PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN LINGKUNGAN PADA MODEL DISCOVERY LEARNING (Studi Eksperimen di Kelas VII MTs Negeri Salawu Tasikmalaya Pada Konsep Ekosistem) Differences Student Results Learning The Process Used Contextual Learning and Environmental Learning Approaches in Discovery Learning Model Rofi Mutamam, Purwati Kuswarini Suprapto, Diana Hernawati *Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya Jln. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tlp (0265) 330634 Tasikmalaya Kode Pos 46115 Email :
[email protected] ABSTRACT The aim of this research to know it had differences of student result studies which was learning process used contextual learning and environmental learning approaches in discovery learning model at 7th grade of Islamic Junior High School of Salawu on The Concept of Ecosystem. This research conducted on October 2014 until Juny 2015 at 7th grade of Islamic Junior High School of Salawu Tasikmalaya. The method of the research was pre experiment. The population of this research were all of 7th grade studens of the Islamic junior high school of Salawu Tasikmalaya academic year of 2014/2015 as much as six classes totally 202 students. The interpretation of sample used purposive sampling technique selected 7C class for contextual learning approaches and 7D class for environmental learning approaches. The measure of study result used an instrument study result of test. Data analysis technique used t test independent with the standard signifikan = 0,05. The average of the result of students’ learning process by using contextual learning approaches in discovery learning model as 22,91 and environmental learning approaches in discovery learning model as 18,73. Based on the results of data analysis and hypothesis testing can be concluded that there is a difference between the result of student’s learning by using contextual learning with environmental learning approaches in discovery learning model at the 7th grade of Islamic Junior High School of salawu Tasikmalaya in academic year 2014/2015. The contextual learning approaches better than environmental learning approaches in discovery learning model.
Keyword :contextual learning approach, environmental learning approach, discovery learning model, ecosystem
1
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual dan lingkungan pada model discovery learning di kelas VII MTs Negeri Salawu Tasikmalaya pada konsep Ekosistem. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 s.d. bulan Juni 2015 di kelas VII MTs Negeri Salawu Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah pre experiment. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII MTs Negeri Salawu Tasikmalaya Tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 6 kelas dengan jumlah 202 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, terpilih kelas VII C dengan pendekatan lingkungan dan kelas VII D dengan pendekatan kontekstual. Untuk mengukur hasil belajar digunakan Instrumen berupa tes hasil belajar. Teknik analisis data menggunakan uji t independen dengan taraf signifikan α = 0,05. Rata-rata hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual pada model dicovery learning sebesar 22,91 dan pendekatan lingkungan pada model discovery learning sebesar 18,73. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual dan lingkungan pada model discovery learning di kelas VII MTs Negeri Salawu Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2014/2015. pendekatan kontekstual pada model discovery learning lebih baik dari pendekatan lingkungan pada model discovery learning. Kata kunci : pendekatan kontekstual, pendekatan lingkungan, model discovery learning, ekosistem
1. Pendahuluan Pendidikan merupakan modal awal dalam perkembangan sumber daya manusia, maka dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan IPA diperlukan suatu peningkatan dan inovasi dalam proses pembelajarannya yang akan berdampak pada hasil belajar siswa ke arah yang lebih baik. Salah satu faktor utamanya adalah kualitas sumber daya manusia khususnya guru sebagai pendidik yang berdampak pada hasil belajar siswa pada pendidikan IPA. Tetapi terkadang terdapat beberapa masalah pada proses pembelajaran berlangsung, yaitu penggunaan metode ceramah yang bersifat monoton. Hal ini berdampak pada proses pembelajaran yang kurang menarik dan tidak efektif sehingga membuat siswa pasif. Berdasarkan hasil observasi secara langsung dengan melihat nilai rata-rata ulangan harian pada mata pelajaran IPA di kelas VII MTs Negeri Salawu Kabupaten Tasikmalaya, nilai yang diperoleh masih di bawah standar yaitu hanya mencapai 65,00 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 2
yang harus dicapai adalah 75,00. Hal ini menunjukan kurangnya kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran, sehingga siswa tidak mampu mengerjakan soal ulangan yang diberikan. Pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas, guru IPA MTs Negeri Salawu Kabupaten Tasikmalaya kebanyakan kurang menguasai dan memahami model pembelajarannya, sehingga masih belum efektif dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA, pada metode ceramah ini pembelajaran didominasi oleh guru, sedangkan siswa pada saat proses pembelajaran kebanyakan hanya mendengarkan dan memperhatikan. Pembelajaran seperti ini dirasa kurang merangsang siswa agar lebih kreatif, inovatif dan imajinatif dalam mencerna materi yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu diperlukan inovasi untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPA khususnya pada konsep Ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran yang dikolaborasikan dengan beberapa pendekatan. Pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan kontekstual dan pendekatan lingkungan pada model discovery learning. Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks di mana materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau cara siswa belajar. Konteks memberikan arti, relevansi dan manfaat penuh terhadap belajar. Pendekatan lingkungan merupakan suatu pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan 3
lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian siswa jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaidah bagi lingkungannya. Model pembelajaran discovery learning merupakan suatu cara yang menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran berlangsung. Dimana siswa diberi arahan oleh guru untuk berusaha sendiri menemukan hasil akhir dari permasalahan yang diberikan. Siswa diberi kebebasan penuh untuk mengeksplorasi materi sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Melalui model pembelajaran discovery learning siswa akan lebih termotivasi dalam proses pembelajarannya, sehingga minat siswa untuk belajar menjadi lebih tinggi. Dengan demikian model pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam materi pelajarannya. 2. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual dan lingkungan pada model discovery learning di kelas VII MTs Negeri Salawu Kabupaten Tasikmalaya pada konsep Ekosistem 3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre experiment. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII MTs Negeri Salawu Kabupaten Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2014/2015 sebanyak 6 kelas yang berjumlah 202 orang siswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 2 kelas yang diambil dengan cara purposive sampling. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas VII-C dan VII-D MTs Negeri Salawu Kabupaten Tasikmalaya, dengan alasan karena kelas tersebut memiliki tingkat keaktifan yang sama. Disain penelitian
yang dilakukan adalah Alternative Treatment
Posttest Only With Nonequivalent Groups Design. Desain ini menggunakan prosedur yang sama seperti perbandingan kelompok statis, dengan 4
pengecualian bahwa kelompok perbandingan nonequivalent menerima treatmen yang berbeda. Pola
: Group A -----------------Group B Keterangan : A
= Kelas pertama
B
= Kelas kedua
X1 ________ O X2 ________O
X1 = Perlakuan (Treatment) kelas pertama dengan menggunakan pendekatan kontekstual X2 = Perlakuan (Treatment) kelas kedua dengan menggunakan Pendekatan Lingkungan O
= Hasil observasi sesudah diberikan perlakuan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar siswa pada konsep Ekosistem. Tes ini berupa pilihan ganda dengan empat option dengan jumlah 50 soal. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII MTs Negeri Salawu Kabupaten Tasikmalaya semester dua tahun pelajaran 2014/2015. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis, maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual dan lingkungan pada model discovery learning di kelas VII MTs Negeri Salawu Kabupaten Tasikmalaya pada konsep Ekosistem. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan hasil belajar antara pendekatan kontekstual pada model discovery learning di kelas VII C dan pendekatan lingkungan pada model discovery learning di kelas VII D MTs Negeri Salawu Tasikmalaya.
5
Perbedaan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Pendekatan Kontekstual Lingkungan
Ni 34 34
S2 7.65 12.75
X 22.91 18.73
S 2.76 3.57
Tabel 2 Ringkasan Hasil uji t
thitung
ttabel
Kesimpulan analisis
kesimpulan
6,85
2,00
thitung > ttabel
Terdapat perbedaan ratarata antara dua kelompok
b. Pembahasan 1) Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Pendekatan Kontekstual pada Model Discovery Learning Berdasarkan data hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yang proses pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual pada model discovery learning diperoleh x = 22,91 dengan dari
= 7,65
= 2,76 dan nilai χ2hitung 7,58 < χ2tabel 7,81 dengan kesimpulan
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun KKM mata pelajaran IPA di kelas VII D MTs Negeri Salawu Kabupaten Tasikmalaya adalah 75,00. Dari hasil konversi, nilai rata-rata di kelas VII D MTs Negeri Salawu Kabupaten Tasikmalaya pada konsep Ekosistem adalah 76,37. Jika dilihat dari nilai rata-rata maka proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual pada model discovery learning telah mencapai nilai KKM yang telah ditentukan. Hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan kontekstual pada model discovery learning memiliki hasil belajar yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual
pada
kesempatan
untuk
model belajar
discovery aktif
di
learning luar
memberi
kelas,
siswa
menemukan 6
permasalahan dengan mempelajari lingkungan sekitarnya dengan bimbingan dari guru. Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual model discovery learning siswa diberikan lembar kerja siswa yang dikerjakan secara berkelompok. Untuk mengetahui sampai mana pemahaman siswa dari pengamatan yang telah dilakukan. Berikut ini hasil diskusi kelompok selama dua pertemuan.
Gambar 1. Diagram Hasil Diskusi Kelompok Pendekatan Kontekstual pada Model Discovery Learning. Gambar tersebut menjelaskan hasil diskusi kelompok kelas pada pertemuan kesatu dan kedua dimana pada pertemuan kesatu, nilai yang diperoleh tiap kelompok bervariasi. Nilai tertinggi diperoleh oleh kelompok enam dengan nilai 85, sedangkan nilai terendah diperoleh kelompok satu dengan nilai 60. Pada pertemuan kedua nilai terbesar diperoleh kelompok tiga dan enam dengan nilai 90, sedangkan nilai terkecil diperoleh kelompok dua dan lima dimana kedua kelompok tersebut juga memiliki nilai yang sama yaitu 80. Pada pertemuan pertama nilai terkecil yang diperoleh siswa 60 dan nilai terbesarnya 85 berbeda dengan nilai yang diperoleh siswa pada pertemuan kedua yaitu nilai terkecil yang diperoleh siswa 80 dan nilai terbesarnya 90, membuktikan pemahaman siswa di pertemuan pertama masih kurang dan belum terbiasa dengan model yang 7
digunakan sedangkan di pertemuan kedua pemahaman siswa sudah mulai meningkat dan mulai terbiasa dengan model yang digunakan sehingga nilai yang diperoleh di pertemuan kedua cukup tinggi. Masih adanya kelompok yang mendapatkan nilai rendah membuktikan bahwa masih ada siswa yang tidak aktif pada saat melakukan pengamatan dan pengerjaan LKS juga lebih didominasi oleh siswa yang lebih pintar dalam mengerjakannya. Jika dilihat dari diagram diatas menunjukan adanya peningkatan pada pertemuan kedua. Hal ini membuktikan adanya perbedaan kemampuan siswa dalam penerimaan materi yang diberikan. 2) Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Pendekatan Lingkungan pada Model Discovery Learning Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yang proses pembelajarannya menggunakan pendekatan lingkungan model dicovery learning diperoleh = 18,73 dengan s2= 12,75 dari s = 3,57 dan nilai χ2hitung 2,51 < χ2tabel 7,81 dengan kesimpulan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun KKM pelajaran IPA di kelas VII C MTs Negeri Salawu Kabupaten Tasikmalaya adalah 75,00. Dari hasil konversi, nilai rata-rata di kelas VII C MTs Negeri Salawu Kabupaten Tasikmalaya pada Konsep Ekosistem adalah 62,43. Jika dilihat dari nilai rata-rata maka proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan lingkungan pada model discovery learning belum bisa mencapai nilai KKM yang telah ditentukan.
Hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan
lingkungan pada model discovery learning memiliki hasil belajar yang lebih rendah, hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan lingkungan pada model discovery learning kurang baik karena siswa kurang mendapatkan bimbingan oleh guru sehingga kurang memahami materi dalam proses pembelajaran dan siswa dituntut untuk mencari dan mengamati sendiri permasalahan mengenai materi yang diajarkan. Setelah melakukan pembelajaran 8
dengan menggunakan pendekatan lingkungan pada model discovery learning siswa diberikan lembar kerja siswa yang dikerjakan secara berkelompok dengan melakukan kegiatan observasi yaitu mencari jawaban dari objek lingkungan sekitar sekolah yang diamati. Untuk mengetahui sampai mana pemahaman siswa dari pengamatan yang telah dilakukan. Berikut ini hasil diskusi kelompok selama dua pertemuan:
Gambar 2. Diagram Hasil Duskusi Kelompok Pendekatan Lingkungan Pada Model Discovery Learning Gambar 4.7 menjelaskan hasil diskusi kelompok kelas pada pertemuan kesatu dan kedua dimana pada pertemuan kesatu,nilai yang diperoleh tiap kelompok bervariasi. Nilai tertinggi diperoleh oleh kelompok empat dengan nilai 70, sedangkan nilai terendah diperoleh kelompok satu dan enam dengan nilai yang sama 60. Pada pertemuan kedua nilai terbesar diperoleh kelompok tiga dan empat dimana kedua kelompok tersebut mendapatkan nilai yang sama yaitu 80, sedangkan nilai terkecil diperoleh kelompok satu dan enam dimana kedua kelompok tersebut juga memiliki nilai yang sama yaitu 70. Pada pertemuan pertama nilai terkecil yang diperoleh siswa 60 dan nilai terbesarnya 70 berbeda dengan nilai yang diperoleh siswa pada pertemuan kedua yaitu nilai terkecil yang diperoleh siswa 70 dan nilai terbesarnya 80, membuktikan pemahaman siswa di pertemuan 9
pertama masih kurang dan belum terbiasa dengan model yang digunakan sedangkan di pertemuan kedua pemahaman siswa sudah mulai meningkat dan mulai terbiasa dengan pendekatan dan model yang digunakan sehingga nilai yang diperoleh di pertemuan kedua cukup tinggi. Masih adanya kelompok yang mendapatkan nilai rendah membuktikan bahwa masih ada siswa yang belum memahami materi pada saat melakukan pengamatan dan lebih didominasi oleh siswa yang lebih pintar dalam mengerjakannya. Jika dilihat dari diagram diatas menunjukan ada peningkatan pada pertemuan kedua. Hal ini membuktikan adanya perbedaan kemampuan siswa dalam penerimaan materi yang diberikan. Hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan lingkungan pada model discovery learning belum mencapai KKM, karena dalam model ini masih terdapat kelemahan dalam proses pembelajarannya seperti kurangnya bimbingan dari guru, LKS yang tidak tersusun dengan baik, tidak adanya sumber buku pada saat pembelajaran dan tidak munculnya ide-ide baru dalam pernyataan yang dilontarkan siswa berkaitan dengan materi. Dengan demikian pendekatan lingkungan pada model discovery learning tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VII C MTs Negeri Salawu Kabupaten Tasikmalaya. 3) Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Pendekatan Kontekstual dan Lingkungan pada Model Discovery Learning Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menggunakan dua sampel dengan perlakuan yang berbeda. Peneliti menggunakan kelas VII D dan VII C sebagai sampel dan pendekatan kontekstual dan lingkungan pada model discovery learning sebagai perlakuan. Berdasarkan data hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yang proses pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual pada model discovery learning diperoleh = 22,91 dengan = 7,65 dari 2,76 dan nilai χ2hitung 7,58 <
=
χ2tabel 7,81 dengan kesimpulan 10
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun KKM pelajaran IPA di kelas VII D MTs Negeri Salawu Kabupaten Tasikmalaya adalah 75,00. Dari hasil konversi, nilai rata-rata di kelas VII D MTs Negeri Salawu Kabupaten Tasikmalaya pada konsep Ekosistem adalah 76,37. Jika dilihat dari nilai rata-rata maka proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual pada model discovery learning telah mencapai nilai KKM yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yang proses pembelajarannya menggunakan pendekatan lingkungan pada model discovery learning diperoleh x = 18,73 dengan s2 = 12,75 dari s = 3,57 dan nilai χ2hitung 2,51 < χ2tabel 7,81 dengan kesimpulan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun KKM pelajaran IPA di kelas VII C MTs Negeri Salawu Tasikmalaya adalah 75,00. Dari hasil konversi pada nilai rata-rata di kelas VII C MTs Negeri Salawu Kabupaten Tasikmalaya
pada konsep Ekosistem
adalah 62,43. Jika dilihat dari nilai rata-rata maka proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan lingkungan model discovery learning belum bisa mencapai nilai KKM yang telah ditentukan. Rata-rata hasil belajar siswa dapat dilihat dari diagram berikut ini: 100 80 60 40 20 0 Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Lingkungan
Nilai Rata-rata KKM
Gambar 3 . Diagram Nilai Rata-rata Pendekatan Kontekstual, Pendekatan Lingkungan pada Model Discovery Learning Dan KKM
11
Berdasarkan diagram tersebut bahwa siswa yang proses pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual pada model discovery learning memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan
dengan
siswa
yang
proses
pembelajarannya
menggunakan pendekatan lingkungan pada model discovery learning. Hal tersebut menunjukan ada perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual dan lingkungan pada model discovery learning. Hal ini disebabkan pendekatan kontekstual pada model discovery learning memiliki hasil belajar yang lebih tinggi, dibandingkan dengan menggunakan pendekatan lingkungan pada model discovery learning. Didalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual pada model discovery learning siswa melakukan kegiatan belajar secara berkelompok atau individu, menjelaskan hasil penemuan dan mendiskusikan kesimpulan mengenai kegiatan selama proses belajar. Peranan guru adalah menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan dengan perintahperintah atau dengan lembar kerja. Guru hanya sebagai motivator dan fasilitator
yang
memberikan
dorongan
siswa
untuk
dapat
mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta menggunakan pengetahuan awal mereka dalam memahami situasi baru, dan banyaknya minat siswa dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual pada model discovery learning. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih unggul yaitu siswa dapat lebih terkontrol dengan adanya bimbingan guru pada saat pembelajaran awal sampai akhir, siswa juga lebih aktif bertanya mengenai permasalahan yang diberikan guru, dan siswa dibebaskan untuk mencari sendiri informasi yang ingin mereka ketahui yaitu melalui berbagai sumber dari buku maupun dari sumber lainnya
12
5. Kesimpulan a. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual dan lingkungan pada model discovery learning
di kelas VII MTs Negeri Salawu Kabupaten
Tasikmalaya pada konsep Ekosistem. b. Siswa yang proses pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual pada model discovery learning menunjukkan rata-rata hasil belajar yang lebih baik yaitu 22,91 dibandingkan dengan menggunakan pendekatan longkungan pada model discovery learning yaitu dengan rata-rata 18,73. c. Dari skor nilai tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan pendekatan kontekstual pada model discovery learning lebih baik untuk digunakan dan memberikan hasil yang lebih baik dari pada penggunaan pendekatan lingkungan model discovery learning padaKonsep Ekosistem.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2013). Dasar - Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Raksa. Bennet, Paul & Barbara Taylor. (2007). Planet Kehidupan. Jakarta : Erlangga. Campbell. Neil. A, et.al. 2008. Biologi. (Edisi Kedelapan Jilid Erlangga
3). Jakarta:
Reece, Jane B, et.al. 2011. Campbell Biology. New York : Pearson Education. Heriawan, Adang. (2012). Metodologi Pembelajaran. Serang-Banten : LP3G. Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara Irwan, Zoer’aini Djamal. (2007). Prinsip - Prinsip Ekologi. Jakarta : Bumi Aksara. Jhonson, jinny. (2005). Mamalia . Jakarta : Erlangga Mulyatiningsih. (2012). Model Discovery Learning. Serang-Banten : LP3G. 13
Roestiyah. (2008). Model Discovery Learning. Banten : LP3G. Sagala, Syaiful. (2005). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Sudjana, Nana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suprapto, Purwati Kuswarini. (2014). Ekologi Hewan. Tasikmalaya : FKIP Universitas Siliwangi. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana. Yamin, Maritinis. (2008). Paradikma Pendidikan Konstruktivistik.. Jakarta: Gaung Persada (GP) Pers Jakarta. Riwayat Penulis Rofi Mutamam adalah mahasiswa angkatan 2010 pada Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi yang sedang menyusun skripsi untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. (Lulus Tahun 2015)
14