DOA PASTI DIJAWAB TUHAN Berdasarkan Analisis Biblis Terhadap Matius 7:7-11 Yunus Selan, M.Th. Abstraksi: Memiliki pemahaman teologis yang benar tentang doa dan jawaban doa merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang Kristen. Tidak sedikit orang Kristen yang keliru memahami doa dan tentang jawaban doa. Berdasarkan kondisi dan kenyataan itu, maka perlu melihat dan membahas tentang doa dan bagaimana Tuhan memberikan jawabannya berdasarkan perspektif biblis yang terfokus pada teks Matius 7:7-11. Dalam pembahasan ini dibahas tiga poin tentang: (1) Perintah untuk berdoa, (2) Janji Tuhan dalam doa, dan (3) Analogi Jawaban Tuhan. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa Tuhan pasti menjawab doa setiap orang percaya. Kata Kunci: Doa, Berdoa, Alkitab, Tuhan, Jawaban A. Pendahuluan Topik ini sudah lama mengganggu pikiran saya. Oleh karena saya sudah sangat sering mendengar khotbah ataupun pengajaran beberapa pendeta atau hamba Tuhan yang menyatakan bahwa, “Ada tiga jawaban doa, yakni: ya, tunggu dulu, dan tidak”. Hal itu berarti tidak semua doa dijawab oleh Tuhan. Padahal dari Alkitab, kita belajar perihal pengabulan doa seperti yang dicatat dalam Matius 7:7-11. Bahkan dalam ayat 7 dikemukakan bahwa, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”. “Mencari dan mengetok adalah sebuah metafora untuk orang yang berdoa. Tiga kata imperatif dalam ayat 7 adalah present tense yang mengindikasikan sifat terus-menerus, kegigihan orang yang sedang berdoa. Seperti itu juga orang yang berdoa akan menemukan sebuah jawaban (bdk. perumpamaan dalam Luk. 11:5-8; 18:1-8).1 Itu artinya ayat ini hendak menegaskan dua hal, yakni: kegigihan orang Kristen dalam berdoa dan sekaligus kepastian bahwa doa orang Kristen pasti akan dijawab oleh Tuhan. Berdoa merupakan sebuah aktivitas yang menghubungkan diri kita dengan Tuhan, dan biasanya melalui perkataan – meskipun tidak selamanya demikian. Dalam Perjanjian Lama juga telah dijumpai percakapan antara Allah dengan manusia, seperti yang telah dilakukan oleh Abraham (Kej. 15:1-6) dan juga oleh Musa (Kel. 3:1-4; 33:11) bahkan juga para nabi juga telah melakukan hal tersebut. Doa dalam konteks PL mencakup permohonan, syafaat, pengakuan, dan juga pengucapan syukur. Bahkan juga telah ditentukan jam-jam atau hari-hari khusus untuk berdoa. Selanjutnya dalam PB khususnya dalam Kitab Injil menceritakan bahwa Yesus yang sering berdoa kepada Bapa-Nya. Yesus juga mengajarkan Doa Bapa Kami kepada muridmurid-Nya (Mat. 6:9-13; Luk. 11:2-4). Rasul Paulus dalam Roma 1:8 mengajarkan bagaimana
1
France 2007, 144.
doa kepada Allah dilakukan melalui Kristus. Itulah sebabnya setiap kali orang Kristen berdoa, sebelum mengucapkan kata “Amin”, sebaiknya mengucapkan frasa yang menegaskan bahwa doa tersebut dipanjatkan kepada Allah Bapa melalui Yesus Kristus. Konten doa dalam PB masih identik dengan doa dalam PL meskipun terdapat sedikit perbedaan, karena doa dalam PB mencakup pujian (Kis. 2:47), pengucapan syukur (1Kor.14:16-17), dan juga permohonan (Flp. 4:6). Menurut Browning, “Doa tidak dipandang sebagai memaksa Allah untuk bertindak, tetapi sebagai memohon agar jadilah kehendak Allah dan datanglah Kerajaan-Nya”.2 Meskipun dewasa ini, banyak orang Kristen ketika berdoa seolah-olah justru memaksa Tuhan untuk menuruti segala permintaannya. Doa pasti dijawab Tuhan merupakan pernyataan iman seorang Kristen dalam melihat atau menilai perihal pengabulan doa. Akan tetapi pernyataan ini juga sekaligus menegaskan sebuah kepastian jawaban doa. Namun, apakah benar bahwa Tuhan menjawab doa kita dengan tiga jawaban, yakni: iya, tunggu dulu dan tidak? Tentu kita akan coba untuk mencari tahu dalam beberapa perikop Alkitab yang mencatat tentang doa, seperti: Matius 7:7-11; dengan tanpa melupakan beberapa informasi penting dari 6:5-15 dan informasi yang lain dari Injil kanonik yang lain. B. Metode Penelitian Oleh karena pembahasan penelitian ini bersifat biblis, sehingga penulis menggunakan metode library research atau penelitian yang terpusat pada studi pustaka. Atau dengan kata lain lebih bersifat kualitatif. C. Pembahasan Matius 7:7-11 merupakan bagian dari khotbah Tuhan Yesus di bukit yang mengajarkan tentang bagaimana berdoa dan bagaimana Tuhan atau Bapa menjawab setiap doa orang Kristen. Perikop ini dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yakni: 1. Perintah untuk Berdoa (ay.7) Bagian ini ditandai dengan tiga kata perintah: Mintalah, Carilah, dan Ketoklah; di mana ketiga-tiganya menegaskan sebuah perintah untuk berdoa. “Mintalah, carilah, dan ketoklah (ay.7), yang artinya, dalam satu kata, ‘berdoalah; seringlah berdoa; berdoalah dengan tulus dan sungguh-sungguh; berdoa dan berdoalah terus; selalulah berdoa dan bertekunlah di dalamnya; buatlah doa sebagai suatu usaha dan bersungguh-sungguhlah dalam mengerjakannya”.3 Berdasarkan penjelasan di atas maka memberikan pemahaman kepada kita bahwa doa memiliki tempat yang urgen bahkan central dalam kehidupan setiap orang Kristen yang berdoa. Kata mintalah dalam teks Yunaninya menggunakan kata aiteite yang merupakan bentuk imperatif present aktif; orang kedua jamak dari kata aiteõ. Kata aiteõ berarti meminta, dengan sebuah tuntutan/permintaan pada penerimaan sebuah jawaban. Seperti yang juga tampak dalam 1 Yohanes 5:15, “Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-
2 3
Browning 2007, 83. Henry 2007, 297.
Nya”.4 Dari penjelasan di atas, memberikan pemahaman kepada kita bahwa dari kata aiteõ, kita dapat memahami bahwa ketika kita berdoa itu artinya kita sedang meminta; namun permintaan kita itu harus dipahami sebagai permintaan yang menuntut jawaban – bukan permintaan yang kosong. Melalui kata ini juga mengajarkan kepada kita supaya tidak menjadi peminta-minta kepada manusia apabila memerlukan sesuatu, akan tetapi Tuhan mengajarkan supaya kita memintanya kepada Bapa di Surga. “Mintalah, kemukakanlah segala kebutuhan dan bebanmu kepada Allah, dan serahkanlah dirimu kepada-Nya untuk mendapatkan kebutuhan dan persediaan hidupmu sesuai janji-Nya. Mintalah, seperti pelancong yang menanyakan arah jalan. Berdoa berarti meminta dari Allah (Yeh. 36:37).5 Morris memberikan komentar tentang kata ini, “Kata minta bersifat cukup umum, tetapi konteks ayat ini menjelaskan Yesus sedang berbicara tentang doa. Pemakaian ungkapan umum di sini menunjukkan Yesus tidak sedang memikirkan jenis doa tertentu. Yesus sedang berbicara tentang doa dan memberi tahu pendengarnya bahwa doa itu efektif: akan diberikan”.6 Apa yang dikemukakan oleh Henry dan Morris hendak menunjukkan bahwa doa orang Kristen adalah doa yang berkualitas. Atau doa yang pasti dijawab. Akan tetapi dijawab berdasarkan kehendak Si Penjawab (Tuhan). Kata carilah memiliki kaitan yang cukup erat dengan kata sebelumnya. Dalam kata Yunaninya menggunakan kata zēteite yang merupakan bentuk imperatif present aktif orang kedua jamak dari kata zēteõ, kata ini dalam konteks Matius 7:7 dapat diartikan usaha untuk menemukan sesuatu; mencari atau mencari-cari,.7 Henry mengatakan, “Carilah, seperti mencari benda berharga yang hilang, atau seperti pedagang yang mencari mutiara indah. Carilah melalui doa (Dan. 9:3)”. 8 Artinya, Tuhan juga ingin supaya setiap doa kita disertai dengan usaha dan kerja keras untuk menemukan jawaban. Kita juga harus mencari apa yang kita minta dalam doa dengan cara-cara yang benar yang telah ditentukan Allah – supaya kita tidak punya kesempatan untuk mencobai Tuhan. Sama seperti yang dituliskan dalam Lukas 13:7-8, ketika pengurus kebun anggur meminta agar diberikan waktu satu tahun lagi bagi pohon ara yang tidak berbuah, maka dia menambahkan, “aku akan mencangkul tanah sekelilingnya”. Selain mencari, kita juga diperintahkan untuk “ketoklah!” atau krouete yang adalah bentuk imperatif present aktif orang kedua jamak dari kata krouõ. Kata ini berarti mengetuk dalam hal ini mengetuk pintu. Selain tiga kata di atas, perlu juga melihat tiga kata lagi yakni: dothēsetai, heyrēsete, anoigēsetai. Ketiganya merupakan bentuk pasif, yang mengindikasikan bahwa divine passive, yang terpusat pada konsep bahwa setiap doa Tuhan bertanggung jawab untuk menjawab semuanya. Dan ketiga-tiganya dalam modus indikatif future yang menunjukkan sebuah kepastian akan dijawab. Tiga kali Dia berjanji bahwa Tuhan mendengarkan doa; kepada orang yang meminta, akan diberi; siapa yang mencari, mendapat; dan siapa yang mengetok, untuk dia pintu dibuka.
BDAG, 30. Henry 2007, 297. 6 Leon Morris, Tafsiran Pilihan Momentum:Injil Matius, (Surabaya: Momentum, 2016), hlm. 176. 7 BDAG, 428. 8 Henry 2007, 297. 4 5
Kalau Tuhan Yesus tiga kali mengajak dan tiga kali memberi janji, maka kita harus merasa malu, sebab seringkali kita masih malas dalam hal berdoa.9 Berdasarkan komentar de Heer di atas, maka sebenarnya tidak ada alasan bagi seorang Kristen untuk tidak berdoa. Oleh karena Tuhan sendiri telah berjanji akan menjawab setiap doa orang benar dan mengalami jawaban Tuhan. 2. Janji Tuhan dalam Doa (ay.8) Pada ayat ini, Tuhan Yesus kembali menegaskan sebuah janji kepada murid-murid-Nya tentang jawaban doa. Di mana Dia berkata, “Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan”. Pernyataan Tuhan Yesus tersebut meyakinkan mereka bahwa pasti doamu akan dijawab. Bahkan kalau dibaca dalam ayat ini ada dua kata, yakni: menerima dan mendapat; pada teks aslinya menggunakan present tense bukan future tense. Seolah-olah hendak menegaskan bahwa pada saat kita meminta sesuatu kepada Tuhan dalam doa, maka pada saat itu juga langsung menerimanya. Demikian juga halnya dengan ketika mencari – maka kita akan langsung mendapatnya. Apabila dua kata di atas dibuat dalam voice aktif, hal yang berbeda dijumpai pada kata yang ketiga yakni: akan dibukakan. Di mana Yesus menggunakan konstruksi kalimat pasif dan sekaligus menggunakan tense future. Apakah maksudnya? Calvin mengatakan dalam tafsirannya tentang ayat ini, Some think that this is a proverbial saying taken from common life: but I am more inclined to a different view. Christ presents the grace of his Father to those who pray. He tells us, that God is of himself prepared to listen to us, provided we pray to him, and that his riches are at our command, provided we ask them. These words imply, that those who are destitute of what is necessary, and yet do not resort to this remedy for their poverty, are justly punished for their slothfulness. It is certain, indeed, that often, when believers are asleep, God keeps watch over their salvation, and anticipates their wishes. Nothing could be more miserable for us than that, amidst our great indifference, or—I would rather say—amidst our great stupidity, God were to wait for our prayers, or that, amidst our great thoughtlessness, he were to take no notice of us. Nay more, it is only from himself that he is induced to bestow upon us faith, which goes before all prayers in order and in time. But as Christ here addresses disciples, he merely reminds us in what manner our heavenly Father is pleased to bestow upon us his gifts. Though he gives all things freely to us, yet, in order to exercise our faith, he commands us to pray, that he may grant to our requests those blessings which flow from his undeserved goodness. 10
Menurut Calvin, pada bagian ini Yesus sedang menyampaikan anugerah Allah Bapa bagi setiap orang yang berdoa. Yesus menekankan bahwa Allah bersedia mendengar untuk mendengarkan kita ketika kita mau terus berdoa kepada-Nya. Bahkan Morris berkomentar lebih tegas untuk ayat ini dengan berkata, “Pengulangan ini menekankan pastinya doa dikabulkan”.11 Maksudnya, dalam ayat 8 ini penulis mengulang satu per satu setiap kata dalam ayat 7, seperti:
bdk. de Heer 2003, 121. Jhon Calvin, Commentary on Matthew, Mark, and Luke Volume 1, (Grand Rapids, MI: Christian Classics Ethereal Library, 1999), hlm. 259. 11 Morris, hlm. 177. 9
10
meminta pasti menerima, mencari pasti mendapat, mengetok pasti akan dibukakan pintu; menunjukkan tentang kepastian jawaban doa yang pasti dari Tuhan. 3. Analogi Jawaban Tuhan (ay.9-11) Pada ayat 9-11 memberikan penegasan kepada kita tentang jawaban doa. Sama seperti yang telah dijelaskan pada pengantar di atas bahwa apakah benar pendapat orang Kristen selama ini yang menganggap ‘ada tiga jawaban doa’. Satu hal yang perlu digarisbawahi di sini adalah Bapamu yang di Surga…akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya. Apabila Bapa di Surga selalu memberikan yang terbaik, maka sekarang pertanyaannya kepada kita, “apakah semua yang kita minta dapat dijamin bahwa itulah yang terbaik bagi kita?” Tidak ada jaminan bahwa setiap permintaan kita pasti isinya yang baik atau bermanfaat bagi kita. Coba perhatikan cerita di bawah ini: Ada seorang anak kecil meminta pulpen kepada ayahnya untuk digunakan menulis di sebuah kertas. Padahal usianya masih 5 tahun. Akan tetapi ternyata sang ayah, malah memberi kepadanya sebuah pensil. Karena ayahnya berpikir, anaknya baru belajar untuk menulis, sehingga potensi untuk melakukan kesalahan dalam menulis sangat besar. Itulah sebabnya dia memberikan pensil kepada anaknya, supaya ketika salah maka mudah untuk dihapus. Tentunya, berbeda dengan pulpen yang cenderung sulit untuk dihapus. Sekarang pertanyaannya adalah, apakah sang ayah tidak menjawab permintaan anak itu?
Apabila kita membaca dalam ayat 9, maka di situ sebenarnya Yesus sedang menggunakan metode penalaran dari kecil hingga besar: jika seorang ayah duniawi pun bisa memberikan pemberian yang baik kepada anak-anaknya dan bukan pemberian yang buruk, betapa lebih lagi Allah Bapa yang di Surga. Dalam ayat 10, Yesus menggunakan ikan dan ular untuk menggantikan roti dan batu dalam ayat sebelumnya. Menurut France, “Ada ikan yang mirip ular, khususnya ikan mirip belut yang banyak ditemukan di Galilea”. Akan tetapi bagi Mounce, “Ada semacam ikan mirip belut tanpa sisik yang menurut Imamat 11:12 tidak boleh dimakan”. 12 Akan tetapi tidak ada yang dapat memastikan mana opsi yang benar di sini. Tetapi cukup menarik untuk melihat apa yang dikatakan Morris tentang bagian ini. Morris mengatakan, “Yesus di sini berbicara tentang hewan yang mirip ikan tetapi yang ternyata bukan ikan, yang mengejek orang yang kelaparan dan bukannya memuaskan rasa laparnya”.13 Sebenarnya pada bagian ini Yesus hendak menegaskan sebuah pelajaran penting tentang Tuhan (baca: Bapa) yang senantiasa memberikan yang terbaik kepada setiap anak-anak-Nya yang meminta kepada-Nya melalui doa yang benar, jelas dan tepat. Yesus memberikan analogi bahwa kita yang berdosa saja masih dapat memberikan yang terbaik atau yang paling baik bagi sesama kita. Terlebih lagi Allah Bapa yang di Surga pasti akan memberikan yang terbaik. Sehingga dapat dikatakan, apa yang diminta belum tentu yang terbaik, akan tetapi apa yang Tuhan berikan pasti itulah yang terbaik. Sama seperti anak kecil yang meminta pulpen, akan tetapi sang ayah justru memberinya pensil. Hal ini mengindikasikan bahwa apa yang kita minta dalam doa pastilah Tuhan menjawabnya. Akan tetapi jawaban doa dari Tuhan jauh lebih baik atau yang terbaik dari yang kita minta.
12 13
Morris, hlm. 178. Morris, hlm. 178.
D. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan panjang-lebar di atas maka tibalah saatnya untuk menyimpulkan dengan kembali bertanya: Apakah Tuhan pasti menjawab doa kita? 1. Tuhan pasti menjawab setiap doa yang didoakan kepada-Nya. Sehingga implikasinya bagi orang percaya adalah jangan jemu-jemu berdoa. Teruslah meminta, teruslah mengetok, dan teruslah mencari! 2. Hanya ada satu jawaban doa, yakni: Ya. Karena Tuhan pasti menjawab setiap doa kita. Bahkan setiap jawaban yang diberikan Tuhan adalah jawaban yang terbaik bahkan paling baik apabila dibanding dengan apa yang diminta dalam doa. 3. Tuhan pasti menjawab doa kita. Hanya saja, jawaban itu datang berdasarkan kehendak-Nya dan waktunya Tuhan. Nilailah setiap jawaban doa dari perspektifnya Tuhan bukan dari perspektif manusia.
E. Daftar Pustaka Bauer’s, Walter. A Greek-English Lexicon of The New Testament And Other Early Christian Literature (BDAG) Third Edition. Chicago: The University of Chicago Press, 2000. Diedit oleh: Frederick William Danker. France, R.T. The Tyndale New Testament Commentaries: Matthew. Surabaya: Momentum, 2007. Morris, Leon. The Gospel According To Matthew. Grand Rapids, Michigan: Eerdmans Publisher, 1992. Calvin, Jhon, Commentary on Matthew, Mark, and Luke Volume 1, (Grand Rapids, MI: Christian Classics Ethereal Library, 1999. Morris, Leon, Tafsiran Pilihan Momentum:Injil Matius, Surabaya: Momentum, 2016. Henry, Matthew, Tafsiran Injil Matius, Surabaya: Momentum, 2011.