EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DENGAN METODE ATC/DDD PADA PASIEN STROKE RAWAT INAP RSUD “B” TAHUN 2010 DAN 2011
NASKAH PUBLIKASI
Oleh: RADEN ARDHI WINATA KURNIA SUPRAPTONO PUTRA K 100 080 185
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2012
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DENGAN METODE ATC/DDD PADA PASIEN STROKE RAWAT INAP RSUD “B” TAHUN 2010 DAN 2011 EVALUATION OF AN ANTIHYPERTENSIVE MEDICINE WITH ATC/DDD METHOD FOR INPATIENT STROKE AT RSUD “B” IN 2010 AND 2011 Raden Ardhi Winata Kurnia Supraptono Putra dan Tri Yulianti Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK Stroke adalah penyakit penurunan fungsi sistem saraf pusat secara tiba-tiba yang berlangsung selama 24 jam dan diperkirakan berasal dari pembuluh darah. Pada penderita stroke yang mempunyai latar belakang hipertensi memerlukan penanganan antihipertensi dengan tepat agar diperoleh hasil yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui antihipertensi apa saja yang digunakan pada pasien stroke serta bagaimana mengevaluasi kuantitas penggunaannya di instalasi rawat inap RSUD “B” pada tahun 2010 dan 2011. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pengambilan data secara retrospektif, berupa data yang didapat dari lembar rekam medik pasien yang didiagnosis menderita stroke di instalasi rawat inap RSUD ”B”. Teknik pengambilan sampel menggunakan cara purposive sampling. Pengolahan data dilakukan dengan menghitung kuantitas penggunaan antihipertensi menggunakan metode ATC/DDD. Hasil penelitian menunjukkan jumlah penggunaan antihipertensi tiga terbanyak untuk pasien stroke rawat inap di RSUD “B” pada tahun 2010 adalah Captopril (36,502 DDD/100 Pasien-hari), Furosemid (14,730 DDD/100 Pasienhari) dan Nifedipin (9,780 DDD/100 Pasien-hari). Sedangkan pada tahun 2011 adalah Captopril (33,248 DDD/100 Pasien-hari), Amlodipin (9,145 DDD/100 Pasien-hari), dan Furosemid (8,250 DDD/100 Pasien-hari). Selama periode tahun 2010 dan 2011, penggunaan antihipertensi untuk pasien stroke di RSUD “B” tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Kata kunci : Stroke, antihipertensi, ATC/DDD, RSUD ”B”. ABSTRACT Stroke is a disease of the central nervous system function decrease abruptly that lasts for 24 hours and is expected to come from the blood vessels. In stroke patients who have a background of hypertension, it necessery antihypertensive right therapy, so that they needed in order to appropriately handling antihypertensive obtained optimal results. This research aims to acknowledge antihypertensive drug used in stroke patients and how to evaluate quantity of its use in inpatient installation RSUD “B” in 2010 and 2011.
1
This design was observational, where data were collected retrospectively and obtained from medical data record sheets that patients diagnosed with stroke attack in inpatient installation in RSUD “B”. Purposive sampling is the technique of sampling in this study. All data were processed to calculate quantity of antihypertensive use by using ATC/DDD method. The result has showed that the three largest antihypertensive drug used in 2010 in stroke patients in inpatient installation in RSUD “B” is Captopril (36,502 DDD/100 bed-days), Furosemid (14,730 DDD/100 bed-days) and Nifedipin (9,780 DDD/100 bed-days). Wheras in 2011 is Captopril (33,248 DDD/100 bed-days), Amlodipin (9,145 DDD/100 bed-days), and Furosemid (8,250 DDD/100 bed-days). During the period of 2010 and 2011, the use of antihypertensive in stroke patients with in RSUD “B” do not a lot of experienced changes. Key word : Stroke, antihypertensive, ATC/DDD, RSUD ”B”. I.
PENDAHULUAN
Penyakit stroke adalah penyakit sistem persyarafan yang paling sering dijumpai. Sekitar 50 persen penderita stroke iskhemik dan 60 persen penderita stroke hemoragik mempunyai latar belakang hipertensi. Oleh karena itu, diperlukan penanganan antihipertensi pada penderita stroke dengan tepat agar diperoleh hasil yang optimal (Wibowo & Gofir, 2001). Hipertensi merupakan faktor risiko gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular (stroke) (Depkes RI, 2006). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer et al., 2007). Pemberian obat hipertensi biasa menjadi suatu masalah penurunan tekanan darah secara cepat, yang sangat berbahaya terhadap perfusi (aliran darah) ke otak. Oleh karena itu, obat antihipertensi tidak diberikan untuk menormalkan tekanan darah, tetapi hanya mengurangi tekanan darah sampai batas tertentu sesuai protocol pengobatan (Karyadia, 2002). Tekanan darah seringkali meningkat pada periode post stroke dan merupakan beberapa kompensasi respon fisiologi untuk mengubah perfusi serebral menjadi iskemik pada lapisan otak. Hasilnya terapi tekanan darah mengurangi atau menghalangi kerusakan otak akut hingga kondisi klinis stabil (Chobanian et al., 2004).
2
Sistem ATC/DDD (Anatomical Therapeutic Chemical / Defined Daily Dose) merupakan sistem klasifikasi dan pengukuran penggunaan obat yang saat ini telah menjadi salah satu pusat perhatian dalam pengembangan penelitian penggunaan obat. Sistem ATC/DDD sebagai standar pengukuran internasional untuk studi penggunaan obat, sekaligus menetapkan WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology untuk memelihara dan mengembangkan sistem ATC/DDD (Birkett, 2002). Evaluasi penggunaan obat dapat mengidentifikasi masalah dalam penggunaan obat, menurunkan Adverse Drug Reaction (ADR), dan mengoptimalkan terapi obat. Evaluasi penggunaan obat dibagi menjadi 2 yaitu kualitatif dan kuantitatif. Salah satu studi kuantitatif adalah dengan menggunakan metode ATC/DDD. Metode ini direkomendasikan oleh WHO untuk mengevaluasi penggunaan obat (WHO, 2011). DU90% adalah perkembangan lebih lanjut dari data yang banyak diberikan baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif. Metode DU90% dapat dipertimbangkan sebagai perkembangan lebih lanjut pada klasifikasi sistem Defined Daily Dose (DDD), yang direkomendasikan oleh WHO sebagai bahasa umum untuk menggambarkan penggunaan obat atau intensitas terapi pada populasi (WHO, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui antihipertensi apa saja yang digunakan pada pasien stroke serta bagaimana mengevaluasi kuantitas penggunaannya di instalasi rawat inap RSUD “B” pada tahun 2010 dan 2011. II. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini
merupakan
penelitian
observasional
(non
eksperimental) dengan pelaksanaan menggunakan pengumpulan data secara retrospektif. Data yang dikumpulkan adalah bersifat deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data penggunaan antihipertensi untuk pasien stroke di RSUD “B” selama kurun waktu dua tahun yaitu dari tahun 2010 dan 2011. Data tersebut akan diperoleh melalui bagian rekam medik dari Rumah Sakit.
3
B. Populasi dan Sampel Populasi penelitian dalam penelitian ini adalah data populasi terjangkau berupa data penggunaan antihipertensi pada pasien stroke di instalasi rawat inap RSUD “B” tahun 2010 dan 2011. Sampel diambil dari seluruh populasi hingga dianggap mewakili populasinya tersebut dengan metode purposive sampling yaitu sampel yang dipilih memenuhi kriteria inklusi yaitu: a. Pasien dewasa ( ≥ 20 tahun) yang didiagnosa menderita stroke. b. Merupakan pasien rawat inap RSUD “B” tahun 2010 dan 2011. c. Mendapat antihipertensi. d. Data lengkap dan minimal memuat data-data pasien sebagai berikut: 1) Nama antihipertensi 2) Bentuk sediaan, dosis, dan rute penggunaan 3) Total penggunaan obat 4) Frekuensi penggunaan C. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Cara ini ditentukan berdasarkan pengambilan data rekam medik pasien dewasa dengan kasus stroke di instalasi rawat inap RSUD “B” tahun 2010 dan 2011. D. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD ”B” bagian rekam medik. E. Analisis Data Data
yang
telah
dikumpulkan
kemudian
dianalisis
berdasarkan
pengelompokan sebagai berikut : 1. Pasien yang terdiagnosis menderita stroke. 2. Umur pasien yang terdiagnosis menderita stroke. 3. Penyakit lain yang diderita oleh pasien. 4. Dicatat data jenis antihipertensi yang digunakan, jumlah dosis antihipertensi (dalam gram atau mg) yang digunakan bentuk sediaan, dosis, jumlah penggunaan dan hari rawat. 5. Klasifikasi ATC berdasarkan guideline yang telah ditetapkan oleh WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology tahun 2011.
4
6. Dihitung DDD (dosis pemeliharaan rata-rata perhari) nilai DDD penggunaan dari setiap jenis antihipertensi
diperoleh dengan jalan membangi total
pengunaan obat yang bersangkutan (dalam satuan gram atau miligram). 7. Hasil perhitungan penggunaan antihipertensi per hari dengan menggunakan satuan DDD/100 hari rawat. 8. Persentase penggunaan antihipertensi. Data hasil perhitungan DDD/100 hari rawat diubah dalam bentuk persentase kemudian dikumulatifkan. 9. Hasil dikelompokan data menggunakan metode DU 90% 10.Kuantitas penggunaan antihipertensi pada tahun 2010 dan 2011 di RSUD “B” diuji statistik menggunakan uji statistik paired T test. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pasien Berdasarkan 100 rekam medik yang berhasil didata, didapatkan distribusi jenis kelamin dan umur. Tabel 6.
Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin dan umur pada pengobatan stroke di instalasi rawat Inap RSUD “B” tahun 2010 dan 2011
Usia (tahun)
Tahun 2010
Tahun 2011
< 40 40 - 49 50 – 59 60 – 70 70 – 80 > 80
P 1 3 5 5 4 2
L 1 5 12 7 5 -
P 6 4 7 3 3
L 1 5 6 9 5 1
Total Persen
20 40%
30 60%
23 46%
27 54%
Jumlah 3 19 27 28 17 6 100 100%
Pendistribusian umur dan jenis kelamin diatas dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan jumlah pasien stroke berdasarkan umur dan jenis kelamin pada pasien rawat inap di RSUD “B” tahun 2010 dan 2011. Jenis kelamin dan umur merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke. Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa pasien pria lebih besar pervalensinya terserang penyakit stroke dibandingkan dengan pasien wanita. Dilihat dari segi umur pada tahun 2010 maupun 2011, pasien yang paling banyak kejadian stroke yaitu pada kelompok umur tua yaitu 50-59 dan 60-69 tahun. Pasien pria pada umur tersebut juga lebih sering terkena stroke dibandingkan dengan pasien wanita.
5
B. Profil Penggunaan Antihipertensi 1. Jenis Antihipertensi yang Digunakan Berdasarkan Klasifikasi ATC Dari data rekam medik pada pengobatan pasien dengan terdiagnosa utama penyakit stroke di instalasi rawat inap RSUD “B” pada tahun 2010 dan 2011, didapatkan data meliputi nomor rekam medik, lama hari rawat pasien, jenis kelamin, umur pasien, penggunaan antihipertensi pada tahun 2010 dan 2011 yang terdiri dari nama dagang dan nama generik, rute pemberian, kekuatan/dosis, frekuensi, jumlah hari penggunaan, dan jumlah penggunaan antihipertensi. Bentuk sediaan pada antihipertensi antara sedian per oral maupun sedian parenteral mempunyai nilai Defiend Daily Dose (DDD) yang sama. Dari klasifikasi oleh WHO Collaborating Centre, diperoleh data pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing 50 sampel kasus. Selama tahun 2010 terdapat 11 jenis obat antihipertensi, sedangkan pada tahun 2011 terdapat 13 jenis antihipertensi yang dipergunakan di RSUD “B”. Antihipertensi yang digunakan untuk pasien stroke rawat inap di RSUD “B” selama tahun 2010 dan 2011 dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Jenis Antihipertensi yang Digunakan di RSUD “B” Tahun 2010 dan 2011 Tahun Peggunaan 2010 2011
Golongan
Kode ATC
Antihipertensi
Sediaan
DDD (mg)
CO9AA01
Captopril
Oral
50
CO9AA03
Lisinopril
Oral
10
CO9AA05
Ramipril
Oral
10
CO8DA01
Verapamil
Oral
240
V
ACE Inhibitor ACE Inhibitor ACE Inhibitor ACE Inhibitor β – Bloker
CO7AA05
Propanolol
Oral
160
V
β – Bloker
CO7AB07
Bisoprolol
Oral
10
V
V
ARB
CO9CA03
Valsartan
Oral
80
V
V
CCB
CO8CA01
Amlodipin
Oral
5
V
V
CCB
CO8CA05
Nifedipin
Oral
30
V
CCB
CO8CA06
Nimodipin
300
V
CCB
CO8DB01
Diltiazem
Diuretik
CO3AA03
Hidroklorotiazid
Oral Oral & Parenteral Oral Oral & Parenteral Oral Oral & Parenteral
V
V
V
V
V V
V V V
V
Diuretik
CO3CA01
Furosemid
V
V
CO3DA01
Spironolakton
V
V
Diuretik Central α2 Agonis
CO2AC01
Clonidin
240 25 40 75 0,45
6
Tabel 8 .
Jenis antihipertensi dan jumlah penggunaan antihipertensi pada pengobatan stroke di instalasi rawat inap RSUD Dr Moewardi tahun 2010 dan 2011 2010
Antihipertensi
Captopril
12,5 mg 25 mg Lisinopril 10 mg Ramipril 5 mg Verapamil 80 mg Propanolol 10 mg Bisoprolol 5 mg Valsartan 80 mg Amlodipin 5 mg 10 mg Nifedipin 10 mg Nimodipin 30 mg Diltiazem 10 mg 30 mg 60 mg Hidroklorotiazid 5 mg Furosemid 10 mg 40 mg Spironolakton 10 mg Clonidin 0,075 mg 0,15 mg
Jumlah penggunaan 216 203 6 4 0 0 0 4 3 10 125 0 8 57 0 25 179 18 10 52 39
2011 Total penggunaan (mg) 7775 60 20 0 0 0 320 115 1250 0 1790 125 2510 100 9,75
Jumlah penggunaan
Total penggunaan (mg)
165 252 2 0 12 3 21 1 6 20 79 24 0 45 22 0 138 7 17 80 19
8362 10 0 960 30 105 80 230 790 720 2670 0 1660 170 8,85
2. Evaluasi Kuantitas Penggunaan Antihipertensi Dalam Unit DDD Dari data-data yang telah diperoleh, perhitungan kuantitas penggunaan antihipertensi dengan mengikuti aturan-aturan perhitungan yang telah ditetapkan oleh WHO Collaborating Centre 2011. Antihipertensi dikelompokkan sesuai dengan kode ATC dan golongannya, kemudian bentuk sediaan disesuaikan dengan satuan DDD definitif masing-masing antihipertensi. Satuan DDD definitif menggunakan satuan miligram, maka satuan dosis antihipertensi harus dikonversikan ke dalam satuan miligram terlebih dahulu (WHO, 2011). Nilai DDD satu tahun diperoleh dengan menghitung total penggunaan antihipertensi dibagi dengan nilai DDD definitif yang ditetapkan oleh WHO Collaborating Centre berdasarkan masing-masing jenis antihipertensi. Total kuantitas antihipertensi dalam satu tahun didapatkan perhitungan penggunaan antihipertensi dihitung dengan cara membagi total DDD satu tahun dengan jumlah total hari rawat pasien rawat inap selama satu tahun yang sebelumnya telah dibagi 100 dan di dapatkan DDD/100 Pasien-hari. DDD/100 Pasien-hari dihitung untuk mengetahui seberapa banyak pasien yang mendapatkan DDD antihipertensi untuk
7
pasien stroke. Dari penelitian ini, diperoleh total hari rawat inap pada tahun 2010 sebesar 4,26 hari rawat/100 dan pada tahun 2011 sebanyak 5,03 hari rawat/100. Kuantitas penggunaan antihipertensi untuk pasien stroke rawat inap di RSUD “B” tahun 2010 dan 2011 dalam satuan DDD/100 pasien-hari ditunjukkan pada tabel 9. Tabel 9.
Kuantitas Penggunaan Antihipertensi untuk Pasien Stroke Rawat Inap di RSUD “B” Tahun 2010 dan 2011 dalam satuan DDD/100 Pasien-hari
No
Kode ATC
Jenis Antihipertensi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
CO9AA01 CO9AA03 CO9AA05 CO8DA01 CO7AA05 CO7AB07 CO9CA03 CO8CA01 CO8CA05 CO8CA06 CO8DB01 CO3AA03 CO3CA01 CO3DA01 CO2AC01
Captopril Lisinopril Ramipril Verapamil Propanolol Bisoprolol Valsartan Amlodipin Nifedipin Nimodipin Diltiazem Hidroklorotiazid Furosemid Spironolakton Clonidin
13 14 15
Jumlah Rata-rata
DDD/100 Pasien-hari 2010 2011 36,502 33,248 1,408 0,198 0,469 0 0 0,795 0 0,037 0 2,087 0,938 0,198 5,399 9,145 9,780 5,235 0 0,477 1,748 2,212 1,173 0
Jumlah 69,750 1,606 0,469 0,795 0,037 2,087 1,136 14,544 15,015 0,477 3,960 1,173
14,730
8,250
22,980
0,312 5,086 77,545 7,049
0,450 3,909 66,241 5,095
0,762 8,995 143.786
Dari tabel 9, semakin besar nilai DDD/100 Pasien-hari berarti menunjukan pemakaian antihipertensi yang besar pula. Kuantitas penggunaan antihipertensi yang memiliki jumlah tertinggi pada tahun 2010 dan 2011 yaitu Captopril. Perhitungan DDD untuk Captopril pada tahun 2010 mencapai 36,502 DDD/100 Pasien-hari dan pada tahun 2011 sebanyak 33,248 DDD/100. Jadi, dalam 100 hari rawat pada tahun 2010 ada 36 pasien yang mendapatkan 1 DDD captopril sebesar 50 mg/hari dan 33 pasien yang mendapat 1 DDD Captopril sebesar 50 mg / hari pada tahun 2011. Captopril merupakan antihipertensi dengan penggunaan paling tinggi pada tahun 2010 dan 2011. Captopril merupakan golongan ACE-Inhibitor, merupakan obat yang bekerja dengan menghambat angiotensin converting enzyme (ACE) yang dalam keadaan normal bertugas menaktifkan angiotensin I menjadi angiotensin II (berperan penting dalam regulasi tekanan darah arteri) (Sukandar et al, 2008). Menurut Saseen & Maclaughlin (2008), untuk penyakit stroke obat
8
antihipertensi pilihan pertama adalah golongan ACE-Inhibitor. Tetapi obat ini kurang bermanfaat untuk pasien geriatri, dan sebaiknya untuk pasien geriatri diberikan obat golongan Calcium Channel Bloker seperti Amlodipin atau Nifedipin. Antihipertensi kedua yang terbanyak adalah Furosemid, pada tahun 2010 sebanyak 14,730 DDD/100 Pasien-hari sedangkan ditahun 2011 sebanyak 8,250 DDD/100 Pasen-hari. Furosemid adalah diuretik derivat asam atranilat. Aktivitas diuretik Furosemid terutama dengan jalan menghambat absorbsi natrium dan klorida, tidak hanya pada tublus proksimal dan tubulus distal, tapi juga pada loop of Henle (Sukandar, 2008). Penggunaan antihipertensi terbanyak selanjutnya adalah obat golongan Calcium Channel Bloker (Nifedipin dan Amlodipin). Pada tahun 2010 jumlah penggunaan Nifedipin sebanyak 9,780 DDD/100 Pasien-hari, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 5,235 DDD/100 Pasien-hari. Untuk Amlodipin, penggunaan pada tahun 2010 jumlahnya sebanyak 5,399 DDD/100 Pasien-hari sedangkan penggunaan pada tahun 2012 sebanyak 9,145 DDD/100 Pasien-hari. Golongan Calcium Channel Bloker menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang benar-benar berbeda yaitu dengan menghambat masuknya ion kalsium melewati slow channel yang terdapat pada membran sel (sarkolema), Obat antagonis kalsium merupakan penghambat vasospasme yang kuat, karena kerjanya langsung mendilatasi arteri epikardial tempat spasme terjadi, sehingga langsung dapat mengatasi atau mencegah terjadinya vasospasme tersebut (Oates & Brown, 2001). Untuk itu dalam penelitian selanjutnya diharapkan data yang diambil dalam satu tahun penuh sehingga dapat menggambarkan penggunaan antihipertensi yang sebenarnya. C. Profil
Penggunaan Antihipertensi pada Tahun 2010 dan 2011 Berdasarkan Profil DU 90% DU 90% diperoleh dengan cara membagi jumlah DDD/100 pasien-hari
dari antihipertensi dengan total DDD/100 pasien-hari dari semua antihipertensi yang digunakan kemudian dikali 100%. Persentase penggunaan antihipertensi selanjutnya dikumulatifkan dan diurutkan dari persentase tertinggi ke persentase
9
terendah. Obat yang masuk dalam segmen DU 90% adalah obat yang masuk dalam akumulasi 90% penggunaan. Profil DU 90% penggunaan antihipertensi berdasarkan jenis antihipertensi di RSUD “B” tahun 2010 dan 2011 dapat dilihat di tabel 10. Tabel 10. Profil DU 90% Penggunaan Antihipertensi Berdasarkan Jenis Antihipertensi di RSUD “B” Tahun 2010 Kode CO9AA01 CO3CA01 CO8CA05 CO8CA01 CO2AC01 CO8DB01 CO9AA03 CO3AA03 CO9CA03 CO9AA05 CO3DA01
Jenis Antihipertensi Captopril Furosemid Nifedipin Amlodipin Clonidin Diltiazem Lisinopril Hidroklorotiazid Valsartan Ramipril Spironolakton
% Penggunaan 47,07 19 12,61 6,96 6,56 2,25 1,81 1,51 1,22 0,60 0,41
Akumulasi 47,07 66,07 78,68 85,64 92,2 94,45 96,26 97,41 98,63 99,23 100
Segmen
DU 90%
DU 10%
Gambar 2. Persentase DU90% antihipertensi pada Tahun 2010 Tabel 11. Profil DU 90% Penggunaan Antihipertensi berdasarkan Jenis Antihipertensi di RSUD “B” Tahun 2011 Kode CO9AA01 CO8CA01 CO3CA01 CO8CA05 CO2AC01 CO8DB01 CO9AA03 CO8DA01 CO8CA06 CO3DA01 CO9CA03 CO9AA05 CO7AB07
Jenis Antihipertensi Captopril Amlodipin Furosemid Nifedipin Clonidin Diltiazem Lisinopril Verapamil Nimodipin Spironolakton Valsartan Bisoprolol Propanolol
% Penggunaan 50,19 13,80 12,45 7,90 5,90 3,34 3,15 1,12 0,73 0,68 0,30 0,30 0,05
Akumulasi 50,19 63,99 76,44 84,34 90,24 93,58 96,73 97,98 98,71 99,39 99,69 99,95 100
Segmen
DU 90%
DU 10%
10
Gambar 3. Penggunaan DU90% Antihipertensi Tahun 2011
Diperoleh data DU90% memperlihatkan pola penggunaan obat yang dipakai oleh pasien rawat inap di RSUD “B” tahun 2010. Dari data pada tabel 10 dan gambar 2 menunjukkan bahwa obat antihipertensi yang masuk segmen DU90% adalah terdiri dari golongan ACE Inhibitor (Captopril 47,07%), golongan diuretik (Furosemid 19%), golongan CCB (Nifedipin12,61% dan Amlodipin 6,96%), dan golongan reseptor agonis (Clonidin 6,56%). Sedangkan yang masuk dalam segmen DU10% adalah Diltiazem (2,25%), Lisinopril (1,81%), Hidroklorotiazid
(1,51%),
Valsartan
(1,22%),
Ramipril
(0,60%),
dan
Spironolakton (0,41%). Sedangkan pada tahun 2011 tidak mengalami begitu banyak perubahan. Pada tabel 11 dan gambar 3, penggunaan obat antihipertensi yang masuk segmen DU90% yaitu ACE Inhibitor (Captopril 50,19%), golongan diuretik (Furosemid 12,45%), golongan CCB (Amlodipin 13,80% dan Nifedipin 7,90%), dan golongan reseptor agonis (Clonidin 5,90%). Sedangkan Diltiazem (3,34%), Lisinopril (3,15%), Verapamil (1,12%), Nimodipin (0,73%), Spironolakton (0,68%), Valsartan (0,3%), Bisoprolol (0,3%) dan Propanolol (0,05%). D. Statistik Paired T- test Kuantitas antihipertensi yang digunakan pada tahun 2010 dan 2011 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat dibuktikan melalui Paired T-test dengan taraf
kepercayaan 95%. Setelah dilakukan Paired T-test
menunjukkan hasil 0,267. Jika diperoleh nilai p < 0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan, sedangkan jika nilai p > 0,05 artinya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
11
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari penelitian tentang pengukuran kuantitas dan kualitas penggunaan antihipertensi di RSUD “B” pada pasien stroke rawat inap pada tahun 2010 dan 2011 dengan menggunakan metode ATC/DDD didapatkan hasil : 1. Tiga antihipertensi terbanyak yang digunakan untuk pasien stroke rawat inap di RSUD “B” pada tahun 2010 adalah Captopril (36,502 DDD/100 Pasien-hari), Furosemid (14,730 DDD/100 Pasien-hari) dan Nifedipin (9,780 DDD/100 Pasien-hari). Sedangkan pada tahun 2011 adalah Captopril (33,248 DDD/100 Pasien-hari), Amlodipin (9,145 DDD/100 Pasien-hari), dan Furosemid (8,250 DDD/100 Pasien-hari). 2. Selama periode tahun 2010 dan 2011, penggunaan antihipertensi untuk pasien stroke di RSUD “B” tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disampaikan beberapa saran, yaitu: a. Petugas medis agar mempertimbangkan pemilihan obat yang sesuai dengan keadaan pasien (efikasi, interaksi dan efek samping yang ditimbulkan). b. Pada penelitian selanjutnya diharapkan data yang diambil dalam satu tahun penuh sehingga dapat menggambarkan penggunaan antihipertensi yang sebenarnya. c. Dapat dilakukan penelitian kualitatif lebih lanjut mengenai hubungan antara trend penggunaan antihipertensi pada pasien stroke dengan pengobatan yang rasional. V. DAFTAR ACUAN Birkett, D.J., The Future of ATC/DDD and Drug Utilization Research, WHO Drug Information 16 (2002) 3 : 238-239. Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R., Cushman, W.C., Green, L.A., Izzo, J.L., Jones, D.W., Materson, B.J., Oparil, S., & Wright, J.T., 2004, The Seventh Report of The Joint National Comittee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, National Institute of US Departement of Health and Human Service, New York.
12
Depkes RI, 2006, Pharmaceutical Care untuk Hipertensi, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Karyadia, 2002, Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner, Penerbit Intisari Mediatama, Jakarta. Mansjoer, A.M, Kuspuji, T., Rakhmi, S., Wahyu, I. W., & Wiwiek, S., 2007, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapius FKUI, Jakarta. Oates J.A., and Brown N.J, 2001, Antihypertensive Agents and Drugs Therapy of Hypertension In: Hardman J.G., Gilman A.G., (editors). The Pharmacological Basis of Theurapeutics. 10th ed, McGraw-Hil, New York. Saseen, J.J, & Carter, B.L., 2005, Essential Hypertension. In: Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs. 8th Edition Koda-Kimble MA et al eds. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.A.P., Kusnandar, 2008, ISO Farmakoterapi, PT ISFI Penerbitan, Jakarta. WHO, 2008, WHO Drugs Information. http://whqlibdoc.who.int/druginfo/22_1_2008.pdf 2012)
(diakses
28
maret
WHO, 2011, Guidelines for ATC Classification and DDD Assignment 2011, 14th Edition, Oslo, WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology. Wibowo, S., dan Gofir, A., 2001, Farmakoterapi Dalam Neurologi, 60, Salemba Medika, Jakarta. Yeap, B.B., Hyde, Z., Almeida, O.P., Norman, P.E., Chubb, S.A.P., Jamrozik, K., Flicker, L., Hankey, G.J., 2009, Lower Testosterone Levels Predict Incident Stroke and Transient Ischemic Attack in Older Men, Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 94 (7): 2353 http://jcem.endojournals.org/content/94/7/2353.abstract..
13