Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Juni 2013 Vol. 2 No.1 Hal : 1-9 ISSN 2302-6308
Available online at: http://umbidharma.org/jipp
KARAKTERISASI AGRO-MORFOLOGI AKSESI JARAK PAGAR ASAL SETEK DI DATARAN RENDAH BANTEN (Agro-morphological Characterization of Accession Jatropha curca L Origin Cuttings Fence in Banten Low Plain)
Sahiral Yakub1*, Kartina AM1, Sulastri Isminingsih1 1Dosen
Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta Km 4 Pakupatan Serang Banten *Korespondensi:
[email protected]
Diterima: 22 November 2012 / Disetujui: 3 Maret 2013 ABSTRAK Penelitian bertujuan menyediakan data karakteristik agro-morfologi penting yang merupakan cerminan keragaman genetik sebagai bahan dasar populasi seleksi untuk digunakan dalam pemuliaan tanaman, antara lain deskripsi calon klon jarak pagar unggul, seleksi calon tetua, sertifikasi benih/bibit dan lainnya. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cadasari Desa Koranji Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang, Bahan genetik berupa aksesi yang diperoleh dari Balai Penelitian Aneka Tanaman, Pakuwon Sukabumi. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, perlakuan terdiri atas 21 aksesi dan diulang dua kali. Pengamatan dilakukan sejak penanaman sampai akhir fase vegetatif. Peubah yang diamati adalah karakter morfo-agronomis utama, yaitu lebar daun, panjang daun, jumlah daun, panjang tangkai daun, warna pucuk, warna tangkai daun, persentase tunas ketiak, jumlah tunas, tinggi tunas, tinggi tanaman, jumlah percabangan, umur mulai berbunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) karakter morfologi antar aksesi berbeda pada karakter jumlah daun, panjang daun, dan umur mulai berbunga, (b) aksesi yang berdaun sedikit adalah BT-1, BT-2, LP3, JT4, BT-3 dan LP-2 sedangkan aksesi berdaun banyak yaitu BNW-5, JT-2 dan JT-7, (c) aksesi berdaun pendek adalah BT-1, BT-2, LP3, JT-4, BT-3 dan LP-2 sedangkan aksesi berdaun panjang adalah JT-6. (d) Aksesi dengan umur mulai berbunga lambat (enam bulan setelah tanam) adalah BNW-5, JT-2 dan JT-7. Terjadi 7 kelompok kekerabatan dari seluruh aksesi yang diuji pada jarak taksonomi 17,79. Kata kunci: karakterisasi-agromorfoligi-jarak pagar unggul ABSTRACT The research was aimed to know the main agro-morphological characters of Jatropha curca L. as a basic material selection population used in plant breeding program, as well as for clone description, parent selection, seed certification, etc. The research was conducted at Cadasari field research station, Pandeglang, Banten province. The material of the research consist of 21 accessions came from Balai Panelitian Aneka Tanaman Pakuwon Sukabumi collection. The treatment was arranged by randomized compeletely block design in two replications. The characters observation focused on width, length, and number of leaf, length stalk, number of bud, length of bud, plant height, number of branch, age of plant to initially flowering. Result show that (a) the agro-morphological character was different inter
Vol. 2, 2013
Kerakterisasi Agro-Morfologi Aksesi Jarak Pagar
2
accession on number, length of leaf and age of plant to initially flowering. (b)the less leaf accession were BT-1, BT-1, LP-3, JT-4, BT-3, and LP-2. But the more leaf accession were BNW5, JT2 dan JT7. (c) the narrow leaf accession were BT-1, BT2, LP-3, JT-4, BT-3 dan LP-2. But the broad lef accession was JT-6. (d) the late initially flowering accession (over six months after planting date) were BNW-5, JT-2 dan JT-7.(d) accepted seven cluster taxonomy relationship at 17.79. Keywords: agromorphology, character, Jatropha curcas L. PENDAHULUAN Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) adalah salah satu dari 40 jenis komoditas pertanian potensial dan siap dikomersilkan sebagai bahan baku energi alternatif termasuk biodiesel. Saat ini pertanaman jarak pagar yang ada tercatat sekitar 5000 ha, tersebar di seluruh Indonesia dalam bentuk tanaman pagar. Sekalipun masyarakat petani di Indonesia sudah lama mengenal tanaman jarak pagar, namun pemanfaatannya baru sebatas pembatas lahan, pagar pekarangan rumah, atau sebagai obat luka, dan mereka belum tertarik untuk mengembangkannya karena tidak menunjang ekonomi keluarga. Adanya peluang pemanfaatan jarak pagar sebagai bahan baku bioenergi, disamping sebagai substitusi terhadap BBM, diharapkan menjadi sumber pendapatan petani di daerah sehingga petani akan termotivasi membudidayakannya. Pada tahun 2010 pemanfaatan biodiesel diharapkan dapat mensubstitusi 2% dari konsumsi solar nasional atau setara dengan 720 kiloliter (Puslitbangbun 2005), Menurut data Automotive Diesel Oil, konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia sejak tahun 1995 telah melebihi produksi dalam negeri dan diperkirakan cadangan minyak Indonesia akan habis dalam kurun waktu 10-15 tahun ke depan (Ditjen Perkebunan 2005). Untuk menjawab kelangkaan dan keterbatasan energi fosil, beberapa gerakan telah dicanangkan oleh pemerintah, antara lain penelitian dan pengembangan melalui pemanfaatan biodiesel.
Untuk mendukung program di atas, maka diperlukan persediaan benih/bibit unggul melalui seleksi. Proses seleksi akan berhasil secara efektif apabila tersedia sejumlah aksesi/plasma nutfah jarak pagar dengan keragaman genetik yang luas. Keragaman genetik merupakan modal dasar dalam mengembangkan dan memperbaiki tanaman, serta langkah awal dalam seleksi tanaman (Thormann dan Osborn 1992). Mengingat pentingnya peranan plasma nutfah dalam program pemuliaan, maka kegiatan yang berkaitan dengan karakterisasi dan evaluasi perlu terus ditingkatkan. Langkah ini berguna terutama untuk membedakan individu dalam spesies dan mengidentifikasi karakter ekonomis penting, seperti jumlah percabangan, jumlah dan bobot buah/biji, kegenjahan, bentuk dan ukuran buah, rendemen dan lain-lain. Perbedaan penampilan bisa disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan tumbuh atau interaksi keduanya. Saat ini jumlah aksesi plasma nutfah jarak pagar masih terbatas, beberapa masalah yang dihadapi dalam pengembangan jarak pagar, antara lain (a) pengelolaan dan teknik budidaya umumnya belum berkembang secara masal dan masih bersifat tradisional; (b) terbatasnya informasi jenis jarak pagar yang mempunyai sifat unggul dan produksi tinggi; (c) informasi mengenai evaluasi keragaman genetik plasma nutfah jarak pagar belum terdokumentasikan dengan baik, (d) sejauh ini masih terbatas pada sifat-sifat morfologis, dan (e) penelitian tentang plasma nutfah jarak pagar belum dilakukan secara komprehensif.
3
YAKUB ET AL.
Jarak pagar belum banyak dibudidayakan di Indonesia, karena potensi dan manfaatnya belum banyak diungkap, penelitian mengenai tanaman jarak pagar baik secara agronomi (fisiomorfologis) maupun secara molekuler belum banyak dilakukan secara mendalam. Beberapa negara yang telah mengembangkan dan memanfaatkan jarak pagar sebagai sumber energi antara lain India, Mali, Zimbabwe, Brasil, Nepal, Fiji, Jamaica, dan Nikaragua. Hasil-hasil penelitian diluar negeri tentang manfaat tanaman jarak pagar antara lain melaporkan bahwa minyak jarak pagar juga dapat digunakan untuk minyak pelumas, campuran dengan minyak sawit dalam pembuatan sabun berkualitas tinggi; industri insektisida, fungisida dan molluskasida (Jones and Miller 1992). Rangkuman hasil-hasil penelitian penggunaan minyak jarak pagar telah disusun oleh Gübitz et al (1999); minyak jarak pagar potensial untuk mengendalikan hama-hama Helicoverpa armigera pada kapas, Sesamia calamistis pada sorghum dan Sitophilus zeamays pada jagung. Sebagai molluskasida, ekstrak minyak jarak pagar cukup berhasil untuk mengendalikan keong mas (Pomacea sp.) dan siput penyebar penyakit Schistosomiasis (parasit darah) yang banyak menyerang manusia di daerah tropis dan sub-tropis. Sebagai obat, minyak jarak pagar dapat digunakan untuk obat sakit kulit dan untuk meredakan rasa sakit karena reumatik. Hingga saat ini, konservasi plasma nutfah jarak pagar baru dilakukan ditiga institusi dengan jumlah koleksi yang terbatas, masing-masing tiga provenan (populasi sumber) di CATIE, Costarica, 12 provenan di CNSF, Burkina Faso, dan 13 provenan di INDIA, Cape Verde. Konservasi dilakukan di lapangan sebagai tanaman pagar di negara asal dan daerah-daerah lain dan tidak diketahui seberapa bisa mempertahankan keragaman (diversitas) dengan cara tersebut. Konservasi in-situ jarak
JIPP pagar tampaknya belum dikembangkan, usaha pemuliaan sangat terbatas, sehingga tidak mengherankan jika spesies ini tergolong masih primitif dibandingkan dengan 77 spesies yang berada dalam genus Jatropha. Puslitbang Perkebunan telah ditugaskan untuk menyediakan benih unggul untuk mendukung pengembangan jarak pagar seluas 300 ribu hektar sampai tahun 2009 dan 2,4 juta hektar tahun 2025. Pemuliaan tanaman ini di Indonesia belum pernah dilakukan, selain deskripsi botani. Informasi dasar tentang jarak pagar sangat sulit diperoleh. Tingkat produktivitas yang dilaporkan di luar negeri sangat bervariasi; Matsumo et al. (1985) melaporkan hasil jarak pagar di Paraguay 3–4 ton/ha pada umur 7–9 tahun, di Nicaragua dan di Mali berturut-turut 5,0 dan 2,8 ton/ha (Henning 2000); sedangkan di Thailand 2,15 ton/ha (Ishii and Takeuchi 1987). Penelitian ini bertujuan (a) mendapatkan informasi mengenai karakter agronomis penting dari sejumlah aksesi jarak pagar yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia di dataran rendah provinsi Banten, (b) mempelajari keragaman morfologi dan kekerabatan sejumlah aksesi jarak pagar yang diuji. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cadasari, di desa Koranji kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang. Ketinggian tempat penelitian berada pada sekitar 100 m dari permukaan laut, jenis tanah Latosol, kesuburan tanah cukup baik, pH tanah agak masam (pH 5.7- 6.5), kemiringan bervariasi antara 8 – 18% memanjang ke arah Timur. Curah hujan rata-rata 3.814 mm per tahun dan mempunyai jumlah hari hujan 117 hari. Berdasarkan rata-rata curah hujan per tahun Kabupaten Pandeglang menurut klasifikasi Koppen termasuk ke dalam iklim Af (iklim hujan tropis) sedangkan berda-
Vol. 2, 2013
Kerakterisasi Agro-Morfologi Aksesi Jarak Pagar
sarkan zona agroklimat Oldeman termasuk dalam zona A1, dengan kisaran temperatur antara 22,5-27,9°C. Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2007, proses pembibitan di polibag berlangsung selama 2 bulan kemudian untuk pertumbuhan selanjutnya bibit jarak pagar asal setek tersebut dipindah ke lapangan berakhir bulan Januari 2008. Bahan tanam berupa setek batang dari sejumlah aksesi jarak pagar yang diperoleh dari Puslitbangbun, Balai Penelitian Aneka Tanaman Pakuwon, Sukabumi Jawa Barat dan Kolektor aksesi jarak pagar di Provinsi Banten terdiri dari 21 aksesi jarak pagar lokal, alat pengolahan tanah (cangkul, traktor), plastik polibag, Rootone F, pupuk kandang, Urea, KCl, TSP, pestisida, timbangan, mistar, tali, sprayer. Dalam penelitian ini digunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) berbasis baris karena ketersediaan bahan tanam terbatas, yang terdiri dari 21 perlakuan aksesi jarak pagar lokal, setiap perlakuan diulang 2 kali. Pada lahan yang telah disiapkan, dibuat barisan tanaman dengan jarak antar barisan 2 m dan jarak tanam dalam barisan 2 m. setiap baris terdiri dari 5 tanaman. Jadi jumlah bibit yang diperlukan adalah 21 x 5 x 2 = 210 bibit. Tanaman jarak pagar asal setek berupa bibit polibag berumur 2 bulan ditanam dengan ukuran lubang tanam 30 cm x 30 cm x 30 cm, yang telah disiapkan minimal 2 minggu sebelum tanam, media tanah dicampur dengan pupuk kandang 1:1. Pemeliharan dilakukan secara optimal dan seragam, berupa penyiangan gulma, penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida. Variabel yang diamati antara lain lebar daun, panjang daun, jumlah daun, panjang tangkai daun, warna pucuk, warna tangkai daun, persentase tunas ketiak, jumlah tunas, tinggi tunas, jumlah percabangan, jumlah buah, bobot buah,
4
jumlah biji dalam buah, bobot 100 biji, umur mulai berbunga. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis sidik ragam, bagi yang menunjukkan signifikansi dilakukan uji kluster pada taraf nyata 0.05. Kekerabatan secara fenotipik dapat digambarkan dalam bentuk dendogram.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini didasarkan pada data yang diperoleh pada akhir fase pertumbuhan vegetatif. Pada pengamatan akhir fase vegetatif ini secara visual tanaman jarak sudah memperlihatkan adanya variasi penampilan morfologi, antara lain mulai awal berbunga menunjukkan perbedaan yang jelas. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa antar aksesi mempunyai karakter yang berbeda pada karakter jumlah daun, panjang daun dan umur mulai berbunga sedangkan karakter lain tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Berdasarkan hasil uji Tukey pada Tabel 2 dan Tabel 3, aksesi JT-1 dan JT-5 menunjukkan jumlah daun terbanyak, sedangkan aksesi LP-2 memiliki jumlah daun paling sedikit. Pada karakter panjang daun, aksesi JT6 memiliki panjang daun terpanjang sedangkan BT-3 memiliki panjang daun terpendek. Pada karakter umur mulai berbunga, aksesi BT-2 paling cepat berbunga yaitu pada umur 42 hari setelah tanam sedangkan aksesi JT-2 baru berbunga pada umur 190 hari. Hasil analisis klaster atau dendogram terlihat bahwa pada jarak taksonomi 17,79 terbagi menjadi tujuh klaster. Hasil analisis gerombol, menunjukkan bahwa jumlah daun terdiri atas tiga kelompok yaitu kelompok aksesi berdaun sedikit pada klaster 5 dengan anggota adalah aksesi BT-1, BT-2, LP-3, JT-4, BT-3 dan LP-2; kelompok berdaun banyak pada klaster 1 yaitu aksesi BNW-5, JT-2 dan JT-7; sedangkan aksesi lainnya memiliki jumlah daun sedang.
5
YAKUB ET AL.
JIPP
Karakter lebar daun dan panjang tangkai daun tidak berbeda nyata yang berarti bahwa keragaman pada karakter ini sangat sempit atau dapat juga dikatakan bahwa semua aksesi yang diamati memiliki kehomogenan pada kedua karakter tersebut, sehingga karakter lebar dan panjang tangkai daun belum dapat dijadikan suatu ciri morfologi.
Berdasarkan panjang daun dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu aksesi berdaun pendek pada klaster 5 dengan anggota aksesi BT-1, BT-2, LP3, JT-4, BT-3 dan LP-2; kelompok daun panjang pada cluster 2 yaitu JT-6; dan kelompok dengan panjang daun sedang.
Tabel 1 Nomor dan asal 21 aksesi tanaman jarak pagi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aksesi BNW-5 JT-2 JT-7 JT-6 JT-3 JB-3 JB-5 JB-4 JB-2 JB-1
Asal daerah Banyuwangi Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat
No 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Aksesi LP-1 BT-1 BT-2 LP-3 JT-4 BT-3 LP-2 LP-4 JT-1 JT-5 NTB
Asal daerah Lampung Banten Banten Lampung Jawa Timur Banten Lampung Lampung Jawa Timur Jawa Timur Nusa Tenggara Barat
Sumber: BP Aneka Tanaman Pakuwon Puslibangbun, 2007
Tabel 2 Jumlah, lebar, panjang daun, dan panjang tangkai daun pada 21 nomor aksesi jarak pagar (Jatropha curcas) Nomor aksesi BNW-5 JT-2 JT-7 JT-6 JT-3 JB-3 JB-5 JB-4 JB-2 JB-1 LP-1 BT-1 BT-2 LP-3 JT-4 BT-3 LP-2 LP-4 JT-1 JT-5 NTB
Nomor cluster 1 1 1 2 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7
Jumlah daun (helai) 35,40 ab 34,00 ab 37,90 ab 31,45 ab 30,40 ab 29,50 ab 32,70 ab 28,13 ab 38,00 ab 30,20 ab 29,65 ab 33,90 ab 31,20 ab 32,80 ab 40,00 a 28,10 ab 27,50 b 38,20 ab 40,30 a 31,25 ab 35,25 ab
Lebar daun (cm) ns 18,77 19,20 19,35 18,52 19,27 19,25 18,87 18,23 15,38 16,58 17,04 16,95 15,89 17,28 17,35 16,35 16,65 18,05 19,10 17,20 18,20
Panjang daun (cm) 16,06 ab 17,78 a 16,57 ab 15,27 ab 17,05 ab 16,61 ab 16,90 ab 15,31 ab 16,40 ab 14,73 ab 15,80 ab 16,32 ab 15,36 ab 15,32 ab 17,11 ab 14,50 b 15,11 ab 15,69 ab 16,50 ab 15,38 ab 16,09 ab
Panjang tangkai daun (cm) ns 19,79 18,63 18,39 15,66 19,60 17,81 18,23 18,75 19,26 18,50 19,25 16,88 16,55 18,05 17,60 16,34 17,69 18,93 19,90 17,34 19,91
Keterangan: angka dalam satu kolom yang ditandai oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5% menurut uji Tukey.
Vol. 2, 2013
Kerakterisasi Agro-Morfologi Aksesi Jarak Pagar
Ditinjau dari hasil analisis gerombol, jumlah daun sedikit dan panjang daun pendek merupakan dua ciri spesifik yang dimiliki sekaligus oleh kelompok aksesi BT-1, BT-2, LP-3, JT-4, BT-3 dan LP-2. Jika melihat kondisi tanaman di lapangan, struktur morfologi aksesi tersebut lebih ramping dibandingkan yang lain karena jumlah daun sedikit dan ukuran daun yang pendek menyebabkan struktur tajuk nampak tegak tidak rebah dan rimbun. Umur mulai berbunga pada semua aksesi yang diamati terdiri atas tiga kelompok, aksesi dengan umur mulai berbunga lambat pada klaster 1 yaitu BNW-5, JT-2 dan JT-7 yang mulai berbunga enam bulan setelah tanam; kelompok tanaman dengan umur mulai berbunga cepat yaitu klaster 5 dengan anggota aksesi BT-1, BT-2, LP-3, JT-4, BT-3 dan LP-2 yang mulai berbunga sejak 2 bulan setelah tanam; serta kelompok aksesi dengan umur mulai berbunga rata-rata/sedang yaitu sekitar 3-4 bulan setelah tanam. Karakter umur berbunga adalah karakter yang mencirikan kegenjahan tanaman, artinya tanaman jarak dengan umur genjah akan lebih cepat menghasilkan produksi berupa biji jarak. Dari kelima anggota kelompok aksesi yang berbunga cepat, empat diantaranya berasal dari lokasi yang dekat yaitu LP-2 dan LP-3 yang berasal dari Lampung serta BT-1 dan BT-2 yang sudah spesifik lokasi karena berasal dari Banten. Jika dihubungkan antara karakter jumlah daun sedikit dengan umur mulai berbunga yang cepat terdapat suatu korelasi. Hal ini terjadi karena dengan jumlah daun sedikit, fase pertumbuhan vegetatif tanaman akan dipersingkat sehingga tanaman dapat lebih awal memulai fase generatifnya yang ditandai dengan munculnya bunga. Pengamatan warna pucuk, warna tangkai daun dan jumlah tunas merupakan pengamatan kualitatif yang tidak dianalisis statistik, namun dikelompokkan karena menunjukkan batas yang
6
jelas. Pada warna tunas dan daun muda yang terletak diujung batang, pada aksesi yang berasal dari wilayah timur yaitu Banyuwangi dan Jawa Timur lebih bervariasi dibandingkan dengan aksesi yang ber-asal dari wilayah barat. Pada Tabel 4 aksesi Banyuwangi, Jawa Timur dan NTB menunjukkan warna pucuk hijau, hijau kuning, hijau ungu, dan ungu sedangkan warna pucuk aksesi dari lampung, Jawa Barat dan Banten hanya tiga kisaran warna yaitu hijau kuning, hijau ungu, dan ungu. Keragaman warna pucuk yang lebih luas pada aksesi yang berasal dari wilayah timur dapat dikarenakan pengaruh lingkungan Karakter warna tangkai daun dan jumlah tunas ketiak secara umum tidak terlalu beragam dan hanya mengelompok menjadi dua saja, yaitu untuk warna tangkai daun adalah hijau dan hijau ungu sedangkan jumlah tunas ketiak menunjukkan aksesi yang memiliki tunas ketiak banyak dan sedikit. Aksesi yang berasal dari lokasi timur secara umum memiliki tunas ketiak banyak, hanya aksesi NTB yang memiliki tunas ketiak sedikit. Aksesi Lampung, Jawa Barat dan Banten pada umumnya memiliki jumlah tunas ketiak sedikit. Dari semua karakter agro-morfologi yang terukur kuantitatif sampai akhir fase vegetatif, terdapat keragaman pada jumlah daun, panjang daun, dan umur mulai berbunga sedangkan secara kualitatif warna pucuk yang lebih beragam namun pada karakter warna tangkai daun dan jumlah tunas kurang ada variasi. Seleksi jarak pagar akan memanfaatkan informasi keragaman agro-morfologi, namun harus pada fase vegetatif dan generatif sampai akhir pematangan fisiologis sesuai dengan kurva pertumbuhan tanaman. Selama daur hidup tanaman, terdapat fase vegetatif yang linier dan waktunya paling lama dibandingkan fase generatif yang dipercepat dan periode stagnan untuk fase pematangan, sehingga ciri morfologi tanaman dapat terwakili secara utuh.
7
YAKUB ET AL.
JIPP
Tabel 3 Jumlah tunas, tinggi tunas minggu ke-1, kecepatan tumbuh tunas, tinggi tanaman, umur mulai berbunga pada 21 nomor aksesi jarak Nomor aksesi
BNW-5 JT-2 JT-7 JT-6 JT-3 JB-3 JB-5 JB-4 JB-2 JB-1 LP-1 BT-1 BT-2 LP-3 JT-4 BT-3 LP-2 LP-4 JT-1
Nomor Klaster 1 1 1 2 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7
Jumlah tunas
Tinggi tunas mg-1
Kecepatan tumbuh tunas
Tinggi Tanaman
Umur mulai berbunga
4,60 ns 4,5 5,4 4,7 5 4,7 3,8 4,3 6,35 3,9 4,3 4,8 5 4,9 5,6 4,8 4,4 5,3 5,5
2,62 ns 2,58 4,5 4,34 5,14 4,62 5,08 1,64 3,04 3,62 2,72 4,52 2,16 6,61 3,69 4,13 4,15 9,67 3,22
2,87 ns 3,01 2,37 1,99 2,27 2,13 2,58 2,33 2,28 3,12 2,16 3,08 2,83 2,2 2,95 2,24 2,46 3,24 2,24
122,17 ns 106,5 116 117,5 116,33 122,17 125,83 116,67 119,67 113,17 96,5 131 112,5 112,33 122 107,33 92,83 125,5 111,5
185a 42b 106cd 76e 142g 106cd 190a 62h 77efi 42b 76efi 101d 76e 140j 69k 62h 69fk 145gij 69k
Keterangan: Angka dalam satu kolom yang ditandai oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5% menurut uji Tukey
Tabel 4 Warna pucuk, warna tangkai daun, dan jumlah tunas ketiak pada 21 nomor aksesi jarak Nomor aksesi
Nomor klaster
Warna pucuk
BNW-5 JT-2 JT-7 JT-6 JT-3 JB-3 JB-5 JB-4 JB-2 JB-1 LP-1 BT-1 BT-2 LP-3 JT-4 BT-3 LP-2 LP-4 JT-1 JT-5 NTB
1 1 1 2 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7
Hijau Hijau hijau kuning hijau ungu Ungu Ungu hijau ungu Hijau Hijau hijau ungu Hijau kuning hijau kuning hijau kuning hijau kuning hijau kuning Ungu Ungu Hijau kuning hijau ungu Ungu Ungu
Warna tangkai daun hijau hijau hijau hijau ungu hijau hijau hijau ungu hijau hijau ungu hijau ungu hijau hijau hijau hijau hijau ungu hijau ungu hijau hijau ungu hijau ungu hijau ungu
Keterangan: Sedikit < 45%; sedang 45%-75%; banyak > 75%
Jumlah tunas ketiak banyak banyak sedang banyak banyak sedikit sedikit sedikit sedikit sedang sedang sedang sedang sedikit sedang sedikit sedikit sedikit banyak banyak Sedikit
Vol. 2, 2013
Kerakterisasi Agro-Morfologi Aksesi Jarak Pagar
8
Distance 102.56
68.37
34.19
0.00 1
7
12
3
14
4
6
18
2
9
19
15
5
20
21
8
13
16
10
11
17
Observations
Gambar 1 Dendogram hasil analisis gerombol. Dendogram dipotong pada jarak 17.79 Cluster centroid Variable LD (cm) PD (cm) PTD (cm) JTT TT (cm) JC (buah KTT (cm/ UMB (hst Tinggi t Jum Daun
Cluster1 1.0816 0.5074 0.5723 -0.7505 -0.0464 0.4390 0.8111 1.4734 1.2341 0.2179
Cluster2 0.6016 2.0919 -2.1233 -0.5797 -0.9122 -0.0470 1.2506 -1.2510 -0.9331 0.2179
Cluster3 0.9166 -0.0595 0.2933 0.1459 0.5010 0.9792 -0.9577 0.2669 0.2142 -0.0559
Variable LD (cm) PD (cm) PTD (cm) JTT TT (cm) JC (buah KTT (cm/ UMB (hst Tinggi t Jum Daun
Cluster6 0.2716 0.7923 0.3968 1.6684 -0.4851 -0.4134 -0.1205 -0.5582 0.2933 1.5858
Cluster7 0.3398 -0.3552 1.3731 0.7862 3.1986 2.0839 1.8570 1.1543 1.1430 1.2753
Keterangan: LD = Lebar daun PD = Panjang Daun PTD = Panjang Tangkai daun JTT = Jumlah Tunas Ketiak TT = Tinggi Tunas JC = Jumlah cabang KTT = Kecepatan Tumbuh Tunas UMB = Umur Mulai berbunga Tt = Tinggi tanaman JD = Jumlah Daun
Berdasar hasil penelitian, observasi pada klon (ekotipe) jarak pagar yang telah dikumpulkan memperlihatkan adanya variasi pada bentuk dan warna daun, kulit batang, warna tangkai daun, bentuk dan ukuran kapsul, jumlah kapsul/ tandan, keserempakan pemasakan kapsul dan jumlah biji per kapsul, berat kapsul, jumlah dan berat biji per tanaman (Hasnam dan S. Hartati, 2006). Dari keterangan tersebut, variasi
Cluster4 -1.1876 0.2107 0.6272 0.1488 0.3575 -0.7872 -0.3842 0.2124 -0.0167 -0.2101
Cluster5 -0.8508 -1.0050 -0.8687 -0.6651 -0.6281 -0.6115 -0.0326 -0.7256 -0.9331 -1.0084
bentuk daun pada penelitian ini juga terjawab dengan adanya variasi yang berbeda nyata pada panjang daun dan didukung juga oleh variasi yang nyata pada jumlah daun, namun untuk karakter buah dan biji belum dapat ditentukan keragamannya karena belum sampai akhir penelitian ini belum berbuah.
9
1)
2)
3)
4)
5)
YAKUB ET AL. KESIMPULAN Karakter morfologi antar aksesi berbeda pada karakter jumlah daun, panjang daun dan umur mulai berbunga. Aksesi yang berdaun sedikit adalah nomor BT-1, BT-2, LP-3, JT-4, BT-3 dan LP-2 sedangkan aksesi berdaun banyak yaitu BNW-5, JT-2 dan JT-7. Aksesi berdaun pendek adalah BT1, BT-2, LP-3, JT-4, BT-3 dan LP-2 dan aksesi berdaun panjang adalah JT-6. Aksesi dengan umur mulai berbunga lambat adalah BNW-5, JT-2 dan JT-7 yang mulai berbunga enam bulan setelah tanam dan aksesi dengan umur mulai berbunga cepat adalah BT-1, BT-2, LP-3, JT4, BT-3 dan LP-2. Pada jarak taksonomi 17,79 terbagi menjadi tujuh klaster.yang memiliki tingkat kekerabatan. SARAN
Penelitian perlu dilanjutkan ke fase reproduktif untuk mengetahui produktivitas per tanaman dan keragaman karakter hasil dan komponen hasil aksesi jarak pagar di dataran rendah Banten. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kapada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) melalui DP2M yang telah mendanai penelitian ini dalam skim dana hibah penelitian fundamental, pimpinan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Univesitas Sultan Ageng Tirtayasa dan staf, serta semua pihak yang telah membantu baik di lapangan maupun di laboratorium mulai dari persiapan, pelakasanaan, pengolahan data sampai penulisan laporan laporan penelitian ini.
JIPP DAFTAR PUSTAKA Dirjenbun dan Rekayasa Industri (Enginering and Consultation). 2005. Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) sebagai Bahan Baku Energi Baru Terbarukan (Biodiesel). Jakarta. Deptan. Gübitz GM, M Mittelbach and M Trabi. 1999. “Exploitation of The Tropical Oil Seed Plant Jatropha curcas L.” Bioresource Technology 67: 73 – 82. Hasnam Rr dan S Hartati. 2006. “Penyediaan Benih Unggul Harapan Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Lokakarya Status Teknologi Budidaya Jarak Pagar”, Jakarta 11 – 12 April 2006 Puslitbangbun. Ishii Y and R Takeuchi. 1987. “Transesterified Curcas Oil Blends for Farm Diesel Engines”. Trans. Am. Soc. Agric. Eng. 30 (3): 605 – 609. Jones, Norman and JH Miller. 1992. Jatropha curcas A Multipurpose Spesies for Problematic Sites. The World Bank. Asia Technical Department. Agriculture Division. 11 p. Makkar HPS, K Becker, F Sporer and M Wink. 1997. “Studies on Nutritive Potential and Toxic Constituents of Different Provenances of Jatropha curcas L.”. J. Agric. Food Chem. 45: 3152-3157. Puslitbangbun. 2005. Panduan Umum: Perbenihan Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Jakarta. Departemen Pertanian. Puslitbangbun. 2005. Petunjuk Teknis: Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Jakarta. Departemen Pertanian. Soerawidjaja T. 2004. “Peran Strategis Bahan Bakar Cair Hayati Bagi Indonesia”. Bandung. Pusat Penelitian Material dan Energi ITB (Tidak dipublikasikan).