan hal-hal yang kadang Islam itu mulai diserang. Nah jadi untuk menyadarkan umat Islam bahwa umat Islam itu keadaan seperti ini seperti itu. Kadang bagus disuarakan hal-hal baik kemajuan Islam, kadang juga ada ancaman terhadap umat Islam. Nah Suara Islam memberikan informasi kepada umat Islam agar kiranya juga mengetahui keadaan umat Islam sekarang.
3. Pandangan informan terhadap Majelis Ulama Indonesia (MUI)? Dari dulu sampe sekarang kita percayai bahwa MUI ini lembaga mulia, lembaga yang sangat baik yang di dalamnya itu banyak ulama-ulama. Ulama itu adalah pewaris Nabi. Jadi kita tak meragukan lagi terhadap lembaga ini. Maka kenapa sekarang masih ada karena diantaranya adalah keberkahan dari Allah maka sekarang masih ada. Tentunya ada suara yang mengancam atau ingin menjatuhkan MUI. Memang begitu dakwah dari dulu, tidak diinginkan lembaga ini menjadi kuat maju untuk pengimbang umat Islam atau pencerah menjadi sumber isnpirasi bagi Islam hal-hal yang kurang paham bisa ditanya ke MUI. Lembaga ini bagian sesuatu sendi kekuatan umat Islam agar umat Islam terarah hidupnya tidak ngambang kalau ingin tahu keislaman bisa ditanyakan ke MUI.
4. Sejauh mana informan mengetahui tentang isu suap sertifikasi MUI? Pernah mendengarnya dan tau secara umum. Jadi ini pengkerdilan ataupun ingin menjatuhkan ulama-ulama. Masyarakat Islam yang ingin dijatuhkan, tapi melalui jalur ulamanya di rusak. Nah ini difitnah ulama ini, agar ketika nanti ulama udah tidak dipercaya umat Islam, maka umat Islam ini mudah diracuni, mudah dipengaruhi, mudah diajak untuk hal-hal yang tidak diridhoi Allah. Ini bagian ancaman besar umat Islam, dari serangan orang-orang tidak setuju dalam hal ini Tempo ya kepada MUI. Menjadi ancaman bagi umat islam, agar umat Islam hendaknya melek jangan sampai umat Islam itu tidak tau sehingga akibatnya ada informasi seperti ini dipercaya saja oleh umat
Islam jadi harus tau, harus paham ancaman atau yang tidak senang dengan ulama kita.
5. Bagaimana menurut informan tentang teks berita Suara Islam? Dari isi di sini jelas sekali bahwa produk-produk Yahudi dan Nashrani ingin masuk ke umat Islam dihadang tidak bisa. Karena kepentingnya dunia ketika produknya masuk ke umat Islam tentu buget keuntungan makin tinggi. Maka di sini MUI tidak membiarkan hal-hal yang menjadi larangan hukum Allah. Maka inilah hidayah namanya petunjuk. Allah berikan kepada umatnya untuk berani mengungkap suatu hal yang dilarang Allah. Karena dilarang ngak gol maka dijadikan fitnah, karena dulu ada produk yang digulirkan tidak disetujui karena ada unsur yang tidak halal yang tidak boleh dimakan umat Islam. Sehingga ini diseranglah dengan fitnah diantaranya ketua MUI terima gaji Aus$ 5000. Tidak mungkin Amidhan Sabherah orang yang mengerti agama melakukan itu. Memang bisa terjadi tapi untuk kemungkinan besar tidaklah seperti itu.
6. Profil informan? Anwar Rusli, lahir di Medan 6 Maret 1977. Jabatan sebagai Kepada Madrasah Tsanawiyah Asy-Syafiiyah 01 Jakarta. Pendidikan terakhir mengambil S2 di Uhamka, magister management jurusan sumber daya manusia (SDM). S1 tarbiyah jurusan PAI di sekolah tinggi ilmu agama diperguruan swasta medan dan IAIN fakultas syariah jurusan perbandingan mazhab dan hukum.
Pengalaman organisasinya waktu kuliah HMI, KAMMI, WASIQO (wadah silaturahim qori dan qoriah), HIQO (himpunan qori qoriah) dan Perkumpulan Alumni S2 Uhamka.
Anwar Rusli S.Ag., M.M
WAWANCARA PRIBADI Narasumber
: Imam Marwadi
Tempat
: Yayasan Perguruan Islam Asy-Syafiiyah
Hari/Tanggal
: Senin/20 Oktober 2014
1. Perkenalan informan dengan Suara Islam? Sejak awal terbit Tabloid Suara Islam saya sudah baca tabloidnya. Karena pak Khaththath (Pemred) guru saya.
2. Perbedaan tabloid Suara Islam dengan media Islam lainnya? Tabloid Suara Islam merupakan tabloid baru. Konsumennya segmentatif, karena ada media Islam yang lain yang dianggap kurang memberikan aspirasi dari masarakat yang segmentatif ini. Media Islam lain tidak mengcounter permasalahn umat. Media lain menjual informasi tentang kemeriahan dakwah secara umum, diisi dengan keilmuan Islam secara konotatif. Kalau Suara Islam secara denotatif. Media lain eufisme terhadap fenomena yang terjadi. Suara Islam selalu aktual, selalu mengkritisi kebijakan yang tidak menguntungkan umat Islam. Suara Islam Memberikan informasi yang ballance yang media lain kurang ballance. Suara Islam ballance perspektif sebenarnya.
3. Pandangan informan terhadap MUI? MUI akan menjadi pedoman bagi umat. Keputusan MUI sudah final. 4. Sejauh mana informan mengetahui tentang isu suap sertifikasi MUI? Saya langsung tidak percaya.
5. Bagaimana menurut informan tentang teks berita SI? Hanya Suara Islam yang bela MUI secara telak. Harusnya media agamis menyunting dari Suara Islam.
6. Profil informan? H. Imam mawardi, lahir di blitar 1951. Usia 64 tahun. Bekerja di yayasan perguruan Islam Asy-syafiiyah 01 Jakarta.
Imam Mawardi
Wawancara Shodiq Ramadhan
1. Mas di awal wawancara mas mengatakan alumnus FE UIN Malang, Jurusannya apa? Manajemen 2. Saat ini mas menjabat sebagai sekretaris redaksi Suara Islam. Awal masuk langsung di tabloid Suara Islam jadi apa, reporter apa langsung sebagai sekretaris redaksi? Reporter, Jabatan sekretaris itu penunjukan direksi, bukan jabatan karier kewartawanan di SI. 3. Mas menceritakan waktu SMA dan kuliah pernah mengikuti lomba karya ilmiah, tulisannya tentang apa? Lomba karya tulis ilmiah saat SMA tenteng Narkoba. Waktu itu ikut ekstra kurukuler Karya Ilmiah Remaja (KIR). Dapat juara penulisan karya tulis ilmiah saat kuliah di UIN Malang. Dua kali, yang digelar oleh Kampus. Seingat saya dalam rangka peringatan Maulid Nabi dan Peringatan Tahun Baru Hijriyah. 4. Dalam menentukan list topik yang diangkat, siapa yang paling berwenang dalam menentukan berita yang diturunkan dalam rapat? Keputusan rapat, secara bersama-sama anggota redaksi. 5. Sewaktu bekerja di indosat sebagai apa? Dan kenapa pindah ke Jakarta? Saya pernah di bagian RA (Revenue Assurance). Ke Jakarta dalam rangka mengemban amanah baru dalam sebuah Ormas Islam. 6. Saat di Jakarta menjadi aktifis HTI, sering mengirim berita ke Suara Islam mengenai apa tulisan yang dikirim?
Awalnya Suara Islam krunya adalah orang2 HTI. Maka kegiatan2 HTI biasa saya laporkan juga ke SI. 7. Saat konferensi pers MUI membantah tuduhan majalah Tempo, adakah media lain yang meliput? Medianya cetak/elektronik? Nyaris semua media, baik cetak, televisi, online hadir. Termasuk Tempo.
8. Pada wawancara lalu mas mengatakan kalau Suara Islam kental dengan ideologi media, yakni berpihak kepada umat. Kita ketahui ormas Islam di Indonesia banyak ada NU, Muhamadiyah, Persis, FPI, FUI dll. Lantas umat mana yang dibela? Umat Islam secara keseluruhan, dimanapun berada. Mereka yang sedang terzalimi dan hak-hak mereka terampas. 9. Pembelaannya seperti apa? Karena SI adalah media, pembelaannya juga melalui media: pemberitaan dan penyebaran opini. 10. Mengapa Suara Islam membingkai kalau Tempo anti islam? Sejarah Tempo anti Islam sudah lama. Bahkan sejak media itu didirikan. Semangat mereka adalah Liberalisme. 11. Dan kenapa laporan Tempo tersebut dikatakan sebagai fitnah? Berita Tempo tidak sesuai fakta. 12. Kenapa tidak ada wawncara terhadap Tempo? Informasi yang diangkat SI soal Tempo sudah merujuk dari banyak sumber. Kesimpulan Tempo Anti Islam, juga bukan soal Sertifikan Halal MUI saja. Tetapi menyangkut kasus-kasus sebelumnya, seperti fitnah terhadap FPI dan fitnah terhadap Panglima Komando Laskar Islam (KLI) Munarman dalam Insiden Monas 2008 lalu. Artinya sudah terlalu jamak diketahui.
13. Pada artikel kedua teks terlihat lebih ringan, yakni lebih menggiring pembaca mengenai permasalahan yang sebenarnya. Kenapa hal itu dilakukan? Ya artinya pembaca juga harus mengerti duduk persoalannya. Sehingga menjadi clear. 14. Di artikel kedua pun Suara Islam menguitp wawancara dengan Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMM) Rachmat Hidayat. Tujuannya apa, dan kenapa yang dipilih GAPMMI? GAPMMI itu gabungan perusahaan makanan dan minuman. Nah selama ini perusahaan2 itulah yang mayoritas melakukan sertifikasi halal pada produknya. Oleh karena itu diperlukan pendapat obyektif dari mereka tentang LPPOM MUI dan juga proses sertifikasi halal.
Shodiq Ramadhan
DOKUMENTASI PRIBADI
Wawancara langsung dengan Shodiq Ramadhan selaku Sekretaris Redaksi Tabloid Suara Islam Senin, (14/7) di kantor tabloid Suara Islam, Kalibata, Jakarta Selatan.
Shodiq Ramadhan memperlihatkan Tabloid Suara Islam edisi 176 saat peneliti melakukan wawancara, Senin, (14/7) di kantor tabloid Suara Islam, Kalibata, Jakarta Selatan.
Peneliti mencatat pembicaraan dengan Shodiq Ramadhan selaku Sekretaris Redaksi Tabloid Suara Islam Senin, (14/7) di kantor tabloid Suara Islam, Kalibata, Jakarta Selatan.