DINAMIKA PENGELOLAAN DAN PERTUMBUHAN USAHA KECIL PABRIK KERUPUK SINGKONG “MANDIRI” DI DESA METES BLOTONGAN SALATIGA Oleh: Samtono dan Bambang Guritno2 1
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan sikap dan perilaku usaha industri kecil serta model pengelolaan pengembangan industri dan untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses produksi; serta untuk mendiskripsikan strategi pemasaran hasil produksi kerupuk singkong. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif jenis penomenologis, dan teknik pengambilan sampel/nara sumber dengan teknik Purposive sampling. Nara sumber sebanyak 16 orang. Model Analisis data menggunakan model Millesn and Humberman. Hasil penelitian yang didapat adalah sebagai berikut: Pertama, sesuai dengan UU RI, No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. Perusahaan pabrik kerupuk singkong mandiri termasuk kategori perusahaan kecil. Kedua, model pengelolaan perusahaan masih dominan dengan model manajemen konvensional atau tradisional. Ketiga, Manajemen Produksi perusahaan lebih dominan dengan menggunakan cara kerja borongan dinilai lebih ekonomis dan effisien. Alat-alat produksi masih mennggunakan alat-alat semi modern artinya semua masih dengan tenaga manusia dan sebagian dengan tenaga mesin. Masalah yang masih belum terselesaikan adalah masalah stok bahan baku sigkong yang segar dan sehat. Keempat, strategi pemasranan yang digunakan dan dikembangkan oleh perusahaan kerupuk singkong mandiri dengan strategi ekspansi dan strategi stabilitas, artinya perusahaan selalu berusaha mencari peluang pasar baru dan atau konsumen baru dengan mempertimbangkan kondisi perusahaan yang ada saat ini. Kata kunci: Usaha Mikro, Kecil, Menengah. 1
Staf Pengajar Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Indonesia (STIEPARI) Semarang 2 Staf Pengajar Program Studi Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Indonesia (STIEPARI) Semarang ABSTRACT This study aims to determine and describe the attitudes and behaviors of small industry business and management models of industrial development and to identify and describe the production process; as well as to describe marketing strategies yield cassava crackers. This study used a qualitative descriptive approach penomenologis types and techniques of sampling / resource with a purposive sampling techniques. Resource persons as many as 16 people. Model
1
Analysis of the data using a model Millesn and Humberman. The research results obtained are as follows: First, in accordance with Law Decree, 20 Year 2008 on SMEs. Company plant cassava crackers independent small company category. Second, the company management model is still dominant with conventional or traditional management model. Third, the more dominant Production Management company by using the workings of wholesale considered more economical and efficient. The means of production are still mennggunakan semi modern equipment means all still with human power and partly with engine power. The problem that remains unresolved is the problem of raw material supply sigkong fresh and healthy. Fourth, the strategy pemasranan used and developed by the company independently with cassava crackers expansion strategy and strategic stability, meaning that the company is always trying to find new market opportunities and new consumer or by considering the condition of companies that exist today. Keywords: Micro, Small and Medium Enterprises. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, ( UMKM ) mempunyai peranan stategis dalam pembangunan ekonomi nasional. UMKM berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Selain itu juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Keberadaan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, bukan hanya tempat penampungan sementara bagi para pekerja yang belum masuk ke sektor formal, tetapi sebagian besar berlokasi di pedesaan. Kejadian krisis ekonomi pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2002 yang lampau, kiranya tidak berlebihan apa bila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UMKM, atau KUR ( Kredit Usaha Rakyat). Sulistyastuti ( 2004 ) menyebutkan ada empat alasan yang menjelaskan posisi strategis UMKM di Indonesia. Pertama, UMKM tidak memerlukan modal yang besar sebagaimana perusahaan besar sehingga pembentukan perusahaan ini relatif mudah tidak sesulit usaha besar. Kedua, tenaga kerja yang diperlukan tidak menuntut pendidikan formal tertentu. Ketiga, sebagian besar berlokasi dipedesaan dan tidak memerlukan infrastruktur sebagaimana perusahaan besar. Keempat, UMKM terbukti memiliki ketahanan yang kuat ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi. Kementrian Pemerintah mulai melirik industri kreatif sebagai alternatif roda penggerak ekonomi yang akan terus berputar, industri kreatif meliputi sub sektor yaitu industri makanan ringan, makanan kecil kas daerah, industri kerupuk baik yang dari bahan baku tepung terigu, tepung tapioka, singkong, udang, maupun dari beras dan umbi-umbian, adapun khusus di Salatiga sudah relatif banyak produkproduk kas daerah seperti enting-enting gepuk, gethuk ketela pohon ( singkong ), gula kacang , abon, dhendheng, dan jenis lainnya yang relatif mewarnai kekhasan dari Salatiga. Adapun sub sektor yang lain seperti: periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan desain, busana, video film, dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukkan, percetakan dan penerbitan, layanan komputer
2
dan piranti lunak serta riset dengan pengembangannya. Pemerintah Indonesiapun mulai melihat bahwa berbagai subsektor dalam industri kreatif berpotensi untuk dikembangkan karena bangsa Indonesia mempunyai sumber daya insani kreatif dan warisan budaya yang kaya. Selain itu industri kreatif juga dapat memberikan kontribusi diberbagai aspek kehidupan. Kementrian Perdagangan (2008) menyebutkan industri kreatif bagian tak terpisahkan dari ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif dapat dikatakan sebagai transaksi penawaran dan yang bersumber dari pada kegiatan ekonomi yang digerakan oleh sektor industri yang disebut industri kreatif. Industri kreatif perlu dikembangkan di Indonesia karena memiliki peranan penting dalam pengembangan ekonomi negara dan daerah ( Departemen Perdagangan) Pertama, sektor industri kreatif memberikan kontribusi ekonomi yang positif dan signifikan seperti peningkatan lapangan pekerjaan, peningkatan ekspor, dan sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi. Kedua menciptakan iklim ekonomi bisnis kreatif dan positif yang berdampak pada sektor riil. Ketiga Membangun citra dan identitas bangsa seperti taurisme, ikon nasional, membangun budaya, warisan budaya, dan nilai lokal. Keempat berbasis pada Sumber Daya yang terbarukan seperti ilmu pengetahuan dan peningkatan kreatifitas. Kelima, menciptakan inovasi dan kreatifitas yang merupakan keunggulan suatu bangsa. Keenam, dapat memberikan dampak sosial yang positif seperti peningkatan kualitas hidup dan toleransi sosial. Kota Salatiga merupakan bagian dari kota di Jawa Tengah memiliki budaya lokal yang berpotensi bagus untuk dikembangan seperti dikotakota di Jawa Tengah lainnya , contoh seperti Kota Solo, Kota Pekalongan, Kota Semarang, Kota Kudus dan sebagainya yang sudah memiliki Brand Images sendiri tentang produk-produk daerah yang khas sampai menjadi komoditi ekpor. Disalatiga sebenarnya sudah mengejar seperti kota-kota lain di Jawa Tengah namun varians-nya yang juga perlu dikembangan. Mengingat Kota Salatiga sudah memiliki Peraturan Daerah Nomor : 10 Tahun 1993 dan Peraturan Daerah Nomor: 5 Tahun 1996. yang di dalamnya memuat Salatiga sebagai Kota Pendidikan, Kota Olah Raga, dan sebagai Kota Transit yang disebut sebagai “ TRI FUNGSI KOTA SALATIGA”. Disamping itu Salatiga juga sudah memiliki produk-produk unggulan seperti Abon sapi, Dhendheng, Enting-enting, Gula kacang, Bandeng asap, dan sebagainya, yang sudah mencapai pasaran seluruh nusantara, bahkan seperti Abon sapi dan dhendheng sapi sudah menjadi produk unggulan khas daerah dan menjadi komoditi eksport. Namun produk-produk industri kreatif seperti Kerupuk Tapioka, Kerupuk Dele, Kerupuk Singkong, Krupuk Ubi-ubian, Kerupuk Udang, belum mendapat pasaran dan sambutan masyarakat itu sendiri seperti produk-produk unggulan tersebut diatas khususnya masyarakat di Kota Salatiga dan sekitarnya. Maka dipandang perlu dikaji mengapa belum bisa mencapai kualitas produk seperti yang sudah ada. KAJIAN TEORI A. Dasar Legalitas UMKM di Indonesia. 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil,dan Menegah.
3
2. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 41 Tahun 2008, Tentang Kegiatan Pelatihan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, di Daerah Jawa Tengah. 3. Peraturan Daerah Kota Salatiga, Nomor : 10 Tahun 1993; Dan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor: 5 Tahun 1996, Tentang Tri Fungsi Kota Salatiga. 4. Undang Undang RI Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. 5. Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menegah Republik Indonesia Nomor : 20/Per/M.KUKM/XI/2008 B. Teori Sikap dan Perilaku Pengelola UMKM. Teori sikap dan perilaku yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen’s dalam Azwar (2007) teori yang terkenal dengan judul “Theory of Reasoned Action” dan sudah dimodifikasi oleh Malhotra dan Galleta. Mengembangkan model sikap dan perilaku seseorang baik secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok pada suatu organisasi seperti gambar model sebagai berikut: Diagram, Model Sikap dan Perilkau, Fiesbein dan Ajzen’s Yang dimodifikasi oleh Malhotra dan Galleta. Azas manfaat Sikap Azas Kemudahan
Niat Perilaku
Psyhological Attachment
Dari gambar model tersebut di atas dijelaskan bahwa seseorang secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok pada suatu organisai akan bersikap dan berperilaku terhadap sesuatu apabila adanya unsur-unsur kemudahan, begitu seseorang baik secara sendiri-sendiri atau secara berkelompok pada suatu organisai akan bersikap dan berperilaku terhadap sesuatu apabila adanya unsurunsur kemanfaatannya. Akan tetapi sebaliknya manakala seseorang baik secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok pada suatu organisasi tidak akan bersikap dan berperilaku jika tidak adanya unsur-unssur kemudahan dan kemanfaatan baik bagi dirinya sendiri maupun untuk kelompoknya atau untuk organisasinya. C. Manajemen Produksi, Menurut J.F.Stoner dalam Napitupulu ( 2001 ) memberikan pengertian, Manajemen suatu rangkaiaan aktifitas (4 fungsi) yang diarahkan pada sumber daya organisasi untuk tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Selanjutnya 4
Prawirosentono (2001) memberikan pengertian Manajemen Produksi atau manajemen operasi sebagai suatu perencanaan produksi ( production planning ), pelaksanaan, dan pengendalian produksi ( production control ) atau sering disebut sebagai pengawasan. dari urutan berbagai kegiatan ( set of activitties) untuk membuat barang (produk) yang berasal dari bahan baku dan bahan penolong lain. Bidang produksi menentukan keberhasilan industri/perusahaan, aktivitas bidang pemasaran dan produksi makin lancar bila didukung bidang keuangan dan bidang-bidang lain yang berkaitan. Sedangkan manajemen produksi menurut O’Dukker dalam Sukarna (2011), Tingkat produktifitas yang umum digunakan adalah jumlah produk yang dihasilkan atau jumlah layanan yang diberikan perunit masukan atau dapat pula dalam bentuk penurunan biaya yang diharapkan, mengurangi jumlah produk rusak,mengurangi keluhan konsumen, menekan jam lembur, dan sebagainya. D. Strategi Pemasaran. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan penting yang mempengaruhi kehidupan suatu usaha. Manakala perkembangn valume penjualan produk suatu usaha menunjukkan kenaikaan secara terus menerus, maka akan menjamin akan keberlangsungan kehidupan perusahaan. Dalam kontek permasalahan disini adalah strategi pemasaran yang telah dilaksanakan oleh pelaku usaha atau perusahaan. Menurut Prawirosentono (2001) memberikan definisi strategi pemasaran adalah serangkaian kebijakan pemasaran yang terpadu dan terarah yang jadi pedoman kegiatan berbagai jenjang unit pemasaran untuk mencapai target penjualan dalam wilayah pemasaran tertentu, sesuai dengan perubahan kondisi dan lingkungan usaha bisnis bersangkutan. Kebijakan strategi pemasaran harus meliputi berbagai upaya menjajagi kemungkinan secara lebih rinci. Hal ini dikenal dengan istilah strategi pemasaran intensif, yang meliputi : Pertama, Penembusan Pasar ( market penetration), Kedua, Pengembangan Pasar ( market development ) Ketiga, Pengembangan produk ( product developmet ) Keempat, Perusahaan meningkatkan penjualan dengan membuat beragam produk dalam berbagai model, ukuran dan tipe ( product diversification ). Khususnya strategi pemasaran yang telah dan sedang dijalankan oleh Industri Pabrik Kerupuk Singkong “Mandiri” di Desa Metes Salatiga Jawa Tengah METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Dalam penelitian di sini digunakan pendekatan penelitian Deskriptif Kualitatif jenis fenomenologi artinya seorang peneliti melakukan penelitian didasarkan adanya fenomena-fenomena yang terjadi pada obyek penelitian, adapun teknik pengambilan sampel atau nara sumber/informan dengan teknik purposive sampling, artinya didalam menentukan nara sumber/informan didasarkan atas syarat-syarat tertentu atau yang telah memenuhi kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya sebanyak 16 orang terdiri : 1 orang pimpinan perusahaan; 1 orang sekretaris perusahaan; 1 orang bendahara; 1 orang bagian pengupasan; 1 orang bagian pencucian; 1 orang bagian pengepressan; 1 orang
5
bagian pengukusan; 1 orang bagian adonan/pembumbuan; 1 orang bagian desain/bakalan; 1 orang bagian pengeringan; 1 orang bagian penggorengan; 1 orang bagian pensortiran;1 orang bagian pengepakkan; 2 orang bagian pemasaran; 1 orang bagian monitoring dan supervisi pemasaran. Adapun teknik pengambilan data dengan teknik wawancara mendalam atau sering disebut dengan Depth Interview dan analisis data digunakan model Miles and Humberman PEMBAHASAN A. Diskripsi Obyek Penelitian Prabrik Kerupuk Singkong “Mandiri” yang beralamat di Desa Metes Blotongan RT.03, RW. V, Kecamatan Sidorejo Salatiga. Secara historis pabrik kerupuk Singkong “Mandiri” yang dimiliki oleh bapak Nur Yani. berangkat dari modal yang sangat sederhana dan kondisinya waktu itu sangat memprihatinkan sekali, mengingat semula bapak Nur Yani sebagai karyawan pabrik pengecoran baja di Jakarta. Mulai tahun 1995 di Indonesia sudah dirasakan adanya krisis. Mengingat upah gaji diJakarta pada waktu itu tidak bisa mencukupi untuk kebutuhan hidup sehari-hari dengan kedua anaknya dan untuk sewa rumah. Akhirnya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan dari Jakarta dan pulang kampung di desa Metes untuk merintis usaha jasa Las Karbit, dan istrinya mencoba untuk membuat kerupuk singkong. Namun dari waktu ke waktu usaha membuat kerupuk singkong akhirnya lebih persfektif dan berkembang dengan baik, akhirnya Bapak Nuryani lebih menekankan pada usaha isrinya untuk membuat Kerupuk singkong dengan diberi nama “ Mandiri “ dan usaha jasa bengkel Las Karbit akhirnya ditutup. dan berpindah untuk mengawali profesi barunya yaitu merintis usaha kecil-kecilan mencoba merintis untuk mengembangkan usaha membuat kerupuk singkong yang diberi nama “ Mandiri “ sejak tahun 1996. sampai sekarang. B. Dinamika Pertumbuhan. Pabrik Kerupuk Singkong “Mandiri” pertama kali dirintis dengan coba-coba dan dengan skala kecil pada awal tahun 1996, pertama mendirikan usaha pabrik kerupuk singkong dengan modal semangat dan pasrah pada Tuhan Maha Pengasih semata, menginat waktu itu belum punya rumah sendiri masih kontrak rumah yang setiap tahun harus pindah kesana kemari sehingga belum bisa konsentrasi untuk membangun usahanya secara sungguh-sungguh. Pada tahun 1997 situasi krisis sudah melanda di Indonesia sehingga sempat berhenti setengah tahun tidak usaha mengingat bahan baku dan ongkos produksi yang mahal serta biasa operasional yang tidak seimbang dengan biaya produksi selanjutnya diakhir tahun 1997 krisis ekonomi diindonesia semakin parah yang membawa robohnya pemerintahan Orde Baru , sehingga Presiden RI ke 2 harus turun dari tampuk pimpinan negara tercinta Indonesia. Dengan semangat usaha yang luar biasa dengan penuh kehati-hatian usahanya dijalani secara cermat dan penuh perhitungan. Sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi semakin hari perekonomian di Indonesia semakin stabil dan semakin membaik. Akhirnya usahanya mulai mantab dan pada tahun 2002 sudah bisa membeli sebidang tanah
6
didesa Metes untuk diririkan rumah sekaligus untuk tempat usahanya. Akhirnya mengambil sikap dengan penuh kehati-hatian dalam mengelola perusahaannya, artinya tidak ingin mencari untung atau laba yang besar atau banyak, yang penting usahanya jalan dan sekaligus membantu masyarakat sekitar untuk membantu menjalankan usahanya dengan cara direkrut menjadi karyawan. Memang jika dilihat proses pembuatannya relatif panjang dan melelahkan, namun keuntungannya relatif kecil. Pemilik perusahaan selalu bersyukur sungguhpun mengambil keuntungan hanya sedkit alhamdulillah usahanya bisa berjalan dengan lancar dan baik, artinya sejak krisis yang paling parah ditahun 1997 sampai dengan 1998. Namun sekarang sudah tidak lagi mengalami krisis seperti tahuntahun lalu, dengan prinsip Alon-alon waton klakon lan sethithik nanging nglethik ( jawa ). Sampai akhir tahun 2015 hingga pertengahan 2016 perusahaan tersebut telah merekrut tenaga kerja kurang lebih sebanyak 200 orang, meliputi : pengupasan; pemarutan; Pengukusan; Pengeringan; pembuatan bakalan dan pewarnaan ( kerupuk mentah ) ; Pengeringan; Penjemuran; Penggorengan; Pensortiran; Pembungkusan; Pendistribusian ke beberapa lokasi pengecer. Mengingat perusahaan membuat beberapa home industri dibeberapa tempat di Jawa Tengan seperti didaerah Kebumen ada sekitar 130 home industri secara tradisional; di Temanngung; Kabupaten Magelang; Kabupaten Blora; Kabupaten Rembang; Kabupaten Grobogan; Kabupaten Semarang; Kabupaten Boolali; dan Kota Salatiga. Jika dihitung ada sekitar 350 home industri rumahan yang memproduksi kerupuk singkong mentahan dan semua dikirim ke Salatiga untuk diproses menjadi kerupuk singkong jadi yang siap saji dan siap dipasarkan kepengecer seluruh Pulau jawa, Sumatra Sulawesi, Kalimantan, NTT, Bali, Lombok, bahkan sampai ke pulau-pilau kecil di bagian Indonesia Timur. Dengan perkembangan usaha yang terus berkembang dan semakin besar permintaan pasar akan hasil produk kerupuk singkong, Pak Nur Yani merasa kewalahan tidak mampu mencukupi permintaan pasar untuk menjangkau diseluruh Indonesia, bahkan permintaan dari negara tetangga seperti Malaysia dan Timor Leste tetap belum bisa melayani. Dari waktu kewaktu modal dan jumlah aset semakin bertambah, aset seluruhnya baik barang yang bergerak ataupun yang tidak bergerak ditaksir oleh Bapak Nur Yani kurang lebih sekitar Rp3.500.000.000,00 ( tiga milyar lima ratus juta rupiah ) C. Deskripsi Temuan 1. Sikap dan perilaku pengusaha industri kecil Kerupuk sebagai kebutuhan seluruh masyarakat yang tidak mengenal lapisan masyarakat dan tidak mengenal usia, semua masyarakat di Indoesia khususnya Jawa pasti tidak akan meninggalkan pendamping lauk pauk dikala makan. Usaha kecil yang ditekuni oleh pemilik perusahaan sampai sekarang, menggunakan beberapa prinsip antara lain, Prinsip Pertama, dimana ada orang jawa pasti akan membutuhkan kerupuk singkong yang terbuat dari saripati ketela pohon yang lazim disebut singkong. Inilah yang dijadikan falsafah oleh perusahaan, adapun alasan lain dari pemilik perusahaan bahwa proses dalam memproduksi kerupuk tidak sulit seperti industri kecil jenis makanan selain kerupuk, memang prosesnya panjang dan melelahkan didalam memproduksi
7
kerupuk namun proses pembuatan mudah dijalani hampir semua orang/karyawannya pasti bisa menjalankannya. Prinsip kedua perusahaan dikelola dengan pendekatan rasa kekeluargaan, artinya didalam perusahaan tidak ada Bos, dan tidak ada bawahan, semuanya merasa menjadi satu untuk bertanggung jawab akan kelangsungan perusahaan. Suksesnya perusahaan berarti suksesnya semua personil/karyawan pada perusahaan, dan gagalnya perusahaan berarti kegagalan personil/karyawan. Prinsip Ketiga, semua personil/karyawan bertanggung jawab dengan sebaik-baiknya akan tugasnya masing-masing dan semua sebagai bos dan semuanya sebagai pengawas atau supervisor, dan semua untuk selalu menghasilkan produk yang terbaik agar bisa diterima dan dibutuhkan oleh konsumen, dan konsumen selalu dibuat untuk menjadikan produk menjadi bagian dari kehidupan sehari-harinya, dan selalu dibutuhkan dan dicari, karena sudah menjadi bagian dari kehidupan yang tidak bisa dipisahkan. Model pendekatan dan pengelolaan yang telah dijalankan oleh perusahaan pada prinsipnya mengarah dan mendasarkan pada konsep “Total Quality Management” atau lazim dinamakan dengan Manajemen terpadu. Artinya dari masing-masing sub bagian dari struktur organesasi yang dijalankan satu sama lain saling melengkapi, saling memperbaiki, saling menilai, saling mengawasi, dan semuanya saling membuat suatu produk menjadi yang terbaik, dengan yang terbaik berarti pelanggan akan mendapatkan kepuasan, yaitu sesuatu yang diminta atau diharapkan. 2. Manajemen Produksi. Perusaahaan merubah sistem pembayaran pegawainya dengan sistem borongan, ada beberapa tempat khusus yang tetap menjadi pegawai bulanan, oleh perusahaan dinilai lebih efisien dan produktif dan hasil kerjanya bisa dipertangung jawabkan. Artinya dalam situasi seperti apa tergantung karyawan mau bekerja seperti apa, jika kerjanya tertib dan disiplin akan menghasilkan produk yang akan menghasilkan uang yang banyak, serta jika hasil kerjanya tidak berkualitas perusahaan akan menolaknya, akhirnya para karyawan akan bekerja dengan hati-hati dan penuh tanggung jawab karena hasil produk kerja menjadi jaminan apakah diterima oleh perusaahaan atau tidak tergantung kinerja para karyawan atau pegawai itu sendiri. Sebagai contoh pekerjaan mengupas singkong untuk industri kerupuk di tempat Pak Nuryani sendiri setiap hari membutuhkan bahan baku singkong yang baik paling sedikit 4 sampai 5 ton singkong, adapun ongkos kupas bagi para karyawan tiap kwintal mendapat ongkos sebesar 6 ribu rupiah dan dikerjakan oleh berapa orang tergantung para pengupas itu sendiri. Ini semua sangat tergantung seberapa mudah setiap hari harus mendapatkan bahan baku singkong yang baik dan segar yang jumlahnya untuk Salatiga dihome industry di Metes Salatiga setiap hari membutuhkan 4 sampai 5 ton singkong basah. Karena mengalami kesulitan bahan baku akhirnya Perusahaan membuka home industri dibeberapa cabang dan tempat di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang mudah,untuk mendapatkan bahan baku singkong segar dan sehat seperti didaerah : Kabupaten Semarang, Boyolali, Magelang, Temanggung, Wonosobo, Kebumen, Banyumas, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, wonogiri, Pacitan, Ponorogo, Madiun, Ngawi, dan beberapa daerah yang menghasilkan singkong
8
yang baik dan secara berkesinambungan setiap hari ada yang menghasilkan singkong yang tidak mengenal musim hujan atau kemarau. Adapun langkahlangkah proses produksinya adalah sebagai berikut: Langkah pertama Pengupasan Singkong. Langkah kedua adalah Pencucian ketela yang sudah dikupas. Langkah Ketiga Pengepresan, Artinya ketelahh yang sudah dikupas da dicuci bersih Dipress dengan mesin press yang berkekuatan 40 ton sedemikian rupa agar air dalam ketela singkomg bisa keluar sampai kering dan bebas air. Langkah keempat Pengukusan memakan waktu kurang lebih 3 sampai tiga jam. Langkah kelima Pengeringan agar tidak terlalu lengket. Langkah keenam Perajangan untuk dibuat model, ada tiga modal yaitu : Bulat lorek, Bulat lonjong lorek, dan lonjong lorek. Adapun rasa kerupuk ada tiga rasa yaitu rasa biasa artinya hanya diberi bumbu garam dan bawah puih. Sedangkan rasa yang kedua rasa Pedas manis artinya ditambah gula, bawang dan lombok. Sedangkan rasa yang ketiga rasa Bawang, artinya kerupuk istimea karena bumbu bawang putih dan bombay yang paling dominan, dan harganya paling mahal dibanding jenis rasa kedua kerupuk yang laiannya. Selanjutnya langkah ketujuh penjemuran agar betul-betul kering. Langkah kedepalan penggorengan. Dan langkah kesembilan pengepakkan. Langkah kesepuluh pendistribusian, langkah kesebelas penyampaian pada agen atau pengecer diseluruh Indonesia. 3.
Strategi Penjualan Hasil Produksi Kerupuk Singkong Untuk saat ini kerupuk bukan saja untuk masyarakat didesa namun sekarang sudah merambah sampai dikota-kota besar di Jawa Tengan bahkan keseluruh kota-kota besar di Indonesia, hal ini membuktikan kerupuk singkong sekarang tidak dimonopoli oleh sekelompok orang saja namun sudah memasyarakat keseluruh pelosok negeri dari Sabang sampai ke Merauke. Adapun strategi yang ditempuh oleh pengusaha Kerupuk Singkong di Desa Metes Salatiga adalah, Pertama, menitipkan barang hasil produksi kebeberapa pos atau tempat-tempat warung-warung atau sub-sub agen penjualan khususnya dipasar-pasar tradisional di Jawa Tengah. Kedua, membuat tempat distribusi atau agen-agen disetiap pasar-pasar tradisional yang besar seperti di setiap Kabupaten/kota yang besar misalnya di Kota Ambarawa dan pasar Ungaran serta pasar Suruh dan Kembang Sari.Di Kota Boyolali ada beberapa agen misalnya di Pasar Gedhe, Pasar Snggingan; Pasar Karang Gedhe; Pasar Susukan; Pasar , Simo; dan pasar-pasar tradisional lainnya yang cukup ramai, artinya setiap agen melayani antara 100 sampai dengan 200 pengecer kerupuk singgkong baik yang sudah jadi maupun yang masih mentah siap untuk digoreng. Ketiga, Pemenuhan stok barang produksi selalu tidak mengalami kekurangan, mengingat produksi ini merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat untuk kehidupan sehari-hari. Khususnya pada bulan-bulan Sya’ban, Bulan Ramadhan, dan Bulan Syawal. Pada bulan-bulan tersebut masyarakat banyak yang melaksanakan Khajatan dan punya kerja menikahkan anaknya dan banyak kegiatan-krgiatan pada bulan puasa sampai puncaknya pada bulan syawal untuk lebaran Hari Raya Idhul Fitri, banyak masyarakat yang mmbutuhkan. Sehingga stok barang harus disediakan tiga kali lipat dari kebutuhan sehari-hari. Jika setiap agen tiap hari dijatah 50 sampai dengan 100 Ball, dan 1 Ball seberat 4 kg. Dikalikan tiga kalinya. Itu baru contoh
9
yang relatif sederhana di agen-agen dikota kecil pasar tradisional, belum lagi seperti di Kota-kota besar Yogyakarta, Semarang, Surabaya, bahkan sampai Jakarta, Bandung, dan kota-kota besar di Luar Jawa di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan yang lainnya. Keempat, Bapak Nuryani setiap dua hari sekali selalu memonitor kebeberapa agen untuk menampung beberapa keluhan dari konsumen seperti rasa kerupuk kurang garam, kurang sedap dan sebagainya, hal ini untuk selalu mendapat perhatian agar produksinya selalu memperhatikan kepuasan konsumen, termasuk besaran kerupuk dari waktu kewaktu konon semakin mengecil besaran kerupuknya, dan sebagainya, hal ini harus segera mendapat tindakan untuk menjaga kualitas pelanggan sebagai bentuk realesasi TQM ( Total Quality Management ) atau lazim dinamakan pelayanan terpadu guna menjaga kualitas dan kepuasan pelanggan. Kelima, Kualitas produk dan bentuk serta varians produk harus selalu mengikuti permintaan pasar, sebab hal ini yang membuat perjalanan perusahaan bisa berkembang dan bertahan sampai sekarang ini. Keenam, Pembagian prosentase pada agen dan pengecer selalu diinformasikan dari awal sehingga semua jelas dan dikemudian hari akan kecil kemungkinan terjadi perselisihan. Sehingga perjalanan usaha bisa berjalan harmonis dan sinergis dan terbangun komunikasi dan saling percaya disertai kejujuran yang setulus-tulusnya. Ketujuh, perusahaan selalu menggunakan strategi ekspansi dan strategi stabilitas, artinya perusahaan selalu berusaha untuk mencari peluang pasar baru atau konsumen baru dengan memperhatikan stabilitas kondisi perusahaan dan tingkat usaha yang sama. D. Karakteristik Pengusaha UKM Drucker dalam Hendrani dkk (2008), mengatakan bahw definisi entrepreneur sebagai seseorang yang membangun usahanya sendiri dari usaha kecil adalah kurang memadai. Drucker mendifinisikan sebagai seseorang yang mencari dan merespons perubahan dan memandang perusahaan sebagai suatu kesempatan. Lebih jauh, Barrow (1993) menyebutkan beberapa kharakteristik pengusaha UKM yang sukses sebagai berikut : 1. Komitmen total dan kerja keras Pengusaha UKM pada umumnya mempunyai rasa percaya diri yang tinggi terhadap ide bisnisnya, bekerja labih dari 8 jam perhari dan biasanya juga melibatkan anggota keluarga untuk memikul tanggung jawab dan mencapai sukses bersama. 2. Menerima kondisi ketidak pastian Tidak seperti perusahaan besar yang cenderung menunda decision making sampai semua fakta yang dibutuhkan diketahui , pengusaha kecil berani membuat keputusan dan menanggung resikonya dengan beroperasi dalam kondisi yang tidak ada kepastian dimana data dan informasi yang ada belum/tidak sepenuhnya lengkap untuk menunjang decision making yang optimal. 3. Disiplin tinggi Pengusaha kecil harus disiplin dalam membedakan cash dan profit agar tidak cepat tergoda menikmati profit, dalam arti konsumtif untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.
10
4. Mempunyai sifat seorang penemu/originator Menciptakan inovasi baru/memodifikasi produk lama miliknya/produk pesaing yang sudah ada, memasarkan dan mengelola sendiri pendapatan dan pengeluarannya. 5. Mempunyai sifat seorang perencana dan organisatoris/planner dan organizer Berawal dari gagasan/ide yang muncul, pengusaha kecil kemudian membuat tujuan (result oriented) dan selanjutnya mencari cara-cara untuk mencapainya. 6. Komitmen total dan kerja keras Dalam menekuni suatu usaha dibidang apa saja kerja keras dan total untuk mencapai suatu kesuksesan menjadi suatu keharusan dan tidak setengah hati, hal ini menjadi suatu kunci dari kesuksesan. UMKM sering juga didefinisikan berdasarkan nilai penjualan dan nilai aset, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah seperti pada kriteria sebagai berikut : 1. Usaha Mikro, memiliki kekayaan bersih Rp 50.000. 000,00 ( lima puluh juta rupiah ) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 ( tiga ratus juta rupiah ). 2. Usaha Kecil, memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 ( lima puluh juta ) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 ( lima ratus juta rupiah ) tidak tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000.,00 ( tiga ratus juta rupiah ) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 ( dua milyar lima ratus juta rupiah ) 3. Usaha Menegah, memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 ( lima ratus juta rupiah ) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 ( sepuluh milyar rupiah ) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 ( dua milyar lima ratus juta rupiah ) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 ( lima puluh milyar rupiah ) SIMPULAN Atas dasar beberapa deskripsi temuan hasil penelitian seperti yang tersebut di atas akhirnya dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pertumbuhan dan perkembangan industri pabrik Kerupuk Singkong Mandiri di Desa Metes Kelurahan Blotongan Kecamatan Sidorejo Salatiga, berdasarkan beberapa kriteria dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah termasuk kategori Usaha Kecil, artinya ada perubahan pertumbuhan dan perkembangan selama dalam perjalanan selama 19 tahun untuk membangun usahanya yaitu Industri Pabrik Kerupuk Singkong yang diberi nama “ M A N D I R I .“ Yang dalam bahasa Indonesia secara umum artinya didalam mengembangkan usahanya selalu
11
sendiri tidak menggantungkan pada siapapun baik pemerintah ataupun perorangan untuk menuju kesuksesan usahanya. 2. Model pengelolaan yang dijalankan oleh perusahaan, menggunakan model kekerabatan dan kekeluargaan, artinya perusahaan dijalankan masih mengunakan pola-pola manajemen yang konvensional atau tradisional, dan tidak jelasnya struktur organisasi perusahaan berjalan atas dasar kepercayaan semua karyawan yang ada. Artinya tidak ada Pimpinan dan tidak ada bawahan, lebih mengedepankan kebersamaan dan kegotong royongan, artinya semua sebagai karyawan dan semua sebagai supervisor dan setiap saat karyawan selalu diputar tugasnya, maka semua harus siap untuk mendapatkan tugas yang baru. 3. Manajemen Produksi. Perusahaan menerapkan dengan sistem borongan, dinilai lebih efisien dan produktif dan hasil kerjanya bisa dipertangung jawabkan. Kerjanya tertib dan disiplin serta menghasilkan produk yang berkualitas perusahaan akan bisa menerima, akhirnya para karyawan akan bekerja dengan hati-hati dan penuh tanggung jawab karena hasil produk kerja menjadi jaminan apakah diterima oleh perusaahaan atau tidak tergantung kinerja para karyawan atau pegawai itu sendiri. Karena mengalami kesulitan bahan baku akhirnya Perusahaan membuka home industri dibeberapa cabang dan tempat di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang mudah untuk mendapatkan bahan baku singkong segar dan sehat seperti didaerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Adapun proses produksinya adalah sebagai berikut: Langkah pertama Pengupasan Singkong. Langkah kedua adalah Pencucian ketela yang sudah dikupas dan Pemarutan. Langkah Ketiga Pengepresan, Artinya ketela yang sudah dikupas dan dicuci bersih Dipress dengan mesin press yang berkekuatan 40 ton sedemikian rupa agar air dalam ketela singkomg bisa keluar sampai kering dan bebas air. Langkah keempat Pengukusan memakan waktu kurang lebih 3 sampai tiga jam. Langkah kelima Pengeringan agar tidak terlalu lengket. Langkah keenam Perajangan untuk dibuat model, ada tiga model yaitu : Bulat lorek, Bulat lonjong lorek, dan lonjong lorek. Adapun rasa kerupuk ada tiga rasa yaitu rasa biasa artinya hanya diberi bumbu garam dan bawah putih. Sedangkan rasa yang kedua rasa Pedas manis artinya ditambah gula, bawang dan lombok. Sedangkan rasa yang ketiga rasa Bawang, artinya kerupuk istimewa karena bumbu bawang putih dan bombay yang paling dominan, dan harganya paling mahal dibanding jenis rasa kedua kerupuk yang lainnya. Selanjutnya langkah ketujuh penjemuran agar betul-betul kering. Langkah kedepalan penggorengan. Dan langkah kesembilan pengepakkan. Langkah kesepuluh pendistribusian, langkah kesebelas penyampaian pada agen atau pengecer diseluruh Indonesia. 4. Strategi Penjualan Hasil Produksi Kerupuk Singkong. Adapun strategi yang ditempuh oleh pengusaha Kerupuk Singkong di Desa Metes Salatiga adalah, Pertama, menitipkan barang hasil produksi kebeberapa pos atau tempat-tempat/ warung-warung atau sub-sub agen penjualan khususnya dipasar-pasar tradisional di Jawa Tengah. Kedua,
12
membuat tempat distribusi atau agen-agen disetiap pasar-pasar tradisional yang besar di Jawa Tengah dan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Artinya setiap agen melayani antara 100 sampai dengan 200 pengecer kerupuk singgkong baik yang sudah jadi maupun yang masih mentah siap untuk digoreng. Ketiga, Pemenuhan stok barang produksi selalu mengalami kekurangan, mengingat produksi ini merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat untuk kehidupan sehari-hari. Jika setiap agen tiap hari dijatah 50 sampai dengan 100 Ball, dan 1 Ball seberat 4 kg. Keempat, Pimpinan perusahaan selalu memonitor kebeberapa agen untuk menampung beberapa keluhan dari konsumen hal ini harus segera mendapat tindakan untuk menjaga kualitas pelanggan sebagai bentuk realesasi TQM ( Total Quality Management ) atau lazim dinamakan pelayanan terpadu guna menjaga kualitas dan kepuasan pelanggan. Kelima, Kualitas produk dan bentuk serta varians produk harus selalu mengikuti permintaan pasar. Keenam, Pembagian prosentase pada agen dan pengecer selalu diinformasikan dari awal sehingga semua jelas dan dikemudian hari akan kecil kemungkinan terjadi perselisihan. Sehingga perjalanan usaha bisa berjalan harmonis dan sinergis dan terbangun komunikasi dan prinsip saling percaya disertai kejujuran yang setulustulusnya. Ketujuh, perusahaan selalu menggunakan strategi ekspansi dan strategi stabilitas, artinya perusahaan selalu berusaha untuk mencari peluang pasar baru atau konsumen baru dengan memperhatikan stabilitas kondisi perusahaan dan tingkat usaha yang sama Saran/Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian, analisis data serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan saran beberapa hal sebagai berikut: 1. Perusahaan sudah saatnya memanfaatkan perhatian dari pemerintah khususnya bantuan modal untuk mengembangkan usahanya agar lebih produktif dan berdaya saing yang lebih baik atau unggul, guna keberlangsungan usahanya, seperti bantuan-bantuan modal dari bank dengan bunga rendah. 2. Perusahaan perlu ada terobosan baru untuk meningkatkan produk-produk yang berkualitas agar memiliki daya saing dan bisa menembus pasaran keluar kota, atau tidak untuk memasok dalam kota saja namun keseluruh kota-kota besar di Indonesia. Termasuk menggunakan alat-alat permesinan dan teknologi yang sudah ada saat ini guna untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja . 3. Pemerintah daerah harus turun tangan membantu para pengusahapengusaha mikro, kecil, dan menengah ( Khususnya Dinas Koperasi dan UMKM ) untuk membantu para pengusaha-pengusha kecil untuk diberi penyuluhan-penyuluhan atau diikutsertakan pelatihan-pelatihan seperlunya guna meningkatkan ketrampilan dan kompetensinya, dengan harapan kedepan mampu menghasilkan produk-produk yang berkualitas dan berdaya saing yang tinggi mampu berkompetisi dengan produk-produk dari daerah lain.
13
DAFTAR RUJUKAN Abas Sunarya, dkk 2011, “ Kewirausaan “ Pnbt : ANDI, Yogyakarta Azwar Saifudin, 2007, “ Sikap manusia Teori dan Pengukurannya ”, Edisi ke-2, Pustaka Pelajar; Yogyakarta Jay Heizer dan Barry Render, 2010, “Manajemen Operasi” Salemba Empat. Jakarta Chuck William, Penerjemah: Sabarudin Napitulu, 2011 “ Manajemen “ Salemba Empat, Jakarta Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecildan Menengah Republik Indonesia, 2007 “ Materi Pelatihan : “ Diklat Koperasi Bagi Guru ” Jakarta Peraturan Daerah Nomor: 10 Tahun 1993, dan Peraturan Daerah Nomor : 5 Tahun 1996 Tentang “ Tri Fuungsi Kota Salatiga “ 2005, Sekretariat Pemda Kota Salatiga. Peraturan Gubernur Jawa Tengah, Nomor: 41 Tahun 2008, Tentang “ Pemberdayaan Koperasi dan UMKM di Jawa Tengah”, 2008, Dinas Koperasi Jawa Tengah, Semarang Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia, Nomor : 20/Per/M.KUKM/XI/2008. Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Sukarna, 2011, “Dasar-Dasar Manajemen,” CV Mandar Maju; Bandung Suryana, 2013, “Kewirausahaan, Kiat dan Proses Menuju Sukses “ Pnbt; Salemba Empat, Jakarta Suyadi Prawirosentono, 2001. “Manajemen Operasi, Analisis dan Studi Kasus” Edisi ke-3. Pnbt: Bumi Aksara, Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008, Tentang “Usaha Mikro, Kecil dan Menengah” 2008, Lembaran Negara RI Nomor: 4866, Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun Perkoperasian
1992, Tentang
14
